THE INFLUENCE OF PERSONAL CHARACTERISTICS AND ENVIRONMENTAL FACTORS ON ACCEPTANCE OF
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
(Empirical Study on Accounting Public Office in Yogyakarta and Semarang)
Disusun Oleh : KARTIKA PRIBADI
20130420204
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
THE INFLUENCE OF PERSONAL CHARACTERISTICS AND ENVIRONMENTAL FACTORS ON ACCEPTANCE OF
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
(Empirical Study on Accounting Public Office in Yogyakarta and Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : KARTIKA PRIBADI
20130420204
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nama : Kartika Pribadi
Nomor Mahasiswa : 20130420204
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “PENGARUH
KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN
TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR”
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang
lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya
tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 26 Desember 2016
pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa yang melakukan perbuatan yang jelek, ia akan menanggung dosa dan orang-orang yang menirunya dengan tidak di kurangi
dosanya sedikitpun” (HR. Imam Muslim)
“Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku
seperti samudera yang menampung sampah-sampah. Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian seseorang sehingga ia makin sanggup
memahami orang lain?” (Emha Ainun Nadjib)
“Be the best that you can be for yourself, not for the world, even if they’re watching. You are more worthy of impressing yourself than anyone else”
(Najwa Zebian)
“Having a place to go – is a home. Having someone to love – is a family. Having both – is a blessing” (Donna Hedges)
“Bahagiaku adalah bahagianya kedua orangtuaku”
(Kartika Pribadi)
1. Kedua orang tua tercinta : Bapak Parwinto dan Ibu Enung Rumanah. Terima
kasih yang begitu besar ku ucapkan untuk semua dukungan yang telah
diberikan, baik dukungan moral maupun materi. Terima kasih untuk kasih
sayang dan doa yang tidak pernah putus untukku. Terima kasih karena selalu
berusaha memberikan yang terbaik untukku. Thank you for being the best
parents for me. Mama, Papa, akhirnya Tika lulus!
2. Kakakku, Arif Pribadi. Terima kasih sudah membantu menjaga papa dan
mama selama aku di Jogja. Terima kasih untuk setiap perhatian kecil yang
tidak pernah bisa ditunjukkan secara langsung. Thank you for being the best
brother for me ya bang!
3. Adikku, Rizki Pribadi. You’re the best sister ever! Terima kasih sudah banyak
sabar menghadapi aku. Terima kasih sudah menjadi adik sekaligus kakak
buatku. Terima kasih sudah mengurus aku selama di jogja dan terima kasih
juga untuk perhatiannya. Temen berantem, temen curhat, temen ngomel,
temen jalan & jajan. Thank you for being the best sister for me ya nyong!
4. Keluarga besarku, keluarga di Bandung dan keluarga di Klaten. Terima kasih
untuk doa, dukungan dan juga perhatian yang telah diberikan untukku
5. Sahabat seperjuangan sebagai anak kost, sahabat seperjuangan sebagai anak
rantau, GADINGERS. Winday, Kyusaeng, Mami, Rere, On-on, Mitek, Azkia,
kuliah ketemunya kalian, mau tidur ketemunya kalian juga. Terima kasih
sudah menjadi bagian dari sejarah hidupku. Aku sayang kalian
6. Sahabat seperjuangan selama kuliah, SULBI. Intan, Tim, Pungki, Reni, Izza.
Sahabat dari awal semester sampai akhirnya 4 dari 6 bisa lulus bareng. Terima
kasih sudah memberikan banyak motivasi buatku. Terima kasih sudah
menerima kurang dan lebihku sebagai satu-satunya anak jawa barat diantara
kita berenam. Aku bangga dan bersyukur bisa punya sahabat seperti kalian
yang bisa saling pengertian, saling dukung, saling nyemangatin. Sukses terus
buat kita semua. Aku sayang kalian
7. Keluarga baruku, teman-teman KKN 20. Difari, Dara, Ratna, Ade, Reni, Dio,
Ilham, Candra, Muti, Farin, Izza, Ghina, Isti, Rocky. Kita berhasil bikin
kelompok KKN lain iri sama kompaknya kita ya guys. Terima kasih ya sudah
menjadi teman baru yang begitu menyenangkan. Salam ceria untuk
teman-teman KKN 20. Aku sayang kalian
8. Kedua sahabat laki-lakiku, Haerul dan Priyo. Terima kasih untuk doa,
semangat dan juga perhatiannya. Semangat terus buat kalian
9. Mahluk ter-absurd yang suka curhat, Isfan Pratama. Terima kasih sudah
menjadi teman yang menyebalkan sekaligus menyenangkan. Terima kasih bisa
jadi teman debat yang asik. Semoga cita-citamu yang selalu minta untuk
Jogja. Big love buat kalian
11.Sahabat dari SMP, Nabilla Firdaus (Dausule). Terima kasih untuk doa dan
semangat yang diberikan buatku. I still remember the time when i realized that
you really care about me. Thank you and i love you, Dausule
12.Sahabat-sahabat yang terpisah jarak Bogor-Bekasi-Jogja, Putri, Ijat, Fajar, dan
SQUTERS. Terima kasih untuk doa dan dukungannya untukku. Semangat dan
sukses buat kita semua. Aku sayang kalian
13.Teman-teman satu bimbingan (Audit Squad). Bernanda, Olan, Ela, Isti, Azkia,
terima kasih sudah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi
14.Teman-teman Akuntansi UMY 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih juga untuk semangat yang diberikan untukku. Senang bisa
judul “PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL DAN FAKTOR
LINGKUNGAN TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU
DISFUNGSIONAL AUDITOR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini peneliti mendapatkan banyak
bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Allah SWT yang tidak pernah berhenti untuk memberikan segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
2. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE. MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Akt., CA. selaku Dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan serta masukan selama proses penyelesaian skripsi sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan
4. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu
6. Kakak dan Adikku yang selalu memberi dukungan dengan caranya
masing-masing
7. Seluruh teman-teman, SULBI, Kost Kelapa Gading, teman-teman KKN
20, dan sahabat-sahabat yang lainnya. Terima kasih telah banyak
membantu penulis selama menuntut ilmu dan juga menyelesaikan skripsi
ini
8. Semua keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan semangat
