• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kinerja dan penyerapan tenaga kerja industri kecil mochi di kota Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kinerja dan penyerapan tenaga kerja industri kecil mochi di kota Sukabumi"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

OLEH

CENITA MELIANI H14103045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Cenita Meliani

NRP : H14103045

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS NIP. 131 284 623

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 31 Mei 1985 dan merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Kusna Kurhana, M.Si dan Hj. Titim Partini, Spd. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN IPK. Nyomplong Kota Sukabumi, Jawa barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Islam Al-Azhar 7 Kota Sukabumi hingga tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Kota Sukabumi dan lulus tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Bogor, Agustus 2007

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohiim,

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Selanjutnya hasil penelitian itu dituliskan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr. Ir. Manuntun P Hutagaol M.S yang telah memberikan bimbingan yang baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Sahara, SE, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini tentu belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu mandapat perbaikan.

Akhirnya penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bpk. Kusna Kurhana S.Ip M.Si dan ibundaku (alm) Titim Partini S.pd serta Ibu Ira, saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan anugerah yang telah mengiringi langkah penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga besar tercinta, Ayahanda Kusna dan Ibunda Titim (alm) tersayang,

(5)

semua do’a, kerja keras, kesabaran, dorongan semangat dan bantuan dalam meraih cita-cita penulis.

2. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen pembimbing skripsi terbaik yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara SE, M.Si selaku penguji dan sarannya dan Fifi Diana Thamrin SP, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini

4. Teman-teman yang selalu mendukung, Abang, Ani, Onye, Beby, Madu, Henry, Upe, Weni, Halida dan semua angkatan 40 IE yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Agustus 2007

(6)

RINGKASAN

CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi (dibimbing oleh MANUNTUN

PARULIAN HUTAGAOL)

Sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dilakukan analisis kinerja usaha mochi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum perkembangan usaha mochi serta berapa besar keuntungan yang diperoleh dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data primer. Selain itu juga digunakan analisis kinerja industri kecil dengan indicator ROI, dan Rasio R/C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, setiap kenaikan harga mochi sebesar satu rupiah akan meningkatkan keuntungan sebesar 3.53 rupiah (cateris paribus). Modal dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha mochi di Kota Sukabumi, yaitu peningkatan harga mochi sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan pengusaha sebesar 8.32 rupiah dan 4.58 rupiah

Hasil kinerja industri kecil mochi, masing-masing perusahaan mochi mempunyai pengembalian atas investasi yang bernilai lebih dari satu, hal tersebut menggambarkan bahwa usaha mochi disukai oleh investor untuk dikembangkan, dan menguntungkan untuk dijalankan.

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2007

Cenita Meliani

(8)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Kriteria Industri ... 7

2.2. Kinerja Ekonomi Industri... 9

2.2.1Pendapatan Industri Kecil ... 11

2.2.2.Return of Investment (ROI)... 13

2.2.3.Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil... 15

2.3. Tenaga Kerja... 17 4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3. Metode Pengambilan Data ... 25

4.4. Analisis Pendapatan Usaha ... 25

4.4.1. Return of Investment (ROI)... 26

4.4.2. Rasio R/C ... 27

4.5. Penyerapan tenaga kerja... 28

4.6. Peubah dan pengukurannya ... 28

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 30

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi ... 31

(9)

4.6.4. Heteroskedastisitas... 33

4.6.5. Multikolinearitas ... 34

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI 5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 36

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran... 37

5.3. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Sukabumi... 38

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI 7.1. Analisis Kinerja Industri Kecil Mochi Kota Sukabumi ... 44

7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 49

7.3.1.Uji Validasi Model... 49

7.3.1.1.Uji Statistik ... 50

7.3.1.2.Uji Ekonometrik... 50

7.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 52

VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN INDUSTRI KECIL MOCHI 8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi... 55

8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi... 57

IX. KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan ... 61

9.2. Saran ... 62

(10)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami kebangkrutan, khususnya

industri besar dan menengah yang menggunakan bahan baku impor. Industri

terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sebagian karyawannya

mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada tahun1998 sekitar 5.5 juta

orang kehilangan kesempatan kerja sementara setiap tahunnya angkatan kerja

bertambah 2.5 juta orang, angka tersebut menunjukkan jumlah pengangguran di

Indonesia sangat memprihatinkan (Kompas, 2007).

Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta

adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi

perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri

kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan

perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang

bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat

pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif

sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Perkembangan kinerja industri kecil nasional secara umum dilihat dari

jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 11.1% per

tahun sampai tahun 2001. Kedua jumlah tenaga kerja pada industri kecil yang

meningkat tiap tahunnya sekitar 7.592,51 ribu orang, ketiga kinerja sumbangan

(11)

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

OLEH

CENITA MELIANI H14103045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Cenita Meliani

NRP : H14103045

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS NIP. 131 284 623

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 31 Mei 1985 dan merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan H. Kusna Kurhana, M.Si dan Hj. Titim Partini, Spd. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN IPK. Nyomplong Kota Sukabumi, Jawa barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Islam Al-Azhar 7 Kota Sukabumi hingga tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Kota Sukabumi dan lulus tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Bogor, Agustus 2007

(14)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohiim,

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Selanjutnya hasil penelitian itu dituliskan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr. Ir. Manuntun P Hutagaol M.S yang telah memberikan bimbingan yang baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Sahara, SE, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini tentu belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu mandapat perbaikan.

Akhirnya penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bpk. Kusna Kurhana S.Ip M.Si dan ibundaku (alm) Titim Partini S.pd serta Ibu Ira, saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini memberikan sumbangan yang berarti dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan anugerah yang telah mengiringi langkah penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluarga besar tercinta, Ayahanda Kusna dan Ibunda Titim (alm) tersayang,

(15)

semua do’a, kerja keras, kesabaran, dorongan semangat dan bantuan dalam meraih cita-cita penulis.

2. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen pembimbing skripsi terbaik yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara SE, M.Si selaku penguji dan sarannya dan Fifi Diana Thamrin SP, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini

4. Teman-teman yang selalu mendukung, Abang, Ani, Onye, Beby, Madu, Henry, Upe, Weni, Halida dan semua angkatan 40 IE yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Agustus 2007

(16)

RINGKASAN

CENITA MELIANI. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi (dibimbing oleh MANUNTUN

PARULIAN HUTAGAOL)

Sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Untuk mengetahui seberapa besar kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi, dilakukan analisis kinerja usaha mochi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum perkembangan usaha mochi serta berapa besar keuntungan yang diperoleh dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data primer. Selain itu juga digunakan analisis kinerja industri kecil dengan indicator ROI, dan Rasio R/C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri kecil mochi di Kota Sukabumi, setiap kenaikan harga mochi sebesar satu rupiah akan meningkatkan keuntungan sebesar 3.53 rupiah (cateris paribus). Modal dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha mochi di Kota Sukabumi, yaitu peningkatan harga mochi sebesar satu rupiah akan menurunkan keuntungan pengusaha sebesar 8.32 rupiah dan 4.58 rupiah

Hasil kinerja industri kecil mochi, masing-masing perusahaan mochi mempunyai pengembalian atas investasi yang bernilai lebih dari satu, hal tersebut menggambarkan bahwa usaha mochi disukai oleh investor untuk dikembangkan, dan menguntungkan untuk dijalankan.

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Agustus 2007

Cenita Meliani

(18)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Kriteria Industri ... 7

2.2. Kinerja Ekonomi Industri... 9

2.2.1Pendapatan Industri Kecil ... 11

2.2.2.Return of Investment (ROI)... 13

2.2.3.Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil... 15

2.3. Tenaga Kerja... 17 4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3. Metode Pengambilan Data ... 25

4.4. Analisis Pendapatan Usaha ... 25

4.4.1. Return of Investment (ROI)... 26

4.4.2. Rasio R/C ... 27

4.5. Penyerapan tenaga kerja... 28

4.6. Peubah dan pengukurannya ... 28

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 30

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi ... 31

(19)

4.6.4. Heteroskedastisitas... 33

4.6.5. Multikolinearitas ... 34

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI 5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 36

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran... 37

5.3. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Sukabumi... 38

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI

VII. ANALISIS KINERJA DAN KEUNTUNGAN USAHA MOCHI 7.1. Analisis Kinerja Industri Kecil Mochi Kota Sukabumi ... 44

7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 49

7.3.1.Uji Validasi Model... 49

7.3.1.1.Uji Statistik ... 50

7.3.1.2.Uji Ekonometrik... 50

7.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Mochi ... 52

VIII. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN INDUSTRI KECIL MOCHI 8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi... 55

8.2. Pendapatan Pekerja Usaha Mochi... 57

IX. KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan ... 61

9.2. Saran ... 62

(20)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan

tahun 1998 menyebabkan sektor industri mengalami kebangkrutan, khususnya

industri besar dan menengah yang menggunakan bahan baku impor. Industri

terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sebagian karyawannya

mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada tahun1998 sekitar 5.5 juta

orang kehilangan kesempatan kerja sementara setiap tahunnya angkatan kerja

bertambah 2.5 juta orang, angka tersebut menunjukkan jumlah pengangguran di

Indonesia sangat memprihatinkan (Kompas, 2007).

Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha industri besar dan menegah serta

adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi

perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor industri

kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan

perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang

bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat

pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif

sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Perkembangan kinerja industri kecil nasional secara umum dilihat dari

jumlah industri kecil meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 11.1% per

tahun sampai tahun 2001. Kedua jumlah tenaga kerja pada industri kecil yang

meningkat tiap tahunnya sekitar 7.592,51 ribu orang, ketiga kinerja sumbangan

(21)

makanan, minuman dan tembakau dengan total output Rp. 31.310.440 juta dan

nilai tambah sekitar Rp. 9.155.728 juta dan keempat dari tingginya produktivitas

tenaga kerja dan penyediaan modal (Departemen Perindustrian dan Perdagangan

RI, 2002)

Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuh kembangkan kinerja

ekonomi industri kecil perlu ditingkatkan. Karena perkembangan pada industri

kecil dan rumah tangga menyerap banyak tenaga kerja, umumnya menjadikan

usaha industri kecil lebih intensif menggunakan sumber daya lokal, sehingga

dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja,

pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan

pembangunan ekonomi didaerahnya. Dari sisi kebijakan pemerintah, industri kecil

perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi

sebagian angkatan kerja namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya

pengentasan kemiskinan, memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga juga

berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) ditengah krisis ekonomi.

Perkembangan industri kecil menggunakan sumber daya lokal akan

membantu penciptaan kesempatan kerja (job creation), khususnya bagi angkatan kerja yang berpendidikan rendah dan kurang mempunyai keahlian dan

keterampilan. Industri kecil yang bergerak di industri pangan banyak terdapat di

Indonesia, tetapi kemampuan dalam penyerapan teknologi, pengelolaan dan

strategi usaha masih kurang. Kemajuan teknologi pengolahan pangan yang

(22)

hidup modern serba praktis serta keterbatasan waktu telah mendorong

berkembangnya industri makanan jadi. Salah satu industri makanan jadi yang

perkembangannya cukup pesat adalah industri Mochi. Hal ini dapat dilihat dari

bertambahnya jumlah unit usaha mochi tiap tahunnya.

Sukabumi adalah sentra produksi mochi yang dapat memberi peluang

usaha bagi masyarakat Sukabumi dalam membuka usaha sendiri dan

keberadaannya mampu memberikan peningkatan nilai tambah dari produk mochi

yang dihasilkan. karena dalam penyediaan modal yang dibutuhkan tidak terlalu

besar, bahan baku (Input) mudah didapat dengan cara pengolahan yang sederhana. Selain itu industri tersebut akan memberikan peningkatan kesempatan kerja baik

dalam penyediaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran dan peningkatan nilai

tambah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan

keluarga, masyarakat dan pemerintah.

1.2. Permasalahan.

Sebagaimana diketahui Kota Sukabumi merupakan sentra produksi

komoditi unggulan dan khas yaitu mochi. Dimana selama proses produksi mochi

tersebut menghasilkan nilai tambah sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha

yang menggunakan bahan baku lokal dan banyak melibatkan banyak orang.

