• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY

2011-2015

Oleh

EKA WIDYANINGRUM

20130430048

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY

2011-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

EKA WIDYANINGRUM

20130430048

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Eka Widyaningrum

Nomor Mahasiswa : 20130430048

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS POTENSI

DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI

KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 06 Maret 2017

(4)

v

MOTTO

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya

(Al-Qur’an) yang telah kami turunkan. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

─ QS. At-Taghabun : 8

“Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang ,mereka

persekutukan.”

─ QS. An-Nahl : 1

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

─ QS. Ar Rahmaan : 13

(5)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk :

Kedua orang tuaku Mamah (Tuti) dan Bapak (Kiswanto) Kedua Adikku (Lindu Sapriaji dan Sastri Rahmawati)

Dosen Pembimbing terbaikku : Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si.

Serta :

Selururuh Dosen Ilmu Ekonomu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(6)

vii

INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ekonomi berdasarkan sektor unggulan di kabupaten Mukomuko, dengan membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.

Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.

(7)

viii

ABSTRACT

The aim of this research is to identify the economic potencies based on the superior sectors in Mukomuko Regency by comparing the Gross Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.

Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Ekonomi di Kabupaten Mukomuko Tahun 2011-2015”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Allah SWT yang telah menjawab semua doaku dan selalu memberikan jalan atas segala kesulitanku.

2. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dengan penuh kesabaran selama proses penyelesain karya tulis ini.

3. Dyah Titis Kusuma Wardani, SE., MIDEc selaku dosen penguji skripsi.

4. Diah Setyawati Dewanti, SE., M.Sc selaku dosen penguji skripsi. 5. Terimakasih kepada seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

x

ataupun materil yang tak pernah terhenti untukku. Aku sangat menyayangi kalian.

7. Muhammad Harits Arrabby yang selalu membantu dalam setiap kesulitanku, dan terimakasih sudah menemaniku dalam menyelesaikan karya tulis ini.

8. Teman-teman IE’13 yang selama perkuliahan berlangsung banyak suka cita yang kita lewati bersama, terimakasih sudah menjadi bagian di dalam penyelesaian karya tulis ini.

9. Terimakasih teman seatapku yang selama beberapa bulan terakhir menemaniku, menyemangatiku dalam menyelesaikan karya tulis ini.

10. Terimakasih pula pada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam proses menyelesaikan karya tulis ini.

Yogyakarta, 06 Maret 2017

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penlitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1) Teori Pembangunan Ekonomi ... 12

2) Pembangunan Ekonomi Daerah ... 15

3) Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 18

4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21

5) Sektor Unggulan ... 23

6) Sektor Basis Ekonomi ... 24

B. Penelitian Terdahulu ... 26

C. Kerangka Teori... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Objek Penelitian ... 31

B. Jenis Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Definisi Operasional Variabel yang Digunakan ... 32

E. Metode Analisa Data ... 33

(11)

xii

2) Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 36

3) Analisis Shift-Share ... 38

4) Analisis Tipology Klassen ... 42

5) Analisis SWOT ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 45

A. Letak Geografis Kabupaten Mukomuko ... 45

B. Kondisi Demografi ... 47

C. Kondisi Sosial ... 49

D. Kondisi Perekonomian Daerah ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Analisis Location Quatient ... 56

B. Hasil Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 58

C. Hasil Analisis Shift-Share ... 61

D. Hasil Analisis Tipology Klassen ... 80

E. Hasil Analisis SWOT ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Propinsi Bengkulu ADHK 2010 (persen) ... 8 3.1 Klasifikasi Tipology Klassen ... 43 3.2 Matriks SWOT ... 44 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Mukomuko

tahun 2015 ... 46 4.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan Selama Seminggu yang lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mukomuko, 2015 ... 49 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Umur (Persen) di

Kabupaten Mukomuko, 2011-2015 ... 49 4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Mukomuko, tahun

2011-2015 ... 50 4.5 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Mukomuko

(Persen) 2011-2015... 51 4.6 Laju Pertumbuhan Rill PDRB Menurut Lapangan Usaha

(Persen), 2011-2015... 53 4.7 PDRB Perkapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah),

2011-2015 ... 55 5.1 Hasil Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan ADHK 2010, 2011-2015 (Milyar) ... 57 5.2 Hasil Perhitungan Rata-rata RPr dan RPs Kabupaten Mukomuko

tahun 2011-2015 ... 59 5.3 Hasil Perhitungan Shift-share kabupaten Mukomuko Berdasarkan ADHK 2010, tahun 2011-2015 (Milyar) ... 63 5.4 Klasifikasi Pola dan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko,

2011-2015 ... 82 5.5 Matriks SWOT Pembangunan Sektor Unggulan di Kabupaten

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015 ... 6

2.1 Kerangka Pemikiran ... 30

4.1 Peta Kabupaten Mukomuko ... 45

4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Mukomuko (jiwa), 2011-2015 ... 47

4.3 Perkembangan Tikat Pengangguran di Kabupaten Mukomuko, 2011-2015 (Persen)... 48

(14)
(15)

vii

membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.

Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.

(16)

viii

Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.

Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.

(17)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan baik di negara maju ataupun negara

berkembang tidak selamanya memberikan dampak positif bagi

pembangunan, tetapi juga dapat berdampak negatif. Ketimpangan

pembangunan yang terjadi disetiap wilayah atau negara yang

diakibatkan oleh pengaruh globalisasi baik dari segi ekonomi, sosial,

maupun budaya. Hal tersebut selalu menjadi faktor utama yang

mengkibatkan terjadinya ketimpangan antar wilayah atau negara.

Ketimpangan pembangunan yang selalu di tekankan pada

ketimpangan pembangunan bidang ekonomi sebenarnya tidak

selamanya benar, tetapi juga berkaitan dengan seluruh aspek yang dapat

meningkatkan produktifitas serta kemajuan bagi wilayah atau negara

tersebut. Tetapi realita yang tejadi pada pembangunan di banyak negara

berkembang lebih ditekankan pada pembangunan bidang ekonomi saja.