dalam proses penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran,
pendapat dan kritik yang membangun demi penulisan yang lebih baik di masa
mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan
Yogyakarta, 26 Desember 2016
Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v
INTISARI ……… ix
ABSTRAK ………... x
KATA PENGANTAR ………. xi
DAFTAR ISI ………... xiii
DAFTAR TABEL ……….... xvii
DAFTAR GAMBAR ………... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xix
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1
B. Batasan Masalah ………. 7
C. Rumusan Masalah ……….. 7
D. Tujuan Penelitian ……… 8
E. Manfaat Penelitian ……….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 10
A. Landasan Teori ………... 10
1. Teori Atribusi ……… 10
6. Time Budget Pressure………... 15
B. Pengembangan Hipotesis ……… 16
C. Model Penelitian ………. 23
BAB III METODE PENELITIAN ………... 24
A. Subyek Penelitian ………24
B. Jenis Data ……….... 24
C. Teknik Pengambilan Sampel ……….. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 26
1. Variabel Dependen ………26
2. Variabel Independen ………. 26
F. Uji Kualitas Data ………. 29
1. Uji Validitas ……….. 29
2. Uji Reliabilitas ……….. 30
G. Uji Asumsi Klasik ………... 29
1. Uji Normalitas ………... 31
2. Uji Multikolinearitas ………. 31
3. Uji Heteroskedastisitas ………..31
H. Uji Hipotesis dan Analisis Data ……….. 32
5. Uji Nilai t ……….. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 35
B. Uji Kualitas Data ………. 39
1. Uji Validitas ……….. 39
2. Uji Reliabilitas ……….. 42
C. Uji Asumsi Klasik ………... 44
1. Uji Normalitas ………... 44
2. Uji Multikoliniearitas ……….... 45
3. Uji Heteroskedastisitas ………..46
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ……….. 47
1. Analisis Statistik Deskriptif ……….. 47
2. Analisis Regresi Berganda ……… 49
3. Uji Determinasi (Adjusted R2) ……….. 50
4. Uji Nilai F ………... 51
5. Uji Nilai t ……….. 52
E. Pembahasan ………. 54
Disfungsional Auditor ………... 57
4. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktuterhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor ……… 58
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ……….. 60
A. Simpulan ………. 60
B. Keterbatasan ……… 60
C. Saran ………... 61
DAFTAR PUSTAKA ………... 63
4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 35
4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………….. 36
4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ………... 37
4.5 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jabatan ……….. 37
4.6 Hasil Uji Validitas Locus of Control……….. 38
4.7 Hasil Uji Validitas Keinginan Berhenti Bekerja ……… 39
4.8 Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor ……… 40
4.9 Hasil Uji Validitas Tekanan Anggaran Waktu ……….. 40
4.10 Hasil Uji Validitas Perilaku Disfungsional Auditor ……….. 41
4.11 Hasil Uji Reliabilitas ……….. 42
4.12 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test………….. 43
4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 44
4.14 Hasil Uji Heteroskidastisitas ……….. 45
4.15 Deskripsi Statistik Data Penelitian ………. 46
4.16 Hasil Uji Regresi Berganda ……… 48
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……… 49
4.18 Hasil Uji F ……….. 50
4.19 Hasil Uji t ………... 51
Lampiran 3 Data Jawaban Responden ………. 81
Lampiran 4 Statistik Deskriptif ……… 86
Lampiran 5 Uji Kualitas Data ……….. 87
Lampiran 6 Regresi Linear Berganda ……….. 92
x ABSTRACT
The aim of this research is to examine the effect of auditor's personal characteristics and environmental factors on acceptance of dysfunctional audit behavior. Personal characteristics in this research were determined by the locus of control, turnover intention, and auditor performance. While environmental factors were determined by time budget pressures that faced by auditors. The subjects of the research is external auditors who work in public accounting firm in Yogyakarta and Semarang. The sampling technique using a convenience sampling. Data were obtained from the questionnaire (primary) were distributed to 65 respondents and as many as 55 questionnaires can be processed and tested. Analysis techniques in this research using SPSS version 22.
The results showed that the variables turnover intention and time budget pressure have a positive relationship to the auditor's acceptance of dysfunctional audit behavior, while the variables locus of control and auditor performance does not related to dysfunctional audit behavior
1 A. Latar Belakang
Banyaknya kasus skandal keuangan yang melibatkan jasa auditor telah
berhasil membuat profesi auditor menjadi sorotan selama beberapa tahun
terakhir. Profesi auditor mulai menjadi sorotan semenjak terjadinya kasus
manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron dan Worldcom pada tahun
2000 dan 2001. Kasus skandal keuangan yang terjadi pada Enron merupakan
kasus yang mencerminkan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh
seorang auditor, dimana auditor dari KAP Arthur Andersen justru memiliki
keterlibatan yang kuat dalam melakukan manipulasi laporan keuangan Enron.
Laporan keuangan Enron yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen menjadi bukti kebohongan publik yang merusak citra akuntan
publik (Dewi dan Wirasedana, 2015).
Kasus skandal keuangan juga pernah terjadi di Indonesia, salah satunya
yaitu pada PT Kimia Farma. Dalam kasus tersebut PT Kimia Farma
melakukan mark up atau penggelembungan pada daftar harga persediaannya
dan juga adanya pencatatan ganda pada penjualan. Dalam kasus tersebut,
kesalahan auditor yakni terlambat menyadari dan juga melaporkan adanya
ketidakberesan dalam laporan keuangan yang dimiliki perusahaan meskipun
auditor telah menerapkan prosedur yang ada (Nasution, 2012). Kasus-kasus
kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan beberapa kasus
skandal keuangan yang pernah terjadi, dapat dicermati bahwa suatu kantor
akuntan publik (KAP) ternyata memerlukan individu-individu yang memiliki
sikap etis dan professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
Dalam hal ini, auditor merupakan sumber daya manusia yang menjadi
faktor penting dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Sikap etis
dan professional dari seorang auditor dapat dipengaruhi oleh karakteristik
personal yang dimiliki. Menurut Hadi dan Nirwanasari (2014), karakteristik
personal auditor memberikan konsekuensi yang penting bagi keberhasilan
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya.
