• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin"

Copied!
306
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM

RUKUN LESTARI

UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(

KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO

KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN

YOGYAKARTA)

DJULI SUGIARTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan masyarakat dengan judul “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian tugas akhir ini.

Bogor, Oktober 2006

(3)

ii DJULI SUGIARTO, Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari berdiri atas prakarsa kelompok karyawan karyawati RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, sebagai bentuk keprihatinan atas tidak adanya perhatian dan bantuan pemerintah dalam hal ini pemerintah Desa Sendangtirto terhadap warga miskin di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto. Selama 6 tahun sejak berdiri oktober 1999 kegiatan berkelanjutan, namun lembaga tersebut belum bisa memenuhi harapan anggota dalam meningkatkan tingkat sosial ekonominya sesuai tujuan lembaga dalam menyediakan pinjaman sesuai dengan modal usaha.

Tujuan kajian ini adalah teridentifikasi masalah secara partisipatif, temuan permasalahan baik itu hambatan dan potensi selanjutnya dipecahkan bersama melalui Focus Group Discussion (FGD) yang difasilitasi oleh pengkaji. Pokok permasalahan adalah lemahnya manajemen lembaga berpengaruh pada tidak optimalnya kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan kepada anggota secara maksimal, sehingga kajian pengembangan masyarakat melalui perencanaan program dan strategi di arahkan pada “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin”.

Kondisi lemahnya manajemen lembaga simpan pinjam tersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kemampuan lembaga dalam pengelolaan usaha, kurangnya modal dalam memenuhi modal usaha, terbatasnya pengelolaan usaha serta kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Permasalahan tersebut memunculkan; 1) terbatasnya sumber lembaga dalam menunjang modal usaha yang diharapkan, 2) kurang mampu dalam pengelolaan usaha, 3) pengembangan jaringan kerjasama dan tidak optimalnya kinerja pengurus.

Potensi sistem sumber dalam penguatan kapasitas lembaga yang berhasil digali selama penyusunan program dan strategi oleh seluruh peserta antara lain : 1) anggota Rukun Lestari memiliki kemauan untuk merubah nasib untuk mengembangkan lembaga, 2) adanya kepercayaan anggota kepada pengurus, 3) dukungan tokoh masyarakat, 4) dukungan dan fasilitasi pengurus BKM, 5) pemerintah Desa dan fasilitasi dan dukungan dari Dinas P2KPM Kabupaten Sleman.

(4)

iii Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(5)

iv

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN

LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan

Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta)

DJULI SUGIARTO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

v Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Nama : Djuli Sugiarto

NRP : A154050145

DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. Ketua

Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja. MSc. Anggota

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dr. Djuara P. Lubis, MS.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S.

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

(7)

vi Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir kajian pengembangan masyarakat sebagai satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Judul kajian pengembangan masyarakat ini adalah “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakata”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial Departemen Sosial RI.

2. Bapak Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS. selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

3. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB).

4. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing.

5. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

6. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MS. selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing.

7. Ibu Dra. Neni Kusumawardhani, MS. selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Angkatan III Tahun 2005-2006.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian tugas akhir ini.

Atas segala perhatian, bantuan dan kerjasamanya sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga kebaikan Bapak dan Ibu memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Mahaesa.

Penulis dengan senang hati menerima saran dan masukan dari para pembaca, dalam upaya penyempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya, semoga kajian ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2006

(8)

vii Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 9 Juli 1967, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dengan orang tua R. Soejitno dan Moeljani.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri Jagalan III Kediri lulus tahun 1980, SMP Negeri III Kediri lulus tahun 1983, SMA Negeri I Kediri lulus tahun 1986, Diploma III Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung lulus tahun 1990 dan FISIPPOL Universitas Pattimura Ambon lulus tahun 1996.

Tahun 1994 penulis menikah dengan Setiawati Sujono dikarunia dua orang anak, yaitu Faris Yusuf Baktiar lahir pada tahun 1994 dan Aura Nisa Alfira lahir pada tahun 2002.

Pada tahun 1991 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Maluku bertugas sampai dengan Mei 1999 dan pindah tugas di Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari Juni 1999 sampai sekarang. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

(9)

viii Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan dan Kegunaan Kajian ... 7

KERANGKA KAJIAN ... 8

Kemiskinan ... 8

Masyarakat ... 12

Kelembagaan Ekonomi Lokal ... 13

Usaha Simpan Pinjam ... ... 15

Kinerja Lembaga Simpan Pinjam ... 17

Pemberdayaan ... ... 19

Penguatan Kapasitas ... 21

Kerangka Pemikiran ... 22

METODE KAJIAN ... 25

Tipe dan Aras Kajian ... 25

Strategi Kajian ... 25

Lokasi dan Waktu Kajian ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 27

Analisis dan Pelaporan ... ... 31

PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA SENDANGTIRTO... 33

(10)

ix

Pendidikan Penduduk ... 38

Mata Pencaharian Penduduk ... 39

Struktur Komunitas ... 40

Sumberdaya Lokal ... 44

SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS ... 47

Latar Belakang Berdirinya Rukun Lestari ... 47

Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 51

Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial ... 54

Kebijakan dan Perencanaan Sosial ... ... 57

PROFIL LEMBAGA SIMPAN PINJAM DAN ANGGOTA... 58

Kapasitas Lembaga ... 58

Kapasitas Anggota ... 67

Keberfungsiansosial Anggota ... 70

Sistem Sumber Formal dan Non Formal ... 72

Potensi Lokal ... 76

Performa Lembaga Simpan Pinjam ... ... 77

STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGASIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI ... 85

Analisis Masalah dan Tujuan ... 85

Penyusunan Program dan Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga ... 95

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 106

Kesimpulan ... 106

Rekomendasi ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(11)

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM

RUKUN LESTARI

UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(

KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO

KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN

YOGYAKARTA)

DJULI SUGIARTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

i

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan masyarakat dengan judul “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian tugas akhir ini.

Bogor, Oktober 2006

(13)

ii DJULI SUGIARTO, Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari berdiri atas prakarsa kelompok karyawan karyawati RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, sebagai bentuk keprihatinan atas tidak adanya perhatian dan bantuan pemerintah dalam hal ini pemerintah Desa Sendangtirto terhadap warga miskin di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto. Selama 6 tahun sejak berdiri oktober 1999 kegiatan berkelanjutan, namun lembaga tersebut belum bisa memenuhi harapan anggota dalam meningkatkan tingkat sosial ekonominya sesuai tujuan lembaga dalam menyediakan pinjaman sesuai dengan modal usaha.

Tujuan kajian ini adalah teridentifikasi masalah secara partisipatif, temuan permasalahan baik itu hambatan dan potensi selanjutnya dipecahkan bersama melalui Focus Group Discussion (FGD) yang difasilitasi oleh pengkaji. Pokok permasalahan adalah lemahnya manajemen lembaga berpengaruh pada tidak optimalnya kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan kepada anggota secara maksimal, sehingga kajian pengembangan masyarakat melalui perencanaan program dan strategi di arahkan pada “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin”.

Kondisi lemahnya manajemen lembaga simpan pinjam tersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kemampuan lembaga dalam pengelolaan usaha, kurangnya modal dalam memenuhi modal usaha, terbatasnya pengelolaan usaha serta kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Permasalahan tersebut memunculkan; 1) terbatasnya sumber lembaga dalam menunjang modal usaha yang diharapkan, 2) kurang mampu dalam pengelolaan usaha, 3) pengembangan jaringan kerjasama dan tidak optimalnya kinerja pengurus.

