BAB II KAJIAN TEORI
B. Remaja
4. Pengungkapan Diri Remaja dengan Kelompok Sebaya
Kelompok teman sebaya adalah suatu komunitas berisi individu-individu yang memiliki banyaknya kesamaan dibidang usia, kebutuhan, perasaan, minat, tujuan, dan lain-lain. Dengan kesamaan itu semakin menguatkan individu di dalam kelompok ketika menjalankan hubungan.
Untuk lebih menjelaskan makna dari kelompok sebaya maka peneliti memaparkan hakikat kelompok sebaya, yaitu:
15
a) Kelompok sebaya terbentuk dari kelompok informal menjadi organisasi. Semula individu bukan merupakan anggota kelompok sekarang membentuk suatu kelompok dan bertumbuh di dalamnya.
b) Kelompok sebaya memiliki aturan-aturan yang dibuat sendiri, baik ke dalam maupun ke luar.
c) Kelompok sebaya menunjukkan tradisi, kebiasaan, nilai, norma. Bahkan bahasa mereka. Adapun contohnya dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.
d) Pembentukan kelompok sebaya sepenuhnya disetujui oleh orang dewasa. Dengan adanya kelompok sebaya maka, orang tua akan lebih mudah mengawasi anaknya ataupun disetujui oleh guru sebagai sarana pembelajaran bersosialisasi di dalam kelompok.
e) Kelompok sebaya pun bisa dijadikan lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi. Di mana dunia sosial anak meluas dari lingkungan keluarga menuju lingkungan sosial.16
Suatu kebutuhan yang nyata sekali pada anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya. Remaja ingin sekali menjadi populer dan disenangi di kalangan teman-teman. Terjadi perubahan sikap pada remaja, ia lebih mengikuti norma kelompok dan mulai membebaskan dari ketergantungan
16
pada orang tua.17 Di dalam kelompok sebaya, individu merasa menemukan
dirinya serta dapat mengembangkan rasa sosial sesuai dengan kepribadiannya. Dalam kelompok seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya biasanya yang lebih mengerti persoalan yang dihadapi. Mereka saling menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun guru. Kebersamaan inilah yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota makin kuat. Mereka tidak segan untuk memceritakan hal-hal seperti percintaan, persahabatan sampai dengan permasalahan keluarga.
C. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Terdapat beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh beberapa pakar. Robin sebagaimana dikutip dalam Syafaruddin, berpendapat bahwa pengambilan keputusan ialah proses memilih dua alternatif atau lebih untuk diimplementasikan dalam suatu tindakan tertentu.18
Demikian pula Drummond berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha menciptakan dan membentuk masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Mondy dan Premeaux
17
Elfi Yuliani Rochmah,Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), h.188.
18
Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta; Gramedia, 2004), h. 45.
menjelaskan bahwa “decision making is the process of generating and evaluating alternatives and making choices among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses menghasilkan dan mengevaluasi alternatif untuk membuat keputusan dari alternatif di antaranya.19
Sejalan dengan pendapat di atas, Prajudi mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dari suatu sistem tindakan yang memiliki beberapa komponen di dalamnya.20
Bertolak dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif) untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan (disengaja).
2. Jenis Keputusan
a. Keputusan yang diprogramkan(program decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada masalah yang diketahui secara baik (well-structured problems). Informasi juga tersedia secara mencukupi untuk digunakan dalam mengambil keputusan. Masalah yang hendak dipecahkan pun bersifat teknis, biasanya 19
Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta; Gramedia, 2004), h. 46.
20
prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam suatu pedoman.21
b. Keputusan yang tidak diprogramkan(non-programmed decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems).
Merupakan usaha dalam memecahkan masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, sukar mengenali bentuk, informasi kurang tersedia, dan belum mengetahui dampak yang akan dihadapi.22
Pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi merupakan jenis Keputusan yang tidak diprogramkan meskipun informasi yang diterima bisa cukup banyak dari berbagai sumber, namun tidak ada pedoman baku yang mengatur dalam pengambilan keputusan ini. Lagipula ini merupakan usaha memecahkan kasus baru yang belum pernah dialami oleh remaja akhir sebelumnya, sehingga membutuhkan daya nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang berorientasi pada efektivitas pemecahan.
21
Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 25.
22
Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 26 - 27.
3. Proses Pengambilan Keputusan
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dapat dilihat pada gambar berikut:
Dari gambar tersebut bisa dijelaskan bahwa proses yang perlu dilewati dalam mencapai pengambilan keputusan yang efektif melewati lima tahap, yaitu: a. Identifikasi masalah
Mempelajari atau mengenali masalah yang dihadapi. Oleh karena itu faktor-faktor yang menjadi peluang (kekuatan dan kelemahan) harus diidentifikasi sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistematis. Dalam tahap ini pun penting dilakukan perumusan masalah, yang berfungsi sebagai penentu tindakan yang akan diambil. Kalau masalah tidak dirumuskan dengan benar, bisa mengakibatkan tindakan yang salah bahkan menciptakan masalah baru. Masalah itu harus memberikan tekanan untuk bertindak. Karena masalah tanpa tekanan untuk bertindak menjadi masalah yang dapat ditunda.23
23
Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 150.
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Syafaruddin (2004: 55-57) Identifikasi Masalah Membuat Alternatif Evaluasi Alternatif Implementasi Alternatif Evaluasi Keputusan
Tekanan dalam memilih perguruan tinggi dapat berupa harapan maupun berupa batas waktu dalam memilih perguruan tinggi, harapan orang tua untuk masuk ke perguruan tinggi favorit, maupun peluang perguruan tinggi yang sedikit sehingga memacu untuk belajar semakin giat lagi.
b. Membuat alternatif-alternatif
Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi jawaban dalam pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai alternatif yang dibuat akan dipilih mana yang paling menguntungkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif itu, hanya mendaftar saja.24
Untuk mempermudah dan memperkaya dalam pembuatan alternatif maka dibutuhkan informasi-informasi yang sesuai dengan permasalahan. Syarat dari informasi yang efektif, yaitu: mutakhir, lengkap, dapat dipercaya, bersumber dari data yang terolah dengan baik, dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami.25
Terdapat beberapa sumber informasi yang dapat digunakan dalam membuat alternatif yaitu, sumber pribadi, komersial, publik, maupun
24
Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 151.
25
Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 81.
pengalaman.26 Sumber informasi tersebut bisa digunakan dalam memilih
perguruan tinggi seperti:
Sumber pribadi : keluarga, teman, guru, tetangga, kenalan
Sumber komersial : iklan
Sumber publik : brosur, pamflet, dan internet
Sumber pengalaman : pengalaman dan masukan dari orang lain yang sudah memilih perguruan tinggi
c. Mengevaluasi alternatif
Dalam proses ini individu harus dapat menilai keuntungan dan kerugian atau kelemahan dan kekuatan dari masing-masing alternatif. Salah satu upaya yang dapat membantu adalah pembuatan kriteria tertentu berdasar standar yang dimiliki atau pun yang diharapkan individu.
Pemberian bobot dalam tiap-tiap alternatif berdasarkan kriteria yang paling penting pun dapat membantu secara nyata dalam pengevaluasian alternatif.27 Misalnya kriteria dari perguruan tinggi yang diharapkan
adalah; sesuai dengan minat, biaya yang murah, peluang pekerjaan yang terbuka lebar, akreditasi yang baik, banyaknya beasiswa, dll. Maka kita dapat memberikan bobot berkisar 1-10 berdasarkan preferensi pribadi.
26
Noer, “Sumber Informasi Konsumen Produksi Rotan”,
http://noerdblog.wordpress.com/2012/06/18/sumber-informasi-konsumen-produk-kursi-rotan/diakses pada 16 September 2013.
27
Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. Hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 152.
Dengan begitu dapat terlihat peguruan tinggi mana yang mewakili kriteria kita dan “paling baik” untuk kita pilih.
d. Mengimplementasi alternatif
Meskipun proses pemilihan telah terjadi dalam langkah sebelumnya, keputusan tersebut masih dianggap gagal apabila belum direalisasikan dalam bentuk tindakan. Tentu saja yang keputusan yang diaplikasikan adalah alternatif terbaik yang mendatangkan manfaat paling besar atau membuahkan kerugian yang paling kecil dari sejumlah alternatif yang telah melewati tahapan evaluasi.
Perlu adanya keyakinan diri sendiri, bahwa keputusan yang dipilih merupakan keputusan yang tepat dan benar, yang apabila dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan.28 Diperlukan
pula komitmen dan konsistensi dari individu dalam menjalankan keputusan yang telah diambil.
e. Mengevaluasi keputusan
Keputusan yang ditetapkan dan telah dilaksanakan haruslah dievaluasi apakah hasil yang diharapkan sebelumnya dengan hasil yang nyatanya dicapai berbanding lurus atau bahkan terbalik. Tiap pengambil keputusan akan langsung merasakan manfaat maupun akibat dari keputusan yang dia ambil. Jika keputusan belum sesuai maka, tindakan
28
Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 248.
perlu diperbaiki dan kembali melihat alternatif yang diajukan atau menambah kembali daftar alternatif untuk keputusan yang akan diambil berikutnya.
Pengambilan keputusan dapat terjadi di mana-mana dan dilakukan oleh setiap orang dalam setiap harinya. Pengambilan keputusan sesungguhnya bersifat dinamis dan siklikal, yaitu bila individu sudah memilih, menjalankan, dan merasakan konsekuensi dari pilihan yang sebelumnya dia buat maka dia akan mengulang kembali proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan manfaat yang paling optimal dan membuahkan pilihan yang paling minimal. Begitu seterusnya.