Setiap profesi, khususnya profesi yang memberikan jasa kepada
masyarakat tentunya memerlukan tingkat keterampilan dan juga pengetahuan
yang khusus dan diharapkan pula untuk memiliki kualitas pribadi tertentu
(Fatt, 1995; Subroto, 2001) dalam Harini dkk, (2010). Begitu pula dengan
auditor. Seorang auditor harus memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan
yang memadai dan juga harus memiliki kualitas pribadi. Kualitas pribadi
auditor akan tercermin dari perilaku profesionalnya. Wahyudin dkk, (2011)
mengatakan bahwa perilaku professional akuntan publik salah satunya
diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit
Perilaku menyimpang dalam audit atau yang biasa disebut dengan
dysfunctional audit behavior merupakan tindakan menyimpang yang
dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tindakannya
melaksanakan tugasnya. Perilaku disfungsional auditor antara lain adalah
penghentian prosedur audit secara dini (premature sign-off), mengubah atau
mengganti tahapan audit (replacing or altering of audit procedures) serta
pelaporan waktu audit yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya
(underreporting of time), (Dewi dan Wirasedana, 2015). Otley dan Pierce
(1995); Sitanggang (2007) dalam Hartati (2012) menjelaskan bahwa ketiga
perilaku tersebut merupakan beberapa perilaku yang cenderung mengarah
kepada persoalan-persoalan perilaku para akuntan atau auditor yang akan
berdampak terhadap penurunan kualitas audit sehingga cenderung
menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan dan akhirnya
mematikan profesi itu sendiri.
Perilaku seseorang pada hakikatnya berasal dari dirinya sendiri (personal)
dan faktor lingkungan (eksternal) yang mendukung seseorang untuk
mengambil keputusan mengenai apa yang akan dilakukan (Hartati, 2012).
Begitu pula dengan perilaku auditor, dimana perilaku disfungsional auditor
dapat disebabkan oleh karakteristik personal dari auditor itu sendiri dan faktor
lingkungan saat melakukan proses audit (Jansen dan Glinow, 1985; Malone
dan Roberts, 1996) dalam Kartika dan Wijayanti (2007).
Mengingat bahwa perilaku disfungsional auditor berbahaya bagi kualitas
hasil audit, maka perlu dikaji mengenai faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perilaku disfungsional auditor sehingga nantinya dapat
memberikan gambaran tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
masyarakat terhadap profesi auditor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penerimaan auditor atas perilaku disfungsional antara lain adalah karakteristik
personal auditor dan faktor lingkungan yang dihadapi oleh auditor itu sendiri.
Locus of control berkaitan dengan cara pandang seorang auditor mengenai
suatu keberhasilan dan juga terkait dengan penggolongan individu yang dibagi
menjadi dua kategori, yaitu locus of control internal dan locus of control
eksternal (Harini dkk, 2010). Locus of control internal adalah tingkat
keyakinan seseorang dimana mereka meyakini bahwa suatu hasil yang
diperoleh itu bergantung pada karakter atau perilaku orang itu sendiri (Wilopo,
2006) dalam Hartati (2012). Sedangkan locus of control eksternal adalah sikap
atau perilaku individu itu tergantung pada kondisi di luar dirinya sendiri.
Seseorang dengan locus of control eksternal mempercayai bahwa suatu
peristiwa itu dikendalikan oleh kekuatan di luar dirinya, seperti nasib dan
keberuntungan. Menurut Dewi dan Wirasedana (2015), seorang auditor
dengan locus of control eksternal lebih dapat terlibat dalam perilaku
disfungsional karena perilaku disfungsional dipandang sebagai cara atau alat
untuk meraih tujuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Harini dkk, (2010) menunjukkan bahwa
locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit
behavior. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susanti dan Subroto (2015) yang menolak hipotesis yang menyatakan
bahwa locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap dysfunctional
Keinginan untuk berhenti bekerja (turnover intention) adalah suatu kondisi
terkait dengan keinginan auditor untuk berhenti dari pekerjaannya saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Malone dan Robert (1996) dalam Irawati dkk,
(2005) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
turnover intention dengan perilaku disfungsional auditor karena tingkat
ketakutan auditor akan terdeteksinya perilaku disfungsional tersebut menjadi
berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor yang memiliki keinginan
untuk berhenti bekerja lebih memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam
perilaku disfungsional karena menurunnya tingkat ketakutan yang dihadapi
oleh auditor apabila perilaku disfungsionalnya tersebut terdeteksi.
Kinerja auditor berkaitan dengan capaian hasil kerja yang dapat diraih oleh
seorang auditor. Mulyadi (2002) dalam Hartati (2012) menyebutkan bahwa
kinerja auditor adalah auditor yang melaksanakan pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan perusahaan tersebut disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
yang berlaku umum. Perilaku disfungsional dapat terjadi ketika auditor merasa
kurang mampu untuk melaksanakan atau menyelesaikan tugasnya. Sehingga
auditor akan memilih perilaku disfungsional untuk mempertahankan
posisinya. Auditor dengan tingkat kinerja yang rendah lebih memungkinkan
untuk terlibat perilaku disfungsional karena perilaku disfungsional dilihat
sebagai suatu kebutuhan bagi auditor untuk mempertahankan posisinya di
Selain ketiga karakteristik personal di atas, faktor lingkungan juga
dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor. Faktor
lingkungan dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui tekanan anggaran
waktu yang dihadapi oleh auditor.
Sebelum melakukan proses audit, KAP terlebih dahulu harus membuat
estimasi mengenai biaya dan waktu yang dibutuhkan. Pertimbangan
tersebutlah yang akhirnya menimbulkan time pressure atau tekanan waktu
bagi auditor. Jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, maka auditor akan
cenderung untuk bekerja dengan lebih cepat. Apabila auditor bekerja dengan
adanya tekanan anggaran waktu seperti itu, maka terdapat kemungkinan
bahwa auditor akan melakukan perilaku menyimpang, khususnya terhadap
prosedur audit.
Weningtyas dkk, (2006) menyebutkan bahwa time pressure yang
diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya
audit. Semakin cepat auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya, maka biaya
pelaksanaan untuk melakukan tugas audit akan semakin kecil. Keadaan seperti
itulah yang memungkinkan auditor untuk melakukan tindakan penyimpangan
dalam melaksanakan tugas auditnya
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini
peneliti menambahkan variabel tekanan anggaran waktu (time budget
pressure) sebagai bagian dari faktor lingkungan yang ingin diteliti. Alasan
ketidakonsistenan terhadap hasil penelitian yang menguji pengaruh tekanan
anggaran waktu terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan latar belakang masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Penerimaan
auditor atas perilaku disfungsional dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
karakteristik personal auditor serta faktor lingkungan. Faktor karakteristik
personal auditor dibatasi pada locus of control, keinginan berhenti bekerja dan
kinerja auditor. Kemudian faktor lingkungan dibatasi hanya pada tekanan
anggaran waktu yang dihadapi oleh auditor dalam pelaksanaan tugasnya.