Potensi sistem sumber dalam penguatan kapasitas lembaga yang berhasil digali selama penyusunan program dan strategi oleh seluruh peserta antara lain : 1) anggota Rukun Lestari memiliki kemauan untuk merubah nasib untuk mengembangkan lembaga, 2) adanya kepercayaan anggota kepada pengurus, 3) dukungan tokoh masyarakat, 4) dukungan dan fasilitasi pengurus BKM, 5) pemerintah Desa dan fasilitasi dan dukungan dari Dinas P2KPM Kabupaten Sleman.

(14)

iii Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(15)

iv

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN

LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

(Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan

Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta)

DJULI SUGIARTO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

v Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Nama : Djuli Sugiarto

NRP : A154050145

DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. Ketua

Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja. MSc. Anggota

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dr. Djuara P. Lubis, MS.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S.

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

(17)

vi Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir kajian pengembangan masyarakat sebagai satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Judul kajian pengembangan masyarakat ini adalah “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakata”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial Departemen Sosial RI.

2. Bapak Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS. selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

3. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB).

4. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing.

5. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

6. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MS. selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing.

7. Ibu Dra. Neni Kusumawardhani, MS. selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Angkatan III Tahun 2005-2006.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian tugas akhir ini.

Atas segala perhatian, bantuan dan kerjasamanya sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga kebaikan Bapak dan Ibu memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Mahaesa.

Penulis dengan senang hati menerima saran dan masukan dari para pembaca, dalam upaya penyempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya, semoga kajian ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2006

(18)

vii Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 9 Juli 1967, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dengan orang tua R. Soejitno dan Moeljani.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri Jagalan III Kediri lulus tahun 1980, SMP Negeri III Kediri lulus tahun 1983, SMA Negeri I Kediri lulus tahun 1986, Diploma III Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung lulus tahun 1990 dan FISIPPOL Universitas Pattimura Ambon lulus tahun 1996.

Tahun 1994 penulis menikah dengan Setiawati Sujono dikarunia dua orang anak, yaitu Faris Yusuf Baktiar lahir pada tahun 1994 dan Aura Nisa Alfira lahir pada tahun 2002.

Pada tahun 1991 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Maluku bertugas sampai dengan Mei 1999 dan pindah tugas di Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari Juni 1999 sampai sekarang. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

(19)

viii Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan dan Kegunaan Kajian ... 7

KERANGKA KAJIAN ... 8

Kemiskinan ... 8

Masyarakat ... 12

Kelembagaan Ekonomi Lokal ... 13

Usaha Simpan Pinjam ... ... 15

Kinerja Lembaga Simpan Pinjam ... 17

Pemberdayaan ... ... 19

Penguatan Kapasitas ... 21

Kerangka Pemikiran ... 22

METODE KAJIAN ... 25

Tipe dan Aras Kajian ... 25

Strategi Kajian ... 25

Lokasi dan Waktu Kajian ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 27

Analisis dan Pelaporan ... ... 31

PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA SENDANGTIRTO... 33

(20)

ix

Pendidikan Penduduk ... 38

Mata Pencaharian Penduduk ... 39

Struktur Komunitas ... 40

Sumberdaya Lokal ... 44

SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS ... 47

Latar Belakang Berdirinya Rukun Lestari ... 47

Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 51

Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial ... 54

Kebijakan dan Perencanaan Sosial ... ... 57

PROFIL LEMBAGA SIMPAN PINJAM DAN ANGGOTA... 58

Kapasitas Lembaga ... 58

Kapasitas Anggota ... 67

Keberfungsiansosial Anggota ... 70

Sistem Sumber Formal dan Non Formal ... 72

Potensi Lokal ... 76

Performa Lembaga Simpan Pinjam ... ... 77

STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGASIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI ... 85

Analisis Masalah dan Tujuan ... 85

Penyusunan Program dan Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga ... 95

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 106

Kesimpulan ... 106

Rekomendasi ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(21)

x Halaman

Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat... 27

Tabel 2 : Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

Tabel 3: : Sumber Data, Tipe dan Jumlah Responden/Informan ... 30

Tabel 4 : Variabel, Indikator dan Parameter Kajian ... 30

Tabel 5 : Luas Lahan Sesuai Peruntukannya ... 34

Tabel 6 : Komposisi Penduduk Desa Sendangtirto Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... ... 35

Tabel 7 : Tingkat Perkembangan Pendidikan Penduduk Desa Sendangtirto ... 38

Tabel 8 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

Tabel 9 : Struktur Kepemilikan Tanah Sawah ... 46

Tabel 10 : Tabungan Anggota Simpan Pinjam, Pekerjaan dan Tanggungan 49 Tabel 11 : Perkembangan Anggota Simpan Pinjam ... 50

Tabel 12 : Perkembangan Keuangan Simpan Pinjam ... 51

Tabel 13 : Pendidikan dan Pendapatan ... 68

Tabel 14 : Jumlah Nasabah, Dana Bergulir ... 80

Tabel 15 : Matriks Alaternatif Kegiatan ... 93

Tabel 16 : Analisis Pihak Terkait ... 94

(22)

xi Halaman Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran... 24 Gambar 2 : Piramida Penduduk Desa Sendangtirto ... 36 Gambar 3 : Stratifikasi Masyarakat Desa Sendangtirto... 41 Gambar 4 : Analisis Permasalahan Sebab dan Tindakan ... 89 Gambar 5 : Analisis Rancangan Aksi, Tindakan dan Hasil ... 91 Gambar 6 : Strategi Pelaksanaan Program ... 102 Gambar 7 : Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam

(23)

xii Halaman 1. Sketsa Wilayah Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten

(24)

Latar Belakang

Kegagalan pendekatan pembangunan yang berporos pada pertumbuhan ekonomi berbentuk sentralistis dan bersifat top-down pada masa Orde Baru, telah bergeser pada perubahan paradigma baru dalam pembangunan masyarakat. Hal ini sejalan dengan diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Di keluarkannya peraturan tersebut, merupakan pintu masuk partisipasi masyarakat melalui Otonomi Daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan menurut prakarsa sendiri. Era otonomi, masyarakat yang tadinya tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan, kini dipandang sebagai aktor sentral yang memiliki potensi dan kemampuan dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka tidak lagi dianggap hanya sebagai penerima pasif dari berbagai ragam kegiatan pembangunan tetapi mereka telah diberdayakan agar memiliki kapasitas dalam mengorganisir dan mengambil keputusan, merespon berbagai permasalahan, serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri dan berkelanjutan.

Program pengembangan ekonomi masyarakat di daerah berintikan pada kebijakan pembangunan yang menggunakan sumberdaya lokal (sumberdaya alam, fisik dan lingkungan), kelembagaan dan sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki daerah. Titik sentral program pengembangan ekonomi masyarakat adalah pada inisiatif daerah (masyarakat dan pemerintah daerah) untuk menggerakkan proses pengembangan ekonomi daerah. Pemikiran dan inisiatif tersebut dituangkan dalam rencana umum yang dapat diterapkan, sesuai dengan permasalahan dan potensi yang ideal dalam artian aspiratif, serta rencana pembangunan multisektoral yang disusun oleh pemerintah baik di tingkat regional maupun nasional.

