i
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Robertus Daru NIM: 091114022
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Robertus Daru NIM: 091114022
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu:
kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab
TUHAN Allahmu, menyertai engkau
kemanapun engkau pergi.
Yosua 1 : 9
Hanya
karena kamu benar, bukan berarti aku salah.
-
Jhonson-
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus,
Keluarga Tercinta (Orang Tua, Kakak, dan Adiku)
Prodi BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
v
vii ABSTRAK
PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Robertus Daru Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan
sebagai penelitian survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling menurut persepsi siswa
kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 70 siswa kelas VIII SMP Maria
Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua kelas yaitu
kelas VIII B dan VIII E. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner
persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling
dengan jumlah 62 item. Item kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek
kompetensi guru Bimbingan dan Konseling menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Hasil penelitian berdasarkan persentase persepsi siswa kelas VIII SMP
Maria Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 terhadap kompetensi
kepribadian guru Bimbingan dan Konseling adalah 74,29% siswa memiliki
persepsi yang baik, dan 25,71% siswa memiliki persepsi yang cukup baik serta
tidak ada siswa memiliki persepsi yang kurang baik. Persentase setiap kategori
jawaban dari butir-butir item kuesioner persepsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru Bimbingan dan Konseling adalah 79,03% butir item mendapat
skor tinggi dan 20,97% butir item mendapat skor sedang serta 0% butir item yang
viii ABSTRACT
THE PERCEPTION OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT
SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA IN 2013/2014 ACADEMIC YEAR TOWARDS THE COMPETENCE OF GUIDANCE AND
COUNSELING TEACHERS’ PERSONALITY
guidance and counseling teachers’ personality, according to the perception of the
eighth grade students at SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014
academic year.
The number of subjects in this study is 70 students of the eighth graders at
SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014 academic year which consists
of two classes, namely class VIII B and VIII E. The research instrument used is
the students’ perception questionnaire towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality with a total of 62 items. The questionnaire items
were compiled based on the competency aspects of guidance and counseling
teachers according to the regulation of the Minister of National Education of the
Indonesian Republic Number 27 in 2008 about the Academic Qualification and
Competence of Counselors.
The results based on the percentage of students’ perception of the eighth
graders at SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014 academic year
towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality show
that 74.29% of students have a good perception, 25.71% of students have a fairly
good perception and no students have a poor perception. The percentage of each
answer category of the questionnaire item from the students’ perception towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality is 79.03% items
have got the high score, 20.97% items have got medium score, and 0% items have
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ramhat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar saarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis mendapat pengalaman banyak selama proses penyelesaian skripsi
ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan.
Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang amat sangat penting dalam
perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang
dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan
pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.
Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ag. Krisna Indah Marhaeni, S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing
yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh
kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang
x
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan
pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Sr. M. Cornelia, OSF, S, Ag, selaku kepala sekolah SMP Maria
Immaculata Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk
melakukan penelitian.
6. Ibu V. Suminah, S.Pd. selaku koordinator BK yang telah membantu
memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
7. Semua Siswa SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang telah
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan menjadi subjek dalam
penelitian ini.
8. Bapak Lasarus Edang dan ibuku Bertha Limur yang tercinta yang selalu
memberikan dukungan baik lewat doa maupun secara materi.
9. Kakaku Karolus sekeluarga, kak Bastian sekeluarga, dan adiku Beny
yang telah memberikan segalanya kepada peneliti.
10.Orang terkasih, Yosefina M.D. Tukan yang selalu memberikan kasih,
perhatian, dan motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan.
11.Sahabat-sahabat terbaiku mas Iren Jerahu, mas Roby Subin, mas
Luciano Moa, mas Vhyan Agung, mas Virgil Epenk, mas Frederik
Nikat, mas Yuvens Morung, mas Rio ,dan Indak Kurnia yang telah
xi
12.Teman-teman BK angkatan 2009 (khusus Sr. Bertha, Sr. Valentin) yang
telah memberikan motivasi, doa, masukan dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu baik dalam doa, motivasi, materi, dan lain-lain.
Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini. Maka dari itu, penulis minta maaf apabila dalam
skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan.
Terima kasih Tuhan Memberkati.
Penulis, 28 Januari 2014
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...….……....….…...…… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...………...…….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….…………...……... 1
B. Definisi Operasional ……….………...…... 5
C. Rumusan Masalah ………..….…...… 6
D. Tujuan Penelitian ………...…...….... 6
E. Manfaat Penelitian ………..….……....……...… 6
BAB II LANDASAN TEORI A.Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konselig ...……….…………...…... 8
1. Pengertian Persepsi ...………...…..….... 8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Bimbingan dan Konseling ...……...……... 10
3. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Bimbingan dan Konseling ……...…...…..… 12
B.Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ………...……... 14
C.Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konsleing …... 18
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling ... 18
xiv
3. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan
Konseling ... 23
D.Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling ...………...…...….…. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian …………...………...…....…..………... 28
B.Subjek Penelitian ………...………...…..………...…. 29
C.Instrumen Penelitian ……….………...…...….... 30
D.Prosedur Pengumpulan Data ………..………...…...…...….... 33
1. Tahap Persiapan ………...…..…..…… 33
2. Tahap Pengumpulan Data ……….…...……...… 38
E. Teknik Analisis Data ……..………..…... 38
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………....……...……. 42
B. Pembahasan ……….………...…...… 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………...………...…… 59
B. Saran ………..……….…....…...…... 60
DAFTAR PUSTAKA ………….………....….…….…… 61
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Rincian Jumlah Subjek Penelitian ……..………...…. 30
Tabel 2 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ………….……...….. 31 Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Persepsi siswa Terhadap Kompetensi Guru BK .32 Tabel 4 : Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen ……... 36
Tabel 5 : Kriteria Guilford ………...……...….……..… 37
Tabel 6 : Norma Pengolongan Kategorisasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ………..…... 39
Tabel 7 : Kategori Subjek ……….……...…...…… 40
Tabel 8 : Kategori Butir-butir Item ……..………....…..…... 41
Tabel 9 : Pengolongan Subjek dalam Tiga Kategori …….……...…... 43
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Persentase Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Maria Immaculata
Yogyakarta TA 2013/2014 Terhadap Kompetensi Kepribadian
Guru BK ...……..…... 43
Grafik 2 : Persentase Capaian Skor Item Persepsi Siswa Terhadap
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data uji Coba penelitian ... 63
Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas ... 71
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 77
Lampiran 4 : Tabulasi data penelitian ... 78
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian ... 87
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, definisi
operasional, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan umum Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah
membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangan yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (keluarga, pendidikan, dan
status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Bimbingan dan konseling di sini berperan untuk membantu peserta didik
untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat, memiliki wawasan
yang luas, menjadi pribadi yang mandiri, mampu menerima diri sendiri dan
lingkungannya, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
hidupnya (Prayitno, 2004: 114).
Tujuan umum bimbingan dan konseling di atas merupakan
penjabaran dari fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3) berikut ini.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan khususnya
tujuan umum bimbingan dan konseling, tentunya terlebih dahulu sekolah
harus memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang memiliki kompetensi
yang memadai. Sedikitnya ada dua kategori kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling. Pertama kompetensi
profesional yaitu kemahiran merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
tugas sebagai guru, yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan. Kedua, kompetensi kepribadian yang meliputi etika,
moral, pengabdian, kemampuan sosial, dan spiritual. Kedua kompetensi ini
perlu dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling yang perlu diwujudkan
dalam sosok utuh standar kompetensi guru bimbingan dan konseling
(Mulyasa, 2007: 10).
Sosok utuh standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru
bimbingan dan konseling mencakup kompetensi akademik dan profesional
sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah
dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan
kompetensi profesional, yang meliputi: Pertama, memahami secara
mendalam konseli yang dilayani. Kedua, menguasai landasan dan
kerangka teoretik bimbingan dan konseling. Ketiga, menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan. Keempat,
mengembangkan pribadi dan profesionalitas guru bimbingan dan
Standar kompetensi guru bimbingan dan konseling di atas telah
dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
menegaskan konteks tugas dan ekspetasi kinerja guru bimbingan dan
konseling. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik
sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi
akademik dan profesional guru bimbingan dan konseling dapat dipetakan
dan dirumuskan sebagai berikut. Pertama, kompetensi pedagogik meliputi
menguasai teori dan praksis pendidikan, menguasai esensensi pelayanan
BK dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).
Kedua, kompetensi kepribadian meliputi beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukan integritas dan stabilitas
kepribadian yang kuat, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, dan menampilkan
kinerja berkualitas tinggi. Ketiga, kompetensi sosial meliputi
mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja, berperan dalam
organisasi dan kegiatan profesi BK, dan mengimplentasikan kolaborasi
antarprofesi. Keempat, kompetensi profesional meliputi menguasi konsep
dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah
konseli, menguasai kerangka teoritik dan praksis BK, merancang program
memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, dan
menguasai konsep dan praksis penelitian BK.
Unjuk kerja guru bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh
kualitas penguasaan ke empat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh
sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Jika guru
bimbingan dan konseling menguasai ke empat kompetensi tersebut maka
tidak perlu diragukan akan kualitas keberhasilan bimbingan dan konseling
di sekolah. Namun pada kenyataannya, masalah pada proses layanan BK
di sekolah masih jauh dari kata optimal ditandai dengan kurang
berminatnya siswa dalam mengikuti layanan konseling atau layanan
bimbingan kelas, siswa merasa bosan mengikuti bimbingan dari guru BK,
masih ada anggapan bahwa guru BK hanya berurusan dengan siswa yang
bermasalah, ketakutan siswa terhadap guru BK, ketidakantusiasan siswa
dalam mengikuti bimbingan, dan guru BK yang kerapkali memperlakukan
siswa secara berbeda-beda serta guru BK cenderung menganggap siswa
yang pasif di kelas adalah siswa yang bodoh.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti berasumsi
bahwa masalah pada proses layanan bimbingan dan konseling di sekolah
muncul karena guru bimbingan dan konseling kurang menguasai standar
kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian sangat mempengaruhi
keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu mencakup
bagaimana guru BK menampilkan dirinya, dan bagaimana tingkah laku
Oleh karena itu, guru BK perlu memiliki kompetensi keperibadian yang
memadai demi tercapainya tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.
Kompetensi kepribadian ini, dapat dikembangkan melalui
pelatihan-pelatihan pengembangan kepribadian, mengikuti workshop, dan seminar
yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru BK. Guru BK
yang memiliki kompetensi kepribadian memadai akan menunjukan
perilaku yang baik dalam memperlakukan siswa sebagai pribadi,
menampilkan perilaku yang terpuji, menghargai perbedaan, serta
menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan kebebasan
siswa untuk memilih.
B. Definisi Operasional
Kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah
kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam menampilkan diri yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk
memilih, dan menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat serta
menunjukan kinerja yang berkualitas tinggi seperti yang dimaksudkan
dalam butir item kuesioner penelitian ini. Kemampuan dalam
menampilkan diri ini diharapkan dapat menjadi bagian dari diri guru
bimbingan dan konseling dalam mejalani kehidupan sehari-hari di dalam
C. Rumusan Masalah
1. Seberapa baik kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan
Konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria
Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Berdasarkan analisis uji butir item kuesioner persepsi siswa
terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling,
butir-butir item mana sajakah yang terindikasi kemunculannya
rendah?
D. Tujuan
1. Mengetahui gambaran kompetensi kepribadian guru Bimbingan
dan Konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria
Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Mengidentifikasi butir item yang terindikasi penguasaannya kurang
baik berdasarkan analisis uji butir kuesioner persepsi siswa
terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling.
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan untuk
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi dalam
meningkatkan penguasaan kompetensi kepribadian.
b. Peneliti
1) Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian
khususnya meneliti tentang kompetensi kepribadian guru BK.
2) Mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap kompetensi
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Topik-topik yang dibahas adalah pengertian persepsi, faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi, aspek-aspek persepsi, kompetensi guru BK,
kompetensi kepribadian guru BK, dan aspek-aspek kompetensi kepribadian
guru BK serta persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK.
A. Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan
Konseling.
Bagian ini menjelaskan pengertian persepsi, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, dan aspek-aspek yang mempengaruhi persepsi.
1. Pengertian Persepsi
Menurut Irwanto, dkk (1988: 55) persepsi adalah proses diterimanya
rangsang suatu obyek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa
sampai ransang itu disadari dan dimengerti. Pengertian tersebut senada dengan
yang diungkapkan oleh Walgito (2003: 45) bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh penginderaan. Proses yang dimaksud adalah proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui panca indera dan dilanjutkan oleh
syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf. Stimulus yang diterima oleh
individu tersebut kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga
individu menyadari apa yang diinderanya itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
individu menerima stimulus melalui alat indera, kemudian individu tersebut
mengorganisasikan, menginterpretsikan sehingga stimulus yang diterima oleh
alat indera tersebut menjadi sesuatu yang bermakna.
Moskowitz dan Orgel (Walgito, 2003: 46) menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan
sesuatu aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan
aktivitas yang integrated maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri
individu ikut aktif berperan dalam persepsi. Selain itu, Sarwono (2009: 25)
juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses yang berlangsung pada
diri individu untuk mengetahui dan mengevaluasi lingkungan dan orang lain.
Proses ini akan membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang dibentuk
berdasarkan informasi yang tersedia di lingkungan, sikap individu terdahulu
tentang rangsang-rangsang yang relevan, dan mood individu saat itu.
Contohnya, orang yang mengenakan pakaian berantakan dan bertato cenderung
dipersepsikan sebagai preman daripada orang yang berpakaian rapi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa persepsi terhadap kompetensi guru bimbingan dan konseling merupakan
proses mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan menilai
rangsangan-rangsangan yang diterima oleh alat indera sehingga rangsangan-rangsangan tersebut
menjadi bermakna serta individu dapat memahami dan menyadari keadaan di
sekitarnya. Objek persepsi dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian
guru BK, misalnya guru yang sering marah di depan kelas akan dimaknai
tentunya memiliki persepsi yang berbeda-beda terutama siswa yang menjadi
subjek dalam penilitian ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya sebagai berikut. Pertama, perhatian yang selektif. Kedua,
sifat-sifat rangsang. Ketiga, nilai-nilai dan kebutuhan individu. Keempat,
pengalaman terdahulu.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.
Menurut Irwanto, dkk (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi
persepsi sebagai berikut.
a. Perhatian yang selektif
Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas
mental. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang
hadir pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang bersamaan
pula seseorang memilih hanya satu obyek, sementara objek-objek yang lain
diabaikan. Apabila suatu rangsang mendapat perhatian dari individu, maka
rangsang tersebut akan disadari dan ditanggapi dengan cepat oleh individu
tersebut. Namun rangsang yang kurang mendapat perhatian akan kurang
disadari dan kurang ditanggapi. Semakin besar perhatian seseorang,
semakin besar kesadarannya akan rangsang itu dan semakin besar pula
kemungkianan orang yang bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil
perhatian seseorang, semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang
menanggapinya. Contoh seorang siswa akan memahami dan mengerti
materi yang disampaikan oleh guru BK di dalam kelas jika siswa tersebut
memusatkan seluruh perhatiannya pada materi yang dijelaskan oleh guru
BK tersebut. Namun sebaliknya jika siswa tersebut tidak memusatkan
seluruh perhatian pada materi yang dijelaskan oleh guru BK tersebut maka
kecil kemungkinan siswa tersebut memahami dan mengerti materi yang
dijelaskan oleh guru.
b. Sifat-sifat rangsang
Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang
daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada
rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya
kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang juga adalah
rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang
biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian adalah rangsang yang
intensitas rangsangnya paling kuat. Contohnya individu cenderung lebih
memperhatikan baju warna merah diantara puluhan baju warna putih
lainnya.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi
seseorang dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang
dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi
sangat membutuhkan informasi cara mengatur waktu belajar. Saat itu pula
guru BK mengajarkan cara belajar yang efektif kepada siswanya. Di sini
tentunya siswa tersebut cenderung tidak menghiraukan apa yang diajarkan
oleh guru BK karena yang diajarkan tidak sesuai dengan kebutuhannya..
d. Pengalaman terdahulu
Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh
pengalaman akan rangsang yang dimiliki sebelumnya.
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang
mempersepsikan dunianya. Contoh seorang siswa SMP sering dihukum oleh
guru BK saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Pengalaman tersebut
membuat dirinya benci terhadap guru BK. Pengalaman ini pula cenderung
akan mempengaruhi persepsinya terhadap guru BK di Sekolah Menengah
Pertama.
2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.
Pengertian persepsi sebagaimana dijelaskan di atas memperlihatkan
aspek-aspek pokok persepsi. Aspek-aspek tersebut berupa rangsang,
tanggapan, dan perilaku (Walgito, 2003:54).
a. Rangsang
Rangsang dapat berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari
dalam diri individu. Rangsang yang berasal dari luar individu mengenai alat
indera selaku penerima rangsang sebagai resptor, lalu meneruskan ke syaraf
individu langsung mengenai penerima. Contohnya guru BK marah di depan
kelas kemudian siswa menangkap kemarahan tersebut dengan panca indera
yaitu dengan melihat dan mendengarkan kemarahan tersebut. Melihat dan
mendengarkan peristiwa ini, kemudian siswa bisa menganggap guru BK
tersebut galak.
b. Tanggapan
Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses persepsi.
Proses persepsi bermula dari adanya objek yang menimbulkan rangsang,
lalu rangsang diterima oleh reseptor. Tahap ini disebut kelaman, karena
terjadinya secara alamiah. Rangsang yang diterima oleh reseptor diteruskan
ke syaraf sensori setelah mengalami penyeleksian, dan dilanjutkan oleh
syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Tahap ini disebut proses fisiologis ,
karena terjadi dalam diri individu. Proses terakhir terjadi di otak, yang
memungkinkan individu menyadari sepenuhnya rangsang yang diterima
melalui reseptor, tahap ini disebut tahap psikologis karena berhubungan
dengan penyadaran. Proses yang terjadi di otak juga merupakan proses
persepsi sebenarnya. Setiap rangsang yang disadari kemudian ditanggapi
oleh individu melalu syaraf motorik. Contoh pada saat melakukan konseling
guru BK sibuk sendiri dan tidak medengarkan siswa saat mengungkapkan
masalah sehingga siswa merasa tidak nyaman. Kejadian pada saat konseling
ini akan diproses dalam pikiran siswa kemudian siswa menanggapi kejadian
itu dengan mengambarkan bahwa guru BK tidak perhatian terhadap diri
c. Perilaku
Proses persepsi merupakan suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.
Setiap nilai, pendapat, dan pandangan yang dianggap penting oleh individu
menuntut individu untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, persepsi perlu
dilihat dalam rangkaian perilaku. Persepsi berfungsi sebagai persiapan
keperilaku yang konkret. Contoh guru BK selalu mengunakan metode
ceramah pada saat bimbingan di dalam kelas sehingga siswa merasa bosan
mengikuti bimbingan. Perasaan bosan ini akan membuat siswa untuk tidak
mendengarkan guru BK di dalam kelas; guru BK menjelaskan sedangkan
siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya atau siswa sering tidur
di dalam kelas.
Salah satu Objek persepsi adalah kompetensi kepribadian guru
bimbingan dan konseling. Jika guru BK menampilkan diri kepada siswa secara
dewasa, maka siswa memaknai bahwa guru BK tersebut baik atau guru BK
tersebut memiliki kepribadian yang baik. Contohnya, Guru BK yang selalu
tersenyum, selalu menyapa siswa saat bertemu, mengunakan pakaian yang rapi
akan akan dimaknai sebagai guru BK yang berkepribadian yang baik oleh
siswanya.
B. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling
Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi mengemukakan “kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
pekerjaan tertentu (Undang-Undanng, 2002). Hal yang sama diungkapkan
dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefenisikan
kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan (Undang-Undang, 2005).
Kompetensi dapat juga diartikan sebagai kemampuan seseorang yang
dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang
ditetapkan. Mc. Asham (Mulyasa, 2007: 38) mengungkapkan bahwa
kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan sebaik-baiknya. Crunkilton (Mulyasa, 2007: 38) juga sependat dengan
Mc. Asham yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan penguasaan
terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan.
Beberapa pengertian tentang kompetensi di atas mengarah pada suatu
kemampuan tertentu yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjalankan
fungsi dan tugasnya secara optimal. Kompetensi tersebut dapat berupa
karateristik, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang tampak melalui
perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang mendukung bagi
pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Beberapa pengertian kompetensi yang telah
bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam perangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh guru BK untuk memangku jabatan
sebagai guru BK. Selain itu, kompetensi guru BK juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dikuasai oleh guru BK
dan menjadi bagian dari dirinya dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas
seperti layanan bimbingan kelas, konseling, dan lain-lain sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Standar yang dimasksud dalam hal ini adalah standar
kompetensi guru bimbingan dan konseling yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).
Pertama, kompetensi pedagogik guru bimbingan dan konseling adalah
kemampuan mengelolah layanan bimbingan dan konseling yang meliputi
pemahaman secara mendalam siswa yang hendak dilayani, menguasai
khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan
konseling, dan mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program layanan BK. Contohnya, sebelum guru BK menyampaikan informasi
bimbingan kepada siswa, terlebih dahulu guru BK perlu mengenali kebutuhan
siswa. Kedua, kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah
kemampuan guru BK dalam menampilkan diri secara mantap, beriman kepada
dan menunjukan kinerja yang berkualitas tinggi. Misalnya, guru BK mengajak
siswa untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan bimbingan.
Ketiga, kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling adalah
kemampuan guru BK sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, sesama guru
bimbingan dan konseling baik di sekolah maupun di luar sekolah serta mejalin
kerjasama dengan guru bidang studi lainya. Contohnya, guru BK bekerjasama
dengan dengan guru mata pelajaran dalam mengamati/mengobservasi keadaan
siswa. Keempat, kompetensi profesional adalah kemampuan guru BK dalam
menguasai konsep dan praksisi asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan,
dan masalah yang dialami siswa, menguasai. Contohnya, kemampuan guru
BK dalam membuat angket sosiometri atau membuat alat ungkap masalah
(AUM).
Rumusan kompetensi guru bimbingan dan konseling yang dipaparkan
di atas menunjukan bahwa demi kemajuan bimbingan dan konseling di sekolah
guru BK sangat perlu untuk menguasai keempat kompetensi tersebut. Salah
satu cara untuk mengembangkan kompetensi tersebut adalah dengan mengikuti
berbagai kegiatan pelatihan pengembangan kepribadian atau mengikuti work
shop bimbingan dan konseling. Keempat kompetensi guru BK di atas juga
terdapat kompetensi kepribadian yang meskipun kompetensi ini tidak dapat
terpisahkan dari kompetensi yang lainnya. Menurut Sudrajat (Ma’mur Asmani
2009: 116) mengatakan bahwa kompetensi kepribadian harus mendapatkan
kemampuan untuk dapat memahami diri guru BK sendiri dalam kapasitas
sebagai pendidik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti hanya ingin
menekankan dan meneliti lebih jauh persespsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru BK. Peneliti menyadari bahwa pekerjaan guru BK dalam
melayani siswa-siswanya tidak terlepas dari pengaruh karateristik kepribadian
yang dimiliki guru BK.
C. Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Bagian ini akan dipaparkan pengertian kompetensi kepribadian guru
bimbingan dan konseling, ciri-ciri kompetensi kepribadian guru bimbingan dan
konseling, dan aspek-aspek kompetensi kepribadian bimbingan dan konseling.
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. Selain itu,
kompetensi kepribadian dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang
berkaitan dengan kemampuan individu dalam memwujudkan dirinya sebagai
pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan
pemahaman diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk
mengolah diri, memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri
(Kunandar, 2009:55).
Kompetensi kepribadian guru BK (personal competencies) merujuk
kemampuan untuk membina hubungan baik antarpribadi (rapport) secara
sehat, etos kerja, dan komitmen profesional, landasan etik dan moral dalam
berperilaku, dorongan, dan semangat untuk mengembangkan diri, serta
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah.
Kompetensi kepribadian guru BK juga berupa kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
2. Ciri-ciri Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.
Cavanagh (Syamsu 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karateristik
kepribadian guru bimbingan dan konseling sebagai berikut.
a. Pemahaman diri (self-knowledge)
Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik,
dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan
hal itu, dan masalah apa yang harus diaselesaikan. Pemahaman diri sangat
penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung
akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain khususnya
siswa.
2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan
terampil juga memahami orang lain.
3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar
4) Pemahaman tentang diri memungkinkan guru BK untuk dapat merasa
dan berkomunikasi secara jujur dengan orang lain.
b. Kompeten (competent)
Kompeten di sini adalah guru BK harus memiliki kuaitas fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.
Kompetensi sangatlah penting bagi guru BK, sebab orang lain khususnya
siswa akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang
diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia.
c. Kesehatan psikologis
Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
siswanya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt)
guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki
kualitas sebagai berikut:
1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan
seks.
2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.
d. Dapat dipercaya (trustworthiness)
Kualitas ini berarti bahwa guru BK tidak menjadi ancaman penyebab
kecemasan bagi siswa. Guru BK yang dipercaya cenderung memiliki
1) Memiliki pribadi yang konsisten
2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.
3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.
4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh,
danmampu membantu secara penuh.
e. Jujur (honesty)
Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan
asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karateristik sebagai berikut:
1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh
dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain.
2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.
f. Kekuatan (strength)
Kekuatan atau kemampuan guru BK sangat penting dalam menjalin
hubungan dengan konseli, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman.
Siswa akan memandang guru BK sebagai orang yang tabah dalam
menghadapi masalah, dapat mendorong siswa untuk mengatasi masalahnya,
dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
g. Bersikap hangat
Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan
kasih sayang. Guru BK yang memiliki sikap ramah terhadap orang lain
dapat menjadi contoh bagi siswanya untuk bersikap ramah juga kepada
h. Sabar (patience)
Melalui kesabaran guru BK dalam menjalin hubungan dengan siswa
dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap
sabar guru BK menunjukan lebih memperhatikan diri siswa daripada
hasilnya. Sikap ramah ini diperlukan dalam membantu siswa menghadapai
masalah yang sulit untuk dipecahkan. Selain itu, sikap sabar juga perlu
ditunjukan pada saat guru BK berhadapan dengan siswa yang sering rebut di
dalam kelas saan bimbingan.
i. Kepekaan (sensitivity)
Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang
tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersingung, baik pada diri konseli
maupun pada dirinya sendiri. Dengan mennyadari hal ini, maka guru BK
dapat memahami bahwa orang lain juga terutama siswa memiliki sifat-sifat
tersembunyi dalam dirinya.
Menjadi guru BK yang berkepribadian baik memang bukan perkara
mudah bagi guru BK, mengingat keadaan lingkungan selalu berubah-ubah
setiap waktu sehingga kepribadian juga akan terus berubah. Namun tidak ada
salahnya untuk terus belajar untuk merubah diri sendiri demi tercapainya tujuan
layanan BK yang optimal di sekolah. Jika guru BK memiliki karateristik
kepribadian seperti yang diungkapkan oleh Cavanagh di atas, maka tidak perlu
diragukan lagi akan ketercapaian tujuan BK yang optimal di sekolah dan akan
Penelitian ini hanya berfokus pada kompetensi kepribadian guru
bimbingan dan konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria
Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kompetensi kepribadian
guru BK yang merujuk pada kualitas pribadi guru BK yang berkenan dengan
kemampuan menampilkan diri yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
individualitas, dan kebebasan untuk memilih, menunjukan stabilitas dan
integritas yang kuat, dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.
3. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan
Konseling
Kompetensi kepribadian guru BK merujuk pada kualitas pribadi guru
BK yang berkenan dengan kemampuan menampilakan diri yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk memilih, menunjukan
stabilitas dan integritas yang kuat, dan menampilkan kinerja yang berkualitas
tinggi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karateristik ini memberikan gambaran bahwa guru bimbingan dan
konseling dituntut untuk selalu bertindak dan berperilaku sesuai nilai,
norma, dan moral yang berlaku. Ciri ini hendaknya tercermin pada diri guru
bimbingan dan konseling dalam perilaku kesehariannya maupun dalam
pengambilan keputusan ketika merancang pendekatan yang akan
dipergunakan. Ciri ini juga hendaknya ditampilkan oleh guru BK dengan
cara menjalankan kehidupan beragama dan menghargai pemeluk agama
lain.
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan untuk memilih.
Guru BK yang berkualitas akan menampilkan perilaku yang
menghargai dan mengembangkan potensi individu yaitu dalam hal ini
adalah siswa, peduli terhadap kemaslahatan siswa, dan bersikap demokratis
terhadap siswa. Guru bimbingan dan konseling juga hendaknya
memandang siswa sebagai makhluk yang hidup dalam lingkaran dan
suasana moral yang berlaku, sehingga keputusan konseling tidak hanya
didasarkan pada pemikiran rasional semata-mata. Karateristik ini juga
memiliki makna bahwa seorang guru bimbingan dan konseling hendaknya
memperlakukan siswa sebagai individu normal yang sedang berkembang
mencapai tingakat tugas perkembangannya dengan segala kekuatan dan
kelemahannya yang hidup dalam suatu lingkungan masyarakat. Karateristik
ini juga menunjuk kepada suatu perlakuan guru bimbingan dan konseling
terhadap siswa dengan didasarkan pada anggapan bahwa siswa sama
dengan dirinya sendiri sebagai makhluk yang harus dihargai dan tidak
boleh diabaikan dalam perlakuan-perlakuan. Di samping itu, guru
siswa. Hendaknya siswa diperlakukan sama dan sederajat, baik dengan
guru bimbingan dan konseling maupun dengan siswa lainnya.
c. Menunjukan integritas dan stabilitas yang kuat.
Guru bimbingan dan konseling hendaknya memiliki kepribadian
yang utuh, sehingga ia tidak terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat
konseling. Guru BK juga haruas mampu mengendalikan dirinya dari
pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai guru bimbingan dan
konseling, sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Selain itu, guru BK
juga harus memiliki kestabilan emosi yang mantap, agar ia tidak mudah larut
atau terbawa oleh suasana emosional siswanya serta mampu berempati
dengan baik terhadap keadaan yang dialami siswa.
d. Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.
Ciri ini sangat diperlukan oleh seorang guru bimbingan dan
konseling, sebab ia harus dapat mengambil keputusan tentang tindakan apa
yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi siswa yang seperti apapun
kondisinya. Guru BK juga harus dapat menarik hati siswa karena banyak
siswa yang sebelum bertemu dengan guru bimbingan dan konseling sudah
mempunyai pandangan negatif terhadapnya. Banyak siswa yang bukannya
terdorong untuk menemui guru BK, tetapi malah takut atau benci. Ciri ini
juga menunjukankan bahwa guru BK perlu menampilkan perilaku yang
cerdas, kreatif–inovatif, produktif, berdisplin, berpenampilan menarik dan
D. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan
dan Konseling.
Relasi setiap hari antara guru Bimbingan dan Konseling dengan siswa
di sekolah tentunya menjadikan pengalaman tersendiri bagi siswa sehingga
menghasilkan persepsi. Persepsi yang dihasilkan dari pengalaman siswa setiap
hari tersebut bisa berupa persepsi negatif dan persepsi positif. Persepsi negatif
terjadi jika siswa merasa bahwa apa yang ditampilkan atau perilaku guru BK
tidak menyenangkan baginya. Sedangkan persepsi positif muncul apabila siswa
merasa senang, nyaman dan tertarik dengan perilaku atau yang ditampilkan
oleh guru BK.
Berdasarkan hasil wawancara lebih dari 10 orang siswa kelas VII dan
VIII pada saat PPL SMP, peneliti menemukan sebagian besar siswa yang
mengatakan/beranggapan bahwa “guru BK di sini galak-galak”, “bosan jika
mengajar”, dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk
mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas kompetensi kepribadian guru BK
di sekolah. Apabila anggapan siswa-siswa tersebut di atas dibiarkan begitu saja
dalam arti tidak ada tindak lanjut dari guru BK maka semakin hari siswa
cenderung tidak suka dengan guru BK dan tentunya berimbas pada tercapainya
tujuan BK yaitu membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan tahap perkembangan dan latar belakang siswa
tersebut.
Persepsi siswa yang mengambarkan bahwa guru BK di sekolahnya
berinteraksi dan melihat perilaku yang ditampilkan oleh guru BK di sekolah.
Guru BK yang menunjukan kemarahannya di depan siswa akan menimbulkan
persepsi siswa yang mengambarkan bahwa guru BK galak. Selain itu, guru BK
yang selalu mengunakan metode ceramah pada saat bimbingan di kelas akan
menimbulkan perasaan bosan pada diri siswa sehingga siswa mengambarkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi
penelitian antara lain jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian,
prosedur pengambilan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan “metode
penelitian yang berusaha mengambarkan dan menginterpretasi objek sesuai
dengan apa adanya”. Selain itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian
yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan
mengambarkan secara sistematis fakta dan karateristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat (Zuariah, 2006: 25).
Penelitian deskriptif bertujuan mengambarkan secara sistematik dan akurat
fakta dan karateristik mengenai populasi atau situasi atau kejadian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengambarkan secara jelas situasi atau kejadian sesuai dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat
prediksi, maupun mempelajari implikasinya (Azwar, 2012: 7).
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah atau kelompok generalisasi yang berupa
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta
Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 228 siswa yang tebagi dalam 6 kelas
dengan rincian 38 siswa setiap kelas. Sekolah Menegah Pertama (SMP) Maria
Immaculata merupakan sekolah swasta di Yogyakarta, terletak di jln. Brigjen
Katamso No. 4 Yogyakarta. Sekolah ini memiliki tiga (3) guru BK yang
semuanya berjenis kelamin perempuan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Karena sampel merupakan bagian dari
populasi, maka sampel harus memiliki ciri-ciri karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Hasil yang dipelajari dari sampel tersebut dapat diberlakukan
untuk populasi atau dapat digeneralisasikan kepada pupulasi penelitian. Untuk itu
sampel yang merupakan representasi (mewakili) populasi yang baik sangat
tergantung pada sejauhmana karateristik sampel itu sama dengan karateristik
populasinya (Azwar, 2012: 79-80).
3. Teknik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik sampling
insidental yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
bila dipandang orang tersebut cocok untuk sumber data (Sugiyono, 2011: 124).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII F
yang kebetulan guru BK memiliki jam masuk dikedua kelas ini. Rincian jumlah
siswa tampak pada tabel berikut ini.
Table I.
Rincian Jumlah Subjek Penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner persepsi
siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,
namun dalam penelitian ini peneliti mengunakan kuesioner tertutup.
Siswa mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda centang (√) pada
alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan adalah sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan bobot tiap
alternatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2011: 135).
No Kelas Jumlah
1. VIII B 38 siswa
2. VIII F 38 siswa
Tabel 2.
Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban.
NO Pernyataan
Alternatif jawaban
S (Sangat
Setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
1. Favorabel 4 3 2 1
2. Unfavorabel 1 2 3 4
Item-item kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek kompetensi
kepribadian guru bimbingan dan konseling menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor seperti tampak pada kisi-kisi kuesioner
berikut ini.
Tabel 3.
Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Kepribadian Guru BK
No Aspek-Aspek
Kompetensi Kepribadian Guru BK
Indikator Item Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
kemaslahatan siswa. 30 dan 45
54
Bersikap demokratis terhadap siswa.
15 dan 55 31 dan 46
3 Menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat. 4 Menampilkan kinerja yang
berkualitas tinggi.
Cerdas. 6, 19, dan 58 35 dan 48 25 Kreatif-Inovatif. 20 dan 36 42
Produktif. 7 dan 59 37 dan 49
a. Peneliti menghubungi pihak sekolah SMP Maria Immaculata Yogyakarta
b. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk mengali data-data yang dibutuhkan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menjabarkan aspek-aspek kompetensi kepribadian konselor kedalam
indikator-indikator.
2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan
indikator-indikator kompetensi kepribadian konselor.
3) Expert judgment
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
pertimbangan parah ahli (Expert judgment). Peneliti meminta bantuan
kepada:
a) Nazarius Sudaryono, S.Pd., M.Si, selaku dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Indonesia di Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dosen
memberikan penilaian terhadap tata bahasa yang digunakan dalam
kuesioner penelitian ini. Berdasarkan hasil penilaian ini yaitu ada
beberapa pernyataan yang tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan (EYD), peneliti memperbaiki kembali tata bahasa
yang digunakan dalam kuesioner.
b) V. Suminah, S.Pd, selaku guru BK SMP Maria Immaculata
Yogyakarta. Guru BK memberikan penilaian terkait kesesuaian
antara isi kuesioner terhadap kompetensi kepribadian guru BK.
kuesioner, guru BK menyetujui semua pernyataan yang ada dalam
kuesioner penelitian ini.
c. Uji coba alat
Uji coba alat (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas,
validitas, dan tingkat kesukaran alat. Uji coba kuesioner dalam penelitian
ini dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 07.00 – 10.15 WIB.
Jumlah subjek dalam uji coba kuesioner ini adalah 50 siswa dengan
rincian 25 siswa kelas VIII C dan 25 siswa kelas VIII A.
d. Validitas instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat digunakan untuk
memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini, mengunakan
pengujian validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan validitas
yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator keperilakuan
dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132).
Instrument yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan
valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α =
5%) dapat mengunakan rumus koefisien korelasi product moment
𝑟𝑋𝑌= 𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑁 𝑋2
−( 𝑋2) 𝑁 𝑌2−( 𝑌)²
Ket:
𝑟𝑋𝑌 = korelasi produk moment
𝑋 = nilai setiap butir
𝑌 = nilai dari jumlah butir
𝑁 = jumlah responden
Sedangkan untuk mengukur koefisien korelasi validitas item,
digunakan SPSS 16 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Perhitung
validitas berdasarkan taraf signifikan (α = 5%) dengan jumlah subjek 50,
maka koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,279 (Sugiyono, 2011).
Jadi, apabila koefisien korelasi butir instrumen sama dengan 0,279 atau
lebih dari 0,279 (paling kecil 0,279), maka butir instrumen tersebut
dinyatakan valid. Namun apabila koefisien butir instrumen kurang dari
0,279, maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi
skor pada item dan mentabulasi data uji coba mengunakan microsoft office
excel 2007. Data yang telah ditabulasi, dimasukan ke dalam SPSS 16 untuk
menghitung validitas tiap butir instrument. Hasil perhitungan diperoleh 62
item yang valid dan 18 item yang tidak valid atau gugur. Rincian
rekapitulasi perhitungan taraf validitas uji coba instrumen dapat dilihat pada
Tabel 4.
Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen
No Aspek kompetensi
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
3. Menunjukan stabilitas dan
integritas yang kuat. 16 12 4
4. Menampilkan kinerja yang
berkualitas tinggi. 33 25 8
Jumlah 80 62 18
e. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran.
Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya atau disebut sebagai reliabel.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan
masalah eror pengukuran (error of measurement), sedangkan konsep
reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror
dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada
inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada
kelompok individu yang berbeda (Azwar, 2012: 134).
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan teknik belah
r
i=
2𝑟𝑏 1+𝑟𝑏Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluru instrument
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Hasil perhitungan reliabilitas mengunakan rumus Spearman
Brown dengan bantuan program computer SPSS memperoleh hasil
korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua 0,83,
kemudian nilai ini dimasukan dalam rumus Spearman Brown seperti
berikut ini.
Jadi, hasil perhitungan reliabilitas instrumen uji coba adalah 0.83
dengan klasifikasi tinggi menurut kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209)
sebagaimana tertera pada table berikut ini.
Tabel 5. Kriteria Guilford
NO Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91-1,00 Sangat tinggi
2. 0,71-0,90 Tinggi
3. 0,41-0,70 Cukup
4. 0,21-0,40 Rendah
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah kuesioner persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian
guru BK telah diuji validitas dan reliabilitas, maka butir item kuesioner
yang dikatakan valid dan reliabel bisa digunakan untuk penelitian. Jumlah
butir item kuesioner pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah 62 item. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober
2013. Sedangkan jumlah subjek yang mengisi kuesioner sebanyak 74
siswa dan 2 siswa tidak hadir.
E. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan untuk mengetahui persepsi siswa
kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014
terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
1. Memberi skor pada setiap item yang sesuai dengan pilihan jawaban yagn
sudah tersedia yaitu Sangat Setuju (SS) = diberi skor 4, Setuju (S) = diberi
skor 3, Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2, dan Sangat Tidak setuju (STS)
diberi skor 1.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item
kuesioner dan skor rata-rata butir dengan mengunakan microsoft office
3. Menghitung uji koefisien validitas instrumen persepsi siswa kelas VIII
SMP Maria Immaculata Yogyakarta menggunakan rumus Product
Moment dari Pearson melalui program komputer SPSS 16.
4. Menghitung koefisien reliabilitas persepsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru bimbingan dan konseling dengan mengunakan rumus
Alpha Cornbach pada program komputer SPSS 16.
5. Mengkategorisasi frekuensi persepsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru bimbingan dan konseling dengan tiga kategori menurut
Azwar (2011: 106-110) yaitu kurang baik, cukup baik, dan baik seperti
tanpak pada tabel berikut ini.
Tabel 6.
Norma Pengolongan Kategorisasi
Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK.
Penghitungan Skor Item Keterangan
X ≤
[
µ-1,0(σ)]
Kurang Baik[
µ-1,0(σ)]
≤ X <[
µ+1,0(σ)]
Cukup Baik[
µ+1,0(σ)]
≤ X BaikKeterangan:
X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah
σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang
dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran
µ : Rata-rata teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari
skor maksimum dan minimum
Kategori tersebut di atas menjadi patokan dalam menentukan baik
kompetensi kepribadian guru BK. Kategorisasi subjek penelitian diperoleh
melalui perhitungan (dengan jumlah item 62) sebagai berikut:
X maxsimum teoritik : 62 x 4 = 248
X minimum teoritik : 62 x 1 = 62
Luas Jarak : 248 – 62 = 186
σ : 186 : 6 = 31
µ : (248+62):2=155
Jadi, karena dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam tiga
kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi dalam tiga bagian
sebagai berikut:
Tabel 7. Kategori Subjek
Penghitungan Skor Item Rentang Skor Keterangan
X < [µ-1,0(σ)] <124 Kurang Baik
[µ-1,0(σ)]≤X < [µ+1,0(σ)] 124-186 Cukup Baik
[µ+1,0(σ)] ≤X >186 Baik
Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam
mengelompokan skor subjek dalam kategorisasi atau skala persepsi siswa
terhadap kompetensi kepribadian guru BK.
Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui
perhitungan (dengan jumlah subjek 70) sebagai berikut:
X maxsimum teoritik : 70 x 4 = 280
X minimum teoritik : 70 x 1 = 70
Luas Jarak : 280 – 70 = 210
σ : 210 : 6 = 35