Secara umum aktivitas industri mochi dilaksanakan pada skala kecil dan

merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti banyak orang dan secara

tradisional merupakan potensi rakyat yang memiliki dampak positif seperti

(23)

baik dari keluarga maupun bukan keluarga dan memberikan kontribusi dalam

mendorong ekonomi lokal. Keberadaan industri mochi dalam perkembangannya

saat ini, mengalami peningkatan tiap tahunnya pada akhir tahun 2006 jumlah

industri kecil mochi berjumlah sembilan unit, dimana dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Industri Mochi Di Kota Sukabumi Tahun 2001 – 2006

Tahun Jumlah Unit Usaha/ Persentase (%) Jumlah tenaga kerja (orang) Persentase (%)

2001 5 12.8 40 13.2

2002 5 12.8 43 14.2

2003 6 15.4 45 14.9

2004 7 17.9 50 16.5

2005 7 17.9 57 18.8

2006 9 23.1 68 22.4

Sumber : Dinas Perindustrian Kota Sukabumi, 2006

Perkembangan industri mochi ini mengarahkan pada kinerja usaha yang

memperhitungkan aspek pengeluaran dan penerimaan dalam rangka menciptakan

keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi imbalan bagi setiap faktor

produksi yang digunakan dalam industri kecil mochi tersebut. Besar kecilnya

keuntungan yang diperoleh sangat ditentukan oleh nilai jual hasil produksi dan

biaya yang dikeluarkan. Artinya, keuntungan optimal hanya bisa dicapai apabila

pengusaha mampu meningkatkan produktivitas produksinya atau menekan biaya

produksi seminimal mungkin.

Terkait dengan pencapaian kinerja usaha terdapat berbagai kegagalan

dalam perkembangan industri kecil diduga kuat kurangnya pemahaman yang

memadai terutama tentang karakteristik dan permasalahan serta faktor-faktor yang

(24)

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha industri kecil mochi baik faktor

eksternal (lingkungan usaha) dan faktor internal pada industri kecil mochi. Dalam

konteks inilah penelitian ini penting dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja industri kecil mochi di Kota Sukabumi?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keuntungan industri kecil mochi di

Kota Sukabumi?

3. Bagaimana penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di Kota

Sukabumi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kinerja usaha dari industri kecil mochi di Kota Sukabumi

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan industri kecil

mochi di Kota Sukabumi

3. Menganalisis besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi di

Kota Sukabumi

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang keadaan

(25)

sebagai bahan rujukan bagi pengambilan kebijakan di sektor usaha kecil,

khususnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi. Acuan pengambilan kebijakan

pemerintah menangani pemberdayaan usaha kecil dan menengah

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Fokus perhatian penelitian ini adalah menganalisis kinerja industri kecil

mochi. Metode analisis ini merupakan salah satu alat ukur untuk dapat mengukur

produktivitas suatu usaha serta melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Kriteria Industri Kecil

Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi

yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau

lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi

dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha

tersebut. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari

yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud

mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan

industri dan pekerjaan perakitan (BPS, 1998). Pengelompokan perusahaan atau

usaha industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan,

industri kecil, sedang, dan industri besar. Dengan demikian industri kecil

merupakan suatu kegiatan usaha yang menghasilkan barang-barang melalaui

proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana,

atau modern dalam skala kecil.

Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang

lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Industri kecil didefinisikan sebagai

unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya

kurang dari lima orang atau antara 1-4 orang maka termasuk dalam kategori

industri rumah tangga.

Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk

(27)

bentuknya, maka industri kecil mempunyai karakteristik yaitu : (1) Berbasis pada

sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan

memperkuat kemandirian; (2) Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal

sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia; (3) Menerapkan

teknologi lokal sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal

dan (4) Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan

pembangunan yang efektif.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Republik

Indonesia Nomor. 256/MPP/Kep/7/97, industri kecil dibedakan atas tiga yaitu :

(1) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi

perusahaan seluruhnya dibawah Rp. 5.000.000,00 tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, tidak wajib memperoleh tanda daftar industri kecil jika

dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan; (2) Semua jenis industri dalam

kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar

Rp.5.000.000,00 sampai dengan Rp. 20.000.000,00 tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dan wajib memperoleh tanda daftar industri; (3) Semua

jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan

seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha dan wajib memperoleh izin usaha industri. Kriteria pertama adalah industri

kecil non formal, sedangkan kriteria kedua dan ketiga adalah industri kecil formal

yang bermodal kecil dan menengah dimana menurut Departemen Tenaga Kerja

berdasarkan undang-undang No.3 Tahun 1992 pada ketentuan umum pasal 2

(28)

perusahaan diperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus

atau badan usaha yang tidak berbadan hukum

2.2. Kinerja Ekonomi Industri

Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun

para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi,

kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi(Hasibuan, 1993).

Pengertian efisiensi usaha adalah menghasilkan suatu nilai output yang

maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas

fisik maupun nilai ekonomis. Atau secara singkat tidak ada sumber daya yang

tidak digunakan dan terbuang, serta berusaha menggunakan input seminimum

mungkin. efisiensi dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, efisiensi

internal dapat diperoleh melalui pengelolaan yang baik dalam perusahaan. Para

pengusaha melakukan berbagai macam cara untuk memacu para pekerja, menekan

biaya produksi dan mengawasi segala kegiatan produksi. Kedua adalah alokasi

efisien yang menentukan kondisi ekuilibrium, menunjukkan hubungan antara

biaya dan output. Artinya sumber daya yang dialokasikan sedemikian rupa

sehingga baik jumlah dan jenis barang yang diproduksi tepat dan selaras dengan

keinginan konsumen.

Berkaitan dengan kemajuan teknologi, melalui penemuan dan

pembaharuan teknologi orang dapat membuat suatu produk yang baru serta

meningkatkan produktivitas suatu barang yang telah ada. Jika hal ini bekerja

(29)

harga-harga yang akan turun akan memperbesar keuntungan (Jaya, 2001). Namun

penggunaan teknologi ini tergantung dari penggunaan suatu industri.