(25)

keterampilan dan pengetahuan masyarakat, mengakibatkan rendahnya kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan akses sumberdaya yang tersedia. Hambatan utama bagi masyarkat adalah terbatas sumberdaya ekonomi berupa modal, lokasi usaha, lahan, informasi pasar dan teknologi. Kesulitan ini diperparah dengan terbatas penyediaan prasarana dan sarana produktif berakibat mempersempit peluang masyarakat untuk memperoleh lapangan kerja dengan penghasilan yang layak. Hambatan lain yang sifnifikan berupa, rendah kemampuan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat dalam mengelola sumberdaya untuk meningkatkan kompetensinya.

Konteks masyarakat diletakkan dalam strategi pemberdayaan dengan merujuk pada upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalan, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat miskin. Bagian yang tertinggal dalam hal ini masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar ekonomi keluarga perlu ditingkatkan kemampuan dalam mengembangkan dan mendinamisasi potensi diri masyarakat miskin tersebut (Kartasasmita 1996). Peningkatan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anggota komunitas itulah yang dikenal dengan penguatan kapasitas (capacity building).

Strategi pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pengembangan partisipasi aktif dan meningkatkatkan prakarsa masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat, pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan untuk meningkatkan taraf hidup yang meliputi berbagai kegiatan pembangunan tingkat lokal baik yang dilakukan pemerintah dan non- pemerintah (Adi 2001). Menurut (Sumarjo & Saharudin 2004) partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam pembangunan masyarakat, karena melalui partisipasi masyarakat dapat diperoleh, Pertama, informasi tentang kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat. Kedua, masyarakat lebih percaya dan bertanggung jawab bila dilibatkan dalam kegiatan mulai dari perencanan hingga memanfaatkan hasil program. Ketiga, masyarakat beranggapan bahwa keterlibatan mereka dalam pembangunan merupakan hak demokrasi masyarakat itu sendiri.

(26)

kegiatan yang dirancang dengan menitikberatkan pada proses pembelajaran dan memberdayakan masyarakat lewat lembaga ekonomi lokal untuk menopang perekonomian masyarakat itu sendiri. Lembaga ekonomi lokal di atas mengandung makna “ikatan sosial” yang dibangun berdasarkan jejaring sosial (social networking) sebagai nilai tambah dari modal sosial (social capital) dengan satu fokus interaksi pada pengembangan masyarakat (Nasdian 2004).

Pembangunan dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam arti sosiologis mengarah pada penekanan pembangunan berbasis lokal yang di dalamnya terdapat ikatan sosial yang digunakan untuk berinteraksi antar kelompok, organisasi, instansi, komunitas dan lokalitas dengan melintasi beragam ras.

Masyarakat miskin merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang penting untuk diberdayakan, sebab mereka mempunyai banyak keterbatasan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal dan perlu diperdayakan dalam upaya memperkuat kapasitas lembaga yang membantu perekonomian Masyarakat. Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabubaten Sleman Yogyakarta dengan Penduduk 12.786 jiwa serta penduduk yang digolongkan miskin sejumlah 730 KK atau 2.555 jiwa (19,98 %) (Sumber data : Monografi Desa Sendangtirto 2004 ). Adapun penduduk miskin yang berada di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto sebanyak 28 KK atau 98 jiwa (59 %) dari jumlah 182 jiwa penduduk yang tinggal di wilayah RW 04.

(27)

Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari terbentuk melalui kegiatan Selapanan dengan anggota 19 orang pada Oktober 1999 dan hingga Nopember 2005 berkembang menjadi 26 orang anggota. Terbentuknya lembaga ekonomi lokal simpan pinjam Rukun Lestari adalah sebagai upaya mendukung masing-masing warga masyarakat miskin dalam menopang perekonomian mereka.

(28)

harapan anggota dengan tujuan yang diharapkan dengan pendirian lembaga simpan pinjam dalam membantu perekonomian anggota. Gambaran kondisi permasalahan lembaga tersebut antara lain; dari aspek permodalan, manajemen dan sumberdaya manusia, sedangkan permasalahan anggota terletak pada keberfungsian sosial dan pendapatan yang belum menunjang perekonomian.

Permasalahan yang akan dikaji secara mendalam, diharapkan dapat memberdayaan masyarakat melalui pengembangan masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam secara partisipatif. Masyarakat miskin sebagai anggota lembaga serta pengurus simpan pinjam perlu dilibatkan secara langsung dalam merancang dan merencanakan pemberdayaan masyarakat, dimulai dari proses pengumpulan data sampai dengan rencana aksi pemberdayaan masyarakat secara aktif. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggali kebutuhan yang dirasakan untuk dikumpulkan dan diambil prioritas mana yang akan didahulukan, dengan tetap mengingat prioritas lain yang tidak ditinggalkan.

Kajian pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan penguatan kapasitas lembaga sampai penyusunan rencana program dan aksi, diharapkan rancangan program dan aksi pengembangan masyarakat tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan di Desa Sendangtirto khususnya dan desa-desa lain di Kecamatan Berbah atau lokasi-lokasi lain yang memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Tentunya dengan modifikasi yang disesuaikan dengan daerah masing-masing sesuai permasalahannya.

Perumusan Masalah

Fokus kajian pengembangan masyarakat ditujukan pada penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Masyarakat miskin berdaya berpengaruh pada peningkatan pendapatan secara ekonomi, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan pada kualitas hidup diusahakan sesuai kebutuhan yang dirasakan dengan aspirasi masyarakat miskin itu sendiri.

(29)

perlu melibatkan masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari dari mulai perumusan masalah, perencanaan, pengelolaan serta pengendalian kegiatan dan peniliaan keberhasilan. Partisipasi ini diharapkan terjadi proses penyadaran, proses belajar, dari kehidupan mereka sendiri dan lingkungan hidup yang mereka hadapi terhadap kemampuan masyarakat dalam membangun dirinya sendiri dan lingkungan secara swadaya yang selama ini dapat berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Clarke dikutip dalam Hikmat et al. 2004). bahwa partisipasi masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat saat ini merupakan kunci partisipasi efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Permasalahan pokok yang menjadi kendala lembaga dalam kajian ini terletak pada lemahnya manajemen lembaga oleh pengurus dalam mengupayakan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan anggotanya. Sesuai dengan pendapat (Nasdian & Utomo 2003), bahwa salah satu fungsi kelembagaan adalah memberi pedoman berperilaku pada individu atau masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah, bersikap dan menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan. Sejalan dengan hal tersebut lembaga simpan pinjam akan efektif bila dapat memberikan akses kepada masyarakat miskin sebagai anggota terhadap penyediaan modal, teknologi dan pasar, dimana ketiga komponen tersebut merupakan inti dari pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Pemberdayaan dalam kajian ini bukan saja dilihat dari aspek ekonomi, tetapi bagaimana aspek sosial yang berpengaruh pada masyarakat miskin juga semakin meningkat.

(30)

Gambaran latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah kajian sebagai berikut :

1. Bagaimana performa masyarakat miskin sebagai anggota mendukung penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kabupaten Sleman Yogyakarta ?

2. Bagaimana kinerja lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam memberdayakan anggotanya ?

3. Bagaimana strategi dan program yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat miskin lewat penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari ?

Tujuan dan Kegunaan Kajian

Tujuan kajian ini adalah mengkaji kapasitas kelompok yang dimiliki masyarakat lokal dengan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dengan mengembangkan jejaring di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kab. Sleman, dalam rangka pemberdayaan masyarakat serta bagaimana menguatkan lembaga ekonomi lokal tersebut.

1. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian pengembangan masyarakat ini secara khusus adalah :

a. Menganalisis performa masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kab. Sleman Yogyakarta.

b. Mengevaluasi kinerja lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam memberdayakan anggotanya..

c. Menyusun strategi dan program dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui penguatan kapasitas kelembagaan simpan pinjam Rukun Lestari. 2. Kegunaan Kajian adalah :

a. Menghasilkan strategi dan program pemberdayaan masyarakat miskin melalui penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari secara

partisipatif.

(31)

Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial multidimensional, penanganan masalah kemiskinan memerlukan berbagai disiplin ilmu; mulai ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan (Baharsjah 1999). Kemiskinan bukan hanya suatu ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi suatu kehidupan yang layak, tetapi juga berkaitan erat dengan keadaan sistem kelembagaan yang tidak mampu memberikan kesempatan yang adil bagi anggota masyarakat untuk memanfaatkan, memeperoleh manfaat dari sumber yang tersedia (Jamasy 2004). Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan, kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi (Kartasasmita 1996).

Kemiskinan juga diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelempok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik yang dimiliki dalam kelompok tersebut ( Soekanto 1990).

Pengertian kemiskinan oleh (Friedman dikutip dalam Suharto et al. 2005) didefinisikan sebagai kemiskinan kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang meliputi :

1. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan) 2. Sumber keuangan (pekerjaan, kredit)

3. Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial)

4. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa 5. Pengetahuan dan keterampilan dan

6. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup

Kemiskinan serta definisinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiskinan mempunyai tiga penyebab antara lain :

(32)

seperti rendahnya pengetahuan, keterampilan sehingga menyebabkan pekerjaan yang rendah pendapatannya dan rendahnya daya beli;

2. Permintaan akan tenaga kerja sehingga meningkatkan pengangguran, pengangguran menyebabkan orang tidak memiliki pendapatan, daya beli rendah, akhirnya tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar;

3. Discrimination, adanya perlakuan berbeda terhadap golongan tertentu terutama dalam aksesibilitas terhadap sumberdaya-sumberdaya dan adanya dominasi pihak tertentu terhadap sumberdaya tersebut. Menurut (Transey & Ziegley 1991 seperti dikutip dalam Suharto et al. 2005). Penyebab kemiskinan menurut (BKPK & Lembaga Penelitian SMERU 2001) penyebab kemiskinan teridentifikasi sebagai berikut :

1. Keterbatasan pendapatan, modal dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar termasuk : (Modal sumberdaya manusia, misalnya pendidikan formal, keterampilan dan kesehatan yang memadai, Modal produksi, misalnya lahan dan akses terhadap kredit, modal sosial, misalnya jaringan sosial dan akses terhadap kebijakan dan keputusan politik, sarana fisik, misalnya akses terhadap prasarana dan dasar jalan, listrik dan air bersih, termasuk hidup di daerah yang terpencil);

2. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan-goncangan karena: Krisis ekonomi; Kegagalan panen karena hama, banjir atau kekeringan, kehilangan pekerjaan (PHK), konflik sosial dan politik; Korban kekerasan sosial dan rumah tangga; Bencana alam (longsor, gempa bumi, perubahan iklim global; dan Musibah (Jatuh sakit, Kebakaran, kecurian atau ternak terserang wabah penyakit)

3. Tidak adanya suara yang mewakili dalam institusi negara dan masyarakat karena; (tidak ada kepastian hukum; Tidak ada perlindungan dari kejahatan; Kesewenang-wenangan aparat; Ancaman dan intimidasi; Kebijakan publik yang peka dan tidak mendukung upaya penanggulangan kemiskinan; rendahnya posisi tawar masyarakat miskin). Penyebab kemiskinan dari uraian di atas dapat dikelompokkan menjadi eksternal factor (atau dalam faktor kemiskinan adalah mengenai pendapatan masyarakat miskin) dan internal factor (atau dalam faktor kemiskinan adalah mengenai keberfungsian dari keluarga ataupun lembaga sosial).

(33)

Secara umum, kebutuhan pokok manusia untuk hidup secara layak mencakup makanan, pakaian dan tempat tinggal, sehingga konsep fakir miskin dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok minimum untuk makan, pakaian dan tempat tinggal (BPS & Depsos 2002).

Pengukuran kemiskinan perlu terlebih dahulu ditinjau dari batas kecukupan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut, dengan demikian menurut (BPS 2005) mengemukakan bahwa :

Seseorang dikatakan fakir miskin bila Nilai pengeluaran per bulan kurang dari garis yang di tetapkan oleh BPS sebesar Rp. 150.000,00. per orang per bulan dan dianggap sebagai fakir miskin.

Menurut (Sajogyo dikutip dalam Rusli 2005) seseorang dikatakan miskin adalah : Nilai yang diperoleh menggunakan tingkat pengeluaran setara beras (sebagai proxi terhadap tingkat pendapatan) dalam menetapkan garis kemiskinan. Tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara kurang dari 240 kg beras bagi penduduk pedesaan digolongkan miskin sekali, sedangkan penduduk pedesaan pengeluaran setara kurang dari 180 kg beras tergolong paling miskin, dan tingkat pengeluaran setara atau kurang dari 320 kg beras tergolong miskin.

Indikator mengenai seseorang dikatakan miskin seperti uraian tersebut di atas, bisa direfleksikan sesuai tingkat kemiskinan sesungguhnya di masyarakat dan disimpulkan sesuai indikator Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan. Menurut (Departemen Sosial RI 2005) yang dimaksud keluarga miskin adalah :

1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis sangat miskin yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran per-orang per-bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/kota,

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/ beras untuk orang miskin/ santunan sosial),

3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap per orang per tahun),

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit,

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya, 6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau

dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin,

(34)

Indikator fakir miskin tersebut sifatnya multidimensi, artinya setiap keluarga miskin dapat berbeda tingkat kedalaman kemiskinannya. Secara umum jika tiga kriteria tersebut di atas terpenuhi, sudah dapat dikategorikan keluarga miskin.

Faktor internal yang menjadikan masyarakat miskin adalah masalah keberfungsian sosial, menurut (Du Bois & Milley 1992) keberfungsian sosial berhubungan dengan pemenuhan tanggung jawab seseorang kepada masyarakat secara umum, terhadap mereka yang berada di lingkungan yang terdekat dan terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab tersebut termasuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia seseorang, bagi mereka yang tergantung kepada seseorang, dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Kebutuhan manusia yang dimaksud terdiri dari aspek-aspek fisik (pangan, tempat tinggal, keamanan, perawatan kesehatan dan perlindungan); pemenuhan kebutuhan personal (pendidikan, rekreasi, nilai-nilai estetika, agama); kebutuhan-kebutuhan emosional (rasa memiliki, saling peduli, dan persahatan); serta konsep diri yang memadai (percaya diri, harga diri dan identitas).

(Garvin & Seabury 1986) menjelaskan bahwa keberfungsian sosial sebagai “ encomposses all the way that we respond to the demands of our social enviroment-an enviroment that includes family, peers, organizations, communities, as well entire society”. Sedangkan Leonora S. De Guzman mendefinisikan atas keberfungsian social environment; it is the producd of his activity the related to his surrounding (Guzman 1982). Keberfungsian sosial sesuai pengertian di atas berkaitan dengan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya. Jadi orang yang bermasalah adalah orang yang kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial di mana dia berada. Oleh sebab itu kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin diarahkan untuk membantu orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara memadai.