Sebagimana yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa

keterbelakangan yang dihadapi oleh banyak negara yang sedang

berkembang adalah pada bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi juga

dianggap sebagai salah satu faktor utama dalam meningkatkan

produktifitas ekonomi serta kemajuan pada berbagai aspek dalam suatu

(18)

Indonesia sebagai salah satu dari sekian banyak negara sedang

berkembang di tuntut untuk dapat memaksimalkan kinerjanya dalam

berbagai aspek terutama bidang ekonomi, hal ini dikarenakan bidang

ekonomi dianggap menjadi salah satu faktor utama suatu negara dapat

dikatakan maju atau berkembang. Tujuannya adalah untuk mengetahui

tingkat kesiapan negara dalam menghadapi globlalisasi, sehingga

dengan ini pemerintah harus mempersiapkan beberapa strategi khusus

yang dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia

yang kuat dan stabil.

Maka dalam hal ini pemerintah dalam kebijakannya harus

menerapkan otonomi daerah, hal ini dikarenakan otonomi daerah

merupakan suatu kebutuhan bagi pemerintah, karena pemerintah tidak

mungkin dapat secara menyeluruh menangani permasalahan yang

terdapat di daerah. Oleh sebab itu otonomi daerah diharapkan dapat

memberikan kemudahan pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan daerah, dan diharapkan dengan pelaksanaan otonomi

daerah ini tidak terjadi lagi ketimpangan pembangunan antar daerah.

Pembangunan daerah yang pada hakekatnya merupakan bagian

dari pembangunan nasional yang juga membangun manusia seutuhnya

dan seluruh masyarakat Indonesia hal ini terdapat dalam Buku

Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

(2007). Pembentukan otonomi daerah ini bertujuan untuk memberikan

(19)

daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat menggali

potensi yang dimiliki oleh daerah dan dapat memaksimalkan koordinasi

daerah dalam malakukan pembangunan, hal ini dikarenakan potensi

yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah sangatlah beragam pada setiap

sumberdaya, sehingga dalam hal ini pemerintah daerah memiliki peran

sebagai pelaku utama dalam meningkatkan pembangunan, sedangkan

pemerintah pusat hanya sebagai fasilitator dan koordinator terhadap

pemerintah daerah dalam melaksakan pembangunan nasional.

Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian dari

otonomi daerah ini telah diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sejalan

dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut pemerintah daerah

mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam menentukan kebijakan

dan program pembangunan yang terbaik bagi peningkatan

kesejahteraan daerah dan pembangunan daerah. Adanya otonomi

daerah ini juga sesuai dengan arahan dan tujuan yang tertuang dalam

Propenas (Program Pembangunan Nasional), kota-kota dan wilayah

(20)

harus mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbul oleh

adanya kebijakan regionalisasi (Riyadi, 2002).

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan

pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator

keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006) Pembangunan wilayah yang

ditinjau dari aspek ekonomi harus menjadi prioritas utama suatu daerah

karena pembangunan ekonomi dianggap sebagai pelopor atau

penggerak ekonomi nasional. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah

pemerintah sebelumnya telah melaksakan desentralisasi, pelaksanaan

desentralisasi ini bertujuan untuk menjadikan pemerintah lebih dekat

dengan masyarakat, sehingga pemerintah dapat secara maksimal dalam

melakukan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah kabupaten dan kota

memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi

masyarakat mereka dari pada pemerintah pusat sehingga pelaksanaan

otonomi daerah dianggap memberikan dampak positif bagi

pembangunan serta kemajuan ekonomi.

Pelaksanaan desentralisasi yang sering diikuti dengan adanya

pemekaran wilayah dianggap memberikan dampak positif, karena

semakin kecil wilayah yang tergabung dalam pemerintahan maka akan

semakin mempermudah pemerintah dalam melaksanakan otonomi

daerah. Tetapi pada kenyataannya adanya pemekaran wilayah justru

mengakibatkan tingginya tingkat ketimpangan antar wilayah, tujuan

(21)

pembangunan dan pemerataan di wilayah tertentu, hal tersebut sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 : yang

berdasarkan pada : kemampuan ekonomi, potens daerah, sosial budaya,

sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta beberapa

pertimbangan lain yang memingkinkan terselenggaranya otonomi

daerah, sehingga dalam hal ini pemerintah dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat yang bebas dari kemiskinan, kebodohan,

keterbelakangan dan kesehatan yang buruk.

Ketimpangan pembangunan yang tejadi di beberapa wilayah atau

daerah dapat di lihat dari pertumbuan ekonomi dan juga tingkat

kesejahteraan daerah, sebagimana yang dikemukankan oleh Arsyad

(2005) menyatakan bahwa dalam melaksakan pencapaian tujuan

pembangunan ekonomi daerah diperlukan kebijakan pembangunan

yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development),

dengan menggunkan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki daerah.

Kecendrungan penguasaan ekonomi suatu daerah yang tidak tersebar

secara merata maka dapat meningkatkan ketimpangan antar wilayah

tersebut. Perbedaan potensi di Indonesia menyebabkan kesenjangan

yaitu : kesenjangan antar wilayah, kesenjangan antar desa dan kota

kesenjangan antara golongan pendapatan (Nindyantoro, 2004).

Kesenjangan antara wilayah desa dan kota terus saja terjadi, hal ini

dikarenakan tingginya tingkat populasi masyarakat di perkotaan

(22)

Walaupun sebenarnya potensi ekonomi yang dimiliki wilayah desa

lebih tinggi di bandingkan kota.

Ketika menetapkan sektor unggulan yang dimiliki suatu wilayah

diharapkan dapat mengoptimalkan pengembangan atas sektor tersebut,

sehingga dapat melaksanakan pembangunan ekonomi secara maksimal.

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah merupakan

rangkaian kegiatan yang dihimbau oleh pemerintah, bersama-sama

dengan masyarakat, hal ini agar pembangunan yang dilakukan bukan

hanya memberikan dampak terhadap pemerintah tetapi juga pada

masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan juga pelayanan

masyarakat ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur pertumbuhan suatu

daerah.

