berjamaah dan berbagai aktivitas keagamaan yang berpusat dimasjid. Masjid juga sebagai pengembangan umat islam dari segi intelektual, emosional dan spiritual agar membentuk pribadi-pribadi yang berakhlaq baik dan mampu menghadapi perkembangan zaman dengan ilmu pengetahuan yang islami.
Masjid Astra adalah masjid perkantoran yang dikelola oleh Yayasan Amaliah Astra yang didirikan oleh PT. Astra Internasional Tbk. Masjid Astra sebagai pusat ibadah dan kajian Islam bagi para karyawan dan masyarakat Sunter. Yayasan Amaliah Astra dalam mengelola atau memenej aktifitas keagamaan di masjid Astra menggunakan fungsi-fungsi manajemen secara umum yakni POAC (Planning, Organizing, Actueting, Controlling ), namun dalam sistem pengawasan internal yang dilakukan Yayasan Amaliah Astra menggunakan sistem PDCA ( Planning, Do, Check, Action ), sehingga dapat mengukur progress kinerja para pengurus dan anggota.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis meneliti untuk mengetahui bagaimana aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra. Terkait aplikasi manajemen maka penulis memfokuskan pada fungsi-fungsi manajemen yakni planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan oleh masjid Astra.
Untuk mengetahui aplikasi manajemen masjid Astra, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati. Dari hasil yang diamati, penulis menilai bahwa aplikasi manajemen masjid Astra sudah cukup baik. Baik itu dari segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Apa lagi didukung dengan sistem PDCA dalam pengawasan internal Yayasan Amaliah Astra pada Masjid Astra Sunter, sehingga segala aktifitas dakwah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillah, segala puji serta rasa syukur yang teramat dalam, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad saw kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang berdakwah serta mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.
Penulis sangat berbahagia dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul ”Manajemen Masjid Astra dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter Jakarta Utara“. Dengan penuh perjuangan dan pengorbanan penulis lalui sehingga pada akhirnya dapat terselesaikan juga.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari segi moril maupun materil oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah Emod Nursomad dan Ibu Djuarsih yang memberikan banyak perhatiannya, pengorbanannya dan motivasinya sehingga penulis dapat tegar dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, I love abi dan umi.
3. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu dari segi administrasi dan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah.
5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah membantu penulis dalam administrasi di fakultas.
6. Dr. Idris Abdul Shomad MA. Selaku pembimbing yang telah bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan nasehatnya yang bermanfaat, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan perlindunganNya.
7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam memberikan reverensi buku- buku dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Syaefurrohman, Muhammad Syarif dan Ahmad Luthfy Achtar yang sudah berkenan mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di masjid Astra Sunter Jakarta Utara
teman-teman sehingga penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman aku seperjuangan angkatan 2005-2006 Manajemen Dakwah “B“. yang telah memberikan motivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi. Khususnya buat Anggriansyah yang gagah, Indrawan yang organisator dan Asif yang kalem serta Winarto yang tegas.
11. Terimakasih kepada para penguji yang sudah berkenan meluangkan waktu untuk dapat memberikan saran dan masukan.
12. Semua pihak yang membatu dan memotivasi serta memberikan kritik dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga amal baiknya diterima dan dilipat gandakan oleh Allah. Amin Ya Rabbal a’lamin.
Atas bantuan moril maupun materil semua pihak, penulis mengucapkan banyak terimakasih, semoga Allah memberikan kemudahan dalam hidupnya, diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya buat pembaca.
Jakarta, 11 Maret 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….. i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI……… v
Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..… ……. 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah………. 5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….. 6
D. Metode Penelitian……… 7
E. Tinjauan Pustaka……… 9
F. Sistematika penulisan……… 9
Bab II : TINJAUAN TEORITIS………. 11
A. Manajemen……… 11
1. Pengertian manajemen……… 11
2. Fungsi-fungsi manajemen……… 13
3. Unsur-unsur manajemen……….. 16
B. Masjid………. 18
1. Pengertian Masjid……….. 18
2. Fungsi Masjid………. 20
3. Peranan Masjid………... 22
C. Pengertian Manajemen Masjid……… 26
D. Pengertian Aktifitas Keagamaan………. 27
Bab III : GAMBARAN UMUM MASJID ASTRA……….. 36
A. Sejarah berdirinya Masjid Astra……… 36
B. Letak Geografis………. 39
C. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Astra……….. 39
D. Program Kegiatan Masjid Astra………. 41
E. Struktur kepengurusan Masjid Astra……… 42
F. Sarana dan Prasarana Masjid Astra………. 45
Bab IV: ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS KEAGAMAAN KARYAWAN… 48 A. Aplikasi Manjemen Masjid Astra Sunter……… 51
1. Planing ( Perencanaan )………. 51
2. Organizing ( Pengorganisasian )……… 71
3. Actuating ( Penggerakkan )……….. 73
4. Controling ( Pengawasan )……… 75
5. Analisis SWOT………. 77
B. Kegiatan Keagamaan di Masjid Astra Sunter………. 81
C. Faktor penghambat dalam Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara Penyelesaiannya……….. 83
Bab V : PENUTUP………. 84
A. Kesimpulan………. 84
B. Saran-saran……….. 85
Daftar Pustaka……… 86
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika Rasulullah tiba di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Mekkah,
program pertama yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mendirikan masjid
yang dikenal dengan Masjid Quba. Tujuan Rasulullah mendirikan masjid tersebut
adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT bagi orang-orang yang
beriman. Hal itu menggambarkan bahwa masjid adalah lembaga risalah yang
memiliki fungsi dan peran utama dalam membangun khoirul ummah.
Agar kebersamaan dalam perjuangan bisa termanifestasi, persamaan
persepsi perjuangan dan strateginya yang merupakan suatu yang harus dilakukan.
Masjid merupakan sarana yang paling tepat untuk melakukan itu, karena masjid
memiliki kedudukan yang penting dalam masalah ini, yakni sarana perjuangan
bagi umat muslimin.1
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang pertama dibangun oleh
Rasulullah SAW pada saat hijrah ke Madinah. Sebagaimana firman Allah SWT :
1
Ahmad Yani, Perjuangan Memakmurkan Masjid : Kajian Praktis Bagi Aktifis Masjid, ( Jakarta : Dea Press, 2000 ), Cet. Ke- 3
∫∇ ⊂〉≅…≅⎥ϖ≅≈Α ∫ℜ Β≅∫≥ ∫Α ∫⊄ ⎠ϕ≅≅⎠α 〉⇐ ⎮Α ⎠ℜ ⎮⊂≅∫∈≅⎮≈Α∫⊄
⎠⊃≅⎟>…≈Α Β≅⎠Ι ∫⊕≅∫↵ 〉Α ⎮⊕≅∫↵ ⎠⊃≅⎟>…≅≈Α∫φ≅⎠ς≅〉ν≅∫↵ ⌠ϕ≅⌠
ℵ≅⎮♦≅∫⊆ Β≅∫ℵ≅⎥≅℘⎠Α
⎮⊕≅⎠↵ Α⎮⊂≅⌠℘ ⎮⊂≅⌠÷⎥≅⊆ ⎮∅∫Α ∫≠⎠≅⋅≅Φ〉≈ ⊄⌠Α ©≅〉Φν≅
⎮♦≅∫↓ ∫⊃≅⎟>…≈Α ⎥⇐⎠Α ∫σ≅⎮β≅∫⊆ ⎮ℑ≅∫≈ ∫⊄ ∫∇ ⊂〉≅• ⎥λ≅≈Α ©∫≅
Μ 〉Α ∫⊄
∫⊕≅⎮⊆ ⎠φ≅∫Ν≅⎮∪≅≅⌠
ℵ≅≈⎮Α
Artinya : Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.( QS. At-Taubah : 18 )
Sebagai umat Islam, kita tidak boleh puas hanya sampai pada keberhasilan
membangun masjid yang megah, karena itu Rasulullah SAW mengingatkan agar
diperhatikan dan diupayakan juga pemakmuran masjid seoptimal mungkin
sesudah pembangunannya selesai. Karakter dan identitas seseorang yang hatinya
meyakini bahwasannya ia beriman kepada Allah dan hari akhir ialah orang-orang
yang senantiasa terpaut hatinya untuk memakmurkan masjid sebagai tempat
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesungguhnya orang yang beriman
akan mendapatkan pertolongan Allah di mana tidak ada pertolongan pada hari
kiamat yakni salah satunya orang yang memakmurkan masjid. Jangan sampai
sebuah masjid yang dibangun dengan megah dan indah, tetapi hanya sedikit orang
yang memakmurkannya. Rasulullah SAW bersabda :
ﱠ
ا
ﺎﻬ
ْوﺮ ْﻌﻳ
ﱠﺛ
ﺪﺠْﺴ ْﺎ
ن
ْﻮه
ﺎ ﻳ
ن
ﺎ
ز
سﺎﱠ
ا
ﻰ
ْ
ْﺎﻳ
ً ْ ﻗ
)
دواد
ﻮ ا
او
ر
Artinya : Sungguh akan datang pada umatku suatu masa di mana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit ( HR Abu Daud )
Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dan peran masjid pada masa ini, kita
harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana masjid difungsikan pada masa
Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.
Menurut Miftah Faridl: Masjid adalah peradaban Islam, bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim serta insan-insanperadaban Islam. 2
Kehidupan dan perkembangan Islam berpangkal di Masjid dan berujung di
Masjid. Dikatakan demikian, karena masjid merupakan awal kebangkitan umat
Islam mulai dari pembinaan generasi yang tangguh, tempat bermusyawarah, dan
juga sebagai tempat memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam.
Masjid secara sederhana mengandung arti dan fungsi sebagai tempat umat
Islam melaksanakan shalat berjamaah, berzikir, mengikuti khutbah jum’at serta
masjid juga sebagai tempat umat Islam melaksanakan ibadah sunnah yakni i’tikaf
di bulan Ramadhan.
Masjid mempunyai fungsi yang lebih luas dari itu. Sebagaimana kita
ketahui, pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya, masjid merupakan
satu-satunya pusat aktivitas umat Islam. Ketika itu, Rasulullah SAW memulai
membina para sahabat yang menjadi kader tangguh dan terbaik umat Islam
generasi awal untuk memimpin, memelihara dan mewarisi ajaran-ajaran agama
dan peradaban Islam yang bermula dari masjid.
Keberadaan masjid yang disebut sebagai “Rumah Allah“, selain
melambangkan eksistensi umat Islam, juga melambangkan kesatuan pengabdian
2
dan ketaatan manusia kepada Sang Khaliq yakni Allah SWT. Kesatuan dalam
aqidah maupun kesatuan dalam menjalankan prinsip-prinsip muamalat.
Dalam perjalanan sejarah dunia Islam, masjid yang eksis di tengah-tengah
umat pada kurun waktu berabad-abad yang silam di Timur Tengah, Asia Tengah,
Asia Selatan sampai Asia Tenggara telah mempotensikan masjid sebagai tempat
pendidikan. Pada masa itu banyak mu’minin yang menuntut ilmu di
masjid-masjid terpenting di Saudi Arab (Mekah dan Madinah), Kairo, Baghdad (Irak),
Cordova (Spanyol), dan lain-lain. Dan setelah itu mereka kembali ke tanah air
masing-masing sebagai agen perubahan, reformis Islam dan pejuang kemerdekaan
bagi bangsanya.3.
Seiring perjalanan waktu, maka kemajuan dan kesejahteraan umat Islam
seharusnya tetap berbasis di masjid. Jama’ah masjid adalah sumber daya umat
yang secara terus-menerus harus ditingkatkan kualitasnya, baik kualitas keimanan,
keislaman, akhlak/moral, tutur kata, kecerdasan maupun tingkat kesejahteraan
sebagai khairul ummah (umat terbaik) yang seharusnya menjadi uswatun hasanah
di tengah-tengah masyarakat heterogen.
Dilihat dari segi bangunannya Masjid Astra Sunter cukup megah dan
indah, namun tidak hanya keindahannya, manajemen yang diterapkannya pun
sangat baik, ini dilihat dari segi program kegiatan-kegiatannya yang dilaksanakan
begitu banyak serta pengurus yang konsisten dalam memakmurkan masjid.
Masjid Astra ini terletak di tengah-tengah pabrik industri yang berada
dijalan Gaya Motor Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan
Astra Internasional, karena letaknya di daerah pabrik industri kemungkinan
3
Ahmad Jauhari, Kumpulan Naskah Khutbah Juam’at Membentuk Genarasi Qur’ani,
orang yang datang ke masjid untuk sholat berjamaah dan mengikuti kajian-kajian
keislaman ke masjid Astra adalah para karyawan. Kita mengetahui bahwa
karyawan adalah orang yang bekerja di suatu lembaga / perusahaan yang rata-rata
berorientasi kepada maisyah atau finansial yang bersifat keduniawian .
Masjid Astra Sunter merupakan tempat ibadah dan peningkatan aktifitas
keagamaan bagi para karyawan yang berorientasi kepada ukhrawi atau yang
bersifat akhirat agar seimbang kebutuhan karyawan baik dari segi dunia maupun
akhirat maka pengurus masjid Astra mengoptimalkan fungsi masjid dalam hal
memakmurkannya
Dari permasalahan di atas penulis akan meneliti sejauh mana penerapan
Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter. Agar terbentuknya kesejahteraan lahir dan batin karyawan. Sehingga menjadi manusia yang bertaqwa yang mengharapkan hanya
keridhaan Allah SWT.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan konsistensi persoalan yang
dibahas, maka dalam skripsi ini penulis akan membatasinya pada masalah
manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan
Astra Sunter di Jakarta utara.
2. Perumusan Masalah
Agar dalam pembahasan lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu
menjawab permasalahan : Bagaimana Aplikasi Manajemen Masjid Astra Sunter
dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan Astra ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Akademik
Skripsi ini diharapkan dapat menambah cakrawala dan khazanah Ilmu
Pengetahuan khususnya Jurusan Manajemen Dakwah, dan umumnya pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta
b. Praktis
1.Untuk mengetahui aplikasi manajemen yang telah diterapkan oleh pengurus
Masjid Astra Sunter dalam menjalankan aktifitas dakwahnya.
2.Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Masjid
Astra Sunter dalam manajemen dakwah yang diimplementasikan serta
mencari tahu bagaimana penyelesaiannya dalam menghadapi
hambatan-hambatan tersebut.
3.Tujuan yang diharapkan dari penulis skripsi adalah memberikan saran
pemikiran bagi proses pengelolaan manajemen masjid Astra Sunter.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaatnya dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.Sebagai bahan acuan dalam rangka pengembangan kegiatan dakwah
karyawan di masjid Astra Sunter khususnya dan umumnya pada
2.Mendapatkan masukan berupa data-data yang akan dijadikan bahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3.Untuk menambah dan meningkatkan wawasan penulis tentang manajemen
Masjid Astra Sunter.