(35)

(Balatbangsos & STKS 2003) keberfungsian sosial dan institusional dapat dipandang dari berbagai segi yaitu :

1. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, yaitu sebagai penampilan pelaksanaan peranan yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektifitas.

2. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, yaitu mengacu kepada cara-cara yang digunakan oleh individu maupun kolektivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.

4. Keberfungsiansosial institusional dipandang sebagai agen-agen pendukung (supporting agents) terhadap efektifitas program anti kemiskinan dan lembaga-lembaga pendukung (supporting institutions/apparatus) keberhasilan program anti kemiskinan.

Kemiskinan, penyebab dan indikator kemiskinan dari uraian tersebut di atas dapat berjalan baik dan efektif apabila program penanggulangan kemiskinan dapat memberikan suasana tenteram dan stabil pada pelaksanaannya, sedangkan kebijaksanaan yang langsung ditujukan kepada masyarakat miskin harus diletakkan pada perbaikan situasionalnya, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Program tersebut harus bisa dilaksanakan bila pelakunya dalam hal ini masyarakat miskin diberdayakan dan berlandaskan pada kekuatan komunitas masyarakat miskin itu sendiri.

Masyarakat

(36)

dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Sementara menurut (Kontjaraningrat 1997) masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Identifikasi ciri masyarakat menurut ketiga tokoh tersebut dengan demikian sangat penting dalam program pemberdayaan masyarakat, sebab bisa melihat performa masyarakat dari : 1) Jumlah penduduk, 2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah setempat, 3) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, 4) Adanya kesadaran kelompok yang kuat, 5) Bersifat homogen dan hidup mandiri, 6) Mempunyai budaya bersama, 7) Berinteraksi satu sama lain, 8) Memiliki identitas bersama.

Kelembagaan Ekonomi Lokal

Keberadaan lembaga sosial ditentukan oleh sejauhmana lembaga sosial dapat bertahan serta dapat meningkatkan peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada, oleh karena itu perlu upaya yang sistematis dalam melakukan penguatan (empowering) kelembagaan dengan cara memberdayaan masyarakat sesuai dengan konteks perubahan, tuntutan zaman, tujuan dan kebutuhan masyarakat.

Menurut pandangan (Ritzer 1986 dikutip dalam Syawie 2004), memahami kelembagaan dari dua sudut pandang pendekatan antara lain:

1. Kelembagaan dipahami sebagai non materiel seperti nilai dan norma serta

2. Kelembagaan dipahami sebagai materiel seperti lembaga (institusi), keduanya dapat dipahami sebagai bentuk materiel yang utuh dan komplek (materiel entities)

(37)

Menurut (Koentjaraningrat 1997) kelembagaan digolongkan menjadi delapan, yaitu:

1. Kelembagaan kekerabatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kekerabatan

2. Kelembagaan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan pencaharian hidup, mengatur kegiatan produksi, menimbun dan distribusi harta benda

3. Kelembagaan pendidikan, memenuhi kebutuhan akan penerangan, dan pendidikan warga

4. Kelembagaan ilmiah, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan tentang semesta

5. Kelembagaan estitika dan rekreasi, untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi

6. Kelembagaan keagamaan, berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib 7. Kelembagaan politik, untuk mengatur kehidupan bernegara

8. Kelembagaan somatik, untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan jasmaniah manusia

Kelembagaan dari uraian tersebut di atas disimpulkan sebagai sistem tata kelakuan dalam hubungan sosial berpusat pada aktivitas-aktivitas yang berstandar pada nilai dan norma pemenuhan kebutuhan masyarakat dilihat dari : 1) adanya wadah; 2) Penggerak/pengelola; 3) mekanisme atau sistem; 4) tujuan dan manfaat; 5) adanya nilai dan norma; 6) adanya kontrol sosial dari semua masyarakat.

Lembaga keswadayaan masyarakat yang terkait dengan perekonomian lokal dan dibentuk melalui program pengembangan masyarakat di antaranya : kelompok tani, kelompok nelayan, kadinda, dan kelompok arisan. Berbagai studi menunjukkan lembaga-lembaga yang dibentuk masyarakat dari bawah biasanya memiliki tingkat keberlanjutan (sustainability) lebih baik dibandingkan lembaga-lembaga yang dibentuk dari atau berbasiskan suatu pekerjaan proyek tertentu, hal ini erat kaitannya dengan tingkat partisipasi serta keuntungan bisnis yang diterima oleh partisipasi dalam lembaga tersebut ( Haeruman & Eriyatno 2001).

(38)

Uraian tersebut di atas sejalan dengan pendapat (LP-IPB yang dikutip dalam Haeruman & Eriyatno 2001) mengemukakan bahwa Kelembagaan Ekonomi Lokal meliputi :

1. Lembaga usaha produktif yang erat kaitannya terhadap teknologi produksi, komoditas unggulan lokal dan sumber daya manusia.

2. Lembaga distribusi/pemasaran yang erat kaitannya terhadap infrastruktur dan sarana distribusi, kemitraan usaha.

3. Lembaga pembiayaan usaha/keuangan yang erat kaitannya terhadap lembaga perbankan, lembaga penjamin kredit.

4. Lembaga keswadayaan masyarakat yang erat kaitannya terhadap tingkat partisipasi serta keuntungan bisnis yang diterima oleh partisipan dalam lembaga keswadayaan masyarakat.

Adapun kaitan dengan kajian pengembangan masyarakat, lembaga simpan pinjam rukun lestari termasuk pada lembaga keswadayaan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya ketidak sesuaian harapan anggota dengan tujuan pendirian lembaga simpan pinjam, hal ini terjadi adanya permasalahan aspek permodalan, manajemen dan sumber daya. Penguatan kapasitas kelembagaan diperlukan dengan merujuk pendapat menurut (LP-IPB yang dikutip dalam Haeruman & Eriyatno 2001) mengemukakan perlunya penguatan kapasitas lembaga dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu :

1. Entry point; artinya proses sosialisasi harus dilaksanakan melalui tempat, lembaga/orang, dan jalur/mekanisme yang tepat. Kesalahan dalam memilih entry point dapat mengakibatkan program yang sebenarnya baik tidak dapat berjalan karena ditolak tanpa pernah dicoba.

2. Diffusion of knowledge; artinya pengenalan pengetahuan dan program dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atau kematangan (maturity) masyarakat sasaran.

3. Iteration; artinya respon atau umpan balik dari masyarakat sasaran perlu diperhatikan dan dijadikan masukan utnuk penyempurnaan program. Melalui proses ini indigenous knowledge dapat diakomodir.

Usaha Simpan Pinjam

(39)

Wujud kongkrit lembaga kemasyarakatan disebut asosiasi, yaitu tata cara atau prosedur diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam satu kelompok kemasyarakatan ( Page dalam Soekanto 1990). Merujuk pada pengertian tersebut, maka usaha simpan pinjam adalah lembaga yang dibentuk secara sengaja oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wujud kongkrit dari lembaga ini adalah Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dibentuk oleh kelompok masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto.