Faktor-faktor tersebut dipilih karena memiliki hubungan yang cukup besar
dengan penerimaan auditor atas perilaku disfungsional
C. Rumusan Masalah
1. Apakah locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap
penerimaan perilaku disfungsional auditor?
2. Apakah keinginan untuk berhenti bekerja berpengaruh positif terhadap
penerimaan perilaku disfungsional auditor?
3. Apakah kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku
disfungsional auditor?
4. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap penerimaan
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap penerimaan perilaku
disfungsional auditor
2. Untuk mengetahui pengaruh keinginan untuk berhenti bekerja terhadap
penerimaan perilaku disfungsional auditor
3. Untuk mengetahui pengaruh kinerja auditor terhadap penerimaan perilaku
disfungsional auditor
4. Untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap penerimaan
perilaku disfungsional auditor
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan teori-teori
yang sudah ada sebelumnya, terutama dalam bidang auditing yang
berkaitan dengan variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan
penerimaan auditor atas perilaku disfungsional. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan akan mampu memberikan manfaat secara
praktis, yaitu bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan juga para auditor
mengenai perilaku disfungsional auditor. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku disfungsional dibahas dalam penelitian ini
sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tindakan apa
10 A. Landasan Teori
1. Teori Atribusi
Robbins dan Judge (2008) dalam Rustiarini (2013) menjelaskan bahwa
teori atribusi merupakan suatu teori yang memberikan penjelasan
mengenai cara-cara penilaian perilaku seseorang yang berasal dari internal
maupun eksternal. Teori ini mengacu pada bagaimana cara seseorang
dalam menjelaskan penyebab dari perilaku orang lain atau diri sendiri
yang ditentukan apakah itu dari internal atau eksternal dan pengaruhnya
akan terlihat dalam perilaku individu itu sendiri. Selain itu, teori ini juga
bermaksud untuk mengarahkan pengembangan penjelasan atas cara kita
dalam menilai seseorang secara berlainan, dan itu tergantung dari makna
apa yang kita hubungkan (atribusikan) ke suatu perilaku tertentu (Puji
Ayu, 2010) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013). Kita membuat sebuah
atribusi ketika kita mampu mendeskripsikan perilaku seseorang dan
mencoba mencari tahu mengapa seseorang berperilaku seperti itu
2. Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku disfungsional audit merupakan tindakan yang dilakukan oleh
auditor dalam melaksanakan proses auditnya yang dapat menurunkan
(Mahardini dkk, 2014). Menurut Donelly et. al., (2003) dalam Evanauli
dan Nazaruddin (2013), perilaku yang memiliki pengaruh langsung antara
lain adalah premature sign off dan altering or replacing audit procedures.
Sedangkan perilaku yang mempengaruhi kualitas hasil audit secara tidak
langsung adalah underreporting of time.
a. Premature sign off
Premature sign off atau penghentian prosedur audit secara dini
merupakan suatu tindakan dimana seorang auditor menghentikan
prosedur audit yang dibutuhkan secara dini tanpa menggantinya
dengan langkah lain. Tindakan seperti ini tentunya dapat
berpengaruh terhadap kualitas hasil audit nantinya. Menurut
Febrina (2012), suatu proses audit sering gagal karena adanya
penghapusan prosedur audit yang penting dari prosedur audit.
Artinya adalah suatu proses audit sering gagal karena prosedur
audit yang penting, prosedur audit yang seharusnya dijalankan
justru dihapuskan atau tidak dilakukan.
b. Altering or replacing audit procedures
Altering or replacing audit procedures terkait dengan tindakan
auditor yang mengganti atau mengubah tahapan audit yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam pelaksanaan audit di lapangan
dapat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Sesuai
dengan standar pekerjaan lapangan, auditor harus melakukan
beberapa tahapan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten.
Diantaranya adalah tahap inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi hingga bukti tersebut dapat digunakan
oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan opini atas laporan
keuangan (Fatimah, 2010) dalam Susanti dan Subroto (2015).
c. Underreporting of time
Underreporting of time terjadi ketika auditor tidak melaporkan
waktu sebenarnya yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
auditnya (Harini dkk, 2010). Sedangkan menurut Lightner, 1982;
Otley dan Pierce, 1996 dalam Limawan dan Mimba (2016),
underreporting of time adalah perilaku auditor di mana auditor
melaporkan waktu audit yang lebih pendek (singkat) dari waktu
aktual yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas auditnya. Hal
tersebut dilakukan oleh auditor karena auditor ingin menyelesaikan
tugas auditnya dalam batas anggaran waktu audit agar auditor
dianggap memiliki kinerja yang baik. Tindakan underreporting of
time dapat dilakukan dengan tindakan seperti : mengerjakan
pekerjaan audit dengan menggunakan waktu pribadi (misalnya
melaksanakan tugas selain tugas audit, dan tidak melaporkan
waktu lembur yang digunakan untuk mengerjakan tugas audit.
3. Locus Of Control
Hjele dan Ziegler; Wati (2009) dalam Andani dan Mertha (2014)
mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan seseorang mengenai
penyebab atas prestasi dan juga kegagalan seseorang dalam pekerjaannya.
Locus of control terdiri dari locus of control internal dan locus of control
eksternal. Locus of control internal ditunjukkan dengan seseorang yang
memiliki pandangan bahwa baik atau buruknya peristiwa yang terjadi
diakibatkan oleh tindakan seseorang. Sedangkan locus of control eksternal
ditunjukkan dengan seseorang yang memandang bahwa baik atau
buruknya peristiwa yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku
seseorang (Lef Court; Silaban 2009) dalam Evanauli dan Nazaruddin
(2013).