Pengertian dari keseimbangan dalam distribusi adalah keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan

kesempatan kerja. Kesejahteraan berpola sangat erat dan dapat diukur dalam nilai,

pendapatan diukur dari besarnya pendapatan yang diterima pengusaha dan

keluarga (industri kecil) serta pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja industri.

Sedangkan kesempatan kerja diukur dengan peluang yang dimiliki setiap orang

untuk dapat bekerja dalan suatu industri (Jaya, 2001). Keseimbangan dalam

distribusi pendapatan dapat dilihat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan

untuk memenuhi harapan yang nyata dan bernilai.

Elemen-elemen yang terdapat didalam kinerja menurut Legowo (1996)

yaitu :

1. Efisiensi dalam produksi yaitu kemampuan berproduksi dengan efisien

2. Efisiensi dalam penyaluran yaitu kemampuan mendistribusikan hasil

produksi dengan biaya rendah

3. Dapat mengalokasikan sumber daya sehingga harga yang dikenakan

kepada konsumen rendah sesuai dengan biaya produksi termasuk

keuntungan yang normal bagi produsen.

4. Kinerja berupa mutu, harga, dan jumlah (variasi produk) yang sesuai dan

bisa memuaskan konsumen.

(30)

mampu meningkatkan volume penjualan yang ditandai dengan semakin

rendahnya biaya yang dicapai industri dalam proses produksi. Dengan demikian,

keuntungan yang diperoleh industri semakin besar.

2.2.1. Pendapatan Industri Kecil

Pendapatan dapat didefinisikan dari dua pendekatan yaitu : pendapatan

menurut ilmu ekonomi didefinisikan sebagai nilai maksimum yang dapat

dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaan

yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, definisi tersebut

menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu

periode. Dengan kata lain, pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal

periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan

hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan diartikan sebagai jumlah harta

kekayaan awal periode ditambah perubahan nilai yang bukan diakibatkan

perubahan modal dan hutang.

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan

biaya yang dikeluarkan (Tjakrawiralaksana, 1987). Besarnya pendapatan yang

diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan

pengelolaan yang dilakukan anggota keluarga. Analisis kinerja industri umumnya

digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun.

Soekartiwi (1986), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan

dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :

(31)

b. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian

barang dan jasa bagi industri.

c. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran

tunai

d. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik

yang dijual maupun yang tidak dijual.

e. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau

dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

f. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan

pengeluaran total usaha.

Menurut Sucipto (2003), pendapatan merupakan tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha baik usaha dagang, industri dan jasa. Sehingga mereka bersaing

untuk meningkatkan pendapatan karena dengan meningkatnya pendapatan maka

laba (keuntungan) yang diperoleh juga akan meningkat. Pendapatan disebabkan

oleh kegiatan industri dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk

mempertahankan diri dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan diperoleh dari hasil

penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama industri.

Tujuan dari analisa kinerja yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari

suatu kegiatan, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan

atau tindakan yang akan dilakukan.

(32)

Analisa return of investment dalam analisa keuangan merupakan salah satu teknik analisa yang bersifat menyeluruh. Analisa ROI sudah merupakan teknik

analisa lazim yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan. ROI sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana

yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan

keuntungan yang diperoleh dari operasi suatu industri dengan jumlah investasi

atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

Nilai ROI akan ditentukan oleh dua faktor yaitu marjin laba bersih (net profit margin) dan tingkat perputaran aktiva total (total assest turnover). Perubahan dari marjin laba bersih dan tingkat perputaran aktiva. Baik

masing-masing atau keduanya akan menentukan nilai ROI

Analisis ROI memiliki beberapa kelebihan antara lain :

1. Sebagai salah satu kelebihannya yang prinsipil yaitu sifatnya yang

menyeluruh. Industri yang sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik

maka manajemen dengan menggunakan analsisi ROI dapat mengukur efisiensi

penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian

penjualan.

2. Bila industri memiliki data rasio maka dengan analisis ROI dapat

diperbandingkan efisiensi penggunaan modal pada industrinya dengan industri

yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah industri berada di bawah, sama

(33)

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung ROI adalah :

1. Menghitung net provit marjin (marjin laba bersih) Industri

Marjin laba bersih merupakan rasio antara laba bersih yang diperoleh

perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam periode yang sama.

Marjin laba bersih merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan

tingkat penjualan industri. Rasio ini menggambarkan laba bersih yang

diperoleh industri untuk setiap rupiah penjualan.

2. Menghitung total asset turnover (tingkat perputaran aktiva total) Industri Tingkat perputaran aktiva total merupakan rasio antara jumlah aktiva yang

digunakan dalam operasi terhadap penjualan yang dicapai industri dalam

periode yang sama. Tingkat perputaran aktiva total merupakan hasil

pembagian antara penjualan dengan total aktiva industri. Rasio ini mengukur

seberapa sering aktiva dipergunakan dalam kegitan industri.

3. Menghitung ROI

Imbalan terhadap investasi digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

yang akan diperoleh atas penghasilan yang didapat dari total aktiva. Dalam

penghitungan ROI diperhitungkan imbalan tenaga kerja pada suatu industri

kecil yaitu imbalan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja bukan keluarga.

2.2.3. Struktur Penerimaan dan Biaya Usaha Industri Kecil

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu

(34)

yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang

dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap

harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk

keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi, maka ;

TR = P x Q Dimana :

TR = Penerimaan total

P = Harga

Q = Jumlah produk dijual maupun dikonsumsi sendiri

Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang

semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang diduga

sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat

dihindarkan dan berhubungan dengan proses produksi tertentu. Biaya usaha dapat

dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan perilakunya terhadap volume

produksi, yaitu biaya yang berperilaku tetap dan berperilaku variabel.

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, pengusaha harus tetap membayarnya berapapun

jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya yang tetap adalah lahan, mesin,

pajak, gaji pekerja dan pemeliharaan peralatan serta pajak. Tiap tambahan

investasi hanya dapat dibenarkan apabila pengusaha mampu membelinya dan

dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Keuntungan ini terjadi

karena berkurangnya biaya tidak tetap (Variabel Cost) atau meningkatnya produksi pada saat waktu yang bersamaan, atau berkurangnya biaya tetap untuk

(35)

Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang berubah apabila skala usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang

tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung

produksi seperti listrik dan biaya air.

Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau variabel

tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu

dipertimbangkan dalam jangka panjang sebagian besar biaya adalah biaya

variabel.

2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik. Tenaga kerja berbeda

dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah

sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu

sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang

mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan

mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998).

Besarnya penawaran (supply) tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara tenaga kerja ini

sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa yang

dinamakan dengan golongan yang bekerja (Employed person). Sebagian lainnya tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang

dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Sedangkan menurut Simanjuntak

(36)

dalam masyarakat untuk menghasilkan barang atau jasa. Jumlah satuan kerja

tergantung pada : (1) Besarnya jumlah penduduk, (2) Persentase penduduk yang

memilih berada dalam angkatan kerja, (3) Jam kerja yang ditawarkan oleh

anggota angkatan kerja. Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh upah pasar.

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan (demand) dalam masyarakat. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan

tingkat upah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang industri emping melinjo yang dilakukan Chodijah

(1997). Penelitian ini mengkaji keragaan ekonomi, kesempatan kerja dan

distribusi pendapatan pada industri kecil emping melinjo di Kabupaten Cirebon.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keragaan ekonomi industri kecil

emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan dan pemasaran masih

merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian (R/C) industri pada saat bahan

baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat

pengembalian pendapatannya sebesar 1,30 dan 1,08

Dalam hal kesempatan kerja industri ini mampu menyerap tenaga kerja

dari dalam keluarga per unit satu orang. Jika dilihat dari curahan waktu tenaga

kerjanya maka kecenderungan industri ini telah menggunakan jam kerja normal

menurut kriteria BPS. Tingkat pendapatan masing-masing pemilik faktor produksi

terbesar diperoleh oleh pemilik bahan baku biji melinjo, yaitu petani melinjo.

(37)

pekerja belum tercapai pembagian yang merata. Secara keseluruhan industri ini

mampu dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah kesempatan kerja dan

pemerataan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang

diperoleh dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.

Penelitian lain tentang industri mochi pernah dilakukan oleh Erliasna

(2006), yang melakukan penelitian mengenai rencana pengembangan binis

peningkatan kapasitas mochi pada PD. Mochi lampion. Hasil penelitiannya

mengemukakan bahwa aspek-aspek penting dari manjemen industri mochi adalah

penyediaan sarana produksi, proses produksi dan pemasaran. Penyediaan

kebutuhan dapat dipenuhi secara lokal, begitu pula dengan tenaga kerja yang

digunakan pada umumnya tenaga kerja keluarga.

Dari analisis SWOT (Streng Weaknes Opportunity Threats) diperoleh kekuatan industri mochi terdapat sumber daya manusia yang mempunyai

keterampilan teknis yang tinggi, harga yang murah, beraneka rasa dan produksi

yang berkualitas, sehingga mempunyai daya saing dari industri lainnya yang

sejenis. Adapun kelemahannya adalah belum mampu memenuhi permintaan

konsumen dan memanfaatkan peluang eksternal yaitu tersedianya tenaga kerja

(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Konseptual

Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal sejak krisis

ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami

kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada

mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat.

Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar

ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan

salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak

membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian

(keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi

yang digunakan cenderung sederhana.

Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi

masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini

diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun

distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya

kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan

makanan khas masyarakat Kota Sukabumi.

Kinerja industri kecil mochi masih menghadapi keterbatasan dalam

perkembangan usahanya yang ditentukan oleh faktor eksternal (lingkungan usaha)

(39)

diluar kendali seorang pengusaha seperti kebijakan dan peraturan pemerintah,

birokrasi dan politik keamanan. Sedangkan faktor internal adaah faktor yang

berada dalam kendali pengusaha baik faktor kewirausahaan, segi permodalan,

bahan baku, pemasaran dan pengendalian manajemen usaha.

Keterbatasan pada industri kecil mochi mendorong para pengusaha mochi

di Kota Sukabumi untuk dapat memahami pelaksanaan usaha kecil secara lebih

baik. Pemahaman tersebut meliputi kinerja industri mochi dilihat dari pendapatan

dan keuntungan, kondisi sosial ekonomi usaha mochi, dan peranannya dalam

penyerapan tenaga kerja sehingga akan sangat membantu bagi upaya

pengembangan industri kecil yang bersifat kerakyatan.

Pendapatan yang diperoleh pengusaha industri kecil mengalami perubahan

seiring dengan semakin banyaknya jumlah unit usaha mochi yang berkembang

dan dengan adanya biaya operasional yang terdiri dari biaya retribusi, biaya

tenaga kerja bukan keluarga, biaya pengadaan bahan baku, pajak dan lainnya di

Kota Sukabumi, dalam penelitian ini hal-hal yang dianalisis adalah kinerja

ekonomi pada industri kecil mochi dari sisi pendapatan dengan indikator variabel

Return of Investment (ROI), Rasio R/C, besarnya imbalan pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja industri mochi yang terdiri dari tenaga kerja harian

serta berapa besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mochi.

Keterkaitan dari analisis tersebut terwujud dalam penentuan jumlah total

pendapatan yang diperoleh pemilik industri kecil mochi. Pada akhirnya

(40)

masyarakat lokal, sehingga dalam perkembangannya industri mochi dapat

menggerakkan roda perekonomian Kota Sukabumi.

Po te nsi Ind ustri Ke c il Mo c hi:

Gambar 2. Kerangka Analisis Pemikiran.

3.2. Hipotesis

Dari uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka penulis mencoba

untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa modal memiliki pengaruh positif terhadap keuntungan industri

(41)

2. Volume penjualan diduga berpengaruh positif terhadap keuntungan industri

kecil mochi di Kota Sukabumi.

