• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (Survei pada Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga Dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei Pada Mahasiswa Fidkom Uin Syarif Hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (Survei pada Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga Dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei Pada Mahasiswa Fidkom Uin Syarif Hidayatullah "

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Dwi Isti Anggraini NIM: 109051000022

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi

syarat salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau

merupakan tiruan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Depok, 8 Juli 2013

(5)

i

(Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Pengungkapan diri adalah membagi informasi mengenai pribadi secara jujur. Pengungkapan diri memiliki kaitan erat dengan pengambilan keputusan. Pada remaja, memilih perguruan tinggi membutuhkan dampingan orang lain. Keluarga dan kelompok sebaya dianggap paling memengaruhi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga memiliki peranan fundamental dalam memengaruhi keputusan seorang anak. Di lain sisi, pada usia remaja pengakuan dari kelompok sebaya pun dianggap penting. Pengambilan keputusan terjadi dalam keseharian kita. Apalagi pada usia remaja yang baru memasuki masa pendewasaan. Sehingga muncul pertanyaan dari penulis, Apakah pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya memiliki pengaruh simultan dalam memilih perguruan tinggi? Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi? Kemudian, manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yang memiliki pengaruh lebih besar dalam memilih perguruan tinggi?

Pengungkapan diri di dasarkan pada teori De Vito yang berdimensi jumlah, valensi, kecermatan dan kejujuran, maksud dan tujuan, dan keakraban. Sedangkan, proses pengambilan keputusan sebagaimana dikemukan oleh Mondy dan Premeaux yaitu, mengidentifikasi masalah, membuat alternatif, mengevaluasi alternatif, implementasi keputusan, dan mengevaluasi keputusan.

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan metode penelitian survei. Analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Jumlah responden dihitung dengan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan sampel 95% atau taraf kesalahan 5%. Penyebaran dilakukan dengan teknik proportional random sampling.

Berdasarkan hasil analisis diketahui pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya secara simultan (uji F) berpengaruh dalam memilih perguruan tinggi. Berdasarkan uji t, pengungkapan diri dengan keluarga lebih berpengaruh dibandingkan kelompok sebaya. Riset ini pun menunjukkan 20,6% pengambilan keputusan dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan kelompok sebaya, sedangkan sebesar 79,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah kepada keluarga dan kelompok sebaya memiliki sedikit pengaruh terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

(6)

ii

rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada

Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”dengan baik.

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah

Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat

manusia.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Almarhum

Hari Wahyono dan ibunda tercinta Endang Budiningsih serta kakak tersayang

Mardiana Hayati Solehah. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan

yang diberikan kepada penulis. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan dosen pembimbing yang

telah memberikan banyak bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I. Drs. Mahmud Djalal,

MA selaku Wakil Dekan II. Drs. Study Rizal, LK, MA selaku Wakil Dekan III.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

(7)

iii

yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas. Khususnya Ibu Bintan

Humeira, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Bapak Suhaimi, Ibu Ana Shabana Azmy,

Bapak Rahmat Baihaky yang bersedia berbagi ilmunya dengan cara amat mudah

dipahami sehingga menambah cakrawala keilmuan penulis.

6. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI, Dewan Eksekutif Mahasiswa

FIDKOM, Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA) yang akan selalu

menjadi “Rumah Berproses” bagi penulis.

7. Sahabat-sahabat tersayang yang tak pernah berhenti menemani hari-hari penulis,

Ayu, Nani, Nurani, Irmalia, Alyssa, Ika, dan teman-teman lain di kelas KPI A.

Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak

bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan memberi insiprasi kepada pembaca.

Depok, 8 Juli 2013

(8)

iv

DAFTAR TABEL. ...viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ...6

C. Hipotesis ...8

D. Tujuan Penelitian ...8

E. Manfaat Penelitian ...9

F. Tinjauan Pustaka ...10

G. Sistematika Penulisan ...11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengungkapan Diri 1. Pengertian Pengungkapan Diri.......13

2. Dimensi Pengungkapan Diri...14

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri...16

4. Fungsi Pengungkapan Diri.....19

5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri.......21

B. Remaja 1. Pengertian Remaja ...22

2. Ciri Khas Remaja ...23

3. Pengungkapan Diri Remaja dengan Keluarga ...24

(9)

v

4. Komunikasi Antarpribadi dan Pengambilan Keputusan ...35

D. Kerangka Berpikir ...36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...38

B. Jenis dan pendekatan Penelitian ...38

C. Populasi dan Sampel ...39

D. Data dan Sumber Data ...41

E. Teknik Pengumpulan Data ...42

F. Definisi Operasional Variabel ...42

G. Skala Pengukuran ...47

H. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Instrumen ...49

2. Analisis Regresi Linier Berganda ...52

3. Pengujian Hipotesis ...53

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ....57

B. Struktur Organisasi dan Personalia ...60

C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Serta Strategi ...62

D. Jurusan/Program Studi 1. Komunikasi dan Penyiaran Islam ...66

2. Konsentrasi Jurnalistik ...67

3. Bimbingan dan Penyuluhan Islam ...67

(10)

vi

...72

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Alat Ukur ...73

B. Uji Coba Alat Ukur ...76

C. Validitas dan Reliabilitas ...77

D. Analisis Regresi Linier Berganda ...84

E. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...85

F. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Simultan (Uji F) ...86

2. Pengujian Parsial (Uji t) ...87

G. Pembahasan ...89

H. Keterbatasan Penelitian ...95

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 96

B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi Akademis ...97

2. Implikasi Sosial ...97

C. Rekomendasi Penelitian ...98

DAFTAR PUSTAKA ...99

(11)

vii

Tabel 2.1 Karakteristik/Ciri Khas Remaja ... 23

Tabel 3.1 Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012 ... 40

Tabel 3.2 Gambaran Sampel Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012 ... 41

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Pengungkapan Diri...44

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pengambilan Keputusan... 46

Tabel 3.5 Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Keluarga ... 48

Tabel 3.6 Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Kelompok Sebaya ...48

Tabel 3.7 Blue PrintPengambilan Keputusan memilih perguruan tinggi ... 49

Tabel 3.8 Bobot Nilai ... 49

Tabel 5.1 Sebaran Aitem SkalaSelf-disclosureMahasiswa dengan Keluarga ... 74

Tabel 5.2 Sebaran Aitem SkalaSelf-disclosureMahasiswa denganPeer Group.75 Tabel 5.3 Sebaran Aitem Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi ... 76

Tabel 5.4 Jadwal Pelaksanaan Pre-test... 77

Tabel 5.5 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga N = 20 ... 78

Tabel 5.6 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga... 78

Tabel 5.7 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga N = 14 ... 79

Tabel 5.8 Distribusi Aitem Valid Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga ... 79

(12)

viii

Tabel 5.12 Distribusi Aitem Valid Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan

Kelompok Sebaya... 81

Tabel 5.13 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi N = 30 ... 82

Tabel 5.14 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi ... 82

Tabel 5.15 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi N = 19... 83

Tabel 5.16 Distribusi Aitem Valid Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi... 83

Tabel 5.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 84

Tabel 5.18 Koefisien Determinasi ... 85

Tabel 5.19 Uji F ... 86

(13)

ix

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan ... 31

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Personalia Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan pada

pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan. Pilihan-pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan

dengan alternatif dalam penyelesaian masalah.1Hal yang paling mudah, misalnya

akan mengenakan pakaian apa hari ini, hendak makan siang dengan siapa, apa

yang dilakukan disela-sela waktu luang, bagaimana cara melunasi hutang-hutang

ketika sudah habis masa tempo, dan lain-lain. Disadari ataupun tidak,

pengambilan keputusan erat sekali dalam kehidupan keseharian kita.

Pengambilan keputusan yang efektif dapat menunjang keberhasilan dari hasil

yang ingin dicapai. Begitu pun sebaliknya, bila sembarang dalam pengambilan

keputusan maka akan mendapatkan hasil jauh dari yang diharapkan. Oleh karena

itu diperlukan kemampuan dalam mempertimbangkan plus-minus, menganalisis

konsekuensi yang akan dihadapi, serta melakukan prediksi sebelum keputusan

diimplementasikan.2 Sehingga, keputusan yang dihasilkan mendatangkan

kelemahan minimal dan manfaat yang maksimal.

Pengambilan keputusan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi dihadapi

juga oleh remaja. Usia remaja identik dengan kecorobohan dalam pengambilan

keputusan. Tetapi, pada masa ini, remaja lebih sering mengambil keputusan dalam

1

Rosemarie S,Pengambilan Keputusan Menentukan Kelangsungan Hidup Setiap Organisasi(Jurnal Universitas Kristen Maranatha, 2010).

2

(15)

hidupnya secara mandiri.3 Usia remaja sering dihadapkan pada keputusan untuk

bergaul dengan siapa, menyelesaikan persoalan asmara, menjadi populer di

sekolah, bagaimana meningkatkan nilai rapor pada semester mendatang, dan

lain-lain. Kredibilitas remaja sebagai dewasa awal dalam mengambil keputusan sangat

dibutuhkan disini.

Pada remaja salah satu pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan

merupakan hal yang cukup penting. Di mana seorang remaja harus memilih antara

Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) maupun

Diploma dengan segala keuntungan dan kerugiannya.4Ada beberapa tips memilih

universitas yang tepat, yaitu: (1) melihat kegiatan akademis dan non-akademis

yang ditawarkan. Karena Anda akan berada dan berinteraksi di dalamnya selama

3-4 tahun ke depan, (2) jarak dari tempat tinggal sebaiknya yang mudah

dijangkau. Karena, mahasiswa memiliki mobilitas yang tinggi dan menuntut

untuk pulang dan pergi dengan cepat, (3) durasi studi pun memiliki peranan yang

dirasa cukup penting, serta (4) mengenal dengan baik universitas yang dituju.

Jangan merasa malu dalam bertanya, ungkapkan apa yang menjadi keingintahuan

kalian.5

Pengungkapan diri remaja memiliki kaitan yang sangat erat dengan

pemecahan masalah pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi. Hal itu

3

Yusi Elsiano Rohmansyah, “Tips Mendampingi Anak Remaja”,

http://www.perkembangananak.com/2012/05/tips-mendampingi-anak-remaja/diakses pada 12 september 2013.

4

Hendi Setiawan,“Ketika Remaja Memilih Perguruan Tinggi”,

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/02/26/ketika-remaja-memilih-perguruan-tinggi/ diakses pada 17 Januari 2013.

5Caroline Demanik, “4 Tips Memilih Universitas yang Tepat” ,

(16)

dikarenakan remaja belum pernah menghadapi permasalahan ini sebelumnya.

Meskipun mereka sudah menghadapi pengambilan keputusan memilih jenjang

pendidikan di tingkat SD, SMP, atau SMA namun ini berbeda karena perguruan

tinggi merupakan gerbang penentu masa depannya, sehingga bila pengambilan

keputusan tidak tepat akan berdampak negatif. Beberapa dampak tersebut adalah

kekecewaan dari remaja, rasa malas dalam menjalankan program studi yang

ditawarkan, bahkan memutuskan untuk pindah perguruan tinggi di tahun

berikutnya. Tentunya hal itu akan mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga, dan

biaya.

Pengungkapan remaja dalam proses memilih perguruan tinggi antara lain:

keterbukaan dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi, mengutarakan pilihan

perguruan tinggi yang diminati, berdiskusi untuk melihat kelebihan dan

kelemahan dari alternatif yang dibuat, menerima masukan dari orang lain, maupun

kesediaan mengubah sikap atau pendapat untuk mendapatkan hasil keputusan

yang mendatangkan manfaat paling besar.6 Keterbukaan remaja biasanya

didasarkan pada keakraban dan intensitas bertemu. Keluarga dan kelompok

sebaya merupakan lingkungan yang diakrabi oleh remaja.

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan

manusia, tempat di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial

dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga memang merupakan

satuan terkecil dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan

fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital

6

(17)

dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap-tahap

perkembangan anak.7

Masa remaja pun diwarnai dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil

beranggota teman sebaya yang memiliki kesamaan terhadap hal tertentu. Minat

berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang remaja. Minat ini

bukan hanya membentuk kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang

memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara

khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Biasanya anggota kelompok

berisi anak-anak berusia sebaya dan akrab disebutpeer group.8

Bahkan tidak jarang remaja lebih akrab dengan teman sebayanya daripada

harus berinteraksi dengan orang tua. Hal itu dikarenakan dalam kelompok

sosialnya remaja dinilai sebagai individu yang lepas dari pengaruh ikatan

keluarga. Dalam kelompok sebaya lebih dihargai kemampuan pribadi yang

dimiliki tiap-tiap anggota kelompok, berbeda bila dibandingkan dengan kondisi di

rumah. Setiap anak harus mengikuti segala peraturan yang dibuat orang tua.9

Bahkan sikap penerimaan dan penolakan dari peer group pun merupakan hal penting bagi remaja. Penolakan dari peer groupdapat menimbulkan frustrasi dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya, apabila remaja dapat diterima oleh rekan

sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan

7

Asfriyati,Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Anak(Jurnal Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2003).

8

Kamanto Sunarto,Pengantar Sosiologi(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hal. 125.

9

Psikologi Remaja, Karaketristik dan permasalahannya

(18)

memiliki kehormatan dalam dirinya.10 Maka tidak diherankan sama sekali bila

seorang anak cenderung mengikuti kegiatan kelompoknya daripada kegiatan di

dalam keluarganya.

Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) merupakan salah satu Fakultas favorit di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Hal itu terbukti karena

bertambahnya peminat atau calon-calon mahasiswa yang ingin masuk Fakultas ini

setiap tahunnya.

Tabel 1.1

Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah

2010/2011 2011/2012 2012/2013

Mendaftar 1562 1861 2048

Diterima 536 574 756

Registrasi 419 463 526

Sumber : AIS FIDKOM

10

Eka Mulyani,Masalah-masalah pada remaja,

(19)

Grafik 1.1

Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebaya dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta)”

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebelum membatasi masalah, peneliti akan terlebih dahulu

memberikan identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Masalah

yang ditemukan peneliti dalam judul ini adalah seputar pengaruh

pengungkapan diri mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada keluarga

dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi. Untuk mengetahui

secara pasti berapa besar pengaruh pengungkapan diri keluarga dan

(20)

kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi, maka digunakan suatu

teknik analisis yaitu, regresi berganda.

Isu yang kedua, peneliti menemukan bahwa teori yang kiranya tepat

untuk dijadikan rujukan adalah teori pengungkapan diri (self-disclosure)

menurut Joseph A. Devito dan dielaborasi dengan teori pengambilan

keputusan Mondy dan Premeaux. Teori tersebut dapat menjadi pijakan

yang kuat bagi permasalahan-permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

2. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian

yang dilakukan lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang di

atas, maka penelitian ini dibatasi pada remaja akhir yang telah mengambil

keputusan melanjutkan ke perguruan tinggi yaitu mahasiswa FIDKOM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Kemudian melihat

apakah dan seberapa besar pengungkapan diri antara mahasiswa FIDKOM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya

memengaruhi proses pengambilan keputusan dalam memilih perguruan

tinggi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat penulis rumuskan:

a. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri

mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan

(21)

b. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari dari pengungkapan diri

mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan

memilih perguruan tinggi?

c. Manakah diantara keluarga dan kelompok sebaya yang lebih

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi?

C. Hipotesis

1. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2)

mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam memilih

perguruan tinggi.

2. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) lebih berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan dalam memilih Perguruan Tinggi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri

mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan

kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan

(22)

2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial dari pengungkapan diri

mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan

kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan

tinggi.

3. Untuk menganalisis manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yang

lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memilih perguruan tinggi.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Menambah khazanah dan referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi

khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, melalui kajian pengaruh pengungkapan diri kepada

keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (survei

pada mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

2. Manfaat Praktis

Kajian ini dapat memberikan informasi bahwa Mahasiswa FIDKOM UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi sedikit

dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan/atau kelompok

(23)

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan

acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.

Maka dalam tinjauan pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian

terdahulu.

Denis Christian, menemukan pengaruh kelompok acuan (teman dan keluarga)

terhadap pengambilan keputusan pembelian adalah sebesar 36,8% sedangkan

sisanya sebesar 63,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari teman dan

keluarga dalam pengambilan keputusan serta menggunakan alat analisis yang

sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan serta objek penelitiannya.11

Ainur Rohmah, menemukan pengaruh kelompok acuan (keluarga, peer group, dan rekan kerja) terhadap pengambilan keputusan adalah sebesar 9,5% sedangkan sisanya sebesar 80,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti. Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari keluarga

dan peer group/kelompok sebaya dalam pengambilan keputusan serta menggunakan alat analisis yang sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan

serta objek penelitiannya.12

11

Denis Christian, Pengaruh Kelompok Acuan (Teman dan Keluarga) Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Rokok Sampoerna A Mild (Suatu Survei pada Pelanggan PT. HM Sampoerna tbk di Unikom Bandung) (Skripsi Universitas Komputer Indonesia, Jurusan Manajemen, 2005).

12

(24)

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini tersusun dengan rapi, maka diperlukan sistematika

penulisan. Penulisan skripsi ini terdiri atas enam bab dan setiap bab memiliki sub

bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu:

Dimulai dari BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang

membahas mengenai keterkaitan antara pengungkapan diri remaja kepada

keluarga dan kelompok sebaya yang berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan, khususnya memilih perguruan tinggi. Pada bab I ini, penulis

menjabarkan secara singkat gambaran keseluruhan skripsi kepada pembaca

dengan menyertakan jawaban sementara (hipotesis).

Selanjutnya, kajian teori pada BAB II yang membahas mengenai teori

pengungkapan diri yang diungkapkan oleh De Vito, teori pengambilan keputusan,

penjelasan mengenai remaja, maupun urgensi pengungkapan diri dengan keluarga

dan teman sebaya bagi remaja. Tidak lupa disertakan kerangka berpikir untuk

menggambarkan alur berpikir dari penelitian ini.

Disusul oleh BAB III Metode Penelitian yang menjelaskan proses

pengumpulan data yang dilakukan sampai dengan analisis. Dapat dijelaskan

bahwa penelitian ini merupakan jenis explanatory reasearch dengan pendekatan kuantitatif dan diolah dengan teknik analisis regresi liner berganda. Peneliti

memisahkan metode penelitian menjadi bab tersendiri, karena ingin menuliskan

secara lebih jelas alur penelitian yang digunakan dalam riset ini.

Berikutnya asalah BAB IV yang berisi gambaran umum Fakultas Ilmu

(25)

bab ini membahas sejarah singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

struktur organisasi dan personalia, visi, misi, tujuan, dan sasaran serta strategi,

sampai dengan ulasan singkat mengenai jurusan/program studi yang berada di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Dilanjutkan pada BAB V yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Semua data

yaitu, kuesioner yang berisi indikator keterbukaan diri dan pengambilan

keputusan dikumpulkan, kemudian diolah dengan SPSS 13, dan dianalisis

menggunakan teori yang terdapat pada bab II. Pada bab ini pun, dijelaskan

mengenai keterbatasan penelitian.

Akhirnya pada BAB VI yaitu, Penutup dimuat kesimpulan, implikasi

penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian yang akan datang.

Penelitian ini pun dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran sebagai

(26)

3

A. Pengungkapan Diri

1. Pengertian Pengungkapan Diri

Terdapat beberapa pengertian tentang pengungkapan diri (self-disclosure). Menurut Johnson sebagaimana dikutip A. Supratiknya, self-disclosureadalah bagaimana pengungkapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya

serta kesediaan memberikan informasi mengenai masa lalu yang sesuai dan

berguna dalam memahami tanggapan individu tersebut.1

Arti berikutnya dikemukakan oleh Joseph A. Devito yang menyebut

pengungkapan diri sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi pribadi

yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang

lain.2Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi yang

disampaikan haruslah baru yang belum didengar orang tersebut sebelumnya.

Kemudian informasi tersebut haruslah informasi yang biasanya

disimpan/dirahasiakan. Hal terakhir adalah dalam penyampaian informasi

kepada orang lain haruslah secara lisan maupun tulisan.

1

A. Supratiknya,Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis(Jakarta: Kanisius, 1995), h. 14.

2

(27)

Tubbs dan Moss mendefinisikan pengungkapan diri sebagai upaya

memberitahukan informasi diri sendiri. Lalu menurut Fisher, pengungkapan

diri adalah membeberkan informasi pribadi kepada orang lain di mana hanya

orang tertentu yang mengetahui.3

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri (self-disclosure)adalah bentuk komunikasi interpersonal yang di dalamnya terdapat pemberian ide,

gagasan, informasi mengenai diri sendiri yang bersifat rahasia dan belum

pernah diungkapkan kepada orang lain yang dipercaya secara jujur dan tanpa

dibuat-buat.

2. Dimensi Pengungkapan Diri

Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara terdapat lima dimensi

dalam pengungkapan diri yaitu:

a. Ukuran/Jumlah Pengungkapan Diri (Amount)

Kuantitas pengungkapan diri berkaitan dengan seberapa banyak

jumlah informasi diri kita yang diberikan. Jumlah dapat diukur

berdasarkan frekuensi dan durasi. Maksud frekuensi adalah seberapa

sering kita menyampaikan pesan-pesan terkait diri sendiri, sedangkan

durasi adalah berapa lama kita mengungkapkan informasi diri.

3

(28)

b. Valensi Pengungkapan Diri (Valence)

Valensi pengungkapan diri dapat dibagi menjadi 2, yaitu: positif dan

negatif. Valensi positif adalah penyingkapan informasi diri yang dikemas

dengan menyenangkan, penuh humor, dan menarik. Sebaliknya valensi

negatif adalah mengungkapkan informasi pribadi dengan penuh kritik,

sindiran, maupun sifat tidak menyenangkan.

c. Kecermatan dan Kejujuran (Accuracy/Honesty)

Kecermatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat

dimana individu mengetahui dirinya sendiri. Apabila kita mengenal

dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan pengungkapan

diri dengan cermat. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran.

Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan

bagian penting atau berbohong. Untuk hal-hal yang bersifat pribadi,

banyak orang memilih untuk berbohong atau melebih-lebihkan. Namun

keterbukaan diri yang kita lakukan amat bergantung pada kejujuran kita.

d. Maksud dan Tujuan (Intention)

Dalam setiap pengungkapan diri pasti ada maksud dan tujuan yang

ingin dicapai. Tidak mungkin sesorang membeberkan informasi yang

amat pribadi mengenai dirinya sendiri apabila tidak memiliki maksud dan

tujuan. Dengan menyadari maksud dan tujuan yang ingin dicapai maka

(29)

Melebih-lebihkan atau berbohong bisa dipandang sebagai salah satu

bentuk kontrol agar tujuan dari pengungkapan diri bisa tercapai.

e. Keakraban (Intimacy)

Keakraban memiliki kaitan erat dengan pengungkapan diri.

Pengungkapan yang dilakukan bisa saja bersifat sangat pribadi misalnya,

mengenai ideologi, perasaan, keuangan, maupun hal yang umum.4

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri

Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara ada beberapa faktor yang

memengaruhi pengungkapan diri yaitu:

a. Efek Diadik

Secara umum pengungkapan diri adalah hubungan timbal balik.

Dyadic effect menyatakan secara bahwa dalam proses ini terdapat efek 4

Yosal Iriantara,Komunikasi Antarpribadi(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.27.

(30)

spiral (saling berhubungan), di mana setiap pengungkapan diri individu

memberikan stimulus untuk pengungkapan diri dari orang yang lain.

Dalam hal ini, pengungkapan diri antar kedua individu akan semakin

baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan. Secara umum,

individu cenderung menyukai orang lain yang mengungkapkan cerita

rahasianya pada jumlah yang kira-kira sama.

b. Ukuran Khalayak

Pengungkapan diri lebih besar kemungkinan terjadi dalam

komunikasi dengan khalayak kecil, seperti komunikasi antarpribadi atau

komunikasi kelompok kecil. Dengan khalayak yang besar maka feedback

yang diciptakan akan beraneka ragam sehingga sulit mengontrol situasi.

Berbeda dengan pengungkapan diri dengan khalayak yang kecil, kita

dapat mengontrol situasi komunikasi dan melihat umpan balik dengan

cermat.

c. Topik Bahasan

Dalam Struktur Kepribadian yang dikembangkan Irwin Altman dan

Dalmas Taylor dengan Teori Penetrasi Sosial-nya sebagaimana dikutip

Ristiana Kadarsih digambarkan bahwa kepribadian manusia itu seperti

bawang, yang memiliki lapisan-lapisan.5 Pada awalnya individu akan

lebih menyukai topik yang berhubungan dengan pekerjaan atau hobi untuk

5

(31)

dibagi daripada topik terkait kehidupan seks atau kesulitan keuangan pada

orang yang baru saja kita kenal atau orang yang tidak kita akrabi betul.

d. Valensi

Umumnya manusia cenderung lebih menyukai pengungkapan diri

positif daripada pengungkapan diri negatif. Terlebih lagi kepada seseorang

yang belum kita kenal secara baik. Namun, apabila kita sudah mengenal

orang yang kita ajak berkomunikasi secara lebih personal maka

pengungkapan diri negatif bisa saja dilakukan.

e. Jenis Kelamin

Umumnya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Meskipun bisa

dipandang sebagai ungkapan stereotipikal namun, beberapa riset sudah

menunjukkan bahwa wanita dinilai lebih terbuka dibandingkan laki-laki.

Namun, bukan berarti bahwa pria tidak melakukan pengungkapan diri

sama sekali.

f. Ras, Nasionalitas, dan Usia

Hal ini pun bisa dipandang sebagai bentuk stereotip dari ras,

nasionalitas, dan usia. Namun, pada kenyataannya memang terdapat ras

tertentu yang lebih sering melakukan pengungkapan diri bila

dibandingkan dengan ras lainnya. Selain itu juga terdapat perbedaan

frekuensi pengungkapan diri dalam kelompok usia. Pengungkapan diri

pada teman dengan gender berbeda meningkat dari usia 17-50 tahun dan

(32)

g. Mitra dalam Hubungan

Kita akan melakukan pengungkapan diri kepada mereka yang kita

anggap sebagai orang yang memiliki kedekatan dengan kita misalnya

suami/istri, teman dekat, atau sesama anggota keluarga. Di samping itu,

kita juga akan memandang bagaimana respon mereka. Apabila kita

pandang mereka sebagai orang yang hangat dan penuh perhatian maka

kita akan terus melakukan keterbukaan diri, apabila feedback yang diterima tidak sesuai espektasi kita maka kita akan lebih menutup diri.6

4. Fungsi Pengungkapan Diri

Selain untuk meningkatkan komunikasi, pengungkapan diri memiliki

beberapa fungsi lainnya. Menurut Derlega dan Grzelak ada lima fungsi

pengungkapan diri, yaitu:

a. Ekspresi(expression)

Senang, sedih, kecewa maupun bahagia merupakan emosi yang

sering sekali terjadi dalam kehidupan setiap manusia, baik menyangkut

pekerjaan ataupun hal lainnya. Dengan berbagi perasaan kepada orang

yang dipercaya dapat membuang semua kekesalan. Dengan

mengungkapkan diri semacam ini, manusia dapat mengekspresikan

perasaannya.

6

(33)

b. Penjernihan diri(self-clarification)

Setelah menceritakan masalah dan perasaan yang dialami kepada

orang yang dipercaya, manusia berharap agar diberikan penjelasan dan

pemahaman orang lain atas masalah yang dihadapi sehingga kita akan

lebih baik dalam melihat suatu perkara.

c. Keabsahan sosial(social validation)

Setelah selesai mengungkapkan perasaan maupun masalah yang

dihadapi kepada orang lain, pendengar biasanya akan memberikan

pendapat, saran, ataupun masukan yang membantu dalam proses

penyelesaian masalah. Sehingga dengan demikian, akan mendapatkan

informasi yang bermanfaat.

d. Kendali sosial(social control)

Setiap individu memiliki pilihan untuk mengungkapkan atau

menyembunyikan informasi mengenai dirinya. Individu pun dapat

menekan topik, kepercayaan atau ide sehingga membentuk pesan yang

baik pada pendengar terhadap dirinya. Dengan demikian pandangan

(34)

e. Perkembangan hubungan(relationship development)

Dengan berbagi permasalahan maupun informasi penting kepada

orang lain dapat meningkatkan kepercayaan dalam suatu hubungan

sehingga semakin meningkatkan derajat keakraban.7

5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri

Seperti yang kita ketahui pengungkapan diri dalam prosesnya bersifat

timbal balik. Artinya, keterbukaan kita akan diimbangi juga oleh lawan

komunikasi kita. Berdasarkan pandangan ini maka pengungkapan diri tidak

akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi

menunjukkan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita ingin

melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi pribadi

yang baik maka diperlukan pengungkapan diri dari kedua belah pihak. Oleh

karena itu, Tubbs dan Moss menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan

bagian penting dari komunikasi di antara dua orang sekaligus menjadi ciri dari

komunikasi antarpribadi.8

Keterbukaan dalam menjalin hubungan interpersonal berfungsi

meminimalisir kesalahpahaman dan kecurangan. Dengan demikian hubungan

interpersonal akan semakin erat. Keakraban hubungan interpersonal dapat

7

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, & L. Anne Peplau,Psikologi SosialJilid Pertama Edisi Kelima. Terjemahan Michael Adryanto & Saviti Soekrisno (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 254.

8

(35)

ditandai dengan saling percaya, terbuka, dan tidak takut mengungkapkan

persoalan pribadi.9

Keakraban dan saling percaya merupakan hal penting dalam membangun

komunikasi antarpribadi yang saling mendukung dan memberikan manfaat

positif bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Oleh karena itu, self-disclosure

yang positif diperlukan sehingga komunikasi antarpribadi yang bertujuan

untuk pengembangan diri masing-masing dapat berlangsung dengan baik.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kemudian istilah tersebut berkembang dan mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,

sosial, dan fisik.10

WHO pun memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat

konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, yaitu biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi:

a. Perkembangan individu dari awal menunjukkan tanda-tanda seksual

sampai sudah mencapai kematangan.

9

Suranto Aw,Komunikasi Interpersonal(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 31. 10

(36)

b. Mengalami perkembangan psikologis, berupa pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi perubahan terhadap ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.11

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan

transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan

perubahan dari segi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi agar tercapainya

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

2. Ciri Khas Remaja

WHO membagi kurun usia remaja ke dalam dua bagian, yaitu remaja awal

10-14 tahun dan remaja akhir 15-24 tahun. Terdapat perbedaan ciri

khas/karakteristik yang signifikan dari kedua kelompok remaja tersebut, yaitu:

Tabel 2.1

Karakterisrik/Ciri Khas Remaja12

Remaja Awal (10-14 tahun) Remaja Akhir (15-24 tahun) • Status tidak menentu

• Lebih matang dalam menghadapi masalah

• Campur tangan dari orang lain berkurang

• Ketenangan emosional bertambah

• Realistis bertambah

Pada kategori mahasiswa sebagai remaja akhir, dianggap sudah lebih

realistis dalam menghadapi masalah, hal ini dikarenakan bertambahnya

11

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja(Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9.

12

(37)

pengalaman dan kemampuan berpikir yang semakin baik lagi.

Letupan-letupan emosi pun sudah mulai dapat diredam. Hal itu tentu saja baik dalam

menghadapi permasalahan pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

Tentunya hal ini tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari lingkungan di

mana tumbuh dan berkembang seperti keluarga maupun kelompok

persahabatan.

3. Pengungkapan Diri Remaja dengan Keluarga

Komunikasi keluarga sangatlah penting dalam perkembangan remaja

menuju tahap kedewasaan. Remaja sangat membutuhkan pendampingan

keluarga terutama orang tua untuk menghadapi tuntutan, baik dari dalam

dirinya maupun lingkungan. Remaja membutuhkan jalinan komunikasi yang

baik yang dapat bebas mengutarakan isi hatinya dengan jujur. Salah satu

aspek penting dalam komunikasi keluarga adalah pengungkapan diri (self-disclosure).13

Pengungkapn diri dirasa penting untuk mengetahui pikiran, perasaan

remaja akan sesuatu dengan jujur dan kemudian pikiran dan perasaan tersebut

akan diterima dengan bebas oleh anggota keluarga lain. oleh karena itu

dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik antar anggota keluarga.

13

(38)

Menurut Jalaluddin Rakhmat terdapat faktor-faktor yang menumbuhkan

hubungan interpersonal yang baik yaitu:

a. Percaya(trust)

“Percaya” akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena

membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan

informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai

maksudnya. Tanpa adanya percaya tidak akan ada pengertian, tanpa

pengertian terjadi kegagalan komunikasi. Hilangnya kepercayaan pada

orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang

akrab.

b. Sikap Suportif

Sikap sportif dapat mengurangi sikap defensif dalam berkomunikasi.

Seseorang yang memiliki sikap defensif akan sulit menerima orang lain,

tidak jujur, dan pada akhirnya mendangkalkan hubungan interpersonal.

Sikap defensif yaitu, melindungi diri dari segala ancaman yang

mengakibatkan pesan tidak tersampaikan secara utuh.

c. Sikap Terbuka

Sikap terbuka adalah lawan dari dogmatisme. Dengan adanya sikap

terbuka dapat menilai pesan secara objektif, melihat dari beberapa sisi,

bahkan kesediaan mengubah kepercayaannya.14

14

(39)

Dijelaskan lebih dalam oleh Suranto Aw, bahwa sikap terbuka (open -mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya keterbukaan kita dapat

menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan

informasi penting kepada orang lain.15

Melalui keterbukaan orang tua dapat berbagi pengalaman secara luas dan

terbuka kepada remaja dan nantinya remaja akan menentukan sikap maupun

mengambil keputusan dengan tepat. Namun, apabila dalam keluarga tidak

diberlakukan proses pengungkapan diri antara remaja dan orang tua, maka

remaja akan mencari figur lain supaya dapat membuka diri dengan bebas dan

mendapatkan timbal balik.

4. Pengungkapan Diri Remaja dengan Kelompok Sebaya

Kelompok teman sebaya adalah suatu komunitas berisi individu-individu

yang memiliki banyaknya kesamaan dibidang usia, kebutuhan, perasaan,

minat, tujuan, dan lain-lain. Dengan kesamaan itu semakin menguatkan

individu di dalam kelompok ketika menjalankan hubungan.

Untuk lebih menjelaskan makna dari kelompok sebaya maka peneliti

memaparkan hakikat kelompok sebaya, yaitu:

15

(40)

a) Kelompok sebaya terbentuk dari kelompok informal menjadi organisasi.

Semula individu bukan merupakan anggota kelompok sekarang

membentuk suatu kelompok dan bertumbuh di dalamnya.

b) Kelompok sebaya memiliki aturan-aturan yang dibuat sendiri, baik ke

dalam maupun ke luar.

c) Kelompok sebaya menunjukkan tradisi, kebiasaan, nilai, norma. Bahkan

bahasa mereka. Adapun contohnya dalam kelompok itu ada standar

tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam

bertingkah laku.

d) Pembentukan kelompok sebaya sepenuhnya disetujui oleh orang dewasa.

Dengan adanya kelompok sebaya maka, orang tua akan lebih mudah

mengawasi anaknya ataupun disetujui oleh guru sebagai sarana

pembelajaran bersosialisasi di dalam kelompok.

e) Kelompok sebaya pun bisa dijadikan lembaga kedua yang utama untuk

sosialisasi. Di mana dunia sosial anak meluas dari lingkungan keluarga

menuju lingkungan sosial.16

Suatu kebutuhan yang nyata sekali pada anak adalah dukungan dari

teman-teman sebaya. Remaja ingin sekali menjadi populer dan disenangi di

kalangan teman-teman. Terjadi perubahan sikap pada remaja, ia lebih

mengikuti norma kelompok dan mulai membebaskan dari ketergantungan

16

(41)

pada orang tua.17 Di dalam kelompok sebaya, individu merasa menemukan

dirinya serta dapat mengembangkan rasa sosial sesuai dengan kepribadiannya.

Dalam kelompok seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya

biasanya yang lebih mengerti persoalan yang dihadapi. Mereka saling

menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak dapat

mereka ceritakan pada orang tua maupun guru. Kebersamaan inilah yang

menyebabkan tali persahabatan antar anggota makin kuat. Mereka tidak segan

untuk memceritakan hal-hal seperti percintaan, persahabatan sampai dengan

permasalahan keluarga.

C. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Terdapat beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan

oleh beberapa pakar. Robin sebagaimana dikutip dalam Syafaruddin,

berpendapat bahwa pengambilan keputusan ialah proses memilih dua

alternatif atau lebih untuk diimplementasikan dalam suatu tindakan tertentu.18

Demikian pula Drummond berpendapat bahwa pengambilan keputusan

merupakan usaha menciptakan dan membentuk masa depan

(peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Mondy dan Premeaux

17

Elfi Yuliani Rochmah,Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), h.188.

18

(42)

menjelaskan bahwa “decision making is the process of generating and

evaluating alternatives and making choices among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses menghasilkan dan

mengevaluasi alternatif untuk membuat keputusan dari alternatif di

antaranya.19

Sejalan dengan pendapat di atas, Prajudi mengemukakan bahwa

pengambilan keputusan merupakan proses dari suatu sistem tindakan yang

memiliki beberapa komponen di dalamnya.20

Bertolak dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah

dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif)

untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan

(disengaja).

2. Jenis Keputusan

a. Keputusan yang diprogramkan(program decision)

Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada

masalah yang diketahui secara baik (well-structured problems). Informasi juga tersedia secara mencukupi untuk digunakan dalam mengambil

keputusan. Masalah yang hendak dipecahkan pun bersifat teknis, biasanya

19

Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta; Gramedia, 2004), h. 46.

20

(43)

prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan

dalam suatu pedoman.21

b. Keputusan yang tidak diprogramkan(non-programmed decision)

Keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan

masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems).

Merupakan usaha dalam memecahkan masalah baru yang belum pernah

dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, sukar mengenali bentuk,

informasi kurang tersedia, dan belum mengetahui dampak yang akan

dihadapi.22

Pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi merupakan

jenis Keputusan yang tidak diprogramkan meskipun informasi yang diterima

bisa cukup banyak dari berbagai sumber, namun tidak ada pedoman baku

yang mengatur dalam pengambilan keputusan ini. Lagipula ini merupakan

usaha memecahkan kasus baru yang belum pernah dialami oleh remaja akhir

sebelumnya, sehingga membutuhkan daya nalar yang tinggi digabungkan

dengan tindakan yang berorientasi pada efektivitas pemecahan.

21

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 25.

22

(44)

3. Proses Pengambilan Keputusan

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dapat dilihat pada

gambar berikut:

Dari gambar tersebut bisa dijelaskan bahwa proses yang perlu dilewati dalam

mencapai pengambilan keputusan yang efektif melewati lima tahap, yaitu:

a. Identifikasi masalah

Mempelajari atau mengenali masalah yang dihadapi. Oleh karena itu

faktor-faktor yang menjadi peluang (kekuatan dan kelemahan) harus

diidentifikasi sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistematis.

Dalam tahap ini pun penting dilakukan perumusan masalah, yang

berfungsi sebagai penentu tindakan yang akan diambil. Kalau masalah

tidak dirumuskan dengan benar, bisa mengakibatkan tindakan yang salah

bahkan menciptakan masalah baru. Masalah itu harus memberikan

tekanan untuk bertindak. Karena masalah tanpa tekanan untuk bertindak

menjadi masalah yang dapat ditunda.23

23

Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 150.

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan

(45)

Tekanan dalam memilih perguruan tinggi dapat berupa harapan

maupun berupa batas waktu dalam memilih perguruan tinggi, harapan

orang tua untuk masuk ke perguruan tinggi favorit, maupun peluang

perguruan tinggi yang sedikit sehingga memacu untuk belajar semakin

giat lagi.

b. Membuat alternatif-alternatif

Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi

jawaban dalam pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai

alternatif yang dibuat akan dipilih mana yang paling menguntungkan

dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini tidak ada usaha

yang dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif itu, hanya

mendaftar saja.24

Untuk mempermudah dan memperkaya dalam pembuatan alternatif

maka dibutuhkan informasi-informasi yang sesuai dengan permasalahan.

Syarat dari informasi yang efektif, yaitu: mutakhir, lengkap, dapat

dipercaya, bersumber dari data yang terolah dengan baik, dan disajikan

dalam bentuk yang mudah dipahami.25

Terdapat beberapa sumber informasi yang dapat digunakan dalam

membuat alternatif yaitu, sumber pribadi, komersial, publik, maupun

24

Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 151.

25

(46)

pengalaman.26 Sumber informasi tersebut bisa digunakan dalam memilih

perguruan tinggi seperti:

 Sumber pribadi : keluarga, teman, guru, tetangga, kenalan

 Sumber komersial : iklan

 Sumber publik : brosur, pamflet, dan internet

 Sumber pengalaman : pengalaman dan masukan dari orang lain

yang sudah memilih perguruan tinggi

c. Mengevaluasi alternatif

Dalam proses ini individu harus dapat menilai keuntungan dan

kerugian atau kelemahan dan kekuatan dari masing-masing alternatif.

Salah satu upaya yang dapat membantu adalah pembuatan kriteria tertentu

berdasar standar yang dimiliki atau pun yang diharapkan individu.

Pemberian bobot dalam tiap-tiap alternatif berdasarkan kriteria yang

paling penting pun dapat membantu secara nyata dalam pengevaluasian

alternatif.27 Misalnya kriteria dari perguruan tinggi yang diharapkan

adalah; sesuai dengan minat, biaya yang murah, peluang pekerjaan yang

terbuka lebar, akreditasi yang baik, banyaknya beasiswa, dll. Maka kita

dapat memberikan bobot berkisar 1-10 berdasarkan preferensi pribadi.

26

Noer, “Sumber Informasi Konsumen Produksi Rotan”,

http://noerdblog.wordpress.com/2012/06/18/sumber-informasi-konsumen-produk-kursi-rotan/diakses pada 16 September 2013.

27

(47)

Dengan begitu dapat terlihat peguruan tinggi mana yang mewakili kriteria

kita dan “paling baik” untuk kita pilih.

d. Mengimplementasi alternatif

Meskipun proses pemilihan telah terjadi dalam langkah sebelumnya,

keputusan tersebut masih dianggap gagal apabila belum direalisasikan

dalam bentuk tindakan. Tentu saja yang keputusan yang diaplikasikan

adalah alternatif terbaik yang mendatangkan manfaat paling besar atau

membuahkan kerugian yang paling kecil dari sejumlah alternatif yang

telah melewati tahapan evaluasi.

Perlu adanya keyakinan diri sendiri, bahwa keputusan yang dipilih

merupakan keputusan yang tepat dan benar, yang apabila dilaksanakan

dengan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan.28 Diperlukan

pula komitmen dan konsistensi dari individu dalam menjalankan

keputusan yang telah diambil.

e. Mengevaluasi keputusan

Keputusan yang ditetapkan dan telah dilaksanakan haruslah

dievaluasi apakah hasil yang diharapkan sebelumnya dengan hasil yang

nyatanya dicapai berbanding lurus atau bahkan terbalik. Tiap pengambil

keputusan akan langsung merasakan manfaat maupun akibat dari

keputusan yang dia ambil. Jika keputusan belum sesuai maka, tindakan

28

(48)

perlu diperbaiki dan kembali melihat alternatif yang diajukan atau

menambah kembali daftar alternatif untuk keputusan yang akan diambil

berikutnya.

Pengambilan keputusan dapat terjadi di mana-mana dan dilakukan

oleh setiap orang dalam setiap harinya. Pengambilan keputusan sesungguhnya

bersifat dinamis dan siklikal, yaitu bila individu sudah memilih, menjalankan,

dan merasakan konsekuensi dari pilihan yang sebelumnya dia buat maka dia

akan mengulang kembali proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan

manfaat yang paling optimal dan membuahkan pilihan yang paling minimal.

Begitu seterusnya.

4. Komunikasi Antarpribadi dan Pengambilan Keputusan

Fungsi komunikasi antarpribadi/interpersoanl berhubungan dengan

perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi

memberikan informasi yang diperlukan individu atau kelompok untuk

mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan

mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.

Komunikasi antarpribadi pun berfungsi sebagai sarana untuk mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung

(49)

menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapatkan

pengaruh yang menungkinkan terjadinya perubahan sikap.29

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi

dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui fungsinya sebagai

pemberi informasi maupun sarana mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

dari individu yang melakukan pengambilan keputusan.

D. Kerangka Berpikir

Keterangan:

1) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) merupakan variabel bebas yang

memiliki pengaruh dengan memilih perguruang tinggi.

2) Pengungkapan diri kepada kelompok sebaya (X2) merupakan variabel

bebas yang memiliki pengaruh dengan memilih perguruan tinggi.

29

Suranto Aw,Komunikasi Interpersonal, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h.21.

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

X1

Y

X2

Pengungkapan diri kepada Keluarga

Pengungkapan diri kepada kelompok sebaya

(50)

3) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2)

merupakan variabel bebas yang secara bersama-sama memiliki pengaruh

(51)

38

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 95,

Ciputat 15412, Telp (62-21) 740152, Fax (62-21) 7402982.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel, yaitu keluarga dan

kelompok sebaya. Menurut Burhan Bungin, penelitian eksplanasi dimaksudkan untuk

menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan

hubungan, perbedaan atau pengaruh suatu variabel dengan variabel lain. Karena itu

penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis.1

Dalam pelaksanaannya, explanatory research ini menggunakan metode penelitian survei. Pada format eksplanasi survei, peneliti diwajibkan membangun

hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan melalui kuesioner sebagai alat

pengumpul data.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Prosesnya berawal dari teori, selanjutnya diturunkan menjadi hipotesis penelitian

1

(52)

yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris

yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai temuan penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 penentuan populasi ini menjadi

sangat penting karena melalui penentuan populasi seluruh kegiatan penelitian dapat

terarah.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan

2012, pemilihan subjek tersebut dilakukan dengan pertimbangan:

1. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan kategori dari remaja akhir,

karena memiliki kisaran umur antara 15-24 tahun.

2. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan angkatan yang baru saja

memilih perguruan tinggi pada saat penelitian ini berlangsung, pada tahun 2013,

sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi secara baik.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 438 mahasiswa yang terdiri dari 164

mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 56 mahasiswa Konsentrasi

Jurnalistik, 30 mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, 35 mahasiswa

2

(53)

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 58 mahasiswa Jurusan Manajemen

Dakwah, 55 mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan 40 mahasiswa Jurusan

Manajemen Haji dan Umroh.

Tabel 3.1

Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012

No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah

1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 80 84 164

2. Jurnalistik 26 30 56

3. Pengembangan Masyarakat Islam 18 12 30

4. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 12 23 35

5. Manajemen Dakwah 41 17 58

6. Kesejahteraan Sosial 26 29 55

7. Manajemen Haji dan Umroh 25 15 40

Jumlah 228 210 438

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Kesimpulan dari sampel akan digeneralisasikan pada populasi.3 Dalam

penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random sampling. Proportional dimaksudkan agar komposisi sampel yang diambil dari tiap bidang memiliki prosentase yang seimbang, sedangkan random

dimaksudkan agar setiap anggota populasi yang ada di tiap bidang dan memenuhi

karakteristik subjek penelitian, akan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 209 orang. Pengambilan jumlah

sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin dengan taraf

kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau taraf kesalahan 5%.

3

(54)

Rumus perhitungan besaran sampel:

Keterangan:

n :Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

e :Batas toleransi kesalahan(error tolerence)dalam penelitian ini sebesar 0,05.4 Tabel 3.2

Gambaran Sampel Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012

No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah

1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 36 42 78

2. Jurnalistik 12 15 27

3. Pengembangan Masyarakat Islam 8 6 14

4. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 6 11 17

5. Manajemen Dakwah 19 9 28

6. Kesejahteraan Sosial 12 14 26

7. Manajemen Haji dan Umroh 12 7 19

Jumlah 105 104 209

D. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh.5 Dalam

penelitian ini data yang digunakan adalah data primer.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di

lokasi penelitian atau objek penelitian.6 Dalam penelitian ini data primer

menggunakan kuesioner, dan sumber data diperoleh dari responden, yaitu orang yang

4

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif( Jakarta: Kencana, 2009), h. 105.

5

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129.

6

(55)

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Responden dalam

penelitian ini, diambil dari mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.7

Dalam penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.

Kuesioner akan diberikan kepada mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 yang

diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti.

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen)

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu

pada variabel terikat. Variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel terikat.8Adapun yang menjadi variabel bebas adalah:

7

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 142.

8

(56)

Pengungkapan Diri (X)

Pengungkapan diri adalah bentuk komunikasi interpersonal yang didalamnya

terdapat pengungkapan ide, gagasan, informasi mengenai diri sendiri yang bersifat

rahasia dan belum pernah diungkapkan kepada orang lain secara jujur.

Pengungkapan diri pada subjek diukur melalui Skala Pengungkapan Diri yang

disusun berdasarkan aspek-aspek menurut De Vito. Adapun aspek-aspek tersebut

adalah: ukuran/jumlah (amount), valensi (valency), kecermatan dan kejujuran

(accuracy and honesty), maksud dan tujuan(intention), dan keakraban (intimacy).9 Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat dan membandingkan variabel bebas mana yang lebih berpengaruh,

sehingga variabel bebas dibagi menjadi: Pengungkapan diri mahasiswa dengan Keluarga (X1)danPengungkapan diri mahasiswa denganPeer group(X2)

Tinggi rendahnya pengungkapan diri dapat diketahui berdasarkan skor yang

diperoleh dari skala pengungkapan diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh

menunjukkan bahwa pengungkapan dirinya semakin tinggi, sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah pulapengungkapan dirinya.

9

(57)

Tabel 3.3

tempat berbagi ketika menghadapi masalah

b. Mampu mengatur

(58)

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen.10 Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini

adalah:

Pengambilan Keputusan (Y)

Pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah

dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif) untuk

menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan (disengaja).

Terdapat langkah-langkah dalam pengambilan keputusan memilih perguruan

tinggi yang dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux. Adapun langkah-langkahnya,

adalah: mengidentifikasi masalah, membuat alternatif-alternatif, mengevaluasi

alternatif, mengimplementasikan alternatif, dan mengevaluasi keputusan.11

Tinggi rendahnya efektivitas pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi

dapat diketahui berdasarkan skor yang diperoleh dari skala langkah-langkah

pengambilan keputusan. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa

pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi semakin efektif, sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin tidak efektif pula

pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

10

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif( Jakarta: Kencana, 2009), h. 62.

11

(59)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Pengambilan Keputusan

Variabel Langkah-langkah Indikator Deskriptor

Pengambilan Keputusan

1) Identifikasi Masalah a) Mengenali masalah 2) Membuat Alternatif a) Mendiskusikan

masalah 3) Evaluasi Alternatif a) Mengevaluasi

kelebihan dan

(60)

G. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Metode pengukuran

menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban

tengah. Dengan demikian, pada setiap skala yang disusun terdapat enam alternatif

jawaban yang ditawarkan. Upaya menghilangkan jawaban tengah tersebut berpijak

pada tiga alasan, yaitu:

a. Jawaban tengah memiliki arti ganda sebab responden belum dapat

memutuskan atau memberikan jawaban yang pasti sehingga ia memberikan

jawaban netral atau ragu-ragu.

b. Adanya alternatif jawaban tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk

memilih jawaban tersebut (Central Tendency), terutama pada responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c. Penghilangan alternatif jawaban tengah memberikan kesempatan untuk

melihat kecenderungan jawaban responden ke arah positif atau negatif.12

Dalam hal ini skala yang digunakan adalah 1 sampai 6 dengan keterangan

sebagai berikut:

STS = JikaSangat Tidak Setujudengan pernyataan

TS = JikaTidak Setujudengan pernyataan

12

Gambar

Tabel 5.10Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Pengungkapan Diri
Gambar 1.1 Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah ....... 6
Tabel 1.1Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah
Grafik 1.1Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah
+7

Referensi

Dokumen terkait