Seseorang dengan locus of control internal mampu menghadapi
ancaman yang ada di lingkungannya, berusaha memecahkan masalah
dengan optimis, dan yakin akan kemampuan diri sendiri. Locus of control
internal yang dominan dalam diri seseorang membuat orang tersebut
memiliki usaha yang lebih untuk mencapai keberhasilan (Wahyudi, 2011)
dalam Andani dan Mertha (2014). Berbeda dengan locus of control
internal, seseorang dengan locus of control eksternal justru merasa dirinya
Solar dan Bruehl (1994) dalam Susanti dan Subroto (2015) menyatakan
bahwa individu dengan eksternal locus of control cenderung melakukan
tindakan manipulasi sebagai alat atau cara untuk bertahan pada organisasi
4. Keinginan Berhenti Bekerja (turnover intention)
Turnover intention (keinginan untuk berhenti bekerja) menurut
Maryati (2005) dalam Evanauli dan Nazaruddin (2013) adalah kemauan
dan dengan kesadaran untuk meninggalkan suatu organisasi. Seorang
auditor yang memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya
cendereng menjadi tidak peduli dengan apa yang dilakukannya terhadap
organisasi, walaupun hal tersebut memberikan penilaian yang buruk bagi
dirinya sendiri. Sikap tidak peduli itulah yang akhirnya mendorong auditor
untuk melakukan perilaku disfungsional dalam pekerjaannya.
Malone dan Robert (1996) dalam Irawati dkk, (2005) menyebutkan
bahwa auditor yang memiliki keinginan untuk meninggalkan perusahaan
lebih memungkinkan untuk terlibat dalam perilaku disfungsional karena
tingkat ketakutan auditor akan sanksi yang diterima apabila tindakannya
terdeteksi menjadi berkurang. Hal ini dapat diartikan bahwa auditor tidak
akan merasa takut untuk diberhentikan dari pekerjaannya apabila tindakan
menyimpang yang dilakukannya terdeteksi, karena memang auditor
5. Kinerja Auditor
Kinerja auditor merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh seorang
auditor dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Auditor
dituntut untuk memiliki tingkat kinerja yang tinggi untuk dapat
memberikan hasil audit yang berkualitas. Hanif (2013) dalam Susanti dan
Subroto (2015) menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan performa
yang telah dicapai oleh seorang auditor atas usahanya dalam melaksanakan
tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Berdasarkan job characteristic theory, seseorang akan mendapatkan
motivasi dari kepuasan diri yang didapatkan setelah melaksanakan
pekerjaannya (Evanauli dan Nazaruddin, 2013). Ketika seseorang
menyadari bahwa pekerjaannya memuaskan dan berguna, maka orang
tersebut akan menyukai apa yang dikerjakannya dan dengan begitu akan
termotivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik lagi
6. Tekanan Anggaran Waktu (time budget pressure)
Yuliana dkk, (2009) dalam Hartati (2012) menyebutkan bahwa time
budget pressure adalah suatu keadaan dimana auditor dituntut untuk
mempertimbangkan mengenai waktu dan biaya yang tersedia untuk
mengumpulkan bukti audit. Hal ini menunjukkan bahwa auditor memiliki
tekanan dalam melaksanakan proses audit yang dilakukannya. Tekanan
tugas yang dibebankan dengan waktu dan biaya yang tersedia. Kondisi
tersebut akhirnya dapat memicu auditor untuk melakukan tindakan
menyimpang agar auditor dapat menyelesaikan tugas auditnya secara tepat
waktu.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dewi dan Wirasedana (2015)
yang menyatakan bahwa tugas-tugas audit yang tidak selaras dengan
anggaran waktu dapat memberikan dampak pada perilaku yang dapat
menyebabkan turunnya kualitas audit. Selain itu Asrini dkk, (2014) juga
mengatakan bahwa seorang auditor yang berada dalam kondisi
mendapatkan tekanan waktu atas pekerjaannya dapat melakukan tindakan
penghentian prematur atas prosedur audit.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Locus of Control terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Setiap manusia memiliki locus of control atau kendali dalam dirinya
masing-masing untuk berbagai kejadian yang terjadi di dalam
kehidupannya. Menurut Hartati (2012), seseorang dengan locus of control
internal dinilai dapat lebih sukses dan memiliki jabatan yang tinggi
dibandingkan dengan seseorang dengan locus of control eksternal. Hal
tersebut dikarenakan seseorang dengan locus of control internal memiliki
kendali diri yang lebih baik dari pada seseorang dengan locus of control
memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah yang
sedang dihadapi demi tercapainya tujuan suatu organisasi (Hartati, 2012).
Berbeda dengan seseorang yang memiliki locus of control internal,
seseorang dengan locus of control eksternal kurang memiliki kendali diri
yang baik. Seseorang dengan locus of control eksternal cenderung
mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi karena faktor keberuntungan.
Selain itu, seseorang dengan locus of control eksternal juga kurang
mempercayai kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri. Hartati (2012)
menyebutkan ketika seseorang dengan locus of control eksternal merasa
bahwa kemampuannya tidak mampu mencapai apa yang menjadi tujuan
pekerjaannya, maka ia akan cenderung melakukan perilaku disfungsional
untuk mempertahankan posisinya.
Menurut Wahyudin dkk, (2011), seorang auditor dengan locus of
control eksternal lebih memungkinkan untuk terlibat dalam perilaku
disfungsional karena auditor dengan locus of control eksternal
menggunakan perilaku disfungsional sebagai alat untuk meraih tujuan
yang ingin dicapai.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum dan Murtini (2014)
menemukan bahwa locus of control eksternal tidak berpengaruh terhadap
perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa locus of control eksternal tidak berpengaruh terhadap perilaku
disfungsional auditor karena auditor internal memiliki waktu kerja yang
menekan perilaku disfungsional. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyudin dkk, (2011) menemukan bahwa locus of control eksternal
berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor. Hasil
penelitian Wahyudin dkk, (2011) menyimpulkan bahwa seseorang dengan
locus of control eksternal mempunyai keyakinan bahwa ia tidak mampu
mengendalikan hasil dengan usahanya sendiri. Oleh karena itulah,
seseorang dengan locus of control eksternal lebih menerima prilaku
disfungsional karena perilaku disfungsional dianggap sebagai jalan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada suatu kondisi dimana auditor dengan locus of control eksternal
merasa tidak mampu untuk mendapat dukungan yang membuatnya dapat
bertahan dalam organisasi, maka disitulah auditor memiliki potensi untuk
melakukan tindakan menyimpang untuk mempertahankan dirinya. Artinya
adalah semakin tinggi tingkat locus of control eksternal dari seorang
auditor, maka semakin mungkin auditor untuk menerima perilaku
disfungsional. Dengan demikian hipotesis yang dibangun adalah :
H1 : Locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaan
perilaku disfungsional auditor
2. Pengaruh Keinginan Berhenti Bekerja terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Turnover Intention adalah sikap yang dimiliki oleh seorang auditor
dalam hal ini adalah Kantor Akuntan Publik. Auditor yang memiliki
turnover intention atau keinginan untuk berpindah kerja dapat terlibat
dalam perilaku disfungsional. Hal ini disebabkan karena menurunnya
tingkat rasa takut yang dialami auditor akan terdeteksinya perilaku
menyimpang yang telah dilakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Evanauli dan Nazaruddin (2013)
menemukan bahwa dugaan pada auditor yang memiliki turnover intention
akan cenderung melakukan perilaku disfungsional, tidak diterima. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan salah satu alasan mengapa dugaan pada
auditor yang memiliki turnover intention akan cenderung melakukan
perilaku disfungsional tidak diterima adalah karena auditor memiliki
komitmen yang kuat pada kode etik akuntan publik meskipun auditor
tersebut memiliki turnover intention.
