RESTRUKTURISASI ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN MENJADI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN MELALUI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Fariz Aprilyanto NIM. 20130520026
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RESTRUKTURISASI ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN MENJADI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN MELALUI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Fariz Aprilyanto NIM. 20130520026
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Pernyataan Keaslian Skripsi Yang Bertanda Tangan dibawah ini :
Nama : FARIZ APRILYANTO NIM : 20130520026
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul :
RESTRUKTURISASI ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN MENJADI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN MELALUI PERATURAN DAERAH NOMOR
8 TAHUN 2014
Merupakan hasil karya saya sendiri bukan plagiat dari skripsi atau karya ilmiah orang lain dan tidak berisi materi yang telah dipublikasikan/ditulis oang lain. Apabila di kemudan hari Pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,untuk dapat dipergunakan bila mana diperlukan.
Yogyakarta,6 Desember 2016 Pembuat Pernyataan,
MOTTO
DO NOT PRAY FOR EASY LIVES. PRAY TO BE STRONGER MAN
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,Kami Panjatkan Puja dan Puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami,sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan
judul “RESTRUKTURISASI ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN
MENJADI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN SLEMAN MELALUI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2014”, sebagai syarat kelengkapan dalam menyelesaikan Program studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada kesempatan ini,dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ali Muhammad, S.IP.,M.A.,Ph.D selaku Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.
2. Ibu Dr.Titin Purwaningsih, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan Motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suranto,M.Pol,selaku Penguji I yang dengan sabar memberikan segala bantuan, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini dan pada masa-masa perkuliahan.
4. Bapak Dr.Ulung Pribadi selaku Pembimbing yang dengan sabar dan teliti telah memberikan arahan dan pemikiran serta bimbingan guna penyelesaian penulisan ini. 5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu kepada penulis. 6. Pimpinan beserta staf Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman
8. Adik saya, Bambang Budi Prayogo yang selalu memberi dukungan guna penyelesaian Skripsi ini.
9. Mantan pacar saya Riska Tri yupita yang telah mengecewakan saya sehingga hal tersebut dapat memotivasi saya untuk segera menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.
10.Saudara saya,Mbak dita dan Priyo Utomo yang telah mau mendengarkan Curhatan saya dan memotivasi saya untuk segera menyelesaikan penulisan ini untuk menunjukan keberhasilan kepada mantan pacar saya.
11.Mami Djohan yang sudah mengajarkan banyak hal kepada saya tentang pentingnya menjalin persaudaraan bersama teman-teman di Ekspresi Artist Management.
12.Saudara Tercinta saya Adnan,Rechy,Hanne,Mas Dhen,Irja,Arviko dan Alif yang selalu menemani saya dikala susah ataupun senang sehingga kalian dapat menjadi penyemangat saya dalam menyelesaikan Penulisan ini.
13.Bapak Hisam dan Ibu Kusrini yang saya anggab sebagai orang tua saya telah memotivasi saya agar tidak malas dalam menyelesaikan penulisan ini.
14.Mas Sakir yang sudah menjadi kakak sekaligus Dosen yang telah banyak membantu saya disaat susah ataupun senang selama masa perkuliahan.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini.
Penulis yakin bahwa sekecil apapun bantuan itu pasti akan memberikan manfaat yang besar bagi suatu kemajuan. Semoga,Allah SWT selalu memberikan kesehatan bagi kita semua.Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu lebih lanjut, bagi semua pihak yang berminat, serta bagi penulis pribadi.
Yogyakarta , 16 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………..……….. i
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
HALAMAN PERNYATAAN………. iv
MOTTO……….. v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI……….….. vii
ABSTRACK……….... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………. 1
1.2Rumusan Masalah……… 6
1.3Tujuan Penelitian……….. 6
1.4Manfaat Penelitian……… 7
1.5Tinjauan Pustaka……… 7
1.6Kerangka Dasar Teori……… 11
1.6.1 Pemerintah Daerah……….… 11
1.6.2 Otonomi Daerah……… 13
1.6.3 Teori Organisasi Publik……….. 16
1.6.4 Teori Pelayanan Publik………... 19
1.6.5 Teori Kebijakan Publik……… 20
1.6.6 Tujuan dan Ruang Lingkup………. 21
a. Tujuan dibentuknya Organisasi……… 21
b. Ruang Lingkup Pelayanan Publik…..…………..… 22
1.6.8 Restrukturisasi Organisasi……….. 25
1.6.9 Faktor yang mempengaruhi Restrukturisasi Organisasi… 28 1.7Definisi Konseptual……… 30
1.8Definisi Opeerasional………. 32
1.9Metode Penelitian……….. 34
1.9.1 Jenis Penelitian……… 35
1.9.2 Waktu dan Lokasi Penelitian……… 37
1.9.3 Jenis dan Sumber Data……….……… 37
a.Data Primer……… 37
b.Data Sekunder……… 38
1.9.4 Teknik Pengumpulan Data………..……….. 40
1.9.5 Teknik Analisis Data………..……… 42
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1Gambaran Umum Kabupaten Sleman………..… 44
2.1.1 Geografis……… 44
2.1.2 Luas Wilayah……… 45
2.1.3 Pemerintahan……… 45
2.2Profil Umum BPMPPT………. 46
a. Aturan Hukum……… 46
b. Visi dan Misi……… 47
c. Tujuan Pokok dan Fungsi………. 48
d. Struktur Organisasi BPMPPT……… 49
f. Profil Pegawai BPMPPT………. 51
g. Lokasi dan Waktu Pelayanan Perizinan BPMPPT…… 53
h. Mekanisme Pelayanan Perizinan BPMPPT……… 54
i. Jenis dan Data Pemohon BPMPPT………. 56
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1Indikator Restrukturisasi Organisasi………. 60
a. Delayering……… 61
b. Pembentukan Struktur Baru……….. 66
c. Pembenahan Struktur………..….. 69
d. IT Innovation………. 75
e. Downsizing dan Upsizing……….... 81
f. Marger……….. 83
3.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Organisasi…………. 86
a. Faktor Kekuasaan…………... 86
b. Faktor Sumber Daya Manusia……… 91
c. Faktor Pengaruh Teknologi………. 96
d. Faktor Peraturan Perundangan……….. 100
BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan……….. 103
4.2Saran……… 105 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
1.1Gambar Kerangka Dasar Teori………. 29
2.1Gambar Struktur Organisasi BPMPPT…….……… 49
2.2Gambar Mekanisme Pelayanan Perizinan ……….. 54
3.1Gambar Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Perizinan………... 67
3.2Gambar Struktur Organisasi BPMPPT……… 68
3.3Gambar Alur Pengajuan Perijinan Online BPMPPT Kabupaten Sleman… 78 3.4Gambar Login Online Portal BKPM………. 79
DAFTAR TABEL
2.1Tabel Letak Geogafis Kabupaten Sleman………..…… 44
2.2Tabel Statistik Pemerintahan Kabupaten Sleman………. 46
2.3Tabel Profil Pegawai BPMPPT Kabupaten Sleman…….……….. 51
2.4Tabel Jenis dan Data Pemohon BPMPPT Kabupaten Sleman………….. 56
3.1Tabel Analisis Tupoksi KPP dan BPMPPT……….….. 63
3.2Matriks Jenis Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman……… 72
3.3 Tabel Penggabungan Organisasi Perangkat Daerah………. 84
3.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin……… 94
ABSTRAK
Kabupaten Sleman melakukan perubahan pada Peraturan Daerahnya tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman, menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah untuk mencapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan masyarakat yang berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan Kab.sleman yang selanjutnya akan diatur dalam Raperda.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena untuk menggambarkan kelembagaan pemerintah Daerah kabupaten Sleman pasca diberlakukannya Perda Nomor 8 tahun 2014 dan terkait dengan formulasi kebijakan mengenai perubahan Organisasi Pelayanan Perizinan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan metode studi dokumen dan wawancara. Setelah data dikumpulkan kemudian dianalisis.