D. Metodelogi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Masjid Astra
Sunter Jakarta Utara sebagai sarana ibadah dan pengembangan, dalam hal ini
penulis mengambil data-data dari pimpinan dan pengurus Masjid Astra Sunter
Jakarta Utara .
b. Objek penelitian
Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini yaitu bagaimana aplikasi
manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan
Astra Sunter Jakarta utara.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif,
menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moeleong, Penelitian Kualitatif adalah
prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati.4
4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Observasi yakni penulis mendatangi langsung ke tempat penelitian di masjid
Astra Sunter guna memperoleh data yang tajam, akurat dan faktual tentang hal-hal
yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penulis juga melihat, mendengar dan
mengamati langsung dari dekat kegiatan kepengurusan masjid Astra .
b. Teknik Wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data yang objektif
mengenai program kepengurusan masjid dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada nara sumber tentang segala sesuatu yang
berkaitan langsung dengan penulis. Dalam hal ini dengan pimpinan dan pengurus
masjid Astra Sunter.
c. Teknik Dokumentasi
Yaitu peneliti mencari, membaca dan mempelajari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan tertulis seperti jurnal, buletin, agenda, notulen
rapat dan brosur yang terdapat di masjid Astra Sunter dan sebagainya.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis membatasi waktu penelitian pada bulan September sampai selesai,
adapun lokasi penelitian di Masjid Astra Sunter terletak di Jalan Gaya Motor
Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan Astra Internasional
4. Teknik Analisis Data
Dalam penulisan skiripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif,
dengan pendekatan deskriptif-analisis terhadap manajemen masjid Astra dalam
meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra. Penulis mencoba
memaparkan segala informasi yang didapat dengan menggabungkan data-data
yang telah diperolehnya.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis belum pernah menemui pembahasan yang sama mengenai
Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan
Karyawan PT Astra. Ada bahasan yang penulis dapatkan serupa dengan tema ini
dari sisi keilmuan Manajemen Masjid Yaitu:
• Arianto, Manajemen Masjid As-Sinah Dalam Meningkatkan Aktifitas
Keagamaan Pedagang Di Pusat Grosir Cililitan (PGC ) Jakarta Timur.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Manajemen Dakwah, Tahun 1428 H/
2007 M. Skripsi ini membahas tentang manajemen masjid secara
keseluruhan, Aplikasi bidang program, Aplikasi bidang kepengurusan,
sikap dan perhatian pengurus masjid, Analisis SWOT Masjid As-Sinah.
Namun, tema tersebut tidak mengurangi urgensi pembahasan dengan tema
yang penulis bahas kali ini, karena dari segi pembahasan objek yang ditelitinya
sungguh berbeda.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencantumkan sistematika
penulisan agar mempermudah dalam penyusunan skripsi, adapun penyusunan
skripsi ini di bagi ke dalam lima bab dengan rincian sebagi berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini menjelaskan pengertian manajemen, unsur manajemen,
fungsi manajemen, pengertian masjid, fungsi dan peranan, pengertian
manajemen masjid. Pengertian aktifitas keagamaan, pengertian
karyawan, dan karakteristik karyawan.
Bab III : Gambaran Umum Tentang Masjid Astra Sunter.
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Masjid Astra
Sunter yang meliputi : sejarah berdirinya masjid astra, letak geografis,
visi, misi dan tujuan Masjid Astra Sunter, program kegiatan Masjid
Astra, struktur kepengurusan Masjid Astra Sunter, sarana dan
prasarana Masjid Astra Sunter
Bab IV : Analisis Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas
Keagamaan Karyawan PT Astra Sunter. Bab ini membahas tentang:
Aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter; Planning (Perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakkan),
Sunter, Analisis SWOT Masjid Astra, Faktor-faktor penghambat
Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara penyelasaiannya.
Bab V : Penutup
Bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran, Daftar Pustaka serta
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Dari segi etimologi, manajemen berasal dari bahasa inggris berupa kata
kerja “ to manage“ yang sinonimnya antara lain to hand (mengurus), to control
(memeriksa), to guide (memimpin), jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.1
Sedangkan manajemen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti :
a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran.
b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2
Adapun pengertian manajemen mempunyai tiga pandangan, yaitu
manajemen sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas, dan manajemen
sebagai seni dan ilmu.
1
EK. Mochtar Effendi, Manajemen ; Suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
( Jakarta; Bharatara Karya Aksara, 1986), cet. Ke-1, h.9
2
DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990 ), Cet.
1. Manajemen sebagai suatu proses, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda, diantaranya yaitu :
a. George R. Terry, dikutip oleh Manullang dalam buku Dasar-Dasar
Manajemen : ”Manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber
lainnya.”3
b. Menurut James A.F. Stoner, seperti dikutip oleh A.M. Kadarman dan
Yusuf Udaya dalam buku Pengantar Ilmu Manajemen mengatakan bahwa
“Manajemen adalah proses merencanakan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan berbagai upaya dari organisasi guna tercapainya tujuan organisasi
yang telah ditentukan.”4
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas, adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi, dengan kata lain segenap orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dalam suatu lembaga tertentu. Dalam arti
singular (tunggal) disebut manajemen, menurut Prof Drs. Zaini Muchtarom,
“Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi
terciptannya tujuan organisasi secara efektif.”5
3. Manajemen sebagai suatu senidan ilmu. Chester I Barnard dalam bukunya The Function of the Executive, yang dikutip oleh Manullang mengakui bahwa manajemen itu adalah suatu “seni“ dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry
3
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996 ). Cet.
Ke-15. h. 4
4
A. M. Kadarman dan yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen ,( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), Cet. Ke-5 h.9
5
Fayol, Alfian Brown, Hororid Koontz, Cyryl O’Donnel, dan George R. Terry
yang dikutip juga oleh Manullung dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen
berpendapat bahwa “Manajemen itu adalah suatu seni sekaligus suatu ilmu”.
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil dan manfaat, sedangkan manajemen sebagai suatu ilmu
berfungsi menerangkan fenomena-fenomena (gejala-gejala), kejadian-kejadian,
keadaan-keadaan, jadi sifatnya memberikan penjelasan-penjelasan.“6
Dari beberapa definisi manajemen yang dipaparkan diatas, bahwasannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan kerja
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan baik dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan tindakan pengawasan, yang dilakukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam
manajemen, karena kegiatan di dalam suatu manajemen itu termasuk
fungsi-fungsi manajemen yang secara umum dikemukakan oleh George R.Terry terdiri
dari Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pelaksanaan), Controlling (pengawasan).
Adapun penjelasan atau pengertian dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu :
6
1. Planning (Perencanaan)
Planning atau disebut juga perencanaan adalah gambaran dari suatu
kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan
dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan
suatu imajinasi dan pandangan ke depan terarah berdasarkan penilaian yang
benar.7
2. Organizing (Pengorganisasian)
Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu
proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada
aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan
aktifitas-aktifitas tersebut.8
3. Actuating (Penggerakan)
Fungsi actuating meliputi kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan yang ada dalam struktur organisasi. Setelah diadakan pembagian
pekerjaan atau pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan
dan bertanggung jawab dalam pekerjaan. Bila rencana telah tersusun, struktur
organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah terisi, maka tugas
pimpinan untuk menggerakan atau mengarahkan bawahan agar tujuan perusahaan
dapat terlaksana dengan baik.
7
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta ; Bhatara Karya Aksara, 1986 ), h-75
8
4. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain.
Pengawasan atau bisa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kepada suatu kebenaran, pengoreksian
ini dilakukan ketika kegiatan sedang berjalan.
Fungsi manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi
kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang
didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan.9
Pengawasan bisa juga dikatakan proses aktif yang dilakukan dari mulai karyawan
sampai pimpinan perusahaan. Secara umum pengawasan dibagi tiga :
1. Pengawasan fungsional
Pengawasan ini dilakukan oleh pejabat-pejabat fungsional atau aparat
pengawasan, secara fungsional tugasnya memang mengawasi tugas-tugas
2. Pengawasan masyarakat
Pengawasan oleh masyarakat yang disampaikan melalui lisan kepada
aparat yang berkepentingan maupun tertulis melalui media cetak, radio dan lain
sebagainya.
3. Pengawasan melekat (WASKAT) dilakukan oleh atasan langsung terhadap
pelaksanaan pekerjaan bawahan, melekat pada jabatan yang dipegang oleh
pimpinan dan merupakan kewajiban yang bersifat mutlak yang dilakukan secara
terus-menerus. Prinsip waskat biasanya dilakukan secara berjenjang, harus
dilakukan oleh pimpinan di samping perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
9
diarahkan dan diupayakan supaya tidak terjadi penyimpangan harus bersifat
membina karyawan, dilaksanakan secara berkelanjutan.
Tolak ukur keberhasilan pengawasan adalah meningkatnya disiplin dan prestasi
kerja, minimnya penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan,
cepatnya penyelesaian perizinan dan pelayanan, semakin berkurangnya
kesalahan-kesalahan pekerjaan.
3. Unsur-unsur Manajemen
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasannya manajemen adalah suatu
proses pengaturan kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk mencapai
suatu sasaran dan tujuan tersebut maka memerlukan unsur-unsur manajemen
dalam pencapaianya.
Beberapa ahli telah menetapkan unsur-unsur manajemen yang terdiri dari :
man, money, material, machine, method, market (manusia, uang, barang, mesin, metode, pasar) yang dirumuskan menjadi 6 M.10
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur manajemen yaitu :
a. Man (Manusia)
Manusia adalah faktor pendukung yang sangat penting, berhasil atau gagalnya
suatu manajemen tergantung pada kemampuan manajer untuk mendorong dan
menggerakan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.
b. Money (Uang)
Dalam setiap kegiatan sangat diperlukan sekali uang agar kegiatan yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik serta dapat tercapainya suatu tujuan.
10
c. Material (Bahan-bahan)
Faktor material dalam suatu manajemen dapat diartikan sebagai bahan atau
data informasi yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan serta dapat
digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin.
d. Machines (Mesin)
Mesin adalah suatu jenis alat atau media yang dapat digunakan dalam proses
pelaksanaan kegiatan manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat
bantu berupa mesin.
e. Methode (Metode)
Metode adalah suatu cara yang sistematis agar tujuan yang ingin dicapai dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien. Metode harus disesuaikan dengan
perencanaan awal agar metode yang digunakan tepat pada sasaran
f. Market (Pasar)
Pasar merupakan tempat yang terpenting yang hendak dimasuki barang atau
jasa perusahaan agar hasil-hasil produksi dapat tersampaikan kepada para
konsumen11
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap lembaga
atau perusahaan perlu menerapkan unsur-unsur manajemen, agar tujuan yang
ingin dicapai dapat terlakasana dengan baik. Oleh karena itu, penerapan 6 M
sangat dibutuhkan bagi seorang manajer untuk keberhasilan dalam menjalankan
kegiatan.
11
B. Masjid
1. Pengertian masjid
Masjid berasal dari kata :
اًﺪﺠْﺴ
–
اًدْﻮﺠ
–
ﺪﺠﺴﻳ
–
ﺪﺠ
Masjid secara bahasa berarti tempat sujud, setiap tempat yang digunakan untuk
sujud dan setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah SWT. 12
Sebenarnya kata masjid itu tidak hanya terbatas kepada suatu bangunan
yang megah dan indah seperti dalam pengertian sekarang ini, namun mencakup
semua tempat di mana terjadi peristiwa sujud. Hal ini sebagaimana yang disinyalir
dalam sabda Rasulullah SAW :
ﻌ
ْﺖ
ْاﺎ
ﻷ
ْر
ص
ْﺴ
ﺠ
ًﺪ
وا
ﻃ
ﻬ
ْﻮ
ًر
ا
)
ﺴ
و
اور
(
Artinya : Telah dijadikan untukku ( dan untuk umatku ) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri. ( HR. Muslim )13
Sedangkan pengertian masjid secara istilah tempat sujud, yaitu tempat
umat Islam mengerjakan shalat, zikir kepada Allah SWT, dan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan dakwah Islamiyah.14
Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah
sebagaimana yang telah Allah firmankan di dalam surat An-Nur {24}: 36-37 :
Β≅⎠Ι Β≅∫∪≅⎮∈≅⎠↓ ⌠⊃≅∫≈ ⌠∴≅⎠⎟ϑ≅∫ν≅⌠⊆ ⌠⊃≅⌠ℵ≅⎮μΑ Β≅∫∪≅
⎮∈≅⎠↓ ∫ϕ≅∫• ⎮η∫≅⊆ ∫⊄ ∫♥≅∫↓ ⎮ϕ≅⌠Μ ⎮∅∫Α ⌠⊃≅⎟>…≈Α ∫∅ ⎠γ ∫Α
⎠⎠Π ⎮⊂≅⌠∈≅⌠Ι ⎮∉≅⎠↓ ⎠ϕ≅⎮• ⎠γ ⎮⊕≅∫♣ ⎞♥≅⎮∈≅∫Ι ∫⇐ ⎥⊄ ⎞∇ ∫ι
12
Karam al- Bustany, et al. al-Munjid al-Lughah wa al-A’lam. ( Beirut : Dar al-Masyiq 1986 ),Cet. Ke.28, h.321.
13
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1998), Cet. Ke-8, h.460) 14
Β≅∫ς≅⎠Μ ⎮ℑ≅⎠∪⎮≅∈≅⎠∪≅⎮…≅⌠Μ ⎥⇐ ⎞⎯ Β∫≅Υ ⎠ι (36) ⎠⎯Β≅≅∫υ
〉⇐⎮Α∫⊄ ⎠⎟⊄ ⌠φ≅⌠←≅⎮≈ ⌠Λ⎮⊂≅⌠…≅⌠×≅≈⎮Α ⎠⊃⎮≅∈≅⎠↓ ⌠Κ⎥
≅…≅∫×≅∫≅Ν∫Μ Β≅⌡↵ ⎮⊂≅∫⊆ ∫∅⎮⊂≅⌠↓ Β∫≅β≅∫⊆ ⎠∇ ⊂〉≅•⎥λ≅≈Α ⎠
∏Β≅Φ∫Ν≅⎮⊆⎠Α ∫⊄ ⎠∇⊂〉≅…≅⎥ϖ≅≈Α ⎠ℜΒ≅∫≥ ⎠Α ∫⊄ ⎠⊃≅⎟>…≈
(37) ⌠ιΒ≅∫ϖ≅≅⎮Ι ∫⇐⎮Α∫
⊄
Artinya : “Bertasbihlah kepada Allah SWT di masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-NYA di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah SWT, dan dari mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut suatu hari yang ( di hari itu ) hati dan penglihatan menjadi goncang (QS, An-Nur {24} : 36-37)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa masjid adalah rumah Allah SWT,
yang dibangun agar umat bertasbih kepada Allah, mendirikan shalat dan
menyembahnya dengan baik.15
Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qorni, “Masjid adalah tempat untuk saling
mengenal dan mengakrabkan diri di antara kaum Muslimin. Karena saat di dalam
masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang tidak hadir,
apakah mereka dalam kesusahan atau lainya, dengan demikian maka akan timbul
rasa at-tawun (tolong-menolong) sehingga dapat mempererat tali ukhuwah
(persaudaraan) dan memperkokoh rasa kasih sayang antar jama’ah masjid dari
kaum mu’minin.16
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
masjid adalah suatu tempat di mana seseorang dapat melakukan sujud,
15
Yusuf al-Qordhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet, Ke-1, h.7
16
Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid;Masjid dan Masyarakat Madani
merendahkan diri, dan menyembah Allah, serta tempat untuk memecahkan segala
permasalahan yang berkaitan dengan persoalan manusia.
2. Fungsi Masjid
Masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam, penting
dalam upaya membentuk pribadi dan masyarakat yang islami. Untuk bisa
merasakan urgensi tersebut, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya
dalam arti harus dioptimalkan dalam memfungsikannya.
Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketaqwaan, dan
setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah
sebabnya mengapa Rasulullah SAW meruntuhkan bangunan kaum munafik yang
mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan
bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid
yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum
munafik itu sebagai berikut :
⎮ι⎠Α ∫⊄ ∫⊕≅⎮∈≅⎠⊗≅⎠↵ ⎮⇔≅⌠ℵ≅≈⎮Α ∫⊕≅⎮∈≅∫Ι Β≅≅⌡×≅⎮⊆ ⎠ϕ≅
⎮°≅∫Μ ⎥⊄ Α⌡ϕ≅⎮°≅⌠• ⎥⊄Α⌡ι Α∫ϕ≅⎠ψ Α⌡φ≅⎠ς≅⎮ν≅∫↵ Α⎮⊄⌠η≅≅∫
β≅⎥ΜΑ ∫⊕≅⎮⊆ ⎠η≅⎥≈Α∫⊄©≅〉⊗≅⎮μ≅⌠Ζ≅⎮≈Α⎥⇐⎠ΑΒ≅Φ∫℘ ⎮ε∫ι∫Α
⎮∅⎠Α ⎥⊕≅≅⌠°≅⎠≅…⎮≅Ζ∫≅∈≅⎮≈∫⊄ ⌠⏐≅⎮ϑ≅≅∫≥ ⎮⊕≅⎠↵ _⊃≅∫≈ ⎮⊂
≅⌠μ ∫ι ∫⊄ ∫⊃≅⎟>…≈Α ∫Λ ∫ιΒ≅∫Ψ ⎮⊕≅∫ℵ≅⎠⎟≈Α⌡εΒ≅∫υ
∫∅ ⎮⊂≅≅⌠Ι ⎠η≅≅〉÷≅∫≈ ⎮ℑ≅⌠∪≅⎥℘⎠Α ⌠φ≅∫∪≅⎮ρ≅∫
⊆ ⌠⊃≅⎟>…≈Α∫⊄
Menurut Ustadz Ali Ath-Thanthawi berkata, “Masjid berfungsi sebagai
tempat beribadah umat islam, parlemen atau musyawarah, sekolah, tempat
berkumpul dan juga tempat untuk memutuskan perkara”.
1. Masjid sebagai tempat ibadah
Di masjid itulah kaum muslimin menghilangkan rasa dengki,
ketamakan, keinginan untuk berbuat jahat, dan kerusakan tepat ketika di depan
pintu masjid. Lalu ia memasuki masjid dengan hati terbuka untuk keimanan,
menghadapkan wajah ke langit dengan penuh kekhusyu’an, kemudian mereka
berdiri dalam satu shaf yang tidak membedakan antara yang besar dan yang
kecil, pemimpin dan orang bawahan, kaya dan miskin, kaki dan pundak
mereka saling bersentuhan, dan kening mereka semuanya ada di atas tanah.
Mereka sama kedudukannya dalam beribadah.
2. Masjid sebagai parlemen
Apabila ada masalah yang mencemaskan kaum muslimin atau ada
sesuatu yang menghalangi terlaksannya kebaikan kepada kaum muslimin,
maka akan dikumandangkan seruan “Ash-Shalaatu Jaami’ah“ (shalat berjamaah akan dilaksanakan). Maka semua orang akan berkumpul di masjid.
Di masjid pernah dilakukan pemilihan khalifah (presiden), dilakukan bai’at
(janji setia, atau sumpah), membahas perundang-undangan yang bersumber
dari syariat islam kemudian diumumkan kepada seluruh masyarakat.
3. Masjid sebagai tempat berkumpul
Apabila pimpinan pulang dari kunjungan kenegaraan, maka yang
politiknya di atas mimbar, dan menyiarkan strategi-strateginya apabila akan
terjadi peperangan. Maka berkibarlah bendera-bendera di masjid.
4. Masjid sebagai sekolah (tempat belajar dan mengajar)
Di masjid ditetapkannya dasar-dasar pengetahuan agama islam, dan dari
sanalah ilmu pengetahuan mencapai puncak dan kemajuannya. Masjid adalah
tempat diajarkan ilmu- ilmu yang bermanfaat, mulai dari ilmu Al-Qur’an, ilmu
hadits, ilmu hukum, ilmu bahasa, dan ilmu tentang alam semesta.
5. Masjid sebagai tempat pengadilan
Di masjidlah keluarnya sebuah keputusan yang paling adil dan paling
tegas. Di masjidlah tercatat lembar-lembar indah dalam sejarah pengadilan
manusia ditegakkan. Pengadilan antara rakyat jelata dengan amirul mukminin,
antara orang miskin dan pemimpin besar. Kemudian semuanya diputuskan
secara adil tanpa membedakan antara orang yang besar dan kecil
kedudukannya. 17
3. Peranan Masjid
Adapun peranan masjid yang ditulis oleh Moh. E. Ayub, di dalam bukunya
Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi para Pengurus. Secara garis besar ada dua yaitu:
1. Masjid sebagai Sumber Aktifitas
Dalam sejarah perkembangan dakwah Rasulullah SAW. Terutama dalam
periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya dimanfaatkan sebagai pusat
17
ibadah yang bersifat khusus, seperti sholat tapi juga mempunyai peranan sebagai
berikut :
a. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di Madinah, beliau
bukannya mendirikan benteng pertahanan untuk berjaga-jaga dari
kemungkinan serangan musuh tetapi terlebih dahulu membangun masjid.
b. Kalender islam yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal, permulaan tahun
Hijriyah selanjutnya jatuh pada tanggal Muharram.
c. Di Mekah agama Islam tumbuh dan di Madinah agama Islam berkembang.
Pada kurun pertama atau periode Makkiyah, Nabi Muhammad SAW
mengajarkan dasar-dasar agama. Memasuki kurun kedua atau periode
Madaniyah, Rasulullah SAW menandai tapal batas itu dengan mendirikan
masjid.
d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang-orang
Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah SWT;
dan
e. Masjid didirikan oleh orang-orang taqwa secara bergotong royong untuk
kemaslahatan bersama.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika
masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan
ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah
shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah / umat Islam. Sebab,
masjid merupakan integritas dan identitas umat islam yang mencerminkan tata
pada pola aktifitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktifitas
ukhrawi dan aktifitas duniawi.
Memasuki zaman keemasan Islam, masjid mengalami penyesuaian dan
penyempurnaan. Corak penyesuaian dengan tuntutan zaman yang terjadi itu tidak
kalah fungsionalnya dibandingkan optimalisasi nilai dan makna masjid di zaman
Rasulullah SAW. Dalam perkembangannya yang terkahir, masjid mulai
memperhatikan kiprah operasional menuju keragaman dan kesempurnaan
kegiatan. Secara garis besar operasionalisasi masjid terdiri dari :
1. Aspek Hissiyah (Bangunan)
Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakan gaya dan bentuk
arsitektur yang beraneka ragam. Terutama di kota-kota besar, banyak masjid yang
berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dari segi bagunan fisik masjid, Islam
tidak menentukan dan mengaturnya. Artinya, umat islam diberikan kebebasan,
sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah dan pusat kegiatan
umat Islam.
Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat
kegiatan umat , tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan
benar-benar disadari sejak awal. Jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang
yang diperingatkan oleh Nabi Muhammad di dalam hadisnya
“ Masjid-masjid dibangun megah, tetapi sepi dari pelaksanaan petunjuk Allah .”
( HR Baihaqi )
2. Aspek Maknawiyah ( tujuan )
Pada masa Rasulullah SAW, pembangunan masjid mempunyai tujuan,
a. Masjid dibangun atas dasar takwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat
ibadah dan pusat pembinaan jamaah/umat islam ( At-Taubah : 108 )
b. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan di kalangan umat
dan sengaja untuk menghancurkan umat Islam ( at-Taubah ; 107-108 )
Versi yang kedua ini khas motif orang-orang munafik, yakni mendirikan
masjid untuk maksud memecah belah umat Islam. Maka, masjid tersebut dijuluki
”masjid dhirar“ yang artinya “masjid membawa mudharat/kerusakan“. Atas tujuan sesat dan menyesatkan semacam ini, Rasulullah SAW diperintahkan Allah
untuk menghancurkan masjid tersebut. Jadi, di sini ditegaskan kaitan antara
pembangunan masjid dan tujuannya.
3. Aspek Ijtima’iyah ( segala kegiatan )
Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup
kelembagaan masjid itu sendiri. Di antara lembaga masjid yang
mengejawantahkan aspek kegiatan masjid itu adalah lembaga dakwah dan bakti
sosial, lembaga manajemen dan dana serta lembaga pengelolaan dan jamaah.
2. Masjid dalam Arus Informasi Modern
Islam sebagai agama universal (kaffah atau menyeluruh) ditakdirkan
sesuai dengan tuntunan tempat dan zaman. Ia sempurna sebagai sumber dari
segala sumber nilai. Di dalam islam tersedia prinsip-prinsip dasar kesempurnaan
itu, prinsip yang tidak akan mengalami perubahan sedikitpun sepanjang sejarah
sepotong-potong. Dan masjid merupakan sarana untuk pemahaman serta
pendalaman berbagai aspek keislaman tersebut.18
C. Manajemen Masjid ( Idarah Masjid )
Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip di dalam
buku Idarah masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan : “Manajemen Masjid
ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam
menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam.”
Dari sini, kita dapat merumuskan definisi lain. Idarah masjid adalah suatu
proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh
seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai
aktivitas yang positif.
Ada pula menurut Drs. Moh E.Ayub bahwa Idarah masjid adalah
usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya. Idarah
masjid disebut juga manajemen masjid pada garis besarnya dapat dibagai menjadi
dua bidang :
a. Idarah Binail Maadiy (Physical Management) adalah manajemen secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik masjid,
penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban, dan keindahan masjid,
pemeliharaan tata tertib dan ketentraman masjid, pengaturan keuangan dan
administrasi masjid, pemeliharaan agar masjid tetap suci, terpandang,
menarik, dan bermanfaat bagi kehidupan umat dan sebagainya.
18
b. Idarah Binail Ruhiy (Funcional Management) adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat
pengembangan umat dan kebudayaan islam seperti dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Idarah binail ruhiy ini meliputi pendidikan akidah
Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, penjelasan ajaran Islam secara teratur
menyangkut :
a. Pembinaan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat
b. Melahirkan fikrul Islamiyah dan kebudayaan Islam dan
c. Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.19
Bilamana masjid memiliki fungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan umat, sudah tidak mungkin lagi kalau kepengurusan masjid
ditangani oleh hanya satu atau dua orang. Diperlukan tenaga kepengurusan yang
jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Agar pengurus masjid dapat
bekerjasama dengan efektif dan efisien dalam menjalankan roda kepengurusan,
diperlukan mekanisme kerja yang baik. Untuk itu, manajemen masjid perlu
diterapkan.
D. Aktivitas Keagamaan
Aktivitas dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan,
kegiatan-kegiatan, kesibukan, atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang
dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga.20
19
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid petunjuk praktis bagi para pengurus..( Jakarta, Gema Insani Press, 1996) hal 33-35
20
Adapula pengertian aktivitas yang termaktup di dalam kamus Besar Ilmu
Pengetahuan, yakni kata aktivitas berasal dari kata Ing: activity, Latin: activus : aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan
dunia. Manusia mengalih wujudkan dan mengalahkan alam. Berkat aktivitas atau
kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap
mengembangkan proses historis-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan
kebutuhan.
Ada dua jenis aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Eksternal adalah jika operasi manusia terhadap objek-objek
menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki.
2. Aktivitas Internal adalah aktivitas yang menggunakan tindakan mental dalam
bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan
eksternal21
Pendapatnya Maslow dengan “Need Hierarchy Theory”yang menyebutkan bahwa manusia dalam aktivitasnya termotivasi oleh sejumlah “basic need”. Kebutuhan dasar menurut maslow ada lima yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keamanan
3. Kebutuhan rasa akan memiliki, dimiliki dan kasih sayang
4. Kebutuhan penghargaan dan
5. Kebutuhan mengaktualisasikan diri
21
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu, baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif,
aktivitas juga dapat terkait pula dengan lembaga atau organisasi.
Menurut Ensiklopedia Islam, kata “agama” dalam Bahasa Indonesia
berarti sama dengan kata “din” dalam bahasa Arab. Sedangkan kata “din” artinya
“menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan”. “Din” juga
membawa peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi,
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang
harus ditinggalkan.22
Religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah
relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari
religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.
Oleh karena itu agama di beri definisi-definisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
22
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib.
6. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.23
Pengamalan agama sebagai bagian dari religiositas di kemukakan antara
lain, oleh Glock and strak,menurut mereka terhadap 5 dimensi keberagamaan
yaitu : keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan dan dimensi
konsekuensi
Dimensi keyakinan diindikasikan bepegang teguh pada pandangan teologis
tertentu, dan mengakui doktrin-doktrin teologi tersebut. Dimensi praktek
Agama diindikasikan dengan teologi tersebut. Dimensi praktek agama
diindikasikan dengan mengerjakan atau adanya perilaku pemujaan / ritual dan
ketaatan agama yang dianut . Dimensi pengalaman diindikasikan dengan perasaan
, presepsi-presepsi dan sensasi-sensasi yang dialami yang mengkomunikasikan
esensi ketuhanan dan otoritas transendental. Dimensi pengetahuan diindikasikan
dengan pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan dan pengetahuan mengenai
ritur-ritur , kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi konsekuensi diindentifikasi
sebagai akibat dari : keyakinan keagamaan, praktek pengalaman dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari.
Disebutkan bahwa ada 5 aspek yang terkait dengan keagamaan , yaitu :
ideologi , ritual , intelektual , pengalaman keagamaan dan kegiatan keagamaan
23
sehari-hari( dalam Bafadal, ed 2003: 62). Aspek-aspek yang dimaksud . menunjuk
kepada ajaran agama sebagai pedoman hidup bagi manusia, pelaksanaan ibadah,
usaha memahami kitab suci dan kajian keagamaan secara umum untuk
meningkatkan pengetahuan dan penghayatan sosial. Adapun ekspresi pengalaman
keagamaan menurut Wach meliputi : pemikiran ( thought), tindakan (action) dan
persekutuan (followship) (dalam Djamil 2001:XXX)
Aspek keberagamaan menurut Glock and Strak dan ekspresi menjadi
dimensi pengalaman keagamaan menurut Wach diformulasikan menjadi dimensi
pengalaman agama menurut hasil pengkajian lintas agama dengan pimpinan
agama-agama resmi indonesia sebagai berikut :
a. Pelaksanaan ibadah secara rutin
b. Partisipasi dalam kegiatan atau upacara sosial keagamaan
c. Etika berpakaian
d. Menggantungkan harapan kepada Tuhan dan menjalankan aktivitas
sehari-hari menghadapi suasana gembira dan susah
e. Menjaga kesusilaan
f. Kegiatan soaial
g. Bantuan dana untuk kegiatan keagamaan
h. Langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan
keagamaan dan
i. Komunikasi dengan tokoh agama
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas keagamaan adalah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif yang
E. Pengertian dan Karakteristik Karyawan
Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor,
perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah), pegawai, pekerja.24
Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.25
Karyawan adalah orang yang banyak menyumbangkan tenaga dan jasanya
dalam suatu bentuk usaha, baik usaha pemerintah ataupun dalam usaha swasta dan
sebagai imbalan jasanya ia mendapatkan upah atau gaji.26
Secara umum (bukan mutlak) dalam suatu lingkungan pekerjaan, kita akan
menghadapi karakter-karakter karyawan sebagai berikut :
1. Patuh
2. Penjilat
3. Pemberontak27
Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja dilingkunagan suatu
organisasi ( disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja dan karyawan ). Unsur
manusia yang dilihat dari potensinya disebut sumber daya, berbeda dengan
sumber daya material. Manusia sebagai sumber daya bersifat potensial/ abstrak,
tidak dapat diukur dari jumlahnya. Potensi itu merupakan proses dan hasil
24
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta; Balai pustaka, 2007)
25
Malayu S.P Hasibuan , Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hal; 94
26
IG Wirsanto, Dasar-Dasar Manajemen Personalia ( Jakarta: Pustaka Dian, 2000) hal: 26
27
interaksi substansi fisik dan psikis, berupa kemampuan mencipta, kemampuan
mengkhyal, kemampuan berfikir, yang mengasilkan gagasan, kreativitas, inisiatif,
kemampuan memecahkan masalah, memprediksi, wawasan kemasa depan,
ketrampilan dan keahlian dan lain-lain. Kemampuan itu sangat tinggi nilainya,
jika dikongkritkan menjadi kegiatan bisnis yang kompetitif, sebagai kemampuan
yang tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena itu jumlah yang banyak tidak
akan berarti apabila bukan terdiri dari SDM yang potensial dan berkualitas
dimiliki oleh organisasi/ perusahaan, maka akan mampu mengantarkan
prganisasinya dalam mencapai sukses.28
Dalam kaitannya karakteristik karyawan maka adanya Study prilaku
ilmiahyang muncul karena dorongan psikologi tingkah laku ( Behavioral
Psychology ), namun dilakukan melalui pengintegrasian berbagai disiplin ilmu.
Berbagai disiplin ilmu sosial seperti psikologi industri, psikologi organisasi,
psikologi sosial, ilmu organisasi, ilmu komunikasi, teori prilaku dalam
berorganisasi, ilmu hukum, sosiologi dan lain-lain diintegrasikan dengan ilmu
biologi, mathematik, dan statistika, untuk memberikan makna prilaku manusia/
karyawan dalam bekerja secara eksak. Studi seperti itu berkembanga karena
didasari pendapat bahwa manusia memiliki unsur jasmaniah yang ikut
mempengaruhi prilakunya secara organk.Misalnya dalam mempelajari proses
kesadaran seseorang terhadap suatu perangsang (stimulus )yang menyentuh syaraf
mata atau pendengarannya, yang kemudian diteruskan oleh otak sebagai pusat
syaraf, yang dengan cepat mencernannya, kemudian memerintahkan salah satu
anggota tubuh memberikan respon.
28
4. Dengan mempergunakan berbagai disiplin ilmu itu, studi prilaku secara
ilmiah merekomendasikan bahwa industri atau prusahaan sebagai
organisasi merupakan suatu masyarakat yang memiliki budaya (kultur)
masing-masing yang unik. Dalam kondisi seperti ini suatu organisasi
bukan sekedar merupakan sistem sosial sebagai perwujudan hubungan
manusiawi yang statis dan rutin. Akan tetapi harus diterima kenyataan
bahwa kultur yang unik itu dipengaruhi pula oleh struktur dengan berbagai
jabatan, yang menempatkan seseorang pada posisi tertentu. Setiap posisi
mengemban kekuasaan atau wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda-beda, meskipun perangsangnya sama. Demikian pula dilingkungan para
pekerja yang tidak menempati salah satu posisi berdasarkan struktur
organisasi yang terdapat di perusahaan/ industri, yang dalam kultur yang
unik akan berbeda pula dalam memberikan respon terhadap suatu
perangsang. Disamping itu, karena teknologi dan jenis pekerjaan yang
berbeda-beda, maka keunikan kultur organisasi menjadi semakin
berkembang. Dalam kultur seperti itu sulit untuk dibantah bahwa
pengaruhnya berakibat pada semakin banyaknya variasi karyawan dalam
merespon suatu perangsang. Misalnya prilaku dalam menerima teknologi
baru untuk meningkatkan produktivitas, yang dpat menimbulkan berbagai
respon.
5. Oleh karena itulah pada fase ini studi prilaku menjadi penting, karena
bermaksud mengungkapkan cara merespon suatu stimulus (perangsang) yang
berlangsung dalam bentuk prilaku/ karakter atau cara bekerja sebagai individu
dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam prakteknya terdapat berbagai cara
yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui dampakna pada produktivitas
kerja. Beberapa cara itu antara lain dengan mempergunakan penekanan,
pemaksaan, berbohong, persekongkolan dan lain-lain yang dapat berakibat
buruk terhadap respon pekerja dalam melaksanakan tugasnya.29
29
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN KARYAWAN
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan laba (profit).
Dalam manajemen masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting. Pertama, pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. Kedua, memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan. Ketiga, dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. Dan keempat, perencanaan juga akan memudahkan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid.
Perencanaan kegiatan masjid yang matang, harus dilaksanakan dengan baik oleh pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengorganisasian yang solid bagi pengurusnya. Pengorganisasian masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan.
Dalam pengorganisasian masjid, langkah-langkah yang perlu ditempuh antara lain : Pertama, membagi dan atau mengelompokkan aktivitas pemakmuran masjid dalam satu kesatuan. Kedua, merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan masjid dan menempatkan personil pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya. Ketiga, memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan pengurus kepada staf-staf dan pelaksananya. Dan keempat, menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid.
memudahkan bagi pimpinan pengurus untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.
Selain pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dalam memanajemen masjid juga sangat penting karena pelaksanaan merupakan upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan pengurus masjid harus memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu. Dalam organisasi seperti kepengurusan masjid, kesadaran yang tinggi memang amat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan masjid akan berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi akan lahir dari keimanan yang mantap. Karena itu pengurus harus memiliki kemantapan iman kepada Allah SWT. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu penentu bagi suksesnya pelaksanaan aktivitas masjid, karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas-luasnya diantara sesama pengurus, baik melalui rapat, briefing, membuat nota, menelpon dan sebagainya. Di samping itu pemimpin harus selalu meningkatkan kemampuan kerja staf-strafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai.
kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid.
Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya aktivitas kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang ditetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan.
A. Aplikasi Manajemen Masjid Astra / Yayasan Amaliah Astra
Yayasan Amaliah Astra bersama Yayasan lain di jajaran Astra, merupakan wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan Corporate Social Responsibility perusahaan, khususnya di bidang sosial keagamaan
Tujuan didirikannya Yayasan Amaliah Astra adalah berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan.
Agar harapan dan tujuan yang direncanakan dapat diraih dengan efektif dan efisien, maka harus menggunakan manajemen yang baik. Dalam pengaplikasiannya, manajemen memiliki fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh karena itu, Yayasan Amaliyah Astra melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
kendaraan itu akan diarahkan. Dalam semua kegiatan yang bersifat manajerial, fungsi perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu dari fungsi-fungsi lainnya.
Perencanaan yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam rapat tahunan di lantai 6 Gedung A PT Astra Internasional, Tbk dan akta pernyataan keputusan Rapat Yayasan Amaliah Astra yang dikeluarkan oleh Notaris DKI-kota Jakarta P.S.A Tampubolon, maka telah ditetapkan susunan kepengurusan Yayasan Amaliah Astra yakni Pembina, Pengawas, dan Pengurus melalui Divisi Strategi dan Operasional telah menyusun program perencanaan dalam segi waktunya yakni jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang.
Bentuk-bentuk perencanaan yang disusun oleh Yayasan Amaliah Astra terdiri dari:
a. Adanya Tujuan atau objective. Tujuan merupakan sasaran kegiatan yang dilakukan dan diusahakan yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari Yayasan Amaliyah Astra ialah berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan. Semua anggota organisasi harus mengetahui tujuan yang hendak dicapai, agar aktivitas yang dilakukannya tidak saling bertentangan.
Ini semua dilakukan demi tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Kebijakan yang ditetapkan oleh ketua Yayasan Amaliah Astra yakni :
1. Program yang dilaksanakan oleh tiap-tiap divisi mampu memberikan kualitas keilmuan bagi karyawan dan masyarakat dari segi intelektual, emosional dan spiritual.
2. Setiap bulan dari pengumpulan zakat, infak dan shodaqoh, disalurkan untuk beasiswa bagi anak-anak dhu’afa.
3. Hasil dari keuntungan divisi usaha, disalurkan untuk biaya operasional Yayasan Amaliah Astra sebagai penunjang kegiatan-kegiatan yang direncanakan agar berjalan dengan baik.
4. Mengadakan evaluasi internal setiap minggu, dan bulan untuk melihat sejauh mana progress kinerja pengurus.
c. Strategi. Ia merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat. Penyesuaian ini dianggap penting karena timbulnya bermacam-macam reaksi. Karena itu dalam mengaplikasikan strategi, yang dilakukan Yayasan Amaliah Astra melalui divisi strategi dan operasional menyusun beberapa strategi dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: ketepatan waktu, ketepatan tindakan, ketepatan mengambil tindakan, dan lain sebagainya.
1. Pengurus Yayasan Amaliah Astra dapat menyusun program-program di setiap divisi baik divisi strategi dan operasional, divisi sosial dan religius, serta divisi usaha.
2. Menyiapkan pemanfaatan dan memelihara sarana dan prasarana Masjid Astra untuk setiap kegiatan yang dilakukan.
3. Mengadakan kajian keislaman rutin di Masjid Astra.
4. Membuat prosedur di berbagai bidang baik pemilihan muadzin, adzan, iqomat dan sholat zuhur, pemilihan penceramah, pengadaan khotib Jum’at, pelaksanaan sholat jum’at, penghitungan kotak amal, pelaksanaan sholat Tarawih, pemberian nomor surat.
5. Bagi karyawan Grup Astra dan masyarakat dapat berzakat melalui ZIS on line dengan website amaliah-astra.com.
e. Aturan atau rule. Aturan atau rule adalah suatu tindakan yang spesifik dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokan dalam suatu tindakan yang disebut prosedur.
f. Program. Program merupakan kombinasi antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai dengan suatu anggaran atau budget. Semua ini akan menciptakan suatu tindakan. Program atau kegiatan yang direncanakan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam meraih tujuan yakni berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan yang ingin dicapai secara efektif dan efisien.
Operasional, Divisi Sosial dan Religius, serta Divisi Usaha. Program dari tiap-tiap divisi yaitu :
1. Divisi Strategi dan Operasional Yayasan Amaliah Astra. Program yang akan diadakan antara lain :
A. Penerbitan Amaliah News
Amaliah News sebagai media komunikasi Astra yang memberikan informasi-informasi kegiatan dari Yayasan Amaliah Astra, sebagai transparansi program yang telah direncanakannya, Amaliah News terbit 3 bulan sekali, edisi pertama pada bulan Oktober 2004, kedua terbit 02 Mei 2005 dan terbit lagi edisi Amaliah Astra pada bulan Juli - September 2009 yang konten informasinya berisikan Pembinaan Beasiswa dengan tema “Setitik Bahagia Untuk Dhu’afa”. Peluncuran website www.amaliah-astra.com, ZIS Online yang memfasilitasi bagi yang pernah berzakat atau berinfak di Lazis Yayasan Amaliah Astra dilampirkan pula form donasi bagi yang ingin berzakat atau berinfak . Anggaran pembuatan Amaliah News setiap priode berbudget Rp. 15.000.000,-
B. Create positive network (Membangun jaringan kerja yang baik)
mengimplementasikan program-program yang telah disusunnya sehingga dapat berjalan dengan baik.
C. Audit internal kinerja
Audit internal kinerja Yayasan Amaliah Astra bertujuan menilai sejauh mana progress dari setiap kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan untuk melihat kualitas kinerja dari Yayasan Amaliah Astra dan review audit ini dilakukan setiap bulannya. Audit internal kinerja ini menggunakan sistem PDCA
yaitu Plan (Perencanaan), Do (Melakukan), Check (Pemeriksaan), Action (Tindakan).
D. Pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh dari karyawan Astra.
Untuk mendukung rencana program pembentukan Badan Amal Zakat, Infak dan Shodaqoh yang mandiri, maka pengurus Yayasan Amaliah Astra ikut serta dalam pelatihan pengelolaan zakat lingkungan perkantoran yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Yayasan senantiasa menggandeng PERISAI dalam keterlibatan kepengurusan dalam setiap agenda kegiatan yang relevan dengan kegiatan PERISAI.
mengenai pembentukan dan perizinan yang diperlukan dengan Departemen Agama Jakarta utara.
Adapun latar belakang didirikannya LAZIS adalah : 1. Adanya Program ZIS Perisai
2. Potensi dana umat yang besar
3. Maksud dan tujuan didirikannya Yayasan 4. Muzaki belum “tahu “
5. Muzaki belum “Sadar” 6. Muzaki belum “ Percaya “
Adapun tujuan didirikannya LAZIS ini antara lain adalah : 1. Menjamin kepastian dan disiplin diri Muzaki
2. Mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam penggunaan zakat menurut skala prioritas.
di lingkungan karyawannya. Roadshow ke Auto 2000 di sunter dan roadshow ke PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Selain itu, bagi karyawan dan masyarakat yang ingin berzakat atau berinfak, terdapat