• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pet Attachment Dengan Well-Being Pada Individu Yang Memiliki Hewan Peliharaan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pet Attachment Dengan Well-Being Pada Individu Yang Memiliki Hewan Peliharaan Chapter III V"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel I : Pet Attachment

2. Variabel II : Well-being

III.2 Definisi Operasional III.2.1 Pet Attachment

Pet attachment merupakan hubungan yang dekat yang dimiliki pemilik

dengan hewan peliharaannya yang bertahan lama untuk memperoleh dan

mempertahankan rasa aman, yang dapat dilihat dari seringnya individu

menghabiskan waktu dengan hewan peliharaannya, perilaku individu dalam

menunjukkan afeksinya terhadap hewan peliharaannya, memperlakukan hewan

peliharaannya selayaknya manusia pada umumnya, serta mau bertanggungjawab

secara perilaku terhadap hewan peliharaannya untuk meningkatkan kesejahteraan

hewan peliharaannya.

Petunjuk tinggi rendahnya pet attachment pemilik hewan peliharaan

adalah skor total yang diperoleh dari hasil pengolahan data alat ukur. Semakin

tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pet attachment yang dimiliki

(2)

27

individu. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah

pet attachment yang dimiliki individu.

III.2.2 Well-being

Well-being merupakan perasaan puas yang dimiliki individu terhadap

kehidupan dan dirinya sendiri yang terdiri dari memiliki perasaan baik mengenai

dirinya secara keseluruhan serta perasaan memiliki makna, pencapaian dan

hubungan yang positif dengan orang lain.

Petunjuk tinggi rendahnya well-being individu pemilik hewan peliharaan

adalah skor total yang diperoleh dari hasil pengolahan data alat ukur. Semakin

tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi well-being yang dimiliki individu.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah well-being

yang dimiliki individu.

III.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel III.3.1 Populasi

Menurut Hadi (2000), populasi adalah sejumlah penduduk atau

individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Adapun kriteria

populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki setidaknya

satu (1) hewan peliharaan, yaitu anjing atau kucing. Penelitian ini

menggunakan subjek yang memiliki anjing atau kucing dikarenakan alat

ukur yang digunakan untuk mengukur pet attachment yaitu The Lexington

(3)

28

Attachment to Pets Scale (LAPS) hanya disesuaikan bagi pemilik anjing

atau kucing.

III.3.2 Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk

menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi

(Hadi, 2000). Metode yang digunakan untuk mengambil sampel dalam

penelitian ini adalah metode non-probability sampling. Jenis

non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

incidental sampling. Kelemahan dari metode pengambilan sampel ini

adalah keterbatasan untuk melakukan generalisasi karena sampel tidak

cukup merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Jumlah sampel

dinyatakan cukup berdasarkan keputusan peneliti yang juga telah

didiskusikan dengan dosen pembimbing. Total subjek yang diperoleh

untuk penelitian ini adalah sebanyak 323 orang, dengan pertimbangan

bahwa jumlah tersebut sudah cukup mampu mewakili populasi penelitian.

III.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan

untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Hadi, 2000).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penggunaan alat ukur psikologis berbentuk kuesioner sebagai instrumen

penelitian. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang telah

(4)

29

diterjemahkan yaitu Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS) dan The

PERMA Profiler.

III.4.1 Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS)

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur pet attachment

dalam penelitian ini adalah Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS).

LAPS merupakan alat ukur yang paling umum digunakan untuk mengukur

kelekatan emosional pemilik hewan dengan hewan peliharaannya,

dikarenakan alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi (Karen, 2010).

Alat ukur ini sesuai untuk pemelihara anjing dan kucing (Ramirez et al.,

2014). Alat ukur ini memiliki 23 buah aitem berbentuk pernyataan dan

menggunakan empat pilihan respon yaitu sangat setuju, agak setuju, agak

tidak setuju, dan sangat setuju. Pemberian skor untuk setiap respon

dimulai dengan 0 untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon Agak

Tidak Setuju, 2 untuk respon Agak Setuju, dan 3 untuk respon Sangat

Setuju.

