BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1.Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
Faktor Nutrisi ↑
Tinggi Badan ↑ Berat Badan ↑ Aktivitas
Fisik ↓
Indeks Massa Tubuh (IMT) ↑
Hormon Leptin ↑
Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (GnRH, FSH, LH) ↑
3.2.Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
3.3.Hipotesis
Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan onset menarke. Indeks Massa Tubuh
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
4.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan studi cross sectional.
4.1.2. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan mulai dari Agustus hingga September 2016.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini merupakan remaja putri yang berusia 10-15 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang sedang menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.2.2. Sampel
n = besar sampel
Zα = tingkat kemaknaan (ditetapkan oleh peneliti) = 1,96
Zβ = power (ditetapkan oleh peneliti) = 0,842
r = perkiraan koefisien korelasi (dari pustaka) = 0,58 8
Berdasarkan rumus di atas, maka besar minimal sampel adalah 21 orang.
4.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Adapun beberapa kriteria inklusi dan eksklusi yang diuraikan sebagai berikut.
a. Kriteria Inklusi:
Remaja putri berusia 11-15 tahun
Merupakan siswi SMP Santo Thomas 1 Medan Mengetahui onset usia menarke
Subyek bersedia untuk berpartisipasi menjadi sampel penelitian
b. Kriteria Eksklusi:
Subyek tidak mengingat onset usia menarke Mengonsumsi steroid jangka panjang Mengikuti kemoterapi
Menderita penyakit bawaan lahir atau kelainan kromosom
tertentu
Menderita tumor benign atau malignant
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan suatu alat ukur, meliputi pengukuran Indeks Massa Tubuh dan wawancara Usia Menarke.
18
terpilih melalui random maka semua subyek yang berada dalam cluster tersebut harus diambil sebagai subjek penelitian.22
Teknik pengumpulan data untuk Indeks Massa Tubuh dengan melakukan observasi pengukuran berat badan dan tinggi badan subyek penelitian lalu menghitung hasil pengukuran ke dalam formula Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengumpulan data untuk Usia Menarke dilakukan dengan wawancara secara lisan kepada subyek penelitian.
Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian dengan menggunakan timbangan digital untuk mengukur berat badan, microtoise
staturmeter untuk mengukur tinggi badan dan kuisioner untuk wawancara onset
menarke.
Data yang digunakan merupakan data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran sampel penelitian dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dipaparkan.
4.4. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini ditetapkan variabel bebas dan variabel tergantung sebagai berikut:
Variabel Bebas : Indeks Massa Tubuh (Skala Ordinal)
Variabel Tergantung : Usia Menarke (Skala Ordinal)
4.5. Definisi Operasional
4.5.1. Indeks Massa Tubuh
Definisi
(TB) dalam meter persegi sebagai indikator atau menggambarkan adipositas tubuh seseorang.1
Cara Ukur
o Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan cara melepas alas kaki, ornamen rambut atau apapun yang mengganggu pengukuran. Lakukan pengukuran saat subyek dalam posisi berdiri tegak, bahu, bokong, dan tumit menyentuh dinding dengan pandangan lurus ke depan. Pemeriksa menarik alat ukur hingga menyentuh vertex dan melihat hasil pengukuran.
o Mengukur Berat Badan (BB) dengan cara melepas alas kaki dan pakaian yang berat, seperti jaket atau sweater. Lakukan pengukuran dengan meminta subyek berdiri tegak diatas alat ukur dengan posisi kedua kaki sejajar dan pandangan lurus ke depan.
o Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan cara BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter persegi), lalu hasil pengukuran dilihat dalam kurva berdasarkan persentil IMT
menurut umur CDC untuk anak perempuan usia 2-20 tahun.1 Alat Ukur
o Pengukuran Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan microtoise
staturmeter dengan ketepatan 0,1 cm.
o Pengukuran Berat Badan (BB) dengan menggunakan timbangan digital dengan akurasi 0,1 kg.1
Hasil Ukur
o Underweight : kurang dari persentil ke-5
o Normoweight : persentil ke-5 sampai dengan persentil ke-85 o Overweight : persentil ke-85 sampai dengan persentil ke-95 o Obesitas : lebih dari persentil ke-951
Skala Ukur
Skala ordinal.
20
Definisi
Usia menarke merupakan usia remaja putri saat onset siklus menstruasi dimulai.6
Cara Ukur
Pengukuran dilakukan secara wawancara lisan kepada subyek. Alat Ukur
Alat ukur dengan menggunakan angket. Hasil Pengukuran
o Cepat : dibawah usia 12 tahun o Normal: saat usia 12-13 tahun o Lambat: usia lebih dari 13 tahun7 Skala Ukur
Skala ordinal.
4.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
4.6.1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai atau memeriksa ulang responden.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke dalam komputer.
3. Entry
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data. 5. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
4.6.2. Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan onset menarke dalam penelitian ini akan digunakan uji Chi-square. Data diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan (α) sebesar 5% sehingga nilai p<0,05 untuk menentukan signifikansi hasil penelitian.21
4.7. Perencanaan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian mulai dari pembuatan proposal sampai dengan penyusunan hasil penelitian skripsi ini direncanakan selama 10 bulan mulai dari bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016. Tahapan dan waktu kegiatan penelitian akan diuraikan pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1 Rencana waktu dan tahapan kegiatan penelitian
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Santo Thomas 1 Medan yang terletak di Jalan Letjen S. Parman No. 109, Kota Medan.
5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada 91 orang responden yang merupakan siswi SMP Santo Thomas 1 Medan dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Gambaran karakteristik dalam penelitian ini berupa usia, berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh dan usia menarke.
5.1.2.1.Usia
Dalam penelitian ini, berdasarkan karakteristik umur diperoleh hasil bahwa responden terbanyak berada pada usia 13 tahun yaitu sebanyak 31 orang (34,1%), sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada usia 11 tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%). Karakteristik responden menurut usia dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Deskripsi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentasi (%)
11 10 11%
12 23 25,3%
13 31 34,1%
14 27 29,7%
Rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 13 tahun. Usia termuda responden berada pada usia 11 tahun, sedangkan usia tertua berada pada usia 14 tahun. Rentang usia antar responden penelitian adalah 3 tahun.
5.1.2.2.Berat Badan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata berat badan responden adalah 53,2 kg dengan nilai tengah 52,4 kg. Berat badan responden terbanyak yaitu pada berat badan 41 kg. Berat badan tertinggi adalah 93,3 kg, sedangkan berat badan terendah adalah 36,9 kg. Rentang berat badan responden adalah 56,4 kg. Deskripsi karakteristik responden berdasarkan berat badan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Deskripsi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan Frekuensi Persen (%)
30-39 5 5,5
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata tinggi badan responden adalah 154,7 cm dengan nilai tengah 155 cm. Tinggi badan responden terbanyak yaitu pada tinggi badan 155 cm. Tinggi badan tertinggi adalah 170 cm, sedangkan
24
Tabel 5.3. Deskripsi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan Tinggi Badan Frekuensi Persen (%)
130-139 1 1,1
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) pada penelitian ini dibagi berdasarkan
kategori CDC 2015 untuk usia 2-20 tahun dan jenis kelamin perempuan. Dari 91 responden yang menjadi sampel penelitian, 53,8% dari total sampel atau 49 orang termasuk dalam kategori normoweight (persentil 5 sampai dengan persentil ke-85). Terdapat 34,1% atau 31 orang tergolong kategori overweight (persentil ke-85 sampai dengan persentil ke-95) dan 12,1% atau 11 orang tergolong kategori
obesitas (lebih dari persentil ke-95). Hasil gambaran karakteristik responden
berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.4. Deskripsi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori Frekuensi Persentasi (%)
Normoweight 49 53,8%
Overweight 31 34,1%
Obesitas 11 12,1%
Total 91 100%
5.1.4.Usia Menarke
Tabel 5.5. Deskripsi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarke
Usia Menarke Frekuensi Persen (%)
9 7 7,7
5.1.5.Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Usia Menarke
Tabel 5.6. Deskripsi Frekuensi Usia Menarke Terhadap Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT Usia Menarke Jumlah p-value
Cepat Normal
Sebanyak 100 responden yang dilakukan pemeriksaan fisik dan wawancara, hanya 91 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan uji Chi-square. Uji Chi-square digunakan karena kedua variabel (Indeks Massa Tubuh dan usia menarke) merupakan data yang bersifat ordinal dan kategorik. Pengukuran ini menggunakan interval kepercayaan 95% dan batas kemaknaan p<0,05.
Hasil uji Chi-square menghasilkan nilai p value (nilai signifikansi) sebesar 0,001. Oleh karena p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh dengan usia menarke di SMP Santo Thomas 1
26
Gambar 5.1. Gambar Bloxpot Usia Menarke Terhadap Indeks Massa Tubuh
5.2. Pembahasan
5.2.1.Indeks Massa Tubuh
Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi SMP Santo Thomas 1 Medan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa kategori IMT terbanyak pada kategori
normoweight (53,8%). Dari hasil penelitian ini juga didapati bahwa distribusi IMT
responden dengan kategori obesitas sejumlah 11 orang (12,1%). Rata-rata IMT seluruh responden adalah 22,16.
Handayani et al.24 dalam penelitiannya pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan di Indonesia melaporkan bahwa sebagian besar subjek di SMP kota termasuk dalam kategori normoweight (76%) dan selebihnya dalam kategori
overweight (24%). Subjek di SMP desa sebagian besar dalam kategori
normoweight (92%), sedangkan lainnya tergolong dalam kategori overweight
(8%).
5.2.2.Usia Menarke
Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata usia menarke pada siswi SMP Santo Thomas 1 Medan adalah 11,66 tahun. Terdapat sejumlah responden dengan usia menarke paling cepat pada usia 9 tahun sebanyak 7 orang (7,7%), sedangkan usia menarke paling lambat pada usia 13 tahun sebanyak 26 orang (28,6%).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa rata-rata usia menarke di Indonesia adalah 13 tahun (20%) dengan kejadian awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun. Usia menarke di Sumatera Utara yaitu pada kelompok usia 6-8 tahun (0,1%), 9-10 tahun (0,5%), 11-12 tahun (19%), 13-14 tahun (39,1%), 15-16 tahun (20,2%), 17-18 tahun (3,4%) dan 19-20 tahun (0,4%).26
Menarke terjadi pada rata-rata umur 13 tahun, sedangkan perimenarke 11-15 tahun.13 Usia menarke pada remaja putri maju rata-rata 3-4 bulan tiap 10 tahun.27 Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa siswi SMP Santo Thomas 1 Medan cenderung memiliki usia menarke yang cepat.
5.2.3.Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Usia Menarke
Frisch dan Revelle19 mengemukakan peran peningkatan berat badan untuk onset menarke. Tingginya kadar lemak subkutan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
pada usia prapubertas (5-9 tahun) terkait dengan meningkatnya kemungkinan menarke lebih awal (<11 tahun). Usia menarke berkaitan dengan IMT karena hasil perhitungan IMT merupakan indikator jumlah lemak dalam tubuh.13
Dalam penelitiannya, Wang28 membuat suatu hipotesis bahwa jaringan lemak subkutan berperan sebagai kelenjar hormon sekunder yang mempengaruhi sintesis dan pengeluaran hormon, seperti estrogen, dan memicu terjadinya menarke. Peningkatan komposisi tubuh atau IMT memicu peningkatan kecepatan maturasi seksual.
28
sebelum transisi pubertas, diikuti dengan peningkatan follicle-stimulating
hormone (FSH), lutenizing hormone (LH) dan sex steroids.16
Matkovic et al.8 mengemukakan bahwa peningkatan kadar leptin sebanyak 1ng/mL memiliki hubungan korelasi yang kuat dengan usia menarke lebih maju 1 bulan (r=0,81).
Thankamony et al.31 melaporkan bahwa usia menarke dini memiliki hubungan dengan tingginya kadar leptin, IGF-1 (insulin-like growth factor-1) dan androgen adrenal dengan nilai signifikasi (p value) sebesar 0,01.
Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara IMT dengan usia menarke. Hasil uji Chi-square memberikan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan adanya percepatan usia menarke dengan peningkatan nilai IMT. Hasil penilitian ini sejalan dengan berbagai penelitian mengenai status gizi dan sistem neuroendokrin dengan menarke.
Penelitian yang sama dilakukan di Yogyakarta oleh Juliyatmi dan Handayani30 mengemukakan bahwa adanya hubungan status nutrisi dengan usia menarke dengan menggunakan uji Chi-square mendapatkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,002 dan prevalensi rasio sebesar 3,077 dengan Interval Kepercayaan (CI) 95% 1,675-5,650.
Wang dan Dang32 dalam penelitiannya pada remaja putri di Cina melaporkan
adanya asosiasi antara lingkar pinggul dan IMT dengan perkembangan seksual, terutama usia menarke. Remaja putri dengan lingkar pinggul dan nilai IMT yang besar semakin rentan mengalami menarke yang lebih cepat.
Hasil penelitian yang didapatkan Tehrani et al.33 melaporkan bahwa risiko menarke dini lebih tinggi pada remaja putri yang rutin mengonsumsi susu dan produk olahannya. Hubungan usia menarke dengan konsumsi susu dan produk olahannya semakin signifikan dengan menyesuaikan nilai IMT yang semakin tinggi.
Dalam hasil penelitiannya, Al-Awadhi et al.5 melaporkan bahwa adanya hubungan antara usia menarke dengan obesitas dan overweight. Usia menarke dapat menjadi indikator faktor risiko terjadinya obesitas, penyakit kardiovaskular
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Indeks Massa Tubuh (IMT) responden terbanyak berada pada kategori
normoweight (53,8%).
Terdapat 31 responden (34,1%) yang memiliki usia menarke kategori
cepat (dibawah usia 12 tahun) di SMP Santo Thomas 1 Medan.
Rata-rata usia menarke pada penelitian ini adalah 11,7 tahun sehingga siswi SMP Santo Thomas 1 Medan cenderung memiliki usia menarke yang cepat.
Hasil uji Chi-square menghasilkan p value (nilai signifikansi) sebesar
0,001. Oleh karena p<0,05, maka didapat adanya hubungan Indeks Massa Tubuh dengan usia menarke di SMP Santo Thomas 1 Medan.
6.2. Saran
Perlu dilaksanakan adanya pemeriksaan kadar hormon leptin sebagai
indikator komposisi tubuh untuk mendapatkan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia menarke yang lebih pasti.
Perlu dilaksanakan adanya penelitian lebih lanjut tentang status gizi,
aktivitas fisik, kebutuhan kalori, status sosioekonomi dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan maturitas seksual, terutama usia menarke
Perlu adanya edukasi kepada orang tua dan guru bahwa adanya hubungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan perkembangan seksual, terutama usia menarke.
Sebaiknya dilakukan monitor berat badan dan pemantauan perubahan