SKRIPSI
PENGARUH PENETAPAN MARGIN MURABAHAH TERHADAP
PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH DI BANK BUKOPIN
SYARIAH MEDAN
OLEH
MUHAMMAD AZHARI NASUTION
060501022
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
ABSTRAK
Perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan
murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam
penyaluran dana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Margin Murabahah
mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Hipotesanya adalah seberapa besar pengaruh antara Penetapan Margin
Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Terdapat tingkat
keuntungan (profit) mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa margin murabahah, profit target, ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat keuntungan yang diinginkan oleh bank mempengaruhi secara lemah tingkat margin murabahah untuk kepemilikan rumah. Dengan tingkat signifikansi yang diatas 0,000, yaitu 0,314 maka hal tersebut menggambarkan pengaruh profit target terhadap margin murabahah untuk kepemilikan rumah memiliki korelasi positif, meskipun tingkat signifikansinya tidak terlalu berpengaruh.
Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Sedangkan secara keseluruhan, dilihat dari jumlah t hitung yang amat besar, menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh secara signifikan dengan margin pembiayaan murabahah untuk produk pembiayaan pemilikan rumah yang dikeluarkan oleh Bank Bukopin Syariah Medan.
Kata kunci: Margin Murabahah, Pembiayaan mudharabah.
ABSTRACT
The development of Islamic Banking, it appears that Murabahah financing plays an important role that provides the largest portion of the funds. The purpose of the study was to determine margin Murabahah financing product affect home ownership.
The hypothesis is how much influence the determination of the product margin financing Murabahah home ownership. There is a level of profit affect home ownership financing product.
Based on the estimation result, its indicates that the margin of Murabahah, profit target, it has positive and significant impact on the desired profit level influences weak banks Murabahah rate margin for home ownership with a significance level above 0.000, which is 0.314 then it illustrates the effect on the target profit margin Murabahah for home ownwership has a positive correlation, although the significance level is not very influence.
Financing home ownership products. While overall, it seem from the number of very large t count indicate that the four independent variabels significantly with margin financing Murabahah financing for home ownership products issued by the Syariah Bukopin Medan.
Keywords: Margin Murabahah, Mudharabah Financing
KATA
PENGANTAR
Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar Muhammad SAW yang
sama‐sama kita harapkan syafa’atnya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Penetapan Margin Murabahah
terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin Syariah Medan”
ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari
program pendidikan Srata‐1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata
sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan
dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan
yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan sebagai acuan bagi penulis di
masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar‐
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Ayahanda
H. Irawan Surya Nasution, SE serta Ibunda Hj. Syahlisniari Nasution yang telah
banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, do’a dan semangat serta
motivasi baik moril maupun materi kepada penulis selama ini.
2. Bapak Alm. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir
Hakim Nasution, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc. PhD, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi
Hidayat, SE, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dosen pembimbing penulis yang telah dengan keikhlasan hati membimbing
penulis dengan banyak memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran
selama proses penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah
memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini.
7. Kepada Staf dan karyawan Bank Bukopin Syariah Medan, yang telah banyak
membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah
diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.
Medan, April 2012
Penulis
(M. Azhari Nasution)
NIM: 060501022
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
...
i
ABSTRACT...
ii
KATA
PENGANTAR
...
iii
DAFTAR
ISI
...
vi
DAFTAR
TABEL...
ix
DAFTAR
GAMBAR...
x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
...
1
1.2
Perumusan
Masalah
...
4
1.3
Hipotesis
...
5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5
Manfaat Penelitian ... 6
2.1.1 Pengertian Pembiayaan ... 7
2.1.1.1 Tujuan pembiayaan ... 8
2.1.1.2 Fungsi pembiayaan ... 10
2.1.1.3 Tatacara Pengajuan Permohonan Pembiayaan ... 12
2.1.2. Pengertian Murabahah ... 13
2.1.3. Pengertian Pembiayaan Murabahah ... 19
2.1.4. Skema Pembiayaan Murabahah ... 20
2.1.5. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah ... 20
2.1.6. Manfaat dan Resiko Murabahah ... 23
2.2. Margin Murabahah ... 26
2.2.1.
Pengertian Margin Murabahah ... 262.2.2. Metode Penentuan Margin ... 29
2.3. Perbankan Syariah & Sektor Perumahan ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...
35
3.2. Jenis dan Sumber Data ...
35
3.3. Pengelolaan Data ...
36
3.5. Model Analisis ...
36
3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 37
3.6.1. Uji Multikolinieritas ... 37
3.6.2. Uji Linieritas ...
38
3.6.3. Uji Autokorelasi ...
38
3.7. Metode Analisis ...
39
3.8. Batasan Operasional ...
39
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 41
4.1.1. Gambaran Umum Bank Bukopin Syariah Medan ... 41
4.2 Pembiayaan Kepemilikan Rumah ... 46
4.3 Visi & Misi ... 47
4.4 Perkembangan Margin Murabahah ... 50
4.5 Perkembangan Produk Pembiayaan kepemilikan rumah ... 54
4.6 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data ... 55
4.6.1 Pengujian Pengaruh Variable Bebas Terhadap Variabel Terikat 55 4.6.2 Interprestasi Hasil Estimasi ... 56
4.6.4 Analisis Overall – Test ... 58
4.7 Uji Asumsi Klasik ... 59
4.7.1 Multikollinieritas ... 59
4.7.2 Korelasi Serial (Autokorelasi) ... 60
4.8 Uji Linieritas (Ramsey Reset Test) ... 60
BAB V : PENUTUP ... 62
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1. Perkembangan Margin ... 43
4.2 Perkembangan pembiayaan kepemilikan rumah ………….. ... 47
4.3 Hasil estimasi pengaruh penetapan margin murabahah terhadap
produk pembiayaan kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah
Medan dengan metode OLS ... 51
4.4 Hasil Estimasi Correlation Matrix ... 53
4.5 Hasil Estimasi Uji LM Test ... 58
4.6 Hasil Estimasi Ramsey Test ... 61
DAFTAR
GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Pembiayaan Murabahah ………... 19
2.2 Skema Kerja Murabahah……… 26
ABSTRAK
Perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan
murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam
penyaluran dana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Margin Murabahah
mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Hipotesanya adalah seberapa besar pengaruh antara Penetapan Margin
Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Terdapat tingkat
keuntungan (profit) mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa margin murabahah, profit target, ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat keuntungan yang diinginkan oleh bank mempengaruhi secara lemah tingkat margin murabahah untuk kepemilikan rumah. Dengan tingkat signifikansi yang diatas 0,000, yaitu 0,314 maka hal tersebut menggambarkan pengaruh profit target terhadap margin murabahah untuk kepemilikan rumah memiliki korelasi positif, meskipun tingkat signifikansinya tidak terlalu berpengaruh.
Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Sedangkan secara keseluruhan, dilihat dari jumlah t hitung yang amat besar, menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh secara signifikan dengan margin pembiayaan murabahah untuk produk pembiayaan pemilikan rumah yang dikeluarkan oleh Bank Bukopin Syariah Medan.
Kata kunci: Margin Murabahah, Pembiayaan mudharabah.
ABSTRACT
The development of Islamic Banking, it appears that Murabahah financing plays an important role that provides the largest portion of the funds. The purpose of the study was to determine margin Murabahah financing product affect home ownership.
The hypothesis is how much influence the determination of the product margin financing Murabahah home ownership. There is a level of profit affect home ownership financing product.
Based on the estimation result, its indicates that the margin of Murabahah, profit target, it has positive and significant impact on the desired profit level influences weak banks Murabahah rate margin for home ownership with a significance level above 0.000, which is 0.314 then it illustrates the effect on the target profit margin Murabahah for home ownwership has a positive correlation, although the significance level is not very influence.
Financing home ownership products. While overall, it seem from the number of very large t count indicate that the four independent variabels significantly with margin financing Murabahah financing for home ownership products issued by the Syariah Bukopin Medan.
Keywords: Margin Murabahah, Mudharabah Financing
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga dan beroperasi
berdasarkan konsep murabahah dan musyarakah, dan konsep ini dijalankan dengan sistem Profit and Loss sharing (PLS) atau bagi hasil, baik hasilnya berupa keuntungan ataupun kerugian (Firdaus, 2000).
Pembiayaan murabahah sampai saat ini masih merupakan pembiayaan yang dominan bagi perbankan syariah di dunia, tetapi banyak kritikan dilontarkan pada bank
syariah dalam masalah penetapan margin keuntungan. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan produk pembiayaan kredit berbunga flat (datar) pada bank konvensional (http://adln.lib.unair.ac.id).
Seharusnya pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah sebaiknya
dalam bentuk pembiayaan yang berbentuk profit and loss sharing, akan tetapi konsep pembiayaan yang ideal ini sampai sekarang masih sulit dilaksanakan karena penuh
dengan resiko dan ketidakpastian. Selain itu mereka yang mendapatkan pembiayaan dengan konsep ini juga masih suka merasa mendapatkan kerugian ketika nisbah bagi
hasil dibagikan. Hal itulah yang menyebabkan pembiayaan yang ada pada perbankan
syariah masih didominasi oleh pembiayaan non bagi hasil (PLS) yaitu akad yang
berdasarkan prinsip jual beli seperti murabahah. Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank Indonesia pada Februari 2007 menunjukkan
diberikan hanya sekitar 30% dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini dapat dilihat
bahwa rata‐rata para pengelola perbankan syariah masih sangat memperhatikan aspek
kehati‐hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Dari data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk
pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah.
karena murabahah adalah pembiayaan investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit and Loss Sharing (PLS) cukup memudahkan. Kemudian mark up yang ada di dalam pembiayaan murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan bahwa bank syariah memperoleh keuntungan yang sebanding
dengan bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank‐bank syariah.
Murabahah juga menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari berbagai
bisnis yang dijalankan dengan sistem PLS. Dan yang terakhir murabahah tidak memungkinkan bank‐banksyariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena pihak
bank bukan merupakanmitra nasabah, akan tetapi hubungan yang terjadi adalah
hubungan antara kreditur dan debitur. Posisi ini jelas lebih disukai oleh pihak bank,
karena pihak bank menjadi pihak yang cukup menentukan. Inilah yang membuat
murabahah mengalahkan pembiayaan yang berbasis Profit Loss Sharing (PLS) sehingga keuntungan bank yang terbesar juga berasal dari keuntungan murabahah.
sebagai mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para shahibul mal, yaitu para deposan dan penabung mudharabah. Semakin tinggi margin yang diminta bank kepada nasabah pembeli (murabahah) berarti semakin besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada para shahibul‐malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat dipertahankan jumlahnya malah diharapkan semakin meningkat. Selain itu, saat ini para bankir
perbankan syariah nampaknya masih sangat berhati‐hati dalam mengivestasi dananya
pada pembiayaan murabahah.. Keraguan ini terjadi karena tingginya risiko yang dihadapi bank syariah terutama tingkat kejujuran dari para mudharib atau mitra, ditambah lagi kondisi sektor riel yang masih belum pulih dari krisis ekonomi dan
moneter.
Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank
syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah di mata para nasabahnya pada
umumnya dan umat Islam pada khususnya maka perlu secara transparan diketahui dan
diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah. Termasuk bagi produk
pembiayaan pemilikan rumah yang juga menggunakan skim murabahah.
Prospek pembiayaan pemilikan rumah ini sendiri sangat besar mengingat
banyak sekali kalangan masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan menggunakan
transaksi yang sesuai dengan landasan syariah. Selain itu juga terdapat beberapa alasan
terjunnya pembiayaan perbankan syariah ke dalam sektor perumahan dan properti,
1. Besarnya pasar perumahan nasional.
2. Potret pertumbuhan sektor property.
Menurut Akhmadi (2004), pada umumnya dan sektor perumahan pada
khususnya sangat memberikan nilai tambah bagi perkembangan perbankan syariah
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan
syariah untuk membiayai berbagai sektor konsumtif dan produktif yang menggunakan
layanan dan jasa bank syariah. Salah satunya adalah untuk kebutuhan pembelian rumah.
Tidak heran bila pada akhirnya perbankan syariah juga mengeluarkan pembiayaan ini
dengan namanya pembiayaan pemilikan rumah.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu proses
penetapan profit margin pada produk murabahah bank syariah, maka dirasa perlu penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”Pengaruh Penetapan Margin
Murabahah terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin
Syariah Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis
mengemukakan masalah yang menjadi objek analisis. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah Margin Murabahah mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah?
1.3 Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada
yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data‐data yang terkumpul. Berdasarkan
perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut: Seberapa besar
pengaruh antara Penetapan Margin Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Penetapan Margin Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi perbandingan yang berkaitan
dengan penetapan margin murabahah dan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan
peneliti lainnya yang menganalisa masalah yang berkenaan dengan penetapan
margin murabahah dan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
3. Sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi
penulis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pembiayaan Murabahah
2.1.1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan murabahah merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu yang ditambahkan diatas biaya perolehan, di mana pelunasannya dapat
dilakukan secara tunai maupun angsuran (Yumanita, 2005:27).
Dalam operasionalnya Bank Konvensional memberikan kredit kepada
peminjam atau debitur, sedangkan bank syari’ah/BMT memberikan pembiayaan kepada nasabah yang akan dibiayai atau mitra. Pembiayaan menurut Muhammad
(2005:17), menyatakan bahwa: “ Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.”
Pembiayaan menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat(12) tentang
perbankan yang dikutip oleh Hafidhuddin (2003:221), menyatakan bahwa:
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
merupakan pendanaan penyediaan uang yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan dan mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan/ pembagian hasil keuntungan.
2.1.1.1. Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan menurut Muhammad (2005:17)
dikelompokan menjadi dua tujuan pembiayaan, yaitu:
a. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro
b. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro”
Adapun penjelasan dari kedua tujuan pembiayaan di atas
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, pembiayaan
bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang
tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan
mereka dapat melakukan akses ekonomi, dengan demikian dapat
meningkatkan taraf ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya:
untuk pengembangan usaha membutuhkn dana tambahan. Dana
pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana sehingga dapat tergulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya
pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu
meningkatkan daya produksinya sebab upaya produksi tidak akan
dapat berjalan tanpa adanya dana.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan
dibukanya sektorsektor usaha melalui penambahan dana
pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap tenaga
kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja
baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat
usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka
akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan
merupakan bagian dari pendapatan masyarakat, jika ini terjadi
maka akan terdistribusi pendapatan.
2) Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro, pembiayaan
bertujuan untuk:
a.Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang
dimiliki tujuan tertinggi yaitu menghasilkan laba usaha, setiap
Untuk dapatmenghasilkan laba yang maksimal maka mereka perlu
dukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar
mampu menghasilkan laba maksimum, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal
usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya: sumber daya
ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika
sumber daya alam dan sumber daya manusia ada serta sumber daya modal
tidak ada maka dipastikan diperlukan pembiayaan, dengan demikian
pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber‐sumber
daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan
masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak
yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme
pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan
penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
2.1.1.2. Fungsi pembiayaan
Fungsi pembiayaan menurut Muhammad (2005:19), adalah
sebagai berikut:
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam presentasi tertentu
ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan
produktivitas.
2) Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah
bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut mengikat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/ goreng.
3) Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan
lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan
berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan usaha
Bantuan pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada pengusaha
digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya
sehingga para pengusaha tidak perlu khawatir kekurangan modal dan ini
akan menimbulkan kegairahan yang meluas dimasyarakat untuk sedemikian
rupa meningkatkan produktivitasnya.
5) Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah‐langkah stabilitas
pada dasarnya diarahkan pada usaha‐usaha pemenuhan kebutuhan‐
kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk
usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan
yang penting.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pembiayaan nasional
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja
berusaha untuk meningkatkan usahanya, peningkatan usaha berarti profit. Dan apabila rata‐rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/
karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara
melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan pengguna devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga langsung atau tidak melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.
2.1.1.3 Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembiayaan
Dalam setiap Bank pastilah memiliki ketentuan atau tatacaranya
sendiri yang diterapkan untuk memberikan pengajuan permohonan
pembiayaan. Tatacara pengajuan permohonan pembiayaan menurut
Sudarsono (2003:80), yaitu:
a. Permohonan kredit
b. Penyidikan dan analisis kredit
c. Keputusan (penolakan atau penerimaan) ats permohonan kredit
d. Pencairan fasilitas kredit
e. Pemantauan atau pelunasan
f. Lancar
g. Kurang lancer
h. Diragukan
i. Macet”
2.1.2 Pengertian Murabahah
Murabahah asal kata dari ism masdar yang berarti : sesuatu yang tumbuh dalam dagangan, maka bagi orang Arab seseorang itu dianggap untung
kalau aset dagangannya tumbuh/bertambah, hal ini senada dengan ayat Al‐qur'an artinya : maka tidaklah bertambah (untung) perniagaan mereka. Para ahli bahasa
Arab mengomentari bahwa: dikatakan murabahah (saling meguntungkan) karena masing‐masing dari pihak pembeli dan pihak penjual saling menguntungkan,
penjual bertambah modal dagangannya dan pembeli bertambah aset usahanya. Murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus memberi
tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya (Antonio, 2004:101).
Murabahah adalah akad jual beli dengan mengadakan perolehan dan
definisinya disebutadanya “keuntungan yang disepakati” karakteristik murabaha
adalah si penjual harusmembeli tahu pembeli tenteng harga pembelian barang dan
menambahkan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Harga
yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus
diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu
merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka
pembagian potongan tersebutdilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam
akad.
Murabahah juga merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang harus
tunduk pada kaidah dan hukum umum jual beli yang berlaku dalam mumalah
islamiyah. Dalam perkembangannya, murabahah kemudian digunakan oleh
perbankan syari'ah dengan menambahkan beberapa konsep lain sehingga menjadi
bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana
membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang
membutuhkan pembiayaan. Bank kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut
dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan
mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai atupun cicil.
Murabahah merupakan bentuk pembiayaan yang diperbolehkan oleh
para ulama dengan syarat‐syarat tertentu. Apabila syarat‐syarat ini tidak terpenuhi,
maka murabahah tidak boleh digunakan dan cacat menurut Syari'ah. Mekanisme
pembiayaan murabahah mempunyai beberapa ciri atau elemen dasar. Agar
maka Dewan Syari'ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa tentang ketentuan umum
murabahah sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
f. misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
g. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
h. harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus
i. memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
j. yang diperlukan.
k. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
l. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
m. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip
menjadi milik bank.
Bank‐bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien tersebut
digunakan dalam perbankan Islam, ditemukan terutama berdasarkan dua unsur,
yaitu yang pertama adalah harga beli dan biaya yang terkait, dan yang kedua adalah
kesepakatan berdasarkan mark‐up (keuntungan) (Saeed, 2003:138).
Murabahah menurut Zulkifli (2003:21), menyatakan bahwa:
“Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga
perolehan barang tersebut kepada pembeli.” Murabahah menurut Hamidi (2003:81) menyatakan bahwa: “Murabahah adalah istilah dalam fiqih islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan
barang, meliputi harga barang dan biaya‐biaya lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan akad jual beli yang harga jualnya ditambah keuntungan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Adapun kelebihan kontrak murabahah (pembayaran yang ditunda) menurut Saeed (2003:139) adalah sebagai berikut :
a)
Pembeli mengetahui semua biaya yang semestinya, serta mengetahui harga
pokok barang dan keuntungan
(mark-up)
yang diartikan sebagai prosentase
harga keseluruhan dan ditambah biaya-biayanya.
b)
Subyek penjualan adalah barang atau komoditas.
c)
Subyek penjualan hendaknya memiliki penjual dan dimiliki olehnya dan ia
d)
Pembayaran yang ditunda
Bank‐bank Islam pada umumnya menggunakan murabahah sebagai metode utama pembiayaan, yang merupakan hampir tujuh puluh lima persen dari asetnya.
Beberapa alasan diberikan popularitas murabahah dalam pelaksanaan investasi perbankan Islam di antaranya :
1.
Murabahah
adalah mekanisme penanaman modal jangka pendek jika
dibandingkan dengan pembiayaan
mudharabah
atau
musyarakahMark-up
dalam
murabahah
dapat ditetapkan dengan cara menjamin bahwa bank mampu
mengembalikan dibandingkan dengan bank-bank yang beroperasi dengan
system bunga, di mana bank-bank Islam sangat kompetitif.
2.
Murabahah
menghindari ketidakpastian yang dilekatkan dengan perolehan
usaha berdasarkan system
profit and loss sharing.
3.
Murabahah
tidak mengijinkan bank Islam untuk turut campur dalam
manajemen bisnis karena bank bukanlah partner dengan klien tetapi hubungan
mereka adalah hubungan keditur dengan debitur.
Menurut Gozali (2005) Pembiayaan murabahah merupakan salah satu jenis pembiayaan yang terdapat pada perbankan syariah yang mempunyai
beberapa syarat, antara lain:
a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
3c. Kirim Barang 2. Beli Barang Tunai
1.Negosiasi dan Persyaratan
3a. Akad Murabahah
BANK 3b.Terima Serah Barang NASABAH
4. Bayar Kewajiban
SUPLIER
PENJUAL
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang
Gambar 2.1
Proses Pembiayaan Murabahah
Sedangkan ketentuan umum murabahah dalam perbankan syariah dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59: Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.
Menurut Haron (1996) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.
[image:32.595.138.474.166.404.2]pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual
(bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara pembayaran yang
berbeda. Menurut Usman (2002) Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:
a.
mempercepat pembayaran cicilan; atau
b.
melunasi piutang
murabahah
sebelum jatuh tempo
2.1.3. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Produk penyaluran dana kepada masyarakat atau pada Bank Syariah
disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan pada bank Syariah dapat terbagi
menjadi beberapa jenis, yang salah satunya adalah pembiayaan jual beli.
Pembiayaan jual beli terdiri dari pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Namun pembiayaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pembiayaan
murabahah.
Pembiayaan murabahah menurut Muhammad (2005:94), adalah sebagai berikut: “Pembiayaan Murabahah (dari kata ribhu= keuntungan); Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran
dilakukan secara tangguh.”
Pembiayaan murabahah menurut Adiwarman A Karim (2004:113), adalah sebagai berikut: “Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan
harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam
presentase tertentu bagi bank syariah sesuai kesepakatan.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli yang harga jualnya di tambah keuntungan dan pembayarannya dilakukan dengan tangguh.
2.1.4. Skema Pembiayaan Murabahah
Skema pembiayaan murabahah menurut Muhammad (2005:94) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerja Murabahah
2.1.5. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu memberikan
fasilitas‐fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak‐pihak yang
kekurangan dan membutuhkan dana dari bank. Dalam pembiayaan bank syariah
terdapat berbagai macam pembiayaan, namun dalam penelitian ini penulis lebih
menitikberatkan terhadap pembiayaan jual beli yaitu murabahah. Pada saat ini pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh bank dalam penyaluran dana (pembiayaan), karena mudah dimplementasikan,
pendapatan bank dapat diprediksi, tidak perlu mengenal nasabah secara
mendalam, menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif.
Dalam Islam, penetapan suatu hukum harus memiliki landasan berupa dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli yaitu landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist. Sedangkan dalil aqli ialah landasan hukum berdasarkan ijtihad (hasil pemikiran) para ulama. Pembiayaan murabahah memiliki landasan syariah yang cukup kuat, walaupun tidak dijelaskan secara rinci pada Al Qur’an dan Hadist,
petunjuk para ulama sudah cukup untuk melengkapinya. Karena memang pada
kemudian lebih di rinci kembali didalam Hadist. Akan tetapi, jika Al Qur’an dan
Hadist belum cukup rinci dan jelas maka diperlukan fatwa dan ijtihad para ulama
selama tidak melanggar ketentuan dan norma‐norma dalam agama Islam.
Dalam ketentuan BI No. 7/46/PBI/2005 pasal 9 ditegaskan lagi mengenai
tatacara penyaluran dana murabahah tersebut, yaitu sebagai berikut :
Ayat (1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang.
b. jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank
ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah;
c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya;
d. dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli
barang, maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip menjadi milik Bank;
e. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah;
f. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain
barang yang dibiayai Bank;
g. kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak
berubah selama periode Akad;
h. Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara
Ayat (2) Dalam hal Bank meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e maka berlaku ketentuan sebagai
berikut :
a. dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah
membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari uang muka
tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada
nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus
ditanggung oleh Bank, maka Bank dapat meminta lagi pembayaran sisa
kerugiannya kepada nasabah;
b. dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah
dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesarkerugian yang
ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
2.1.6 Manfaat dan Resiko dalam pembiayaan Murabahah
Menurut Abdullah (2003), sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat bagi bank syariah, yaitu:
a.
Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga
jual kepada nasabah. Selain itu, sistem
murabahah
juga sangat
sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya.
b.
Mudah diimplementasikan, jual beli
murabahah
dengan cepat, mudah
diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah
seperti misalnya kredit kendaraan bermotor, kredit pemilik rumah, dan
kredit lainnya.
c.
Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi
murabahah
dapat
melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena dalam
transaksi
murabahah
hutang nasabah adalah harga jual sedangkan
dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan. Sehingga dalam
keadaan normal, bank dapat memprediksi pendapatan yang akan
diterima.
Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena secara sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang, dan pembayarannya dapat
dilakuakn dengan cara tangguh atau cicilan ataupun cara lainnya. Namun jika
diperhatikan ketentuan fatwa yang ada dan dijalankan sesuai dengan konsep
syariahnya, keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sesuai dengan sifat bisnis, pembiayaan murabahah juga memiliki manfaat dan resiko bagi bank yang harus dihadapi. Bagi bank, keuntungan murabahah diperoleh dari selisih antara harga jual dari pemasok dengan harga jual ke pembeli
(nasabah). Selain itu murabahah merupakan transaksi yang cukup sederhana
sehingga tidak memerlukan biaya administrasi yang besar. Menurut Asmita (2004)
resiko yang harus diantisipasi oleh bank adalah:
a.Kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b.Fluktuasi harga, hal ini terjadi bila ada kenaikan harga di pasar. Bank tidak bisa
c. Terjadi penolakan oleh pembeli, bisa dikarenakan barang tersebut rusak pada
saat pengiriman maupun tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang
diinginkan oleh pembeli. Oleh sebab itu, bank perlu mengasuransikan barang
yang dikirim. Bank juga harus berkonsultasi dengan pembeli tentang spesifikasi
barang yang diinginkan pembeli agar tidak terjadi kesalahan. Bila bank telah
menandatangi kontrak dengan penjual atau supplier, maka barang tersebut
menjadi milik bank, bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak
lain jika pembeli/nasabah menolak untuk membeli barang tersebut.
d.Barang yang telah dijual kepada nasabah menjadi hak milik nasabah, walaupun
pembayarannya masih dalam bentuk hutang cicilan. Nasabah bisa menjual
kembali barangnya kepada pihak lain sehingga resiko kelalaian dari pihak
nasabah atas kewajibannya kepada bank menjadi lebih besar.
Dalam kegiatan usaha selalu ada resiko yang harus dihadapi, begitupun
dalam melaksanakan pembiayaan murabahah ada resiko yang harus diantisipasi dengan baik oleh bank syariah. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kredit
bermasalah dikemudian hari. Bank harus melakukan seleksi terhadap nasabah yang
mengajukan pembiayaan ke bank, dan melakukan antisipasi dengan pengendalian
internal yang bagus terhadap kemungkinan resiko yang mungkin timbul.
Pembiayaan berdasarkan pembagian resiko yang diidentikkan dengan
model teoritis perbankan Islam tidak tampak menjadi karakter utama praktek
murabahah bank‐bank Islam. Namun demikian, para pendukung bank syari’ah
membeli barang. Muhammad (2004) berikut ini adalah resiko‐resiko yang terkait
dalam murabahah sebagai berikut:
1. Resiko yang terkait dengan barang
Bank syari’ah membeli barang‐barang yang diminta oleh nasabah
murabahah‐nya dan secara teoritis menanggung resiko kehilangan atau kerusakan pada barang‐barang tersebut dari saat pembelian sampai diserahkan kepada
nasabah. Dalam kontrak murabahah, bank syari’ah diwajibkan untuk menyerahkan barang kepada nasabah dalam kondisi yang baik. Bahkan, nasabah berhak menolak
barang‐barang yang rusak, yang kurang jumlahnya atau tidak menghindari resiko‐
resiko tersebut dengan asuransi dan klausul kontrak, yang telah disusun sedemikian
rupa sehingga membantu bank syari’ah untuk menghindari segala resiko yang
terkait dengan barang. Dengan demikian, segala resiko yang terkait dengan barang,
yang secara teoritis harus ditanggung bank, secara efektif telah terhindarkan.
2. Resiko yang terkait dengan nasabah
Janji nasabah murabahah untuk membeli barang yang dipesan dalam suatu transaksi murabahah, tidaklah mengikat. Oleh sebab itu, nasabah berhak menolak untuk membeli barang ketika bank syari’ah menawari mereka dalam penjualan.
Dalam prakteknya, resiko terhadap kemungkinan penolakan nasabah untuk
membeli barang dapat dihindari dengan pembayaran di muka (sepertiga dari total
harga, misalnya), dengan jaminan, jaminan pihak ketiga, dan dengan klausul
kaitannya dengan penolakan nasabah untuk membeli barang, sebenarnya telah
hilang dalam praktek perbankan syari’ah.
3. Resiko yang terkait dengan pembayaran
Resiko tidak terbayar penuh atau sebagian dari uang muka, seperti yang
dijadwalkan dalam kontrak, memang ada dalam pembiayaan murabahah. Bank syariah menghindari resiko ini dengan adanya janji tertulis, jaminan, jaminan pihak
ketiga dan klausul kontrak yang menyatakan bahwa semua hasil dari barang‐barang
murabahah yang dijual kepada pihak ketiga dengan tunai maupun kredit harus ditaruh di bank sampai apa yang menjadi hak bank dibayar kembali sepenuhnya.
Jika tidak adanya pembayaran itu disebabkan oleh faktor di luar kemampuan
nasabah, bank syari’ah secara moral berkewajiban menjadwal ulang utang. Di pihak
lain, jika nasabah memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu, tetapi ia
tidak melakukannya, maka bank syariah telah mengadopsi praktek, bank syariah
secara efektif telah menghilangkan semua resiko dalam pelaksanaan murabahah.
2.2. Margin Murabahah
2.2.1 Pengertian Margin Murabahah
Menurut informasi dari redaksi@tazkiaonline.com (17 Desember 2009).
selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntungan juga bisa
diperoleh dari pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak
saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang
saham, atau pemegang‐ pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara
dengannya”.
Pengertian margin berdasarkan Sudarsono & Hendi (2004:179) adalah sebagai berikut:
“Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual dipasar”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya
produksi dan harga jual. beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan margin
keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah di bank syariah yaitu faktor biaya overhead dan proporsi bagi hasil dana pihak ketiga (DPK).
Hasil yang diperoleh dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut
menjadi acuan dan bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian ini
selanjutnya. Pada dasarnya setiap orang/individu maupun institusi, dalam
melaksanakan usaha ingin memperoleh laba dan menghindari kerugian. Begitupun
dengan bank syariah, bank tidak ingin memperoleh kerugian, oleh karena itu tingkat
margin keuntungan yang tinggi merupakan salah satu cara bagi bank untuk
Menurut Perwataatmadja (2002), Tingginya tingkat margin dalam
murabahah
ini juga tidak lepas dari dijadikannya tingkat suku bunga sebagai
acuan dalam penentuan harga jual produk murabahah ini. Dengan
dijadikannya tingkat suku bunga sebagai acuan penetapan margin, maka
merupakan langkah yang keliru yang dapat merusak reputasi perbankan
syariah sebagai bank yang bebas dari riba (dalam hal ini bunga). Selain itu,
tingginya margin Bank Syariah dimungkinkan karena adanya antisipasi oleh
pihak bank akan adanya inflasi dan kenaikan suku bunga di pasar. Karena jika
suku bunga di pasar naik, maka Bank Syariah akan menerima kerugian secara
riil, namun bila tingkat suku bunga stabil atau turun maka
margin
dari
murabahah
ini akan lebih besar nilainya daripada bunga yang dihasilkan oleh
bank konvensional. Dipakainya inflasi sebagai dasar penetapan
margin
juga
dikarenakan bank mengantisipasi akan adanya penurunan nilai uang di masa
yang akan datang. Namun kita tidak menyadari bahwa penetapan
margin
murabahah
yang tinggi secara tidak langsung juga dapat mengakibatkan
inflasi yang bahkan lebih besar daripada yang disebabkan oleh suku bunga itu
sendiri.
Dengan dijadikannya suku bunga sebagai acuan dalam penetapan margin,
bisa jadi juga merupakan akibat dari keinginan Bank Syariah untuk selalu kompetitif
dengan bank konvensional dalam hal penggunaan aset terkait dengan profit yang
didapat dan bisa juga menjadi strategi yang diterapkan Bank Syariah dalam hal
penentuan perolehan target dari total aset yang dimilki oleh bank konvensional
floating customer ini bukannya tidak baik, hanya saja kenyamanan nasabah juga harus diperhatikan.
2.2.2. Metode Penentuan Margin
Metode Penentuan Margin menurut Muhammad (2005:132) adalah sebagai berikut:
1. Mark‐up Pricing
Mark‐ up pricing adalah penentuan tingkat harga dengan me‐markup biaya
produksi komoditas yang bersangkutan. Contoh: Suatu perusahaan XYZ
memproduksi barang A. Dalam menentukan tingkat harga dan biaya produksinya
perusahaan tersebut dengan mempertimbangkan biaya‐biaya sebagai berikut:
Biaya Variabel per unit Rp. 10
Biaya tetap Rp. 100.000
Jumlah unit yang diharapkan terjual, sebanyak 10.000 unit
Dengan demikian biaya produksi perusahaan untuk memproduksi barang
A adalah sebagai berikut:
Diasumsikan perusahaan menetapkan keuntungan penjualannya sebesar
10% dari penjualan, maka mark‐up price untuk setiap unit adalah sebagai berikut:
Harga sebesar Rp. 22,22 merupakan harga yang telah di mark‐up, dan harga tersbut yang dijadikan sebagai harga dasar penawaran penjualan kepada calon
nasabah/mitra yang akan membeli barang A tersebut. Jika calon nasabah/mitra
menyepakati harga tersebut maka akan terjadi kontrak jual beli.
2. Target‐Return Pricing
Target‐Return Pricing adalah harga jual produk yang bertujuan
mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan. Dalam bahasan keuangan dikenal dengan return on investment (ROI). Dalam hal ini perusahaan akan menentukan berapa return yang akan diharapkan atas modal yang diinvestasikan.
Contoh: Perusahaan XYZ yang memproduksi barang A tersebut telah
menginvestasikan dananya sebesar RP. 1.000.000 dengan menghasilkan tingkat
3. Received‐Value Pricing
Received‐Value Pricing adalah penentuan harga dengan tidak menggunakan
variabel harga sebagai harga jual. Harga jual didasarkan pada harga produk pesaing
dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk
meningkatkan kepuasan pembeli.
4. Value Pricing
Value Pricing adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi. Dengan ungkapan ono rego ono rupo, artinya: barang yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang
mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga
perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan tingkat harga di bawah
harga competitor.
2.3. Perbankan Syariah & Sektor Perumahan
Menurut Akhmadi (2004), Pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini
dimana tingkat suku bunga Bank Indonesia perlahan mulai merangkak naik dan
tingkat suku bunga KPR Konvensional pun ikut naik dan tidak ada seorangpun yang
kenaikan karena memang sifat dari tingkat suku bunga itu sendiri memang sulit
diprediksikan.
Oleh karena itu KPR syariah menjadi alternatif bagi anggota masyarakat
yang ingin memiliki rumah melalui KPRS yang bebas dari fluktuasi bunga. Bank
syariah sama sekali tidak memungut bunga pada KPR syariah, akan tetapi
memungut margin (selisih harga beli dengan harga jual) apabila KPR syariah tersebut memakai cara murabahah (jual beli) atau memungut harga sewa apabila
bank syariah memakai cara musyarakah ijarah (sewa).
Dalam industri perbankan syariah, produk KPR Syariah dapat ditawarkan
dengan menggunakan dua model pembiayaan, yakni dengan model pembiayaan
murabahah dan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah. KPR Syariah
dengan menggunakan basis pembiayaan murabahah sudah berjalan di industri
perbankan syariah. Bahkan model pembiayaan murabahah ini telah menjadi produk favorit di beberapa bank syariah. Sedangkan KPR Syariah dengan model
pembiayaan musyarakah mutanaqishah belum banyak dikembangkan di industri perbankan syariah.
Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah diawali dengan negoisasi antara pihak nasabah dengan pihak bank syariah. Dimana pihak nasabah. memohon
kepada pihak bank untuk membelikan rumah yang diinginkan. Setelah negoisasi
selesai dan berujung pada kata mufakat antara nasabah dan bank syariah, maka
Keuntungan dari KPR Syariah dengan basis pembiayaan murabahah tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi (naik turun) harga, karena cicilan dibayarkan secara flat. Dalam hal ini, bank syariah dan pihak nasabah sama‐sama merasakan adanyam
kepastian. Bank syariah sudah dapat menentukan keuntungan dalam bentuk
margin KPR Syariah, sedangkan nasabah tidak direpotkan oleh cicilan yang bersifat
floating (mengembang), risiko floating suku bunga yang biasa dialami oleh nasabah KPR konvensional tidak akan terjadi dalam pembiayaan murabahah pada KPR Syariah. Selain menggunakan skema pembiayaan murabahah, KPR Syariah oleh bank syariah dapat ditawarkan melalui model pembiayaan musyarakah
mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad
musyarakah dan ijarah. Seperti diketahui, pemilikan rumah di Indonesia merupakan hal yang sangat krusial. Akan tetapi, dalam kondisi pasca krisis sekarang ini,
berbagai bank yang biasa menyalurkan kredit kepemilikan rumah sangat sulit untuk
memasarkan produknya tersebut karena mereka juga sulit untuk mendapatkan
dana murah untuk kepentingan jangka panjang. Hal itulah yang dicoba disiasati oleh
perbankan syariah untuk memberikan hal yang sama dengan KPR yang diberikan
oleh bank konvensional dengan nama Pembiayaan Pemilikan Rumah. Masuknya
perbankan syariah ke dalam sektor ini karena perbankan syariah memiliki peran
dalam sektor riil.Prospek pembiayaan pemilikan rumah ini sendiri sangat besar
mengingat banyak sekali kalangan masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan
menggunakan transaksi yang sesuai dengan landasan syariah. Berdasarkan data
yang ada, nilai kapitalisasi pasar di sektor properti saja sudah mencapai angka Rp 49
Apalagi sektor properti memiliki karakter produk yang secara alamiah
sesuai untuk mendukung bisnis yang sesuai dengan syariah, karena secara syariah
dibolehkan dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang mendasar
dari umat manusia.
Disinilah besarnya peranan perbankan syariah untuk menangkap peluang
tersebut. Selain itu juga terdapat beberapa alasan terjunnya pembiayaan
perbankan syariah ke dalam sektor perumahan dan properti, yaitu
1. Besarnya pasar perumahan nasional.
2. Potret pertumbuhan sektor properti
Pada umumnya dan sektor perumahan pada khususnya sangat memberikan
nilai tambah bagi perkembangan perbankan syariah Seperti diketahui, landasan
hukum bank syariah pertama kali adalah UU No.7 tahun 1992 kemudian berubah
menjadi Undang‐Undang No.10 tahun 1998 dimana UU tersebut mengakui
keberadaan bank konvensional dan bank syariah secara berdampingan yang dikenal
dengan sistem “dual banking”. Bahkan secara lebih jauh lagi UU ini memungkinkan konversi sebuah bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Sebagai bank syariah yang didirikan dengan maksud untuk meningkatkan
kondisi riil perekonomian masyarakat Indonesia, maka Bank Syariah Mandiri juga
aktif dalam memberikan pembiayaan kepada para nasabahnya.Berdasarkan data
pada laporan tahunan BSM yang ada, keseluruhan pembiayaan yang disalurkan
pembiayaan murabahah. Pembiayaan dengan jenis ini juga diberikan untuk sektor perumahan, yaitu Pembiayaan Pemilikan Rumah.
BAB
III
METODOLOGI
PENILITIAN
3.1 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis determinan antara
penetapan margin murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah pada Bank Bukopin Syariah Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bank Bukopin Syariah Medan, dan dari berbagai sumber lainnya yang
mendukung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada periode (tahunan) mulai tahun 2007 sampai 2009 (sampel data selama 3 tahun).
3.3 Pengolahan Data dan Metode Analisa
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah Medan. Dan sebagai alat analisis yang
digunakan untuk mengolah data tersebut adalah program Eviews versi 5.1.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal‐
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan lain sebagainya
(Ari