Lapangan usaha utama usaha simpan pinjam ialah menerima simpanan dan memberi pinjaman kepada anggota yang memerlukan dengan syarat-syarat yang mudah. Tujuan simpan pinjam adalah membantu keperluan pinjaman anggota, mendidik supaya giat menyimpan secara teratur sehingga terbentuk modal sendiri, dan mendidik para anggota hidup hemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka (Chaniago 1982). Usaha simpan pinjam memiliki tujuan strategis, karena bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan simpan dan pinjam anggota, tetapi juga mencakup perubahan sikap dan perilaku anggota, mendidik untuk hidup hemat sehingga akan dapat membentuk modal sendiri.

Manfaat dari usaha simpan pinjam menurut (Sumodiningrat 1986) adalah: 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat

2. Memperbaiki gizi keluarga

3. Melepaskan masyarakat miskin dari belenggu pemberi pinjaman gelap 4. Meningkatkan posisi tawar masyarakat dalam produk maupun pasar

input

5. Meningkatkan harapan akan masa depan pendidikan bagi anak dan meningkatkat kesempatan kerja pada anak.

Usaha simpan pinjam dengan demikian akan memberikan manfaat dalam pemberdayaan masyarakat disamping untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, juga bermanfaat sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (mencakup perbaikan kesehatan, harapan masa depan, pendidikan, kesempatan kerja ).

Agar usaha simpan pinjam di pedesaan dapat berkembang diperlukan syarat-syarat yang menurut (Sumodiningrat 1986) adalah:

1. Mencerminkan kemampuan dan kebutuhan masyarakat; 2. Mudah diawasi , dipantau dan dikelola masyarakat setempat, 3. Menguntungkan bagi masyarakat maupun lembaga,

(40)

Mengikuti syarat-syarat yang dikemukakan (Sumodiningrat 1986) , dapat ditarik kesimpulan bahwa agar usaha simpan pinjam dapat berkembang, maka harus ada kesesuaian antara kebutuhan simpan pinjam masyarakat dengan kemampuan lembaga untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, serta memiliki mekanisme dan prosedur mudah sehingga masyarakat dapat melakukan pengawasan, dan pengelolaan. Pengembangan lembaga diperlukan oleh karena adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan simpan pinjam masyarakat dengan kemampuan memenuhinya, serta masih ada hambatan yang mempersulit dalam pengawasan dan pengelolaan lembaga oleh masyarakat. Salah satu cara pengembangan lembaga itu adalah dengan penguatan kapasitas lembaga.

Kinerja Lembaga Simpan Pinjam

Analisis terhadap kinerja akan membantu menggambarkan bagaimana prospek suatu usaha simpan pinjam dapat berkembang. Kinerja mengacu pada tingkat kemampuan pelaksanaan tugas dengan standar perbandingan ideal antara pelaksanaan tugas dan yang diharapkan (perencanaan) dengan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan (evaluasi). Pengertian kinerja merujuk kamus Bahasa Indonesia, (Purwadarminta 1992) menjelaskan kinerja sebagai keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dimunculkan melalui perbuatan.

Kinerja menurut (Bernadin & Russel dikutip dalam Mulyono 1993) menjelaskan penilaian kinerja merupakan suatu cara untuk mengukur kontribusi individu anggota organisasi terhadap organisasinya. Kinerja juga diartikan perilaku yang diperagakan secara aktual oleh individu sebagai respon terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya, sehingga kinerja dapat dilihat dari hasil kerja, derajat kecepatan kerja dan kualitas kerja.

(41)

indikator kinerja sebagai berikut :

1. Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga miskin,

2. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi keluarga miskin,

3. Meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar dan sistem jaminan kesejahteraan sosial,

4. Peningkatan jumlah asset individu miskin anggota kelembagaan sosial, 5. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan

dunia usaha dalam program pemberdayaan keluarga miskin, 6. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat keluarga miskin,

7. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial terhadap keluarga miskin.

Pengertian kinerja dari uraian di atas bisa disebut sebagai kualitas penatalaksanaan lembaga meliputi sistem pengorganisasian terdiri atas input, proses dan output pelaksanaan manajemen lembaga simpan pinjam. Pengertian tersebut mencakup; 1) Input meliputi sarana, bahan, pengurus dan organisasi, sedangkan proses meliputi sosialisasi program usaha simpan pinjam, pemberian kredit serta kegiatan pelaporan dan tindak lanjutnya, 2) Output yang dimaksud adalah kegiatan pelaporan perguliran dana serta laporan kegiatan pengorganisasian lembaga simpan pinjam. Penjelasan kinerja tersebut bisa dikatakan bahwa, indikator kinerja lembaga simpan pinjam berarti suatu kegiatan yang dapat memberi petunjuk baik buruknya kegiatan input, proses dan output pelaksanaan kegiatan lembaga simpan pinjam.

Kinerja bisa disimpulkan sebagai aspek yang berpengaruh terhadap maju dan mundurnya lembaga yaitu, kinerja pengurus dan anggota dari lembaga simpan pinjam. Dikatakan berpengaruh sebab masing-masing anggota suatu lembaga secara spesifik bisa muncul kinerja yang berbeda dan akibat dari kinerja anggota tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan kerjasama di dalam lembaga.

Kinerja sebagai alat ukur digunakan untuk melihat maju dan mundurnya lembaga dilihat dari pencapaian target, efisiensi dan efektivitas dari pengelolaan usaha simpan pinjam yang sesuai dengan penjelasan oleh (Mulyono 1993), yaitu :

1. Derajat pencapaian tujuan pokok,

(42)

3. Perbandingan mengenai performa organisasi dari waktu terdahulu dengan waktu sekarang, menunjukkan penurunan, statis atau berkembang.

Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah sebuah proses dangan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengkontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lesmbaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Person yang dikutip dalam Suharto et al. 2005).

Pemberdayaan adalah upaya membangun daya saing, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan aksi yang dimiliki masyarakat serta berupaya untuk mengembangkannya (Kartasasmita 1996) dalam pemberdayaan tersebut menurut (Suharto 2005) menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :

1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan),

2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan,

3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

(43)

Tiga cara pemberdayaan ekonomi menurut (Kartasasmita 1996) antara lain : 1. Menciptakan iklim yang memungkinkan lapisan masyarakat berkembang 2. Memperbaiki potensi atau daya yang dimiliki

3. Memberikan perlindungan bagi si lemah, mencegah persaingan tidak seimbang dan eksploitasi

Pemberdayaan masyarakat bukan menjadikan mereka tergantung pada pemberian, tetapi merupakan hasil usaha sendiri yang dapat dipertukarkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan ekonominya. Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam sangat diperlukan, karena dengan penguatan kapasitas masyarakat miskin sebagai anggota bisa mengembangkan modal sosial, seperti yang dikemukakan oleh (Rubin & Rubin 1992) bahwa “pengembangan kapasitas adalah bagaimana menciptakan kemampuan untuk menemukan kekurangan yang ada pada dirinya dan ada upaya untuk meningkatkan kekurangannya tersebut” . Kemampuan atau cara seperti itu disebut sebagai strategi penanganan (coping strategies) (Garvin 1986). Masyarakat miskin adalah kelompok rentan dan lemah serta tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdaya, dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto 2005):

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. 4. Penyokongan: dengan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin

(44)

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi kondusif atas keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Pemberdayaan dari uraian tersebut bisa digunakan dalam menganalisis bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan masyarakat, melalui penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dengan pengembangan jejaring dalam penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi lokal.

Penguatan Kapasitas

Penguatan adalah suatu proses upaya yang sistematis menjadikan lembaga suatu masyarakat menjadi lebih baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat mempengaruhi eksistensinya.