LAPS mengukur tiga aspek yaitu general attachment, people

substituting dan animal rights. Ketiga aspek ini merefleksikan pet

attachment (Johnson, T., Garrity, T. & Stallones, L., 1992). Adapun

aspek-aspek tersebut adalah:

a. General Attachment

General attachment menggambarkan kelekatan yang

dimiliki oleh pemilik hewan peliharaan terhadap hewan

(5)

30

peliharaannya secara umum. Individu yang memiliki skor tinggi

pada aspek ini merasakan emosi positif ketika berada di dekat

hewan peliharaannya, sering menghabiskan waktu dengan

hewan peliharaannya dan merasa bahwa hewan peliharaannya

mengerti perasaan yang dimilikinya.

b. People Substituting

Aspek ini menggambarkan peran yang dimiliki hewan

peliharaan di dalam kehidupan pemiliknya. Individu yang

memiliki skor tinggi pada aspek ini menganggap hewan

peliharaannya memiliki peran utama yang mampu berfungsi

sebagai pengganti peran manusia lain di dalam kehidupannya,

yaitu seperti sebagai salah satu anggota keluarga yang

memberikan rasa kasih sayang (Sable, 1995). Hal ini dapat

dilihat dalam perilaku yang ditunjukkan oleh pemilik hewan

peliharaan terhadap hewan peliharaannya, seperti membelai,

menyentuh, memeluk, tidur di samping satu sama lain, bahkan

berbicara yang pada umumnya ditunjukkan oleh sesama

manusia.

c. Animal Rights/Animal Welfare

Aspek ini menggambarkan status hewan peliharaan di

dalam rumah pemiliknya, yang diungkapkan melalui

(6)

31

pengetahuan dan pandangan individu mengenai hak dan

kesejahteraan hewan peliharaannya. Individu yang memiliki

skor tinggi pada aspek ini menganggap hewan peliharaannya

memiliki hak yang sama dengan manusia dan merasa

bertanggungjawab secara penuh untuk mengurus dan merawat

hewan peliharaannya.

Dimensi Indikator Nomor Aitem Jumlah Aitem Fav Unfav

General Attachment

a. Merasakan emosi positif ketika berada di dekat hewan

berisikan aitem favorable dan unfavorable dengan total jumlah aitem

sebanyak 23 aitem.

Tabel III.1 Blueprint Alat Ukur LAPS

(7)

32 III.4.2 ThePERMA Profiler

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur well-being pada

penelitian ini adalah The PERMA Profiler yang dikembangkan oleh Butler

dan Kern (2016). Konsep well-being yang dikemukan oleh Seligman

bersifat multidimensional, sehingga Butler dan Kern (2016) membuat alat

ukur The PERMA Profiler yang bersifat multidimensional pula. Alat ukur

ini memiliki 23 buah aitem pertanyaan dan menggunakan tiga jenis pilihan

respon. Masing-masing jenis pilihan respon memiliki rentang nilai dari 0

sampai dengan 10. Adapun jenis rentang yang digunakan dalam alat ukur

ini adalah Tidak Pernah - Selalu, Sangat Buruk – Sangat Baik, dan Tidak

Sama Sekali – Sepenuhnya.

Alat ukur ini mengukur kelima dimensi well-being yang

dikemukakan oleh Seligman (2011) ditambah dengan tiga aitem yang

mengukur emosi negatif (negative emotion), tiga aitem yang mengukur

kesehatan (health), satu aitem yang mengukur loneliness dan satu aitem

yang mengukur overall well-being. Delapan tambahan aitem tersebut

berfungsi sebagai aitem pengisi dan juga berfungsi menyediakan informasi

tambahan yang relevan mengenai well-being (Butler & Kern, 2016).

a. Positive and Negative Emotions (P dan N)

Emosi merupakan bagian yang penting dari well-being. Emosi

memiliki rentang dari sangat negatif sampai pada sangat positif.

Pada emosi positif secara umum perasaan yang akan diukur

(8)

33

adalah perasaan senang dan puas, sementara pada emosi negatif

perasaan yang akan diukur adalah sedih, cemas dan marah.

b. Engagement (E)

Engagement mengarah kepada keterlibatan, ketertarikan dan

menyatu dengan suatu kegiatan atau aktivitas. Tingkat

engagement yang tinggi disebut dengan flow, yaitu ketika

individu benar-benar menyatu dengan suatu aktivitas dan merasa

tidak terkait dengan waktu.

c. Relationships (R)

Relationships mengarah kepada perasaan dicintai,

didukung, dan dihargai oleh orang lain. Memiliki hubungan

positif dengan orang lain dapat membuat individu merasa lebih

baik.

d. Meaning (M)

Meaning berarti merasa memiliki tujuan di dalam hidup, merasa

hidup itu berharga atau merasa memiliki hubungan dengan

sesuatu yang lebih besar daripada diri kita seperti kepercayaan

religius.

e. Accomplishment (A)

Pencapaian dapat bersifat objektif, seperti menerima sebuah

penghargaan, tetapi merasa mahir dalam sesuatu juga berperan

penting untuk dimensi ini. Skala ini mengukur perasaan

subjektif dari pencapaian, seperti merasa mampu untuk

(9)

34

menyelesaikan tugas dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan.

f. Health (H)

Skala ini mengukur perasaan sehat secara subjektif, seperti

merasa baik dan sehat setiap hari. Walaupun tidak termasuk ke

dalam model PERMA, kesehatan fisik menjadi salah satu hal

yang penting untuk well-being.

Tabel III.2 Blueprint Alat Ukur PERMA Profiler

Dimensi Indikator Aitem Jumlah Aitem

Positive Emotion

a. Merasa senang dan puas terhadap kehidupan

b. Merasa positif dalam menjalani kehidupan

P1, P2, P3 3

Engagement

a. Merasa memiliki kegiatan yang sangat didalami

b. Merasa bersemangat dalam melakukan suatu kegiatan

E1, E2, E3 3

Relationships

a. Merasa memiliki hubungan yang baik dengan orang lain

b. Merasa didukung dan dicintai oleh orang lain

R1, R2, R3 3

Meaning a. Merasa memiliki tujuan dalm hidup

b. Merasa kehidupan memiliki makna M1, M2, M3 3 Accomplishment

a. Merasa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu

b. Merasa telah mencapai suatu tujuan

A1, A2, A3 3

Health

a. Merasa puas dengan kesehatan tubuh

b. Merasa sehat secara umum

H1, H2, H3 3

Negative Emotion Merasa cemas, sedih dan marah N1, N2, N3 3

Loneliness Merasa sepi dalam kehidupan secara

umum Lon 1

Happiness Merasa bahagia dalam hidupnya Hap 1

(10)

35

Tabel III.2 merupakan blueprint dari alat ukur The PERMA

Profiler yang berisikan delapan dimensi dengan jumlah total 23 aitem.

III.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur III.5.1 Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur melihat apakah alat ukur yang digunakan dapat

menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Alat ukur dikatakan

mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang

relevan dengan tujuan pengukuran. Sebaliknya, alat ukur yang tidak menghasilkan

data yang sesuai dengan tujuan pengukurannya dikatakan sebagai alat ukur yang

memiliki tingkat validitas rendah (Azwar, 2013).

Penelitian ini menggunakan alat ukur yang diterjemahkan dari Bahasa

Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Penerjemahan konten alat ukur dilakukan

oleh ahli lembaga bahasa untuk menjaga validitas isi (content validity). Kemudian

alat ukur tersebut kembali dievaluasi dan diberikan professional judgement oleh

dosen pembimbing untuk memperkuat validitas alat ukur.

III.5.2 Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2013), reliabilitas dicapai apabila dalam beberapa

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien

alpha (α), yang diperoleh dengan menghitung koefisien tersebut melalui bantuan

(11)

36

program komputasi setelah menyajikan alat ukur kepada sekelompok responden.

Alat ukur untuk mengukur pet attachment, yaitu LAPS, sebelum diadaptasi ke

dalam Bahasa Indonesia memiliki tingkat reliabilitas yang memuaskan yaitu

sebesar .928.

P E R M A Overall NE H

Cronbach’s α .89 .72 .84 .91 .78 .94 .75 .92

Untuk alat ukur yang mengukur well-being, yaitu The PERMA Profiler,

tingkat reliabilitas per dimensinya juga memuaskan yaitu dapat dilihat pada tabel

III.3.