Letak geografis yang dimiliki oleh suatu daerah dapat menjadi

daya tarik tersendiri bagi daerah, hal ini sesuai dengan yang di

kemukakan oleh Tarigan (2007) dimana wilayah akan selalu

menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang di hasilkan

pada setiap pengoperasi faktor produksi di daerah tersebut (tanah,

modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara tidak langsung

hal ini dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu wilayah tidak selalu ditentukan oleh besarnya nilai

tambah yang diperoleh dari wilayah tersebut tetapi juga seberapa besar

terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang diperoleh dapat

(23)

Secara geografis kabupaten Mukomuko yang teletak di provinsi

Bengkulu merupakan kabupaten baru yang awalnya merupakan bagian

dari kabupaten Bengkulu Utara tetapi karena adanya pemekaran

wilayah pada tahun 2003 maka menjadi kabupaten Bengkulu Utara dan

kabupaten Mukomuko. Perkembangan perekonomian di kabupaten

Mukomuko didukung oleh sektor industri, sektor perdagangan dan juga

sektor pertanian. Perkembangan perokonomian sektor pertanian

memiliki peran yang cukup besar dalam kontribusinya terhadap PDRB,

sektor pertanian memberikan kontribusinya hampir 50 persen dari

PDRB dan juga mengurangi tingkat pengangguran yang menyerap

tenaga kerja kurang lebih 40 persen dari jumlah angkatan kerja yang

terdapat di kabupaten Mukomuko.

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015.

Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko

(24)

Jika dilihat dari gambar diatas maka diketahui pertumbuhan

ekonomi di kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu lima tahun

mengalami fluktuasi. Terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang

terjadi pada tahun 2011 sebesar 5.73 persen, meningkat pada tahun

2012 sebesar 0.51 persen menjadi 6.24 persen, kemudian pada tahun

2013 meningkat kembali menjadi 6.36 persen, tetapi pada tahun 2014

menurun sebesar 0.35 persen menjadi 6.01 persen, dan tahun 2015

mengalami penurunan kembali menjadi 5.68 persen.

Pada tabel 1.1 dapat diketahui sektor ekonomi unggulan yang

menjadi sektor basis kabupaten Mukomuko pada tahun 2015 adalah

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang memberikan

kontribusinya terhadap PDRB hampir 50 persen yaitu sebesar 45.56

persen, sedangkan provinsi Bengkulu hanya sebesar 29.42 persen

berada jauh dibandingkan kabupaten Mukomuko, lapangan usaha

kedua yang juga memberikan kontribusi yang cukup tinggi di

kabapaten Mukomuko ialah lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 15.83 persen,

sementara kontribusi yang diberikan provinsi Bengkulu hanya sebesar

14.56 persen, kemudian diikuti oleh lapangan usaha industri

pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 11.90 persen dari total

PDRB di kabupaten Mukomuko dan kontribusi lapangan usaha industri

pengolahan provinsi Bengkulu yang berada pada 6.26 persen dari

(25)

diikuti oleh sektor-sektor lainnya, pada sektor-sektor tertentu kontribusi

yang diberikan oleh sektor ekonomi terhadap peningkatan PDRB di

provinsi Bengkulu berada lebih tinggi dibandingkan tingkat kontribusi

(26)

TABEL 1.1

Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Provinsi Bengkulu Atas Dasar Harga Konstan 2010 (persen)

Lapangan Usaha Mukomuko Bengkulu

2011 2012 2013 2014* 2015** 2011 2012 2013 2014* 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47.65 47.15 46.86 46.23 45.56 32.13 31.74 31.13 30.24 29.42 B Pertambangan dan Penggalian 3.77 3.67 3.56 3.42 3.27 4.11 4.11 3.96 3.98 3.83 C Industri Pengolahan 11.33 11.41 11.50 11.72 11.90 6.08 6.15 6.23 6.28 6.26 D Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.07 0.06 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 0.23 0.22 0.21 0.20 0.19 0.27 0.26 0.24 0.24 0.23

F Kontruksi 3.75 3.67 3.60 3.61 3.61 4.40 4.48 4.43 4.47 4.42

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 14.73 15.10 15.28 15.53 15.83 13.84 13.84 14.10 14.30 14.56

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 6.53 6.64 6.74 6.86 6.97 8.29 8.23 8.40 8.47 8.74

P Jasa Pendidikan 2.06 2.12 2.16 2.19 2.24 6.04 6.01 6.06 6.24 6.42

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.24 0.24 0.23 0.24 0.24 1.40 1.41 1.41 1.46 1.51

R,S,T,U Jasa Lainnya 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.71 0.69 0.67 0.70 0.72

PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko

(27)

Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan pemerataan

pembangunan guna memaksimalkan pengelolaan sektor-sektor

ekonomi yang ada di kabupaten Mukomuko, tidak hanya pada sektor

unggulannya saja tetapi perlu adanya pengembangan pada sektor-sektor

lain agar memilki kesetaraan, hal tersebut guna memaksimalkan

pengembangan pembangunan di kabupaten Mukomuko. Adanya

strategi-strategi khusus guna memaksimalkan pembangunan yang

berbasis lingkungan dengan memanfaatkan potensi ekonomi ini juga

harus mendapatkan dukungan penuh dari elemen-elemen pemerintah,

swasta, dan juga masyarakat di kabupaten Mukomuko.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat

dirumuskan beberapa pertanyaan yang yaitu :

1. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di kabupaten

Mukomuko?

2. Sektor apakah yang mengalami pertumbuhan paling cepat di

Kabupaten Mukomuko?

3. Bagaimana perbandingkan pertumbuhan sektor ekonomi di

kabupaten Mukomuko?

4. Bagaimana pola dan struktur ekonomi di kabupaten Mukomuko?

4. Kebijakan apakah yang harus diterapkan di kabupaten

(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan

bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan

di kabupaten Mukomuko.

2. Untuk mengetahui sektor apakah yang mengalami pertumbuhan

paling cepat di kabupaten Mukomuko.

3. Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan sektor ekonomi di

kabupaten Mukomuko.

4. Untuk mengetahui bagaimana pola dan struktur ekonomi di

kabupaten Mukomuko.

5. Untuk mengetahui kebijakan apakah yang harus diterapkan di

kabupaten Mukomuko.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaat dari sebuah penelitian maka manfaat yang

akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas

Muhammadiyah Yogyakarta, yang juga sebagai salah satu

(29)

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

2. Bagi Universitas dan Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan

pelengkap perpustakaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga dapat menjadi

bahan acuan bagi penelitian dengan tema yang sejenis, sehingga

dapat berkontribusi terhadap pengembangan penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi pemerintah daerah dalam menetapkan suatu strategi ataupun

kebijakan dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten

(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1) Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian usaha dan

juga kebijakan yang dilakukan oleh suatu pemerintahan dalam

meningkatkan taraf hidup masyarakat, terdapat berbagai cara yang

dilakukan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan

cara memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan pemerataan

pendapatan masyarakat, serta beberapa cara lain seperti meningkatan

hubungan ekonomi regional ataupun dari wilayah lainnya.

Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses atau cara

yang dilakukan oleh suatu negara dalam merubah cara berfikir dan juga

kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan cara melibatkan

masyarakat secara langsung dalam kegiatan pembangunan yang

dilakukan, dalam pelaksanaan pembangunan ini mengakibatkan

kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk dalam jangka panjang

yang diikuti oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan ini terdapat beberapa upaya yang dilakukan

oleh pemerintah yaitu pembangunan yang efisiensi (efficiency),

(31)

arahan alokasi sumber daya (semua kapital yang berkaitan dengan

natural, human, man-made maupun social) (Anwar, 2005).

Menurut (Rustiadi, dkk, 2009) pembangunan ialah suatu proses

yang dilakukan untuk mengatur atau mengadakan sesuatu yang belum

ada. Sehingga pembangunan yang dilakukan secara terkonsep dan

berkesinambungan dari suatu masyarakat atau sistem sosial yang secara

menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam

melaksnakan pembangunan ekonomi ini masyarakat dituntut untuk

dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah tersebut secara

maksimal.

Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses yang

dilakukan guna meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dalam

jangka panjang. Dalam melaksnakan pembangunan ekonomi tersebut

menurut (Todaro, 2006) pembangunan harus memenuhi tiga komponen

dasar, yaitu :

a. Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan dasar, yaitu mencakup kebutuhan sandang, pangan,

papan serta ketahanan dan proteksi.

b. Harga diri (self esteem) yaitu dorongan dari diri sendiri untuk

dapat memaksimalkan kinerjanya, dengan cara menghargai diri

sendiri, serta percaya akan potensi yang dimilikinya bahwa diri ini

(32)

c. Kebebasan (freedom) yaitu suatu kemampuan yang tedapat dalam

diri untuk memilih, hal ini agar tidak diperbudak oleh pengerjaan

aspek-aspek materiil dalam kehidupan.

Tetapi dalam kenyataannya pembangunan yang terjadi masih

sangat bertolak belakang dari tiga nilai pokok diatas, sehingga dalam

hal ini lebih lanjut Todaro menjelaskan bahwa proses pembangunan

yang dilakukan paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti yaitu

sebagai berikut :

a. Peningkatan ketersediaan dan juga perluasan distribusi berbagai

barang guna memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan,

papan, kesehatan, serta keamanan).

b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya peningkatan

pendapatan, tetapi meliputi beberapa aspek lain seperti, perbaikan

kualitas pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan

pelayanan kesehatan serta peningkatan perhatian terhadap

nilai-nilai kultural dan kemanusian. Agar tidak hanya kesejahteraan

materil saja yang terpenuhi tetapi diikuti pula oleh tumbuhnya

harga diri pribadi dan juga bangsa. Hal ini guna memberikan

wawasan terhadap masyarakat agar tidak selalu bergantung pada

wilayah ataupun Negara lain.

c. Perluasan ekonomi dan sosial bagi individu dan juga negara secara

menyeluruh, dengan cara memberikan kebebasan kepada individu

(33)

Sedangkan menurut Jhingan (1999) terdapat dua hambatan dalam

pelaksanaan pembangunan ekonomi, yaitu :

a. Hambatan dari dalam Negeri

Yaitu hambatan yang terjadi diakibatkan dari dalam negeri itu

sendiri, hambatan dari dalam negeri ini antara lain :

- Lingkaran setan kemiskinan

Lingkaran setan ekonomi ialah suatu kondisi dimana

kekuatan-kekuatan satu sama lain berinteraksi sedemikian rupa

dan menjadikan suatu negara yang terbelakang (miskin) tetap

dalam keadaan melarat.

- Tingkat pembentukan modal yang rendah

Tingkat pembentukan modal yang rendah ini merupakan

hambatan yang paling erat terjadi di negara berkembang,

tingkat konsumsi di negara berkembang cendrung rendah

sehingga tidak mungkin lagi dikurangi untuk meningkatkan

cadangan modal, hal ini karena tingkat pendapat yang masih

rendah.

- Hambatan sosial budaya

Dalam pembangunan ekonomi sikap manusia dan juga

perilaku manusia sangat berpengaruh terhadap pembangunan.

(34)

sosial, kondisi politik, dan juga latar belakang sejarah. Dalam

pembangunan modal merupakan syarat yang perlu tetapi

bukan syarat mutlak bagi kemajuan suatu wilayah. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa negara yang terbelakang pasti

lembaga sosial dan sikap masyarakat tidak mendukung

pembangunan.

b. Hambatan dari luar negeri

Yaitu hambatan yang terjadi di dalam negara akibat dari kekuatan

internasiaonal, pendapat para ahli tentang hambatan yang terjadi

akibat kekuatan internasional ialah sebagai berikut : di dalam

perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang

dianggap tidak seimbang, hal ini dianggap menguntungkan negara

maju karena seluruh keuntungan akan lebih banyak mengalir ke

negara maju.

2) Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu proses dimana pemerintah daerah bersama dengan masyarakatnya

mengolola sumberdaya baik sektor basis dan non basis yang dimiliki

dan membentuk suatu kemitraan (kelembagaan) antara pemerintah

daerah dengan swasta, pembangunan daerah ini juga salah satu upaya

(35)

perkembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi wilayah tersebut.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, terdapat 4 peran yang

dapat dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut :

a. Enterpreneur

Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan

suatu usaha bisnis. Dalam pelaksanaan bisnis ini pemerintah

dituntut untuk mengembangkan usahanya sendiri (BUMD),

sehingga asset yang dimiliki pemerintah daerah dapat dikelola

secara maksimal sehingga secara ekonomis menguntungkan.

b. Koordinator

Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah dapat

bertindak sebagai koordinator dan mengarahkan kelembagaan,

pemilik usaha, dan juga masyarakat yang ada guna menyusun

sasaran dan juga strategi perekonomian. Sehinggga pemerintah

daerah dapat konsisten dalam membangun daerahnya.

c. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya

masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses

(36)

d. Stimulator

Dalam hal ini pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan

dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang

secara langsung akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan

untuk masuk ke daerah, dan juga menjaga perusahaan-perusahaan

yang ada untuk tetap berada di daerah tersebut.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah terdapat

beberapa strategi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah,

strategi ini bertujuan untuk : mengembangkan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat dan mencapai stabilitas ekonomi daerah. Terdapat 4 strategi

pembangunan ekonomi daerah, yaitu sebagai berikut :

a. Strategi pengembangan fisik/lokalitas

Tujuan strategi pembangunan fisik/lokalitas ialah untuk

menciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki basis pesona,

atau kualitas hidup masayarakat, memperbaiki daya tarik pusat

kota (civic center) dan memperbaiki dunia usaha daerah.

b. Strategi pengembangan dunia usaha

Dunia usaha merupakan salah satu komponen penting dalam

perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena murupakan

daya tarik, kreasi, serta daya tahan daerah untuk menciptakan

(37)

c. Strategi pengembangan sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam

proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu peningkatan

kualitas dan keterampilan sangatlah diperlukan.

d. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat

Yaitu suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu

kelompok dalam suatu daerah atau yang lebih dikenal dengan

istilah pemberdayaan masyarakat. tujuan dari kegiatan ini ialah

untuk menciptakan manfaat sosial, sehingga suatu kelompok

mayarakat dapat menciptakan suatu karya tertentu yang pada

akhirnya akan memberikan keuntungan pada mereka.

3) Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono (1988) pertumbuhan ekonomi adalah suatu

proses kenaikan output perkapita jangka panjang, dimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses

pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generalting, yang berarti

proses pertumbuhan itu sendiri yang memberikan kekuatan bagi

kelanjutan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai perubahan

tingkat ekonomi yang dialami oleh suatu wilayah dari tahun ketahun.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan

(38)

tumbuh atau berkembang ketika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai

pada saat itu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan jika perkembangan baru

akan tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari

perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun sebelumnya

(Sukirno, 1985).

Menurut Sukirno (1994) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi ialah sebagai berikut :

a. Tanah dan kekayaan alam lainnya

Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu daerah akan

mempermudah dalam pelaksanaan pembangunan serta akan

mempengaruhi perekonomian, terutama dalam masa awal

pertumbuhan ekonomi.

b. Jumlah penduduk dan tenaga kerja

Pertambahan penduduk yang terjadi dalam suatu negara akan

mendorong atau bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan

ekonomi akan berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi yang

berupa kesenjangan antara jumlah penduduk dengan lapangan

pekerjaan atau jumlah faktor produksi yang tersedia.

c. Barang modal dan tingkat teknologi

Barang modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, jika

(39)

mempengaruhi teknologi-teknologi yang digunakan, semakin

modern teknologi yang digunakan maka akan semakin cepat

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat akan secara langsung

memberikan dampak dalam pertumbuhan ekonomi yang dicapai

oleh suatu wilayah.

e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Dalam hal ini Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi

yang dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas

membatasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan mengalami

peningkatan apabila terjadi perkembangan ekonomi pada daerah

tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ini

seharusnya diimbangi dengan pembangunan ekonomi, karena

pembangungan ekonomi merupakan salah satu indikator yang

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dimana tujuan

dari pembangunan ekonomi itu sendiri ialah meningkatkan taraf hidup

masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan, meratakan

pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional guna

meningkatkan perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dampak dari

(40)

itu sendiri terbentuk dari beberapa sektor ekonomi yang secara tidak

langsung memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi

sebagai indikator penting bagi suatu daerah guna mengevaluasi

keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Menurut Glasson (1997) pertumbuhan ekonomi regional dapat

terjadi sebagai akibat dari penentu endogen dan eksogen, yaitu faktor

yang terdapat didalam daerah tersebut ataupun faktor yang diperoleh

dari luar daerah dan juga dapat diperoleh dari kombinasi antara

keduanya. Faktor endogen terdiri dari distribusi faktor produksi seperti

tanah, modal, dan juga tenaga kerja. Sedangkan faktor eksogen ialah

tingkat permintaan yang dilakukan daerah lain terhadap komoditi yang

dimiliki oleh daerah tersebut.

Menurut Adisasmita (2013) terdapat dua faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Faktor Ekonomi

Dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi suatu daerah

terdapat beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi, yaitu :

- Sumber daya alam (SDA)

Kekayaan sumber daya yang dimiliki oleh setiap wilayah

harus dapat dimanfaatkan secara maksimal baik dioleh guna

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat ataupun dipasarkan ke

(41)

- Sumber daya manusia (SDM)

Dalam sumber daya manusia tinggi rendahnya skill dan juga

keterampilan dimiliki akan memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, karena pembangunan

ekonomi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang baik

akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

- Akumulasi modal

Yaitu peningkatan jumlah modal dengan jangka waktu

tertentu, pembentukan modal ini juga bukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga untuk pengadaan

alat-alat.

- Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi di anggap sebagai faktor yang sangat

berperan dalam proses pertumbuhan ekonomi, karena

kemajuan dalam bidang teknologi ini juga meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, faktor produksi dan juga modal.

b. Faktor non ekonomi

Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak

selama dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja tetapi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor non ekonomi, seperti : organisasi sosial,

budaya dan politik. Faktor non ekonomi sama-sama memiliki

(42)

4) Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan

indikator ekonomi makro, dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi

daerah PDRB dapat dijadikan sebagai indikator utama untuk

mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah sehingga

memudahkan dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan

pembangunan ekonomi daerah serta memiliki peran dalam

mengevaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga digunakan oleh

daerah dalam menganalisis kemakmuran penduduk, dalam

menganalisis kemakmuran penduduk disuatu daerah disajikan dalam

dua bentuk yaitu Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku dan juga Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan. Dalam suatu perekonomian jika tingkat pertumbuhan PDRB

perkapita tinggi maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula

kekayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut, atau dapat dikatakan

bahwa PDRB merefleksikan tingkat kekayaan daerah tersebut

(Tadjoedin, 2001).

Untuk menghitung tingkat Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) tedapat beberapa pendekatan yang dapat gunakan yaitu sebagai

(43)

a. PDRB dengan pendekatan produksi

Merupakan jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang

diperoleh dari unit-unit produksi yang ada disuatu daerah dalam

jangka waktu tertentu.

b. PDRB dengan pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen permintaan dan juga pengeluaran

akhir yang terdiri atas pengeluaran akhir konsumsi rumah tangga,

pengeluaran akhir lembaga non profit yang memberikan

pelayanan kepada rumah tangga, pengeluaran akhir dari konsumsi

pemerintah, ekspor neto (ekspor yang dikurangi impor),

pembentukan modal tetap domestik bruto, dan perubahan

inventori.

c. PDRB dengan pendekatan pendapatan

Merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan dari unit

produksi di suatu wilayah tertentu.

5) Sektor Unggulan

Sektor unggulan biasanya menjadi sektor andalan suatu wilayah,

baik dalam lingkup kecil ataupun besar. Sektor unggulan sering kali

dijadikan sebagia suatu perbandingan antar wilayah, dalam lingkup

internasional suatu sektor dapat dikatakan unggulan jika sektor tersebut

(44)

Sedangkan dalam lingkup nasional atau daerah juga tidak jauh berbeda

dengan lingkup internasioanal.

Menurut Tumenggung (1996) sektor unggulan adalah sektor yang

memiliki keunggulan komparatif dan juga kompetitif dengan produk

sektor sejenis yang dihasilkan dari daerah lain serta memberikan nilai

manfaat yang besar. Dalam hal ini sektor unggulan juga memberikan

nilai tambah dalam peningkatan perekonomian, sehingga pertumbuhan

ekonomi akan meningkat dengan sendirinya.

Menurut Ambardi dan sacia (2002) terdapat beberapa komoditas

unggulan yang dapat menjadi kreteria daerah dan juga menjadi

penggerak pembangunan suatu daerah ialah :

a. Komoditas unggulan harus bisa menjadi pelopor penggerak

perekonomian. Dalam hal ini komoditas unggulan diharapkan

dapat memberikan nilai lebih pada daerah sehingga daerah dapat

memaksimalkan pengeluaran, produksi, serta pendapatannya.

b. Komoditas unggulan berada dalam satu keterkaitan yang kuat,

baik keterkaitan kedepan ataupun kebelakang.

c. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari

daerah lain, baik dalam konteks nasional maupun internasional

yang mencakup seluruh aspek.

d. Komoditas unggulan dari suatu daerah memiliki keterkaitan

(45)

memaksimalkan produksinya karena kekurangan bahan baku

sehingga harus menggambil dari daerah lain.

e. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang semakin lama

mengalami penurunan maka harus diimbangi dengan peningkatan

tekonologi.

f. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja yang

berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksi yang

dilakukan.

g. Komoditas unggulan dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu,

dan jika komoditas unggulan yang lama mengalami kemunduran

maka komoditas yang baru akan muncul.

h. Komoditas unggulan tidak akan terpengaruh oleh kondisi yang

terjadi didalam daerah ataupun diluar daerah.

i. Komoditas unggulan harus mendapat dukungan yang kuat agar

dapat berkembang secara maksimal.

j. Pengembangan komoditas unggulan harus senada dengan

kelestarian lingkungan sumberdaya.

6) Sektor Basis Ekonomi

Dalam teori basis ekonomi Menurut Glasson (1990) konsep dasar

(46)

a. Sektor basis

Sektor basis ialah kegiatan mengeskpor barang-barang dan juga

jasa keluar dari batas perekonomian masyarakat yang

bersangkutan, dengan kata lain bahwa sektor basis berhubungan

langsung dengan permintaan dari luar.

b. Sektor non basis

Sektor non basis ialah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan

guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat yang

terdapat di dalam batas perekonomian masyarakat yang

bersangkutan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sektor

non basis berhubungan tidak langsung, dan harus melalui sektor

basis terlebih dahulu.

Menurut (Ambardi dan Socia, 2002) Teori basis ekonomi dapat

dijadikan sebagai indikasi penggandaan (multiplier effect) bagi kegiatan

perekonomian yang dilaksanakan oleh suatu wilayah. Teori ini dapat

diguanakan untuk mengetahui bahwa dalam suatu kelompok industri

kemungkinan terdapat kelompok industri lain yang juga menghasilkan

barang dan jasa yang sama guna memenuhi kebutuhan pasar global dan

juga memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Sedangkan menurut Budiharsono (2001) terdapat beberapa metode

yang dapat digunakan untuk memilih sektor basis dan non basis, yaitu

(47)

a. Metode pengukuran langsung

Metode pengukuran langsung ialah metode yang digunakan untuk

mengetahui sektor basis dan non basis ekonomi dengan cara

survey langsung pada pelaku usaha, hal ini untuk mengetahui

sistem pemasaran yang digunakan oleh pelaku usaha kemana ia

memasarkan dan dari mana ia memperoleh bahan-bahan untuk

memproduksi barang tersebut. Tetapi metode ini dianggap tidak

efisien karena memerlukan banyak biaya, membutuhkan waktu

yang lama, dan juga tenaga kerja yang banyak.

b. Metode pengurkuran tidak langsung

Metode dengan pengukuran tidak langsung terdapat beberapa cara

yang dapat digunakan :

- Menggunakan pendekatan asumsi, yaitu berdasarkan kondisi

disuatu wilayah (data sekunder) sehingga dapat diasumsikan

bahwa kegiatan tersebut masuk dalam basis atau nonbasis.

- Metode Location Quotient, yaitu metode yang digunakan

untuk mengetahui sektor basis dan nonbasis dengan

membandingkan sektor nilai tambah yang diperoleh dari suatu

wilayah dengan sektor yang sama di wilayah yang lebih tinggi.

Dalam perhitungan ini asumsi yang digunakan ialah

produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah

(48)

- Metode campuran, yaitu metode gabungan antara metode

asumsi dengan metode Location Quotient.