Penguatan kapasitas merupakan suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Merujuk pendapat (Sumpeno 2002), penguatan kapasitas berarti terjadi perubahan perilaku untuk :

1. Meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap;

2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan budaya;

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.

Hasil yang diharapkan dengan adanya penguatan kapasitas menurut (Sumpeno 2002) adalah :

1. Penguatan individu, organisasi dan masyarakat;

2. Terbentuknya model pengembangan kapasitas dan program; 3. Terbangunnya sinergisitas pelaku dan kelembagaan.

(45)

masyrakat dimana kelembagaan tersebut menciptakan dan membangun perasaan anggota untuk membangkitkan kapasitas lembaga dalam pemecahan masalah.

Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam dapat dicapai melalui komponen kepercayaan, kerjasama dan kemitraan sehingga melalui pemberdayaan anggota dan lembaga akan dapat meningkatkan kemampuan atas pengetahuan, keterampilan dan sikap disamping dapat meningkatkan kemampuan lembaga dan kemampuan masyarakat miskin sebagai anggotanya.

Kerangka Pemikiran

Salah satu pendekatan pengembangan masyarakat dan membangun kemandiriannya adalah dengan pengembangan ekonomi rakyat melalui lembaga simpan-pinjam. Solusi yang ditempuh dengan peningkatan keberdayaan masyarkat miskin melalui lembaga tersebut diharapkan kemandirian dapat dipercepat, karena interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain bisa dibangun prakarsa murni dari masyarakat berdasarkan hubungan sosial yang telah mereka bangun selama ini.

Kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari seharusnya dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan potensi sosial anggota. Baik kegiatan yang sudah tergali seperti gerakan sosial, shodakoh, infak dan zakat dari para muzaki yang dimotori oleh perkumpulan karyawan karyawati pegawai tetap di RW 04 Dusun Dawukan yang penggalangan dananya digunakan untuk menambah asset anggota simpan pinjam Rukun Lestari juga digunakan sebagai pemupukan modal. Di lain pihak bagi lembaga dimaksud dapat untuk mengembangkan potensi diri anggota yang selama ini kurang termunculkan sebagai upaya untuk menanggulangi permasalahan ekonomi keluarga yang berakibat pada permasalahan keberfungsiansosial masyarakat miskin sebagai anggotanya.

Namun demikian lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai tempat untuk pengembangan potensi sosial anggota ternyata belum sesuai yang diharapkan tujuan pendirian lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai lembaga yang dapat membantu perekonomian anggotanya.

(46)

dicapai dengan partisipasi aktif semua anggota kelembagaan tersebut. Pemberdayaan dalam kajian komunitas disini mempunyai tiga matra kekuatan sosial (social power), politik (political power), dan psikologis (psychological power). Sosial power berati masyarakat memiliki akses terhadap sumber-sumber material dan non material. Matra politik berarti masyarakat miskin sebagai anggota kelembagaan simpan-pinjam semakin memiliki kekuasaan untuk memilih, berbicara dan bertindak kolektif. Matra psikologis berkaitan dengan kesadaran akan potensi masyarakat atas kepentingan bersama, kesadaran berbeda dengan pembuat kebijakan, juga kesadaran bahwa mereka bisa merubah kondisi dan posisi struktural mereka.

Permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut solusinya diarahkan pada penguatan kapasitas dengan merencanakan program dan strategi berupa pengembangan pendidikan dan pengetahuan, penyuluhan dan ketrampilan, membangun penguatan kapasitas lembaga simpan-pinjam dalam mengembangkan jejaring untuk mengakses sistem sumber baik dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat kelembagaan tersebut dibentuk. Dikuatkannya kapasitas lembaga simpan-pinjam dengan membuka jejaring sosial dimaksudkan masyarakat miskin sebagai anggota dapat berdaya, dampaknya masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dan kemampuan menjalankan fungsi sosialnya, sehingga berdayanya masyarakat miskin akan berpengaruh pada menguatnya kapasitas lembaga simpan-pinjam tersebut. Hal ini belum terjadi, karena lembaga simpan pinjam yang menjadi kajian dalam mendukung pemberdayaan masyarakat memiliki kelemahan dalam hal kepemimpinan, teknologi, penghimpunan dana, pengetahuan terhadap usaha, pengorganisasian dan pengambilan keputusan bersama. Keterbatasan kapasitas tersebut berpengaruh pada kapasitas lembaga, dengan permasalahan disebabkan lemahnya jaringan kerja dan norma lembaga yang kurang melembaga disamping kinerja lembaga yang kurang maksimal.

(47)
[image:47.612.123.521.227.668.2]

sebagai anggotanya. Keberhasilan pengembangan kapasitas kelembagaan simpan-pinjam ini diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin secara institusional dan individual, disamping keberlanjutannya sangat ditentukan oleh berakar tidaknya program pengembangan masyarakat pada lembaga simpan pinjam beserta masyarakat miskin sebagai anggotanya. Berdasarkan uraian di atas, maka alur skema kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah berikut :

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Pengembangan Masyarakat Miskin Melalui Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Kapasitas Lembaga ƒKepemimpi nan ƒNorma ƒManajemen organisasi ƒModal Kapasitas Anggota ƒ Pendidikan ƒ Pendapatan ƒ Keberfungsi an sosial Pemberdayaan Masyarakat Miskin Anggota Simpan Pinjam

• Kemampuan memenuhi kebutuhan pokok

• Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab sosial

• Kemampuan mengatasi masalah Sistem

Sumber Formal

• Aparta Desa

• Dinas Koperasi

• Perbangkan

• Lembaga Sejenis

Non Formal

• Tokoh masyarakat

• Perkumpulan Karyawan Karyawati Performa Lembaga Simpan Pinjam Penguatan Kapasitas Lembaga 1. Perkembang-an lembaga ƒ Jumlah anggota

ƒ Jumlah dana bergulir

ƒ Jumlah simpanan dan pinjaman

ƒ Jumlah tunggakan 2.Pola Pengelolaan ƒ Perencana-an ƒ Pelaksana-an program ƒ Evaluasi ƒ Kemandiri-an usaha sosial ekonomi ƒ Meningkat nya aksesbilitas anggota terhadap pelayanan sosial

(48)

Tipe dan Aras Kajian

Tipe Kajian

Kajian penulisan ini menggunakan tipe kaji tindak eksplanatif, yaitu suatu tipe kajian yang menggali informasi dengan melihat pola interaksi yang ada di masyarakat. Interaksi yang dikaji adalah hubungan masyarakat miskin dengan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sedangkan permasalahan yang akan dipahami dalam kajian ini meliputi hubungan interaksi pengurus lembaga simpan pinjam dengan anggotanya dalam penguatan kapasitas kelembagaan serta memahami komunitas terkait kesatuan lokalitas budaya yang homogen pada komunitas RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto tersebut. Subyek kajian dimaksud adalah lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dalam upaya penguatan kapasitas pelayanan dengan membangun jejaring dengan unit analisisnya adalah masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam dan pengurus lembaga simpan pinjam.

Aras Kajian

Kajian penulisan dirancang dengan pendekatan subyektif mikro dengan memahami realitas sosial yang mencakup hubungan interaksi komunitas dalam upayanya memenuhi kebutuhan dasar ekonomi masyarakat miskin di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta.

Strategi Kajian

(49)

Tahapan-tahapan dalam Logical Framework Analysis (Sumardjo & Saharudin 2003) adalah :

1.Tahap Pertama, melaksanakan analisis permasalahan berdasarkan informasi yang diberikan masyarakat.

