PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
(Studi Kasus di Kelas VIII SMPN 3 Bogor)
Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Riksa Damayanti NIM. 106011000155
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
(Studi Kasus di Kelas VIII SMPN 3 Bogor)
Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Riksa Damayanti NIM.106011000155
Mengetahui, Dosen Pembimbing
(Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.) NIP. 19670328.200003.1.001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Persepsi Siswa terhadap Kepribadian Guru Hubungannya dengan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI telah diajukan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 10 Desember 2010, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 10 Desember 2010
Panitia Sidang Munaqosah Ketua Panitia
Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim, M.Ag.
NIP. 1968030.199803.1.002 ... ...
Sekretaris
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.
NIP. 19670328.20000 3.1.001 ... ...
Penguji I
Prof. Dr. Abuddin Nata, MA ... ... NIP. 19540802.198503.1.002
Penguji II
Dr. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D
NIP. 19591020.198603.2.001 ... ...
Mengetahui : Dekan,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Persepsi Siswa ... 10
1. Pengertian Persepsi ... 10
2. Faktor-faktor Persepsi ... 12
3. Fungsi-fungsi Persepsi ... 13
B. Kepribadian Guru dalam Perspektif Islam ... 13
1. Pengertian Kepribadian ... 13
2. Pengertian Guru dalam Pendidikan Islam ... 19
3. Kedudukan dan Peran Guru dalam Pandangan Islam... 21
4. Pentingnya Kepribadian Guru ... 23
C. Minat Belajar ... 26
1. Pengertian Minat ... 26
2. Indikator Minat ... 28
3. Pengertian Belajar ... 30
4. Fungsi Minat Dalam Belajar ... 33
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 34
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 37
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 39
4. Harapan Terhadap Pendidikan Agama Islam ... 43
E. Kerangka Konseptual... 45
F. Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
C. Variabel Penelitian... 47
D. Populasi dan Sampel... 50
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 50
F. Teknik Analisis Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 3 Bogor ... 56
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 3 Bogor ... 56
2. Visi dan Misi ... 56
3. Prestasi Sekolah ... 57
4. Keadaan Guru, Karyawan Dan Siswa ... 57
5. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 59
B. Deskripsi Data ... 62
C. Analisis Data ... 69
D. Interpretasi Data ... 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Perhitungan Indeks Korelasi Varibel X dan Variabel Y
2. Daftar Skor Variabel X (Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru) 3. Daftar Skor Variabel Y (Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI) 4. Daftar Uji Reabilitas Variabel X
5. Daftar Uji Reabilitas Variabel Y 6. Angket
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Data Variabel Penelitian ... 48
2. Tabel 2 Data Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 51
3. Tabel 3 Data Keadaan Guru... 58
4. Tabel 4 Data Keadaan Karyawan (Staf. Tata Usaha)... 58
5. Tabel 5 Data Keadaan Siswa ... 59
6. Tabel 6 Data Sarana danPrasarana ... 60
7. Tabel 7 Data Jumlah Media Pembelajaran ... 60
8. Tabel 8 Data Jumlah dan Kondisi Laboratorium Fisika dan Biologi. 61 9. Tabel 9 Data Rekapitulasi Aspek Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru ... 63
10. Tabel 10 Data Rekapitulasi Aspek Minat Belajar Siswa Pada Pelajaran PAI... 66
11. Tabel 11 Data Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru dan Minat Belajar Siswa ... 68
12. Tabel 12 Data Kriteria Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru... 70
13. Tabel 13 Rekapitulasi Data Persepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru ... 72
14. Tabel 14 Data Kriteria Minat Belajar Siswa Pada Pelajaran PAI... 74
KATA PENGANTAR ﻢﯿﺣ ﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, teriring shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini. Selain dorongan dan doa dari orang tua, kerabat, bimbingan dari dosen pembimbing dan fasilitas dari lembaga berperan dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. yang telah membimbing penulis secara intensif di tengah-tengah kesibukan beliau. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ketua, Sekretaris dan Penasihat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam serta Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas demi kelancaran skripsi ini. Juga, penulis haturkan terimakasih yang setulus-tulusnya dan salam ta’dzim kepada kedua orangtua tercinta yang selalu mendampingi doa tulus yang tidak henti-hentinya demi keberhasilan studi penulis.
Kepada segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis selama berada di bangku kuliah, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Tak lupa terimakasih kepada Bapak Kepala Sekolah dan Guru PAI SMP Negeri 3 Bogor yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah. Terimakasih pula kepada rekan-rekan seperjuangan PAI angkatan 2006, yang telah memberikan banyak kesan dan pesan yang tak terlupakan dalam menjalani perkuliahan selama ini.
Dan semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah memberikan sumbangsih untuk kelancaran penelitian ini. Semoga jasa dan segala amal kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang layak dari Allah SWT. Usaha penyusunan skripsi ini sudah penulis lakukan secara maksimal. Namun, penulis yakin masih terdapat kekurangan di sana sini. Oleh karena itu, demi penyempurnaan skripsi ini, saran dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama Bapak/Ibu dosen, sangat kami harapkan.
Jakarta, 25 November 2010
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Riksa Damayanti
NIM : 106011000155
Fakultas/ Jurusan : FITK/ Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2006
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul:
PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
(Studi Kasus di Kelas VIII SMPN 3 Bogor)
Adalah benar hasil karya sendiridi bawah bimbingan dosen:
Nama : Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 25 November 2010
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-064
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 02
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Nunung Eka Sarni
Tempat & Tgl. Lahir : Bekasi, 26 Desember 1987
NIM : 106011000138
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Peranan Ibadah Puasa dalam Mewujudkan Stabilitas
Emosi
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Mohammad Ardani
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 16 Desember 2010
Mahasiswa Ybs.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bahkan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Pendidikan itu mutlak sifatnya dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa atau negara sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.
Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merancang masa depan umat manusia yang dalam konsep dan implementasinya harus memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Konsep pendidikan dapat diibaratkan sebuah pakaian yang tidak dapat diimpor atau diekspor. Ia harus diciptakan sesuai dengan keinginan, ukuran, model, dari orang yang memakainya sehingga tampak pas dan serasi.1
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membentuk kepribadian anak yang baik. Dalam masa kemajuan sekarang ini, setiap sekolah membutuhkan beberapa orang guru yang betul-betul berkualitas. Guru merupakan salah satu faktor yang amat penting khususnya dalam pendidikan formal untuk mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan
Islam.
1
2
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik (5) mempersiapkan tenaga profesional yang trampil.2
Idealnya seorang guru harus mampu membaca dan memprediksi kemampuan semua siswanya, yakni mengetahui gaya belajar mereka yang sudah tentu berbeda-beda. Selain itu guru harus mengetahui pula karakter siswanya sehingga guru dapat memposisikan diri dengan baik dan menghadapi mereka sesuai dengan karakter dan gaya belajar mereka dengan cara yang tepat. Seorang guru harus dapat menarik perhatian para siswa dengan berbagai macam cara dan pendekatan guna kelancaran proses pembelajaran. Kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dari sekian banyak faktor lainnya.
Adapun beberapa syarat yang harus dimiliki seorang pendidik/guru adalah: (1) dia harus mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, sehingga segala tindakannya dalam mendidik disesuaikan dengan jiwa anak didiknya (2) dia harus memiliki bahasa yang baik dan menggunakannya sebaik mungkin, sehingga dengan bahasanya itu anak tertarik pada pelajarannya (3) mencintai anak didiknya (4) bertakwa kepada Allah SWT (5) berilmu (6) sehat jasmani (7) berakhlak baik dan (8) berjiwa nasional.3
Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak didik, dimana pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi secara tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Bahkan dapat dikatakan kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya daripada kepandaian dan ilmunya, terutama
2
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 4
3
3
bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja, yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak pada tingkat tersebut masih dalam pertumbuhan.4
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.5
Sementara itu menurut seorang tokoh pendidikan Islam Ibnu Miskawaih bahwa guru memiliki persyaratan antara lain : bisa dipercaya, pandai, dicintai, sejarah hidupnya jelas tidak tercemar di masyarakat. Disamping itu, ia hendaknya menjadi cermin atau panutan dan bahkan harus lebih mulia dari orang yang dididiknya.6
Dengan demikian, sudah semestinya guru dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, yakni senantiasa menunjukkan sikap dan tutur kata yang sopan dan mencerminkan pribadi yang luhur. Jika setiap guru mampu mengimplementasikan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan sehari-harinya dengan ikhlas karena Allah dan bukan karena mengharapkan pujian orang lain, niscaya para peserta didik akan menjadikannya sebagai
4
Zakiah Darajat, Keprbadian Guru, ( Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h.10 5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) h. 40
6
4
panutan, yakni guru yang berkepribadian baik yang memiliki wibawa, tutur
katanya penuh makna dan berkarisma.
Adapun beberapa hal penting yang terkait dengan proses
pembelajaran secara teknis, menurut pendapat ulama pendidikan Islam,
Al-Thusi, sebagaimana dikutip Muhammad Jawwad Ridla dalam Fikr
al-Tarbawi al-Islami, beliau menyarankan bahwa seorang guru sudah
seharusnya unruk meletakkan mata pelajaran yang sesuai dengan kompetensi
anak didik, mudah dipahami dan sesuai dengan kompetensi
intelektualitasnya, bukan pelajaran yang melangit yang tak mungkin dicerna
oleh akal.7
Sikap guru dalam memberikan bimbingan dan didikan kepada
siswanya sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Alexander (1971)
menyatakan: “No one can be a genuine teacher unless he is himself actively
sharing in the human attempt to understand men and their word” secara
tidak langsung, Alexander menyarankan agar guru dapat memahami
kesulitan yang dihadapai oleh muridnya dalam belajar, dan kesulitan lain
yang mengganggu dalam hidupnya. Guru sebagai teladan murid-muridnya
harus memiliki sikap dan kepribadian yang utuh yang dapat dijadikan tokoh
panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. 8 Karenanya guru harus
selalu berusaha memililih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat
mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan
murid-muridnya.
Sifat-sifat guru yang paling disukai oleh anak didik adalah, suka
membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dan tugas
dengan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh sewaktu
mengajar, riang, gembira, mempunyai perasaan humor, bersikap akrab
seperti sahabat, menunjukan perhatian pada murid, dan memahami mereka,
membangkitkan keinginan belajar, tegas, sanggup menguasai kelas, tidak
7
Imam Tholkhah, Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan Mengurai Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.219
8
5
pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan, tidak suka mengomel, serta mempunyai pribadi yang menyenangkan.9
Sementara pada kenyataannya di lapangan masih ada guru yang tidak suka membantu kesulitan belajar siswa, tidak suka humor, kurang mampu menumbuhkan minat belajar siswa, kurang memahami keadaan siswa-siswinya, kurang tegas dalam mengendalikan kelas, mempunyai anak emas, tidak adil, kasar, suka mencela siswanya, sehingga siswa tidak mendapat dorongan untuk belajar. Hal ini tentunya akan mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti pelajaran guru tersebut. Dalam hal ini adalah guru pendidikan agama Islam.
Hal tersebut di atas peneliti ketahui dari hasil perbincangan peneliti dengan beberapa siswa. Siswa sering mengeluh bila diajar oleh guru yang berkepribadian seperti itu, karena akan berdampak pada minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran dengan guru yang bersangkutan. Minat merupakan kunci utama keikutsertaan siswa untuk aktif mengikuti pelajaran di kelas.
Tujuan sekolah akan tercapai, jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang baik dan menarik kehidupan anak didik dengan harapan dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya tercipta suasana kesiapan dalam proses pembelajaran. Banyak siswa yang berpandangan bahwa kepribadian guru memegang peranan penting dalam proses perkembangan siswa. Kepribadian guru pula akan ikut menentukan keberhasilan siswa.
Menurut tokoh pendidikan Islam, Mohammad Athiyah al-Abrasyi, ada tujuh sifat yang harus dimiliki seorang guru, diantaranya adalah: (1) memiliki sifat zuhud (2) memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk (3) ikhlas dalam menjalankan tugasnya (4) bersifat pemaaf terhadap muridnya (5) menempatkan dirinya sebagai bapak (6) mengetahui bakat, tabiat dan watak muridnya dan (7) menguasai bidang studi yang diajarkannya. Sifat-sifat guru tersebut di atas pada garis besarnya dapat
9
6
dibagi menjadi dua bagian. Pertama, sifat yang berkaitan dengan kepribadian, kedua sifat yang berkaitan dengan keahlian akademik.10
Jika siswa telah memiliki perasaan simpatik dan memiliki persepsi yang positif terhadap gurunya atau siswa telah menyenangi gurunya, biasanya guru akan lebih mudah memasuki dunia siswa dan secara otomatis guru pun akan dengan mudah menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa pun akan mudah menyerap dan memahaminya, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Dasar itulah penulis tertarik untuk membahas dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul:
”PERSEPSI SISWA TERHADAP KEPRIBADIAN GURU
HUBUNGANNYA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di
Kelas VIII SMPN 3 Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kepribadian guru yang kurang baik tidak disukai oleh siswa, sehingga menimbulkan persepsi siswa yang kurang baik pula terhadap guru tersebut, akibatnya minat belajar siswa pada mata pelajaran guru tersebut menjadi rendah.
2. Murid merasa tidak puas dengan kepribadian guru yang tidak sesuai dengan harapan siswa. Hal ini mengakibatkan rendahnya minat siswa pada mata pelajaran guru tersebut.
3. Cara berinteraksi atau komunikasi guru dan siswa yang kurang baik dikarenakan rendahnya minat siswa pada mata pelajaran guru tersebut. 4. Metode dan strategi pembelajaran guru kurang dapat menarik perhatian
siswa, sehingga pelajaran yang disampaikan kurang diminati oleh siswa.
10
7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk dapat memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan ini, penulis memberikan batasan sebagai berikut:
a. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Bogor tahun ajaran 2009-2010
b. Persepsi yang diteliti adalah tanggapan atau pandangan siswa kelas VIII SMPN 3 Bogor terhadap kepribadian guru PAI.
c. Kepribadian yang diteliti adalah kepribadian yang tampak dalam cara melakukan tugas profesionalnya sebagai guru di kelas, penghayatan nilai-nilai kehidupan, dan motivasinya dalam menjalankan perannya sebagai guru.
d. Penelitian ini dilakukan dalam rangka keingin tahuan penulis mengenai adakah hubungan antara persepsi siswa terhadap kepribadian guru terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 3 Bogor.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, saya sebagai penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kepribadian guru PAI kelas VIII SMPN 3 Bogor? b. Bagaimana minat belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 3 Bogor? c. Adakah pengaruh persepsi siswa terhadap kepribadian guru dengan
8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui lebih jauh persepsi siswa terhadap kepribadian guru PAI di kelas VIII SMPN 3 Bogor.
b. Untuk mengetahui minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 3 Bogor.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi siswa terhadap kepribadian guru dengan minat belajar PAI siswa kelas VIII SMPN Bogor.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar S.Pd.I pada Program Strata 1 (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Sebagai sumbangan pemikiran penulis dalam menyingkapi masalah pendidikan yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui kepribadian guru. c. Sebagai bahan masukan dan perbaikan bagi guru agama dan penulis
selaku calon guru agama agar dapat menjalankan profesinya dengan baik yang sejalan dengan tujuan pendidikan dan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju.
E. Sistematika Penulisan
9
BAB I Pendahuluan, bab ini terdiri dari lima sub bab, yaitu : latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, bab ini terdiri dari enam sub bab, yaitu:
1. Persepsi siswa, meliputi : pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan fungsi-fungsi persepsi.
2. Kepribadian guru dalam perspektif Islam, meliputi : pengertian kepribadian, pengertian guru dalam pendidikan Islam, kedudukan dan peran guru dalam pandangan Islam dan pentingnya kepribadian guru.
3. Minat belajar, meliputi : pengertian minat, indikator minat, pengertian belajar dan fungsi minat dalam belajar.
4. Pedidikan agama Islam, meliputi : pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, fungsi pendidikan agama Islam dan harapan terhadap pendidikan agama Islam.
5. Kerangka konseptual. 6. Hipotesis penelitian.
BAB III Metodologi Penelitan, meliputi : metodologi penelitian kuantitatif, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian, meliputi : gambaran umum SMPN 3 Bogor antara lain: sejarah singkat berdirinya SMPN 3 Bogor, visi dan misi sekolah, prestasi sekolah, keadaan guru, karyawan dan siswa, sarana dan prasarana pendidikan, deskripsi data, analisis data dan interpretasi data.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Diantara komponen terpenting dalam pendidikan Islam adalah peserta didik. Dalam perspektif pendidikan Islam, peserta didik merupakan subjek dan objek. Oleh karena itu, aktivitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.1 Anak didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan jasmani, maupun kebutuhan rohani yang harus dipenuhi. Diantara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri dan sebagainya. Kesemuanya itu penting dipahami oleh pendidik, dalam hal ini adalah guru agar tugas-tugas kependidikannya dapat berjalan dengan baik.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, sifat-sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh guru tidak terlepas dari perhatian anak didik sehingga masing-masing anak didik memilki persepsi tentang pribadi guru mereka.
1
Oleh karena itu dalam proses kegiatan belajar mengajar guru dituntut harus mengerti persepsi yang ada pada diri anak didik, karena tanpa memperhatikan persepsi anak didik proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan lancar. Di bawah ini akan penulis kemukakan beberapa pengertian persepsi.
Persepsi secara sederhana dapat diartikan dengan tanggapan terhadap sesuatu hal. Persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.2 Sementara Akyas Azhari dalam bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan mengatakan bahwa:
Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan atau cara bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan sesuatu dan menilai sesuatu.3 Persepsi akan selalu melibatkan evaluasi dan interpretasi karena itu anak didik dengan pengalaman yang berbeda akan memilki persepsi yang berbeda pula. Persepsi merupakan proses pengenalan sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya, dan persepsi itu selalu dipengaruhi oleh kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Jadi setiap persepsi anak didik akan berbeda terhadap objek yang sama. Pribadi seseorang berbeda dengan pribadi yang lain, sebagai bukti keunikan manusia sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan yang sama.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara pandang seseorang atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek (benda/manusia) melalui penginderaan.
2
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 94 3
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah :
a. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.4
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah :
a. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.
b. Sasaran persepsi tersebut
Sasaran itu bisa berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.
c. Situasi
4
Persepsi harus dilihat secara kontekstual, yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul.5
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa persepsi itu banyak dipengaruhi oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Sebab diyakini bahwa persepsi seseorang sangat berpengaruh pada perilakunya. Dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada minatnya.
3. Fungsi-Fungsi Persepsi
Dalam interaksi, persepsi yang akan dilakukan masing-masing individu berfungsi sebagai berikut:
a. Dilakukan untuk melakukan prediksi terhadap tingkah laku yang relevan dengan tujuan dalam situasi tertentu.
b. Persepsi digunakan untuk menciptakan dan menetapkan hubungan. Persepsi dimaksudkan untuk menyeleksi orang dan menilai kepribadian.6
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa persepsi kita terhadap suatu objek memiliki manfaat dan fungsi bagi kita sebagai alat ukur atau pertimbangan kita untuk menyimpulkan dan menilai suatu objek. Dalam hal ini adalah penilaian terhadap kepribadian seseorang guru.
B. Kepribadian Guru dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan salah satu konsep yang sudah lama dibicarakan oleh para ahli . Allport (1960) berhasil mengumpulkan beberapa konsep tentang kepribadian dari beberapa bidang dan memformulasikan suatu definisi kepribadian. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam individu yang mencakup sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungannya:
5
Sondang P Siagian,Teori Motivasi dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), h. 101-105
6
a. Dynamic organization
Menurut Allport kepribadian merupakan suatu organisasi sentral yang terdiri dari komponen-komponen dan menghubungkan komponen-komponen tersebut satu sama lain. Organisasi pada kepribadian ini dinamis karena secara tetap berkembang dan berubah. Sehingga kepribadian beserta elemen-elemen yang ada di dalamnya itu aktif, selalu berkembang dan berubah, memotivasi dan mengatur diri secara dinamis.
b. Psychophysical system
Istilah ini mengimplikasikan bahwa kepribadian bukan hanya sekedar konstruk hipotesis yang dibuat oleh pengamat tapi merupakan suatu fenomena nyata yang terdiri elemen mental serta neural. Kedua elemen tersebut bersama-sama ada dan melebur menjadi kesatuan kepribadian.
c. Determine
Istilah ini mengandung arti bahwa kepribadian mempunyai peran aktif dalam menetapkan tingkah laku spesifik individu. Hal ini menyebabkan individu akan melakukan penyesuaian diri dan mengekspresikan tingkah laku ketika mendapatkan stimulus yang sesuai. Allport juga mengatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu. Jadi jelas bahwa kepribadian memang berada dalam diri individu dan dasar dari tingkah laku individu.
d. Unique
e. Adjustments to his environment
Frase ini mengandung arti bahwa kepribadian berfungsi untuk mempertahankan diri, yaitu melalui penyesuaian diri terhadap lingkungan.7
Di dalam buku Pengantar Psilkologi Umum dan Perkembangan yang ditulis oleh Drs. M. Alisuf Sabri, “Trait” atau sifat-sifat pribadi, adalah pola-pola penyesuaian diri seseorang, yang sudah menjadi sifat/kualitas tingkah lakunya yang spesifik; seperti misalnya: reaksi terhadap frustasi/hambatan yang dihadapi; cara atau kebiasaannya dalam menghadapi masalah; sikap agresif dan defensif yang biasa dilakukan; caranya bersikap di hadapan orang banyak dan sebagainya. Sifat-sifat kepribadian ini menyatu dan dipengaruhi oleh self concept. Dalam hal ini apabila ada beberapa sifat bergabung ke dalam suatu gejala dan jadi tingkah lakunya yang nyata, maka sifat-sifat lainnya jelas tersisih dan tidak nampak dalam tingkah lakunya sehari-hari.
Stabilitas self concept mempunyai peranan yang penting di dalam penyesuaian pola-pola kepribadian. Self concept yang kurang stabil bisa terjadi karena bermacam-macam faktor; diantara penyebab yang terutama ialah; pertama, konflik self concept, akibat memperoleh perlakuan yang berbeda-beda dari orang-orang yang berarti bagi hidupnya. Kedua, ketidakstabilanself conceptbisa terjadi, apabila terjadi pertentangan/ketidaksesuaian antara “real self concept” dengan “ideal
self concept” pada dirinya. Tetapi apabila seseorang melihat dirinya
sama seperti yang dilihat dan diharapkan orang lain, maka stabilitas self
conceptberkembang/dipertahankan dengan baik.8
Jadi konsep diri (self concept)merupakan hal yang sangat penting yang menjadi tolak ukur bagi sesorang untuk menilai pribadinya sebagai
7
Nuraida, Rihlah Nuraulia, Character Building Untuk Guru, (Jakarta: Aulia Publising House, 2007), cet. pertama, h. 58-60
8
jiwa yang memiliki harga diri. Dalam konsep diri ini yang dibutuhkan adalah kejujuran terhadap diri sendiri untuk menilai dirinya secara objektif dan sikap positif thinking. Dan yang harus ditanamkan pada diri setiap orang adalah rasa percaya diri. Karena tanpa rasa percaya diri seseorang tidak akan mampu bertahan dan berinteraksi dengan baik dalam lingkungannya, serta tidak akan berani melangkah untuk menggapai cita-cita dan menata hidupnya dengan lebih baik. Oleh karena itu selain rasa percaya diri, sikap yang harus dimiliki dalam setiap diri adalah sikap penerimaan diri secara lapang dada, yakni dapat menerima kekurangan dan kelebihan diri sebagai anugrah yang dikaruniakan oleh Allah SWT yang harus disyukuri.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, antara lain faktor biologis dan faktor psikis. Faktor-faktor biologis dapat mempengaruhi kepribadian secara langsung. Misalnya, seorang yang memiliki badan yang lemah (secara fisik), dapat mempunyai sifat rendah diri yang tebal. Beberapa faktor biologis yang penting adalah misalnya sistem syaraf, watak seksual, proses pendewasaan dan juga kelainan-kelainan biologis. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kepribadian adalah unsur tempramen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain sebagainya.9
Pribadi yang matang adalah pribadi yang dewasa. Idealnya orang yang dewasa secara usia akan memiliki kematangan kepribadian dalam dirinya. Namun dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita jumpai orang yang telah dewasa secara usia tetapi belum juga memiliki kematangan kepribadian. Sebaliknya, terkadang pula kita jumpai orang yang secara usia belum dewasa , tetapi memiliki kematangan kepribadian.
9
Misalnya seorang anak remaja yang sudah sangat terlihat dewasa dari aspek kepribadiannya. Ia mampu menata diri dan memposisikan diri dengan baik di tengah-tengah masyarakat, terlebih lagi pada dirinya sendiri. Ia mampu mengambil keputusan, mempertimbangkan berbagai hal yang menyangkut dirinya, dan mampu mencari solusi bagi setiap permasalahan hidupnya dengan baik. Jadi kedewasaan tidak dapat diukur dari jumlah usia seseorang, akan tetapi kedewasaan dapat dilihat dari matangnya kepribadian seseorang.
Di bawah ini merupakan beberapa kriteria kepribadian yang matang, antara lain:
a. Perluasan perasaan diri
Seseorang perlu terlibat dalam berbagai aktivitas. Aktivitas sangat besar nilainya dari pada suatu pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak terlibat dalam kegiatan maka ia semakin sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, keanggotaan kita dalam partai politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
b. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Ia akan merasakan perkembangan diri semakin baik. Orang yang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dia cintai dan memperhatikan kesejahteraannya hal ini akan sama dengan kesejahteraan individu sendiri.
c. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat adalah: penerimaan diri, menerima emosi manusia, mampu mengontrol emosi sendiri, sabar terhadap kekecewaan.
Orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut prasangka mereka. Mereka menerima realitas apa adanya.
e. Ketrampilan-ketrampilan dan tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan ketrampilan-ketrampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Seseorang tidak hanya cukup memiliki ketrampilan-ketrampilan yang relevan tetapi harus digunakan ketrampilan tersebut secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. f. Pemahaman diri
Mengenal diri berarti: memahami kekhasan fisiknya, kepribadian, watak dan tempramennya, mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya. g. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai satu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka.10
Dari beberapa kriteria yang telah disebutkan di atas, cukup jelas dan dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berkepribadian matang jika ia mampu mengeksplorasi potensi dirinya yang diberikan oleh Tuhan semaksimal mungkin serta senantiasa bersyukur atas karunia yang telah Tuhan anugrahkan kepadanya. Selain itu ia juga mampu menjalani hidupnya secara seimbang dengan semua prinsip dan landasan hidup yang ia junjung tinggi. Kesemuanya itu dapat terlihat dari beberapa indikator yang
10
terangkum dalam kriteria pribadi matang antara lain ia mampu
beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungan
sekitar dan masyarakat luas dalam sebuah lembaga atau organisasi,
memahami kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri, mampu
mengatur emosi, tidak sembarangan bertindak karena ia akan selalu
berpatokan kepada prinsip dan nilai-nilai yang ia anut demi menjaga
keseimbangan hidupnya agar terhindar dari berbagai penyimpangan.
2. Pengertian Guru dalam Pendidikan Islam
Di dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.11
Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan
bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang
yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.
Di dalam literatur kependidikan Islam, pendidik biasa disebut
sebagai berikut:
a. Ustadz yaitu seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki diri dan memperbaharui
model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
b. Mu’allim, berasal dari kata dasar ‘ilmyang berarti menangkap hakikat
sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang
dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang
diajarkannya.
c. Murabbiy berasal dari kata dasar “Rabb”. Tuhan sebagai Rabb
al-Alamin dan Rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur dan
11
memelihara alam seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mursyid adalah seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didiknya.
e. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wadurusan wadirasatan yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih, dan mempelajari. Artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan serta melatih keterampilan peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
f. Muaddib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualiatas di masa depan. Di Indonesia pendidik di sebut juga guru (orang yang digugu dan ditiru).12
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, yang menjalankan tugasnya karena mengharap keridhaan Allah sebagai bentuk kewajiban sekaligus pengabdiannya sebagai orang yang berilmu.
12
3. Kedudukan dan Peran Guru dalam Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah dan RasulNya.
Firman Allah SWT:
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadalah:11)
Sabda Rasulullah SAW:
ِإ
ذَ
َ ﺎﻛ ا
نُ
َ ﯾ
ﻮْ
مُ
ِﻟا
َ ﯿﻘ
ﻣَﺎ
ﺔِ
ُ ﯾ
ﻮْ
زَ
نُ
دِ
ﻣَ
ءُﺎ
ﺸﱡﻟا
َ ﮭ
ﺪَ
ءِا
ِﺑ
ﻤِ
ﺪَ
دِا
اْ
ﻌُﻟ
َ ﻠ
ﻤَ
ءِﺎ
َ ﻓ
َ ﯿ
ﺮْ
ﺟَ
ﺢُ
ﻣِ
ﺪَ
دُا
اْ
ﻌُﻟ
َﻠ
ﻤَ
ءِﺎ
ﻋَ
ﻰَﻠ
دَ
مِا
ﺸﱡﻟا
َ ﮭ
ﺪَ
ءِا
)
ور
ا
ﻢﯿﻌﻧ با ،زﻮﺟ ﻦﺑا ،ﺮﺠﻧ ﻦﺑا ه
(
Artinya:“Di hari kiamat nanti darah orang-orang yang mati syahid akan ditimbang dengan tinta-tinta karya tulis para ulama, lantas tinta ulamalah yang lebih unggul dari pada darah orang yang mati syahid”
(H.R. Ibnu Najjar, Ibnu Jauzi, Abu Nu’aim)
Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya
dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga
mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Keutamaan dan
tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam
itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, sedangkan pengetahuan itu
didapat dari belajar dan mengajar, maka sudah pasti agama Islam
memuliakan seorang pendidik.13
Begitu mulianya posisi guru dalam pendidikan Islam, Al-Zarnuji
dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim Thariqah al-Ta’allum
mengingatkan bahwa anak didik tidak akan memperoleh ilmu dan tidak
akan mendapatkan manfaat dari ilmu kecuali menghargai ilmu dan orang
yang berilmu, serta menaruh hormat kepada guru.14
Di dalam kitab Ihyaa ‘Ulumuddin yang merupakan karya monumental Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, yang
dikutip dari buku guru besar UIN Jakarta Profesor Abuddin Nata,
al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik
adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang
baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat
memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan
akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para
muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas
mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.15
Menjadi guru agama merupakan tugas mulia sekaligus amanah
yang sangat besar. Ia tidak hanya bertanggung jawab di dunia, yakni
kepada siswa-siswa peserta didiknya, keluarga, dan masyarakat, tetapi
juga di akhirat kelak, ia harus mempertanggung jawabkannya atas semua
yang ia ajarkan di hadapan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang
13
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…..h. 76 14
Imam Tholkhah, Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan Mengurai Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.219
15
menjadi sumber inspirasi dan pedoman hidupnya, yang semua itu
tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sikap dan tutur kata guru
haruslah sejalan dengan apa yang ia amalkan, agar ia tidak dimurkai oleh
Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
“Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan”(Q.S As- Shaff: 3)
4. Pentingnya Kepribadian Guru
Kepribadian seseorang adalah suatu integrasi yang kompleks dari
proses kognitif, proses perkembangan sikap dan penilaian, proses dalam
mempelajari berbagai peranan dan konsep diri. Pengembangan pola
tingkah laku yang spesifik dan pengintegrasiannya dengan kepribadian
seseorang terjadi melalui proses sosialisasi. Jadi, perkembangan
kepribadian adalah suatu proses sosialisasi yang progresif yang
memungkinkan pribadi yang bersangkutan mengembangkan pola
tingkah laku yang membuka jalan baginya hidup dengan berhasil dalam
masyarakatnya.16
Ada tiga masalah penting yang perlu diperhatikan dalam
perkembangan kepribadian sesorang: pertama, perkembangan itu relatif
cukup stabil, terutama yang menyangkut pola-pola penyesuaian sosial;
kedua, bagaimana pandangan pribadi yang berkembang itu tentang
pribadinya sendiri, karena diantara konsep-konsep yang dipelajarinya
terdapat konsep tentang dirinya sebagai pribadi; bagaimana konsep itu
telah terbentuk, bagaimana konsep itu mempengaruhi perubahan perilaku
dan interaksi sosial; ketiga, bagaimana bentuk proses sosialisasi yang
16
mempengaruhi kelestarian dan kestabilan perkembangan kepribadian
yang bersangkutan.17
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah
yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan,
cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan. Prof. Dr.
Zakiah Daradjat (1980) mengatakan bahwa kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya,
ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap
persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.
Kepribadian adalah faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.
Karena seorang guru disamping berperan sebagai pembimbing dan
pembantu, guru juga berperan sebagai panutan. Mengenai masalah
kepribadian, guru harus dapat membawa anak didiknya kepada
kepribadian yang baik, yang sesuai dengan norma-norma agama dan
norma-norma susila. Kepribadian yang baik akan menjadi contoh bagi
siswa dalam perkembangan watak dan sikapnya. Tidak berhasil seorang
guru jika hanya mengembangkan kecerdasan (kognitif) anak didik saja,
sedangkan sikap (afektif) dan psikomotorik anak didiknya tidak
diperhatikan. Dalam pembelajaran perubahan ini bersifat menyeluruh
(integral), oleh sebab itu kepribadian guru menjadi teladan bagi anak
didik. Hal ini sejalan dengan pendapat W.S Winkel yang mengemukakan
bahwa dalam mengajar, beberapa kepribadian guru yang berperan adalah:
17
a. Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values)
Sebagai manusia guru berpegangan pada nilai-nilai tertentu, yang
akan menampakkan diri dalam pembicaraan dan tingkah laku di depan
kelas, misalnya taggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas hasil
jerih payah sendiri, kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri,
penghargaan terhadap jenis kelamin sendiri serta lawan jenis dan lain
sebagainya.
b. Motivasi Kerja
Guru yang pertama-tama memikirkan masalah pendapatan,
memandang pekerjaannya sebagai sarana melulu untuk mendapatkan
uang, bahkan sekolah dipandang sebagai organisasi penjamin
kesejahteraan guru.
c. Sifat dan sikap
Telah banyak diadakan penelitian tentang guru yang “ideal”, yaitu
ciri-ciri kepribadian bagaimanakah yang harus dimiliki seseorang,
supaya menjadi guru yang baik. Penelitian itu menghasilkan beberapa
ciri, seperti keluwesan dalam pergaulan, suka humor, kemampuan
untuk menyelami alam pikiran dan perasaan anak, kepekaan terhadap
tuntutan keadilan, kemampuan untuk mengadakan organisasi,
kreatifitas dan rela membantu. Hasil penelitian ini sebenarnya hanya
memperkuat kesan yang sudah dimiliki orang tentang ciri-ciri guru
yang baik, sebelum penelitian ini diadakan.18
Mengenai pentingnya hal kepribadian guru, seorang psikolog
terkemuka di dunia pendidikan Zakiah Darajat menegaskan
bahwasannya”Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadian.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi
perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi
18
anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar), dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)”.19
Sementara itu menurut Ibnu Sina guru yang baik adalah guru
yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak,
cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari
berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam,
sopan santun, bersih dan suci murni. Selain itu guru juga harus
mengutamakan kepentingan ummat daripada kepentingan diri sendiri,
menjauhkan diri dari meniru sifat raja dan orang-orang yang
berakhlak rendah, mengetahui etika dalam majelis ilmu, sopan dan
santun dalam berdebat, berdiskusi dan bergaul.20
Berdasarkan gambaran di atas, kepribadian guru cukup penting
sebagai syarat kinerja guru di sekolah. Kepribadian guru yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sifat-sifat seorang guru yang
diharapkan secara utuh mencakup ciri khas yang nampak cara
melakukan pekerjaannya, penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi
kerja, sikap dan sifatnya.
C. Minat Belajar 1. Pengertian Minat
Minat memegang peranan yang sangat penting dalam segala hal,
karena dengan adanya minat seseorang akan lebih bersemangat untuk
melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan tanpa adanya paksaan.
Menurut bahasa ”Minat adalah perbuatan dan sebagiannya yang
berdasarkan pendirian, pendapat dan keyakinan.”21
Menurut Alisuf Sabri ”Minat adalah suatu kecenderungan untuk
memperhatikan secara terus menerus dan mengingat secara terus
19
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru...h. 13 20
Abuddin, Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam...h. 98
21
menerus. Minat ini erat hubungannya dengan perasaan senang jadi minat
bisa terjadi karena sikap senang kepada sesuatu”22 Jadi minat itu timbul
karena adanya perasaan senang pada diri seseorang yang menyebabkan
selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus.
Akyas Azhari mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa objek
penelitian, yang diminati seseorang diperhatikan terus dan disertai oleh
rasa senang.23 A.D Marimba berpendapat bahwa ”Minat adalah
kecenderungan jiwa ke arah sesuatu”
Minat (interest)berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988),
minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya
seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa
lainnya.
Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini
seyogianya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai
pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang
kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.24
22
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. kedua, h. 84
23
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996), cet. pertama, h. 74
24
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa minat adalah sesuatu kecenderungan yang erat
kaitannya dengan perasaan terutama senang (positif) terhadap sesuatu
yang dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan dan memberi
kepuasan kepadanya, sesuatu itu dapat berupa aktivitas, orang
pengalaman atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulus atau
rangsangan yang memerlukan respon terarah.
2. Indikator Minat
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. 25Keinginan atau minat dapat mempengaruhi corak perbuatan
yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu
mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mau atau
tidak ada kehendak untuk mempelajari, niscaya hal yang dimaksud tidak
akan terwujud.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ”Indikator adalah pemantau
sesuatu yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan.” Kaitannya
dengan minat siswa adalah sebagai alat pemantau yang dapat
memberikan petunjuk kualitas minat.
Setiap individu memilki perbedaan dalam beberapa hal, misalnya
pada minatnya, hal itu dapat diketahui melalui gejala-gejala yang
ditampakkan oleh individu itu sendiri. Seorang siswa yang sedang belajar
di sekolah minatnya akan dapat diketahui oleh guru yang mengajarnya
melalui indikator minat diantaranya:
a. Perasaan Senang
Seseorang yang memilki perasaan senang atau suka dalam hal
tertentu ia cenderung mengetahui hubungan antara perasaan dengan
minat. Siswa yang berminat terhadap baca Al-Qur’an ia akan merasa
senang dalam membacanya. Ia akan rajin membaca dan terus
25
menerus mempelajari semua ilmu yang berhubungan dengan baca
Al-Qur’an. Ia mengikuti baca Al-Qur’an dengan antusias tanpa ada beban
paksaan dalam dirinya.
b. Perhatian
Adapun perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa
seseorang pengamanan, pengertian dan sebagainya dengan
mengesampingkan yang lainnya. Orang yang berminat terhadap baca
Al-Qur’an dalam dirinya akan terdapat kecenderungan-kecenderungan
yang kuat untuk selalu memberikan perhatian yang besar terhadap
objek yang diamatinya. Jadi siswa dan pikirannya terfokus dengan apa
yang dibacanya.
c. Perasaan Tertarik
Minat, menurut Crow & Crow bisa berhubungan dengan daya
gerak yang mendorong kita cenderung merasa tertarik pada orang,
benda atau kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif
yang dirangsang oleh kegiatan tersebut”. Orang yang memiliki minat
yang tinggi terhadap salah satu sekolah dari dirinya akan terdapat
kecenderungan yang kuat tertarik kepada guru dan mata pelajaran
yang diajarkan. Sehingga perasaan tertarik merupakan indikator yang
menunjukkan minat sesesorang.
d. Giat Belajar
Aktivitas atau giat belajar di luar sekolah merupakan indikator
yang dapat menunjukkan keberadaan minat pada diri siswa. Siswa
dengan minat tinggi, akan merasa bahwa pelajaran yang diberikan di
sekolah sangatlah terbatas waktunya, sehingga ia merasa perlu untuk
mencari pengetahuan lainnya di luar jam pelajaran sekolah.
e. Mengerjakan Tugas
Kebiasaan mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan
salah satu indikator yang menunjukkan minat siswa. Tugas yang
diberikan guru bertujuan untuk memperdalam kemampuan siswa.
melaksanakan tugas-tugas dari guru, selain itu ia juga dapat lebih menguasai materi pelajaran dengan baik.26
3. Pengertian Belajar
Proses belajar menurut Islam bukanlah suatu aktivitas yang tanpa tujuan. Tapi belajar merupakan upaya manusia yang senantiasa berada dalam ruang lingkup pengabdian diri pada Allah Swt. dalam menjalani kehidupan ini.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Dzariyat ayat 56:
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah-Ku”27
James Wittaker mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Chaplin (1972) dalamDictionary of Psichologymerumuskan dua macam belajar, yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagi akibat dari latihan dan pengalaman; kedua, belajar adalah proses memperoleh respons-respons karena adanya latihan khusus. Secara umum belajar dapat dipahami bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.28
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
26
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), cet. ke-empat, h. 112
27
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1996), h.162
28
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Untuk mengenal lebih jelas tentang kegiatan apa yang disebut belajar, maka perlu diketahui mengenai ciri-ciri kegiatan belajar dan kriteria persyaratan yang merupakan kondisi yang fundamental dalam kegiatan belajar itu.
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan diatas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasikan ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemamapuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).29
Berikut ini kutipan firman-firman Allah baik yang secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.
Allah berfirman:
29
Artinya:
(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9)
Artinya:Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S.
Al-Isra:36). !
"
# $ %
&
'
(
Artinya:
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” (Al-Ankabut : 19-20).30
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai arti belajar dapat
disimpulkan belajar merupakan kegiatan atau aktivitas atau pengalaman
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku yang bersifat
permanen. Belajar juga bisa diartikan sebagai suatu kewajiban yang
dilakukan setiap muslim sebagai bentuk ketaatan dan rasa syukur atas
karunia yang diberikan oleh Allah berupa akal dan pikiran, yang bernilai
ibadah dengan mengharapkan kerihoan Allah SWT.
4. Fungsi Minat dalam Belajar
Setelah memahami pengertian-pengertian yang di uraikan di atas
tentunya minat itu sendiri mempunyai fungsi tersendiri. ”minat dikatakan
sebagai salah satu faktor penting yang kuat menentukan berhasil dan
gagalnya belajar siswa”. Minat pun dikatakan sebagai subyek kejiwaan
karena ia sangatlah pribadi dan berkembang sejak masa kanak-kanak.
Kaitan minat dengan belajar, minat berfungsi sebagai pendorong
siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada
pelajaran akan tampak terdorong untuk belajar. Berbeda dengan siswa
yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran mereka hanya tergerak
untuk belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada
pendorongnya. Oleh karena itu peranan minat dalam belajar sangat kuat
yaitu minat akan berperan sebagai ”Motivating force”.
Adapun minat yang menunjang belajar adalah minat kepada
bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa
tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka
siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak
berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada
30
pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan
pelajaran.
Peranan minat dalam belajar lebih besar/kuat dari sikap yaitu
minat akan berperan sebagai “Motivating Force” yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat
(sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk
tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima
kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit
untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.31
Jadi fungsi dari minat itu adalah sebagai sumber motivasi,
mempengaruhi intensitas aspirasi anak serta sebagai penumbuh dan
penambah kegairahan pada suatu kegiatan sehingga anak menjadi senang
untuk melakukannya, yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah minat
belajar.
D. Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sebelum membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam,
terlebih dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan
Menurut Hasbullah Pendidikan adalah bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa.32
Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaiman dikutip oleh Abuddin
Nata, bahwa pendidikkan adalah "usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditujukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan".33
Dalam undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional pasal 1 menyatakan bahwa:
31
M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan...h. 85 32
Hasbullah, Dasar-Dasar