III.5.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan dengan melibatkan 106 orang yang memiliki

hewan peliharaan. Alat ukur dibagikan kepada subjek dengan membagikan link

alat ukur melalui Google Form. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data

hasil uji coba untuk melihat reliabilitas dan daya beda aitem alat ukur LAPS dan

The PERMA Profiler. Peneliti menggunakan daya diskriminasi aitem minimal r ≥

.20 (Azwar, 2013).

Setelah dianalisa secara statistik, diperoleh koefisien reliabilitas alpha

Cronbach sebesar .957 untuk alat ukur LAPS, sedangkan untuk alat ukur The

PERMA Profiler koefisien reliabilitasnya adalah sebagai berikut.

Tabel III.3 Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) (Butler & Kern, 2016)

(12)

37 P E R M A Overall NE H

Cronbach’s α .67 .27 .59 .79 .68 .85 .62 .79

Berdasarkan daya diskriminasi aitem, seluruh aitem (23 aitem) dalam alat

ukur LAPS memiliki daya beda aitem di atas .30. Sedangkan untuk alat ukur The

PERMA Profiler dari total 23 aitem, terdapat satu aitem yang memiliki daya beda

aitem di bawah .20. Berdasarkan pertimbangan professional judgement aitem

tersebut tetap dipakai di dalam alat ukur dengan sedikit perubahan susunan kata di

dalam aitem. Dalam alat ukur The PERMA Profiler juga terdapat satu aitem, yaitu

aitem loneliness, yang tidak dapat dianalisis menggunakan program SPSS karena

berupa single item yang tidak termasuk ke dalam salah satu dimensi pada variabel

well-being. Dikarenakan aitem tersebut hanya berfungsi sebagai filler questions

(pertanyaan tambahan) pada alat ukur (Butler & Kern, 2016) dan berdasarkan

pertimbangan professional judgement, aitem tersebut tidak dipakai kembali ke

dalam instrumen penelitian ini.

III.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian III.6.1 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur penelitian

yaitu Lexington Pet Attachment To Pets Scale (LAPS) dan The PERMA Profiler

berkaitan dengan izin penggunaan alat ukur serta perubahan bahasa alat ukur.

Tabel III.4 Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) pada alat ukur hasil uji coba

(13)

38

1. Menerjemahkan Alat Ukur

Setelah memperoleh izin dari pembuat alat ukur, peneliti

meminta bantuan kepada lembaga yang ahli dalam bidang

linguistik untuk menerjemahkan kedua alat ukur, LAPS dan The

PERMA Profiler, ke dalam Bahasa Indonesia. Aitem yang telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kemudian dianalisa

kembali oleh peneliti dan bertanya kepada dosen pembimbing, agar

konten alat ukur menggunakan kalimat Bahasa Indonesia yang baik

dan benar dan lebih mudah dimengerti.

2. Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia kemudian disusun kembali ke dalam bentuk alat ukur

yang dapat diakses secara online. Link atau tautan untuk

mengakses alat ukur tersebut kemudian dibagikan oleh peneliti

kepada beberapa orang subjek yang sesuai dengan kriteria subjek

penelitian. Jumlah subjek yang menjadi subjek uji coba alat ukur

ini adalah sebanyak 106 orang.

3. Revisi Alat Ukur

Setelah dilakukan analisa statistik terhadap aitem-aitem

yang diperoleh pada uji coba alat ukur, maka dilakukan beberapa

perbaikan pada alat ukur. Beberapa perbaikan yang dilakukan

adalah menghapus satu aitem yang tidak dapat dianalisis melalui

(14)

39

program komputasi SPSS dan memperbaiki susunan kata dalam

beberapa aitem dan pertanyaan. Alat ukur hasil perbaikan tersebut

kemudian digunakan untuk memperoleh data yang akan digunakan

untuk penelitian ini.

III.6.2 Pelaksanaan Penelitian

Alat ukur yang telah diperbaiki kembali dipersiapkan untuk diberikan

kepada individu yang memiliki hewan peliharaan. Dalam pelaksanaannya peneliti

memberikan alat ukur secara online kepada subjek dengan membagikan tautan

alat ukur melalui Google Form pada tanggal 8 April 2017 sampai dengan tanggal

1 Mei 2017. Berdasarkan keputusan peneliti disertai dengan pertimbangan dosen

pembimbing, jumlah subjek yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebanyak

323 orang dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah mampu mewakili

populasi penelitian.

III.6.3 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan bantuan

program komputasi. Model analisis statistika yang digunakan untuk mengukur

derajat hubungan (tambahin kategori hubungan) dalam penelitian ini adalah

Pearson Product Moment. Dalam menguji data untuk penelitian ini dilakukan uji

asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

(15)

40

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah

distribusi pada penelitian variabel dependen (well-being) dan independen

(pet attachment) telah menyebar secara normal. Normalitas sebaran akan

dianalisis dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel

well-being berkorelasi secara linear terhadap data variabel pet attachment.

Uji linearitas hubungan akan dilakukan dengan menggunakan test for

linearity.

(16)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 323 orang subjek yang memiliki hewan

peliharaan. Berikut ini merupakan deskripsi mengenai subjek penelitian

berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis peliharaan yang dimiliki, dan jangka waktu

memiliki hewan peliharaan.

IV.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Rentang Usia Jumlah (N) Persentase (%)

15 – 20 tahun 77 23.84

21 – 26 tahun 225 69.66

27 – 32 tahun 15 4.64

33 – 38 tahun 2 0.62

≥ 39 tahun 4 1.24

Total 323 100

Berdasarkan tabel IV.1, subjek penelitian terbagi ke dalam tiga

rentang usia. Subjek yang berusia 15-20 tahun dalam penelitian ini

sebanyak 77 orang (23.84%), subjek yang berusia 21-26 tahun sebanyak

Tabel IV.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

(17)

42

225 orang (69.66%), subjek yang berusia 27-32 tahun berjumlah 15 orang

(4.64%), subjek yang berusia 33-38 tahun sebanyak 2 orang (0.62%), dan

subjek yang berusia 39 tahun ke atas sebanyak 4 orang (1.24%).

IV.1.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Dari tabel IV.2 dapat dilihat bahwa jumlah subjek berjenis kelamin

perempuan lebih banyak (69.35%) dibandingkan dengan jumlah subjek

berjenis kelamin laki-laki (30.65%).

IV.1.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Peliharaan yang Dimiliki

Penyebaran subjek berdasarkan jenis peliharaan yang dimiliki

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 99 30.65

Perempuan 224 69.35

Total 323 100 Tabel IV.2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

(18)

43 Jenis Hewan

Peliharaan Jumlah (N) Persentase (%)

Anjing 93 28.79

Kucing 230 71.21

Total 323 100

Dari Tabel IV.3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang

memiliki hewan peliharaan kucing lebih banyak (71.21%) dibandingkan

dengan subjek yang memiliki hewan peliharaan anjing (28.79%).

IV.1.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jangka Waktu Memiliki Hewan Peliharaan

Berikut ini merupakan tabel yang berisi penyebaran subjek

berdasarkan jangka waktu memiliki hewan peliharaan.

Jangka Waktu Jumlah (N) Persentase (%)

≤1 bulan 3 .93

2 bulan – 1 tahun 81 25.08

2 – 12 tahun 213 65.94

13 – 23 tahun 23 7.12

≥ 24 tahun 3 .93

Total 323 100

Tabel IV.3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Hewan Peliharaan

Tabel IV.4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jangka Waktu Memiliki Hewan Peliharaan

(19)

44

Berdasarkan tabel IV.4, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang

memiliki hewan peliharaan selama sama dengan atau kurang dari satu

bulan berjumlah 3 orang (.93%), selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun

berjumlah 81 orang (25.08%), selama 2 sampai dengan 12 tahun sebanyak

213 orang (65.94%), selama 13 sampai dengan 23 tahun berjumlah 23

orang (7.12%), dan subjek yang memiliki hewan peliharaan selama lebih

atau sama dengan 24 tahun berjumlah 3 orang (.93%).

IV.2 Hasil Penelitian

IV.2.1 Hasil Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Berikut adalah hasil dari pengujian data secara statistik untuk

melihat apakah data pada penelitian terdistribusi normal.

Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh melalui uji

Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa untuk data pet

attachment terdistribusi normal (p > .05) dan untuk data

well-being juga terdistribusi normal (p > .05).

Variabel Z p Keterangan

Pet

Attachment .889 .408

Sebaran Data Normal

Well-being .857 .455 Sebaran Data Normal

Tabel IV.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

(20)

45

b. Uji Linearitas

Berdasarkan Tabel IV.6 di atas dapat dilihat bahwa variabel

pet attachment dan well-being memiliki hubungan yang linear,

karena nilai signifikansi yang ditunjukkan sebesar .000 (< .05).

IV.2.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Metode pengujian data yang digunakan untuk menguji hipotesis

pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson Product Moment. Adapun

hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif

yang signifikan antara pet attachment dengan well-being pada individu

yang memiliki hewan peliharaan.

a. H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara pet

attachment dengan well-being pada individu yang memiliki

hewan peliharaan.

b. Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet

attachment dengan well-being pada individu yang memiliki

hewan peliharaan.

F Sig. Keterangan

Linearity 13.830 .000 Linear

Tabel IV.6 Hasil Uji Linearitas

(21)

46

Hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

r Sig. (Satu

Arah) Keterangan

.202 .000 Hubungan positif

signifikan

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi

Pearson (r) antara pet attachment dengan well-being adalah sebesar .702

dengan tingkat signifikansi .000 (< .05) yang bersifat satu arah

(one-tailed). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti

terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet attachment dengan

well-being pada individu yang memiliki hewan peliharaan.

IV.3 Perbandingan Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik

IV.3.1 Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Pet Attachment

Hasil perhitungan mean hipotetik dan mean empirik dari variabel

pet attachment dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Variabel

Nilai Hipotetik Nilai Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Pet

Attachment 0 69 34.5 11.5 30 69 48.99 8.04 Tabel IV.7 Hasil Uji Korelasi Pearson Product

Moment

Tabel IV.8 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Pet Attachment

(22)

47

Dari Tabel IV.8 dapat dilihat bahwa secara rata-rata pet attachment

yang dimiliki oleh subjek penelitian (Xemp.= 48.99) lebih tinggi dari

perkiraan alat ukur (Xhip.= 34.5), yang berarti tingkat pet attachment yang

dimiliki subjek pada penelitian ini lebih tinggi daripada tingkat pet

attachment yang dimiliki individu pada umumnya.

IV.3.2 Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Well-being

Berikut ini merupakan hasil perhitungan mean hipotetik dan mean

empirik dari variabel well-being.

Variabel

Nilai Hipotetik Nilai Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Well-being 0 10 5 1.66 4.38 9.63 7.19 1.00

Hasil perhitungan pada tabel IV.9 menunjukkan bahwa secara

rata-rata tingkat well-being yang dimiliki oleh subjek penelitian ini (Xemp.=

7.19) lebih tinggi dari nilai yang diperkirakan alat ukur (Xhip.= 5), yang

berarti tingkat well-being yang dimiliki subjek pada penelitian ini lebih

tinggi daripada tingkat well-being yang dimiliki individu pada umumnya.

IV.4 Kategorisasi Data Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh dapat dilakukan

pengelompokan atau kategorisasi yang mengacu pada beberapa kriteria. Kriteria

Tabel IV.9 Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Well-being

(23)

48

kategori variabel pet attachment yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua

yaitu lemah dan kuat, sedangkan variabel well-being dibagi menjadi lima kategori

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

IV.4.1 Kategorisasi Data Pet Attachment

Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik yang dapat dilihat pada tabel IV.8 di

halaman sebelumnya, maka diperoleh norma sebagai berikut.

Norma Kategorisasi N (%) Kategori

X ≥ 34,5 307 (95.05%) Kuat

X < 34,5 16 (4.95%) Lemah

Dari tabel IV.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian

masuk ke dalam kategori pet attachment yang kuat (95.05%), yang berarti

sebagian besar subjek penelitian memiliki kelekatan yang kuat dengan hewan

peliharaannya. Beberapa subjek lainnya (4.95%) berada pada kategori pet

attachment yang lemah.

IV.4.2 Kategorisasi Data Well-being

Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik yang dapat dilihat pada tabel IV.9 di

halaman sebelumnya, maka diperoleh norma kategorisasi jenjang sebagai berikut.

Tabel IV.10 Kategorisasi Data Pet Attachment

(24)

49 Norma Kategorisasi N (%) Kategori

X > 7.50 118 (36.53%) Sangat Tinggi

5.83 < X ≤ 7.50 171 (52.94%) Tinggi

4.17 < X ≤ 5.83 34 (10.53%) Sedang

2.50 < X ≤ 4.17 0 (0%) Rendah

X ≤ 2.50 0 (0%) Sangat Rendah

Dari tabel IV.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian

masuk ke dalam kategori well-being yang tinggi (52.94%) dan sebagian besar

subjek lainnya masuk ke dalam kategori well-being yang sangat tinggi (36.53%).

Beberapa subjek lainnya (10.53%) berada pada kategori well-being yang sedang.

Tidak ada subjek penelitian yang masuk ke dalam kategori rendah ataupun sangat

rendah.

IV.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang

signifikan antara pet attachment dengan well-being pada individu yang memiliki

hewan peliharaan. Hal ini berarti kuatnya tingkat pet attachment yang dimiliki

oleh individu diikuti oleh tingginya well-being yang dimiliki oleh individu

tersebut.

Hasil penelitian ini didukung oleh McConnell et al. (2011) yang

menyatakan bahwa adanya hewan peliharaan dapat meningkatkan well-being

individu secara umum. Hewan peliharaan menjadi sumber dukungan sosial bagi

mereka yang memiliki hubungan yang dekat dengan hewan peliharaan. Ketika

Tabel IV.11 Kategorisasi Data Well-being

(25)

50

para pemilik hewan peliharaan merasa kesepian dan tidak dapat menemui orang

terdekat, hewan peliharaan menjadi salah satu pilihan untuk memperoleh

dukungan sosial (McConnell et al., 2011).

Koefisien korelasi yang ditemukan antara pet attachment dengan

well-being pada penelitian ini termasuk dalam kategori lemah (r = .202). Hal ini dapat

diasumsikan terjadi karena beberapa hal. Well-being merupakan variabel yang

dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat internal pada individu, salah satunya

adalah kepribadian yang paling mampu menjelaskan perbedaan tingkat well-being

antar individu (Huppert, 2009). Individu dengan kepribadian ekstrovert atau

introvert dapat memiliki tingkat well-being yang berbeda dikarenakan sifat yang

mereka miliki berbeda pula. Hal ini dapat mengakibatkan hubungan antara pet

attachment dengan well-being tidak terlalu kuat.

Selain faktor kepribadian yang bersifat internal pada subjek, faktor budaya

juga diasumsikan ikut memberikan pengaruh pada hasil penelitian ini.

Berdasarkan data penelitian, terdapat beberapa subjek yang memiliki tingkat

well-being yang cukup tinggi tetapi tidak memiliki pet attachment yang tinggi. Hal ini

diasumsikan terjadi karena perbedaan budaya. Berbeda dengan budaya Barat, di

Indonesia hewan peliharaan masih cenderung dilihat dengan fungsi praktisnya

yaitu sebagai penjaga rumah ataupun pemburu tikus. Hal ini menyebabkan

beberapa individu tidak merasa dekat dengan hewan peliharaannya tetapi masih

mampu memiliki tingkat well-being yang tinggi, sehingga tingkat korelasi pada

hasil penelitian ini dikategorikan lemah.

(26)

51

Hal lainnya yang dapat diasumsikan sebagai penyebab tingkat korelasi

yang lemah tersebut adalah usia subjek penelitian. Secara umum, subjek pada

penelitian ini sebagian besar berada pada rentang 21 sampai dengan 26 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Stallones et al. (1990), individu yang berusia 21

sampai dengan 34 tahun beresiko kurang memiliki dukungan sosial dari

sesamanya ketika mereka memiliki pet attachment yang kuat. Tidak memiliki

dukungan sosial dari sesama manusia dapat menurunkan tingkat well-being

individu, secara fisik maupun emosional (Stallones et al., 1990). Hal ini dapat

menjelaskan mengapa beberapa subjek dapat memiliki tingkat pet attachment

yang tinggi tetapi memilki well-being yang rendah.

Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pet

attachment yang dimiliki sebagian besar subjek (N = 95.05%) pada penelitian ini

berada pada kategori kuat. Hal ini diasumsikan terjadi karena subjek pada

penelitian ini sebagian besar (N = 65.94%) memiliki hewan peliharaan selama 2

sampai dengan 12 tahun, dimana pemilik hewan peliharaan yang memiliki hewan

peliharaannya lebih dari tiga tahun dilaporkan memiliki tingkat pet attachment

yang lebih tinggi (Smolkovic et al., 2012).

(27)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan analisis data penelitian, diperoleh kesimpulan

yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara pet attachment dengan

well-being pada individu yang memiliki hewan peliharaan. Ditemukan bahwa

semakin tinggi tingkat pet attachment maka semakin tinggi pula tingkat

well-being yang dimiliki oleh individu. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pet

attachment maka semakin rendan pula tingkat well-being individu.

Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat korelasi antara variabel pet

attachment dengan well-being termasuk ke dalam kategori korelasi yang lemah.

Hal ini diasumsikan terjadi karena beberapa faktor yang ikut mempengaruhi

kedua variabel dalam penelitian, yaitu kepribadian, budaya, dan rentang usia

subjek penelitian.

V.2 Saran

1. Saran Metodologis

a. Penelitian ini menggunakan populasi yang cukup luas.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel

penelitian yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan

kemampuan penelitian untuk melakukan generalisasi.

b. Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini

disarankan menggunakan alat ukur yang mampu mengukur pet

(28)

53

attachment terhadap jenis peliharaan yang lebih bervariasi,

dikarenakan terdapat beberapa orang yang memelihara hewan

lain selain anjing atau kucing.

c. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai

well-being, dapat mengkaitkan lebih lanjut mengenai faktor yang

ikut mempengaruhi well-being pada individu, yaitu

kepribadian, budaya ataupun usia.

2. Saran Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan

bagi peneliti lain yang meneliti mengenai variabel pet

attachment ataupun well-being.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi para pemilik

hewan peliharaan yang tidak dekat dengan hewan

peliharaannya untuk menjadi dekat dengan hewan

peliharaannya agar mereka memperoleh manfaat positif yang

sebenarnya dapat diberikan oleh hewan peliharaan mereka.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang yang

memiliki hewan peliharaan maupun yang tidak memiliki

hewan peliharaan bahwa hewan peliharaan tidak hanya

bermanfaat sebagai penjaga rumah ataupun pengusir tikus,

tetapi juga bermanfaat untuk membuat pemiliknya merasa

sejahtera atau memiliki hidup yang lebih baik.

Gambar

Tabel III.1 Blueprint Alat Ukur LAPS
Tabel III.2 Blueprint Alat Ukur PERMA Profiler
Tabel III.3  Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) (Butler & Kern, 2016)
Tabel III.4  Tingkat reliabilitas PERMA Profiler (per dimensi) pada alat ukur hasil uji coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengadaptasi dan memodifikasi Ryff Scales of Psychological Well-Being dari Ryff (1995), serta mengadaptasi dan

Dari hasil pengolahan data skor rata-rata diperoleh informasi bahwa total skor rata-rata dimensi communication adalah 3,47. Selanjutnya skor tersebut dimasukkan ke dalam

Alat ukur yang berupa skala psikologi ini terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Skala Dukungan Sosial yang dimodifikasi berdasarkan komponen-komponen dukugan sosial dari

Skor yang ditunjukkan pada alat ukur ini adalah semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin baik tingkat interaksi teman sebaya yang dimiliki oleh

keterpercayaan hasil ukur (skor) yang diperoleh dari subyek yang diukur dengan alat yang sama, atau ukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Uji

Teknik Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan suatu alat ukur,

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan alat ukur yang sesuai, maka diperoleh data penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut, selanjutnya dianalisis