SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam
Disusun Oleh: Kholisatul Fatchiyah
107051003147
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelas Strata satu di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 13 Juni 2011
KHOLISATUL FATCHIYAH
Implementasi Komunikasi Instruksional dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Pada TK Al-Fath Cirendeu
Komunikasi merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga manusia dapat saling mengenal dan saling silaturrahmi. Salah satu alat untuk berkomunikasi adalah dengan menggunakan bahasa. Komunikasi bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di dalam pendidikan yang sering disebut dengan komunikasi instruksional. Dalam hal ini TK Al-Fath mengajarkan dan mendidik murid-muridnya untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. TK Al-Fath adalah salah satu sekolah Islam yang menggunakan metode dwibahasa dan bernuansakan Islami. Di dalam komunikasi pendidikan (komunikasi instruksional) terdapat beberapa unsur yaitu guru, mata pelajaran, media atau alat untuk menyampaikan pesan atau mata pelajaran dan kemudian terjadi effek
atau feedback yang dihasilkan. Dalam proses belajar mengajar seorang guru haruslah dapat berkomunikasi dengan baik terhadap muridnya supaya murid dapat mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan. Apalagi murid yang diajarkan adalah murid yang bisa dibilang usianya masih sangat muda. Maka dari itu guru harus mengetahui berbagai metode yang dapat membantu dalam memahamkan muridnya. Karena pendidikan adalah kunci masa depan bagi individu.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui komunikasi instruksional yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Inggris, lalu metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Inggris, selain itu juga ingin mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teori Laswell, bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan. Di dalam komunikasi terdapat lima unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan effek.
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian menafsirkan data yang ada dari hasil observasi dan wawancara berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku orang yang diamati.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam
Disusun Oleh: Kholisatul Fatchiyah
107051003147
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam
Oleh:
Kholisatul Fatchiyah 107051003147
Pembimbing
Drs. Yusra Kilun, M.Pd Nip: 19576051991031004
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelas Strata satu di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya merupakan jiplakan
dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 13 Juni 2011
i
Tak ada kata yang pantas penulis panjatkan kecuali rasa syukur kepada
Allah SWT atas semua nikmat, maghfiroh serta inayah-Nya yang selalu dikaruniakan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Komunikasi Instruksional Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Pada TK Al-Fath, Cirendeu”. Semoga syukur ini senantiasa melekat dalam kolbu,
berdetak pada setiap hembusan nafas dan menyertai di setiap langkah penulis hingga
tercapainya tujuan akhir yaitu tercapainya keberhasilan yang selalu mendapat ridha
Allah SWT. Penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas akhir dalam perjalanan
penulis, dan bukan pula hanya goresan tinta di atas lembaran kertas putih, melainkan
penulisan skripsi ini merupakan pengabdian penulis dan rasa cinta penulis kepada
Allah SWT.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada pejuang agama
Islam yaitu nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang selalu membela Islam dan
menyelamatkan kita dari kejahiliahan.
Dalam proses penyusunan karya tulis ini, tentu saja banyak sekali pihak
yang telah membantu dan mendukung, baik secara moril maupun material. Oleh
ii
menemani penulis saat suka maupun duka.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief
Subhan, MA, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pudek 1, Bapak
Drs. Mahmud Djalal, MA selaku pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal
LK,MA selaku pudek III.
3. Drs. Jumroni, M.Si. selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Beliau selalu memberikan semangat dan motivasi supaya penulis
menampilkan sebuah karya yang berkualitas
4. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. Selaku pembimbing penulis. Beliau yang telah
memberikan banyak ilmu, masukan, arahan dan memberikan waktunya di
sela-sela kesibukan beliau kepada penulis. Masukan dan arahannya
membuat penulis terus memperbaiki dan memberikan yang terbaik untuk
penulis khususnya dan untuk jurusan umumnya
5. Seluruh dosen di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Beliau yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan motivasi belajar selama penulis menuntut
ilmu di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
6. Seluruh jajaran staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
iii
bidang bahasa Inggris. yang telah bersedia membantu dan memberikan
data-data yang dibutuhkan penulis dari awal sampai akhir dalam penulisan
skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman anggota IMM cabang Ciputat, yang telah
mengajarkan betapa pentingnya kebersamaan dalam sebuah kekeluargaan
dan keorganisasian..
9. Calon suamiku Muhammad Rifakul Anwar yang selalu memberikan doa,
motivasi, dukungan semangat, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis
10.Adikku Ahmad Khorin Junaidi, yang telah memberikan doa, cinta dan
kasih sayangnya kepada penulis. Semoga Allah selalu mengabulkan
cita-citamu adikku sayang.
11.Semua teman-teman penulis di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam angkatan 2007. Semoga Allah senantiasa membimbing
dan memberikan kita kesuksesan, kemudahan dan kelancaran di setiap hal
amiiin
Ciputat, 13 Juni 2011
iv
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Implementasi………12
B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi ... 13
2. Pengertian Komunikasi Instruksional ... 16
3. Unsur-unsur Komunikasi ... 19
4. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 23
5. Jenis-Jenis Komunikasi ... 25
6. Metode Komunikasi Instruksional ... 27
7. Hambatan Komunikasi Instruksional ... 29
v
D. Pengertian Bahasa ... 34
BAB III GAMBARAN UMUM TK AL-FATH CIRENDEU A. Sejarah TK Al-Fath ... 36
B. Visi Misi ... 38
C. Sarana Prasarana ... 39
D. Program Pembelajaran Bahasa Inggris TK Al-Fath... 41
E. Struktur Organisasi TK Al-Fath ... 49
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Implementasi Komunikasi Instruksional Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Pada TK Al-Fath Cirendeu ... 50
B. Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Pada TK Al-Fath Cirendeu ... 67
C. Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris pada TK Al-Fath Cirendeu ... 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran-Saran ... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sejak lahir sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak
dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar pada manusia, dengan berkomunikasi
manusia dapat melakukan hubungan, manusia adalah makhluk sosial tidak dapat
hidup sendiri, satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan antara individu
yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan berkomunikasi.
Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial. Tanpa
komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang dan tidak akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Dengan berkomunikasi manusia mencoba
mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi manusia melaksanakan
kewajibannya.
Dengan komunikasi manusia bisa saling mengenal dan dapat
mempererat tali silaturrahmi antara satu dengan yang lainnya, baik antara
individu, kelompok, kota, suku dan negara. Allah berfirman di dalam al-Qur’an yang artinya:
“ Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu.Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Qs. Al-Hujarat:13).1
Komunikasi tidak lepas dari pengertian bahasa, bahasa merupakan salah
satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan manusia.
Harimurti mendefinisikan bahasa sebagai sistem lambang arbriter yang
dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.2
Dalam dunia pendidikan dikenal komunikasi instruksional sebagai salah
satu aspek fungsi komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pelajar.
Fungsi komunikasi dalam pendidikan adalah pengalihan ilmu pengetahuan yang
mendorong perkembangan intelektual, membentuk watak dan pendidikan
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi antara guru atau
komunikator dan murid atau komunikan. Karena pendidikan melibatkan
komunikasi antara guru dan murid, maka satu sama lain dapat menyampaikan
pesan, maksud dan tujuan menurut caranya masing-masing. Pesan yang
disampaikan guru dapat direncanakan terlebih dahulu kepada para murid selaku
komunikan. Pihak komunikator atau guru dalam hal ini mengharapkan feed back
dari komunikan atas ide-ide dan pesan-pesan yang disampaikan, pesan-pesan
1
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media). 2
yang disampaikan tersebut menyebabkan perubahan sikap dan tingkah laku
ataupun potensi yang diharapkan. Seorang guru mengupayakan perubahan sikap
peserta didik selaku komunikan dalam membentuk kepribadian berdasarkan
nilai-nilali tertentu yang disampaikan melalui proses kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar belakangan ini juga tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak membawa
murid-murid dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Komunikasi juga
memberikan respon yang sangat positif bagi perkembangan proses
belajar-mengajar. Komunikasi yang baik akan menciptakan suatu komunikasi efektif bagi
komunikator dan komunikan.
Faktor komunikasi sangat mendukung dalam perkembangan proses belajar
mengajar. Komunikasi yang baik dan efektif akan menimbulkan hasil yang
positif. Komunikasi yang baik antara guru dan murid akan menciptakan proses
belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap muka dengan
kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antar guru dan murid dalam
kelas termasuk komunikasi kelompok, sang guru bisa mengubahnya menjadi
komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode komunikasi dua arah.
Pada komunikasi, terkadang guru tidak dapat menyampaikan pesannya
dengan baik karenanya siswa sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Kesulitan komunikan memahami pesan disebabkan oleh berbagai kendala yang
Melihat perkembangan zaman seperti sekarang ini bahwa dunia
pendidikan harus memperhatikan dan menyelaraskan antara IMTEK, IMTAQ,
dan kemampuan berbahasa internasional guna mengantisipasi datangnya era
globalisasi yang mana bahasa internasional telah menjadi bahasa dunia.
TK Al-Fath Cirendeu hadir di tengah-tengah masyarakat untuk membantu
anak-anak berusia dini menjadi bertaqwa, terampil dalam teknologi dan berbahasa
Inggris. TK Al-Fath telah membuat murid-muridnya terampil berbahasa Inggris,
walaupun mereka terbilang masih anak-anak usia dini.
Kita ketahui bahwa berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris
merupakan hal yang cukup sulit. Walaupun terbilang sulit dalam berbicara bahasa
Inggris, tapi TK Al-Fath telah berhasil menciptakan anak didik yang terampil
berbahasa Inggris. Keberhasilan para pengajar atau guru-guru TK Al-Fath tidak
terlepas dari peran komunikasi dan metode yang dirancang dan direncanakan
dalam penerapan dan proses pengajaran berbahasa Inggris.
Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang
B. Fokus dan Perumusan Masalah 1. Fokus Masalah
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan masalah pada komunikasi
instruksional antara guru dengan murid dalam pembelajaran bahasa Inggris
pada TK B Al-Fath Cirendeu..
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana implementasi komunikasi instruksional yang digunaka guru
dan murid dalam pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath Cirendeu.
b. Bagaimana metode komunikasi instruksional yang digunakan guru dengan
murid dalam pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath Cirendeu
c. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam
pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath Cirendeu.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui implementasi komunikasi instruksional yang
digunakan guru dan murid dalam pembelajaran bahasa Inggris di TK
Al-Fath Cirendeu
b. Untuk mengetahui metode komunikasi instruksional yang digunakan
guru dengan murid dalam pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath
c. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam
pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath Cirendeu
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna secara akademis
yaitu dapat menambah wawasan keilmuan Islam, khususnya tentang
komunikasi intrusional di sekolah TK Al-Fath Cirendeu
b. Secara Praktis
penelitian ini diharapkan supaya komunikasi instruksional dalam
pengajaran bahasa Inggris dapat diterapkan di sekolah TK lainnya dan
dapat meningkatkan wawasan pikiran dalam melaksanakan komunikasi
dan penyiaran Islam.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis
dengan pendekatan kualitatif, yakni mengungkapkan atau menggambarkan
fenomena sosial tentang penerapan atau penggunaan komunikasi instruksional
dalam pembelajaran bahasa Inggris di TK Al-Fath.
2. Jenis dan Sumber Data
Pembahasan mengenai hal ini akan menggunakan penelitian studi kasus
dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pembahasan
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
berupa hasil temuan dari observaasi serta wawancara dengan pihak
instansi yang bersangkutan.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis
seperti buku-buku, jurnal, kutipan-kutipan, arsip atau dokumen.
Adapun sumber-sumber data dalam penelitian ini adalah
a. Sumber primer, yaitu peneliti mewawancarai guru bidang bahasa
Inggris, kepala sekolah dan wali murid TK Al-Fath Cirendeu.
b. Sumber sekunder, yaitu peneliti menggunakan buku-buku atau
arsip-arsip dan dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian
tentang implementasi komunikasi instruksional dalam pembelajaran
bahasa Inggris pada TK Al-Fath Cirendeu.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru
bahasa Inggrtis TK B Al-Fath Cirendeu. Sedangkan yang menjadi objek dari
penelitian ini adalah implementasi komunikasi instruksinal yang digunakan
guru bahasa Inggris TK B Al-Fath Cirendeu.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah TK Al-Fath Cirendeu, dan dimulai
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data
yaitu observasi, wawancara dan studi dokumen.
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan observasi ini penulis mengamati
langsung terhadap fenomena-fenomena tentang komunikasi
instruksional yang dilakukan TK Al-Fath Cirendeu dalam
pembelajaran bahasa Inggris, sehingga penulis mendapatkan data-data
yang diperlukan.
b. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan tanya jawab, tatap muka antara penanya dan
penjawab atau responden dengan menggunakan panduan wawancara.
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai guru bidang mata
pelajaran bahasa Inggris, kepala sekolah, wali kelas TK Al-Fath
Cirendeu.
c. Study dokumen
Untuk mendapatkan data-data yang lebih lengkap, penulis juga
menggunakan dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pihak
pengelola TK Al-Fath yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui
media maupun non media, yakni berupa, jadwal pelajaran, arsip-arsip
dan majalah buletin yang telah dibuat oleh TK Al-Fath, dan penulis
juga merekam hasil wawancara..
6. Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun
metode yang penulis pakai dalam menganalisis data adalah menggunakan
deskriptif analisis, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan
menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara
apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
Sedangkan penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun
2010
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya
menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji
terlebih dahulu beberapa skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir
sama dengan yang penulis teliti. Adapun tinjauan pustaka tersebut diantaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Falih dengan judul skripsi “Komunikasi Instruksional dalam Pengajaran Islam di Sekolah Dasar Islam Al-Ikhlas
Cipete Jakarta Selatan”. Skripsi ini menemukan bahwa komunikasi instruksional dikemas dengan menerapkan kompetensi untuk menarik
perhatian siswa agar mereka tertarik dengan pelajaran agama. Skripsi ini
terbitan jurusan komunikasi penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
Skripsi ini meneliti tentang komunikasi instruksional yang dipakai oleh guru
dalam proses belajar mengajar ketika mengajar murid autis dengan
mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya. Skripsi ini terbitan
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
Dengan adanya beberapa skripsi yang menulis judul tentang komunikasi
instruksional, pada penulisan skripsi kali ini berbeda dengan skripsi yang
sudah ada, pada skripsi yang akan ditulis dibatasi pada komunikasi
instruksional dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris, sedangkan objek
yang diteliti adalah aktivitas komunikasi itu sendiri yang dilakukan oleh guru
bahasa Inggris di TK Al-Fath Cirendeu. Jadi skripsi yang penulis tulis kali ini
adalah komunikasi instruksional yang dikemas oleh guru dalam pembelajaran
bahasa Inggris.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam
penulisan skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima
bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Yang memuat: Latar belakang masalah, fokus dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
BAB II Tinjauan Teoritis
Yang memuat: Implementasi, komunikasi yang meliputi: pengertian
komunikasi, pengertian komunikasi instruksional, unsur-unsur
komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, jenis-jenis komunikasi,
metode komunikasi instruksional, hambatan komunikasi
instruksional. Pengajaran yang meliputi: pengertian pembelajaran
dan tujuan pembelajaran. Pengertian bahasa.
BAB III Gambaran Umum TK Al-Fath Cirendeu
Meliputi: sejarah TK Al-Fath, visi, misi, sarana prasarana, program
pembelajaran bahasa Inggris TK Al-Fath Cirendeu, struktur
organisasi TK Al-Fath.
BAB IV Analisis Hasil Penelitian
Yang meliputi: Implementasi komunikasi instruksional dalam
pembelajaran bahasa Inggris pada TK Al-Fath Cirendeu, metode
pembelajaran bahasa Inggris pada TK Al-Fath Cirendeu, faktor
penunjang dan penghambat dalam pembelajaran bahasa Inggris
pada TK Al-Fath Cirendeu..
BAB V Penutup: Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi sebagai
evaluasi. Sedangkan menurut Brown dan Wildavsky (1983) mengemukakan
bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa implementasi
merupakan sistem rekayasa.
Implementasi adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan.
Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara
pada aktifitas, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas tetapi juga kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh.1 Berdasarkan dalam
kamus Ilmiah Populer bahwa implementasi diartikan dengan penerapan atau
pelaksanaan.2
1
Syafruddun nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.70
2
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu Communico,
secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cimmunicare yang
berarti “partisipasi atau pemberitahuan”.3
Menurut Onong Uchjana Effendi istilah komunikasi terjemahanan dari
Bahasa Inggris yaitu communication. Kata ini berasal dari bahasa latin
communication yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pemikiran”.
Makna hakiki dari communication ini adalah communis yang berarti sama atau
kesamaan arti.4
Sedangkan secara terminology, para ahli mendefinisikan bahwa
“komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan
perilaku, baik secara langsung melalui lisan maupun secara tidak langsung
melalui media”.5
Cherry Stuart, (1983) menyatakan bahwa komunikasi berpangkal dari
perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
3
Astrid. S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947), h. 67
4
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), Cet ke-1, h. 4
5
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar
kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi.6
Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang dikatakan minimal. Kegiatan komunikasi tidak
hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tapi juga persuasif,
yaitu agar orang lain mau menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (Human
Communication) menyatakan bahwa:
“Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
hubungan antara sesama manusia (2) melalui pertukaran komunikasi (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah
sikap dan tingkah laku itu”.7
Carl Hoveland (1953) menyatakan bahwa komunikasi adalah “proses bilamana seorang individu atau komunikator pengoperan stimuli yang biasanya
6
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) Cet ke-1, h. 18
7
berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku individu lainnya atau
komunikan”.8
Menurut Wibur Schram dalam uraiannya seperti dikutip oleh T.A
Lathief Rosyidi mengatakan bahwa sebenarnya definisi komunikasi berasal dari
bahasa latin yaitu”communis” bilamana kita mengadakan komunikasi, itu
artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide atau sikap. Jadi esensi dari
komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama
dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan.9
Menurut Harold Lasswell (1948) dalam karyanya, “The structure and function of communication in society ” menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut “Who says what in which channel to whom with what effect?”. Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yakni komunikator, pesan,
komunikan, media dan efek. Jadi pada dasarnya Lasswell menyatakan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.10
Dari uraian beberapa tokoh di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pengoperan atau pemindahan lambang-lambang
informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai suatu tujuan
8
H.A.Wijaya. Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1997), h.11
9
T.A Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985), h. 48
10
yang diinginkan oleh komunikator. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang
berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau
bertindak sesuai dengan tujuan, harapan dari isi pesan yang disampaikan. Oleh
sebab itu diantara orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus
memiliki kesamaan makna atau arti pada lambang-lambang yang digunakan
untuk berkomunikasi, dan harus bersama-sama mengetahui hal yang
dikomunikasikan.
2.Pengertian Komunikasi Instruksional
Komunikasi instruksional berarti komunikasi yang bersifat perintah.
Pembicaraan komunikasi instruksional tidak bisa lepas dari pembahasan
mengenai kata atau instruksional itu sendiri. Apa dan bagaimana komunikasi
instruksional serta tujuan-tujuan yang mungkin bisa dicapai dalam sistem
komunikasi instruksional.
Istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti
pengajaran, pelajaran atau bahkan perintah atau intruksi. Weber’s third new
internasional dictionary of the English language mencantumkan kata
instruksional dari kata (to instruct) dengan arti “ memberikan pengetahuan atau
informasi khusus dengan maksud melatih dalam berbagai bidang khusus,
memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau
spesialisasi tertentu”. Disini juga dicantumkan dengan makna lain yang
Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan sebagai
perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran atau
pelajaran. Bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran.11
Komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan
sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang suatu pengetahuan atau
keterampilan tertentu. Dalam komunikasi instruksional yang formal, tujuan
utama yang harus dicapai di dalamnya adalah terjadinya perilaku pada peserta
didik.12
Komunikasi instruksional berarti komunikasi dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif, maka dalam
kegiatan berkomunikasi diharuskan adanya komunikator, komunikan dan pesan
yang akan disampaikan. Pada komunikasi instruksional ini yang menjadi
komunikator adalah guru mata pelajaran yang mampu mengajar dalam
menggambarkan, menerangkan dan memberikan sebuah metode dalam
menyampaikan materi kepada siswa, sehingga proses pendidikan yang
disampaikan oleh guru dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan
kurikulum yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Adapun yang
berperan sebagai komunikannya adalah siswa itu sendiri yang menerima apapun
yang diinstruksikan oleh gurunya di dalam kelas.
11
Pawit M. Yusuf, Komunikasi Instruksional Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet ke-1 h. 57
12
Istilah instruksional berasal dari kata instruction yang artinya
pengajaran, pelajaran atau bahkan perintah atau intruksi. Pengajaran yang bisa
diartikan sebagai orang yang mengajarkan atau dalam istilah komunikasi
pendidikan ialah guru. Sedangkan pelajaran adalah bahan pelajaran yang akan
disampaikan atau disebut pesan pada komunikasi instruksional.13
Jadi pada dasarnya dalam komunikasi instruksional, pengajar
(komunikator) dan pelajar (komunikan atau sasaran) sama-sama melakukan
interaksi psikologis yang nantinya diharapkan bisa berdampak berubahnya
pengetahuan, sikap dan keterampilan di pihak komunikan. Pada kegiatan
instruksional pada intinya juga adalah proses pembantuan agar terjadi
perubahan perilaku pada anak didik.
Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edukatif, atau tepatnya
mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhan,
namun, bukan berarti fungsi-fungsi lain terabaikan. Komunikasi instruksional
merupakan subset dan komunikasi secara keseluruhan. Bahkan apabila
dikaitkan dengan bidang pendidikan sekalipun, ia merupakan subset dari
komunikasi pendidikan. Ia bersifat metodis-teoretis. Artinya, kajian atau
garapan-garapannya berpola tertentu sehingga akhirnya bisa diterapkan
langsung untuk kepentingan di lapangan. Komunikasi pendidikan berarti
sebagai proses komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pendidikan, baik
13
Pawit M. Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) Cet ke-1 h. 72
secara teoretis maupun secara praktis. Komunikasi instruksional lebih
ditekankan kepada pola perencanaan dan pelaksanaan secara operasional yang
didukung oleh teori untuk kepentingan keberhasilan efek perubahan perilaku
pada pihak sasaran (komunikan). Efek perubahan perilaku inilah yang
tampaknya merupakan tujuan pokok dari pelaksanaan komunikasi instruksional.
Uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi intruksioanal adalah
pembelajaran yang pada prinsipnya merupakan proses belajar yang terjadi
akibat tindakan pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu fungsi yang
memandang pihak belajar sebagai subjek yang sedang berproses menuju
cita-citanya mencapai sesuatu yang bermanfaat kelak. Tujuan akhir proses belajar
mengajar yang direncanakan pada sistem instruksional mengacu pada tujuan
yang lebih luas, yaitu tujuan pendidikan.
3.Unsur-Unsur Komunikasi
a. Komunikator. Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat
kabar, radio, televisi, film dan lain sebagainya. Dalam komunikator
menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi
komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator.14 Komunikator
14
berfungsi sebagai encoder yaitu sebagai orang yang memformulasikan
pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain.15
Dalam proses komunikasi, komunikator (guru) sangat berperan
penting untuk kelancaran komunikasi. Sebab komunikator (guru) sebagai
pioner membentuk komunikasi seperti apa yang akan dijalankan agar
tujuan komunikasi yang diharapkan tercapai. Komunikator (guru) yang
baik dan pandai akan menghasilkan komunikasi yang baik. Sebaliknya
jika komunikator (guru) yang semaunya tanpa diimbangi dengan ilmu
yang memadai, maka hasil komunikasi yang diharapkan akan jauh
didapatkan.
b. Pesan. Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa
berupa ilmu penetahuan, hiburan informasi, nasihat atau propaganda.
Dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan dengan kata message,
content atau information.16 Pesan dalam dunia pendidikan adalah muatan
kurikulum yang disajikan oleh guru sebagai komunikator atau penyampai
pesan kepada murid atau siswa selaku komunikan atau penerima pesan.
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Sebuah Perspektif Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) Cet ke-1, h.12
16
Pesan dalam dunia pendidikan adalah muatan kurikulum yang
disajikan oleh guru sebagai komunikator atau penyampai pesan kepada
siswa atau murid selaku komunikan atau yang penerima pesan.
c. Media. Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media yang dimaksud
disini adalah dapat mengandung pengertian: bentuk pesan yang
disampaikan (verbal atau non verbal), media penerima pesan yaitu kelima
indera manusia dan cara penyajian pesan secara langsung atau melalui
media cetak (surat kabar, majalah) atau juga media elektronik ( TV, radio,
OHP, sound system multimedia, LCD dan lainnya).17
Sedangkan menurut A.W. Widjaya, media adalah saluran
penyampaian pesan yang diterima melalui panca indra atau menggunakan
alat. Media komunikasi dapat dikatagorikan dalam dua bagian:
1) Media umum, ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi, contohnya adalah TV, radio, OHP, dan lain-lain
2) Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi
massa. Disebut demikian karena sifatnya yang massa, contohnya
adalah pers, radio, film, dan televis.18
17
H. loyd goodall dan Christopher L. wagen, op.cit, h. 86 18
d. Penerima/Komunikan. Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi sebagai decoder yakni menerjemahkan
lambang-lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri.19 Komunikan
mempunyai peranan sebagai penerima pesan atau sebagai pihak yang
menjadi sasaran komunikasi haruslah mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan proses komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga
tercapai tujuan komunikasi.20
Komunikan bisa juga disebut dengan penerima (receiver), sasaran
(destination), kommunikate (communicate), penyandi balik (decoder),
khalayak (audience), pendengar (listener), yaitu orang yang menerima
pesan dari sumber.21
Penerima atau komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran
pesan yang dikirim oleh sumber atau komunikator. Penerima bisa dalam
bentuk satu orang, kelompok, atau negara.22Seorang komunikan di dalam
pendidikan adalah murid atau orang yang menjadi sasaran pada proses
belajar mengajar.
e. Efek. De Fleur mengatakan bahwa pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima
19
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet ke-13, h. 59
20
Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1993), cet. Ke-4. h. 30
21
H. loyd goodall jr dan Christopher L. wagen, op.cit, h. 157-158
22
sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.23
Pengaruh (effek) adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.24
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima pesan setelah ia
menerima pesan tersebut. Misalkan menambah pengetahuan, perubahan
sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan (dari tidak
bersedia menjadi bersedia).25
Dalam proses belajar mengajar efek adalah hasil dari apa yang
diajarkan oleh guru yang disampaikan kepada murid supaya murid
tersebut dapat mengerti dan memahami pelajaran.
4. Bentuk-Bentuk Komunikasi a. Komunikasi Antarpribadi
Yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara
seseorang dengan orang lain atau secara tatap muka (face to face).
23
H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) Cet Ke-1, h. 25
24
Ibid, h. 26
25
Misalnya: percakapan secara tatap muka diantara dua orang seperti guru
dengan murid ketika sedang konsultasi, surat menyurat pribadi dan
percakapan melalui telepon. Corak komunikasinya juga bersifat pribadi,
dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya ditujukan untuk
kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.
b. Komunikasi Kelompok
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara
anggota-anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang terlibat
masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya
dalam kelompok. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan juga
menyangkut semua kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat
pribadi misalnya: ngobrol-ngobrol dalam keluarga antar bapak, ibu dan
anak-anaknya, diskusi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
seorang guru dengan murid-muridnya di dalam kelas.26
c. Komunikasi Massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang
menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang
hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur
tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau
daerah yang luas dan audiensi yang praktis tak terbatas. Namun
26
komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena
komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa, tetapi
melalui opinion leader, ialah yang kemudian menerjemahkan apa yang
disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.27
5. Jenis-Jenis Komunikiasi a. Komunikasi Verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan. Menurut
Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan
penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.
Lambang-lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa).
Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan
dengan kata-kata, seperti: ceramah, bercerita, berdiskusi dan lain-lain.
Bisa juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku,
majalah, koran dan lain-lain. Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang
yang paling banyak digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang
terjadi antara guru dan murid. Sebabnya ialah karena bahasa selain dapat
mewakili kenyataan yang konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita,
juga dapat mewakili hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal
27
adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaan dan
maksud kita.28
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah jenis komunikasi yang
menggunakan symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah
dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Pelaksanaan
komunikasi non verbal inipun tidak kalah pentingnya, namun dalam
kenyataannya jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang yang
ada, maka akan salah arti, dan akibatnya akan fatal. Dalam prakteknya
yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal saling
mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan lebih
jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena jika tidak ada
keterangan, mungkin akan salah.29
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
non verbal ternyata jauh banyak dipakai dari pada komunikasi verbal,
dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis
komunikasi non verbal ikut terpakai, karena itu komunikasi non verbal
28
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke-1 h. 93
29
bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur
mengungkapkan hal yang mau dianggap secara sepontan.30
6. Metode Komunikasi Instruksional
Metode yang digunakan oleh guru dalam komunikasi instruksional
sangat penting sekali dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Adapun
metode komunikasi instruksional yang bisa digunakan oleh guru baik di
dalam kelas maupun di luar kelas diantaranya adalah:31
a. Metode Ceramah
Metode ceramah pada mulanya banyak dipergunakan di kalangan
dosen yang memberi kuliah kepada mahasiswa yang berjumlah banyak.
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan diakhiri
dengan tanya jawab antara pengajar dan siswa tentang isi pelajaran yang
kurang jelas.
b. Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi mempersyaratkan adanya suatu keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan
kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Keahlian
mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru. Setelah
30
Agus M. Harjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) cet ke-1, h.26
31
didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan
keterampilan atau proses yang sama di bawah bimbingan guru.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi siswa dengan siswa, atau siswi
dengan guru untuk menganalisis, menggali, atau memperdebatkan topik
atau permasalahan tertentu
d. Metode Studi Mandiri
Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau
penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
e. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini mempergunakan pikiran atau wawasan tanpa melihat
kualitas pikiran atau wawasan tersebut. Guru disarankan untuk tidak
berorientasi pada metode, tetapi melihat jalan pikiran dan pendapat siswa
serta mendorongnya untuk terus mengeluarkan pikiran dan pendapatnya.
Begitu seterusnya para semua siswa. Pendapat para siswa lalu ditampung.
f. Metode Studi Kasus
Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau
situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari alternatif
pemecahannya. Metode studi kasus digunakan untuk menggambarkan
kemampuan berpikir kritis dan menemukan prestasi baru dari suatu
Metode ini dapat dilakukan bila siswa memiliki kemampuan dan
latar belakang pengetahuan yang cukup dalam masalah yang dibicarakan.
g. Metode Bermain Peran
Metode ini berbentuk interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
suatu topik atau situasi. Dalam interaksi itu setiap siswa melakukan peran
terbuka. Metode ini sering digunakan untuk memberikan kepada siswa
untuk mempraktikkan isi pelajaran yang baru saja dipelajarinya dalam
rangka menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi pada
pelaksanaan sesungguhnya nanti.
Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari guru untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
7. Hambatan-Hambatan Komunikasi Instruksional a. Hambatan Pada Sumber
Sumber disini maksudnya adalah pihak penggagas, komunikator,
dan juga termasuk pengajar. Seorang komunikator adalah seorang
pemimpin, manajer, dan organisator, setidaknya pemimpin dalam
pengelolaan informasi yang sedang disampaikannya kepada orang lain.
Tanpa dikelola dengan baik, sistematis dan terancana, informasi yang
dikemukakannya tidak bisa diterima dengan efektif oleh pihak sasaran.
Beberapa kesalahan yang bisa terjadi pada pihak sumber sehingga
misalnya penggunaan bahasa, perbedaan pengalaman, keahlian, kondisi
mental, sikap dan penampilan fisik. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai
dengan kondisi sasaran, misalnya terlalu tinggi, bertele-tele, tidak
sistematis dan tekanan suara lemah bisa menghambat penerimaan
informasi oleh sasaran.
b. Hambatan Pada Saluran
Hambatan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada
saluran komunikasi. Hal ini juga dikatakan sebagai hambatan media
karena media berarti alat untuk menyampaikan pesan.
Gangguan-gangguan seperti ini disebut noise. Kabel telepon terputus, suara radio
tidak jelas, tulisan tak jelas, suara gaduh di ruang kelas, gambar pada layar
televisi tidak jelas dan sejenisnya, itu semua menunjukkan ketidakberesan
saluran komunikasi atau media tadi.
Hambatan-hambatan teknis seperti tersebut biasanya di luar
kemampuan komunikator. Tugas komunikator atau dalam hal ini guru,
atau instruktur dan sejenisnya, yang paling penting adalah persiapannya
dalam menentukan atau memilih media yang akan digunakannya. Di
samping itu mutu peralatan dan media yang akan digunakan harus baik,
yang juga tidak kalah pentingnya ialah pemilihan media tersebut secara
tepat dengan memperhatikan kesesuaiannya untuk kegiatan instruksional
yang sedang dijalankannya. Suasana gaduh akibat audiens cukup banyak,
menjangkau ke seluruh ruangan, atau bisa juga menggunakan media
komunikasi yang menarik seperti multimedia instruksional secara efektif.
c. Hambatan Pada Komunikan Atau Sasaran
Maksud komunikan disini adalah orang yang menerima pesan atau
informasi dari komunikator, misalnya audiens, mahasiswa, peserta
penataran dan sekelompok orang tertentu lainnya yang siap menerima
sejumlah informasi dari komunikator. Di dalam sisitem instruksional,
hambatan-hambatan yang mungkin terjadi sehingga mengganggu proses
kelancarannya saluran, tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk
menghambat, bahkan kemungkinannya lebih besar dari lainnya cowley,
1982).
Sasaran adalah manusia dengan segala keunikannya, baik dilihat
dari kacamata fisiologi maupun lebih-lebih lagi dari kacamata psikologi.
Fisiologi banyak berkaitan dengan masalah-masalah fisik dengan segala
jenis kebutuhan biologisnya seperti kondisi indra, lapar, kurang istirahat,
dan haus. Sedangkan yang kedua banyak berhubungan dengan masalah
kejiwaan seperti kemampuan dan kecerdasan, minat dan bakat, motifasi
dan perhatian, sensasi dan persepsi, ingatan, retensi dan lupa, kemampuan
mentransfer dan berfikir kognitif. Beberapa ciri khas tertentu, baik dari
aspek fisiologis maupun dari aspek psikologis, memiliki potensi
keunggulan dan kemampuan yang berbeda pada setiap manusia, dan hal
komunikator: dosen, guru, instruktur ataupun praktisi komunikasi lainnya,
perlu memerhatikan hal-hal di atas sebelum dan dalam melaksanakan
kegiatan instruksionalnya. Anak lapar mungkin tidak dapat menerima
pelajaran secara optimal karena perhatiannya terganggu.
d. Hambatan Teknologis dan Literacy
Hambatan teknologis adalah semua hambatan yang secara sistem
terjadi akibat dari unsur human error yang dilatarbelakangi oleh
faktor-faktor teknologi. Human error akibat literacy ini sekarang banyak
menimpa siapa pun yang tidak siap dengan kehadiran teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam dunia instruksional, adanya kesenjangan teknologi dan
kesenjangan digital sebenarnya tidak terlalu mengganggu proses
instruksional yang kita lakukan. Sebab teknologi hanyalah alat yang jika
kita gunakan dengan benar bisa meningkatkan tingkat keberhasilannya
dalam pelaksanaan instruksional. Namun, jika pada saat menggunakannya
terjadi hambatan seperti teruraikan di atas, proses instruksional bisa
terganggu, dengan demikian secara sistem, kegiatan instruksional tidak
berjalan dengan lancar.32
32
B. Pembelajaran
1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran diambil dari kata “belajar”. Pengertian belajar sendiri
sangat bermacam-macam tergantung dari sudut mana pengertian itu ditinjau
dan teori mana yang digunakan sebagai acuan, namun secara umum belajar
bisa diartikan sebagai suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai
sejumlah pengetahuan.33
Pengertian pembelajaran adalah meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa.34Adapun pengertian
pembelajaran menurut Gagne mendefinisikan sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa
proses belajar yang sifatnya internal.35
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran adalah sebagai pengumpulan pengetahuan,
penanaman konsep, keterampilan sikap dan perbuatan.36
Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus
ditetapkan dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai indikator
keberhasilan pengajar. Tujuan pada dasarnya merupakan rumusan tingkah
laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki murid setelah ia
33
Imron Ali, Belajar dan Membelajarkan, ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 2 34
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 159 35
Margaret E.BEEL Gradler, belajar dan membelajarkan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), h.207
36
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar dalam proses
pengajaran. Tujuan dari belajar mengajar pada hakikatnya adalah hasil belajar
mengajar.37
C. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari
seluruh kehidupan manusia. Harimurti mendefinisikan bahasa adalah sebagai
sistem lambang arbriter yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
pengertian “bahasa” ke dalam tiga batasan yaitu: (1) sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang
(arbriter, pen) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran. (2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh
suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dsb), (3) percakapan (perkataan)
yang baik: sopan santun, tingkah laku yang baik.
Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager, mendefinisikan bahasa adalah
“sistem simbol-simbol bunyi yang arbriter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of
arbitray vocal symbols by means of which a social group cooperates). Senada
37
dengan Bloch dan Tragrer, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah
suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain (a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by
means of which of social group interact). Ronald Wardhaugh, seorang linguis
Barat, dalam instruction to linguistcs mendefinisikan bahasa adalah suatu
sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang digunakan untuk komunikasi
manusia.38
38
`BAB III
GAMBARAN UMUM TK AL-FATH CIRENDEU
A. Sejarah TK Al-Fath
Al-Fath berdiri pada tanggal 1 Febuari 2001 yang di bawah naungan
yayasan Bina Insani Sakina yang diketuai oleh ibu Hj. Harsoyo. Sebelum
didirikannya TK Al-Fath, ibu Hj. Harsoyo sudah membangun lembaga bahasa
asing di kawasan Pondok Labu. Namun keinginan ibu Hj. Harsoyo tidak
hanya sekedar mendirikan lembaga saja, tetapi beliau ingin mengembangkan
keinginannya untuk mendirikan sebuah sekolahan formal dan kemudian
didirikanlah sebuah sekolah formal yang dibantu oleh ibu Evita Mayanti dan
sekolah tersebut diberi nama Al-Fath yang terdiri dari beberapa tingkatan,
yaitu SMP, SD dan TK.1
Pada awal berdirinya Al-Fath jumlah muridnya tidak sebanyak seperti
sekarang ini yang hanya berjumlah 64 siswa, terdiri dari empat kelas, yaitu
kelas buterflay, beetle, bear dan bee. Dan masing-masing kelas berjumlah
kurang lebih 18 siswa. Kemudian ibu Hj. Harsoyo memilih ibu Sudiaryati
Sudarto untuk menjadi kepala sekolah di TK Al-Fath tersebut. 2
Ibu Sudiaryati Sudarto menjabat sebagai kepala sekolah sejak awal
berdirinya TK Al-Fath yakni sejak tahun 2001 hingga sekarang. Beliau adalah
1
Wawancara pribadi dengan ibu Diar, Cirendeu, 28 Maret 2011 2
sosok kepala sekolah yang sangat mencintai dunia anak-anak. Sebelum
menjadi kepala sekolah di TK Al-Fath beliau mengawali karirnya sebagai
seorang sekretaris, dan pernah mengajar di Star Bright Internasional
Preschool. Beliau juga pernah mengajar di beberapa tempat yaitu Alfa
Foundation English Center, YPII Annissa Bintaro, SD Madania dan ia juga
sempat menjadi konsultan Evita Jakarta dan pusat pelatihan guru Al-Fath
sebagai dosen, kemudian beliau menjadi kepala sekolah TK Al-Fath
Cirendeu.
Langkah dan perjalanan Sudiaryati Sudarto untuk memajukan TK
Al-Fath tidak selalu mulus. Dalam perjalanannya banyak sekali halangan dan
rintangan, walau demikian beliau tidak lantas mengurungkan niatnya untuk
memajukan sekolah dan potensi anak didiknya. Berjuang, bersabar dan
berusaha itulah motto ibu kepala sekolah yang tidak bisa dihalangi oleh
siapapun dan apapun. Beliau dapat memajukan TK Al-Fath yang dibantu oleh
guru-guru professional, dan membuat TK tersebut menjadi TK yang
berkonsepkan dwibahasa dan berwawasan islami.
Dengan membuat konsep dwibahasa dan berwawasan islami, kini TK
Al-Fath sudah menjadi pelopor sekolah yang bermetode aktif learning di
Ciputat dan sekitarnya. Tk Al-Fath adalah sekolah yang menggunakan
kombinasi kurikulum nasional dan internasional dengan pendekatan bilingual
dan bernafaskan islami.3
3
Berkat usaha dan perjuangan para guru, kini TK Al-Fath sudah mulai
mengepakkan sayapnya yakni dari tahun ke tahun jumlah siswanya semakin
bertambah. Pada tahun 2001-2002 hanya ada 64 siswa, kemudian pada tahun
2002-2003 jumlah siswanya meningkat drastis hingga hampir 200% menjadi
126 siswa, dan sekarang jumlah murid TK Al-Fath berjumlah 284 siswa yang
terdiri dari dua tingkatan yaitu TK A dan TK B, dan masing-masing tingkatan
mempunyai empat kelas. TK A terdiri dari kelas alligator, allosaurus, ant,
antelope. TK B terdiri dari kelas buterflay, beetle, bear dan bee.4
B. Visi dan Misi 1. Visi
a. Membentuk lembaga pendidikan Islam yang moderat dan
berwawasan internasional.
b. Menanamkan moral Islami dan pembiasaan beribadah setiap saat.
c. Membangun anak Indonesia yang mandiri, kreatif, inovatif dan
berakhlakul karimah. 5
2. Misi
a. Membentuk kader pemimpin bangsa dan intelektual muslim
berwawasan luas dan berjiwa akhlakul karimah.
b. Menjadikan Al-Fath sebagai sekolah yang mampu
mengembangkan potensi siswa dalam aspek intelektual, emosional
dan spiritual
4
Ibid, Cirendeu, 8 Maret 2011 5
c. Membentuk siswa yang up to date seiring dengan perkembangan
IPTEK dengan menggunakan active learning sesuai yang
ditetapkan oleh sekolah
d. Membentuk sumber daya manusia yang profesional di bidangnya
dalam lingkungan pendidikan. 6
C. Sarana Prasarana
1. Wifi
Lingkungan KB/TK Al-Fath Cirendeu adalah Zona wifi. Siswa atau
parents dapat membawa personal laptop untuk mengakses internet di area
sekolah.
2. Mini Sports
Mini sports ini meliputi fantastic swimming pool, mini siccer field, mini
basketball court, mini hall
3. Library
TK Al-Fath memiliki lebih dari 3000 buku dan berbagai macam sumber
belajar (resource)
4. Computer room
Lab komputer ini memiliki LCD monitor dan bekerjasama dengan
program khusus computerkid.
5. Video room
Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan audio-visual sebagai pendukung
kegiatan belajar, terdiri dari layar TV LCD 39 INC, DVD player, sound
6
speaker dan audio tape, terhubung pula dengan internet sebagai tambahan
sumber belajar
6. Musical instrument
Perkusi sederhana sebagai perlengkapan ensamble, gitar, keyboard dan
angklung
7. Technology support
Teknologi ini yaitu peralatan soundsystem lengkap LCD projector dan
screen, peralatan recording dan audio atau video editing.
8. Play area
Area ini meliputi outdoor playground, playing room, shared area.7
9. class room
kelas ini tempat murid-murid melakukan aktifitas belajar mengajar yang
dilengkapi dengan peralatan belajar yaitu kursi dan meja belajar, rak tas,
gambar-gambar hasil karya murid, komputer guru, locker anak, mesin air,
pencuci tangan, karper belajar, white board. TK Al-Fath memiliki dua
belas kelas yaitu TK A (alligator, allosaurus, ant, antelope), TK B (bee,
bear, butterfly, dan beetle), KB (blue, purple, yellow dan red)
Mata Pelajaran TK Al-fath
1. Math Indonesian language
2. Science IPA
3. Islamic religion and iqra’ 4. Social science IPS
7
5. Computer
6. Performing art
7. English language ( in math/ fun games, cookery, video time)
8. Library
9. Swimming
10.Music
11.Physical education
Kegiatan ekstra kurikuler TK Al-Fath
1. Soccer
2. Choir/nasyid
3. Art drawing
4. Dance
5. Basketball
6. Fun musik
7. Fun English
D. Program Pembelajaran Bahasa Inggris TK Al-Fath 1. Video time
Adalah pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan media video,
yakni guru memutarkan kaset-kaset menarik yang berbahasakan Inggris.
dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris video time ini melalui:
a. Listening, dalam hal ini murid-murid menyimak dan mendengarkan
b. Reading, setelah mendengarkan materi atau kaset yang telah diputar,
selanjutnya murid membaca dan mengucapkan pronouncition secara
benar
c. Latihan adalah guru bertanya kembali kepada murid tentang materi
yang sudah didengar dari kaset video tersebut
2. Math
Adalah pembelajaran bahasa Inggris dengan konsep matematika yakni
belajar berhitung dengan berbahasa Inggris, dan guru memperkenalkan
angka-angka yang berbentuk jumlah, kurang dan lain lain yang disertai
dengan gambar-gambar yang dapat mendukung dalam proses belajar
mengajar. Prosesnya melalui:
a. Listening adalah murid mendengarkan, menyimak materi yang
disampaikan oleh guru dengan memperkenalkan angka dan tulisan
yang benar dalam bahasa Inggris
b. Speaking adalah siswa dilatih untuk mengikuti guru dan mengucapkan
angka-angka dalam bahasa Inggris yang telah diberikan oleh guru
secara bersama-sama
c. Writing yaitu murid menulis angka dalam bahasa Inggris yang sesuai
dengan angka yang diajarkan
d. Menghafal yaitu murid dituntut untuk menghafal urutan angka dan
cara penulisan yang benar dalam bahasa Inggris.
e. Latihan yaitu guru memberikan tugas atau latihan dengan
3. Cookery time
Adalah pembelajaran bahasa Inggris dengan mengenalkan cara dan
resep-resep masakan. Dalam proses belajar mengajar melalui:
a. Listening, guru menjelaskan dan murid mendengarkan atau
menyimak materi yang disampaikan oleh guru.
b. Watching, murid harus melihat dan memperhatikan cara masak dan
resep-resep masakan tersebut.
c. Pengenalan vocabularies, guru mengenalkan kosa kata kepada siswa
tentang bahan dan alat-alat masakan tersebut.
d. Testing, yaitu guru memberikan kesempatan kepada murid untuk
mencicipi hasil masakan yang telah dibuat.
4. Fun games
Adalah pembelajaran dengan cara permainan dan hal ini meliputi
a. Listening, guru menjelaskan materi dan murid mendengarkan atau
menyimak
b. Latihan dan permainan, guru memberikan latihan kepada murid
dengan memberikan media atau selembar gambar kepada setiap murid
c. Intruksi, guru memberikan intruksi kepada murid dengan menghitung
waktu agar mereka tahu kapan waktu harus berhenti dan pindah dan
kapan waktunya masih lanjut.8
8