KPP merupakan lembaga struktural denga didasari oleh Peraturan Daerah Kab. Sleman nomor 9 Tahun 2009. Dalam pelaksanaannya KPP mengalamami restrukturisasi organisasi karena pelayanan perizinan di Kabupaten Sleman mendapat banyak komplain atau keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan perlayanan perizinannya yang terkesan lambat. Perubahan tersebut berdasar pada Perubahan kedua Perda Nomor 9 tahun 2009 yakni Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014dengan menggabungkan Kantor Penanaman Modal dengan KPP Sleman sehingga dibentuklah dengan nama BPMPPT dengan perubahan yang masiv dan fundamen diharapakan kedepan dapat menyelesaikan persoalan perizinan secara keseluruhan dengan cepat.
Terdapat 6 indikator yang dihasilkan dalam Proses Restukturisasi Organisasi yaitu Delayring yaitu pengelompokan kembali ada tupoksinya, Downsizing dan Upsizing yaitu Perampingan dan pembesaran pada unit-unit perangkat daerah, Pembentukan Struktur baru,IT Innovation atau perkembangan teknologi,Merger yaitu adanya penggabungan kelembagaan, Penyempurnaan Struktur,Serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan seperti adanya factor Kekuasaan yang menyakut kewenangan dan otoritas. Adanya pengaruh dari faktor SDM yang mempengaruhi kinerja pegawai pada lembaga tersebut,Adanya pengaruh Teknologi karena dalam Reformasi birokrasi menjadi dasar pertimbangan dalam penerapan E - Goverment dan SPIPISE di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman khususnya pada BPMPPT agar terciptanya birokrasi yang mengikuti perkembangan zaman,serta adanya pengaruh dari peraturan perundangan yang terus melakukan perubahan terkait perkembangan dan tuntuan dari masyarakat sehingga diharuskan untuk menciptakan regulasi baru mengenai organisasi perangkat daerah tersebut.
Kesimpulan, setelah diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman telihat jelas adanya perubahan-perubahan pada seluruh SKPD Kabupaten Sleman khususnya dibidang Pelayanan Perizinan. Dalam melakukan formulasi kebijakan yang dilakukan harus berdampak pada kedewasaan organisasi dalam melakukan pelayanan perizinan terhadap masyarakat serta prinsip keterbukaan dan pelayanan publik yang selalu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
fungsi kantor perizinan yang tidak optimal dan kedua masih menyangkut beberapa regulasi. Selain itu masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat mengenai KPP yaitu rumitnya syarat yang harus dipenuhi masyarakat yang akan mengajukan izin, apalagi izin untuk melakukan usaha di Sleman seperti izin gangguan (HO) Izin mendirikan Bangunan (IMB) masih terlalu rumit dan memakan waktu (Inu Dhamar Jati,2014:2)
pelayanan publik yang transparan, cepat, tepat, mudah, sederhana dan tidak diskriminatif.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukannya penataan kelembagaan kembali pada bidang Organisasi Pelayanan Perizinan di Kabupaten Sleman dengan menggabungkan pelayanan jenis perizinan pokok dan perizinan operasional tertentu dan urusan penanaman modal kedalam sebuah lembaga penyelenggara Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), karena pada bidang penanaman modal masih merupakan core dari perizinan sehingga dibentuklah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). Perubahan tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang perubahan ke dua atas Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor.24.7 Tahun 2014 Tentang Uraian tugas,fungsi dan tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman perubahan kedua dari Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan (bpmppt.slemankab.go.id/,2016). Dengan dibentuknya lembaga berstatuskan Badan tersebut tersebut, maka fungsi pelayanan dan penandatanganan seluruh jenis izin di wilayah Kabupaten Sleman dapat dilaksanakan oleh BPMPPT, sementara fungsi penyiapan rumusan kebijakan dan fungsi pengendalian izin tetap berada pada OPD teknis pengampu perizinan.
Daerah (PAD), melainkan terdapat tanggungjawab daerah terhadap aktifitas social ekonomi. Sebab, dengan adanya pelayanan perizinan yang baik, maka akan tercipta lingkungan sosial ekonomi yang lebih kondusif. Disatukan nya Pengelolaan urusan penanaman Modal dengan pelayaan Perizinan,diharapkan mampu meningkatkan Iklim dan penataan Investasi di kabupaten Sleman. Untuk itu di dalam operasionalnya Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman harus berkoordinasi secara intensif dengan SKPD yang terkait. Demikian juga kepada SKPD yang beberapa kewenangannya harus dialihkan ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu juga harus mensupport kelancarannya,terutama dalam masa-masa Transisi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih cermat lagi tentang bagaimana indicator dan proses dalam restrukturisasi organisasi yang dihadapi Kantor Pelayanan Perizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman serta faktor-faktor yang mempengaruhi restrukturisasi organisasi pelayanan perizinan di Kabupaten Sleman dalam mencapai sistem pemerintahan yang optimal dan mewujudkan Good Governance.
2.1Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian Latar belakang masalah yang telah dijabarkan maka Peneliti merumuskan sebagai berikut :
2 Faktor apa saja yang mempengaruhi Restrukturisasi Organisasi Kantor pelayanan Perizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman Melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahin 2014?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan tersebut,dapat disimpulkan bahwa Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa :
1. Menjelaskan Restrukturisasi Organisasi Kantor pelayanan Perizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman Melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014
2. Menjelaskan Faktor –faktor yang mempengaruhi Restrukturisasi Organisasi Kantor pelayanan Perizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman Melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahin 2014.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini didasarkan pada Tujuan hasil Penelitian,sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat :
2. Secara Praktis,Hasil Penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu kabupaten Sleman agar dapat mengatasi berbagai Kendala dalam Pelayanan Perizinan terhadap Masyarakat di daerah.
1.5Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini masih sangat erat kaitan nya dengan restrukturisasi organisasi yang di teliti oleh beberapa penulis, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh beberapa penelitian yang sama,salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Putri Mora, tahun 2012 yang berjudul “Pelaksanaan
Restruktur Organisasi Perangkat Daerah pada sekertariat Kabupaten Karo berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah”,yang dimana Penelitian ini lebih menitik beratkan pelaksanaan
restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karo berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karo serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karo.
agar organisasi tersebut dapat bekerja dengan efektif, efisien dan rasional dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini yaitu, Pertama, sangat diperlukan nya suatu evaluasi pada hasil penataan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Karo, terutama evaluasi lebih kepada kinerja organisasi agar dapat mencegah rangkap jabatan pada organisasi tersebut. Kedua,perlu dimunculkan nya sebuah aturan baru yang mengatur tentang pelaksaan teknis pada Tujuan pokok dan fungsinya seperti pada pelayanan perizinan nya. Ketiga, tatanan penempatan pada pejabat struktural harus lebih diperhatikan pada aspek Kapasitas dan kualitasnya. Keempat, penyusunan organisasi perlu melibatkan para peneliti dan pihak Akademisi agar tidak memunculkan hal yang bersifat subyektifitas dan keterbukaan terhadap proses penetapan penyusunan organisasi.
1.6Kerangka Dasar Teori 1.6.1 Pemerintah Daerah
Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar utama dari berbagai macam munculnya perundang-undangan yang mengatur segala aspek mengenai pembentukan pemerintah daerah di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 1999 Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain, menyatakan bahwa pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahyan daerah.
Menurut Suhady dalam Riawan (2009:197) Pemerintah (government) ditinjau dari pengertiannya adalah “the authoritative direction and administration
sebagai pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan masyarakat dalam sebuah Negara, kota dan sebagainya.
1.6.2 Otonomi Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, Otonomi Daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika kita merujuk kepada Undang-Undang nomor 23 tahun tentang pemerintah daerah tersebut suatu daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini merupakan penjabaran dari prinsip otonomi seluas-luasnya dimana daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan selain yang menjadi urusan pemerintah pusat. Penyelenggaraan otonomi daerah serta Desentralisasi harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang muncul dalam masyrakat.
penyelenggaraan pemerintahan (Prasojo,Maksum,dan Kurniawan, 2006). Dalam prakteknya desentralisasi melahirkan pemerintah daerah yang memiliki peran dan fungsi sebagai penyelenggara pemerintahan di level lokal.
Menurut Sunarno (2012), terdapat tiga asas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,yaitu :Pertama, Asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Kedua, Asas Dekosentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Ketiga, Asas tugas pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daearh dan/atau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa; serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
1.6.3 Teori Organisasi Publik
Untuk memahami organisasi publik secara jelas,perlu adanya pemahaman mengenai teori dan definisi mengenai “organisasi’dan arti dari
“publik”. Terdapat banyak beberapa ahli yang telah mendifnisikan konsep
mengenai makna dari organisasi publik. Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus hidup. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman (Herbert G.Hicks dan G.Ray Gullet,1996:646).
Organisasi Publik merupakan Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki (Inu Kencana Syafiie,2006:113). Menurut pendapat Inu KencanaSyafiie (1999), mengatakan bahwa publik tidak langsung diartikan sebagai penduduk,masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut berbeda.
1.6.4Teori Pelayanan Publik
Sedangkan menurut Mahmudi (2010:223), pelayanan publik adalah : Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah karena masyarakat telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi, dan berbagai pungutan lainnya. Dengan demikian pelayanan publik menurut Mahmudi adalah kegiatan pelayanan oleh penyelenggaraan layanan publik untuk pemenuhan kebutuhan publik.
1.6.5 Teori Kebijakan Publik
Berdasarkan pendapat Thomas R. Dy Kebijaksanaan pemerintah itu adalah apa saja yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi Thomas R. Dye itu didasarkan pada kenyataan, bahwa banyak sekali masalah-masalah yang harus diatasinya, banyak sekali kainginan dan kehendak rakyat yang harus dipenuhinya (Soenarko, 2003:41).
1.6.6 Pelayanan Perizinan
Tentang Uraian tugas,fungsi dan tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman perubahan kedua dari Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan.
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan unsur pendukung Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh kepala badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal dan pelayanan Pelayanan Perizinan Terpadu memiliki tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan.
Badan Penanaman Modal dan pelayanan Pelayanan Perizinan Terpadu menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis penanaman modal; 2. Perumusan kebijakan teknis pelayanan perizinan; 3. Pengoordinasian dan pembinaan penanaman modal; 4. Penyelenggaraan pendaftaran perizinan;
5. Penyelenggaraan pengelolaan dan pelayanan informasi perizinan; 6. Penyelenggaraan dan pengoordinasian pemrosesan perizinan; 7. Penyelenggaraan penanganan pengaduan; dan
1.6.7Restrukturisasi Organisasi
Pemahaman mengenai Restrukturisasi Organisasi menurut Gouillart and Kelly (dalam Aneta, 2014) adalah bagian dari transformasi organisasi yang disebut The Four R’s Transformation. Resktrukturisasi adalah mempersiapkan dan menata ulang segala sumber daya organisasi dan mengarahkannya untuk mencapai tingkat kinerja daya saing yang tinggi dalam lingkungan yang dinamis dan kompetitif. Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa melakukan reformasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang kesemuanya bertumpu pada perubahan atau pembaharuan organisasi.
Menurut Bernadin dan Russel (dalam Primasari,2011), ada delapan cara dalam melakukan renstrukturisasi organisasi yaitu : Pertama, Downsizingmerupakan suatu pemangkasan atau perampingan struktur organisasi pada suatu lembaga dengan disesuaikan fungsi awal dari lembaga itu sendiri. Kedua,Delayering merupakan penataan ulang dengan mengelompokan kembali tugas-tugas yang sudah ada. Ketiga, Decentralizing, merupakan penyerahan tugas atau tanggung jawab dari pemerintahan pusat ke pemerintahan yang paling dasar. Keempat, Refocusing merupakan suatu peninjauan tugas berdasarkan tugas yang sebelumnya. Kelima, Cost reduction strategy adalah sedikitnya pemanfaatan sumber daya demi terwujudnya suatu pekerjaan yang terbilang sama. Keenam, IT Innovation adalahsuatu penyesuaian dalam pengembangan teknologi demi
Untuk melakukan perubahan suatu organisasi apalagi organisasi tersebut adalah organisasi yang berorientasi kepada masyarakat dan berdasar dari tuntutan masyarakat, maka perlu dilakukan penataan kembali organisasi pemerintah, mengingat bentuk kelembagaan yang menangani pelayanan publik merupakan salah satu solusi pemecahan masalah dalam pelayanan publik (Sudrajat,2004 dalam Thesis Dewi Utami Pratamarini,2007). Penataan atau pembentukan kembali organisasi dinamakan dengan Restrukturisasi.
Restrukturisasi organisasi merupakan suatu unsur penataan kembali lembaga dengan menerapkan Pembentukan Struktur Organisasi yang baru. Dikarenakan tanpa adanya pembentukan Struktur organisasi tersebut proses restrukturisasi tidak akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2010:128) Pembentukan Struktur organisasi merupakan suatu gambaran yang dibentuk berdasarkan tipe organisasi kedudukan,jenis wewenang pejabat,bidang dan hubungan pekerjaan,garis perintah dan tanggung jawab,rentang kendali dan system organisasi
Berdasarkan penjelasan Widodo (2004) dalam skripsi yang ditulis oleh Inu Dharma Jati berjudul “Restrukturisasi Organisasi Pelayanan Perizinan Tahun
2009-2014” menyatakan bahwa Restrukturisasi kelembagaan hampir selalu menyangkut besaran organisasi,artinya restrukturisasi tidak berkaitan langsung dengan perampingan (downsizing) ataupun pembesaran (Upsizing). Dengan kata lain restrukturisasi merupakan sebuah proses mencari ukuran yang sesuai dan seimbang antara beban tugas dengan kemampuan dan kebutuhan objektif.
Adapun pendapat mengenai penataan organisasi yang dikemukakan oleh Wastiono (1999:49) bahwa pembentukan atau penataan organisai dapat berupa penggabungan (Merger) terhadap organisasi yang sudah ada, serta disitu terdapat pengahapusan beberapa unit-unit yang sudah ada maupun perubahan bentuk unit-unit yang sudah ada.
1.6.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi restrukturisasi organisasi
Untuk melakukan reformasi struktur organisasi pada institusi pemerintahan, faktor internal maupun faktor eksternal lah yang melatar belakangi untuk dilakukannya restrukturisasi organisasi.
Faktor Sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan serta pengimplemntasian suatu lembaga atau organisasi pada tubuh birokrasi. Grindle (1980:96) menyatakan bahwa implementasi kebijakan akan mudah dilaksanakan jika didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang dibutuhkan, sebaliknya jika tidak tersedia maka implementasi akan terganggu.
adalah pemerintah pusat maupun pemerintah daerah(birokrasi), efektifitas legistalitve (parlemen) dan yudikatif serta aktor-aktor yang lainnya seperti partai politik dan warga negara. Perrow dalam kausar AS (2009 :7) memaparkan bahwa bentuk ideal dari Organisasi Publik tidak pernah diwujudkan,antara lain:
a. Ketidakmampuan memilih antara kepentingan pribadi atau golongandan kepentingan organisasi.
b. Ketidakdewasaan birokrasi untuk berdaptasi dengan perubahanlingkungan berlangsung dengan cepat dan terus menerus Lalu yang Terakhir Menurut Miarso (2007:62) Faktor teknologi merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan nilai tambah, proses tersebut mempengaruhi dan menghasilkan suatu poduk,produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada sebelumnya, karena itu menjadi bagian integral dari suatu system pelayan yang ada.
Berdasarkan Uraian terebut peneliti dapat menarik kesimpulan dalam kerangka dasar teori sebagai berikut.
Kerangka Dasar Teori Gambar 1.1
Independen Variabel Dependen Variabel
1.7Definisi Konseptual
Berikut penjelasan mengenai definis konseptual dari masing-masing variabel dan indikator yang berdasarkan penjelasan pada kerangka teori diatas :
Restrukturisasi Organisasi
- Pengelompokan tugas kembali (Delayering) adalah melakukan Penataan ulang berdasar kan pengelompokan dan peninjauan tugas secara menyeluruh. - Pembentukan Struktur yang baru adalah pembuatanyang dilakukan oleh suatu
lembaga terhadap strukturnya secara mendasar dan keseluruhan pada jabatan-jabatan terkait.
- Pembenahan Struktur merupakan suatu bagian dari perubahan besar yang dilakukan oleh suatu lembaga berupa perbaikan struktur pada tata kerja,kewenangan,Jabatan dan tujuan organisasi.
- Perkembangan Teknologi (IT Innovation) merupakan penyesuian pekerjaan dengan mengikuti perkembangan teknologi.
- Penggabungan Organisasi (Marger) adalah melakukan konsolidasi struktur internal, dengan memperkuat kewenangan tugas dan fungsi unit kerja ataupun jabatan dengan menggabungkan beberapa fungsi ke dalam satu jabatan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi perangkat daerah
- Faktor Kekuasaan adalah perubahan struktur organisasi yang dipengaruhi oleh karena aktor-aktor yang memiliki Jabatan atau Kekuasaan pada suatu Daerah - Faktor Sumber daya manusia adalah faktor perubahan struktur organisasi
yang berfokus kepada sumber daya manusia
- Faktor Teknologi adalah perubahan strukturisasi organisasi yang dipengaruhi oleh Teknologi dalam menggunakan media informasi
- Faktor Peraturan Perundangan adalah perubahan struktur organisasi yang dipengaruhi oleh karenaperubahan Perundangan terkait yang kemudian diimplementasikan ke daerah.
1.8Definisi Operasional
Berikut definisi operasional yang menyangkut beberapa variabel dan indikator berdasarkan judul diatas :
Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah
a. Pengelempokan kembali(Delayering).
- Penataan ulang sebuah organisasi dengan mengelompokkan kembali tugas pokok dan fungsi organisasi.
- Pembentukan Struktur baru berdasarkan Jabatan dan fungsi organisasi c. Pembenahan Struktur
- Perbaikan padastruktur Tata kerja,kewenangan dan Tujuan Organisasi yang telah dibentuk.
c. Downsizingdan Upsizing
- Pengurangan jabatan-jabatan dalam struktural organisasi dan menambah SDM pendukungnya, serta dukungan sumber daya organisasi lainnya d. Perkembangan Teknologi (IT Innovation)
- Memberikan pelatihan terhadap pegawai pada organisasi terkait berdasarkan perkembangan Teknologi
e. Penggabungan Organisasi ( Merger).
- memperkuat kewenangan tugas dan fungsi organisasi ataupun jabatan dengan menggabungkan beberapa fungsi ke dalam satu jabatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Organisasi Perangkat Daerah a. Faktor kekuasaan
- Bupati
- Keputusan DPRD - Sekretaris Daerah - Inspektorat - Bappeda
-b. Faktor sumber daya manusia
- Keahlian dan ketrampilan pegawai - Jumlah pegawai
- Kepentingan jabatan pegawai c. Faktor pengaruh Teknologi
- Media Informasi dan komunkasi - SPIPISE
d. Faktor Peraturan Perundangan
- Perubahan Perundang-undangan terkait 1.9Metode Penelitian
Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosady Ruslan,2003:24).
Menurut pendapat Sugiono di dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”
1.9.1 Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian tentang Proses Restrukturisasi Organisasi PelayananPerizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan pelayanan perizinan terpadu Kabupaten Sleman, penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan Metode penelitian Kualitatif deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Bogdan dan taylor dalam L.J.Moleong (2011:4) bahwa Kualitatif merupakan suatu output penelitian berupa tulisan yang didapat melalui wawancara serta observasi kelapangan secara langsung.
Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif itu dikarenakan penelitian ini nantinya merupakan suatu data yang didapat berdasarkan wawancara serta observasi
1.9.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
1.9.3 Jenis dan Sumber Data
Agar dapat mengidentifikasi Sumber data yang akan digunakan penulis melakukan pembagian sumber data menjadi 2 bagian ,yaitu data primer dan data sekunder.
- Data Primer
Menurut Kriyantono (2010:41) Data primer adalah data yang diperoleh oleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sedangkan pengertian data primer menurut Sugiyono (2009:137) adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data - Data Sekunder
Dalam penelitian ini penulis tidak hanya menggunakan data primer,melainkan juga menggunakan data sekunder sebagai acuan metode pengumpulan data. Data sekunder merupakan sebuah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiono : 2008 : 402).
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam Penelitian inidata sekunder yang dapat diambil meliputi :
1 Daftar nama beserta jumlah pegawai BPMPPT 2 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009
3 Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 dan, 4 Hasil laporan risalah rapat paripurna DPRD. 1.9.4 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi merupakan suatu metode yang dilakukan oleh peneliti dengan menganalisa obyek penelitian secara langsung atau terjun langsung kelapangan demi terciptanya suatu penulisan (Sutrisno Hadi,1987:126).
b. Wawancara
Adapun beberapa Pemangku Jabatan (Stakeholders) yang akan di wawancarai mengenai pembahasan restrukturisasi organisasi melalui perda nomor 8 tahun 2014,yaitu :
a. Wawancara Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman
b. Wawancara Kepala Seksi KelembagaanBagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman.
d. Wawancara dengan Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian di Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman.
e. Wawancara dengan masyarakat pengguna pelayanan perizinan. c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan awal mula dari kata dokumen yang dimana dokumen ini merupakan suatu wujud atau bentuk yang tertulis. Pada metode ini Peneliti melakukan penelitian dengan menganalisis suatu bentuk yang tertulis seperti peraturan daerah,laporan,undang-undang dan hal lainnya yang bersifat tertulis (Suharsimi Arikunto, Loc. Cit:135). 1.9.5 Teknik Analisis Data
Berdasarkan penjelasan Bogon dan taylor pada buku milik Lexy J.Moelong (2009:40) Penelitian menggunakan Kualitatif deskriptif merupakan sebuah penelitian yang dilakukan berdasarkan dokumen dan data yang dianalisis serta pengamatan dari sebuah lisan yang diucapkan oleh seorang narasumber,sehingga seorang peneliti dapat mendeskriptifkan penelitiannya secara realita dan nyata.
a) Metode induktif
b) Metode deduktif
Metode deduktif bisa dibeilang sebagai suatu kesimpulan yang ditarik berdasarkan realita yang sifatnya obyektif,sehingga disitu terdapat suatu studi kasus yang memiliki sifat khusus atau eksklusif (Nana Sudjana,1998:6).
c) Meteode komparasi
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1Gambaran Umum Kabupaten Sleman 2.1.1 Geografis
Kabupaten Sleman merupakan salah satu bagian dari Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY). Dilihat dari letak geografis nya, Kabupaten Sleman di sebelah utara, terdapat wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis, Kabupaten Sleman terletak antara 7°. ′-7° 7′ lintang selatan dan ° ′− ° ′ Bujur Timur. Di bagian utara, terdapat Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia. Jarak linier Kabupaten Sleman menuju Ibu kota Propinsi DIY sekitar 9 Km.
Tabel 2.1
Letak Geografis Kabupaten Sleman, 2015
KotaYogyakarta Barat ° ′ " BT Kab Kulonprogo,
Kab. Magelang Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Dalam Angka 2016
Kabupaten Sleman mempunyai wilayah terluas ketiga setelah Gunungkidul dan Kulonprogo yaitu dengan luas 574,82 ��2. Luas Kabupaten Sleman sekitar 18,04 persen dari luas seluruh wilayah DIY.
2.1.2 Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.
2.1.3Pemerintahan
Peraturan daerah nomor 12 tahun 1998 tertangga l 9 Oktober 1998 menetapkan tanggal 15 Mei tahun 1916 sebagai hari jadi Sleman. Yang dimaksud hari jadi Sleman adalah hari jadi Kabupaten Sleman, bukan hari jadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
Desa dikategorikan perkotaan jika mempunyai akses fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi dan sebagian besar penduduk bukan masyarakat pertanian. Desa dibagi menjadi beberapa pedukuhan yang terdiri dari beberapa rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT). Di Kabupaten Sleman terdapat 1.212 pedukukan, 2.933 RW, 7.364 RT.
Tabel 2.2
Statistik Pemerintahan Kabupaten Sleman Jumlah Wilayah
Administrasi
2013 2014 2015
Kecamatan 17 17 17
Desa: 86 86 86
1. Perkotaan 59 59 59
2. Perdesaan 27 27 27
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam Angka 2016
2.2Profil Umum Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman
a. Aturan Hukum
Aturan Hukum pembentukan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman adalah :
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
d. Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. e. Perda No. 8 Tahun 2014 tentang perubahan ke-2 atas Perda Nomor 9
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sleman. f. Peraturan Bupati No. 24.7 Tahun 2014 tentang uraian tugas, fungsi dan
tata kerja BPMP2T. b. Visi dan Misi
Pernyataan Visi
Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai, berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif, maka Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Sleman menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pelayanan Perizinan
Yang Sederhana, Terbuka Dan Lancar Kepada Masyarakat”.
Penjelasan Visi
masyarakat sesuai tuntutan zaman. Terbuka dan lancar dalam artian memberikan informasi tentang prosedur perizinan baik diminta maupun tidak oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Pernyataan Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu telah menetapkan misi sebagai berikut :
a. Melaksanakan pelayanan perizinan, maksudnya memberikan pelayanan kepada masyarakat/pemohon dengan seoptimal mungkin sesuai kewenangan yang dimiliki yaitu sebagai front office dalam pelayanan perizinan.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan perizinan. Mengkoordinasikan maksudnya adalah berupaya mengkoordinir proses pengolahan perizinan yang dilaksanakan pada instansi teknis /terkait agar pengelolaan perizinan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan pelayanan perizinan artinya memberikan pelayanan secara terbuka tidak membedakan satu dengan yang lain, sederhana dan lancar.
c. Tujuan Pokok dan Fungsi
1 Perumusan kebijakan teknis penanaman modal; 2 Perumusan kebijakan teknis pelayanan perizinan; 3 Pengoordinasian dan pembinaan penanaman modal; 4 Penyelenggaraan pendaftaran perizinan;
5 Penyelenggaraan pengelolaan dan pelayanan informasi perizinan; 6 Penyelenggaraan dan pengoordinasian pemrosesan perizinan; 7 Penyelenggaraan penanganan pengaduan; dan
8 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
d. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman
e. Susunan Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 Pasal 38D Susunan organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu terdiri dari:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat terdiri dari: Subbagian Umum dan Kepegawaian; Subbagian Keuangan; dan
Subbagian Perencanaan dan Evaluasi. c. Bidang Penanaman Modal terdiri dari:
Subbidang Pengembangan Penanaman Modal; dan Subbidang Promosi Penanaman Modal.
d. Bidang Pendaftaran, Informasi, dan Pengaduan Perizinan terdiri dari: Subbidang Pendaftaran; dan
Subbidang Informasi dan Penanganan Pengaduan; e. Bidang Perizinan Pertanahan terdiri dari:
Subbidang Izin Prinsip dan Izin Lokasi; dan Subbidang Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah. f. Bidang Perizinan Bangunan terdiri dari:
Subbidang Rencana Tata Bangunan; dan Subbidang Izin Mendirikan Bangunan.
g. Bidang Perizinan Gangguan, Usaha dan Jasa terdiri dari: Subbidang Izin Gangguan; dan
f. Profil Pegawai
Berikut ini adalah tabel profil pegawai dan jabatan, di BPMPPT Kabupaten Sleman di tahun 2016 :
Tabel 2.3
Profil Pegawai BPMPPT Kabupaten Sleman
NO Nama Gol./Ruang
TMT Jabatan
1 Purwanto Widodo, SH. CN IV/c Kepala Badan Penanaman Modal dan pelayanan Perizinan Terpadu 2 I wayan Gunawan, SH IV/b Sekretaris Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu 3 Agus Puguh Susanto III/d Kepala Subbagian Umum dan
Kepegawaian
4 KhrisSusuyanto III/c Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 5 Sumardiyono, S.Sos III/c Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 6 Ernawati, A.Md III/b Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 7 Akhmadkhusyairi II/b Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 8 Mei Irianta II/a Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 9 MuhHumam I/d Staf Subbagian Umum dan kepegawaian 10 Eni Sulistyawati III/c Staf Subbagian Keuangan
11 Novitakrisna, SE III/b Staf Subbagian Keuangan 12 Dewiyanti, SE III/b Staf Subbagian Keuangan 13 TheresiaMartiana III/b Staf Subbagian Keuangan 14 Sri Suryati II/b Staf Subbagian Keuangan 15 Endang Siti Fatimah, SE III/d Kepala Subbagian Perencanaan dan
Evaluasi
16 Nardi, S.IP III/c Staf Subbagian Perencanaan dan Evaluasi
17 MartinusDoniPurbo III/c Staf Subbagian Perencanaan dan Evaluasi
18 Indriana Puji Lestari, SE.
MM III/d Kepala Bidang Penanaman Modal 19 Sriyana, SE III/b Kepala Subbidang Pengembangan
Penanaman Modal 20 Suwarti II/a Staf Subbidang Pengembangan
NO Nama Gol./Ruang
TMT Jabatan
21 Is Sri Rahayu III/d Staf Subbidang Pengembangan Penanaman Modal
22 Arjunadir, SE. MM IV/a Kepala subbidang Promosi Penanaman Modal
23 Nor Indah Septiti, SE III/d Staf subbidang Promosi Penanaman Modal
24 RetnoHandayani. SE III/c Staf subbidang Promosi Penanaman Modal
25 Purwanti, SH. MM IV/a Kepala Bidang Pendaftaran, Informasi, dan Pengaduan Perizinan 26 Dewi Syulamit, S,S.Sos IV/a Kepala Subbidang Pendaftaran 27 Yuni Artanti, SH III/c Staf Subbidang Pendaftaran 28 RomiyantiS.IP III/c Staf Subbidang Pendaftaran 29 Yatnungsi III/a Staf Subbidang Pendaftaran 30 Erana Arti Susanti Subagyo,
SH. M.Hum IV/a
Kepala Subbidang Informasi dan Penaganan dan Pengaduan 31 TitekUntari, SE III/d Staf Subbidang Informasi dan
Penaganan dan Pengaduan 32 Iwan Endaryanto, SH III/b Staf Subbidang Informasi dan
Penaganan dan Pengaduan 33 Agus Prawanta. S.ST III/a Staf Subbidang Informasi dan
Penaganan dan Pengaduan 34 TriyanaWayuningsih, S.SI.
MT IV/a Kepala Bidang Perizinan Pertahanan 35 Dedi Widiyanto, SH, M.Ec.
Dev, M.Ec IV/a
Kepala Subbagian Izin Prinsip, dan Izin Lokasi
36 Sigit Priyanto, S.SI III/b Staf Subbagian Izin Prinsip, dan Izin Lokasi
37 Sri wahyuni Tri KuntariS.IP I/b Staf Subbagian Izin Prinsip, dan Izin Lokasi
38 Rismanto I/b Staf Subbagian Izin Prinsip, dan Izin Lokasi
39 Dwi Handoko Wiyoto,
S,STP. M.Ec, Dev III/d
Kepala Subbidang Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
49 SatyonoRissandono, S.T II/a Staf Subbidang Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah 41 FadilahMarsabessy, S.H III/b Staf Subbidang Izin Penggunaan
Pemanfaatan Tanah 42 Bondan YudhoBaskoroS.H III/b Staf Subbidang Izin Penggunaan
NO Nama Gol./Ruang
TMT Jabatan
43 Ir. RinAdriyani, MT IV/a Kepala Bidang Perizinan Pembangunan 44 Drs. R. Amparawan Kusjad
mikahadi, ST, MT IV/a
Kepala Subbidang rencana Tata Bangunan
45 Sigit Yasien, S.T III/c Staf Subbidang rencana Tata Bangunan 46 DendraSunartoHarjono, S.T III/b Staf Subbidang rencana Tata Bangunan 47 Muhammad Arif Nurwahid,
A.md II/d Staf Subbidang rencana Tata Bangunan 48 Dwi Rismanto II/d Staf Subbidang rencana Tata Bangunan 49 Riyanto, S.T. M.Si III/d Kepala Subidang Izin Mendirikan
Bangunan
50 Harjaka, S.ST III/d Staf Subidang Izin Mendirikan Bangunan
51 Sutriyana, S.H. M.Si III/b Subidang Izin Mendirikan Bangunan 52 Aris Winarno, A.Md II/d Subidang Izin Mendirikan Bangunan 53 Subari II/c Subidang Izin Mendirikan Bangunan 54 Dra. Sutyawati, MM IV/a Kepala Biadang Perizinan Gangguan,
Usaha dan Jasa
55 FantuRahmatu, S.STP III/c Kepala Subbidang Izin Ganguan 56 Yohanes Baptis Sumadi,S.IP III/c Staf Subbidang Izin Ganguan 57 Atabik Ahmad, SH III/c Staf Subbidang Izin Ganguan 58 Raden RoroTriwahyuni III/b Staf Subbidang Izin Ganguan 59 Dra. Hidayat Riyatiningsi III/d Kepala Subbidang Izin Usaha dan Jasa 60 Dra. Nurhati III/d Staf Subbidang Izin Usaha dan Jasa 61 Sri Purwaningsi, SE III/c Staf Subbidang Izin Usaha dan Jasa 62 RetnoKusminingrum, SE III/c Staf Subbidang Izin Usaha dan Jasa Sumber: BPMPPT Kabupaten Sleman Tahun 2016
g. Lokasi dan Waktu Pelayanan Perizinan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman
perizinan selama 5 hari kerja yaitu mulai hari senin hingga jum’at. Berikut ini
jadwal waktu pelayanan di BPMPPT Kabupaten Sleman :
Senin – Kamis = 08:00 - 15:00 (Penerimaan Berkas) Juma’at = 08:00 - 14:00 (Penerimaan Berkas)
11:30 – 13:00 (Istirahat Sholat Jumat)
Pelayanan selama bulan suci ramadhan
Senin – Kamis = 08:00 – 14:00 (Penerimaan Berkas) Jumat = 08:00 – 13:00 (Penerimaan Berkas)
11:30 – 12:30 (Istirahat Sholat Jumat) h. Mekanisme Pelayanan Permohonan Izin
Berikut ini adalah mekanisme pelayanan permohonan izin di BPMPPT Kabupaten Sleman:
Gambar 2.2
Mekanisme Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman
Berikut ini adalah mekanisme pelayanan perizinan di BPMPPT kabupaten Sleman:
1 Pemohon mengambil formulir ke loket informasi dan pengaduan.
2 Pemohon melengkapi berkas persyaratan yang telah ditetapkan oleh BPMPPT, kemudian diserahkan kepada loket penerima.
3 Apa bilah berkas belum lengkap atau belum benar, petugas loket penerima mengembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi atau dibenarkan. 4 Apabila berkas pemohon sudah lengkap dan benar dibuatkan tanda terima,
dan dicatat pada register pendaftaran.
5 Berkas diserahkan ke petugas administrasi dan dibuatkan perkiraan biaya, dan diserahkan ke pemohon melalui loket penerima.
6 Kasi administrasi pelayanan menentukan perlu atau tindakan survei dan rekomendasi dari instansi teknis.
7 Untuk izin memerlukan survai dan atau rekomendasi dari instansi teknis, kasi administrasi pelayanan menyerahkan berkas kepada petugas survai. 8 Tim survai melaksanakan klarifikasi data atau peninjauan lokasi.
9 Berdasarkan hasil survai, tim survai mengadakan sidang untuk menentukan diterima atau ditolak pemohon yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan rekomendasi, hasilnya disampaikan kepada kasi survai.
11 Untuk pemohon yang dapat diterbitkan izinnya, petugas administrasi membuat surat izin/Keputusan dan menghitung retribusi untuk izin yang ada retribusi.
12 Untuk pemohon yang tidak dapat diterbitkan izinnya, petugas administrasi membuat surat penolakan.
h. Jenis dan Data Pemohon Pelayan Perizinan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman
Tabel 2.4
DATA JENIS DAN PELAYANAN IZIN TAHUN 2016 No
JENIS IZIN PEMOHON TERBIT DIAMBIL KEMBALI
1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 10 Izin penyelenggaraan praktik berkelompok
dokter
3 2 2 1
No
JENIS IZIN PEMOHON TERBIT DIAMBIL KEMBALI
Hiburan
18 Persetujuan Prinsip Usaha Jasa Parawisata 17 10 10 7 19 Persetujuan Prinsip Obyek Daya Tarik
Wisata
2 2 2 0
20 Izin Usaha Sarana dan Fasilitas Olah Raga 12 6 4 5 21 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseroan
No
JENIS IZIN PEMOHON TERBIT DIAMBIL KEMBALI
51 Izin Usaha Pemancingan 19 12 8 6
No
JENIS IZIN PEMOHON TERBIT DIAMBIL KEMBALI
83 Izin Pengeboran Air Tanah 2 2 2 0 90 Izin penyelenggaraan Laboratorium
Kesehatan masyarakat
0 0 0 0
91 Izin penyelenggaraan Pelayanan Radiologi Diagnostik
2 2 0 0
92 Izin penyelenggaraan Optik 8 6 5 3
93 Izin penyelenggaraan Peraktek Berkelompok Fisiotrapis
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Indikator Renstrukturisasi Kantor Pelayanan Perizinan,Menjadi Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman
Demi terwujudnya Pelayanan Terpadu Satu Pintu terdapat beberapa Indikator yang mengacu dalam pembentukan Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT),beberapa indikator tersebut yaitu Delayering yang merupakan Pengelompokan kembali jenis-jenis pekerjaan yang
a. Pengelompokan Tugas Kembali (Delayering)
Penataan organisasi saat ini dilakukan dengan cara mengelompokan kembali tugas dan melakukan peninjauan kembali (Refocusing) mengenai kompetensi inti pada Organisasi Pelayanan Perizinan. dan pengelompokan tugas kembali yang dilakukan pemerintah Kabupaten Sleman dapat terlihat dari Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 yang kemudian saat ini telah dilakukan penataan kembali pada tugas dan fungsinya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 yang telah disepakati bersama yaitu Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman. Hal tersebut telah dipaparkan oleh ibu Sari Respati selaku Kepala Seksi Kelembagaan Organisasi Sekretariat Kabupaten Sleman sebagai berikut :
“Untuk pengelompokan kembali dari segi tugas pokok dan fungsi pada Kantor Pelayanan Perizinan dan Kantor Penanaman ,Penguatan,dan Penyertaan Modal jenengan dapat melihat di Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2009 sedangkan setelah kedua lembaga tersebut digabung menjadi BPMPPT untuk Tupoksinya terdapat pada Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2014,diperda itu nanti akan terlihat jelas pengelompokan tugasnya yang mana saja dari kedua lembaga tersebut yang disisihkan dan masih digunakan” (Wawancara,2016).
1 Perumusan Kebijakan Teknis bidang Pelayanan Perizinan 2 Pelaksanaan Tugas bidang Pelayanan Perizinan
3 Pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan perizinan
4 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Selanjutnya, setelah adanya restrukturisasi atau penataan kembali
organisasi perangkat daerah Kabupaten Sleman melalui Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2014, tupoksi dari Kantor Pelayanan Perizinan mulai dilakukan
pengelompokan kembali sehingga terbentuklah Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai berikut :
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dipimpin oleh Kepala Badan dan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2014 menyelenggarakan fungsi:
1 Perumusan kebijakan teknis penanaman modal; 2 Perumusan kebijakan teknis pelayanan perizinan; 3 Pengoordinasian dan pembinaan penanaman modal; 4 Penyelenggaraan pendaftaran perizinan;
6 Penyelenggaraan dan pengoordinasian pemrosesan perizinan; 7 Penyelenggaraan penanganan pengaduan; dan
8 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Jika dianalisis dari hasil pengelompokan tugas pokok dan fungsi dari Perda tersebut Kantor Pelayanan Perizinan dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman, terdapat penambahan fungsi. Secara umum, penambahan wewenang ini dapat dibandingkan melalui tabel berikut:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Tupoksi KPP dan BPMPPT No Tupoksi Kantor Tupoksi Badan Hasil Analisis 1 Perumusan
2 Pengoordinasian dan
lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
perubahan fungsi organisasi. Fungsi ini akan didisposisikan sesuai dengan instruksi Bupati dengan memerhatikan kemampuan organsasi dan beban organisasi Sumber : Perda Nomor 8 Tahun 2014 dan Perda Nomor 9 Tahun 2009
Berdasarkan data dan dikaitkan dengan salah satu point dari teori reinviting government yaitu “Competitive Government: Injecting Competition into service Delivery; Menciptakan kompetisi dalam
pemerintahan dengan mendorong terjadinya kompetisi dalam pemberian layanan di antara penyelenggara pelayanan umum (Osborne, 2000)” maka
b. Pembentukan Struktur Baru
Gambar 3.1
Struktur Organisasi KPP Sleman
Sumber : Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009
Setelah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah,maka secara resmi Struktur yang dimiliki oleh Kantor Pelayanan Perizinan mengalami perubahan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT). Apabila diperhatikan secara Struktural terjadi perubahan yang cukup signifikan ditubuh organisasi Kantor Pelayanan Perizinan saat telah menjadi BPMPPT. Perubahan yang paling nampak yaitu terdapat penambahan subbidang tertentu,hasil dari penggabungan beberapa lembaga terkait. Terlihat jelas bahwa BPMPPT kini dikepalai oleh seorang Kepala Badan,memiliki Skretariat,dan tiga Sub Bagian dibawah sekretariat,memiliki Jabatan Fungsional dan memiliki lima bidang serta dua sub bidang di setiap masing-masing bidang nya. Secara kelembagaan BPMPPT
Kepala Kantor
Kel. Jabatan Fungsional
Subbag TU
Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi Pengolahan Perizinan
mimiliki struktur yang kompleks dengan besaran pegawai yang sesuai dengan Tugas,fungsi dan kewenangannya dalam memproses semua jenis izin yang ada. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan Data dokumen Gambar berikut :
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman
Sumber : Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa betapa sangat pentingnya suatu lembaga dalam melakukan perubahan struktur organisasi sesuai seperti apa yang telah diharapkan oleh Pemkab Sleman. Terbukti dengan kedua perbandingan gambar mengenai Struktur Organisasi tersebut yang menjelaskan bahwa Pemerintah kabupaten Sleman telah memperhatikan kebutuhan masyarakat
dibidang Pelayanan Perizinan dengan melakukan proses reformasi yang efisien dan secara menyeluruh pada Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu. Hal tersebut dipaparkan oleh Bapak Wawan selaku Kasie Tata Kerja bagian Organisasi Setda Sleman.
“Kami sudah melakukan perubahan yang besar dengan penyesuaian apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sih mas agar kami dalam melakukan pelayanan Perizinan tersebut biar bisa lebih efisien” (Wawancara,2016).
Lalu perihal tersebut juga diperkuat melalui penjelasan Kepala Seksi Kelembagaan Bagian Organisasi Setda Kabupaten sleman dengan penjelasan sebagai berikut:
“Untuk perubahan yang telah kami lakukan mas Fariz bisa melihat sendiri yang secara struktural Kantor Pelayanan Perizinan,kami rubah demi efisiensi kebutuhan terhadap masyarakat kami melakukan perubahan besar secara menyeluruh pada strukturnya dengan melakukan reformasi menjadi BPMPPT seperti gambar Struktur yang tadi saya tunjukan ke Panjenengan” (Wawancara,2016).
c. Penbenahan Struktur
telah dibentuk. Seperti yang dipaparkan berikut oleh Kepala Seksi Kelembagaan Bagian Organisasi Setda Kabupaten Sleman.
“Kalau dari segi pembenahanan nya sendiri ini sifatnya hanya seperti melakukan perbaikan pada struktur yang telah di tata dan dibentuk sih mas,agar dapat terciptanya Tatanan kerja dan kewenangan yang sesuai dengan tujuan awal organisasi yaitu melayani masyarakat dibidang perizinan”(Wawancara,2016).
Apabila merujuk kepada Perbaikan wewenang Kantor Pelayanan Perizinan menjadi BPMPPT sebetulnya tidak terdapat perombakan yang terlalu signifikan karena hal tersebut dapat terlihat pada kewenangan KPP yang sebelumnya masih sama dengan BPMPPT yaitu memiliki wewenang untuk melakukan Intervensi serta koordinasi kepada SKPD terkait apabila adanya keterlambatan dalam penyelesaian perizinan. Sehingga setelah dilakukan perubahan kelembagaan menjadi BPMPPT perubahan secara signifikan bisa dirasakan pada Tata kerja dan jenis pelayanannya. Hal tersebut dipaparkan oleh Bapak Wawan Selaku Kepala Seksi Tata Kerja Bagian Organisasi Setda Kabupaten Sleman.
“Sebetulnya masih sama kok mas kalau untuk dilihat dari wewenangnya KPP dan BPMPPT itu, yaitu sama-sama bisa mengintervensi SKPD terkait apabila terdapat keterlambatan dalam kepengurusan izin nya,yang beda ya di Tata laksana kerja dan jenis perijinan nya karena disitu terdapat penambahan-penambahan beban kerja toh” (Wawancara,2016).
pak Wawan selaku Kepala Seksi Tata Kerja Bagian Organisasi Setda Kabupaten Sleman.
“Dalam pembentukan BPMPPT ini kami menarik 12 Dinas Tekhnis yang terkait dalam pembentukan Pelayanan Perizinan Satu Pintu,agar dalam memproses perizinannya tidak terlalu memakan waktu lah,karena semua jenis izin yang masuk kan langsung ditandatangani disana” (Wawancara,2016).
Perubahan Konsep Struktur Organisasi yang terdapat pada Kantor Pelayanan Perizinan menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu tentunya juga akan membawa dampak kepada jenis Pelayanan Perizinan dalam memproses jenis Izin nya. Hal itu dapat dibuktikan melalui Analisis Data yang telah diolah berupa Matriks Perbandingan Jenis Pelayanan Perizinan KPP dan BPMPPT sebagai berikut :
Tabel 3.2
Matriks Perbandingan Jenis Pelayanan Perizinan KPP dan BPMPPT Kabupaten Sleman
11 Izin Praktek Dokter Spesialis
12 Izin Praktek Dokter Gigi Spesialis
13 Izin Bidan
14 Izin Perawat
16 Izin Tenaga Kefarmasian
17 Izin Fisioterapis
18 Izin Radiografer
19 Izin Refraksionis Optisen
20 Izin Okupasi Terapis
21 Izin Terapis Wicara
22 Izin Usaha Mickro Obat
PERTANIAN,PERIKANAN,DANKEHUTANAN
1 Izin Dokter Hewan Praktik
2 Izin Tenaga Kesehatan Hewan Bukan Dokter
3 Izin Tenaga Hewan WNA
4 Izin Dokter Hewan Praktik Mandiri 5 Izin Dokter Hewan Praktek Bersama
6 Izin Klinik Hewan
7 Izin Rumah Sakit Hewan
8 Izin Rumah Sakit Hewan Khusus
9 Izin Pusat Kesehatan Hewan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
1 Izin lingkungan
2 Izin Pembuangan Air Limbah
3 Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
4 Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5 Izin Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi Ke Tanah
6 Izin Penebangan Pohon
7 Izin Sambungan Rumah Air Limbah
PERHUBUNGAN,KOMUNIKASI,DAN INFORMATIKA
1 Izin Usaha Angkutan
2 Izin Pengelolaan Perparkiran
3 Izin Trayek
BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN
1 Izin Peruntukan Penggunaan Tanah/IPR 2 Keterangan Persyaratan Tata Bangunan dan
Lingkungan (SKTBL) selain yang dilimpahkan kepada Camat
3 Dokumen Keterangan Rencana Tata Letak Bangunan dan Lingkungan (RTB)
4 Izin Mendirikan Bangunan selain yang dilimpahkan kepada Camat