- Metode kebutuhan minimum, yaitu metode yang dalam

penelitiannya melibatkan beberapa wilayah hal ini guna

membandingkan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan

distribusi rata-rata dan juga distribusi minimum.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Savitri (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera” dalam

penelitian ini ia menggunakan alat analisis Shift Share diketahui bahwa

sub sektor ekonomi Pulau Sumatera yang memiliki keunggulan

komparatif ialah minyak dan gas bumi, sedangkan dari analisis

Location Quotient menunjukan tedapat dua sektor ekonomi yang

menjadi sektor basis unggulan Pulau Sumatera yaitu sektor Pertanian

dan sektor Pertambangan dan penggalian. Sehingga dapat diketahui

bahwa Pulau Sumatera dapat memenuhi kebutuhannya pada sektor ini

bahkan dapat di mungkinkan untuk mengekspor kedaerah lain. Serta

beberapa sektor lain yang juga menjadi sektor unggulan Pulau

Sumatera ialah sub sektor peternakan, kehutanan, perikanan,

pengangkutan dan pemerintahaan.

Usnatin (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Potensi

(49)

2008-2013” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) sehingga dapat diketahui sektor unggulan di kabupaten

Paser adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan

sektor jasa-jasa. Analisis MRP diketahui bahwa sektor pertanian; sektor

pertambangan dan pengalian; sektor listrik, gas dan air bersih;

perdagangan, hotel dan restoran; dan Jasa memberikan nilai RPr dan

RPs positif (+). Sedangkan dari analisis Overlay maka diketahui bahwa

terdapat 3 sektor yang berniai positif baik dari sisi pertumbuhan

ataupun kontribusinya, sektor tersebut adalah sektor pertanian,

kehutanan dan periknanan, sektor pertambangan dan penggalian dan

sektor jasa lainnya.

Novrilasari (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan

Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi” dalam analisis ini ia menggunakan alat analisis ekonomi Klassen Typologi dari analisis ini

diketahui jika sektor pertambangan dan penggalian menduduki kuadran

I di ikuti oleh pertanian yang menduduki kuadran II, rata-rata sektor

unggulan kabupaten Kuantan Sengingi berada di Kuadran IV, pada

analisis LQ diketahui jika terdapat dua sektor basis di Kabupaten

Kuantan Sengingi yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan

sedangkan dari analisis Skalogram pada Kecamatan Kuantan Tengah

(50)

Kecamatan Hulu Kuantan. Perusahaan memiliki peran penting dalam

mendukung kemajuan sektor unggulan di Kabupaten Kuantan Sengingi.

Hardyanto (2013) melakukan penelitian tentang “Analisis

Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Di Kabupaten Seluma Provinsi

Bengkul” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis ekonomi

yaitu LQ (location Quotient) dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 40

komoditas pertanian yang terdapat di kabupaten Seluma terdapat 13

komoditas utama yang menjadi komoditas unggulan yaitu : padi sawah

(subsektor tanaman pangan), karet, kayu manis, pinang (subsektor

tanaman perkebunan), kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, itik

(subsektor peternakan), damar (subsektor kehutanan), perikanan

tambak air payau dan budidaya perikanan darat (subsektor perikanan).

Yang di kumpulkan dari beberapa Subsektor dari sektor Pertanian yang

terdapat di kabupaten Seluma provinsi Bengkulu.

Restiatun (2009) ia melakukan penelitian tentang “Identifikasi

Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

sektor unggulan di setiap kabupaten/kota di provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Location

Quotient, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, dan Indeks Entropi

Theil. Dan diketahui bahwa terdapat kecenderungan disparitas

meningkat dari waktu ke waktu, kota Yogyakarta dalam klasifikasi

(51)

Kulon Progo termasuk dalam klasifikasi daerah relatif terpencil.

Provinsi DIY terjadi ketidakseimbangan tren naik, rasio tersebut

dihitung dari pendapatan per kapita tertinggi dan terendah di wilayah

Provinsi DIY menunjukkan tren perbaikan.

Apendi dan Sunoto (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Mukomuko”

dalam penelitian ini mereka menggunakan alat analisis LQ. Dari

penelitian tersebut maka diketahui bahwa Sektor yang mengalami

pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa,

sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor sektor

pertambangan dan penggalian. Berdasarkan pada perhitungan LQ,

Pertumbuhan dan Kontribusi maka sektor yang mempunyai keunggulan

paling tinggi adalah sektor pertanian. Pada sub sektor tanaman pangan

jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah yang menjadi unggulan.

Pada sub sektor perkebunan tanaman kelapa sawit merupakan tanaman

yang menyumbangkan produk paling besar dibandingkan dengan

tanaman perkebunan lainnya. Sementara pada sub sektor peternakan

maka ternak sapi mempunyai keunggulan yang lebih baik. Komoditas

kehutanan lebih baik di bandingkan Provinsi. Kemudian di sub sektor

perikanan ini yang mempunyai keunggulan adalah usaha perikanan

(52)

C. Model Penelitian

Location Quotient Tipology Klassen

(53)

37 A. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ialah

pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko, yang dilihat dari data

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Periode yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi tahun 2011-2015.

B. Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Mukomuko dan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) kabupaten Mukomuko,

serta beberapa publikasi lainnya yang seperti : penelitian terdahulu,

jurnal, internet, dan artikel. Dalam penelitian ini keseluruhan data yang

digunakan pada Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan

Ekonomi di Kabupaten Mukomuko 2011-2015 adalah : (1) Produk

Domestik Redional Bruto (PDRB) Kabupaten Mukomuko; (2) Laju

pertumbuhan dan kontribusi PDRB Provinsi Bengkulu dan Kabupaten

Mukomuko dan beberapa data sekunder lainnya yang dibutuhkan dalam

(54)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis dokumentasi, yaitu analisis dokumen yang mengarah

pada bukti-bukti konkret. Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data sekunder diperoleh dari publikasi yang di lakukan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko dan juga Badan

Pusat Statistik (BPS) Bengkulu, serta beberapa lembaga yang juga

memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data

lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research

yaitu pengumpulan data berupa teori-teori yang diperoleh dari buku,

jurnal, artikel ilmiah, dan juga dari sumber internet serta beberapa

sumber lainnya.

Data sekunder ini kemudian di oleh menggunakan Microsoft

Excel, Penelitian ini lebih difokuskan dalam lingkup kabupaten hal ini

guna mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki oleh kabupaten

tersebut berdasarkan sektor-sektor pendukung dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) baik data pada tingkat kabupaten

Mukomuko periode 2011-2015 maupun data tingkat provinsi Bengkulu

(55)

potensi ekonomi unggulan yang terdapat di kabupaten Mukomuko.

Beberapa variable lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi adalah jumlah kontribusi yang diberikan oleh

masing-masing sektor ekonomi terhadap pendapatan daerah,

besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi ini

biasanya dihitung dari jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan kondisi perekonomian

suatu wilayah atau negara menjadi lebih baik dalam kurun waktu

tertentu secara berkesinambungan. Proses dimana terjadinya

kenaikan produk nasional bruto rill atau penadapatan nasional rill,

sehingga perekonomian dianggap tumbuh dan berkembang.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah dari

seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah

domestik suatu negara. Akibat dari berbagai aktivitas ekonomi

dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor

produksi yang dimiliki residen atau non-residen. PDRB dibagi

menjadi 2 yaitu :

- PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB

(56)

penghitungan dan bertujuan untuk melihat struktur

perekonomian.

- PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan

harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi.

4. Sektor Basis dan Non Basis

- Sektor Basis adalah sektor ekonomi barang dan jasa yang

terdapat di suatu wilayah yang telah memenuhi kebutuhan

masyarakat di wilayahnya dan juga mampu mengekspor ke

wilayah di luar wilayahnya tersebut.

- Sektor Non Basis adalah sektor ekonomi yang hanya dapat

memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut dan belum bisa di

ekspor ke wilayah lainnya.

E. Metode Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah alat analisis yang

digunakan untuk menyimpulkan fenomena dan fakta yang terjadi,

sedangkan analisis kuantitatif adalah alat analisis yang digunakan untuk

menjelaskan data-data yang ada. Sehingga dalam penelitian ini

metode-metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai

(57)

1) Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient adalah suatu metode yang digunakan

untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah dari

suatu sektor pada suatu wilayah atau daerah dengan sumbangan sektor

yang sama pada lingkup yang lebih besar (provinsi atau nasional).

Teknik analisis Location Quotient sangat membantu daerah dalam

menentukan kapasitas ekspor.

Analisis Location Quotient untuk mempermudah dalam

mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh suatu daerah maka sektor

ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis :

a. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu

wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan baik dalam

lingkup daerahnya ataupun diluar daerah itu sendiri.

b. Sektor non basis adalah sektor ekonomi yang hanya mampu

memenuhi kebutuhan di wilayah atau daerah itu sendiri, dan

belum bisa melakukan ekspor.

Sehingga untuk membandingkan peran perekonomian baik dari

sektor basis dan non basis dalam suatu wilayah atau daerah maka secara

sistematis diformulasikan sebagai berikut :

(58)

Dimana :

= pendapatan sektor i di Kabupaten Mukomuko

= pendapatan total Kabupaten Mukomuko

= pendapatan sektor i di Provinsi Bengkulu

= pendapatan total di Provinsi Bengkulu

Pada analisis LQ terdapat tiga kriteria dari hasil perhitungan yang

telah di lakukan dalam perekonomian suatu wilayah/daerah :

a. Jika nilah LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah

tersebut lebih berpotensi di bandingkan dengan wilayah referensi.

Sehingga dapat diartikan jika sektor tersebut dalam perekonomian

daerah dalam wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan

dapat dikatagorikan sebagai sektor basis (unggulan).

b. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah

studi kurang berpotensi dibandingkan dengan wilayah referensi.

Oleh sebab itu sektor tersebut dikatagorikan sebagai sektor non

basis.

c. Jika nilai LQ = 1, maka dapat simpulkan bahwa sektor yang

bersangkutan baik diwilayah studi ataupun diwilayah referensi

memiliki tingkat keunggulan yang sama.

Analisis LQ memiliki kelebihan karena alat analisis ini dianggap

sederhana dan dapat menunjukan struktur perekonomian suatu daerah,

(59)

pada sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di wilayah

tersebut.

Namun analisis LQ ini memiliki kelemahan, yaitu :

- Tingkat konsumsi rata-rata pada beberapa jenis barang

berbeda.

- Selera serta pola konsumsi pada setiap masyarakat adalah

berlainan baik antara daerah maupun dalam satu daerah.

- Bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan industri

berbeda antar daerah.

Sehingga penggunaan analisis LQ dalam beberapa penelitiaan

dianggap tidak efesien. Apabila penelitian tersebut berhubungan

dengan tingkat konsumsi, penggunaan faktor produksi pada suatu

wilayah yang diambil dari beberapa perusahaan.

2) Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MPR adalah alat analisis yang digunakan untuk

mendekripsikan suatu kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang

berpotensi dalam suatu wilayah kabupaten/kota atau bahkan dalam

lingkup yang lebih luas lagi seperti pada lingkup Provinsi berdasarkan

pada kreteria pertumbuhan struktur ekonomi suatu wilayah baik dari

Gambar

GAMBAR 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten
TABEL 1.1 Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Provinsi Bengkulu Atas Dasar Harga Konstan 2010 (persen)
Kerangka Pemikiran Perekonomian Kabupaten MukomukoGambar 2.1
TABEL 3.1 Klasifikasi Tipology Klassen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Godong Ijo Nursery sebaiknya melakukan beberapa strategi yang dapat dijalankan berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diantaranya meningkatkan kualitas produk

Berdasarkan analisis matrik SWOT pada tabel 4.15, maka dapat diajukan beberapa strategi untuk mengembangkan sektor perikanan di Morodemak, yaitu dengan adanya OTODA pemerintah

Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan sistem usahatani dengan menggunakan analisis SWOT, dimana dalam analisis SWOT dapat diidentifikasi dengan menggunakan

Analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu strategi dalam mengembangkan ekspor, yaitu memperluas pangsa pasar, meningkatkan kualitas produk

Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan analisis data primer dan sekunder, sedangkan metode yang digunakan untuk analisis wilayah adalah Analisis SWOT

Analisis strategi dalam upaya pengembangan potensi perkebunan kopi di Kabupaten Magelang melalui analisis SWOT berada pada kuadran III dengan menerapakan strategi turn-around berupa

4.3 Strategi Pengembangan Lahan Tembakau Berdasarkan Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan strategi pengembangan berupa rekomendasi sesuai dengan faktor pembatas

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, alternatif strategi yang didapatkan yaitu mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan cita rasa khas untuk memberikan kepercayaan terhadap