3. Upah pekerja diduga memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan industri

(42)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah Kota Sukabumi, Provinsi

Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

bahwa Kota Sukabumi merupakan sentra penghasil mochi di Indonesia.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Agustus 2007

meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan

dalam bentuk skripsi

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi

kebutuhan penelitian yang dilakukan dan diperoleh dengan wawancara langsung

serta melakukan pengisian kuisioner oleh para pengusaha dan pekerja di industri

kegiatan produksi mochi. Data primer diperlukan untuk mengetahui besarnya

pendapatan pengusaha dan pekerja serta penggunaan tenaga kerja dalam industri

kecil serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder

merupakan data pelengkap diperoleh dengan cara pencatatan (penggunaan data

sekunder terlebih dahulu sebelum menentukan pengumpulan data primer),

pengumpulan data-data dari literatur atau bahan bacaan yang ada dan dari

instansi-instansi seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Perindustrian dan

(43)

4.3. Metode Pengambilan Data

Metode penelitian adalah metode sensus. Dimana penetapan lokasi

penelitian dipilih dilaksanakan pada semua lokasi industri kecil mochi dimana

terdapat sembilan produsen mochi yang tersebar di berbagai wilayah di Kota

Sukabumi. Data yang diperoleh berasal dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Sukabumi.

Penentuan responden dalam penelitian ini adalah pengusaha dan pekerja

industri kecil mochi. Pekerja merupakan responden untuk menghitung besarnya

penyerapan tenaga kerja yang terserap pada industri kecil mochi. Total responden

pekerja mochi berdasarkan Dinas Perindustrian Sukabumi berjumlah 68 orang,

responden yang akan dijadikan sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Responden adalah pekerja yang masih aktif pada saat penelitian dilakukan

serta bersedia diwawancarai

4.4. Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan yang diukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari

penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai ditambah dengan yang benar-benar

dikeluarkan baik biaya variabel maupun biaya tetap dan merupakan ukuran

kemampuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Termasuk biaya tunai adalah

(44)

Sedangkan biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang

diperhitungkan.

Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total

penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biaya-biaya yang

diperhitungkan adalah penggunaan tenaga kerja keluarga, biaya imbangan atas

sewa lahan milik sendiri. Ukuran pendapatan mencakup nilai transaksi barang dan

perubahan nilai inventaris atau kekayaan usaha (Soekartiwi, 1988).

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu

tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartiwi et,al. 1986). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga

yang sedang berlaku. Produk yang diperhitungkan bukan hanya produk yang

dijual tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengalikannya terhadap

harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk

keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi

4.4.1. Return of Investment (ROI)

Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara pemasukan

(income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi probabilitas suatu investasi. Semakin besar nilai ROI, maka akan semakin disukai industri

tersebut oleh investor. Digunakan rumus :

(45)

ROI = Tingkat pengembalian atas investasi/total aktiva (%) NB = Pendapatan bersih setelah pajak (Rp/thn)

TA = total aktiva /aktiva lancar dan aktiva tetap (Rp/thn)

4.4.2. Rasio R/C

Analisis Return Cost Ratio atau R/C adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Return Cost Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha terhadap setiap penggunaan setiap input. Analisis imbangan penerimaan

dan biaya digunakan untuk mengetahui relatif kinerja usaha berdasarkan

perhitungan finansial.

TC TR C R/ = /

... ( 4.2)

Dimana :

TR = Total Penerimaan

TC = Total pengeluaran

Kriteria :

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi

R/C < 1, usaha tidak menguntungkan atau rugi

Apabila R/C bernilai lebih dari satu, berarti penerimaan yang diperoleh

lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan

tersebut. Apabila nilai R/C tersebut kurang dari satu maka tiap unit biaya yang

(46)

4.5. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam dan luar

keluarga yang digunakan secara produktif dalam usaha industri kecil mochi.

Penggunaan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK), dimana

sekitar delapan jam kerja yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh dibagi dengan

jumlah hari kerja.

Untuk mengetahui persentase tenaga kerja yang terserap pada usaha mochi

terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga, perlu diketahui

potensi kerja. Potensi kerja dihitung dengan menghitung jumlah tenaga kerja yang

tersedia dalam rumah tangga dikonversikan hari orang kerja (HOK) dan dikalikan

300 atau jumlah hari kerja dalam setahun. Dengan demikian akan diperoleh angka

ketersediaan tenaga kerja pertahun dalam rumah tangga. Curahan jam kerja untuk

kegiatan mochi berdasarkan alokasi jam tenaga kerja bukan keluarga dalam sehari

untuk kegiatan usaha mochi.

4.6 Peubah dan pengukurannya

Metode kuadrat terkecil biasa dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika bangsa jerman. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode

Ordinary Least Square (OLS) mempunyai sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi satu analisis regresi yang paling populer.

Analisis yang berkenaan dengan tingkat keuntungan industi kecil mochi

(47)

paling sederhana dan yang paling sering digunakan. Lebih jelasnya analisis ini

dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

Y = i α +β1X1 +β2X +2 β3X3

+ei.,...………...……(4.3) Dimana : Y = Keuntungan usaha (Rp/bln)

α = Konstanta

β1... βn = Koefisien variabel X = Modal (Rp/thn) 1

X = Volume penjualan (Rp/bln) 2 X = Upah tenaga kerja (Rp/bln) 3

Model diatas digunakan untuk mengetahui nilai dari masing-masing faktor

dapat digunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gauss dalam Gujarati (1995) OLS dapat menjadi suatu metode analisis regresi yang kuat dengan menggunakan beberapa

asumsi yaitu :

1. Nilai rata-rata hitung dari bias yang berhubungan dengan setiap

variabel independen harus sama dengan nol

2. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolineritas) antar setiap variabel

dalam model.

3. Tidak ada korelasi antara koefisien error dengan variabel independen 4. Tidak ada Heteroskerdatisitas

Menurut Teorema Gauss-Markov, dengan melihat asumsi model regresi

linier klasik, penaksir kuadrat terkecil, dalam kelas penaksir linear tak bias

(48)

Pengolahan model dalam penelitian ini merupakan salah satu pengolahan

data dari ekonometrika, dimana terdapat dua variabel yaitu variabel eksogen

(bebas) X dan variabel endogen (terikat) Y. Variabel eksogen akan mempengaruhi

variabel endogennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari

wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan dengan berpedoman

pada kuesioner yang telah dipersiapkan, meliputi : identitas pengusaha,

karakteristik usaha mochi, penggunaan faktor produksi, harga atau biaya

pengadaan faktor produksi tetap maupun variabel, dan kapasitas produksi (output)

yang dihasilkan, dan lain-lain. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk

memperoleh jumlah input produksi yang digunakan dan produksi mochi per

keranjang per hari.

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2).

Besaran ini yang paling lazim digunakan untuk mengukur kenaikan-suai

(goodness of fit) garis regresi. Dengan kata lain untuk mengukur proporsi (bagian) atau persentase total varians dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.

Meskipun R2 dapat dihitung secara lebih cepat dari rumus berikut :

(49)

Dalam melihat kebaikan suatu model digunakan kebaikan sesuai (goodnes of fit =R2) yang memperlihatkan persentase variasi total dari peubah terikat yang dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas atau peubah bebas. Jika R2 tinggi

maka model yang digunakan cukup baik. Namun demikian, nilai R2 yang kecil

bukan berarti bahwa suatu persamaan tidak layak.

4.6.2. Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi

Pengujian koefisien regresi antara individual dilakukan untuk mengetahui

apakah peubah-peubah yang digunakan per variabel berpengaruh nyata terhadap

besarnya peubah terikat atau tak bebas :

Pengujian hipotesa adalah sebagai berikut :

Ho : βi = 0 i = 1,2,3...,6

H : 1 βi ≠ 0

Uji yang di gunakan adalah uji t, yaitu :

thitung = bi – 0

Sbi

Dimana : bi = salah satu variabel bebas (Modal, volume penjualan/bln, upah tenaga kerja/bln).

Kriteria pengujiannya adalah :

thitung < ttabel ( α/2 ; n-k) Ho diterima

thitung > ttabel ( α/2 ; n-k) Ho ditolak

dimana : n = jumlah populasi produsen mochi

(50)

Jika Ho ditolak berarti bahwa peubah yang digunakan berpengaruh nyata

terhadap peubah tak bebas dan sebaliknya apabila Ho diterima berarti peubah

yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan bila bi lebih besar dari nol

(bi>0) maka peningkatan dari peubah i akan mengakibatkan meningkatnya

peubah terikat. Sebaliknya jika bi lebih kecil dari nol maka peningkatan dari

peubah i akan mengakibatkan menurunnya tingkat peubah terikat.

4.6.3. Pengujian terhadap Model Penduga

Dalam menghitung apakah peubah bebas yang digunakan pada model

mempunyai pengaruh atau tidak terhadap peubah yang dijelaskan, maka dilakukan

uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak. Dalam hal ini uni statistik yang

dipakai adalah uji F, yaitu :

Fhitung = Jumlah Kuadrat Tengah Regresi / (k-1) Jumlah Kuadrat sisa /(n-k)

Dimana : n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel bebas

Prosedur pengujian kesesuaian model digunakan analisis ragam bagi

model regresi dengan hipotesa :

0

H minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel

dependennya

(51)

Gujarati (1995) bahwa suatu model regresi linier harus memiliki varians

yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah

heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan

konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi

mempunyai varians yang minimum (efisien).

Konsekuensi bila terjadi heteroskedastisitas, maka akan berakibat :

o Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang

minimum atau estimator tidak efisien

o Prediksi (nilai Y untuk X ) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan

mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi menjadi tidak efisien.

o Tidak dapat diterapkannya uji nyata tidaknya koefisien atau selang

kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai

varians.

Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas ditunjukkan dengan

menggunakan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Kriteria uji yang digunakan :

o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya > taraf nyata

( )

α yang

digunakan, maka tidak terdapat heteroskedastisitas

o Apabila nilai probability obs*R-Square-nya < taraf nyata

( )

α yang

digunakan, maka terdapat heteroskedastisitas.

Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal

(52)

4.6.5. Multikolineritas.

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah terdapat hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model

regresi. Menurut Gujarati (1995) tanda-tanda penyebabnya adalah :

o Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan

o R2-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak

ada yang nyata

o Korelasi sederhana antar variabel individu tinggi (rij tinggi)

o R2-nya < rij2 menunjukan adanya multikolinearitas

Untuk melihat adanya muoltikol dapat dilihat dengan menghitung

koefisien parsial. Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana yang saling

berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan sisa variabel

eksogen yang lain dan menghitung nilai R2 yang cocok. Dalam model regresi :

m

yang lain kemudian menghitung R2

dilakukan regresi setiap Xi dari setiap

hasil regresi dan dinyatakan dengan simbol R2Ni. Fornula untuk masing-masing

hasil regresi tersebut dan dinyatakan sebagai berikut :

)

Jika Fni lebih besar dari F tabel pada status level of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu mempunyai korelasi

(53)

of significance tertentu, maka dapat diartikan bahwa variable bebas (ni) tertentu tidak mempunyai korelasi dengan variabel bebas yang lain

Menurut Gujarati (1995), tindakan yang dapat dilakukan untuk perbaikan

dari masalah ini adalah:

o Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya

o Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu o Meningkatkan variabel yang sangat berkorelasi

o Mentransformasikan data, dan

(54)

V. GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI

5.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur melalui indikator pertumbuhan

PDRB atas dasar harga konstan, karena dengan dasar ini kita dapat melihat

perkembangan ekonomi secara nyata (rill) tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Pada tabel 5 terlihat bahwa, pada tahun 2005 pertumbuhan tertinggi dicapai

oleh kelompok sektor sekunder yaitu sekitar 9,84 % diikuti oleh kelompok sektor

tersier yaitu sebesar 6,40 %. Kondisi ini berbeda dengan sektor primer yang

mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar 8,84 %.

Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Sukabumi Menurut Kelompok Sektor Tahun 2003-2005 (Persen)

KELOMPOK SEKTOR 2003* 2004** 2005***

Atas Dasar Harga Berlaku

1.Sektor Primer 6,18 14,81 13,56

2.Sektor Sekunder 25,60 10,40 23,31

3.sektor Tersier 14,78 13,81 29,42

Sumber : BPS Kota Sukabumi, 2003 Catatan : * Angka Sementara

**Angka Sangat sementara

*** Angka sangat-sangat sementara

Gambaran pertumbuhan kelompok sektor tersebut, memperlihatkan

adanya kekuatan kelompok sektor sekunder. Kelompok ini disamping memiliki

kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kota Sukabumi juga mampu tumbuh

(55)

Sukabumi sebesar 5,93%. Apalagi kalau kita perhatikan adanya pertumbuhan

negatif yang cukup besar dikelompok sektor primer

Data kependudukan yang disajikan dari Registrasi penduduk, Survei

Sosial Ekonomi Nasional dan Estimasi Penduduk. Berdasarkan hasil registrasi

penduduk akhir tahun 2005 jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak

263.369 jiwa yang terdiri dari 130.939 penduduk laki-laki (49,72%) dan 132.430

penduduk perempuan (50,28%). Berdasarkan data tersebut maka sex ratio

(perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan) Kota Sukabumi sebesar

98,87%. sedangkan penduduk WNA di Kota Sukabumi tercatat sebanyak 300

jiwa, terdiri dari 105 laki-laki dan 195 perempuan.

5.2. Angkatan Kerja dan Pengangguran

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam

kehidupan masyarakat, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh

karenanya, setiap upaya pembangunan diarahkan pada perluasan kesempatan kerja

dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk memperoleh manfaat langsung

dari pembangunan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Sukabumi, tercatat pencari kerja yang terdaftar mencapai 3.310 orang, yang

terdiri dari 1.806 pencari kerja laki-laki dan 1.504 perempuan. Sedangkan pencari

kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 459 orang.

Sementara itu, berdasarkan Susenas Tahun 2004 diketahui bahwa

(56)

sedangkan yang mencari kerja sekitar 11,56% dengan Tingkat Partispasi

Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 49,08% dan Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) sebesar 11,56%.

Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang bekerja menurut

lapangan usaha tercatat bahwa penduduk yang bekerja disektor perdagangan,

hotel dan restoran menempati urutan pertama yaitu sekitar 39,64%, disusul

kemudian yang bekerja disektor jasa-jasa yaitu sekitar 19,51% dan

pengangkutan/komunikasi sebesar 12,60 %.

Dari jumlah penduduk yang bekerja dilihat dari status pekerjaan utamanya,

sebesar 46,51% diantaranya berstatus berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain,

41,46% sebagai buruh/karyawan, 4,88% berusaha dengan buruh tetap, 4,01 %

sebagai pekerja keluarga dan 3,14% berusaha dengan dibantu anggota rumah

tangga/buruh tidak tetap.

5.4. Keadaan Umum Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi

Kota Sukabumi merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang

merupakan tempat wisata sekaligus sentra produsen mochi di Sukabumi. Industri

Mochi tersebar di beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Cikole dan

Citamiang yang merupakan sentra produsen mochi.

Kegiatan usaha industri mochi yaitu mengolah campuran bahan baku

tepung ketan, gula, kacang tanah, tepung tapioka dan bahan penolong menjadi

mochi. Mochi adalah makanan ringan yang bentuknya bulat kecil. Pembuatan

(57)

kerja manusia. Kegiatan ini telah berlangsung cukup lama dan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat serta dapat menyerap tenaga kerja. Mochi

merupakan makanan khas industri kecil di Kota Sukabumi.

Industri mochi yang ada di Kota Sukabumi secara umum tergolong ke

dalam skala rumah tangga, dan kecil. Industri mochi yang berada di Sukabumi

pada umumnya masih sangat sederhana baik dari segi teknologi maupun

manajemennya. Dalam perkembangannya industri mochi tidak diikuti oleh

perkembangan teknologi yang cukup berarti. Sedangkan dari segi manajemen

dalam industri mochi masih menggunakan manajemen tradisional, dimana

(58)

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI KECIL MOCHI

Penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 9 orang pengusaha industri

kecil mochi menghasilkan data mengenai karateristik pengusaha industri kecil

mochi. Berikut disajikan kinerja industri kecil mochi mengenai kepemilikan

modal, pengalaman kerja, jenis kelamin, lokasi berdagang, dan sumber pasokan.

6.1. Kepemilikan Modal

Modal adalah jumlah dana yang dipakai untuk menjalankan usaha

berdagang. Modal yang digunakan bervariasi, ada yang besar dan ada juga yang

kecil tergantung pada kemampuan pedagang itu sendiri. Biasanya modal yang

digunakan dalam industri ini berasal dari modal sendiri dan keluarga.

Tabel 6.1. Kepemilikan Modal

Kepemilikan Modal (Rp) Frekuensi Persentase

Rp. 3000.000,- - Rp. 5.000.000,- - -

>Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- 4 44.40

>Rp. 8.000.000,- 5 55.50

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 6.1, kepemilikan modal untuk memulai usaha industri

mochi dibedakan menjadi tiga kategori. Penggunaan modal terbesar berkisar

antara Rp. 6000.000,- - Rp. 8.000.000,- yaitu sebanyak 4 orang (44.40 persen) dan

terbesar sebanyak lima orang (55.50 persen).

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Industri Mochi Di Kota Sukabumi Tahun 2001 – 2006
Gambar 2. Kerangka Analisis Pemikiran.
Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Sukabumi Menurut Kelompok
Tabel 6.1. Kepemilikan Modal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan baku dan target kerapatan berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air papan semen partikel,

Kebijakan larangan ekspor Indonesia ini ternyata berdampak pada harga nikel di dunia dan juga kondisi nikel di dunia karena posisi Indonesia yang selama ini menjadi

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang kita panjatkan puji dan syukur kehadirat kepada nabi Muhammad saw,semoga selawat tercurah kan kepadanya

pada mereka yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi atau hanya. salah satu yang memiliki

• Sistem siap untuk dibuat dan di instalasi. • Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi system baru. • Laporan implementasi yang dibuat pada

Berdasarkan perbedaan pertumbuhan laba antar kelompok perusahaan dan antar periode, serta terdapat ketidaksamaan ( inkonsistensi ) diantara para peneliti, maka penelitian

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses yang mengatur hubungan dan peranan

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.Tujuan asuhan komprehensif yang