2.Tahap Kedua, melaksanakan analisis tujuan berdasarkan analisis permasalahan yang telah dirumuskan.

3.Tahap Ketiga, melaksanakan matrik alternatif kegiatan, berdasarkan analisis tujuan dirumuskan analisis alternatif strategi penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi lokal.

4.Tahap Keempat, menyusun analisis pihak terkait berdasakan identifikasi yang telah dilakukan.

5.Tahap Kelima, menyusun rencana kegiatan. Lokasi dan Waktu Kajian

Pemilihan RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta sebagai tempat kajian pengembangan masyarakat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Sebagai akibat kurang adanya akses program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah utamanya desa Sendangtirto selama ini, berakibat muncul kesadaran para tokoh masyarakat dusun tersebut dengan menghimpun dana zakat dan infak untuk memberdayakan masyarakat miskin di RW 04 dengan mendirikan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui kegiatan selapanan yang diisi kegiatan simpan-pinjam.

2. Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang didirikan sebagai penopang perkonomian masyarakat miskin di RW 04, ternyata berjalan lamban dan kurang dapat mendukung secara maksimal masyarakat miskin pada pemenuhun dasar ekonomi keluarga.

3. Administrasi lembaga simpan-pinjam yang dijalankan pengurus kurang tertata disamping akses keluar belum menjangkau sumber-sumber pendukung perkembangan lembaga simpan-pinjam, berakibat sumber daya manusia anggota lembaga simpan-pinjam masih rendah. Kondisi tersebut membuat kami tertarik untuk mengadakan penelitian penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui pemberdayaan masyarakat miskin.

(50)
[image:50.612.132.515.120.416.2]

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta 2006.

NO JENIS KEGIATAN

TAHUN

2005 TAHUN 2006

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Pemetaan Sosial Desa

2. Evaluasi Program

3. Kajian Pengembangan

Program

4. Penulisan Laporan

5. Seminar dan Ujian

6. Penggandaan Laporan

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data kajian ini merujuk tipe kajian eksplanatif yaitu, cara pengumpulan data dengan mencari pemahaman dan pengetahuan yang benar antar variabel. Data yang diperoleh selanjutnya dijelaskan faktor penyebab suatu kejadian atau gejala sosial yang dipertanyakan, kemudian mengidentifikasi jaringan sebab-akibat berkenaan dengan suatu gejala sosial melalui data kualitatif.

Kajian komunitas dengan metode eksplanatif dilakukan oleh pengkaji melalui tiga tahapan pelakasanaan, antara lain :

1. Mengkaji situasi sosial masyarakat tempat kajian

2. Mengkaji proses kegiatan pengembangan masyarakat miskin di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto melalui kegiatan Simpan Pinjam Rukun Lestari. 3. Mengkaji pelaksanaan pencapaian tujuan kegitan Simpan Pinjam Rukun

(51)

Melalui kegiatan kajian komunitas dengan metode eksplanatif tersebut diharapkan dapat diperoleh data berupa kata-kata lisan, pendapat, pandangan, keterangan, kesan, tanggapan serta data yang diperoleh dari responden maupun informan yang terdiri dari Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, Pengurus lembaga, masyarakat anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari.

Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian ini adalah : 1. Studi dokumentasi, mempelajari data yang didapat dari monografi desa.

2. Wawancara mendalam, dengan jalan menggali informasi dari tokoh masyarakat pemrakarsa, pengurus dan anggota lembaga simpan-pinjam serta aparat desa untuk digunakan sebagai bahan kajian. Pelaksanaan kajian dengan cara melakukan wawancara, melakukan snowballing atau mencari responden/informan berdasarkan rujukan atau keterangan yang didapat dari responden/informan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu kegiatan meneliti potensi sumber daya lokal yang dilakukan penulis sendiri atau bersama responden.

4. Diskusi kelompok terfokus / Focus Group Disscussion (FGD), dan Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu kegiatan untuk memahami kemampuan dan kemauan masyarakat berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada untuk membuat program pemberdayaan masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan partisipatif dimana informan berperan serta dalam menemukenali serta melakukan assessment terhadap masalahnya, pengkaji bertindak sebagai fasilitator serta melakukan diskusi mendalam dalam kegiatan PRA.

(52)
[image:52.612.132.509.231.586.2]

Data yang diperoleh dipilah, dikategorikan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis data dihubungkan dengan landasan teoritis, selanjutnya dihubungan dengan pokok permasalahan yang dianalisis secara mendalam terhadap hal yang menjadi pokok persoalan. Pengumpulan data untuk mempermudah kerja kajian dengan jalan membuat tabel rincian responden dan cara pengumpulan data seperti Tabel 2 di bawah :

Tabel 2. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

NO Jenis Data Sumber Data

Teknik Pengumpulan

Data P D W SD

1 1. Kapasitas lembaga simpan pinjam

- Kepeminpinan Aparat Desa V V V

-Norma Tokoh Masyarakat V V

-Manajemen organisasi Pengurus dan V V V -Modal Aggota lembaga simpan pinjam V V V 2. Kapasitas Anggota Pengurus dan Anggota V v

-Pendidikan V V

-Pendapatan V V V

-Keberfungsian sosial V V V V 2. Performa Lembaga Simpan pinjam

- Sejarah Simpan Pinjam Pengurus dan Anggota V V - Keanggotaan Tokoh Masyarakat V V - Program Kerja Stakeholder V V V - Kegiatan dan AD/ART V V V

3. Sistem Sumber Formal :

- Aparat Desa Aparat Desa V V - Dinas Koperasi Kantor Dinas Koperasi

Kab. Sleman Yogyakarta

V V

- Perbankan Lembaga Perbankan V V - Lembaga Sejenis Lembaga sejenis di lokasi kajian V V V V Sistem Sumber Non Formal

- Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, Tokoh Pembangunan

V

-PerkumpulanKaryawan Karyawati Pengurus Karyawan Karyawati V V

(53)
[image:53.612.132.507.108.252.2]

Tabel 3. Sumber Data, Tipe Informan dan Jumlah Responden/Informan

Sumber Data Tipe Informan Jumlah Responden/ Informan

Aparat Desa Sendangtirto Dina

Gambar

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Pengembangan Masyarakat Miskin
Tabel  1.  Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kec
Tabel  2.  Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel  4.  Variabel, Indikator dan Parameter Kajian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data kandungan ycdium AS1 yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan yodium &lam AS1 satu hari setelah pemberian yodium dosis tinggi meningkat

Aneuploid adalah perubahan jumlah kromosom di dalam satu set kromosom. Peristiwa ini menyebabkan jumlah kromosom suatu individu lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan

Kini FELDA telah mencapai usia 50 tahun, namun masalah kelewatan pengeluaran hakmilik tanah GSA kepada peneroka masih menjadi salah satu isu yang sukar diatasi kerana pelbagai

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan,antara lain: 1) Siswa mengalami banyak kesalahan pada operasi aljabar matematika. Sehingga siswa mengalami

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel menunjukkan bahwa dari 68 responden diantaranya 67 responden (98,5%) menyatakan cukup dalam penerapan

Dalam hal keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor

Tapin bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat melakukan penelitian “Kajian Kontribusi Investasi Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapin

(1) Wakil Direktur I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, merupakan tenaga dosen yang diberi tugas tambahan membantu Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan