ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015
ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY
2011-2015
Oleh
EKA WIDYANINGRUM
20130430048
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015
ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY
2011-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
EKA WIDYANINGRUM
20130430048
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Eka Widyaningrum
Nomor Mahasiswa : 20130430048
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS POTENSI
DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI
KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 06 Maret 2017
v
MOTTO
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya
(Al-Qur’an) yang telah kami turunkan. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
─ QS. At-Taghabun : 8
“Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang ,mereka
persekutukan.”
─ QS. An-Nahl : 1
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
─ QS. Ar Rahmaan : 13
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk :
Kedua orang tuaku Mamah (Tuti) dan Bapak (Kiswanto) Kedua Adikku (Lindu Sapriaji dan Sastri Rahmawati)
Dosen Pembimbing terbaikku : Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si.
Serta :
Selururuh Dosen Ilmu Ekonomu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
vii
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ekonomi berdasarkan sektor unggulan di kabupaten Mukomuko, dengan membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.
Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.
viii
ABSTRACT
The aim of this research is to identify the economic potencies based on the superior sectors in Mukomuko Regency by comparing the Gross Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.
Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Ekonomi di Kabupaten Mukomuko Tahun 2011-2015”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Allah SWT yang telah menjawab semua doaku dan selalu memberikan jalan atas segala kesulitanku.
2. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dengan penuh kesabaran selama proses penyelesain karya tulis ini.
3. Dyah Titis Kusuma Wardani, SE., MIDEc selaku dosen penguji skripsi.
4. Diah Setyawati Dewanti, SE., M.Sc selaku dosen penguji skripsi. 5. Terimakasih kepada seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
x
ataupun materil yang tak pernah terhenti untukku. Aku sangat menyayangi kalian.
7. Muhammad Harits Arrabby yang selalu membantu dalam setiap kesulitanku, dan terimakasih sudah menemaniku dalam menyelesaikan karya tulis ini.
8. Teman-teman IE’13 yang selama perkuliahan berlangsung banyak suka cita yang kita lewati bersama, terimakasih sudah menjadi bagian di dalam penyelesaian karya tulis ini.
9. Terimakasih teman seatapku yang selama beberapa bulan terakhir menemaniku, menyemangatiku dalam menyelesaikan karya tulis ini.
10. Terimakasih pula pada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam proses menyelesaikan karya tulis ini.
Yogyakarta, 06 Maret 2017
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penlitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1) Teori Pembangunan Ekonomi ... 12
2) Pembangunan Ekonomi Daerah ... 15
3) Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 18
4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21
5) Sektor Unggulan ... 23
6) Sektor Basis Ekonomi ... 24
B. Penelitian Terdahulu ... 26
C. Kerangka Teori... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Objek Penelitian ... 31
B. Jenis Data ... 31
C. Teknik Pengumpulan Data ... 31
D. Definisi Operasional Variabel yang Digunakan ... 32
E. Metode Analisa Data ... 33
xii
2) Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 36
3) Analisis Shift-Share ... 38
4) Analisis Tipology Klassen ... 42
5) Analisis SWOT ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 45
A. Letak Geografis Kabupaten Mukomuko ... 45
B. Kondisi Demografi ... 47
C. Kondisi Sosial ... 49
D. Kondisi Perekonomian Daerah ... 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Hasil Analisis Location Quatient ... 56
B. Hasil Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 58
C. Hasil Analisis Shift-Share ... 61
D. Hasil Analisis Tipology Klassen ... 80
E. Hasil Analisis SWOT ... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Propinsi Bengkulu ADHK 2010 (persen) ... 8 3.1 Klasifikasi Tipology Klassen ... 43 3.2 Matriks SWOT ... 44 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Mukomuko
tahun 2015 ... 46 4.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis
Kegiatan Selama Seminggu yang lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mukomuko, 2015 ... 49 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Umur (Persen) di
Kabupaten Mukomuko, 2011-2015 ... 49 4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Mukomuko, tahun
2011-2015 ... 50 4.5 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Mukomuko
(Persen) 2011-2015... 51 4.6 Laju Pertumbuhan Rill PDRB Menurut Lapangan Usaha
(Persen), 2011-2015... 53 4.7 PDRB Perkapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah),
2011-2015 ... 55 5.1 Hasil Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Mukomuko
Berdasarkan ADHK 2010, 2011-2015 (Milyar) ... 57 5.2 Hasil Perhitungan Rata-rata RPr dan RPs Kabupaten Mukomuko
tahun 2011-2015 ... 59 5.3 Hasil Perhitungan Shift-share kabupaten Mukomuko Berdasarkan ADHK 2010, tahun 2011-2015 (Milyar) ... 63 5.4 Klasifikasi Pola dan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko,
2011-2015 ... 82 5.5 Matriks SWOT Pembangunan Sektor Unggulan di Kabupaten
xiv
DAFTAR GAMBAR
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015 ... 6
2.1 Kerangka Pemikiran ... 30
4.1 Peta Kabupaten Mukomuko ... 45
4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Mukomuko (jiwa), 2011-2015 ... 47
4.3 Perkembangan Tikat Pengangguran di Kabupaten Mukomuko, 2011-2015 (Persen)... 48
vii
membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.
Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.
viii
Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.
Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.
1 A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan baik di negara maju ataupun negara
berkembang tidak selamanya memberikan dampak positif bagi
pembangunan, tetapi juga dapat berdampak negatif. Ketimpangan
pembangunan yang terjadi disetiap wilayah atau negara yang
diakibatkan oleh pengaruh globalisasi baik dari segi ekonomi, sosial,
maupun budaya. Hal tersebut selalu menjadi faktor utama yang
mengkibatkan terjadinya ketimpangan antar wilayah atau negara.
Ketimpangan pembangunan yang selalu di tekankan pada
ketimpangan pembangunan bidang ekonomi sebenarnya tidak
selamanya benar, tetapi juga berkaitan dengan seluruh aspek yang dapat
meningkatkan produktifitas serta kemajuan bagi wilayah atau negara
tersebut. Tetapi realita yang tejadi pada pembangunan di banyak negara
berkembang lebih ditekankan pada pembangunan bidang ekonomi saja.
Sebagimana yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa
keterbelakangan yang dihadapi oleh banyak negara yang sedang
berkembang adalah pada bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi juga
dianggap sebagai salah satu faktor utama dalam meningkatkan
produktifitas ekonomi serta kemajuan pada berbagai aspek dalam suatu
Indonesia sebagai salah satu dari sekian banyak negara sedang
berkembang di tuntut untuk dapat memaksimalkan kinerjanya dalam
berbagai aspek terutama bidang ekonomi, hal ini dikarenakan bidang
ekonomi dianggap menjadi salah satu faktor utama suatu negara dapat
dikatakan maju atau berkembang. Tujuannya adalah untuk mengetahui
tingkat kesiapan negara dalam menghadapi globlalisasi, sehingga
dengan ini pemerintah harus mempersiapkan beberapa strategi khusus
yang dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia
yang kuat dan stabil.
Maka dalam hal ini pemerintah dalam kebijakannya harus
menerapkan otonomi daerah, hal ini dikarenakan otonomi daerah
merupakan suatu kebutuhan bagi pemerintah, karena pemerintah tidak
mungkin dapat secara menyeluruh menangani permasalahan yang
terdapat di daerah. Oleh sebab itu otonomi daerah diharapkan dapat
memberikan kemudahan pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan daerah, dan diharapkan dengan pelaksanaan otonomi
daerah ini tidak terjadi lagi ketimpangan pembangunan antar daerah.
Pembangunan daerah yang pada hakekatnya merupakan bagian
dari pembangunan nasional yang juga membangun manusia seutuhnya
dan seluruh masyarakat Indonesia hal ini terdapat dalam Buku
Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
(2007). Pembentukan otonomi daerah ini bertujuan untuk memberikan
daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat menggali
potensi yang dimiliki oleh daerah dan dapat memaksimalkan koordinasi
daerah dalam malakukan pembangunan, hal ini dikarenakan potensi
yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah sangatlah beragam pada setiap
sumberdaya, sehingga dalam hal ini pemerintah daerah memiliki peran
sebagai pelaku utama dalam meningkatkan pembangunan, sedangkan
pemerintah pusat hanya sebagai fasilitator dan koordinator terhadap
pemerintah daerah dalam melaksakan pembangunan nasional.
Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian dari
otonomi daerah ini telah diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sejalan
dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut pemerintah daerah
mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam menentukan kebijakan
dan program pembangunan yang terbaik bagi peningkatan
kesejahteraan daerah dan pembangunan daerah. Adanya otonomi
daerah ini juga sesuai dengan arahan dan tujuan yang tertuang dalam
Propenas (Program Pembangunan Nasional), kota-kota dan wilayah
harus mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbul oleh
adanya kebijakan regionalisasi (Riyadi, 2002).
Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan
pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator
keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006) Pembangunan wilayah yang
ditinjau dari aspek ekonomi harus menjadi prioritas utama suatu daerah
karena pembangunan ekonomi dianggap sebagai pelopor atau
penggerak ekonomi nasional. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah
pemerintah sebelumnya telah melaksakan desentralisasi, pelaksanaan
desentralisasi ini bertujuan untuk menjadikan pemerintah lebih dekat
dengan masyarakat, sehingga pemerintah dapat secara maksimal dalam
melakukan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah kabupaten dan kota
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi
masyarakat mereka dari pada pemerintah pusat sehingga pelaksanaan
otonomi daerah dianggap memberikan dampak positif bagi
pembangunan serta kemajuan ekonomi.
Pelaksanaan desentralisasi yang sering diikuti dengan adanya
pemekaran wilayah dianggap memberikan dampak positif, karena
semakin kecil wilayah yang tergabung dalam pemerintahan maka akan
semakin mempermudah pemerintah dalam melaksanakan otonomi
daerah. Tetapi pada kenyataannya adanya pemekaran wilayah justru
mengakibatkan tingginya tingkat ketimpangan antar wilayah, tujuan
pembangunan dan pemerataan di wilayah tertentu, hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 : yang
berdasarkan pada : kemampuan ekonomi, potens daerah, sosial budaya,
sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta beberapa
pertimbangan lain yang memingkinkan terselenggaranya otonomi
daerah, sehingga dalam hal ini pemerintah dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang bebas dari kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan dan kesehatan yang buruk.
Ketimpangan pembangunan yang tejadi di beberapa wilayah atau
daerah dapat di lihat dari pertumbuan ekonomi dan juga tingkat
kesejahteraan daerah, sebagimana yang dikemukankan oleh Arsyad
(2005) menyatakan bahwa dalam melaksakan pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi daerah diperlukan kebijakan pembangunan
yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development),
dengan menggunkan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki daerah.
Kecendrungan penguasaan ekonomi suatu daerah yang tidak tersebar
secara merata maka dapat meningkatkan ketimpangan antar wilayah
tersebut. Perbedaan potensi di Indonesia menyebabkan kesenjangan
yaitu : kesenjangan antar wilayah, kesenjangan antar desa dan kota
kesenjangan antara golongan pendapatan (Nindyantoro, 2004).
Kesenjangan antara wilayah desa dan kota terus saja terjadi, hal ini
dikarenakan tingginya tingkat populasi masyarakat di perkotaan
Walaupun sebenarnya potensi ekonomi yang dimiliki wilayah desa
lebih tinggi di bandingkan kota.
Ketika menetapkan sektor unggulan yang dimiliki suatu wilayah
diharapkan dapat mengoptimalkan pengembangan atas sektor tersebut,
sehingga dapat melaksanakan pembangunan ekonomi secara maksimal.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah merupakan
rangkaian kegiatan yang dihimbau oleh pemerintah, bersama-sama
dengan masyarakat, hal ini agar pembangunan yang dilakukan bukan
hanya memberikan dampak terhadap pemerintah tetapi juga pada
masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan juga pelayanan
masyarakat ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur pertumbuhan suatu
daerah.
Letak geografis yang dimiliki oleh suatu daerah dapat menjadi
daya tarik tersendiri bagi daerah, hal ini sesuai dengan yang di
kemukakan oleh Tarigan (2007) dimana wilayah akan selalu
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang di hasilkan
pada setiap pengoperasi faktor produksi di daerah tersebut (tanah,
modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara tidak langsung
hal ini dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Kemakmuran suatu wilayah tidak selalu ditentukan oleh besarnya nilai
tambah yang diperoleh dari wilayah tersebut tetapi juga seberapa besar
terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang diperoleh dapat
Secara geografis kabupaten Mukomuko yang teletak di provinsi
Bengkulu merupakan kabupaten baru yang awalnya merupakan bagian
dari kabupaten Bengkulu Utara tetapi karena adanya pemekaran
wilayah pada tahun 2003 maka menjadi kabupaten Bengkulu Utara dan
kabupaten Mukomuko. Perkembangan perekonomian di kabupaten
Mukomuko didukung oleh sektor industri, sektor perdagangan dan juga
sektor pertanian. Perkembangan perokonomian sektor pertanian
memiliki peran yang cukup besar dalam kontribusinya terhadap PDRB,
sektor pertanian memberikan kontribusinya hampir 50 persen dari
PDRB dan juga mengurangi tingkat pengangguran yang menyerap
tenaga kerja kurang lebih 40 persen dari jumlah angkatan kerja yang
terdapat di kabupaten Mukomuko.
GAMBAR 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015.
Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko
Jika dilihat dari gambar diatas maka diketahui pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu lima tahun
mengalami fluktuasi. Terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang
terjadi pada tahun 2011 sebesar 5.73 persen, meningkat pada tahun
2012 sebesar 0.51 persen menjadi 6.24 persen, kemudian pada tahun
2013 meningkat kembali menjadi 6.36 persen, tetapi pada tahun 2014
menurun sebesar 0.35 persen menjadi 6.01 persen, dan tahun 2015
mengalami penurunan kembali menjadi 5.68 persen.
Pada tabel 1.1 dapat diketahui sektor ekonomi unggulan yang
menjadi sektor basis kabupaten Mukomuko pada tahun 2015 adalah
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang memberikan
kontribusinya terhadap PDRB hampir 50 persen yaitu sebesar 45.56
persen, sedangkan provinsi Bengkulu hanya sebesar 29.42 persen
berada jauh dibandingkan kabupaten Mukomuko, lapangan usaha
kedua yang juga memberikan kontribusi yang cukup tinggi di
kabapaten Mukomuko ialah lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 15.83 persen,
sementara kontribusi yang diberikan provinsi Bengkulu hanya sebesar
14.56 persen, kemudian diikuti oleh lapangan usaha industri
pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 11.90 persen dari total
PDRB di kabupaten Mukomuko dan kontribusi lapangan usaha industri
pengolahan provinsi Bengkulu yang berada pada 6.26 persen dari
diikuti oleh sektor-sektor lainnya, pada sektor-sektor tertentu kontribusi
yang diberikan oleh sektor ekonomi terhadap peningkatan PDRB di
provinsi Bengkulu berada lebih tinggi dibandingkan tingkat kontribusi
TABEL 1.1
Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Provinsi Bengkulu Atas Dasar Harga Konstan 2010 (persen)
Lapangan Usaha Mukomuko Bengkulu
2011 2012 2013 2014* 2015** 2011 2012 2013 2014* 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47.65 47.15 46.86 46.23 45.56 32.13 31.74 31.13 30.24 29.42 B Pertambangan dan Penggalian 3.77 3.67 3.56 3.42 3.27 4.11 4.11 3.96 3.98 3.83 C Industri Pengolahan 11.33 11.41 11.50 11.72 11.90 6.08 6.15 6.23 6.28 6.26 D Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.07 0.06 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 0.23 0.22 0.21 0.20 0.19 0.27 0.26 0.24 0.24 0.23
F Kontruksi 3.75 3.67 3.60 3.61 3.61 4.40 4.48 4.43 4.47 4.42
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 14.73 15.10 15.28 15.53 15.83 13.84 13.84 14.10 14.30 14.56
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 6.53 6.64 6.74 6.86 6.97 8.29 8.23 8.40 8.47 8.74
P Jasa Pendidikan 2.06 2.12 2.16 2.19 2.24 6.04 6.01 6.06 6.24 6.42
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.24 0.24 0.23 0.24 0.24 1.40 1.41 1.41 1.46 1.51
R,S,T,U Jasa Lainnya 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.71 0.69 0.67 0.70 0.72
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko
Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan pemerataan
pembangunan guna memaksimalkan pengelolaan sektor-sektor
ekonomi yang ada di kabupaten Mukomuko, tidak hanya pada sektor
unggulannya saja tetapi perlu adanya pengembangan pada sektor-sektor
lain agar memilki kesetaraan, hal tersebut guna memaksimalkan
pengembangan pembangunan di kabupaten Mukomuko. Adanya
strategi-strategi khusus guna memaksimalkan pembangunan yang
berbasis lingkungan dengan memanfaatkan potensi ekonomi ini juga
harus mendapatkan dukungan penuh dari elemen-elemen pemerintah,
swasta, dan juga masyarakat di kabupaten Mukomuko.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat
dirumuskan beberapa pertanyaan yang yaitu :
1. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di kabupaten
Mukomuko?
2. Sektor apakah yang mengalami pertumbuhan paling cepat di
Kabupaten Mukomuko?
3. Bagaimana perbandingkan pertumbuhan sektor ekonomi di
kabupaten Mukomuko?
4. Bagaimana pola dan struktur ekonomi di kabupaten Mukomuko?
4. Kebijakan apakah yang harus diterapkan di kabupaten
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan
di kabupaten Mukomuko.
2. Untuk mengetahui sektor apakah yang mengalami pertumbuhan
paling cepat di kabupaten Mukomuko.
3. Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan sektor ekonomi di
kabupaten Mukomuko.
4. Untuk mengetahui bagaimana pola dan struktur ekonomi di
kabupaten Mukomuko.
5. Untuk mengetahui kebijakan apakah yang harus diterapkan di
kabupaten Mukomuko.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan manfaat dari sebuah penelitian maka manfaat yang
akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas
Muhammadiyah Yogyakarta, yang juga sebagai salah satu
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
2. Bagi Universitas dan Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan
pelengkap perpustakaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga dapat menjadi
bahan acuan bagi penelitian dengan tema yang sejenis, sehingga
dapat berkontribusi terhadap pengembangan penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pemerintah daerah dalam menetapkan suatu strategi ataupun
kebijakan dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1) Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian usaha dan
juga kebijakan yang dilakukan oleh suatu pemerintahan dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat, terdapat berbagai cara yang
dilakukan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan
cara memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan pemerataan
pendapatan masyarakat, serta beberapa cara lain seperti meningkatan
hubungan ekonomi regional ataupun dari wilayah lainnya.
Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses atau cara
yang dilakukan oleh suatu negara dalam merubah cara berfikir dan juga
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan cara melibatkan
masyarakat secara langsung dalam kegiatan pembangunan yang
dilakukan, dalam pelaksanaan pembangunan ini mengakibatkan
kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk dalam jangka panjang
yang diikuti oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan ini terdapat beberapa upaya yang dilakukan
oleh pemerintah yaitu pembangunan yang efisiensi (efficiency),
arahan alokasi sumber daya (semua kapital yang berkaitan dengan
natural, human, man-made maupun social) (Anwar, 2005).
Menurut (Rustiadi, dkk, 2009) pembangunan ialah suatu proses
yang dilakukan untuk mengatur atau mengadakan sesuatu yang belum
ada. Sehingga pembangunan yang dilakukan secara terkonsep dan
berkesinambungan dari suatu masyarakat atau sistem sosial yang secara
menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam
melaksnakan pembangunan ekonomi ini masyarakat dituntut untuk
dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah tersebut secara
maksimal.
Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses yang
dilakukan guna meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dalam
jangka panjang. Dalam melaksnakan pembangunan ekonomi tersebut
menurut (Todaro, 2006) pembangunan harus memenuhi tiga komponen
dasar, yaitu :
a. Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar, yaitu mencakup kebutuhan sandang, pangan,
papan serta ketahanan dan proteksi.
b. Harga diri (self esteem) yaitu dorongan dari diri sendiri untuk
dapat memaksimalkan kinerjanya, dengan cara menghargai diri
sendiri, serta percaya akan potensi yang dimilikinya bahwa diri ini
c. Kebebasan (freedom) yaitu suatu kemampuan yang tedapat dalam
diri untuk memilih, hal ini agar tidak diperbudak oleh pengerjaan
aspek-aspek materiil dalam kehidupan.
Tetapi dalam kenyataannya pembangunan yang terjadi masih
sangat bertolak belakang dari tiga nilai pokok diatas, sehingga dalam
hal ini lebih lanjut Todaro menjelaskan bahwa proses pembangunan
yang dilakukan paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti yaitu
sebagai berikut :
a. Peningkatan ketersediaan dan juga perluasan distribusi berbagai
barang guna memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan,
papan, kesehatan, serta keamanan).
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya peningkatan
pendapatan, tetapi meliputi beberapa aspek lain seperti, perbaikan
kualitas pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan
pelayanan kesehatan serta peningkatan perhatian terhadap
nilai-nilai kultural dan kemanusian. Agar tidak hanya kesejahteraan
materil saja yang terpenuhi tetapi diikuti pula oleh tumbuhnya
harga diri pribadi dan juga bangsa. Hal ini guna memberikan
wawasan terhadap masyarakat agar tidak selalu bergantung pada
wilayah ataupun Negara lain.
c. Perluasan ekonomi dan sosial bagi individu dan juga negara secara
menyeluruh, dengan cara memberikan kebebasan kepada individu
Sedangkan menurut Jhingan (1999) terdapat dua hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi, yaitu :
a. Hambatan dari dalam Negeri
Yaitu hambatan yang terjadi diakibatkan dari dalam negeri itu
sendiri, hambatan dari dalam negeri ini antara lain :
- Lingkaran setan kemiskinan
Lingkaran setan ekonomi ialah suatu kondisi dimana
kekuatan-kekuatan satu sama lain berinteraksi sedemikian rupa
dan menjadikan suatu negara yang terbelakang (miskin) tetap
dalam keadaan melarat.
- Tingkat pembentukan modal yang rendah
Tingkat pembentukan modal yang rendah ini merupakan
hambatan yang paling erat terjadi di negara berkembang,
tingkat konsumsi di negara berkembang cendrung rendah
sehingga tidak mungkin lagi dikurangi untuk meningkatkan
cadangan modal, hal ini karena tingkat pendapat yang masih
rendah.
- Hambatan sosial budaya
Dalam pembangunan ekonomi sikap manusia dan juga
perilaku manusia sangat berpengaruh terhadap pembangunan.
sosial, kondisi politik, dan juga latar belakang sejarah. Dalam
pembangunan modal merupakan syarat yang perlu tetapi
bukan syarat mutlak bagi kemajuan suatu wilayah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa negara yang terbelakang pasti
lembaga sosial dan sikap masyarakat tidak mendukung
pembangunan.
b. Hambatan dari luar negeri
Yaitu hambatan yang terjadi di dalam negara akibat dari kekuatan
internasiaonal, pendapat para ahli tentang hambatan yang terjadi
akibat kekuatan internasional ialah sebagai berikut : di dalam
perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang
dianggap tidak seimbang, hal ini dianggap menguntungkan negara
maju karena seluruh keuntungan akan lebih banyak mengalir ke
negara maju.
2) Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah bersama dengan masyarakatnya
mengolola sumberdaya baik sektor basis dan non basis yang dimiliki
dan membentuk suatu kemitraan (kelembagaan) antara pemerintah
daerah dengan swasta, pembangunan daerah ini juga salah satu upaya
perkembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi wilayah tersebut.
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, terdapat 4 peran yang
dapat dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut :
a. Enterpreneur
Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan
suatu usaha bisnis. Dalam pelaksanaan bisnis ini pemerintah
dituntut untuk mengembangkan usahanya sendiri (BUMD),
sehingga asset yang dimiliki pemerintah daerah dapat dikelola
secara maksimal sehingga secara ekonomis menguntungkan.
b. Koordinator
Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah dapat
bertindak sebagai koordinator dan mengarahkan kelembagaan,
pemilik usaha, dan juga masyarakat yang ada guna menyusun
sasaran dan juga strategi perekonomian. Sehinggga pemerintah
daerah dapat konsisten dalam membangun daerahnya.
c. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya
masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses
d. Stimulator
Dalam hal ini pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan
dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang
secara langsung akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan
untuk masuk ke daerah, dan juga menjaga perusahaan-perusahaan
yang ada untuk tetap berada di daerah tersebut.
Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah terdapat
beberapa strategi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah,
strategi ini bertujuan untuk : mengembangkan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan mencapai stabilitas ekonomi daerah. Terdapat 4 strategi
pembangunan ekonomi daerah, yaitu sebagai berikut :
a. Strategi pengembangan fisik/lokalitas
Tujuan strategi pembangunan fisik/lokalitas ialah untuk
menciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki basis pesona,
atau kualitas hidup masayarakat, memperbaiki daya tarik pusat
kota (civic center) dan memperbaiki dunia usaha daerah.
b. Strategi pengembangan dunia usaha
Dunia usaha merupakan salah satu komponen penting dalam
perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena murupakan
daya tarik, kreasi, serta daya tahan daerah untuk menciptakan
c. Strategi pengembangan sumberdaya manusia
Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam
proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu peningkatan
kualitas dan keterampilan sangatlah diperlukan.
d. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat
Yaitu suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu
kelompok dalam suatu daerah atau yang lebih dikenal dengan
istilah pemberdayaan masyarakat. tujuan dari kegiatan ini ialah
untuk menciptakan manfaat sosial, sehingga suatu kelompok
mayarakat dapat menciptakan suatu karya tertentu yang pada
akhirnya akan memberikan keuntungan pada mereka.
3) Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (1988) pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan output perkapita jangka panjang, dimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses
pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generalting, yang berarti
proses pertumbuhan itu sendiri yang memberikan kekuatan bagi
kelanjutan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai perubahan
tingkat ekonomi yang dialami oleh suatu wilayah dari tahun ketahun.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan
tumbuh atau berkembang ketika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai
pada saat itu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dalam pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan jika perkembangan baru
akan tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari
perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun sebelumnya
(Sukirno, 1985).
Menurut Sukirno (1994) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi ialah sebagai berikut :
a. Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu daerah akan
mempermudah dalam pelaksanaan pembangunan serta akan
mempengaruhi perekonomian, terutama dalam masa awal
pertumbuhan ekonomi.
b. Jumlah penduduk dan tenaga kerja
Pertambahan penduduk yang terjadi dalam suatu negara akan
mendorong atau bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
ekonomi akan berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi yang
berupa kesenjangan antara jumlah penduduk dengan lapangan
pekerjaan atau jumlah faktor produksi yang tersedia.
c. Barang modal dan tingkat teknologi
Barang modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, jika
mempengaruhi teknologi-teknologi yang digunakan, semakin
modern teknologi yang digunakan maka akan semakin cepat
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat akan secara langsung
memberikan dampak dalam pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu wilayah.
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Dalam hal ini Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi
yang dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas
membatasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan mengalami
peningkatan apabila terjadi perkembangan ekonomi pada daerah
tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ini
seharusnya diimbangi dengan pembangunan ekonomi, karena
pembangungan ekonomi merupakan salah satu indikator yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dimana tujuan
dari pembangunan ekonomi itu sendiri ialah meningkatkan taraf hidup
masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan, meratakan
pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional guna
meningkatkan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dampak dari
itu sendiri terbentuk dari beberapa sektor ekonomi yang secara tidak
langsung memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi
sebagai indikator penting bagi suatu daerah guna mengevaluasi
keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).
Menurut Glasson (1997) pertumbuhan ekonomi regional dapat
terjadi sebagai akibat dari penentu endogen dan eksogen, yaitu faktor
yang terdapat didalam daerah tersebut ataupun faktor yang diperoleh
dari luar daerah dan juga dapat diperoleh dari kombinasi antara
keduanya. Faktor endogen terdiri dari distribusi faktor produksi seperti
tanah, modal, dan juga tenaga kerja. Sedangkan faktor eksogen ialah
tingkat permintaan yang dilakukan daerah lain terhadap komoditi yang
dimiliki oleh daerah tersebut.
Menurut Adisasmita (2013) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Faktor Ekonomi
Dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
terdapat beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi, yaitu :
- Sumber daya alam (SDA)
Kekayaan sumber daya yang dimiliki oleh setiap wilayah
harus dapat dimanfaatkan secara maksimal baik dioleh guna
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat ataupun dipasarkan ke
- Sumber daya manusia (SDM)
Dalam sumber daya manusia tinggi rendahnya skill dan juga
keterampilan dimiliki akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, karena pembangunan
ekonomi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang baik
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
- Akumulasi modal
Yaitu peningkatan jumlah modal dengan jangka waktu
tertentu, pembentukan modal ini juga bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga untuk pengadaan
alat-alat.
- Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi di anggap sebagai faktor yang sangat
berperan dalam proses pertumbuhan ekonomi, karena
kemajuan dalam bidang teknologi ini juga meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, faktor produksi dan juga modal.
b. Faktor non ekonomi
Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak
selama dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja tetapi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor non ekonomi, seperti : organisasi sosial,
budaya dan politik. Faktor non ekonomi sama-sama memiliki
4) Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan
indikator ekonomi makro, dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi
daerah PDRB dapat dijadikan sebagai indikator utama untuk
mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah sehingga
memudahkan dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan
pembangunan ekonomi daerah serta memiliki peran dalam
mengevaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga digunakan oleh
daerah dalam menganalisis kemakmuran penduduk, dalam
menganalisis kemakmuran penduduk disuatu daerah disajikan dalam
dua bentuk yaitu Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku dan juga Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan. Dalam suatu perekonomian jika tingkat pertumbuhan PDRB
perkapita tinggi maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula
kekayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut, atau dapat dikatakan
bahwa PDRB merefleksikan tingkat kekayaan daerah tersebut
(Tadjoedin, 2001).
Untuk menghitung tingkat Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tedapat beberapa pendekatan yang dapat gunakan yaitu sebagai
a. PDRB dengan pendekatan produksi
Merupakan jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang
diperoleh dari unit-unit produksi yang ada disuatu daerah dalam
jangka waktu tertentu.
b. PDRB dengan pendekatan pengeluaran
Merupakan semua komponen permintaan dan juga pengeluaran
akhir yang terdiri atas pengeluaran akhir konsumsi rumah tangga,
pengeluaran akhir lembaga non profit yang memberikan
pelayanan kepada rumah tangga, pengeluaran akhir dari konsumsi
pemerintah, ekspor neto (ekspor yang dikurangi impor),
pembentukan modal tetap domestik bruto, dan perubahan
inventori.
c. PDRB dengan pendekatan pendapatan
Merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan dari unit
produksi di suatu wilayah tertentu.
5) Sektor Unggulan
Sektor unggulan biasanya menjadi sektor andalan suatu wilayah,
baik dalam lingkup kecil ataupun besar. Sektor unggulan sering kali
dijadikan sebagia suatu perbandingan antar wilayah, dalam lingkup
internasional suatu sektor dapat dikatakan unggulan jika sektor tersebut
Sedangkan dalam lingkup nasional atau daerah juga tidak jauh berbeda
dengan lingkup internasioanal.
Menurut Tumenggung (1996) sektor unggulan adalah sektor yang
memiliki keunggulan komparatif dan juga kompetitif dengan produk
sektor sejenis yang dihasilkan dari daerah lain serta memberikan nilai
manfaat yang besar. Dalam hal ini sektor unggulan juga memberikan
nilai tambah dalam peningkatan perekonomian, sehingga pertumbuhan
ekonomi akan meningkat dengan sendirinya.
Menurut Ambardi dan sacia (2002) terdapat beberapa komoditas
unggulan yang dapat menjadi kreteria daerah dan juga menjadi
penggerak pembangunan suatu daerah ialah :
a. Komoditas unggulan harus bisa menjadi pelopor penggerak
perekonomian. Dalam hal ini komoditas unggulan diharapkan
dapat memberikan nilai lebih pada daerah sehingga daerah dapat
memaksimalkan pengeluaran, produksi, serta pendapatannya.
b. Komoditas unggulan berada dalam satu keterkaitan yang kuat,
baik keterkaitan kedepan ataupun kebelakang.
c. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari
daerah lain, baik dalam konteks nasional maupun internasional
yang mencakup seluruh aspek.
d. Komoditas unggulan dari suatu daerah memiliki keterkaitan
memaksimalkan produksinya karena kekurangan bahan baku
sehingga harus menggambil dari daerah lain.
e. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang semakin lama
mengalami penurunan maka harus diimbangi dengan peningkatan
tekonologi.
f. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja yang
berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksi yang
dilakukan.
g. Komoditas unggulan dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu,
dan jika komoditas unggulan yang lama mengalami kemunduran
maka komoditas yang baru akan muncul.
h. Komoditas unggulan tidak akan terpengaruh oleh kondisi yang
terjadi didalam daerah ataupun diluar daerah.
i. Komoditas unggulan harus mendapat dukungan yang kuat agar
dapat berkembang secara maksimal.
j. Pengembangan komoditas unggulan harus senada dengan
kelestarian lingkungan sumberdaya.
6) Sektor Basis Ekonomi
Dalam teori basis ekonomi Menurut Glasson (1990) konsep dasar
a. Sektor basis
Sektor basis ialah kegiatan mengeskpor barang-barang dan juga
jasa keluar dari batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan, dengan kata lain bahwa sektor basis berhubungan
langsung dengan permintaan dari luar.
b. Sektor non basis
Sektor non basis ialah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan
guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat yang
terdapat di dalam batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sektor
non basis berhubungan tidak langsung, dan harus melalui sektor
basis terlebih dahulu.
Menurut (Ambardi dan Socia, 2002) Teori basis ekonomi dapat
dijadikan sebagai indikasi penggandaan (multiplier effect) bagi kegiatan
perekonomian yang dilaksanakan oleh suatu wilayah. Teori ini dapat
diguanakan untuk mengetahui bahwa dalam suatu kelompok industri
kemungkinan terdapat kelompok industri lain yang juga menghasilkan
barang dan jasa yang sama guna memenuhi kebutuhan pasar global dan
juga memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Sedangkan menurut Budiharsono (2001) terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk memilih sektor basis dan non basis, yaitu
a. Metode pengukuran langsung
Metode pengukuran langsung ialah metode yang digunakan untuk
mengetahui sektor basis dan non basis ekonomi dengan cara
survey langsung pada pelaku usaha, hal ini untuk mengetahui
sistem pemasaran yang digunakan oleh pelaku usaha kemana ia
memasarkan dan dari mana ia memperoleh bahan-bahan untuk
memproduksi barang tersebut. Tetapi metode ini dianggap tidak
efisien karena memerlukan banyak biaya, membutuhkan waktu
yang lama, dan juga tenaga kerja yang banyak.
b. Metode pengurkuran tidak langsung
Metode dengan pengukuran tidak langsung terdapat beberapa cara
yang dapat digunakan :
- Menggunakan pendekatan asumsi, yaitu berdasarkan kondisi
disuatu wilayah (data sekunder) sehingga dapat diasumsikan
bahwa kegiatan tersebut masuk dalam basis atau nonbasis.
- Metode Location Quotient, yaitu metode yang digunakan
untuk mengetahui sektor basis dan nonbasis dengan
membandingkan sektor nilai tambah yang diperoleh dari suatu
wilayah dengan sektor yang sama di wilayah yang lebih tinggi.
Dalam perhitungan ini asumsi yang digunakan ialah
produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah
- Metode campuran, yaitu metode gabungan antara metode
asumsi dengan metode Location Quotient.
- Metode kebutuhan minimum, yaitu metode yang dalam
penelitiannya melibatkan beberapa wilayah hal ini guna
membandingkan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan
distribusi rata-rata dan juga distribusi minimum.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Savitri (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera” dalam
penelitian ini ia menggunakan alat analisis Shift Share diketahui bahwa
sub sektor ekonomi Pulau Sumatera yang memiliki keunggulan
komparatif ialah minyak dan gas bumi, sedangkan dari analisis
Location Quotient menunjukan tedapat dua sektor ekonomi yang
menjadi sektor basis unggulan Pulau Sumatera yaitu sektor Pertanian
dan sektor Pertambangan dan penggalian. Sehingga dapat diketahui
bahwa Pulau Sumatera dapat memenuhi kebutuhannya pada sektor ini
bahkan dapat di mungkinkan untuk mengekspor kedaerah lain. Serta
beberapa sektor lain yang juga menjadi sektor unggulan Pulau
Sumatera ialah sub sektor peternakan, kehutanan, perikanan,
pengangkutan dan pemerintahaan.
Usnatin (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Potensi
2008-2013” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) sehingga dapat diketahui sektor unggulan di kabupaten
Paser adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan
sektor jasa-jasa. Analisis MRP diketahui bahwa sektor pertanian; sektor
pertambangan dan pengalian; sektor listrik, gas dan air bersih;
perdagangan, hotel dan restoran; dan Jasa memberikan nilai RPr dan
RPs positif (+). Sedangkan dari analisis Overlay maka diketahui bahwa
terdapat 3 sektor yang berniai positif baik dari sisi pertumbuhan
ataupun kontribusinya, sektor tersebut adalah sektor pertanian,
kehutanan dan periknanan, sektor pertambangan dan penggalian dan
sektor jasa lainnya.
Novrilasari (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan
Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi” dalam analisis ini ia menggunakan alat analisis ekonomi Klassen Typologi dari analisis ini
diketahui jika sektor pertambangan dan penggalian menduduki kuadran
I di ikuti oleh pertanian yang menduduki kuadran II, rata-rata sektor
unggulan kabupaten Kuantan Sengingi berada di Kuadran IV, pada
analisis LQ diketahui jika terdapat dua sektor basis di Kabupaten
Kuantan Sengingi yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan
sedangkan dari analisis Skalogram pada Kecamatan Kuantan Tengah
Kecamatan Hulu Kuantan. Perusahaan memiliki peran penting dalam
mendukung kemajuan sektor unggulan di Kabupaten Kuantan Sengingi.
Hardyanto (2013) melakukan penelitian tentang “Analisis
Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Di Kabupaten Seluma Provinsi
Bengkul” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis ekonomi
yaitu LQ (location Quotient) dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 40
komoditas pertanian yang terdapat di kabupaten Seluma terdapat 13
komoditas utama yang menjadi komoditas unggulan yaitu : padi sawah
(subsektor tanaman pangan), karet, kayu manis, pinang (subsektor
tanaman perkebunan), kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, itik
(subsektor peternakan), damar (subsektor kehutanan), perikanan
tambak air payau dan budidaya perikanan darat (subsektor perikanan).
Yang di kumpulkan dari beberapa Subsektor dari sektor Pertanian yang
terdapat di kabupaten Seluma provinsi Bengkulu.
Restiatun (2009) ia melakukan penelitian tentang “Identifikasi
Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di Daerah
Istimewa Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
sektor unggulan di setiap kabupaten/kota di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Location
Quotient, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, dan Indeks Entropi
Theil. Dan diketahui bahwa terdapat kecenderungan disparitas
meningkat dari waktu ke waktu, kota Yogyakarta dalam klasifikasi
Kulon Progo termasuk dalam klasifikasi daerah relatif terpencil.
Provinsi DIY terjadi ketidakseimbangan tren naik, rasio tersebut
dihitung dari pendapatan per kapita tertinggi dan terendah di wilayah
Provinsi DIY menunjukkan tren perbaikan.
Apendi dan Sunoto (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Mukomuko”
dalam penelitian ini mereka menggunakan alat analisis LQ. Dari
penelitian tersebut maka diketahui bahwa Sektor yang mengalami
pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor sektor
pertambangan dan penggalian. Berdasarkan pada perhitungan LQ,
Pertumbuhan dan Kontribusi maka sektor yang mempunyai keunggulan
paling tinggi adalah sektor pertanian. Pada sub sektor tanaman pangan
jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah yang menjadi unggulan.
Pada sub sektor perkebunan tanaman kelapa sawit merupakan tanaman
yang menyumbangkan produk paling besar dibandingkan dengan
tanaman perkebunan lainnya. Sementara pada sub sektor peternakan
maka ternak sapi mempunyai keunggulan yang lebih baik. Komoditas
kehutanan lebih baik di bandingkan Provinsi. Kemudian di sub sektor
perikanan ini yang mempunyai keunggulan adalah usaha perikanan
C. Model Penelitian
Location Quotient Tipology Klassen
37 A. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ialah
pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko, yang dilihat dari data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Periode yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi tahun 2011-2015.
B. Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Mukomuko dan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) kabupaten Mukomuko,
serta beberapa publikasi lainnya yang seperti : penelitian terdahulu,
jurnal, internet, dan artikel. Dalam penelitian ini keseluruhan data yang
digunakan pada Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan
Ekonomi di Kabupaten Mukomuko 2011-2015 adalah : (1) Produk
Domestik Redional Bruto (PDRB) Kabupaten Mukomuko; (2) Laju
pertumbuhan dan kontribusi PDRB Provinsi Bengkulu dan Kabupaten
Mukomuko dan beberapa data sekunder lainnya yang dibutuhkan dalam
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis dokumentasi, yaitu analisis dokumen yang mengarah
pada bukti-bukti konkret. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder diperoleh dari publikasi yang di lakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko dan juga Badan
Pusat Statistik (BPS) Bengkulu, serta beberapa lembaga yang juga
memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research
yaitu pengumpulan data berupa teori-teori yang diperoleh dari buku,
jurnal, artikel ilmiah, dan juga dari sumber internet serta beberapa
sumber lainnya.
Data sekunder ini kemudian di oleh menggunakan Microsoft
Excel, Penelitian ini lebih difokuskan dalam lingkup kabupaten hal ini
guna mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki oleh kabupaten
tersebut berdasarkan sektor-sektor pendukung dalam pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) baik data pada tingkat kabupaten
Mukomuko periode 2011-2015 maupun data tingkat provinsi Bengkulu
potensi ekonomi unggulan yang terdapat di kabupaten Mukomuko.
Beberapa variable lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi adalah jumlah kontribusi yang diberikan oleh
masing-masing sektor ekonomi terhadap pendapatan daerah,
besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi ini
biasanya dihitung dari jumlah PDRB yang dihasilkan.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan kondisi perekonomian
suatu wilayah atau negara menjadi lebih baik dalam kurun waktu
tertentu secara berkesinambungan. Proses dimana terjadinya
kenaikan produk nasional bruto rill atau penadapatan nasional rill,
sehingga perekonomian dianggap tumbuh dan berkembang.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah dari
seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah
domestik suatu negara. Akibat dari berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor
produksi yang dimiliki residen atau non-residen. PDRB dibagi
menjadi 2 yaitu :
- PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB
penghitungan dan bertujuan untuk melihat struktur
perekonomian.
- PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan
harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi.
4. Sektor Basis dan Non Basis
- Sektor Basis adalah sektor ekonomi barang dan jasa yang
terdapat di suatu wilayah yang telah memenuhi kebutuhan
masyarakat di wilayahnya dan juga mampu mengekspor ke
wilayah di luar wilayahnya tersebut.
- Sektor Non Basis adalah sektor ekonomi yang hanya dapat
memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut dan belum bisa di
ekspor ke wilayah lainnya.
E. Metode Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah alat analisis yang
digunakan untuk menyimpulkan fenomena dan fakta yang terjadi,
sedangkan analisis kuantitatif adalah alat analisis yang digunakan untuk
menjelaskan data-data yang ada. Sehingga dalam penelitian ini
metode-metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai
1) Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient adalah suatu metode yang digunakan
untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah dari
suatu sektor pada suatu wilayah atau daerah dengan sumbangan sektor
yang sama pada lingkup yang lebih besar (provinsi atau nasional).
Teknik analisis Location Quotient sangat membantu daerah dalam
menentukan kapasitas ekspor.
Analisis Location Quotient untuk mempermudah dalam
mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh suatu daerah maka sektor
ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis :
a. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu
wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan baik dalam
lingkup daerahnya ataupun diluar daerah itu sendiri.
b. Sektor non basis adalah sektor ekonomi yang hanya mampu
memenuhi kebutuhan di wilayah atau daerah itu sendiri, dan
belum bisa melakukan ekspor.
Sehingga untuk membandingkan peran perekonomian baik dari
sektor basis dan non basis dalam suatu wilayah atau daerah maka secara
sistematis diformulasikan sebagai berikut :
Dimana :
= pendapatan sektor i di Kabupaten Mukomuko
= pendapatan total Kabupaten Mukomuko
= pendapatan sektor i di Provinsi Bengkulu
= pendapatan total di Provinsi Bengkulu
Pada analisis LQ terdapat tiga kriteria dari hasil perhitungan yang
telah di lakukan dalam perekonomian suatu wilayah/daerah :
a. Jika nilah LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah
tersebut lebih berpotensi di bandingkan dengan wilayah referensi.
Sehingga dapat diartikan jika sektor tersebut dalam perekonomian
daerah dalam wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan
dapat dikatagorikan sebagai sektor basis (unggulan).
b. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah
studi kurang berpotensi dibandingkan dengan wilayah referensi.
Oleh sebab itu sektor tersebut dikatagorikan sebagai sektor non
basis.
c. Jika nilai LQ = 1, maka dapat simpulkan bahwa sektor yang
bersangkutan baik diwilayah studi ataupun diwilayah referensi
memiliki tingkat keunggulan yang sama.
Analisis LQ memiliki kelebihan karena alat analisis ini dianggap
sederhana dan dapat menunjukan struktur perekonomian suatu daerah,
pada sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di wilayah
tersebut.
Namun analisis LQ ini memiliki kelemahan, yaitu :
- Tingkat konsumsi rata-rata pada beberapa jenis barang
berbeda.
- Selera serta pola konsumsi pada setiap masyarakat adalah
berlainan baik antara daerah maupun dalam satu daerah.
- Bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan industri
berbeda antar daerah.
Sehingga penggunaan analisis LQ dalam beberapa penelitiaan
dianggap tidak efesien. Apabila penelitian tersebut berhubungan
dengan tingkat konsumsi, penggunaan faktor produksi pada suatu
wilayah yang diambil dari beberapa perusahaan.
2) Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Analisis MPR adalah alat analisis yang digunakan untuk
mendekripsikan suatu kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang
berpotensi dalam suatu wilayah kabupaten/kota atau bahkan dalam
lingkup yang lebih luas lagi seperti pada lingkup Provinsi berdasarkan
pada kreteria pertumbuhan struktur ekonomi suatu wilayah baik dari