Penelitian tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Irawati dkk, (2005) yang menyatakan adanya hubungan positif antara
keinginan auditor untuk berhenti bekerja dengan perilaku disfungsional
auditor. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa keinginan auditor
untuk berhenti bekerja dapat membuat seseorang menjadi kurang peduli
dengan apa yang dilakukannya di dalam organisasi, sekalipun apa yang
dilakukannya tersebut adalah tindakan yang salah.
Dengan demikian auditor akan lebih mudah untuk terlibat dalam
perilaku menyimpang. Hal tersebut menunjukkan jika auditor memiliki
untuk menerima perilaku disfungsional. Dari uraian tersebut, hipotesis
yang dibangun adalah :
H2 : Keinginan berhenti bekerja (turnover intention) berpengaruh positif
terhadap penerimaan perilaku disfungsional auditor
3. Pengaruh Kinerja Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Kinerja auditor berhubungan dengan kepuasan yang dirasakan oleh
auditor atas pekerjannya. Auditor yang melakukan pekerjaan dibawah dari
standar yang telah ditetapkan lebih memungkinkan untuk melakukan
tindakan penyimpangan dalam melaksanakan pekerjaannya karena mereka
menganggap bahwa mereka tidak mampu melaksanakan pekerjaan mereka
dengan usaha sendiri. Sehingga auditor melihat tindakan menyimpang
sebagai suatu kebutuhan dalam situasi dimana tujuan organisasi tidak
dapat dicapai (Solar dan Bruehl, 1971) dalam Irawati dkk, (2005).
Hal tersebut didukung oleh Harini dkk, (2010) yang menyatakan
bahwa penerimaan auditor atas perilaku disfungsional akan lebih tinggi
jika auditor memiliki tingkat kinerja yang rendah. Namun sebaliknya,
auditor yang melakukan pekerjaan sesuai atau lebih dari standar yang telah
ditetapkan akan merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Sehingga lebih
kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan menyimpang.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Subroto (2015) menolak
disfungsional auditor. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
auditor yang melakukan perilaku disfungsional ketika melaksanakan
pekerjaannya adalah untuk meningkatkan penilaian kinerjanya. Hal ini
berarti bahwa semakin baik kinerja auditor itu justru disebabkan oleh
tingginya perilaku disfungsional yang dilakukan auditor.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Harini dkk, (2010) menyatakan
bahwa kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional
auditor. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa semakin tinggi
tingkat kinerja auditor, justru semakin rendah tingkat penerimaan auditor
atas perilaku disfungsional. Dari uraian tersebut, hipotesis yang dibangun
adalah :
H3 : Kinerja auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku
disfungsional auditor
4. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Auditor
Tekanan anggaran waktu yang dialami oleh auditor dalam
melaksanakan proses auditnya dapat berpengaruh pada sikap, niat, dan
juga perilaku auditor. Para auditor mungkin akan cenderung untuk
memilih berusaha keras untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
anggaran yang ditetapkan dari pada tetap bersikap profesional ketika
Pada suatu kondisi dimana auditor merasa bahwa anggaran waktu tidak
dapat dicapai, maka disitulah frekuensi auditor untuk melakukan tindakan
menyimpang menjadi tinggi. Keterbatasan waktu yang diberikan dalam
penugasan dapat menyebabkan auditor bekerja dibawah tekanan. Dengan
demikian auditor mungkin akan mengabaikan beberapa proses audit dan
hanya menyelesaikan tugas yang penting saja
Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2011) menyatakan bahwa
time pressure tidak berpengaruh terhadap penerimaan perilaku
disfungsional auditor. Penelitian tersebut berbeda dengan yang dilakukan
oleh Dewi dan Wirasedana (2015) yang menyebutkan bahwa time budget
pressure berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional
auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat time
budget pressure, maka akan semakin tinggi pula tingkat penerimaan
auditor terhadap perilaku disfungsional. Hasil penelitian tersebut
mendukung penelitian Weningtyas dkk, (2006) yang menyebutkan bahwa
time budget pressure berpengaruh signifikan terhadap penghentian
prematur atas prosedur audit. Dari uraian diatas, hipotesis yang dibangun
adalah :
H4 : Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) berpengaruh positif
C. Model Penelitian
Model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Model Penelitian
Locus of Control
Turnover Intention
Kinerja Auditor
Time Budget Pressure
Perilaku Disfungsional
24 A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta dan Semarang. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di kota Yogyakarta dan Semarang. Sedangkan sampel
pada penelitian ini diambil dari populasi penelitian yaitu auditor eksternal
yang bekerja pada KAP di kota Yogyakarta dan juga Semarang.
