• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pengajian majelis taklim al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan pengajian majelis taklim al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH

PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Oleh

Siti Robi’atul Badriyah

NIM:106051001756

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG

BANTARGEBANG BEKASI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Oleh

Siti Robi’atul Badriyah NIM:10605111756

Pembimbing,

Drs. Harun Asfar, MA. Nip :

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIEF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi" telah

diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 Juni 2010

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA.

NIP : 19630515 199203 1 006 NIP : 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Rini Laili Prihatini, M.Si. Dr. Elidar Husein, MA. NIP : 19580910 198703 2 001 NIP : 19451125 197106 2 001

Pembimbing

Drs. Harun Asfar, MA.

(4)

Peranan Pengajian Majelis Tak’lim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi

Majelis taklim dalam persoalan kehidupan masyarakat dan bangsa mempunyai fungsi yang sangat signifikan, terutama bagi Ukhuwah Wathaniyah.

Adapun kedudukan majelis taklim secara sosiologis bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya kaum bapak-bapak atau kaum ibu-ibu saja, melainkan mempunyai nilai teologis yang akan memberikan pengetahuan, penghayatan dan bimbingan perilaku untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Islam.

Penelitian ini diangkat atas dasar pemikiran yang menyatakan bahwa adanya peranan Majelis Taklim Al-barkah, maka dapat mendorong membina pengamalan Ibadah pada pemulung dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada sisi inilah penulis mengkaji keberadaan peranan Majlis Taklim Al-Barkah di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung, faktor penunjang dan penghambat, serta hasil-hasil yang dicapai oleh Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi.

Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung, kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.

(5)

Assalaamualaikum Wr.Wb

Alhamdulilahirabbil’alamin, Selayaknya penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat, dan barangsiapa yang diberi petunjuk-Nya maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu junjungan kita dan sebagai suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung doa dan harapan akhirnya penulis dapat menyelesaikan program S-1 di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia namun terkadang juga penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan hidup ke arah yang lebih baik lagi.

Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka perkenakanlah penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan supportnya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Ucapan Terimakasih ini penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarief

(6)

UIN Syarief Hidayatullah Jakarta;

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini;

4. Ibu Dra. Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan petunjuk, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini;

5. Drs. Harun Asfar, MA. pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulisan skripsi ini berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan di dalam skripsi ini;

6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut dapat bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya; 7. Bapak KH. Nasir Thabroni selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah

Bantargebang Bekasi, yang telah membantu memberikan informasi, baik berupa buku-buku maupun data lainnya;

8. Segenap staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

(7)

dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT menyayanginya dan memberikaan kemudahan dalam menjalani seluruh aktivitasnya sehari-hari. Amin.

10.Kepada Sahabatku teristimewa Assyiami Mustika Utami, Halimatusa’diyah, Fitria Ramdhani, Richa Mut’mainnah, Adila, dan Abdurahman, Wawan, tak lupa pula teman-teman KKS Cibatok 2, Ismail Marzuki, Ahmad Fauzi, Anne, Nuri, Haikal, Rifqi, Ade, Agan, Rifa’i, Adit, Basit, Dimas, dan Fahdi yang telah banyak membantu, membimbing dalam penulisan skripsi ini;

11.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan Aa-ku Sabarudin Bintang yang selalu menemani dan juga telah banyak memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis dan umumnya para pembaca, dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah dberikan kepada penulis dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan yang sempurna dan berlipat ganda hendaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodolgi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peranan ... 13

1. Pengertian Peranan ... 13

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan ... 15

B. Majelis Taklim ... 16

1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya ... 16

2. Fungsi Majelis Taklim ... 17

3. Tujuan Majelis Taklim ... 18

4. Jenis Jenis Majelis Taklim ... 19

5. Peranan Majelis Taklim ... 21

(9)

D. Unsur-unsur Dakwah ... 29

1. Subyek Dakwah ... 29

2. Objek Dakwah ... 31

3. Tujuan Dakwah ... 32

4. Metode Dakwah ... 34

5. Materi Dakwah ... 36

6. Media Dakwah ... 37

E. Pengamalan Ibadah ... 38

1. Pengertian Pengamalan Ibadah ... 38

2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 43

B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah ... 44

C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah ... 45

D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang ... 49

E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya ... 50

F. Profil Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 50

BAB IV ANALISA DATA A. Kegiatan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 56

(10)

Pembinaan para Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 60 D. Harapan Pemulung tentang Kegiatan

Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Ibadah ... 62 E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim

dengan Harapan Pemulung ... 63 BAB V PENUTUP

(11)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua-sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)
(13)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BARKAH

M A J E L I S T A K L I M A L - B A R K A H

Izin Depag No. : Kd.10.21./03/05/MT/25/08 No. Statistik : 10.21.03.05.25

Sekretariat : Jl. Pangkalan 1B No. 3 RT.003 RW.005 Bantargebang Bekasi, 17151 – Jawa Barat Telp. (021) 8250932-82650777

SURAT KETERANGAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama : KH. Nasir Thabroni

Jabatan : Ustadz sekaligus Ketua Majelis Taklim Al-Barkah

Menyatakan dengan sebenar-benarnya,

Nama : Siti Robi'atul Badriyah NIM : 106051001756

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama tersebut di atas benar telah mengadakan wawancara di Majelis Taklim Al-Barkah untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam rangka penelitian

skripsi yang berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi".

Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 4 April 2010 Ketua Majelis Taklim Al-Barkah

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang bijak mengatakan “Janganlah kau memandang ke atas dalam hal

kekayaan, tetapi pandanglah ke atas dalam hal ilmu”. Pepatah ini sangatlah

benar adanya. Seseorang wajib memandang keilmuan orang lain yang lebih

tinggi sehingga akan menjadikan motivasi untuk meningkatkan ilmu yang

dimilikinya, karena menuntut ilmu itu tak terbatas pada waktu maupun tempat.

Untuk memperoleh ilmu perlu ada usaha. Oleh karena itu Rasulullah pernah

meminta umat Islam agar menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.

Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa berkarya, berprestasi dan

menyempurnakan ibadah. Bisa disaksikan orang, banyak orang yang dapat

menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu.

Meningkatkan ilmu yang dimiliki, tidak cepat puas dalam memperoleh

ilmu, itu adalah suatu keharusan. Ada pepatah mengatakan “Di atas langit

masih ada langit” yang berarti bahwa suatu ketika seseorang merupakan orang

yang paling pandai atau paling tinggi ilmunya, tetapi di masa yang akan

datang mungkin justru dia yang paling rendah ilmunya.

Umat Islam menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib

shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa,

zakat, haji, dan sebagainya, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai

(15)

Ilmu dapat dipelajari secara berjenjang. Di Indonesia misalnya,

pendidikan formal dibagi kepada beberapa tingkatan dasar yang terdiri dari

SD/Ibtidaiyah dan SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah, dan perguruan tinggi yaitu

Akademi/Institut/Universitas.

Mengenai qoul (perkataan) Ulama, bahwa menuntut ilmu tidak

mengenal batas usia :

ﺪْﻬﱠ ا

ﻰ ا

ﺪْﻬ ْا

ْ ْا

ْﻃأ

)

ءﺂ ا

لﻮﻗ

(

Artinya : "Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.”

(Qoul Ulama)

Oleh karena itu, di samping pendidikan formal ada pula pendidikan

non formal, yaitu pendidikan yang bisa dilakukan di mana saja. Seperti di

perpustakaan, majlis taklim, melalui majalah, televisi, dan sebagainya.

Pendidikan non formal ini membantu sekali, salah satunya bagi kalangan

ibu-ibu sebagai seorang wanita yang telah memasuki rumah tangga. Tidak sedikit

di antara ibu-ibu yang merasa enggan untuk menuntut ilmu atau meningkatkan

ilmunya dengan aneka alasan. Seharusnya mereka sadar, justru pada

masa-masa itulah peningkatan ilmu sangat dibutuhkan, karena mereka akan

mendidik dan mengajari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi : yaitu keyakinan

atau aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tersebut merupakan

perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu sendiri. Islam adalah agama

risalah untuk manusia. Umat Islam adalah pendukung amanah untuk

(16)

manapun ia berada, menurut kemampuan masing-masing.1 Sebagaimana

firman Allah SWT :

نْﻮﻬْﻨ و

فوﺮْ ْﺎ

نوﺮ ْﺄ و

ﺮْﺨْا

ﻰ إ

نﻮ ْﺪ

ﺔﱠ أ

ْ ﻜﻨﱢ

ﻦﻜﺘْو

نﻮﺤ ْﻔ ْا

ه

ﻚﺋﻻْوأو

ﺮﻜﻨ ْا

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(QS.3:104)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah dalam arti yang luas

adalah mengajak, baik diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan

Rasulnya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah

SWT dan Rasul-Nya.

Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak

bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat. Ini adalah

kewajiban bagi pembawaan fitrah manusia sebagai social being (mahluk

sosial) dan kewajiban yang ditegakkan oleh risalah-risalah kitabullah dan

sunnah Rasul.2 Manusia pada dasarnya adalah mahkluk yang terbaik

dibanding makhluk lain.

Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikolgi Dakwah dijelaskan

bahwa arti bahasan dakwah itu ialah yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu

dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara

definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat

perbedaan dan kesamaan.

1

M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta; Media Dakwah, 1983). Cet. Ke-4, h. 110.

2

(17)

Dakwah Islamiah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW telah

berhasil membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah

yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah.

Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta

memberikan kerangka dinamika dan perubahan Islam dalam proses

perwujudan masyarakat adil dan makmur.3

Melaksanakan tugas dakwah Islamiah merupakan aktifitas dakwah

yang tak terpisahkan dari pembinaan dan peningkatan bagi ibadah ibu-ibu. Di

tengah kesibukan ibu-ibu bekerja dan mengurus rumah tangga pasti ada waktu

luangnya. Di waktu luang ibu-ibu, para da’i haruslah bisa memanfaatkannya

dengan sebaik-baiknya, misalnya mengumpulkan ibu-ibu dalam suatu wadah,

lembaga atau tempat, misalnya majelis taklim, sehingga akan memudahkan

para juru dakwah (ustadz atau ustadzah) untuk mempelajari ilmu ibadah, baik

yang sudah tahu ajaran Islam maupun yang belum mengetahui dan memahami

agama Islam.

Suatu perkembangan yang sangat baik, karena pada saat ini telah

banyak bermunculan majelis-majelis taklim, mulai majelis taklim anak-anak

(TPA), remaja, dan juga bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan timbulnya

kesadaran beragama di kalangan masyarakat, sehingga dengan demikian

tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma

dan nilai agama.4 Majelis mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh

lapisan masyarakat pada umumnya dan bagi kaum ibu-ibu pada khususnya.

3

Amrullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta; PWP2M, 1985), h. 285.

4

(18)

Secara bahasa (lughowi) majelis taklim berarti tempat belajar, akan

tetapi bagi masyarakat Bekasi lebih dari itu, majelis taklim di samping sebagai

tempat belajar agama non formal juga berarti penguyuban, orientasi dan

kehidupan wawasan agama dan kemasyarakatan, bahkan majelis taklim juga

termasuk lembaga orientasi, tradisi, pembentuk solidaritas dan rekreasi sehat

mengisi waktu luang. Barangkali kedudukannya sebagai lembaga pendidikan

non formal Islam itulah yang memungkinkan adanya peranan yang cukup

variasi.

Memang secara umum, fungsi lembaga majelis taklim barulah sekitar

pemberian penyuluhan tetapi perlu dicermati bahwa majlis taklim bukan

hanya semata-mata tempat bertemu dan bercanda, tetapi juga memiliki

berbagai macam kegiatan di antaranya sebagai tempat pembinaan mempelajari

agama dan meningkatkan keagamaan, membangun persaudaraan Islam,

perubahan mutu sosial dan sebagainya. Majelis taklim juga harus mampu

menciptakan bahwa dirinya bukan hanya sebagai himpunan orang dan arisan

tetapi sebagai gerakan penyebar rahmat Allah SWT.

Seperti halnya di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu sebagai lembaga

dakwah, yang mengemban tugas memberikan pendidikan ilmu agama non

formal. Tampaknya pengajian tidak hanya berpusat di masjid saja, tetapi juga

bagi mereka yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Berhubungan dengan

itu penulis berusaha mengungkap permasalahan dengan judul “Peranan

Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan

Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi”

(19)

1. Majlis taklim mempunyai peranan besar dalam membina pengalaman

ibadah pemulung di masyarakat pada umumnya;

2. Setiap kaum muslimin (pemulung) mempunyai kewajiban untuk

meningkatkan pengamalan ibadah;

3. Majlis Taklim Al-Barkah mempunyai potensi yang besar dalam membina

pengamalan ibadah bagi pemulung;

4. Di samping belum adanya penelitian yang membahas dengan judul di atas

yang mengambil lokasi di Majlis Taklim Al-Barkah Kelurahan

Bantargebang Bekasi tempat tinggal penulis, sehingga dapat menghemat

waktu, tenaga maupun biaya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Oleh karena permasalahan menyangkut majelis taklim pemulung

sangat luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam

"Peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah

Pemulung" pada kegiatan majelis taklim dengan pengamalan ibadah para

pemulung .

Melihat dari pembatasan di atas, maka penulis mengambil

rumusan-rumusan sebagai berikut :

1. Bagaimana kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina

pengamalan ibadah bagi Pemulung?

2. Bagaimana peranan pemulung pengajian tentang kegiatan Majelis Taklim

(20)

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan agama para

pemulung di Bantargebang Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis mempunyai

beberapa tujuan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengajian Majlis Taklim Al-

Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung;

2. Untuk mengetahui bagaimana harapan pemulung tentang kegiatan

pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam pengamalan ibadah

pemulung;

3. Untuk mengetahui apakah ada kesesuain antara kegiatan pengajian Majelis

Al-Barkah dengan harapan pemulung.

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan diatas, diharapkan dari hasil

penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Segi akademis

Dengan Penelitian ini berharap dapat memperkaya dari hasil

khasanah ilmiah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Segi praktis

Mengembangkan karya ilmiah yang bermutu untuk menambah

wawasan pengetahuan tentang peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam

(21)

Setelah melakukan penelitian, ada beberapa manfaat yang di dapat

oleh penulis yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

pengembangan ilmu dakwah Islam dibumi nusantara ini;

2. Menambah wawasan bagi para pembaca, tokoh dan praktisi dakwah dalam

mengembangkan ilmu dakwah;

3. Masyarakat lebih memahami betapa besar manfaatnya majelis taklim

dalam meningkatkan kualitas keagamaan bagi masyarakat pada umumnya

dan pemulung khususnya di Bantargebang Bekasi.

D. Metodolgi Penelitian

Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif,

dengan pendekatan deskriptif analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim

Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang

Bekasi. Penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari

berbagai literatur, wawancara langsung kemudian data-data yang terkumpul

dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.

1. Subjek dan objek penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mereka yang bertugas di

Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang, yang terdiri dari 1 orang ketua

sekaligus ustadz di Majelis Taklim Al-Barkah dan 10 orang jamaah

(22)

Sedangkan objek penelitian ini adalah Majelis Taklim Al-Barkah

yang terletak di Jalan Pangkalan 1B RT.03 RW.05 Kelurahan

Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi, Kode Pos 17151.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu yang digunakan peneliti dalam melakukan selama

3 bulan yang terhitung dari bulan Febuari-Mei 2010. Penelitian ini

dilakukan pada saat acara rutinitas pengajian. Hal ini dipilih oleh peneliti

karena dianggap lebih memfokuskan peneliti dalam melakukan penelitian

dan pengumpulan data sehingga peneliti diharapkan dapat seefisien

mungkin dalam penggarapan peneliti

3. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi

langsung atau tidak langsung dengan mengunakan wawancara, yakni

penulis melakukan wawancara dengan informan, ketua sekaligus ustadz

dan 10 ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.

4. Sumber data

Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil

penemuan penelitian survey serta hasil wawancara dengan ketua

sekaligus ustadz MajelisTaklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber

tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature

(23)

5. Teknik analisa data

Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah proses analisis

non statistik, yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan-

penyerdehanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di

interpretasikan.dalam penelitian ini penulis menggunakan kesimpulan

yang benar melalui proses pengumpulan,penyusunan,penyajian dan

penganalisaan data hasil penelitian dengan berwujud kata-kata.data

dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Penulis menganalisa

data dengan menggunakan kata-kata .data dikumpulkan dengan cara

observasi dan wawancara.Penulis menganalisa data dengan menggunakan

kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.

E. Tinjauan Pustaka

Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang peranan namun

tidak satupun peneliti menemukan skripsi yang membahas "Peranan Pengajian

Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung

Bantargebang Bekasi "

Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang majelis taklim

tetapi peneliti tidak menemui skripsi yang membahas tentang skripsi yang

peneliti tidak menemui skripsi yang peneliti tulis.

Skripsi itu antara lain "Peranan Majelis Taklim Darul Muttaqien dalam

Meningkatkan Pengamalan Ibadah Jama'ah Kaum Ibu di Kelurahan Pondok

Kacang Timur Tangerang" oleh Suhari (2006), "Peranan Majelis Taklim

(24)

(2002), "Peranan Majelis Taklim Hidayatul Mustaqim dalam Meningkatkan

Pengamalan Keagamaan Ibu-Ibu di Cinangka Sawangan Depok" oleh Sri

Lestari (2004)

Oleh karena itu, peneliti berusaha membandingkan karya tulis

terdahulu dengan skripsi yang peneliti kerjakan ini, dalam hal ini tentang

peranan majelis taklim.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teoritis. Dalam bab ini membahas tentang sekitar

majelis taklim, yaitu berisi pengertian peranan majelis taklim,

tujuan majelis taklim, peranan majelis taklim, materi dan

metode pengajaran majelis taklim, dan pengertian pengamalan

ibadah.

Bab III : Gambaran Umum Majelis Taklim Al-Barkah, membahas

tentang gambaran umum Majelis Taklim Al-Barkah, sejarah

berdirinya , tujuan majelis taklim dan struktur organisasi, dan

program jangka panjang dan pendek, profil pemulung

Bantargebang Bekasi.

Bab IV : Hasil penelitian, membahas tentang analisa hasil penelitian

yang berisi tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim

(25)

di Bantargebang Bekasi, harapan pemulung tentang kegiatan

pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina

pengamalan ibadah, dan kesesuaian antara kegiatan pengajian

Majelis Taklim Al-Barkah dengan harapan pemulung di

Bantargebang Bekasi.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peranan

1. Pengertian Peranan

Berbicara mengenai peranan, tentu tidak bisa dilepaskan dengan

status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling

berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi

kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau

memiliki peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam

masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu dengan

statusnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan adalah bagian dari

tugas utama yang harus dilaksanakan1, bagian yang dimainkan seorang

pemain dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa.2

Sedangkan Grass Mascan dan A.w.Mc.Eachern sebagaimana

dikutip oleh Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat

harapan-harapan yang di kenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial

tertentu. Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan

imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peran

itu di tentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1998), h.667

2

(27)

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat

didalam pekerjaan lainnya3

[image:27.595.109.505.210.526.2]

Dengan pengertian dan penjelasan tersebut di atas terlihat suatu

gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan

kewajiban-kewajiban dan keharusan keharusan yang di lakukan. Seseorang karena

kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau

lingkungan dimana ia berada.

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu4, dalam teorinya Biddle dan

Thomas membagi peristilahan dalam teori peristilahan dalam teori peran

dalam empat golongan yaitu istilah-istilah yang menyangkut :

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut;

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

c. Kedudukan orang-orang dalam prilaku;

d. Kaitan antara orang dan prilaku.5

Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang prilaku

dalam kaitannya dengan peran yakni :

a. Expectation (harapan);

b. Norm (norma);

c. Performance (wujud perilaku);

3

N. Grass, W.S. Massan and A.W.Mc. Eachern, Exploration Role Analisis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet .Ke-1,h.99-100

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada 2003), Cet ke -8 h.214

5

(28)

d. Evaluation (penilaian);6

e. Sanction (sanksi).

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan

Di atas telah disinggung bahwa ada hubungan yang erat sekali

antara peranan dengan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam

lingkungan sosial dikarenakan dengan ia mempunyai status akan

kedudukan dalam lingkungan sosial (masyarakat).

Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk

sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk

atau manusia lainnya. Maka pada posisi semacam inilah peranan sangat

menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan

masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan

peranannya, yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia tinggal.

Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry

terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat

terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh

pemegang peranan terhadap masyarakat.7

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari

masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan

sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan

tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh

6

Ibid,h216.

7

(29)

masyarakat kepadanya, dalam hal ini, peranan dapat sebagai bagian dari

struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga,

kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.

Demikian pula halnya pada majelis taklim yang memiliki tugas

untuk dapat memberikan kontribusinya yang berupa kegiatan-kegiatan

kepada masyarakat, khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah,

di situ ada suatu harapan besar masyarakat khususnya jamaah ibu-ibu

Majelis Taklim Al-Barkah, dengan berbagai macam kegiatan tersebut

yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah, Bisa dipahami dan terealisasikan

dalam pola kehidupan. Sehingga dapat meningkatkan pengamalan ibadah

jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al Barkah.

B. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya

Dalam Kamus Munjid yang dikutip oleh Luis Ma’luf bahwa kata

Majelis berasal dari bahasa arab yang berarti ( ) tempat duduk, dari

kata (

-

-

) jadi kata Majelisun merupakan Isim Makan

(kata keterangan tempat) dari kata Jalasa yang berarti tempat duduk yang

di dalamnya berkumpul orang-orang. Zukairini mengomentari bahwa

majelis yaitu tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan

kegiatan, Tempat dapat berupa mesjid, rumah atau juga tempat khusus

yang dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai Majelis

(30)

Bila diperhatikan Majelis Taklim berasal dari kata-kata majelis dan

taklim. Ada beberapa arti kata majelis ini yaitu sebagai berikut :

a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa Majelis adalah suatu

tempat yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk

melakukan aktivitas atau perbuatan;10

b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majelis adalah pertemuan dan

perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.

Dan kata ( ) berasal dari kata (

ﺎ ْ ْ

-

-

) yang berarti

mengajarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Taklim

adalah melatih manusia. Jadi dari beberapa pendapat tentang definisi

taklim, maka ditarik garis besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif

yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau

mengajarkan ilmu kepada orang lain. Bila kata Majelis dan Taklim

dirangkaikan menjadi satu, maka dapat diartikan dengan “Tempat

Pengajaran atau tempat memberikan dan mengajarkan ilmu agama”.

2. Fungsi Majelis Taklim

Fungsi majelis taklim menurut Prof. H. M. Arifin, M.Ed, majelis

taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan hidup manusia Indonesia,

khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka

meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathiniyah,

duniawi dan ukhrowi, secara simultan (bersamaan), sesuai tuntunan agama

10

(31)

Islam yaitu iman dan taqwa yang melandaskan kehidupan duniawi dalam

segala bidang kegiatannya.

Menurut Nurul Huda fungsi majelis taklim sebagai lembaga

pendidikan non formal adalah :

a. Memberikan semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh

kegiatan hidup manusia dan alam semesta;

b. Memberikan inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar potensi jamaah

dapat dikembangkan dan diaktifan secara maksimal dan optimal,

dengan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk kesejahteraan

bersama;

c. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan

kesatuan yang padat dan selaras.

3. Tujuan Majelis Taklim

Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis taklim, mungkin

rumusnya bermacam-macam. Dra. Hj. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa

tujuan Majelis Taklim dari segi fungsi, yaitu : pertama, berfungsi sebagai

tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan

keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman agama. kedua,

berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah

silaturahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya

adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan

lingkungan jamaahnya.13

13

(32)

Sedangkan sebagaimana telah disebutkan didalam Ensiklopedi

Islam, bahwa tujuan majelis taklim adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan

masyarakat, khususnya bagi jamaah;

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat;

c. Mempererat silatuhrahmi antar jamaah;

d. Membina kader di kalangan umat Islam.14

Senada dengan pendapat di atas, Manfred zimek mengatakan

bahwa tujuan dari majelis taklim adalah “Menyampaikan pengetahuan

nilai-nilai agama, maupun gambaran akhlak serta membentuk kepribadian

dan memantapkan akhlak".15 Merupakan wadah organisasi masyarakat

yang berbasis politik. Namun majelis taklim mempunyai peranan yang

sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

4. Jenis Jenis Majelis Taklim

Jenis-jenis majelis taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria,

di antaranya dari segi kelompok sosial dan dasar pengikat peserta.

Ditinjau dari kelompok sosial peserta atau jamaahnya majelis

taklim terdiri atas :

a. Majelis taklim kaum bapak, pesertanya khusus bapak-bapak;

b. Majelis taklim kaum ibu-ibu, pesertanya khusus ibu-ibu;

14

Dewan Redaksi Enksiklpedia Islaam (e) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Haeve, 1994), h.122.

15

(33)

c. Majelis taklim remaja, pesertanya khusus para remaja baik pria

maupun wanita;

d. Majelis taklim campuran, pesertanya merupakan campuran muda-mudi

dan pria wanita.

Ditinjau dari dasar pengikat peserta majelis taklim terdiri atas :

a. Majelis taklim yang diselanggarakan oleh masjid atau musholla

tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar

masjid atau mushola tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya

adalah masjid atau mushala.

b. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau

Rukun Tetangga (RT) tertentu. Dengan demikian dasar pengikatnya

adalah persamaan administrative.

c. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh kantor atau instansi tertentu

dengan peserta yang terdiri dari para pegawai atau karyawan beserta

keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi

yang bekerja

d. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh organisasi atau

perkumpulan tertentu dengan peserta yang terdiri dari pada anggota

atau simpatisan dari organisasi atau perkumpulan tersebut. Jadi dasar

pengikatnya adalah keanggotaan atau rasa simpati peserta terhadap

(34)

5. Peranan Majelis Taklim

Majelis taklim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian

majelis taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah,

sekolah atau perguruan tinggi majelis taklim bukanlah merupakan wadah

organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis taklim

mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

Peranan majelis taklim antara lain :

a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan

beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa

kepada Allah;

b. Taman rekreasi rohaniyah, karena penyelenggaraannya bersifat santai;

c. Wadah silaturahim yang menghidupkan syi’ar Islam;16

d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat Islam.

Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh

yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan

peningkatan pada kualitas pada hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran

Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam.Disamping itu guna

menyadarkan umat Islam dalam rangka mengahayati dan mengamalkan

ajaran agamanya yang konteksual kepada lingkungan hidup sosial budaya

dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai

Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

16

(35)

Jadi peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental

spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya

secara integral, lahiriyah dan bathaniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah

secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan

takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang

kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional

kita. 17

6. Materi dan Metode Pengajaran Majelis Taklim

a. Materi

Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam

majelis taklim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam

dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup

yang meliputi segala aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti

pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang

digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya didunia dan

untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan

demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi seluruh

aspek kehidupan.

Secara garis besar ada 2 kelompok pelajaran dalam majelis

taklim, yaitu kelompok pengetahuan agama dan kelompok

pengetahuan umum.

17

(36)

1) Kelompok Pengetahuan Agama

Bidang pengajaran yang masuk kelompokini antara lain, :

a) Tauhid adalah, mengesahkan Allah dalam hal mencipta,

menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya

kepadanya;

b) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan

akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong

menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi

sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.

c) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa,

zakat, dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal

yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi

pengertian wajib, sunah, halal, haram, makruh dan mubah.

Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut jamaah

akan patuh dengan semua hukum yang diatur oleh ajaran Islam;

d) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an

berikut penjelasannya, makna dan hikmahnya;

e) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan

persetujuan Nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan atau

hukum dalam agama Islam.

2) Kelompok Pengetahuan Umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang

disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya

(37)

agama artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut

hendaknya jangan dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa

ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan

Rasullah SAW.18

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu

diklasifikasikan menjadi lima bagian :

a) Majelis taklim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya

sebagai tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan

sebulan sekali pengurus majelis taklim mengundang seorang

guru untuk berceramah, itulah isi majelis taklim.

b) Majelis taklim mengajarkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan dasar ajaran agama seperti belajar mengaji

Al-Qur’an atau penerangan fiqih.

c) Majelis taklim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak

yang diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang

kadang-kadang dilengkapi dengan tanya-jawab.

d) Majelis taklim seperti butir ke-3 menggunakan kitab sebagai

pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.

e) Majelis taklim dengan atau ceramah dengan pelajaran pokok

yang diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan

dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.19

Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis

Taklim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin

18

(38)

kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud

program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu

sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Taklim

tidak terkesan kolot dan terbelakang.

b. Metode

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta

artinya melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode

adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.20

Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahan

pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih, makin efektif pencapaian

tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun bagi

majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode

mengajar dikelas yang tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada

metode mengajar dikelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis

taklim Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi

sekolah dengan majelis taklim.21

Adabeberapayang digunakan di Majelis Taklim, diantaranya:

1) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode ceramah.

Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara : pertama,

ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif

dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,

20

H.M.Arifin, Ilmu PendidikanIslam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), Cet. Ke-2,h.10

21

(39)

yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan.

Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan

untuk bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun

peserta atau jamaah sama-sama aktif.

2) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh.

Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran biasanya

dengan memegang suatu kitab tertentu.

3) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah

metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau

diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai

masalah yang disepakatyang suatu masalah yang disepakati untuk

dibahas.

4) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode campuran

artinya majelis taklim menyelanggarakan kegiatan pendidikan atau

pengajian tidak dengan satu macam metode saja , melainkan

denganberbagai metode secara berselang-seling.22.

C. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah,

merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari),

berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat

dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Dikatakan, orang yang

(40)

shalat. Seorang nabi, disebut da’i, orang yang mengajak manusia untuk

beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya (tauhid).23

Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminology, mengandung

beberapa arti yang beraneka ragam yang merupakan pendapat dari banyak ahli

ilmu dakwah, mereka memberikan pengertian yang berbeda-beda seseuai

dengan sudut pandang masing-masing di dalam memberikan pengertian

kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainnya

senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :

HSM. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah: "Setiap usaha aktivitas

dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil

manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan

garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah".24

Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah, "Mengajak dan

menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk

amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhirat."

Prof. Toha Yahya omar, mendefinisikan dakwah menurut Islam ialah :

"Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia

dan di akhirat".25

Dari definisi di atas, ada beberapa prinsip yang menjadi substansi,

sebagai berikut :

23

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet, ke-1. h,144

24

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta, Prenada Media, 2004). Cet,ke-1.h.5

25

(41)

1. Dakwah merupakan proses penyelanggaraan suatu usaha atau aktivitas

yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.

2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa :

a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau

memeluk agama Islam;

b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat;

c. Nahi munkar.

3. Proses usaha penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh

Allah SWT.

Islam adalah agama dakwah, dan mempertahankan kebebasan

berdakwah itu secara konsekwen.26

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas pula dapat ditegaskan

bahwa pengertian dakwah ialah mengajak mad’u untuk melakukan kebaikan

dan menjauhi larangan sesuai dengan ajaran Islam.

26

(42)

D. Unsur-unsur Dakwah

1. Subyek Dakwah

Berdasarkan masalah dakwah, maka tidak dapat dipisahkan dari

subjek dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan

satu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan dari sudut prosesnya.

Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek

dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’i, juru penerang, mubaligh, dan

lain sebagainya. Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses

dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.

Adapun pengertian da’i adalah ”orang yang menyeru, memanggil,

mengundang, atau mengajak”.27 Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke

jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (Mujahid) yang

mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat

manusia.28 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak, harus

memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat

menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan tidak bisa tidak,

harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat

menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar, ia

juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang

menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan

27

A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya: Usaha Nasional , 1983). Cet, ke-1. h. 33

28

(43)

mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi

tantangan yang berat.29

Menyeru ke jalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban

setiap muslim di manapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.

Jadi, setiap muslim adalah da’i sebagaimana Allah berfirman :

فْوﺮْ ْﺎ

نْوﺮ ْﺄ

ﺾْ

ءﺂ ْوا

ْ ﻬﻀْ

تﺎﻨ ْﺆ ْاو

نْﻮﻨ ْﺆ ْاو

ْا

نْﻮﻬْﻨ و

ﷲا

نْﻮ ْﻄ و

ةﺎآﱠﺰ ا

نْﻮ ْﺆ و

ةﻼﱠﺼ ا

نْﻮ ْﻘ و

ﺮﻜْﻨ

ْﻜ

ﺰْﺰ

ﷲا

ﱠنا

ﷲا

ﻬ ْﺮ

ﻚﺌ وا

ﻪ ْﻮ رو

Artinya : ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki atau perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.(QS. AT Taubah 9:71)

Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani

manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan

kewajiban sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam

rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai

syarat-syarat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian

kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai

syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil

yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang

perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasullulah

29

(44)

SAW. Karena ”Kehidupan Rasululoh SAW. Merupakan uswah bagi

umatnya, maka tentunya hal ini pun berlaku dalam dakwah Islam.30

Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus di

miliki da’i yaitu :

a. Kemampuan berkomunikasi;

b. Kemampuan menguasai diri;

c. Kemampuan pengetahuan psikologis;

d. Kemampuan pengetahuan pendidikan;

e. Kemampuan pengetahuan dibidang umum;

f. Kemampuan dibidang Al-Qur’an;

g. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih;

h. Kemampuan pengetahuan di bidang hadist;

i. Kemamampuan di bidang agama secara umum31.

Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da’i sehingga

dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran.

2. Objek Dakwah

Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi

usia, psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang

mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang

disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus

mampu menguasai siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi

30

H. Nawawie Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta : Widjaya, 1985). Cet, ke-3. h.10

31

(45)

aspek kehidupannya secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk

pribadi, makhluk sebagai makhluk lainnya.

”Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang

benar terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan

sungguh-sungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah

satu dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal

Islami secara keseluruhan”. Oleh karena itu, seorang da’i harus mendekati

mad’u benar-benar dimulai dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari

titik pemahaman sang da’i.

Kita melihat dewasa ini ada sebagian dari saudara kita yang

muklisin, tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh

perhatiannya dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang

membuat kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada

seseorang tanpa membedakan antara orang yang berpendidikan dengan

orang yang tidak sekolah dan lain sebagainya.

3. Tujuan Dakwah

Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan

kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam

kehidupan mereka didunia maupun di akhirat kelak.

Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan

yang jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup

seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir

dan pola sikap, Allah SWT berfirman :

(46)

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rosul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. (Q.S.Al Anfal : 24)

Adapun yang dimaksud dengan tujuan dakwah adalah

sebagaimana yang dirumuskan oleh Abu A’la Maududi bahwa yang ingin

dicapai melalui dakwah Islam adalah, "menghidupkan manusia baik daya

observasinya, daya rasa, dan daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati

nurani dan basyirah".

M. Syafa’at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai

usaha untuk :

a. Membentuk masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam;

b. Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang menyimpang

dari ajaran agama;

c. Menembus hati nurani seseorang sebagai sarana untuk membentuk

masyarakat yang diridhai Allah;

d. Menjadikan manusia dari segala bentuk frustasi, kejahilan dan

kebekuan pikiran.32

Berdasarkan pendapat di atas jelaslah yang menjadi tujuan dakwah

dalam berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan

menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab

melaksanakan ajaran islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu

32

(47)

melaksanakan ajaran Islam maka yang diharapkan adalah sejahtera lahir

dan batin serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Demikian tujuan dakwah Islam yang pada intinya adalah merubah

sikap dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola

dasarnya, bahwa manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi

kepada Allah SWT.

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu

meta”(melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat

artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain mengatakan bahwa metode

berasal dari bahasa Jerman methodika artinya ajaran tentang metode. Arti

secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses

pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode

dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar

hikmah dan kasih sayang.33

Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pedoman

para da’i antara lain : Al-Qur’an, As-Sunnah, Sirah (sejarah),

Salafusshaleh dari kalangan sahabat, tabi’in dan ahli ilmu serta iman.

33

(48)

Metode dakwah yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal

berikut :

a. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (kalau da’i diumpamakan dokter)

Seorang dokter ahli berpengalaman sebelum mengobati ia

akan melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih

dahulu. Setelah itu, melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit

tersebut. Seorang da’i adalah dokter rohani. Penyakit rohani antara

lain kufur dan maksiat. Dalam hal ini, seorang dai harus memberikan

obat yang sesuai dengan penyakit yang di derita pasien. Obat kufur

adalah iman kepada Allah dan ajaran yang di bawa Rasullulah SAW,

sedangkan obat maksiat adalah bertaubat kepada Allah dan

memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya.

b. Menghilangkan syubhat

Tujuan dari menghilangkan syubhat ini adalah agar audiens

tidak sempat sempat melihat penyakit apalagi merasakan. Tidak

diragukan lagi bahwa syubhat bisa melahirkan keraguan (syak) pada

kejujuran seorang da’i dan hakikat ajakannya.

c. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan

”obat” dan menerima yang hak.

d. Membimbing audiens dengan al qu’ran, as sunnah, dan sirah kaum

salafus shaleh

e. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat

(49)

kekuatan. Namun cara terakhir ini khusus bagi mereka yang

menentang Islam dan zhalim.34

Adapun tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan

efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang

tepat, cara-cara ini dirumuskan dalam surat An- Nahl ayat 125 :

ه

ْ ﺘﱠﺎ

ْ ﻬْدﺎ و

ﺔﻨ ﺤْا

ﺔﻈ ْﻮ ْاو

ﺔ ْﻜﺤْاﺎ

ﻚﱢر

ْ

ﻰ ا

عْدا

ْ ا

Artinya : "Serulah (ajaklah) manusia kepada jalan Allah dengan cara bijaksa dan nasehat yang baik, dan bertukar pikiranlah, (bantahlah) dengan cara yang lebih baik”.

(Q.S. An-Nahl :125)

Dari ayat di atas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas

metode dakwah itu meliputi tiga bagian yaitu :

a. Hikmah (bijaksana);

b. Mau’izhoh hasanah (nasihat yang baik);

c. Mujadalah bilati hiya ahsan (bertukar pikiran).

5. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah hal-hal yang akan disampaikan kepada

obyek dakwah Materi dakwah secara prinsipil berpangkat pada al qur’an

dan Sunah Rasul. 35Kedua materi itu dinamakan materi primer. Sedangkan

materi sekundernya adalah sebagaimana diungkapkan oleh A. H.

Hasanudin sebagai berikut: ”materi dakwah kalau dianggap perlu bisa

ditambah dengan hasil ijtihad para ulama, atau sarjana muslim yang

34

Ibid h.101-102

35

(50)

terpercaya dan kuat”. 36Selain itu materi dakwah primer dan sekunder juga

bisa diambil dari berbagai sumber lain seperti, buku-buku agama atau

umum, media informasi, pengalaman dan sebagainya.

Materi dakwah menurut Muhammad Natsir dalam bukunya

"Fiqhud Dakwah" dibagi dalam tiga pokok, yaitu :

a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliqnya;

b. Menyempurnakan hubungan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya;

c. Mengadakan keseimbangan antara keduanya dan mengaktifkan

kedua-duanya sejalan dan berjalin.

Sedangkan menurut Asmuni Syukir, materi dakwah dapat

diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

a. Masalah keimanan (aqidah);

b. Masalah keislaman (syari’ah);

c. Masalah budi pekerti (akhlaquk karimah)36.

6. Media Dakwah

Istilah Media dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin,

yaitu”median”yang berarti perantara. Kata media merupakan jamak dari

kata median itu sendiri. Dari arti semantiknya media berarti segala sesuatu

yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.37.

Dengan Demikian Media dakwah dapat di artikan dengan sesuatu yang

dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang

36

M..Natsir, Fiqhud Dakwah, ( Jakarta: Yayasan Cipta Selecta,2000) cet ke-11, h. 36

36

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam

37

(51)

ditentukan. Media dakwah tersebut dapat berupa barang, orang, tempat,

kondisi tertentu dan sebagainya.

Dalam Usaha menyampaikan ajaran islam media menjadi peran

yang sangat penting, karena media menjadi urat nadi kegiatan dakwah.

Selain itu, media juga dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Media lisan;

b. Media tulisan;

c. Media elektronik.

Media atau sarana adalah hal yang mengantarkan manusia kepada

sesuatu. Adapun sarana dakwah adalah yang membantu mubaligh untuk

menyampaikan pesan ajaran Islam. Untuk itu mubaligh harus memilih

media yang sesuai dengan kondisi dan situasi pelaksanaan dakwah.

E. Pengamalan Ibadah

1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan berasal dari kata "amal" yang berarti perbuatan yang

baik. Kata "amal" itu sendiri mendapatkan awalan “Peng” dan akhiran

“an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil, atau proses kerja

mengamalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,

perbuatan, mengamalkan, melaksanakan dan pelaksanaan, penerapan.38

Sedangkan Ibadah secara bahasa (terminology) berarti

merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut Istilah (terminology),

38

(52)

ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki

puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala

bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin

muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Selain definisi di atas, Ibadah juga mempunyai beberapa definisi

antara lain :

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya

melalui lisan para rasul-Nya;

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla yaitu

tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah

(kecintaan) yang paling tinggi;

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan

diridhai Allah Azza Wa Jalla, baik berupa ucapan atau pun perbuatan,

yang dzahir maupun yang bathin.39

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah

adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan

yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah

SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintahnya dan menjauhi

larangannya.

39

(53)

2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah

Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia sebagaimana yang di syariatkan dalam Islam. Itulah yang kita

amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan

Al-Qur’an dan Sunnah Allah SWT, menginginkan segala yang kita

lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita

mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita,

percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun

kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah.

Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran,

perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan

dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita

kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek

kehidupan kita baik yang lahir maupun batin.

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya "Fiqih Ibadah",

ditinjau dari segi bentuknya, Ibadah di bagi menjadi dua macam yaitu :40

a. Ibadah "khashshah" adalah ibadah yang ketentuan dan cara

pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan

Hadist, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.

b. Ibadah "Ammah" adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat

baik dan semata-mata karena Allah SWT. seperti makan dan minum,

40

A. Rahman Ritonga, M.A, Fiqh Ibadah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama:

(54)

amar ma’ruf-nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan

sebagainya.

Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad Baqir, ibadah menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari :41

c. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah seperti berdzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya;

d. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa dan haji;

e. Ibadah yang ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong orang lain, berjihad membela diri, mendirikan madrasah atau yayasan, mesjid, rumah sakit dan sebagainya;

f. Ibadah yang bentuk pelaksanaanya menahan diri seperti puasa, ihram dan I’tikaf;

g. Ibadah yang bentuknya mengugurkan hak seperti menggugurkan hak seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya.

Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah shalat, zakat, puasa dan haji.

Sebagaimana muslim pada umumnya, pemulung juga mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut, tidak ada perbedaannya dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu

41

(55)
(56)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar belakang atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah menarik dengan sejarah kelahiran yang lain.

Majelis Taklim Al-Barkah tidak didirikan di atas keserba-adaan dan bukan bertahta di atas singgasana serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan dan dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas mengorbankan sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta tenagannya dengan niat ibadah.

(57)

Menyadari akan kekurangan ini, maka akhirnya muncullah ide yang sangat bagus dari seorang KH. Nasir Thabroni, untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis Taklim Al-Barkah. Majelis Taklim Al-Barkah ini berdiri pada tahun 1982-1985 dengan pendirinya Almarhum H. Thabroni1. Modal awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Bantargebang dan sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Bantargebang Bekasi digunakan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini pula oleh para pemulung warga Bantargebang digunakan untuk menimba ilmu agama.2

B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah

Majelis Taklim Al Barkah didirikan dengan tujuan berbuat sesuatu demi orang lain yaitu :

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT; 2. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam;

3. Terciptanya kerukunan antar warga3;

4. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim Al-Barkah;

1

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.

2

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.

3

(58)

5. Membekali Pemulung dengan pengetahuan umum dan agama sehingga dapat diharapkan dan digunakan kepentingan dunia dan akhirat dalam hidup mereka menjadi serasi dan seimbang;

6. Me

Gambar

gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-
Tabel 1 Harapan Responden Mengikuti Pengajian
Tabel 2 Kegiatan Majelis Taklim sesuai dengan Keinginan Responden
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Haram sendiri sampai saat ini terdapat pengajian atau majelis Ta’lim yang diasuh oleh ulama-ulama terkemuka ketika musim haji tiba. Majelis Ta’lim sebagai salah satu tempat

Dengan demikian masalah yang ada dalam skripsi ini adalah Apakah figur kyai “Buya Yahya” berpengaruh terhadap motivasi masyarakat dalam menghadiri majelis taklim Al Bahjah

Pertama, Penulis mengamati penelitian skripsi Ema Khasanah (1401036102), dengan judul “Strategi Dakwah Kyai Purwanto Dalam Mengelola Majelis Ta’lim di Desa Tanjung

Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh majelis taklim Al-Ikhlas di BTN Saumata Indah Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa sangat dirasakan oleh masyarakat setempat,