• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi Di Sma Negeri 9 Tangerang Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi Di Sma Negeri 9 Tangerang Selatan)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Tahsis Alam Robithoh NIM : 109011000214

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalm Menangkal Bahaya Terorisme di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara guru pendidikan agama Islam, siswa, dan dokumen-dokumen yang didapat dari tata usaha.

Dari hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan tentang peranan guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme. Guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai pengawas, hasil dari sekolah adalah: (1) guru dalam melakukan pengajaran sudah efektif, (2) guru dalam melakukan bimbingan sudah efektif, (3) gruru dalam melakukan pengawasan sudah efektif. Maka dengan ini peranan guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan mampu menjalankan peranannya dengan baik dalam menangkal bahaya terorisme.

(7)

iv

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENANGKAL BAHAYA TERORISME (Studi di SMA Negeri 9 Tangerang

Selatan)” Sholawat teriring salam tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah lelah memperjuangkan pendidikan agama Islam. Semoga kita senantiasa dapat istiqomah dalam memperjuangan pendidikan agama Islam yang telah di warisi oleh beliau Nabi Muhammad SAW.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi tentunya banyak pihak yang mensuport, menginsparisi, dan memotivasi sampai skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Rif’at Syauqi, MA

2. Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bahrissalim, MA.

3. Sekretaris Program Studi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Drs. H. Sapiudin Shidiq, MA.

4. Dr. Ahmad Shodiq, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan Ilmu yang bermanfaat.

5. Drs. Masan AF, MA. Dosen Penasehat Akademik yang telah membantu penulis dalam urusan-urusan akademis.

(8)

v

8. Kaka-kaka kandung penulis yang juga selalu mensuport

9. Robiatul Adawiyyah teman yang selalu memberikan motivasi dan semangad.

(9)

vi

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...

i

PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...

ii

ABSTRAK ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

1. Pembatasan Masalah ... 9

2. Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Terorisme ... 10

1. Pengertian Terorisme ... 10

2. Karakteristik Terorisme ... 13

3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme ... 17

4. Pandangan Islam Tentang Terorisme ... 19

a. Terorisme Dalam Perspektif Islam ... 19

b. Jihad ... 22

(10)

vii

1. Bahaya Terorisme ... 26

2. Strategi Menangkal Bahaya Terorisme ... 28

3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme . 29 a. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 30

b. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam ... 32

C. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data ... 39

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 9 Tangerang Selatan ... 45

1. Lokasi Penelitian ... 45

2. Sejarah Singkat SMAN 9 Tangerang Selatan ... 45

3. Visi dan Misi SMAN 9 Tangerang Selatan ... 47

4. Keadaan Guru dan Siswa ... 48

5. Fasilitas Sekolah ... 49

6. Kurikulum Sekolah ... 50

7. Keunggulan dan Prestasi SMAN 9 Tangerang Selatan... 55

B. Deskripsi Data ... 56

(11)

viii

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terorisme di Indonesia sekarang ini makin marak terjadi. pengeboman, penembakan, ancaman, penindasan, sampai perekrutan untuk menjadi anggota teroris sudah terjadi, hal ini membuat sebagian besar masayarakat resah, bimbang, dan takut atas tindakan yang dilakukan teroris.

(13)

Seluruh dunia tau bahwa tindakan terorisme itu tidak terpuji, boleh jadi terorisme merupakan masalah besar bagi umat manusia, persoalan ini tidak cukup diselesaikan dalam lingkup hukum pemerintah karena tindakan terorisme ini merupakan tindakan yang melampaui batas-batas kemanusiaan, berlebihan dalam bertindak dan menyimpang dari syariat Islam. Setiap aksi terorisme disertai oleh alasan yang kuat, sebab aksi ini disertai dengan pengorbanan materi dan nyawa. Jadi, mustahil bila aksi ini hanya iseng-iseng semata.

Terorisme menggunakan ancaman atau kekerasan terencana yang dilakukan individu atau kelompok sub-Nasional yang bertujuan politik atau melalui sosial melalui intimidasi terhadap sejumlah masyarakat selain korban langsung.1 Hal ini menunjukan bahwa tindakan terorisme ini sangat berbahaya, kita tidak tahu kapan terjadinya tindakan terorisme ini dan kitapun tidak tahu apakah pemuda-pemuda disekeliling kita ternyata teroris, kita tidak tahu apakah disekolahpun dapat di masuki oleh jaringan-jaringan terorisme yang mengincar siswa, merekrut hingga menjadi anggota. Jangan sampai pelajar kita yang bakalan menjadi penerus bangsa terseret oleh kelompok teroris.

Terdapat dua alasan utama yang mendasari munculnya aksi terorisme. Pertama, dorongan ideologi. Maka berwujud pada kebencian terhadap pihak yang menindas kelompok mereka, serta pihak-pihak yang menghalangi usaha mereka untuk mencapai tujuan, sehingga nyawapun rela dikorbankan guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Parahnya, gerakan ini bukan hanya berskala nasional, tapi sudah berskala internasional. Misalnya, kebencian Usama Bin Laden, yang mengaku mewakili umat Islam, terhadap Amerika Serikat (AS) mendorongnya untuk mengumandangkan perang bagi apapun dan siapapun yang berbau AS.

Perang ini dilancarkan ke seluruh dunia melalui jaringan-jaringan yang tersebar di sejumlah negara. Bila demikian halnya, maka tugas pemerintah adalah memperketat keamanan, terutama yang menyangkut sasaran aksi terorisme ini.

1

(14)

Selain dorongan ideologi, aksi terorisme dapat pula terjadi karena alasan ekonomi. Tekanan ekonomi yang dialami oleh teroris, terutama bagi orang yang melakukan bom bunuh diri, bisa menjadi latar belakang dipilihnya jalan untuk mengakhiri hidup. Mengetahui bahwa modus operandi dari aksi-aksi terorisme adalah bom bunuh diri. Orang-orang yang melakukan aksi bom bunuh diri, terlebih dahulu didoktrin dengan ajaran-ajaran yang membenarkan aksi tersebut. Peranan orang yang melakukan bom bunuh diri ini sangatlah penting, sebab merekalah yang berkorban paling besar. Bila jaringan ini tidak bisa merekrut orang-orang yang bersedia melakukan aksi tersebut, niscaya eksistensinya akan lenyap. Namun, alasan ekonomi ini tidak selalu berbentuk tekanan yang dialami oleh pelaku, terutama yang melakukan bunuh diri, melainkan dapat pula berupa kesedihan.2

Perlu kita cermati bahwa para pelaku tindakan kekerasan ini sebetulnya mengatas namakan Jihad dalam tindakannya itu, yang sebetulnya sasaran utamanya adalah orang no-Muslim, akan tetapi bukan hanya orang-orang non-Muslim yang menjadi musuh besar bagi para teroris tetapi dampaknyapun pada orang muslim yang tak bersalah yang tidak terkait dengan target para teror, ini yang selalu menjadi bahan pertanyaan bagi umat Islam, apakah Islam mengajarkan hal tersebut, dan apakah Jihad perlu di negara yang mayoritas Islam ini.