B. Jenis Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan jenis data
primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan secara khusus
disimpulkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari jawaban responden yang terdapat dalam
kuesioner yang berisi beberapa item pertanyaan mengenai perilaku
disfungsional auditor, locus of control, turnover intention, kinerja auditor, dan
time budget pressure
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probabilitas, yaitu
menggunakan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience
diberikan oleh anggota populasi dengan senang hati. Metode convenience
sampling digunakan dalam penelitian ini karena memberikan kebebasan bagi
peneliti untuk memilih sampel dengan cepat dari populasi. Selain itu metode
convenience sampling juga memberikan kemudahan bagi peneliti untuk
menghubungi dan mengukur sampel pada penelitian ini
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan metode survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang
dibagikan secara langsung kepada auditor yang bekerja pada KAP di
Yogyakarta. Responden akan diberikan sejumlah pertanyaan yang terdapat
pada kuisioner dan kemudian responden diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sehingga nantinya data yang diperoleh berupa jawaban
responden atas kuesioner dari keenam variabel dalam penelitian ini. Kuesioner
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan model skala pengukuran
yaitu skala likert yang memiliki rentang nilai 1 sampai 7, dimana semakin
mendekati 1 itu berarti responden sangat tidak setuju atau tidak yakin, dan
semakin mendekati 7 itu berarti responden sangat setuju atau sangat yakin.
Dengan demikian responden dapat memilih jawaban yang paling sesuai
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan perilaku
disfungsional auditor, yaitu sikap auditor menerima perilaku menyimpang
dalam melaksanakan prosedur audit
Penelitian ini hanya menginvestigasi tiga tipe utama perilaku
disfungsional yang dapat menurunkan kualitas audit, yaitu : premature
sign-off, altering or replacing audit procedures, dan underreporting of
time. Variabel ini diukur dengan 11 item pertanyaan dengan 7 skala likert
yang dikembangkan oleh Kelly (1990) yang dimodifikasi dalam Pardede
(2014), dimana semakin mendekati angka 1 berarti menunjukkan bahwa
responden semakin tidak setuju untuk menerima perilaku disfungsional
sedangkan semakin mendekati angka 7 berarti menunjukkan bahwa
responden semakin setuju untuk menerima perilaku disfungsional
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain yang diduga sebagai akibat dari variabel
a. Locus of Control
Hjele dan Ziegler; Wati (2009) dalam Andani dan Mertha
(2014) mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan
seseorang mengenai penyebab atas prestasi dan juga kegagalan
seseorang dalam pekerjaannya. Variabel ini diukur dengan 15
item pertanyaan dari Donelly et. al., (2003) dalam Pardede
(2014). Pertanyaan dalam kuesioner merupakan indikator yang
digunakan untuk menentukan apakah auditor memiliki locus of
control internal atau eksternal.
b. Turnover Intention
Turnover intention (keinginan untuk berhenti bekerja)
menurut Maryati (2005) dalam Evanauli dan Nazaruddin
(2013) adalah kemauan dan dengan kesadaran untuk
meninggalkan suatu organisasi. Variabel turnover intention
diukur dengan 3 item pertanyaan yang dikembangkan oleh
Donelly et. al., (2003) dalam Pardede (2014). Tiga item
pertanyaan dalam kuesioner digunakan untuk menilai seberapa
besar keinginan auditor untuk berpindah kerja dalam waktu
dekat (2 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang
c. Kinerja Auditor
Hanif (2013) dalam Susanti dan Subroto (2015)
menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan performa yang
telah dicapai oleh seorang auditor atas usahanya dalam
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya
sesuai dengan tanggung jawabnya. Variabel ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Donelly et.
al., (2003) dalam Pardede (2014). Terdapat 7 item pertanyaan
untuk variabel kinerja auditor. Setiap item pertanyaan
merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai seberapa
besar tingkat kinerja auditor.
d. Time Budget Pressure
Yuliana dkk, (2009) dalam Hartati (2012) menyebutkan
bahwa time budget pressure adalah suatu keadaan dimana
auditor dituntut untuk mempertimbangkan mengenai waktu dan
biaya yang tersedia untuk mengumpulkan bukti audit. Variabel
ini diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan yang
dikembangkan oleh Kelley, T., & Margheim, L. (1990) dalam
Pardede (2014). Item pertanyaan tersebut digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tekanan anggaran waktu yang
F. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui valid atau
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila
pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur dengan kuesioner tersebut (Nazaruddin dan Basuki, 2015).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Correlated Item-Total Correlation. Metode tersebut dilakukan
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total
dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over
estimasi. Ketentuan suatu item pertanyaan dikatakan valid adalah apabila
nilai Pearson Correlation lebih besar dari 0,25
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen
(kuesioner) dapat digunakan lebih dari satu kali paling tidak oleh
responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten (Nazaruddin
dan Basuki, 2015).
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menghitung nilai Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha merupakan
koefisien reliabilitas yang mengidentifikasikan seberapa bagus item-item
terkorelasi secara positif antara yang satu dengan yang lainnya. Suatu
G. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menguji apakah antara variabel
independen dan variabel dependen keduanya terdistribusi normal atau
tidak, karena model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi
normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai
Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 , maka itu berarti data berdistribusi normal
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara variabel independen dalam suatu model regresi. Suatu
model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF). Ketentuannya
adalah jika nilai VIF < 10, maka itu artinya tidak terdapat multikolinearitas
diantara variabel independen
3. Uji Heteroskidastisitas
Uji heteroskidastisitas digunakan untuk menguji apakah di dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi dikatakan baik jika
dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Ketentuannya adalah jika
nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terjadi heteroskidastisitas
H. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan
menguraikan data yang dikumpulkan tanpa adanya pembuat kesimpulan
yang umum (Sugiyono, 2013). Statistik deskriptif menunjukkan nilai
mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dipilih untuk menguji hipotesis pada
penelitian ini. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan
skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
Persamaan model regresi berganda pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
PPA : Perilaku disfungsional auditor
X : Locus of control
X : Turnover intention
X : Kinerja auditor
X : Time budget pressure
β : Koefisien korelasi
e : Error
3. Uji Determinasi (R2)
Uji R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel
independen mampu menjelaskan variabel dependen (Nazarudin dan
Basuki, 2015). Nilai Adjusted R2 yang menggambarkan besarnya nilai
koefisien determinasi harus diubah dalam bentuk persentase. Setelah itu
sisanya (100% - persentase koefisien determinasi) dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak masuk dalam model
4. Uji Nilai F
Uji nilai F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan atau bersama-sama dapat mempengaruhi
variabel dependen dalam tabel ANNOVA (Nazarudin dan Basuki, 2015).
