• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Robertus Daru NIM: 091114022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Robertus Daru NIM: 091114022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu:

kuatkan dan teguhkanlah hatimu?

Janganlah kecut dan tawar hati, sebab

TUHAN Allahmu, menyertai engkau

kemanapun engkau pergi.

Yosua 1 : 9

Hanya

karena kamu benar, bukan berarti aku salah.

-

Jhonson

-

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus,

Keluarga Tercinta (Orang Tua, Kakak, dan Adiku)

Prodi BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

v

(7)
(8)

vii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Robertus Daru Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan

sebagai penelitian survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling menurut persepsi siswa

kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 70 siswa kelas VIII SMP Maria

Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua kelas yaitu

kelas VIII B dan VIII E. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner

persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling

dengan jumlah 62 item. Item kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek

kompetensi guru Bimbingan dan Konseling menurut Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Hasil penelitian berdasarkan persentase persepsi siswa kelas VIII SMP

Maria Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 terhadap kompetensi

kepribadian guru Bimbingan dan Konseling adalah 74,29% siswa memiliki

persepsi yang baik, dan 25,71% siswa memiliki persepsi yang cukup baik serta

tidak ada siswa memiliki persepsi yang kurang baik. Persentase setiap kategori

jawaban dari butir-butir item kuesioner persepsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian guru Bimbingan dan Konseling adalah 79,03% butir item mendapat

skor tinggi dan 20,97% butir item mendapat skor sedang serta 0% butir item yang

(9)

viii ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT

SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA IN 2013/2014 ACADEMIC YEAR TOWARDS THE COMPETENCE OF GUIDANCE AND

COUNSELING TEACHERS’ PERSONALITY

guidance and counseling teachers’ personality, according to the perception of the

eighth grade students at SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014

academic year.

The number of subjects in this study is 70 students of the eighth graders at

SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014 academic year which consists

of two classes, namely class VIII B and VIII E. The research instrument used is

the students’ perception questionnaire towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality with a total of 62 items. The questionnaire items

were compiled based on the competency aspects of guidance and counseling

teachers according to the regulation of the Minister of National Education of the

Indonesian Republic Number 27 in 2008 about the Academic Qualification and

Competence of Counselors.

The results based on the percentage of students’ perception of the eighth

graders at SMP Maria Immaculata Yogyakarta in 2013/2014 academic year

towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality show

that 74.29% of students have a good perception, 25.71% of students have a fairly

good perception and no students have a poor perception. The percentage of each

answer category of the questionnaire item from the students’ perception towards the competence of guidance and counseling teachers’ personality is 79.03% items

have got the high score, 20.97% items have got medium score, and 0% items have

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ramhat dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar saarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis mendapat pengalaman banyak selama proses penyelesaian skripsi

ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan.

Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang amat sangat penting dalam

perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang

dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan

pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.

Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian,

dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ag. Krisna Indah Marhaeni, S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing

yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh

kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang

(11)

x

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan

pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Sr. M. Cornelia, OSF, S, Ag, selaku kepala sekolah SMP Maria

Immaculata Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk

melakukan penelitian.

6. Ibu V. Suminah, S.Pd. selaku koordinator BK yang telah membantu

memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

7. Semua Siswa SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang telah

meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan menjadi subjek dalam

penelitian ini.

8. Bapak Lasarus Edang dan ibuku Bertha Limur yang tercinta yang selalu

memberikan dukungan baik lewat doa maupun secara materi.

9. Kakaku Karolus sekeluarga, kak Bastian sekeluarga, dan adiku Beny

yang telah memberikan segalanya kepada peneliti.

10.Orang terkasih, Yosefina M.D. Tukan yang selalu memberikan kasih,

perhatian, dan motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan.

11.Sahabat-sahabat terbaiku mas Iren Jerahu, mas Roby Subin, mas

Luciano Moa, mas Vhyan Agung, mas Virgil Epenk, mas Frederik

Nikat, mas Yuvens Morung, mas Rio ,dan Indak Kurnia yang telah

(12)

xi

12.Teman-teman BK angkatan 2009 (khusus Sr. Bertha, Sr. Valentin) yang

telah memberikan motivasi, doa, masukan dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu baik dalam doa, motivasi, materi, dan lain-lain.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam

mengerjakan skripsi ini. Maka dari itu, penulis minta maaf apabila dalam

skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan.

Terima kasih Tuhan Memberkati.

Penulis, 28 Januari 2014

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...….……....….…...…… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...………...…….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

(14)

xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….…………...……... 1

B. Definisi Operasional ……….………...…... 5

C. Rumusan Masalah ………..….…...… 6

D. Tujuan Penelitian ………...…...….... 6

E. Manfaat Penelitian ………..….……....……...… 6

BAB II LANDASAN TEORI A.Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konselig ...……….…………...…... 8

1. Pengertian Persepsi ...………...…..….... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Bimbingan dan Konseling ...……...……... 10

3. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Bimbingan dan Konseling ……...…...…..… 12

B.Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ………...……... 14

C.Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konsleing …... 18

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling ... 18

(15)

xiv

3. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Konseling ... 23

D.Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling ...………...…...….…. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian …………...………...…....…..………... 28

B.Subjek Penelitian ………...………...…..………...…. 29

C.Instrumen Penelitian ……….………...…...….... 30

D.Prosedur Pengumpulan Data ………..………...…...…...….... 33

1. Tahap Persiapan ………...…..…..…… 33

2. Tahap Pengumpulan Data ……….…...……...… 38

E. Teknik Analisis Data ……..………..…... 38

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………....……...……. 42

B. Pembahasan ……….………...…...… 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………...………...…… 59

B. Saran ………..……….…....…...…... 60

DAFTAR PUSTAKA ………….………....….…….…… 61

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Jumlah Subjek Penelitian ……..………...…. 30

Tabel 2 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ………….……...….. 31 Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Persepsi siswa Terhadap Kompetensi Guru BK .32 Tabel 4 : Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen ……... 36

Tabel 5 : Kriteria Guilford ………...……...….……..… 37

Tabel 6 : Norma Pengolongan Kategorisasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ………..…... 39

Tabel 7 : Kategori Subjek ……….……...…...…… 40

Tabel 8 : Kategori Butir-butir Item ……..………....…..…... 41

Tabel 9 : Pengolongan Subjek dalam Tiga Kategori …….……...…... 43

(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Persentase Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Maria Immaculata

Yogyakarta TA 2013/2014 Terhadap Kompetensi Kepribadian

Guru BK ...……..…... 43

Grafik 2 : Persentase Capaian Skor Item Persepsi Siswa Terhadap

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data uji Coba penelitian ... 63

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas ... 71

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 77

Lampiran 4 : Tabulasi data penelitian ... 78

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian ... 87

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, definisi

operasional, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan umum Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah

membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan

tahap perkembangan yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan

bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (keluarga, pendidikan, dan

status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Bimbingan dan konseling di sini berperan untuk membantu peserta didik

untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat, memiliki wawasan

yang luas, menjadi pribadi yang mandiri, mampu menerima diri sendiri dan

lingkungannya, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam

hidupnya (Prayitno, 2004: 114).

Tujuan umum bimbingan dan konseling di atas merupakan

penjabaran dari fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3) berikut ini.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

(20)

Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan khususnya

tujuan umum bimbingan dan konseling, tentunya terlebih dahulu sekolah

harus memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang memiliki kompetensi

yang memadai. Sedikitnya ada dua kategori kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling. Pertama kompetensi

profesional yaitu kemahiran merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi

tugas sebagai guru, yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi pendidikan. Kedua, kompetensi kepribadian yang meliputi etika,

moral, pengabdian, kemampuan sosial, dan spiritual. Kedua kompetensi ini

perlu dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling yang perlu diwujudkan

dalam sosok utuh standar kompetensi guru bimbingan dan konseling

(Mulyasa, 2007: 10).

Sosok utuh standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru

bimbingan dan konseling mencakup kompetensi akademik dan profesional

sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah

dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.

Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan

kompetensi profesional, yang meliputi: Pertama, memahami secara

mendalam konseli yang dilayani. Kedua, menguasai landasan dan

kerangka teoretik bimbingan dan konseling. Ketiga, menyelenggarakan

pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan. Keempat,

mengembangkan pribadi dan profesionalitas guru bimbingan dan

(21)

Standar kompetensi guru bimbingan dan konseling di atas telah

dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang

menegaskan konteks tugas dan ekspetasi kinerja guru bimbingan dan

konseling. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik

sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi

akademik dan profesional guru bimbingan dan konseling dapat dipetakan

dan dirumuskan sebagai berikut. Pertama, kompetensi pedagogik meliputi

menguasai teori dan praksis pendidikan, menguasai esensensi pelayanan

BK dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).

Kedua, kompetensi kepribadian meliputi beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukan integritas dan stabilitas

kepribadian yang kuat, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, dan menampilkan

kinerja berkualitas tinggi. Ketiga, kompetensi sosial meliputi

mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja, berperan dalam

organisasi dan kegiatan profesi BK, dan mengimplentasikan kolaborasi

antarprofesi. Keempat, kompetensi profesional meliputi menguasi konsep

dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah

konseli, menguasai kerangka teoritik dan praksis BK, merancang program

(22)

memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, dan

menguasai konsep dan praksis penelitian BK.

Unjuk kerja guru bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh

kualitas penguasaan ke empat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh

sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Jika guru

bimbingan dan konseling menguasai ke empat kompetensi tersebut maka

tidak perlu diragukan akan kualitas keberhasilan bimbingan dan konseling

di sekolah. Namun pada kenyataannya, masalah pada proses layanan BK

di sekolah masih jauh dari kata optimal ditandai dengan kurang

berminatnya siswa dalam mengikuti layanan konseling atau layanan

bimbingan kelas, siswa merasa bosan mengikuti bimbingan dari guru BK,

masih ada anggapan bahwa guru BK hanya berurusan dengan siswa yang

bermasalah, ketakutan siswa terhadap guru BK, ketidakantusiasan siswa

dalam mengikuti bimbingan, dan guru BK yang kerapkali memperlakukan

siswa secara berbeda-beda serta guru BK cenderung menganggap siswa

yang pasif di kelas adalah siswa yang bodoh.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti berasumsi

bahwa masalah pada proses layanan bimbingan dan konseling di sekolah

muncul karena guru bimbingan dan konseling kurang menguasai standar

kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian sangat mempengaruhi

keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu mencakup

bagaimana guru BK menampilkan dirinya, dan bagaimana tingkah laku

(23)

Oleh karena itu, guru BK perlu memiliki kompetensi keperibadian yang

memadai demi tercapainya tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.

Kompetensi kepribadian ini, dapat dikembangkan melalui

pelatihan-pelatihan pengembangan kepribadian, mengikuti workshop, dan seminar

yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru BK. Guru BK

yang memiliki kompetensi kepribadian memadai akan menunjukan

perilaku yang baik dalam memperlakukan siswa sebagai pribadi,

menampilkan perilaku yang terpuji, menghargai perbedaan, serta

menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan kebebasan

siswa untuk memilih.

B. Definisi Operasional

Kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah

kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam menampilkan diri yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk

memilih, dan menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat serta

menunjukan kinerja yang berkualitas tinggi seperti yang dimaksudkan

dalam butir item kuesioner penelitian ini. Kemampuan dalam

menampilkan diri ini diharapkan dapat menjadi bagian dari diri guru

bimbingan dan konseling dalam mejalani kehidupan sehari-hari di dalam

(24)

C. Rumusan Masalah

1. Seberapa baik kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan

Konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria

Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Berdasarkan analisis uji butir item kuesioner persepsi siswa

terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling,

butir-butir item mana sajakah yang terindikasi kemunculannya

rendah?

D. Tujuan

1. Mengetahui gambaran kompetensi kepribadian guru Bimbingan

dan Konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria

Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Mengidentifikasi butir item yang terindikasi penguasaannya kurang

baik berdasarkan analisis uji butir kuesioner persepsi siswa

terhadap kompetensi kepribadian guru Bimbingan dan Konseling.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan untuk

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi dalam

meningkatkan penguasaan kompetensi kepribadian.

b. Peneliti

1) Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian

khususnya meneliti tentang kompetensi kepribadian guru BK.

2) Mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap kompetensi

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Topik-topik yang dibahas adalah pengertian persepsi, faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi, aspek-aspek persepsi, kompetensi guru BK,

kompetensi kepribadian guru BK, dan aspek-aspek kompetensi kepribadian

guru BK serta persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

A. Persepsi Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Konseling.

Bagian ini menjelaskan pengertian persepsi, faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi, dan aspek-aspek yang mempengaruhi persepsi.

1. Pengertian Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988: 55) persepsi adalah proses diterimanya

rangsang suatu obyek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa

sampai ransang itu disadari dan dimengerti. Pengertian tersebut senada dengan

yang diungkapkan oleh Walgito (2003: 45) bahwa persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh penginderaan. Proses yang dimaksud adalah proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui panca indera dan dilanjutkan oleh

syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf. Stimulus yang diterima oleh

individu tersebut kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga

individu menyadari apa yang diinderanya itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

individu menerima stimulus melalui alat indera, kemudian individu tersebut

(27)

mengorganisasikan, menginterpretsikan sehingga stimulus yang diterima oleh

alat indera tersebut menjadi sesuatu yang bermakna.

Moskowitz dan Orgel (Walgito, 2003: 46) menjelaskan bahwa persepsi

merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang

diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan

sesuatu aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan

aktivitas yang integrated maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri

individu ikut aktif berperan dalam persepsi. Selain itu, Sarwono (2009: 25)

juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses yang berlangsung pada

diri individu untuk mengetahui dan mengevaluasi lingkungan dan orang lain.

Proses ini akan membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang dibentuk

berdasarkan informasi yang tersedia di lingkungan, sikap individu terdahulu

tentang rangsang-rangsang yang relevan, dan mood individu saat itu.

Contohnya, orang yang mengenakan pakaian berantakan dan bertato cenderung

dipersepsikan sebagai preman daripada orang yang berpakaian rapi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa persepsi terhadap kompetensi guru bimbingan dan konseling merupakan

proses mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan menilai

rangsangan-rangsangan yang diterima oleh alat indera sehingga rangsangan-rangsangan tersebut

menjadi bermakna serta individu dapat memahami dan menyadari keadaan di

sekitarnya. Objek persepsi dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian

guru BK, misalnya guru yang sering marah di depan kelas akan dimaknai

(28)

tentunya memiliki persepsi yang berbeda-beda terutama siswa yang menjadi

subjek dalam penilitian ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya sebagai berikut. Pertama, perhatian yang selektif. Kedua,

sifat-sifat rangsang. Ketiga, nilai-nilai dan kebutuhan individu. Keempat,

pengalaman terdahulu.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.

Menurut Irwanto, dkk (1988) ada empat faktor yang mempengaruhi

persepsi sebagai berikut.

a. Perhatian yang selektif

Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas

mental. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang

hadir pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang bersamaan

pula seseorang memilih hanya satu obyek, sementara objek-objek yang lain

diabaikan. Apabila suatu rangsang mendapat perhatian dari individu, maka

rangsang tersebut akan disadari dan ditanggapi dengan cepat oleh individu

tersebut. Namun rangsang yang kurang mendapat perhatian akan kurang

disadari dan kurang ditanggapi. Semakin besar perhatian seseorang,

semakin besar kesadarannya akan rangsang itu dan semakin besar pula

kemungkianan orang yang bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil

perhatian seseorang, semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang

(29)

menanggapinya. Contoh seorang siswa akan memahami dan mengerti

materi yang disampaikan oleh guru BK di dalam kelas jika siswa tersebut

memusatkan seluruh perhatiannya pada materi yang dijelaskan oleh guru

BK tersebut. Namun sebaliknya jika siswa tersebut tidak memusatkan

seluruh perhatian pada materi yang dijelaskan oleh guru BK tersebut maka

kecil kemungkinan siswa tersebut memahami dan mengerti materi yang

dijelaskan oleh guru.

b. Sifat-sifat rangsang

Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang

daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada

rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya

kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang juga adalah

rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang

biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian adalah rangsang yang

intensitas rangsangnya paling kuat. Contohnya individu cenderung lebih

memperhatikan baju warna merah diantara puluhan baju warna putih

lainnya.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi

seseorang dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang

berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang

dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi

(30)

sangat membutuhkan informasi cara mengatur waktu belajar. Saat itu pula

guru BK mengajarkan cara belajar yang efektif kepada siswanya. Di sini

tentunya siswa tersebut cenderung tidak menghiraukan apa yang diajarkan

oleh guru BK karena yang diajarkan tidak sesuai dengan kebutuhannya..

d. Pengalaman terdahulu

Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh

pengalaman akan rangsang yang dimiliki sebelumnya.

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang

mempersepsikan dunianya. Contoh seorang siswa SMP sering dihukum oleh

guru BK saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Pengalaman tersebut

membuat dirinya benci terhadap guru BK. Pengalaman ini pula cenderung

akan mempengaruhi persepsinya terhadap guru BK di Sekolah Menengah

Pertama.

2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.

Pengertian persepsi sebagaimana dijelaskan di atas memperlihatkan

aspek-aspek pokok persepsi. Aspek-aspek tersebut berupa rangsang,

tanggapan, dan perilaku (Walgito, 2003:54).

a. Rangsang

Rangsang dapat berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari

dalam diri individu. Rangsang yang berasal dari luar individu mengenai alat

indera selaku penerima rangsang sebagai resptor, lalu meneruskan ke syaraf

(31)

individu langsung mengenai penerima. Contohnya guru BK marah di depan

kelas kemudian siswa menangkap kemarahan tersebut dengan panca indera

yaitu dengan melihat dan mendengarkan kemarahan tersebut. Melihat dan

mendengarkan peristiwa ini, kemudian siswa bisa menganggap guru BK

tersebut galak.

b. Tanggapan

Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses persepsi.

Proses persepsi bermula dari adanya objek yang menimbulkan rangsang,

lalu rangsang diterima oleh reseptor. Tahap ini disebut kelaman, karena

terjadinya secara alamiah. Rangsang yang diterima oleh reseptor diteruskan

ke syaraf sensori setelah mengalami penyeleksian, dan dilanjutkan oleh

syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Tahap ini disebut proses fisiologis ,

karena terjadi dalam diri individu. Proses terakhir terjadi di otak, yang

memungkinkan individu menyadari sepenuhnya rangsang yang diterima

melalui reseptor, tahap ini disebut tahap psikologis karena berhubungan

dengan penyadaran. Proses yang terjadi di otak juga merupakan proses

persepsi sebenarnya. Setiap rangsang yang disadari kemudian ditanggapi

oleh individu melalu syaraf motorik. Contoh pada saat melakukan konseling

guru BK sibuk sendiri dan tidak medengarkan siswa saat mengungkapkan

masalah sehingga siswa merasa tidak nyaman. Kejadian pada saat konseling

ini akan diproses dalam pikiran siswa kemudian siswa menanggapi kejadian

itu dengan mengambarkan bahwa guru BK tidak perhatian terhadap diri

(32)

c. Perilaku

Proses persepsi merupakan suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.

Setiap nilai, pendapat, dan pandangan yang dianggap penting oleh individu

menuntut individu untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, persepsi perlu

dilihat dalam rangkaian perilaku. Persepsi berfungsi sebagai persiapan

keperilaku yang konkret. Contoh guru BK selalu mengunakan metode

ceramah pada saat bimbingan di dalam kelas sehingga siswa merasa bosan

mengikuti bimbingan. Perasaan bosan ini akan membuat siswa untuk tidak

mendengarkan guru BK di dalam kelas; guru BK menjelaskan sedangkan

siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya atau siswa sering tidur

di dalam kelas.

Salah satu Objek persepsi adalah kompetensi kepribadian guru

bimbingan dan konseling. Jika guru BK menampilkan diri kepada siswa secara

dewasa, maka siswa memaknai bahwa guru BK tersebut baik atau guru BK

tersebut memiliki kepribadian yang baik. Contohnya, Guru BK yang selalu

tersenyum, selalu menyapa siswa saat bertemu, mengunakan pakaian yang rapi

akan akan dimaknai sebagai guru BK yang berkepribadian yang baik oleh

siswanya.

B. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling

Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Perguruan Tinggi mengemukakan “kompetensi adalah seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

(33)

pekerjaan tertentu (Undang-Undanng, 2002). Hal yang sama diungkapkan

dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefenisikan

kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan (Undang-Undang, 2005).

Kompetensi dapat juga diartikan sebagai kemampuan seseorang yang

dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang

ditetapkan. Mc. Asham (Mulyasa, 2007: 38) mengungkapkan bahwa

kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor

dengan sebaik-baiknya. Crunkilton (Mulyasa, 2007: 38) juga sependat dengan

Mc. Asham yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan.

Beberapa pengertian tentang kompetensi di atas mengarah pada suatu

kemampuan tertentu yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjalankan

fungsi dan tugasnya secara optimal. Kompetensi tersebut dapat berupa

karateristik, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang tampak melalui

perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang mendukung bagi

pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Beberapa pengertian kompetensi yang telah

(34)

bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam perangkat tindakan cerdas dan

penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh guru BK untuk memangku jabatan

sebagai guru BK. Selain itu, kompetensi guru BK juga dapat diartikan sebagai

keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dikuasai oleh guru BK

dan menjadi bagian dari dirinya dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas

seperti layanan bimbingan kelas, konseling, dan lain-lain sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Standar yang dimasksud dalam hal ini adalah standar

kompetensi guru bimbingan dan konseling yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).

Pertama, kompetensi pedagogik guru bimbingan dan konseling adalah

kemampuan mengelolah layanan bimbingan dan konseling yang meliputi

pemahaman secara mendalam siswa yang hendak dilayani, menguasai

khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan

konseling, dan mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

program layanan BK. Contohnya, sebelum guru BK menyampaikan informasi

bimbingan kepada siswa, terlebih dahulu guru BK perlu mengenali kebutuhan

siswa. Kedua, kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah

kemampuan guru BK dalam menampilkan diri secara mantap, beriman kepada

(35)

dan menunjukan kinerja yang berkualitas tinggi. Misalnya, guru BK mengajak

siswa untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan bimbingan.

Ketiga, kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling adalah

kemampuan guru BK sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, sesama guru

bimbingan dan konseling baik di sekolah maupun di luar sekolah serta mejalin

kerjasama dengan guru bidang studi lainya. Contohnya, guru BK bekerjasama

dengan dengan guru mata pelajaran dalam mengamati/mengobservasi keadaan

siswa. Keempat, kompetensi profesional adalah kemampuan guru BK dalam

menguasai konsep dan praksisi asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan,

dan masalah yang dialami siswa, menguasai. Contohnya, kemampuan guru

BK dalam membuat angket sosiometri atau membuat alat ungkap masalah

(AUM).

Rumusan kompetensi guru bimbingan dan konseling yang dipaparkan

di atas menunjukan bahwa demi kemajuan bimbingan dan konseling di sekolah

guru BK sangat perlu untuk menguasai keempat kompetensi tersebut. Salah

satu cara untuk mengembangkan kompetensi tersebut adalah dengan mengikuti

berbagai kegiatan pelatihan pengembangan kepribadian atau mengikuti work

shop bimbingan dan konseling. Keempat kompetensi guru BK di atas juga

terdapat kompetensi kepribadian yang meskipun kompetensi ini tidak dapat

terpisahkan dari kompetensi yang lainnya. Menurut Sudrajat (Ma’mur Asmani

2009: 116) mengatakan bahwa kompetensi kepribadian harus mendapatkan

(36)

kemampuan untuk dapat memahami diri guru BK sendiri dalam kapasitas

sebagai pendidik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti hanya ingin

menekankan dan meneliti lebih jauh persespsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian guru BK. Peneliti menyadari bahwa pekerjaan guru BK dalam

melayani siswa-siswanya tidak terlepas dari pengaruh karateristik kepribadian

yang dimiliki guru BK.

C. Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Bagian ini akan dipaparkan pengertian kompetensi kepribadian guru

bimbingan dan konseling, ciri-ciri kompetensi kepribadian guru bimbingan dan

konseling, dan aspek-aspek kompetensi kepribadian bimbingan dan konseling.

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,

dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. Selain itu,

kompetensi kepribadian dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang

berkaitan dengan kemampuan individu dalam memwujudkan dirinya sebagai

pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan

pemahaman diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk

mengolah diri, memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri

(Kunandar, 2009:55).

Kompetensi kepribadian guru BK (personal competencies) merujuk

(37)

kemampuan untuk membina hubungan baik antarpribadi (rapport) secara

sehat, etos kerja, dan komitmen profesional, landasan etik dan moral dalam

berperilaku, dorongan, dan semangat untuk mengembangkan diri, serta

berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah.

Kompetensi kepribadian guru BK juga berupa kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

mulia.

2. Ciri-ciri Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling.

Cavanagh (Syamsu 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karateristik

kepribadian guru bimbingan dan konseling sebagai berikut.

a. Pemahaman diri (self-knowledge)

Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik,

dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan

hal itu, dan masalah apa yang harus diaselesaikan. Pemahaman diri sangat

penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung

akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain khususnya

siswa.

2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan

terampil juga memahami orang lain.

3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar

(38)

4) Pemahaman tentang diri memungkinkan guru BK untuk dapat merasa

dan berkomunikasi secara jujur dengan orang lain.

b. Kompeten (competent)

Kompeten di sini adalah guru BK harus memiliki kuaitas fisik,

intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.

Kompetensi sangatlah penting bagi guru BK, sebab orang lain khususnya

siswa akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang

diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia.

c. Kesehatan psikologis

Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari

siswanya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt)

guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan

keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki

kualitas sebagai berikut:

1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan

seks.

2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.

3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.

d. Dapat dipercaya (trustworthiness)

Kualitas ini berarti bahwa guru BK tidak menjadi ancaman penyebab

kecemasan bagi siswa. Guru BK yang dipercaya cenderung memiliki

(39)

1) Memiliki pribadi yang konsisten

2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.

3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.

4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh,

danmampu membantu secara penuh.

e. Jujur (honesty)

Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan

asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karateristik sebagai berikut:

1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh

dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain.

2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

f. Kekuatan (strength)

Kekuatan atau kemampuan guru BK sangat penting dalam menjalin

hubungan dengan konseli, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman.

Siswa akan memandang guru BK sebagai orang yang tabah dalam

menghadapi masalah, dapat mendorong siswa untuk mengatasi masalahnya,

dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

g. Bersikap hangat

Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan

kasih sayang. Guru BK yang memiliki sikap ramah terhadap orang lain

dapat menjadi contoh bagi siswanya untuk bersikap ramah juga kepada

(40)

h. Sabar (patience)

Melalui kesabaran guru BK dalam menjalin hubungan dengan siswa

dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap

sabar guru BK menunjukan lebih memperhatikan diri siswa daripada

hasilnya. Sikap ramah ini diperlukan dalam membantu siswa menghadapai

masalah yang sulit untuk dipecahkan. Selain itu, sikap sabar juga perlu

ditunjukan pada saat guru BK berhadapan dengan siswa yang sering rebut di

dalam kelas saan bimbingan.

i. Kepekaan (sensitivity)

Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang

tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersingung, baik pada diri konseli

maupun pada dirinya sendiri. Dengan mennyadari hal ini, maka guru BK

dapat memahami bahwa orang lain juga terutama siswa memiliki sifat-sifat

tersembunyi dalam dirinya.

Menjadi guru BK yang berkepribadian baik memang bukan perkara

mudah bagi guru BK, mengingat keadaan lingkungan selalu berubah-ubah

setiap waktu sehingga kepribadian juga akan terus berubah. Namun tidak ada

salahnya untuk terus belajar untuk merubah diri sendiri demi tercapainya tujuan

layanan BK yang optimal di sekolah. Jika guru BK memiliki karateristik

kepribadian seperti yang diungkapkan oleh Cavanagh di atas, maka tidak perlu

diragukan lagi akan ketercapaian tujuan BK yang optimal di sekolah dan akan

(41)

Penelitian ini hanya berfokus pada kompetensi kepribadian guru

bimbingan dan konseling menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Maria

Immaculata Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kompetensi kepribadian

guru BK yang merujuk pada kualitas pribadi guru BK yang berkenan dengan

kemampuan menampilkan diri yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,

individualitas, dan kebebasan untuk memilih, menunjukan stabilitas dan

integritas yang kuat, dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.

3. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Konseling

Kompetensi kepribadian guru BK merujuk pada kualitas pribadi guru

BK yang berkenan dengan kemampuan menampilakan diri yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi

nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk memilih, menunjukan

stabilitas dan integritas yang kuat, dan menampilkan kinerja yang berkualitas

tinggi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor).

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karateristik ini memberikan gambaran bahwa guru bimbingan dan

konseling dituntut untuk selalu bertindak dan berperilaku sesuai nilai,

norma, dan moral yang berlaku. Ciri ini hendaknya tercermin pada diri guru

bimbingan dan konseling dalam perilaku kesehariannya maupun dalam

(42)

pengambilan keputusan ketika merancang pendekatan yang akan

dipergunakan. Ciri ini juga hendaknya ditampilkan oleh guru BK dengan

cara menjalankan kehidupan beragama dan menghargai pemeluk agama

lain.

b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan

kebebasan untuk memilih.

Guru BK yang berkualitas akan menampilkan perilaku yang

menghargai dan mengembangkan potensi individu yaitu dalam hal ini

adalah siswa, peduli terhadap kemaslahatan siswa, dan bersikap demokratis

terhadap siswa. Guru bimbingan dan konseling juga hendaknya

memandang siswa sebagai makhluk yang hidup dalam lingkaran dan

suasana moral yang berlaku, sehingga keputusan konseling tidak hanya

didasarkan pada pemikiran rasional semata-mata. Karateristik ini juga

memiliki makna bahwa seorang guru bimbingan dan konseling hendaknya

memperlakukan siswa sebagai individu normal yang sedang berkembang

mencapai tingakat tugas perkembangannya dengan segala kekuatan dan

kelemahannya yang hidup dalam suatu lingkungan masyarakat. Karateristik

ini juga menunjuk kepada suatu perlakuan guru bimbingan dan konseling

terhadap siswa dengan didasarkan pada anggapan bahwa siswa sama

dengan dirinya sendiri sebagai makhluk yang harus dihargai dan tidak

boleh diabaikan dalam perlakuan-perlakuan. Di samping itu, guru

(43)

siswa. Hendaknya siswa diperlakukan sama dan sederajat, baik dengan

guru bimbingan dan konseling maupun dengan siswa lainnya.

c. Menunjukan integritas dan stabilitas yang kuat.

Guru bimbingan dan konseling hendaknya memiliki kepribadian

yang utuh, sehingga ia tidak terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat

konseling. Guru BK juga haruas mampu mengendalikan dirinya dari

pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai guru bimbingan dan

konseling, sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Selain itu, guru BK

juga harus memiliki kestabilan emosi yang mantap, agar ia tidak mudah larut

atau terbawa oleh suasana emosional siswanya serta mampu berempati

dengan baik terhadap keadaan yang dialami siswa.

d. Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.

Ciri ini sangat diperlukan oleh seorang guru bimbingan dan

konseling, sebab ia harus dapat mengambil keputusan tentang tindakan apa

yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi siswa yang seperti apapun

kondisinya. Guru BK juga harus dapat menarik hati siswa karena banyak

siswa yang sebelum bertemu dengan guru bimbingan dan konseling sudah

mempunyai pandangan negatif terhadapnya. Banyak siswa yang bukannya

terdorong untuk menemui guru BK, tetapi malah takut atau benci. Ciri ini

juga menunjukankan bahwa guru BK perlu menampilkan perilaku yang

cerdas, kreatif–inovatif, produktif, berdisplin, berpenampilan menarik dan

(44)

D. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan

dan Konseling.

Relasi setiap hari antara guru Bimbingan dan Konseling dengan siswa

di sekolah tentunya menjadikan pengalaman tersendiri bagi siswa sehingga

menghasilkan persepsi. Persepsi yang dihasilkan dari pengalaman siswa setiap

hari tersebut bisa berupa persepsi negatif dan persepsi positif. Persepsi negatif

terjadi jika siswa merasa bahwa apa yang ditampilkan atau perilaku guru BK

tidak menyenangkan baginya. Sedangkan persepsi positif muncul apabila siswa

merasa senang, nyaman dan tertarik dengan perilaku atau yang ditampilkan

oleh guru BK.

Berdasarkan hasil wawancara lebih dari 10 orang siswa kelas VII dan

VIII pada saat PPL SMP, peneliti menemukan sebagian besar siswa yang

mengatakan/beranggapan bahwa “guru BK di sini galak-galak”, “bosan jika

mengajar”, dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk

mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas kompetensi kepribadian guru BK

di sekolah. Apabila anggapan siswa-siswa tersebut di atas dibiarkan begitu saja

dalam arti tidak ada tindak lanjut dari guru BK maka semakin hari siswa

cenderung tidak suka dengan guru BK dan tentunya berimbas pada tercapainya

tujuan BK yaitu membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya sesuai dengan tahap perkembangan dan latar belakang siswa

tersebut.

Persepsi siswa yang mengambarkan bahwa guru BK di sekolahnya

(45)

berinteraksi dan melihat perilaku yang ditampilkan oleh guru BK di sekolah.

Guru BK yang menunjukan kemarahannya di depan siswa akan menimbulkan

persepsi siswa yang mengambarkan bahwa guru BK galak. Selain itu, guru BK

yang selalu mengunakan metode ceramah pada saat bimbingan di kelas akan

menimbulkan perasaan bosan pada diri siswa sehingga siswa mengambarkan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian antara lain jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian,

prosedur pengambilan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan “metode

penelitian yang berusaha mengambarkan dan menginterpretasi objek sesuai

dengan apa adanya”. Selain itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian

yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau

kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan

mengambarkan secara sistematis fakta dan karateristik objek dan subjek yang

diteliti secara tepat (Zuariah, 2006: 25).

Penelitian deskriptif bertujuan mengambarkan secara sistematik dan akurat

fakta dan karateristik mengenai populasi atau situasi atau kejadian. Penelitian ini

bertujuan untuk mengambarkan secara jelas situasi atau kejadian sesuai dengan

kenyataan yang ada di lapangan. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif

sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat

prediksi, maupun mempelajari implikasinya (Azwar, 2012: 7).

(47)

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah atau kelompok generalisasi yang berupa

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta

Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 228 siswa yang tebagi dalam 6 kelas

dengan rincian 38 siswa setiap kelas. Sekolah Menegah Pertama (SMP) Maria

Immaculata merupakan sekolah swasta di Yogyakarta, terletak di jln. Brigjen

Katamso No. 4 Yogyakarta. Sekolah ini memiliki tiga (3) guru BK yang

semuanya berjenis kelamin perempuan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Karena sampel merupakan bagian dari

populasi, maka sampel harus memiliki ciri-ciri karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Hasil yang dipelajari dari sampel tersebut dapat diberlakukan

untuk populasi atau dapat digeneralisasikan kepada pupulasi penelitian. Untuk itu

sampel yang merupakan representasi (mewakili) populasi yang baik sangat

tergantung pada sejauhmana karateristik sampel itu sama dengan karateristik

populasinya (Azwar, 2012: 79-80).

3. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik sampling

insidental yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

(48)

bila dipandang orang tersebut cocok untuk sumber data (Sugiyono, 2011: 124).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII F

yang kebetulan guru BK memiliki jam masuk dikedua kelas ini. Rincian jumlah

siswa tampak pada tabel berikut ini.

Table I.

Rincian Jumlah Subjek Penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner persepsi

siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,

namun dalam penelitian ini peneliti mengunakan kuesioner tertutup.

Siswa mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda centang (√) pada

alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan adalah sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan bobot tiap

alternatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2011: 135).

No Kelas Jumlah

1. VIII B 38 siswa

2. VIII F 38 siswa

(49)

Tabel 2.

Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban

S (Sangat

Setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

1. Favorabel 4 3 2 1

2. Unfavorabel 1 2 3 4

Item-item kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek kompetensi

kepribadian guru bimbingan dan konseling menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Konselor seperti tampak pada kisi-kisi kuesioner

berikut ini.

(50)

Tabel 3.

Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Kepribadian Guru BK

No Aspek-Aspek

Kompetensi Kepribadian Guru BK

Indikator Item Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,

kemaslahatan siswa. 30 dan 45

54

Bersikap demokratis terhadap siswa.

15 dan 55 31 dan 46

3 Menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat. 4 Menampilkan kinerja yang

berkualitas tinggi.

Cerdas. 6, 19, dan 58 35 dan 48 25 Kreatif-Inovatif. 20 dan 36 42

Produktif. 7 dan 59 37 dan 49

a. Peneliti menghubungi pihak sekolah SMP Maria Immaculata Yogyakarta

(51)

b. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk mengali data-data yang dibutuhkan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menjabarkan aspek-aspek kompetensi kepribadian konselor kedalam

indikator-indikator.

2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan

indikator-indikator kompetensi kepribadian konselor.

3) Expert judgment

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

pertimbangan parah ahli (Expert judgment). Peneliti meminta bantuan

kepada:

a) Nazarius Sudaryono, S.Pd., M.Si, selaku dosen pengampu mata

kuliah Bahasa Indonesia di Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dosen

memberikan penilaian terhadap tata bahasa yang digunakan dalam

kuesioner penelitian ini. Berdasarkan hasil penilaian ini yaitu ada

beberapa pernyataan yang tidak sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan (EYD), peneliti memperbaiki kembali tata bahasa

yang digunakan dalam kuesioner.

b) V. Suminah, S.Pd, selaku guru BK SMP Maria Immaculata

Yogyakarta. Guru BK memberikan penilaian terkait kesesuaian

antara isi kuesioner terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

(52)

kuesioner, guru BK menyetujui semua pernyataan yang ada dalam

kuesioner penelitian ini.

c. Uji coba alat

Uji coba alat (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas,

validitas, dan tingkat kesukaran alat. Uji coba kuesioner dalam penelitian

ini dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 07.00 – 10.15 WIB.

Jumlah subjek dalam uji coba kuesioner ini adalah 50 siswa dengan

rincian 25 siswa kelas VIII C dan 25 siswa kelas VIII A.

d. Validitas instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat digunakan untuk

memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini, mengunakan

pengujian validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan validitas

yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator keperilakuan

dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132).

Instrument yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan

valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α =

5%) dapat mengunakan rumus koefisien korelasi product moment

(53)

𝑟𝑋𝑌= 𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2

−( 𝑋2) 𝑁 𝑌2−( 𝑌)²

Ket:

𝑟𝑋𝑌 = korelasi produk moment

𝑋 = nilai setiap butir

𝑌 = nilai dari jumlah butir

𝑁 = jumlah responden

Sedangkan untuk mengukur koefisien korelasi validitas item,

digunakan SPSS 16 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Perhitung

validitas berdasarkan taraf signifikan (α = 5%) dengan jumlah subjek 50,

maka koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,279 (Sugiyono, 2011).

Jadi, apabila koefisien korelasi butir instrumen sama dengan 0,279 atau

lebih dari 0,279 (paling kecil 0,279), maka butir instrumen tersebut

dinyatakan valid. Namun apabila koefisien butir instrumen kurang dari

0,279, maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi

skor pada item dan mentabulasi data uji coba mengunakan microsoft office

excel 2007. Data yang telah ditabulasi, dimasukan ke dalam SPSS 16 untuk

menghitung validitas tiap butir instrument. Hasil perhitungan diperoleh 62

item yang valid dan 18 item yang tidak valid atau gugur. Rincian

rekapitulasi perhitungan taraf validitas uji coba instrumen dapat dilihat pada

(54)

Tabel 4.

Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen

No Aspek kompetensi

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

3. Menunjukan stabilitas dan

integritas yang kuat. 16 12 4

4. Menampilkan kinerja yang

berkualitas tinggi. 33 25 8

Jumlah 80 62 18

e. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran.

Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu

memberikan hasil ukur yang terpercaya atau disebut sebagai reliabel.

Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan

masalah eror pengukuran (error of measurement), sedangkan konsep

reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror

dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada

inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada

kelompok individu yang berbeda (Azwar, 2012: 134).

Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan teknik belah

(55)

r

i

=

2𝑟𝑏 1+𝑟𝑏

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluru instrument

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Hasil perhitungan reliabilitas mengunakan rumus Spearman

Brown dengan bantuan program computer SPSS memperoleh hasil

korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua 0,83,

kemudian nilai ini dimasukan dalam rumus Spearman Brown seperti

berikut ini.

Jadi, hasil perhitungan reliabilitas instrumen uji coba adalah 0.83

dengan klasifikasi tinggi menurut kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209)

sebagaimana tertera pada table berikut ini.

Tabel 5. Kriteria Guilford

NO Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

(56)

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Setelah kuesioner persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian

guru BK telah diuji validitas dan reliabilitas, maka butir item kuesioner

yang dikatakan valid dan reliabel bisa digunakan untuk penelitian. Jumlah

butir item kuesioner pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah 62 item. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober

2013. Sedangkan jumlah subjek yang mengisi kuesioner sebanyak 74

siswa dan 2 siswa tidak hadir.

E. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan untuk mengetahui persepsi siswa

kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014

terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling adalah

sebagai berikut:

1. Memberi skor pada setiap item yang sesuai dengan pilihan jawaban yagn

sudah tersedia yaitu Sangat Setuju (SS) = diberi skor 4, Setuju (S) = diberi

skor 3, Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2, dan Sangat Tidak setuju (STS)

diberi skor 1.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item

kuesioner dan skor rata-rata butir dengan mengunakan microsoft office

(57)

3. Menghitung uji koefisien validitas instrumen persepsi siswa kelas VIII

SMP Maria Immaculata Yogyakarta menggunakan rumus Product

Moment dari Pearson melalui program komputer SPSS 16.

4. Menghitung koefisien reliabilitas persepsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian guru bimbingan dan konseling dengan mengunakan rumus

Alpha Cornbach pada program komputer SPSS 16.

5. Mengkategorisasi frekuensi persepsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian guru bimbingan dan konseling dengan tiga kategori menurut

Azwar (2011: 106-110) yaitu kurang baik, cukup baik, dan baik seperti

tanpak pada tabel berikut ini.

Tabel 6.

Norma Pengolongan Kategorisasi

Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK.

Penghitungan Skor Item Keterangan

X

[

µ-1,0(σ)

]

Kurang Baik

[

µ-1,0(σ)

]

X <

[

µ+1,0(σ)

]

Cukup Baik

[

µ+1,0(σ)

]

≤ X Baik

Keterangan:

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang

dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

µ : Rata-rata teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari

skor maksimum dan minimum

Kategori tersebut di atas menjadi patokan dalam menentukan baik

(58)

kompetensi kepribadian guru BK. Kategorisasi subjek penelitian diperoleh

melalui perhitungan (dengan jumlah item 62) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 62 x 4 = 248

X minimum teoritik : 62 x 1 = 62

Luas Jarak : 248 – 62 = 186

σ : 186 : 6 = 31

µ : (248+62):2=155

Jadi, karena dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam tiga

kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi dalam tiga bagian

sebagai berikut:

Tabel 7. Kategori Subjek

Penghitungan Skor Item Rentang Skor Keterangan

X < [µ-1,0(σ)] <124 Kurang Baik

[µ-1,0(σ)]X < [µ+1,0(σ)] 124-186 Cukup Baik

[µ+1,0(σ)] X >186 Baik

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

mengelompokan skor subjek dalam kategorisasi atau skala persepsi siswa

terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui

perhitungan (dengan jumlah subjek 70) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 70 x 4 = 280

X minimum teoritik : 70 x 1 = 70

Luas Jarak : 280 – 70 = 210

σ : 210 : 6 = 35

Gambar

Grafik 2 : Persentase Capaian Skor Item Persepsi Siswa Terhadap
Table I. Rincian Jumlah Subjek Penelitian.
Penentuan Skor Setiap Alternatif JawabanTabel 2. .
Tabel 3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun untuk mempercepat hasil penjumlahan, digunakan algoritma penjumlahan dengan dimulai dari MSB  LSB.  Untuk mendapatkan hasil logaritma basis 2 dari

Jika di dalam agama Islam aliran sesat adalah aliran yang mengingkari es- ensi dari Islam itu sendiri, yang tidak se- suai dengan Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah SAW..

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014). Sebelum model regresi digunakan

Hal ini didukung dengan temuan di lapangan selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pictorial riddle siswa terlihat lebih aktif dan cenderung lebih siap

Dari hasil perhitungan dengan metode tenaga kerja berubah ini diketahui total ongkos produksi untuk bulan September sampai bulan Agustus 2003 2004 yaitu sebesar Rp

Kebangkitan rohani berdampak besar terhadap misi baik pada diri seorang misionaris yang membawa pesan Injil, kepada orang percaya yang dibangunkan tersebut, juga

Dengan mengetahui langkah-langkah dengan menggunakan pembelajaran metode inkuiri model Alberta akan terlihat bagaimana sikap peserta didik terhadap pembelajaran tersebut.