Akan tetapi jihad-jihad yang berkembang di Indonesia sebagian besar sangat merugikan negara, dengan adanya bom bali, bukan warga negara asing saja yang tewas akan tetapi warga negara Indonesia pun banyak yang tewas bahkan umat Islam yang tidak bersalahpun ikut terkena dampaknya, Dan negara Indonesia bisa jadi terkena dampak koreksi bagi negara lain bahkan bisa jadi Indonesia dikecam sebagai gudangnya teroris, ini merupakan masalah besar bagi negara dan umat Islam karena teroris bukanlah organisasi kecil tetapi organisasi yang berkembang luas tidak hanya satu di Indonesia mereka terus berkembang walau ada yang

2

(15)

tertangkap bahkan ada yang dihukum mati, tetapi itu semua bukan masalah besar bagi para teroris.

Ibarat tanaman, terorisme di Indonesia telah menjelma sebagai tanaman yang tumbuh subur. Patah tumbuh, hilang berganti. Setelah Dr. Azhari tertembak mati, masih ada Noordin M. Top. Setelah Noordin M. Top tewas dalam baku tembak di

solo, dan masih ada “pengantin-pengantin” (calon pelaku bom bunuh diri) lain

yang masih menghirup udara segar, tidak ada jaminan langkah mereka akan berhenti. Sebab itu, semua pihak menghimbau agar pemerintah dan masyarakat tidak lengah dengan tumbuh suburnya terorisme. Terorisme bukan persoalan pelaku. Terorisme lebih terkait pada keyakinan teologis. Artinya pelakukan bisa ditangkap, bahkan dibunuh, tetapi keyakinannya tidak mudah untuk ditaklukan. Sejarah membuktikan, usia keyakinan tersebut seumur usia agama itu sendiri. Pada zaman Nabi Muhammad ada kelompok-kelompok yang taat beribadah, tapi gemar malaksanakan aksi kekerasan, seperti yang dilakukan kalangan khawarij.3

Dengan ini para pendidik Islam perlu menyadari betapa pentingnya pemahaman agama Islam dikemukakan dengan jelas dan rasional kepada peserta didik, khususnya dalam bidang akidah agar kepercayaan mereka terhadap bahaya teroris ini dapat mereka pahamai sehingga siswa tidak mudah untuk terdoktrin oleh organisai teroris dan juga dapat mencegah apabila di sekeliling mereka ada teroris.

Ini terbukti bahwa agama Islamlah yang menjadi kambing hitam, terorisme dikaitkan dengan Islam yang mengatas namakan jihad sebagai akar pemikiran, padahal Islam bukanlah agama kekerasa dan fundamentalis radikalis, islam adalah agama rahmatan lil alamin yang selalu menjaga segala yang ada di bumi ini dengan baik bukan malah merusak, dalam peperanganpun, yang secara logis menuntut tindakan-tindakan kekerasan terhadap lawan, Islam memberikan batasan-batasan agar tidak terjadi perlakuan yang semena-mena, Rasulullah setiap akan memberangkatkan pasukan muslim kesebuah pertempuran, selalu berpesan,

“Jangan membunuh anak-anak, jangan membunuh perempuan, jangan membunuh

3

(16)

manula, jangan membunuh binatang, jangan merusak pepohonan (Hadis). Pesan Rasulullah ini juga merupakan salah satu sisi rahmat yang terkandung dalam ajaran Islam.4 Karena Islam itu mempunyai misi yang sangat penting bagi manusia yaitu terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup.5 ini semua menjadikan penulis mempunyai perhatian serius terhadap persoalan terorisme yang makin menjadi dan menyebar luas, dikhawatirkan pemuda-pemuda muslim yang pemahaman agamanya masih kurang, bisa jadi direkrut untuk menjadi terorisme yang sekali lagi mengatas namakan jihad yang mendoktrin kepada para pengikutnya yang diiming-imingi surga dan bidadari.

Selain ideologi dan ekonomi, kelompok terorispun tidak lepas dari keyakinan berjihad, bisa jadi menurut kelompok terorisme jihad adalah satu-satunya cara untuk dapat meyakini orang agar dapat terdoktrin untuk menjadi bagian dari mereka. Setelah itu diperintahkan untuk mengorbankan diri dengan cara apapun. Diantaranya yaitu bom bunuh diri. Padahal Allah SWT melarang keras untuk melakukan bunhuh diri, seperti firmannya yang berbunyi:

































Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah

kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan

4

Muhyidin Albarobis, Islam Itu Mudah, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2007) h. 6

5

(17)

aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah.6

Ayat ini merupakan penegasan untuk seseorang yang mati terbunuh karena perbuatannya sendiri atau bunuh diri, artinya segala perbuatan yang merugikan diri sendiri bahakan sampai membunuh diri sendiri itu sangat dilarang dan dampaknya akan masuk neraka bukan syurga apalagi sampai ditemani bidadari. Artinya jelas bahwa modus bom bunuh diri merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Senada dengan ayat di atas Nabi Muhammad bersabda:

“barang siapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung lalu ia

terbunuh maka ia akan masuk neraka dalam keadaan terhemas di

dalamnya, kekal lagi mengekalkan didalamnya (HR Bukhori dan

Muslim dari al-Dhahhak)”.7

Maka hal ini menjadi pertanyaan penting bagi masyarakat awam yang pemahaman agamanya belum cukup banyak, apa betul Islam mengajarkan hal tersebut?, lalu spsksh guru agama Islam di sekolah pun mengajarkan ideologi radikalis yang di canangkan oleh para teroris dengan melatar belakangi jihad sebagai alasan untuk menjadi teroris.

Karena beberapa riset mengungkapkan, bahwa dari beberapa anggota teroris kebanyakan usia-usia muda, sementara itu mantan instruktur biadang persenjataan akademik militer mujahidin Afganistan, Mohammad Nasir bin Abbas menuturkan, ideologi radikal cepat berkembang dikalangan remaja dan anak muda, khususnya di usia SLTA.8

6 QS, An-nisa, a. 29-30

7 HR. Bukhori dan Muslim dari al-Dhahhak

8 Mohamad Nasir, Remaja Jadi Target Teroris, (Banten: Banten Pos, 2011),

(18)

Maka hal ini perlu penulis garis bawahi, ternyata sebenarnya peranan guru agama Islam di sekolah itu sangat penting dalam meningkatkan pemahaman akidah peserta didik, agar mereka mengetahui bahwa keyakinan dalam menjalankan syriat Islam yang benar itu seperti apa, dan bagaimana cara menghindari pemahaman-pemahaman yang bertolak belakang terhadap ajaran Islam. Seperti di katakan oleh uhairi misrawi (intelek muslim muda) mengatakan “bahwa radikalisme agama di Indonesia berbahaya karena menyasar anak muda yang wawasan keislamannya tidak mendalam serta orang miskin yang dilemahkan oleh kekuasaan.9

Menagkal bahaya terorisme tidak dapat diselesaikan lewat hukum pemerintah, militer, dan polisi saja akan tetapi perlu adanya peran pendidik agama Islam sebagai pereda untuk meminimalisir calon-calon anggota terorisme yang makin menyebar diseluruh Indonesia, karena dengan keyakinan beragamalah yang dapat meredup seseorang untuk menjadi teroris. Dari pada itu tiga komponen ini harus berkesinambungan untuk menjaga eksistensi negara dan khususnya menjaga keamanan masyarakat Islam yang banyak di isukan sebagai akar jihad itu sendiri. Tangerang salah satu kota yang pernah disusupi oleh jaringan terorisme, tepatnya di pamulang barat, tangerang seltan, yaitu dua teroris yang bernama Abu Jibril dan M. Iqbal sempat meledakan bom dihalaman rumah.10 Hal ini yang menghawatirkan siswa di Tangerang Selatan terkena doktrin ideologi teroris atau ajaran sesat yang dijadikan Ijtihad oleh pelaku teroris, bahkan sempat Abu Jibril membrikan sumbangan buku di sebgaian Masjid di sekitar Tangerang Seltan.

Dengan latar belakang yang penulis sudah paparkan, maka penulis berkesimpulan bahwa peranan guru PAI bukan hanya seputar mata pelajaran yang sudah di tentukan saja, akan tetapi perlu mengkaitkan permasala-permasalahan yang ada sekarang yang menyangkaut pemahaman akidah Islam itu sendiri, contonya terorisme yang bahayanya dapat berdampak pada keyakinan para pelajar.

9 Uhairi Misrawi, Radikalisme Berbahaya Karena Menyasar Anak Muda dan Kelompok Miskin, 2008. (www.lazuardi biru.org).

(19)

Untuk mengetahui bagaiamana tindakan seorang guru PAI dalam menangkal bahay terorisme di sekolah yang letaknya di kota Tangerang Selatan, yang terindikasi aksi terorisme, walaupun sekolah yang diteliti tidak terindikasi terorisme, namun perlu disadari bahwa terorisme bukan kelompok biasa tapi penyebaran teroris bisa di man saja, karena tangerang selatan sudah terindikasi, maka bisa jadi masih meninggalkan pemahaman jihad yang menyimpang di segala sektor sekitar tangerang selatan, yang di hawatir bisa mempengaruhi pemahaman orang banyak khususnya para pelajar dan anak muda lainnya, maka dengan ini perlu adanya pencagahan sedini mungkin, menangkal bahaya terorisme secepatnya, terutama di sekolah sekitar kota Tangerang Selatan. Dengan ini

penulis membuat judul penelitian tentang “PERANAN GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL BAHAYA TERORISME STUDI

DI SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah terpapar diatas maka penulis perlu mengidentifikasikan permasalahan penelitian ini adalah “

1. Maraknya tindakan teroris di Indonesia yang menimpa anak-anak muda sebagai targetnya

2. Bahaya terorisme berdampak terhadap masayarakat Islam 3. Kurangnya sosialisai tentang bahaya terorisme di sekolah

(20)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Persoalan pokok yang dibatasi dalam skripsi ini adalah menjelaskan peranan pendidikan agama Islam terhadap bahaya terorisme dapat berjalan sebagaimana tujuan pendidikan agama islam itu sendiri.

Mengingat permasalah yang penulis ungkap itu sangat luas, yakni bagaimana Perananan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menangkal bahaya Terorisme, maka penulis membatasi permasalah ini dalam lingkup umat Islam saja.

2. Perumusan masalah

Untuk mengkaji lebih dalam lagi maka perlu adanya perumusan masalah sebagai berikut. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme?

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan pada perumusan masalah yang sudah penulis paparkan maka tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk mengkaji dan menganalis Peranan Guru pendidikan agama Islam dalam menangkal bahaya terorisme.

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini yaitu :

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap guru pendidikan agama Islam upaya untuk anti terorisme di sekolah

2. Untuk pribadi penulis sendiri dapat mengetahui bagaimana guru berperan terhadap persoalan pencegahan terorisme di sekolah.

(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Terorisme

1. Pengertian Terorisme

Terorisme diambil dari kata teror yang artinya mengancam, sedangkan teroris artinya pengacau atau pelaku teror, orang yang melakukan teror, sedangkan terorisme yaitu tindakan sekelompok teroris yang mengancam pihak terkait untuk mencapai suatu tujuan. 1 dengan demikian dapat dipahami bahwa terorisme adalah prilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mengancam keselamatan jiwa pihak lain guna untuk mencapai tujuan tertentu.

Abdul Wahid menjelaskan bahwa, kata “teroris” (pelaku) (aksi) berasal dari

bahasa latin „terrere‟yang kurang lebih membuat gemetar atau menggetarkan.

Kata „teror‟ juga bisa menimbulkan kengerian. Tentu saja kengerian di hati dan

pikiran korbanya.2Kengerian ini dapat menimbulkan seseorang merasa tidak percaya diri, hati mereka selalu waswas, ketakutan akibat disekelilingnya telah terjadi baku hatam dan kerusakan yang dasyat, akan tetapi sebenarnya kengerian

(22)

ini timbul karena mereka tidak mempunyai pondasi atau kekuatan dari pihak lain, mereka seakan-akan sendiri yang mengalami kengerian tersebut, tapi wajar, kekerasan yang di timbulkan oleh para pelaku teror memang sangat keras apabila mereka sudah terlanjur melakukan perbuatan anarkis, tentu mereka yang melihat kelakuan teoris yang begitu jahatnya timbulah rasa takut dan ngeri.

Namun hingga saat ini, definisi terorisme masih menjadi perdebatan meskipun sudah ada ahli yang merumuskan, dan dirumuskan di dalam pereturan perundang-undangan. Amerika serikat sendiri yang pertama kali mendeklarasikan “perang bersama teroris” belum memberikan definisi yang gamblang dan jelas sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa dilanda keraguan, tidak merasa didiskriminasikan serta dimarjinalkan.

Dalam undang-undang pemberantasan korupsi tindak pidana terorisme pasal 6 ialah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatka kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strtegis atau lingkungan hidup atau fasilitas internasional dan elemen para militer.3

Teror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematis, demi suatu kepentingan politik tertentu, terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau properti untuk mengintimidasi atau menekan suatau pemerintahan, masyarakat sipil atau bagian-bagiannya, untuk memaksakan tujuan sosial atau politik.4

3op. cit, h. 38

(23)

Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well organized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indikriminasi).5 Dengan adanya terorisme maka masyarakat merasa tidak aman karena cara yang dilakukannya itu tidak membeda-bedakan mana musuh yang harus mereka habisi mana masyarakat yang harus mereka lindungi.

Terorisme adalah faktor yang menyejarah, kemunculan dan perkembangannya memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan manusia. Tidak jarang fenomena yang menyejarah ini membuat terorisme dikaji secara akademik karena selain memberikan sosok dan warna yang unik dengan berbagai pendekatan keilmuan, terorisme dengan beragam karakteristiknya telah menjelma menjadi arus kekuatan baru dalam tawar menawar kepentingan.6

Sejarah mencatat pada abad ke-11 terdapat Ordo para pembunuh (Order of the Assasins) yaitu sebuah cabang sempalan dari kaum Ismaili, sebuah sekte Muslim. Hasan Sabah, pendiri ordo tersebut lahir di Qom, pusat syiah di Persia utara (iran sekarang). Sabah mengambil sebuah bentuk doktrin Ismaili ekstrim yang mendorong perampasan bebebrapa benteng di pegunungan; benteng yang pertama, Alamut, disebut pada tahun 1090. Beberapa tahun kemudian para pembunuh memutuskan untuk memindahkan aktivitas mereka dari wilayah pegunungan yang terpencil kepusat kot atau kota besar. Korban pembunuhan kota mereka yang pertama adalah menteri kepala dari sultan Baghdad, Nazim al-Mulq, seorang muslim sunni. Tahun-tahun berikutnya para pembunuh aktif beroperasi di Persia, Suriah, dan Pelestina. Mereka membunuh sejumlah besar musuhnya yang kebanyakan kaum Muslim sunni. Di samping itusasaran mereka juga kaum kristen, termasuk Count Raymond II dari Tripoli dibunuh di Suriah, juga Marquis Conrad dari Monferrat, yang memerintah kerajaan Jerusalem. Strategi para teroris itu yang menarik adalah penyamaran diri mereka sebagai biksu, yang berpura-pura menjadi utusan-utusan yang saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah tim dengan misi bunuh diri. Sebagai upayanya adalah keyakinan mereka akan jaminan kenikmatan

(24)

Surgawi. Sejarah mencatat bahwa ternyata tidak ada dampak politik yang berarti, sebagai hasil dari terorisme yang mereka lakukan itu.7

Pelaku teror bisa berbuat apa saja yang diinginkan, apabila mereka terancam tindak pidana atau hukum sosial pelaku dapat menyamar sebagai apa saja yang terpenting tidak dapat dikenali orang lain. Dengan demikian, terorisme dari dulu sudah ada dan tindakannyapun sampai sekarang masih terjadi, seperti peledakan bom di gedung-gedung, tempat peribadatan dll, penembakan, kekerasan, perampasa dan ancaman. Ini semua terjadi samapai sekarang, artinya tindakan terorisme mempunya misi yang kongkrit dalam melakukan segala hal demi kepentingan mereka dan tidak memikirkan sesama manusia melalui sejarah inilah kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan terorisme dan segala tindakan yang tidak keprimanusiaannya dari abad ke-11 hingga sekarang ini.

2. Karakteristik Terorisme

Menurut terrorism Act 2000 UK, terorisme mengandung arti sebagai penggunaan atau ancaman tindakan dengan ciri-ciri:

a. Aksi yang melibatkan kekekrasan serius terhadap seseorang , kerugian berat terhadap harta benda, membahayakan kehidupan seseorang, bukan kehidupan orang yang melakukan tindakan, menciptakan resikoserius bagi kesehatan atau keselamatan publik tertentu.

b. Penggunaan atau ancaman didesain untuk mempengaruhi pemerintah atau untuk mengintimidasi publik atau bagian tertentu dari publik.

c. Penggunaan atau ancaman dibuat dengan tujuan politik, agama, atau ideologi

d. Pengguna atau ancaman yang masuk dalam suseksi yang melibatkan senjata api dan bahan peledak.8

Senada dengan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengemukakan ciri-ciri terorisme sebagai berikut:

7 Hendropriyono A.M. Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan Islam, (Jakarta: PT Kompas Media Masa, 2009), h.57-58

(25)

a. Sifatnya merusak (ifsad) dananarkis / chaos (faudha).

b. Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan/atau menghancurkan pihak lain.

c. Dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.9

Dengan demikian perbuatan merusak, anarkis, menciptakan rasa takut, dan melibatkan senjata api dan bahan peledak, semua itu merupakan ciri khas pelaku teror atau terorisme yang dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.

Sedangkan menurut Abdul Wahid ciri pengidentifikasi terorisme akan dapat memeberikan pengenalan yang tunggal dan solid mengenai terorisme, agar mudah dapat dikenal dalam konteks operasinya. Maka paling tidak ada beberapa ciri identifikasi terorisme:

a. Apapun metode yang digunakan ia merupakan suatu bentuk penggunaan kekekrasan (oleh suatu kelompok), untuk menekankan pemerintah /masyarakat. Setiap langkah aksi terorisme pasti memiliki efek yang diharapkan yaitu: usahakan untuk mengalihkan perhatian, membuat suasana ketakutan dan kekacauan, terjadi aksi balas dendam antar kelompok. Dan saling tuding anatara elit politik yang bertentangan

b. Spektrum motivasi yang melatarbelakangi gerakan dan aksinya memiliki spektrum yang beragam.

c. Merupakan komunitas yang sangat spesifik dalam artian ada semacam komunitas manusia yang terus menerus dicaci maki, ditekan atau didorong wibawanya. 10

Senada dengan itu, Paul Wilkinson, mengemukakan ciri-ciri terorisme sebagai berikut:

a. Terorisme epifenomenal (teror dari bawah), merupakan jenis teror dengan ciri-ciri tak terencana, rapi, dan terjadi dalam konteks perjuangan yang sengit

b. Terorisme revolusioner, merupakan jenis teror yang bertujuan revolusi atau perubahan radikal atas sistem yang ada dengan ciri-ciri selalu merupakan fenomena kelompok, struktur kepemimpinan, program, ideologi, konspirasi.

9 http://www.erlanggashop.com/buku/ensiklopedia-islam/himpunan-fatwa-mui/493-21460, di akses: tgl 4 januari 2014

10

(26)

Karakteristik yang mencirikan terorisme dari bentuk tindak kekerasan lainnya. Wilkinson mengidentifikasikan sebagai berikut:

a. Sistematis penggunakan pembunuhan, luka-luka / kerugian, atau ancaman untuk mencapai tujuan akhir, contoh penekanan pemerintah, kegiatan revolusioner, atau pengenalan.

b. Fokus, arah, dan tujuan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan, ketidaknyamanan dan panik.

c. Terorisme tidak terpisahkan secara acak dan tidak pandang bulu. Terorisme sengaja menyerang target warga sipil (bukan prajurit). strategi ini menyebarkan ketakutan, karena tidak memiliki target khusus. Oleh karena itu, tidak seorangpun akan merasa aman, dan indidisu tidak dapat menghindar menjadi korban. Strategi terorisme diarahkan pada target-target "lunak"

d. Terorisme menggunakan metode penghancuran liar/acak seperti bom mobil, bom paku, dan bom ganda adalah yang paling disukai. Terorisme tidak mengenal aturan atau kebiasaan berperang.

e. Terorisme lebih bersifat ekspresif dari kekerasan, begitupun, terorisme membutuhkan pendengar dan media. Tanpa media, teroris merupakan latihan yang sia-sia.

f. Tindak pidana terorisme direncanakan dengan baik dibandingkan dengan tindak pidana yang dilakukan secara spontan oleh pelaku tindak pidana.11

Setelah dipaparkan beberapa ciri-ciri terorisme maka penulis dapat simpulkan ciri-ciri teroris yang mendasar sebagai berikut:

a. Memakai unsur kekerasan

Dalam aksinya kelompok teroris sangat sering menggunakan kekerasan terhadap orang yang dianggap musuh baginya.

b. Memaksa

Terorisme juga suka memaksa orang banyak untuk ikut serta memberantas orang-orang yang dikehendakinya atau tempat-tempat yang dikehendakinya.

c. Mengancam

Salah satu aksi yang meresahkan masyarakat sipil, para pelaku teror juga menggunakan ancaman dalam tujuan yang akan dicapainya.

(27)

d. Anarkis

Anarkisme pun menjadi karakteristik terutama dalam kelompok terorisme, seperti halnya bom bunuh diri, mereka melakukan hal tersebut dengan membunuh diri sendiri yang pada akhirnya berdampak terhadap orang tidak bersalah, rumah hancur, gedung-gedung hancur, tempat peribdatan hancur, bukan hanya bom saja yang dilakukan akan tetapi perampoka di bank, toko, dsbg demi kepentingan kelompok tersebut. e. Tujuannyanya mematikan lawan

Bukanlah mencegah kekafiran akan tetapi membunuh orang-orang yang dibenci tapi sekali lagi yang terkena dampaknya orang yang tidak tahu apa-apa.

f. Arogan dalam bertindak

Sudah dikemukakan dalam anarkisme bahwa memang aksi para kelompok terorisme merupakan tindakan yang aroggan atau berlebihan, menghancurkan segala aspek kehidupan manusia yang banyak mengakibatkan kerugian besar.

g. Zalim terhadap sesama manusia

Segala tindakan, ancaman, tujuan, dan ciri-ciri yang terkandung dalam kelompok terorisme ini sesungguhnya merupaka perbuatan zalim atau aniaya terhdapa manusia. Maka tak sepantasnya orang-orang yang masih mempunyai keyakinan terhadap agamanya ikut serta dalam kelompok terorisme apapun alasanya, karena bahayanya bukan pada musuh-musuh teroris akan tetapi banyak manusia yang tidak bersalahpun terkena dampaknya. memakai modus jihad, sehingga agama Islam juga terkena imbas negatif dikalangan umat beragama lainnya.

(28)

3. Radikalisme Sebagai Akar Terorisme

Radikalisme merupakan pemikiran yang keras sehingga pemikiran tersebut membuat seseorang mencuat egoismenya dalam menjalankan ajaran Islam, rasa kasih sayang yang seharusnya menimbulkan keadamaian bagi seluruh makhluk, lewat pola pikir radikal malah membuat umat Islam menjadi kecaman masyarakat terutama masyarakat yang notabene non-Muslim, sehingga Islam terkadang dipandang agama yang keras, seperti halnya tindakan terorisme yang mengatas namakan jihad sebagai landasan ketika ingin menyerang lawan dengan bom bunuh diri.

Kata radikalisme diambil dari kata radikal yang artinya: besar-besaran, menyeluruh dan keras, kokoh, tajam dalam berfikir sedangkan (radikalis) itu berarti orang yang menginginkan perubahan yang besar dalam suatu pemerintahan, yang dalam kata lain ini adalah penganut radikalisme, yang merupakan suatu paham politik kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan, maka dapat disimpulkan bahwa radikalisme adalah suatu tindakan seseorang atau kelompok seseorang yang ingin merombak atau merubaha suatu tatanan pemerintahan yang dia anggap tidak sepaham atau bertentangan dengan kelompok tersebut.12

Dengan demikian, radikalisme dapat dipahami sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar, fanatik keagamaanya cukup tinggi, tidak jarang penganut paham ini menggunakan kekerasan dalam mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan diyakininya. Kaum radikalis menginginkan adanya perubahan atau pembaruan sosial-keagamaan secara mendasar dengan sistem atau tata nilai baru yang diyakininya. Radikalisme tidak saja berupa paham atau ideologi keagamaan yang bersifat wacana dan pemikiran, pada batas-batas tertentu paham ini dapat menjelma dalam bentuk gerakan dan aksi-aksi di lapangan.13

12 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002) h. 517 13http://www.referensimakalah.com/2012/01/

(29)

Gerakan-gerakan radikalisme banyak dilihat ketika mereka melakuakan aksi-aksi dilapangan, meneror, mengebom, menembak, membunuh yang seharusnya itu semua tidak terjadi. Karena golongan ini tidak terlalu banyak teori dalam bertindak, mereka menjadikan buah pemikirannya lewat aksi-aksi anarkis yang membahayakan. Yang mengakibatkan banyak kerugian terhadap sesama umat. Samapai mereka mendapatkan apa yang diinginkannya. Sekalipun nyawa yang dikorbankannya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai banyak keinginan yang menurut egoisnya harus diwujudkan, akan tetapi semuanyapun ada aturan yang membentengi segala apa yang diinginkan, kalau memang yang diinginkannya itu menjadi maslahat dan dapat dijadikan pelajaran yang baik tentu boleh dan sangat dianjurkan, akan tetapi kalau yang diinginkanya itu merupakan hal yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada tentunya tidak boleh, apalagi sampai menentang syariat. Pada dasaranya manusia memang mempunyai hawa nafsu yang tinggi yang perlu ekstra hati-hati dalam mengontrolnya karena apabila tidak dikontrol dengan hati-hati maka bisa jadi hal-hal yang diinginkan akan terjadi dan dapat merugikan diri sendiri bahkan merugikan orang lain lain halnya apabiala hawa nafsu dapat dikontrol dengan baik maka baik pula kehidupan manusia itu sendiri bahkan dapat bermanfaat bagi manusia lain.

Salah satu keinginan manusia yang tidak sesuai dengan syariat atau peraturan pemerintah adalah kaum radikalisme, kaum ini memang mempunyai misi yang sudah terorganisir yang semua anggotanya itu mempunyai keinginan yang sama yaitu menghancurkan kaum-kaum yang berbau kebaratan.

(30)

Langkah yang harus ditempuh adalah menekan tumbuhnya Islamisme dengan melakukan langkah nyata mewujudkan kesejahteraan.14

Islamisasi penting dalam memahami radikalisme karena islamisasi bekorelasi secara signufikan terhadap perilaku kekerasan keagamaan di Indonesia. Dalam kondisi seperti ini kerinduan untuk kembali kepada Islam semakin menggelora. Ini menunjukan bahwa kekuatan Islam sebagai ideologi alternatif tidak bisa menafikan.

Keseriusan pemerintah untuk melakukan perbaikan diseluruh sektor, baik terkait ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan maupun hukum adalah sebuah harga mati. Keberhasilan pemerintah dalam pengelolaan negara berarti mempersempit ruang gerak radikalisme beroperasi, dan kegagalan pemerintah berarti menyuburkan radikalisme. Terlihat jelas bahwa pertumbuhan dan perkembangan gerakan radikalisme di Indonesia sangat terkait dengan sejumlah faktor yang berlaku dikalangan masyarakat Indonesia secara umum. Faktor tersebut tidak semata-mata faktor agama, kendati agama diakui menyumbang peran penting dalam perilaku kekerasan keagamaan, namun ia menjadi suatu yang tidakberguna tanpa dukungan dari faktor-faktor lainnya.15

4. Pandangan Islam Tentang Terorisme

a. Terorisme Dalam Perspektif Islam

Sebagaian orang pada masa sekarang ini telah melakukan beberapa tindakan anarkis dan teror di berbagai tempat. Mereka mengklaim bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari jihad.16

Dalam Islam tidak ada istilah terorisme, meskipun para teroris yang berkembang saat ini menggunakan indikasi jihad sebagai ijtihad untuk membunuh, membrantas, meneror, mengancam, dan lain sebagainya yang

15 Akhmad Elang Muttaqin, Kajian Islam Kontemporer, (Jakarta: Erlangga Husada. Dkk, 2007), Cet. 1, h. 19-22

(31)

kaitannya dapat merugikan orang-orang yang tidak bersalah dan menimbulkan kerusakan yang tidak perlu di rusak dalam hal ini al-Qur‟an menegaskan:























Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan

Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh

atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,

atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai)

suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh

siksaan yang besar,

Ayat di atas merupakan penegasan untuk para pelaku teror yang selalu membuat kerusakan di muka bumi, membuat kerusakan berarti sama dengan menentang ketentuan yang telah Allah SWT himbau lewat tersebut.

Dan Islam juga menegaskan umat Islam untuk berperang dengan jihad fi sabililllah krena alasan yang mendesak seperti terancam jiwa, keluarga dan agamnya. Maka boleh baginya untuk berjihad seperti apa yang telah Allah tegaskan dalam firmannya:

(32)

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar

Maha Kuasa menolong mereka itu.

Ayat ini mengkaitkan perbuatan teroris yang semena-mena dalam berperang tidak memperdulika situasi dan kondisi keadaan di sekitar, maka bukan hanya orang non-muslim saja yang merugi tapi orang Islam pun merugi, bukan hanya negara orang lain yang merugi namun negara sendiripun terkena imbas negatifny

Ayat tersebut pun memerintahkan suatu kelompok untuk berperang kalau kelompok tersebut terdesak atau teraniaya yang kemungkinan besar perlu membela diri untuk bertahan hidup, sedangkan teror yang dilakuakan teroris merupakan langkah yang sangat keliru dari ketentuan yang berlaku, mereka mengatakan berjihad, akan tetapi mereka melakukan perusakan, ancaman dan menelan banyak korban tidak bersalah. Karena Islam mengharamkan tindakan yang bersifat menakut-nakuti orang muslim lainnya dengan cara apapun, seperti hadis nabi yang menegaskan lewat sabdanya:

Barang siapa mengacungkan senjata tajam kepada saudaranya (muslim) maka

Malaikat akan melaknatnya sehingga ia berhenti (HR. Muslim).17

Hadis di atas menunjukan tegas dan bijaksananya pemimpin umat muslim seluruh dunia waktu itu (Nabi Muhammad SAW), bahwa sesama umat muslim tidaklah patut untuk saling mengcungkan senjata, kalaulah hal tersebut terjadi maka malaikat akan melaknat sehingga iya berhenti.

(33)

Dari penjelasan-penjelasan yang terpapar tentang pandangan Islam terhadap terorisme adalah:

1) Bahwa tindakan terorisme secara fisik dan psikis merupakan tindak pidana hirabah karena para teroris telah mengankat senjata melawan orang banyak yang tidak jelas dan menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat.

2) Islam membedakan hukum terorisme dan jihad, baik dari aspek pengertian, tindakan yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.

3) Hukum melakukan teror secara qoth‟i adalah haram baik dengan alasan

apapun apalagi jika di negeri damai (da al-shulh) dan negara muslim seperti Indonesia.

Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib bagi yang mampu dengan syarat:

a) Untuk membela agama dan menahan agresi musuh yang menyerang terlebih dahulu.

b) Tujuannya untuk menjaga kemashlahatan (perbaikan), menegagkan agama Allah dan membela hak-hak yang teraniaya.

c) Terikat dengan aturan hukum Islam, seperti musuh yang jelas, tidak boleh membunuh orang lansia, anak-anak, dan sebagainya.

Bom bunuh diri dengan alasan apapun hukumnya haram. Hanya boleh dilakukan jika dalam kondisi perang (harb) dengan sasaran musuh Islam yang sudah jelas.

b. Jihad

Jihad menurut bahasa berarti “bersungguh-sungguh” atau “mengerahkan

segala kemampuan” dan menurut Istilah “perang untuk menolong Agama

Allah”atau “menyeru kepada agama yang benar, dan memerangi siapa yang

menolak seruan tersebut dengan harta dan jiwa”.18

Moenawar Khalil merumuskan

(34)

pengertian jihad ini sebagaibberikut: “Kata-kata jihad itu diambil dari bahasa Arab, dari asal kata “jahd” yang artinya usaha atau “juhd”yang artinya kekuatan. Dan arti menurut aslinya yaitu “bersungguh-sungguh mencurahkan segenap tenaga untuk melawan musuh”. Menurut keterangan Ibnu Abbas r.a. perkataan “jihad” itu artinya ialah “mencurahkan segenap kekuatan dan bukanlah ketakutan untuk membela Allah terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan

orang yang memusuhi”. Dan menurut syariat perkataan jihad itu artinya:

“bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kekuatan untuk membinasakan

orang-orang kafir, dan termasuk pula berjihad terhadap nafsu, terhadap syaitan dan terhadap orang-orang pendurhaka”. Sedangkan Taufiq Ali Wahbah mengajukan pengertian jihad itu adalah sebagai berikut: “jihad adalah pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Dan jihad baru dilakukan setelah timbulnya gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap kaum muslimin.19

Jihad juga mencakup proses perjuangan ke arah pembentukan masyarakat yang islami. Mengubah pendapat suatu masyarakat serta memulai suatu revolusi mental dikalangan mereka melalui diskusi, pidato atau tulisan juga merupakan salah satu bentuk jihad. Dengan merenungkan makna jihad tersebut, kiranya akan terhujam di setiap relung dada pribadi muslim bahwa jihad berarti suatu kesungguhan untuk mengerahkan seluruh daya dan ikhtiar.20

c. Tujuan Jihad

1) Untuk memperluas penyebaran agama Islam

Diperintahnya ajaran jihad sejak periode Mekkah, erat sekali kaitannya dengan upaya awal Rasulullah Saw dalam menyebarkan ajaran Al-Quran yang diterimanya, terutama ajaran yang berkenaan dengan akidah, perjuangan rasulullah Saw menyebarkan ajaran monoteis ke tengah-tengah masyarakat

19

Abdul Qadir Djaelani, Jihad Fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 3

20

(35)

politeis mekah pada waktu itu, merupakan suatu perjuangan (jihad) besar bagi beliau

2) Untuk menguji kesabaran

Perinatah jihad dan perintah agar bersikap sabar merupaka dua mata ajaran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan keimanan dan kehidupan beragama. Kedua bentuk ajaran ini kenyataannya tidak bisa dipisahkan. Karena, dalam melakukan jihad seseorang harus bersikap sabar, dan jihad selalu berhadpan dengan musuh sebagai objeknya. Dan untuk menjadi orang yang sabar seseorang juga harus berjihad dan bekerja keras menahan semua ujian dan cobaan yang terus berdatangan silih berganti.

Ibnu katsir menegaskan, hikmah disyariatkannya ajaran jihad adalah sebagai ujian Allah Swt terhadap hamba-Nya yang taat, yang sabar menghadapi musuh-musuh yang ingkar, melakukan jihad, baik jihad dalam pengertian dakwah, perang dalam pengertian lain dan apapun bentuknya memang tidak mudah dilakukan. Karena sebagaimana digambarkan Al-Quran, jihad merupakan ujian dan cobaan. Disamping itu, perlu pula disadari bahwa

d. Objek Jihad

1) Orang-orang kafir

Menurut khadafi umat Islam dilarang mengadakan kompromi terhadap golongan yang tidak percaya kepada Tuhan. Golongan kafir ini harus mau memeluk agama Islam atau berperang.21 Dalam persepsi yang dikemukakan Khaduru ini merupakan gagasan terhadap umat Islam, agar umat Islam tidak boleh bersatu dengan orang-orang kafir karena mereka tidak percaya dengan Tuhan, maka hal itu sangat tagas bagi umat Islam, apabila mereka (orang kafi) blum mau masuk agama Islam atau tidak mempercayai Tuahn maka tidak perlu dikompromikan lagi, jalan satu-satunya adalah berperang. Hal inipun dapat kita pahami lewat firman Allah SWT sebagai berikut:

(36)





















Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], Maka bunuhlah

orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah

mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka

bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah

kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. 22

2) Orang-orang munafik

Firman Allah:











Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang

munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah

Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. 23

Ayat ini menunjukan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada nabi untuk

berjihad melawan orang-orang munafik yaitu orang-orang yang ingkar kepada agama Allah.

e. Perbedaan Jihad dan Terorisme

1. Dari segi manfaat a. Terorisme

1) Sifatnya melakuakan (Ifsad) dan anarkis/chaos (fauda)

22 QS.At-taubah, a. 5

(37)

2) Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan / menghancurkan pihak lain

3) Dilakuakn tanpa aturan dan sasaran tanpa batas b. Jihad

1) Sifatnya melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dengan cara peperangan

2) Tujuannya menegakan agama Allah dan / atau membela hak-hak pihak yang terdzolimi

3) Dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh syariat dengan sasaran musuh yang sudah jelas.24

2. Dari segi hukum Islam

a. Hukum melakukan teror adalah haram, baik dilakukan perorangan, kelompok, maupun negara.

b. Sedangkan hukum melakukan jihad adalah wajib kalau dilakukan sesui syariat Islam.

Dengan demikian sudah jelas bahwa jihad bukanlah salah satu ideologi yang dipakai terorisme, karena jihad menurut pandangan islam tidak memakai unsur kekersan apapun.

B. Menangkal Bahaya Terorisme

1. Bahaya Terorisme

Modus operandi dan senjata yang dipakai semakin canggih dan memiliki daya perusak misalnya dengan korban manusi secara masal. Selain kerugian material, aksi tersebut berdampak luas dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan, baik di tingkat nasioanal, regional maupun internasional.25

24 Ma‟ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011) h. 81

(38)

Terorisme memang suatu tindakan yang sangat berbahaya, karena damapak yang dilakukan terhadap aksi terirsme ini dapat menghancurkan dan membinasakan segalanya, pertama dirinya sendiri, kenapa diririnya sendirii, karena dengan dia melakukan tindakan terorisme dia akan selalu mempunyai rasa takut, takut terhadap Tuhannnya, agamanya, negaranya. Dan merasa tidak akan tenang dalam kehidupannya, maka sebetulnya sangat rugi orang yang mau melakukan tindakan terorisme tersebut.

Kedua dapat merugikan masayarakat, dalam tindakannya banyak sekali masayarakat yang sangat dirugikan akibat banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat tempat yang dapat menghasilkan rezekinya di bom diteror oleh para pelaku teroris, hilangnya nyawa orang-orang yang disayangi, anak-anak, orang tua dan sebagainya akibat penerorran dan aksis bom bunuh dirinya, semua itu ulah para pelaku teroris maka sangat di sayangkan sekali apabila seseorang masih tergiur dengan doktrin doktrin yang keliru yang dibuat oleh para terorisme untuk merekrut para calon teroris.

Yang ketiga dari segi pendidikanpun sangat terancam, para calon yang terekrut ini mayoritas remaja-remaja yang masih labil, yang dijadikan sasaran ideologi terorisme ini, sehingga perlu sekali lembaga-lembaga pendidikan khususunya pendidikan agama Islam agar mengantisipasi, jangan merasa aman dengan keadaan yang masih rancu karena organisasi terorisme ini tidak akan behenti untuk beraksi dan bisa jadi anak didik kita yang masih di bangku sekolah terekrut atas tindakan terorisme ini, belum lagi remaja-remaja yang tidak sekolah yang ekonominya masih sangat rendah, itupun akan menjadi makanan empuk untuk didoktrin oleh para pelaku terorisme untuk dijadikan sasaran bom bunuh diri.

(39)

Menurut pendapat Thomas Weigend terorisme adalah kejahatan yang spesifik (khusus) dan dapat dibedakan dari kejahatan biasa dan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kelompok teroris memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan kejahatan yang biasa, seperti pembunuhan, pengeboman, serangan, ancaman atau kekerasan terhadap orang lain

2. Kelompok-kelompok teroris tersebut mengancam sebuah kelompok atau sebuah penduduk secara keseluruhan atau memaksa yang sebagian lainnya untuk melakuakn tindakan.

3. Teroris tersebut memiliki motivasi politik atau ideologi yang tersembunyi, misalnya untuk mengacaukan pemerintah yang ada atau mengalahkan saingannya yang bersifat religius atau ideologi.26

2. Strategi Menagkal Bahaya Terorisme

Dengan beberapa perspektif mengenai terorisme dan bahaya yang ditimbulkan, maka perlu adanya upaya atau strtegi untuk mencegah yaitu:

1) Upaya yuridis yang berupa pengaturan hukum harus disadari sebagai suatu hal yang penting, karena aturan hukum, merupakan pedoman bagi aparat penegak hukum untuk bertindak secara prposional dan profesional. Dalam pemberantasan kejahatan terorisme diharapkan penegak hukum konsisten sehingga tercipta ketertiban dan keadilan di masyarakat serta terlindungnya hak-hak asasi manusia.

2) Hendaknya jangan membalas aksi teror dengan cara-cara teror yang serupa. Jadi terorisme jangan dilawan dengan terorisme, dalam memberantas tindak pidana terorisme, sikap menjunjung tinggi tegaknya HAM tetap harus menjadi prioritas.

3) Diharapkan peran masyarakat. Dukungan bahkan bantuannya dalam rangka penanganankejahatan terorisme. Negara (polri) tidak akan bisa bekerja sendirian dalam menangani masalah terorisme.27

(40)

Senada dengan pernyataan tersebut tokoh agam dalam menangkal bahya terorisme memegang peranan penting. Mereka memberikan pemikiran atau pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam. Tokoh agama dituntut agar mereka ikut andil dalam memberikan pencerahan pemikiran kepada masyarakat tentang bahaya terorisme sebagai kelangsungan kehidupan bangsa dan bernegara. Merka juga harus bisa menjadi perekat di antara umat yang berbeda agama. Rendahnya rasa tanggung jawab sosial tokoh agama dalam membangun kerukunan umat beragama akan melahirkan gesekan-gesekan internal umat beragama. Dari situ pula radikalisme agama muncul. Oleh sebab itu, tokoh agama mesti menjadi perekat dan pemersatu umat beragama sehingga radikalisme agama bisa diredam.28

Dengan demikian cara untuk menangkal bahaya terorisme. Perlu adanya strategi yang akurat, dengan menetapkan hukuman khusus untuk pelaku teror, melawan dengan sikap yang tenang dan dewasa tidak perlu dengan kekerasan, sikap masyarakat yang kritis dalam menyikapi bahay terorisme dan spresiasi kepada pihak terkait dalam menangkal bahya terorisme, dan peranan tokoh agama atau guru pendidikan agama Islam, untuk dapat memberikan pencerahan terhadap sikap dan radiklisme agama yang terarah kepada aksi teror.

3. Peranan Guru PAI dalam Menangkal Bahaya Terorisme

Pendidikan agama Islam memegang peranan penting untuk dapat mencegah bahaya terorisme yang sedang marak terjadi, bahaya yang ditimbulakn para pelaku terorisme bukan hanya terhadap Negara dan Agama akan tetapi di kalang remaja, pemuda-pemuda Islam banyak yang terekrut gerakan terorisme, sebahagian besar para pelaku terorisme ini adalah pemuda-pemuda Islam.

Pentingnya pendidikan Agama Islam berperan terhadap bahaya terorisme adalah karena mereka para pendidik yang dapat memberikan pencerahan pemikiran atau pengubahan pola pikir keagamaan umat Islam yang radikal,

(41)

peranan pendidikan agama Islam penting untuk membentengi umat Islam dari gerakan terorisme yang berbahaya ini terutama dalam mencegah masuknya terorisme kepada pendidikan di Sekolah-sekolah, karena tidak sedikit pemuda di Indonesia ini terlibat kasus terorisme.29

Persoalan ini tentuny tidaklah mudah, sekali lagi bahwa tindak kejahatan terorisme suatu keyakinan seseorang berbuat yang tujuannya untuk mempertahankan eksistensi individual yang tidak akan berhenti apabila mereka belum puas akan memberantas orang-orang non-Muslim, selagi masih banyak orang no-Muslim di Indonesia maka tak terhentilah langkah terorisme ini untuk bertindak, akan tetapi tindakannya selama ini selalu membuat masyarakat resah, karena damapak dari aksi-alsi terorisme ini bukan hanya korban dari kalangan oran-orang non-Muslim saja tapi orang Muslimpun terkena imbasnya.

Dampak yang timbul pada orang-orang islam itu adalah mereka yang terkena korban terorisme kehilang harta benda, keyakinan agamanya, harapan mesadepannya. Keseriusan dalam menangani masalah terorisme ini memang harus dilakukan saat ini juga sebelum mereka merekrut umat islam yang tak bersalah menjadi teroris. Kaitanya dengan pendidik Islam karena segala aksi yang dilakukan para pelaku terorisme ini diakit-kaitkan dengan Islam yang mengatas namakan Jihad, dan yang membuat pemikiran saya tebesat adalah pelaku terorisme kebanyakan pemuda-pemuda Muslim, maka dari itu pendidikan Islam perlu berperan dalam hal ini demi masa depan para pemuda-pemuda bangsa khususnya yang masih di bangku sekolah menengah atas yang masih butuh pemahaman agama yang dalam dengan ini maka guru PAI haru mempunyai tujuan dan fungsi untuk mengoptimalkan peranananya sebagai guru PAI:

a. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA

Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan,

(42)

dan pengamalan siswa dalam pengalaman siswa tentang agama Islam dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyrakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.30

Senada dengan itu lampiran Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tangggal 23 Mei 2006 menyatakan dalam kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA adalah:

1) Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

2) Menghargai keberagamaan, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan gelobal.

3) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.

4) Memahami hak dan kewajiban diri dan oran lain dalam pergaulan di masyarakatt.

5) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.

6) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagi makhluk Tuhan.

7) Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai denagn tuntutan agama.

8) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan

(43)

bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

31

dari pengertian ini dapat dijadikan sasaran yang tepat yaitu siswa di tuntut untuk menumbuhkan rasa iman dan takwa dengan jalan segala aspek ilmu pengetahuan perlu di hayati dan dijadikan amalan baik bagi diri sendiri baik pula untuk orang lain sehingga dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi di kita pribadi.

Tujuan utama dari pendidikan agama Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti. Dengan akhlak dan budi pekerti maka seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan hati-hati, sopan dan tidak merugikan diri sendiri terlebih merugikan orang lain dan seseorang dapat mawas diri dalam tindakannya karena manusia tidak dapat merubah kepribadiannya apabila tidak di dasari oleh budi pekerti dan akhlak yang baik maka dari itu lewat pendidikan Islamlah manusia dapat mengetahui baik buruknya perbuatan itu.32

Rumusan tujuan pendidikan agama Islam ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agaman Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam33

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA

Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru berarti orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar34 jadi tugas yang diemban guru adalah mengajar pada umumnya, Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidik yang

31

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-235

32

Abdudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2005), h. 241

33

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rrosdakarya 2004), Cet. III, h. 78-79

(44)

terpikul di pundak orang tua.35 Artinya guru merupakan seseorang yang sangat bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar si sekolah, selai sebagai pengajar gurupun harus menjadi seorang pendidik yang dapat menjadikan peserta didik bermoral dalam kepribadiannya.

Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina atau malah sebaliknya yaitu menjadi penghancur bagi masa depan anak didik.36 Maka dengan itu guru perlu mempunyai sifat-sifat yang harus dimiliki yaitu:

1) Suka bekerja sama dengan demokratis 2) Penyayang

3) Menghargai kepribadian anak didik 4) Sabar

5) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermacam-macam

6) Perawakan menyenangkan dan kelakuan yang baik 7) Adil dan tidak memihak

8) Toleran mantab dan stabil

9) Ada perhatian terhadap persoalan anak didik 10)Lincah

11)Mampu memuji perbuatan baik dan menghargai anak didik 12)Cukup dalam pengajaran

13)Mampu memimpin secara baik.37

Selain dari sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, gurupun memiliki tugas yang penting dalam dunia pendidikan, seperti dikemukakan Abudin Nata dalam bukunya, Rasulullah SAW telah mengisyaratkan dalam hadisnya tentang perlunya pendidik yang profesional dan bukan pendidik yang

35 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 39 36 Ibid, h. 9

(45)

profesional atau pendidik yang asal-asalan. Sebagai mana sabdanya: apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya... (Hadis)38

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berf

Gambar

Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Quisioner
Tabel  3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara pada judul
Tabel 3.4 Analisa Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana dikemukakan oleh Kunandar (2007) bahwa dalam.. menjalankan tugasnya seorang guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut: pertama,

Untuk mengetahui hasil belajar Biologi pada siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Batu

Demikian Pengumuman ini disampaikan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, tingkat rata-rata skor servqual (selisih gap) yaitu -0,43 dan nilai harapan

Karyawan yang memiliki beban kerja tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.. dengan baik dan

Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin dialami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas

Pancasila sebagai ideologi nasional artinya Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenaranya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika SMP dengan media berbantuan komputer pada materi teorema Pythagoras yang valid,