a. Jika p-value (sig) < α (0,05), maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Jika p-value (sig) > α (0,05), maka variabel independen tidak
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
5. Uji Nilai t
Uji nilai t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung
dengan t tabel dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Adapun kriteria
untuk hipotesis diterima adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai p-value(sig) < α (0,05)
34 A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Yogyakarta dan
Semarang. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi auditor
junior, auditor senior, partner , supervisor, dan manajer.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner atau angket
penelitian yang dibagikan secara langsung kepada auditor eksternal yang
bekerja pada KAP di Yogyakarta dan Semarang. Penyebaran dan
pengembalian kuisioner dilaksanakan mulai tanggal 15 Juni 2016 hingga 15
November 2016. Peneliti mengambil sampel sebanyak 12 KAP yaitu 7 KAP
di wilayah Yogyakarta dan 5 KAP di wilayah Semarang. Tingkat
pengembalian kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : :
Tabel 4.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 65 100 %
Kuesioner yang kembali 58 89 %
Kuesioner yang tidak kembali 7 11 %
Kuesioner kembali dan diolah 55 84 %
Kuesioner yang tidak dapat diolah 3 5%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa kuesioner yang
disebar adalah sebanyak 65 buah dengan total kuisoner yang kembali
sebanyak 58 buah kuesioner atau sebanyak 89 %. Kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 7 buah atau sebanyak 11 %. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 55 kuesioner atau sebanyak 84 %. Sementara kuesioner yang tidak
dapat diolah sebanyak 3 buah atau 5 %.
Berikut ini akan disajikan data demografi responden mengenai
informasi umum yang ditentukan, informasi tersebut antara lain :
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dapat diklasifikasikan
pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 32 58%
2 Perempuan 23 42%
Total 55 100%
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 32 responden atau 58% dan responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden atau 42%. Dengan
demikian responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, maka responden dapat
diklasifikasikan pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 S1 47 85%
2 S2 8 15%
3 S3 0 0%
Total 55 100%
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini
didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S1.
Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah responden yang memiliki tingkat
pendidikan S1 sebanyak 47 responden atau sebanyak 85%, sedangkan
responden dengan tingkat pendidikan S2 hanya sebanyak 8 responden atau
sebanyak 15%, dan responden dengan tingkat pendidikan S3 sebanyak
0%.
3. Lama Bekerja
Berdasarkan waktu lamanya bekerja, maka responden dapat
Tabel 4.4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama Bekerja Jumlah Persentase
1 < 3 tahun 15 27%
2 3 s/d 5 tahun 30 55%
3 5 s/d 10 tahun 7 13%
4 > 10 tahun 3 5%
Total 55 100%
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
lama bekerja < 3 tahun sebanyak 15 responden atau 27%, 3 sampai dengan
5 tahun sebanyak 30 responden atau 55%, 5 sampai dengan 10 tahun
sebanyak 7 responden atau 13%, dan > 10 tahun sebanyak 3 responden
atau 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden pada
penelitian ini rata-rata memiliki lama bekerja 3 sampai dengan 5 tahun
4. Jabatan
Berdasarkan jabatan yang dimiliki, maka responden dapat
diklasifikasikan pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah Persentase
1 Auditor Junior 15 27%
2 Auditor Senior 30 55%
3 Manajer 7 13%
4 Partner 3 5%
Total 55 100%
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa responden dengan jabatan
auditor junior sebanyak 15 responden atau 27%, auditor senior sebanyak
30 responden atau 55%, manajer sebanyak 7 responden atau 13%, dan
partner sebanyak 3 responden atau 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa responden pada penelitian ini didominasi oleh auditor
yang menjabat sebagai auditor senior
B. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara
skor item instrumen dengan skor total. Suatu pernyataan kuisioner dapat
dikatakan valid jika memiliki nilai Pearson Correlation di atas 0,25
dengan nilai signifikansi di bawah 0,05. Hasil pengujian validitas variabel
Locus of Control disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Locus of Control Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
39
L14 0,496 0,000 Valid
L15 0,411 0,002 Valid
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa variabel locus
of control memiliki 15 butir pernyataan dengan nilai Pearson Correlation
masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai signifikansi tidak
ada yang lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
seluruh item pernyataan dapat dikatakan valid
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Keinginan Berhenti Bekerja Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
B1 0,834 0,000 Valid
B2 0,862 0,000 Valid
B3 0,945 0,000 Valid
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, variabel keinginan berhenti bekerja
memiliki 3 butir pernyataan dengan nilai Pearson Correlation
masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai signifikansi tidak ada yang
lebih dari 0,05. Dengan demikian seluruh item pernyataan variabel
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
K1 0,454 0,000 Valid
pernyataan variabel kinerja auditor valid
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Tekanan Anggaran Waktu Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
T1 0,860 0,000 Valid
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Perilaku Disfungsional Auditor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
D1 0,752 0,000 Valid
disfungsional auditor memiliki 11 butir pernyataan dengan nilai Pearson
Correlation masing-masing butir pertanyaan di atas 0,25 dan nilai
signifikansi tidak ada yang lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan dapat dikatakan valid
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan setelah suatu instrumen atau alat
ukur penelitian telah dipastikan validitasnya. Suatu angket penelitian
dinyatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil. Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini
yaitu dengan mengukur nilai Cronbach’s Alpha. Suatu pernyataan dapat
dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 dalam (Ghozali,
control, keinginan berhenti bekerja, kinerja auditor, tekanan anggaran
waktu, dan perilaku disfungsional audit :
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
Nilai
Kritis Keterangan
Locus of Control 0,822 0,60 Reliabel
Keinginan Berhenti Bekerja 0,855 0,60 Reliabel
Kinerja Auditor 0,777 0,60 Reliabel
Tekanan Anggaran Waktu 0,794 0,60 Reliabel
Perilaku Disfungsional 0,830 0,60 Reliabel
Tabel 4.11 di atas menunjukkan variabel locus of control memiliki
nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,822, variabel keinginan berhenti bekerja
sebesar 0,855, variabel kinerja auditor sebesar 0,777, variabel tekanan
anggaran waktu sebesar 0,794 dan variabel perilaku disfungsional sebesar
0,830. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pernyataan untuk
5 variabel di atas reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang
lebih dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Uji normalitas berguna untuk menguji apakah antara variabel
independen dan variabel dependen keduanya terdistribusi normal atau
tidak. Penelitian ini menggunakan metode One Sample
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dasar
pengambilan keputusan adalah apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih
dari 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas atau data
berdistribusi normal. Hasil perhitungan untuk uji normalitas adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa data