PENGARUH TEKANAN KLIEN, PENGALAMAN AUDITOR DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
RAMDANIALSYAH 204082002368
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ramdanialsyah
2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 27 Mei 1985
3. Tinggal di : Jakarta
4. Alamat : Jln. Karya No.3 Comp. Caltex. Pisangan, Ciputat, Tangerang
Selatan. Banten. 15419.
5. Telepon : 021-99779098 / 085693603366
II. PENDIDIKAN
1. SD : SDN Gunung 01 Pagi
2. SMP : SMPN 11 Jakarta
3. SMA : SMUN 7 Jakarta
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III.LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Syahril Achiar
2. Tempat & Tgl. Lahir : Medan, 27 Mei1956
3. Alamat : Jln. Karya No.3 Comp. Caltex, Pisangan, Ciputat, Tangerang
Selatan. Banten.15419.
4. Telepon : 021-74716886
5. Ibu : Tuty Syahril
6. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 16 Juni 1963
7. Alamat : Jln. Karya No.3 Comp. Caltex, Pisangan, Ciputat,
Tangerang Selatan. Banten. 15419.
8. Telepon : 021-74716886
PENGARUH TEKANAN KLIEN, PENGALAMAN AUDITOR DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Selatan)
Oleh: Ramdanialsyah
ABSTRAK
Auditor haruslah memiliki pengalaman dan keahlian atau profesional dalam melakukan pekerjaannya dan juga harus dapat menjaga independensi seorang auditor terhadap tekanan dari klien yang dapat merusak independensi seorang auditor. Apabila auditor tidak memiliki pengalaman dan keahlian atau profesioanlisme dalam mengaudit maka akan dapat mempengaruhi kualitas audit yang dibuatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tekanan klien, pengalaman auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data primer dengan cara melakukan penelitian langsung dilapangan dengan memberikan kuesioner / lembar pertanyaan kepada 60 responden. Data yang dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, dan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengalaman Auditor memiliki pengaruh signifikan paling dominan terhadap Kualitas Audit dibandingkan dengan dua variabel lainnya, dan Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. (2) Tekanan Klien tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
PRESSURE EFFECT OF CLIENT, EXPERIENCE AND
PROFESSIONALISM AUDITORS ON AUDIT QUALITY
(Empirical Study On Public Accountant in South Jakarta)
By: Ramdanialsyah
ABSTRACT
Auditors must have the experience and expertise or professional in doing his job and also need to maintain the independence of an auditor to pressure from clients that can damage the independence of an auditor. If the auditor does not have the experience and expertise in auditing or profesioanlisme it will affect the quality of audits made. This study aims to analyze the effect of client pressure, auditors' experience and professionalism of auditors on audit quality. This study uses primary data by conducting research directly in the field by providing a questionnaire / worksheet questions to 60 respondents. Data collected and analyzed using validity and reliability, the classic assumption test, and simple regression analysis. The results indicated that (1) The experience of Auditors have a significant influence on the Quality Audit dominant compared with two other variables, and Professionalism significant effect on audit quality. (2) Pressure Clients no significant effect on audit quality.
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmanirrohimSegala puja dan puji syukur yang tidak terhingga dan tidak bisa
terlukiskan walau dengan rangkaian kata-kata yang indah kepada sang pencipta
dan pemilik alam semesta yakni Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq,
hidayah serta rahmat kepada seluruh mahluk ciptaan-Nya. Atas segala kuasa dan
kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
“PENGARUH TEKANAN KLIEN, PENGALAMAN AUDITOR DAN
PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Selatan)”.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah dan tercurahkan kepada
Bapak revolusi dunia yakni baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa
risalah bagi seluruh umat Islam dan telah membawa perubahan bagi dunia.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, yang sampai detik ini masih
mengizinkan penulis untuk bernafas.
2. Kedua orang tua tercinta yang penulis sayangi, Papa dan Mama, Terima kasih
atas semua kasih sayang, pendidikan dan semua hal yang tak bisa penulis
ungkapkan dengan kata-kata. Serta Kakak dan Adik-adikku tercinta.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku DEKAN Fakultas Ekonomi dan
banyak meluangkan waktunya, memberikan saran dan pengarahan serta
membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi
6. Bapak Suhendra,MM dan Ibu Rahmawati SE, MM selaku Kordinator Teknis
dan Sekretaris Jurusan Program Non Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap Dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah bersedia menjadi tempat
penyebaran kuesioner saya dan memberikan banyak informasi.
10.Special people, Pacarku tersayang Marina Sukma Putri Y. yang selalu
memberikan inspirasi dan semangat dalam hidupku, terima kasih atas semangat
dan doa yang kamu berikan untukku.
11.Teman-teman seperjuangan penulis saat menyelesaikan skripsi ini. Alya, Tya,
mpit, dian, akiel, aya, dan anggun. “Terima kasih telah menjadi teman diskusi
dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini”.
12.Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas
bantuannya.
Segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki
sangat terbatas. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta
tanggapan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan atas
segala bantuan dan budi baik yang penulis terima selama menjalani pendidikan
mendapatkan ridha Allah SWT, Amin. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran dan saran untuk perkembangan dalam
pendidikan.
Jakarta, 16 Desember 2010
DAFTAR ISI
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Klien………...
B. Pengalaman Auditor……….………...
5. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit...
E. Kualitas Audit...
F. Penelitian Terdahulu...
G. Keterkaitan Antar Variabel...
H. Kerangka Pemikiran ...
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian...
BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...
1. Tempat dan Waktu penelitian...
2. Karateristik Profil Responden...
B. Hasil Uji Insturment Penelitian...
1. Hasil Uji Kualitas Data...
Hasil Uji Reabilitas...
2. Hasil Uji Asumsi Klasik...
a. Hasil Uji Multikolonieritas...
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas...
c. Hasil Uji Normalitas...
3. Hasil Uji Hipotesis...
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi...
b. Hasil Uji Statistik Secara Parsial (Uji t)...
c. Hasil Uji Statistik Secara Simultan (Uji F)...
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 36
3.1 Metode Skala dan Pengukurannya 45
3.2 Operasional Variabel Penelitian 52
4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner 54
4.2 Sampel Tingkat Pengembalian 55
4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis 55
4.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikkan 56
4.5 Data Responden Berdasarkan pengalaman Kerja 56
4.6 Data Responden Berdasarkan Jabatan 57
4.7 Uji Validitas variabel Tekanan Klien 58
4.8 Uji Validitas variabel Pengalaman Auditor 59
4.9 Uji Validitas variabel Profesionalisme auditor 59
4.10 Uji Validitas variabel Kualitas Audit 60
4.11 Uji Reabilitas 61
4.12 Uji Multikolonieritas 62
4.13 Uji Regresi Linear Berganda 66
4.14 Uji Koefisien Determinasi 67
4.15 Uji Statistik t 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 41
4.1 Grafik Scatterplot 63
4.2 Grafik P-Plot 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1. Kuesioner 79
2. Jawaban Responden 85
LAMPIRAN 1
KUESIONER
PENGARUH TEKANAN KLIEN, PENGALAMAN AUDITOR DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu
DISUSUN OLEH:
Ramdanialsyah
204082002368
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi.
Nama : Ramdanialsyah
NIM : 204082002368
Jurusan : Akuntansi/Audit
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan lengkap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan data
dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk membaca
dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Tidak ada jawaban benar atau salah,
yang terpenting adalah memilih jawaban sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i.
Segala informasi yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya
akan dipergunakan untuk keperluan akademis.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab
semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM
Peneliti,
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Pengisian :
1. berilah tanda silang (X) pada pilihan yang sesuai dngan pendapat anda.
2. Pilih hanya satu jawaban untuk setiap pertanyaan.
A. Identitas Responden
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada
bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi data-data berikut ini:
1. Nama Responden : ………..
(Catatan: boleh tidak diisi)
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Usia :
a. 21 Tahun s/d 25 Tahun
b. 26 Tahun s/d 30 Tahun
c. 31 Tahun s/d 40 Tahun
d. 41 Tahun s/d 50 Tahun
e. 51 Tahun ke atas
4. Pendidikan terakhir :
a. SLTA
b. Diploma
c. S1 atau lebih tinggi
B. Cara pengisian kuesioner
Pernyataan-pernyataan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat
anda tentang pengaruh Tekanan Klien, Pengalaman Auditor da Profesionalisme
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian
lima poin skala di sampingnya dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping
pertanyaan sesuai dengan jawaban atau keadaan Anda dengan cara memberi tanda
silang (X).
1. Pertanyaan tentang Variabel Independen
a. Tekanan Klien
No Pernyataan Bobot Jawaban
SS S N TS STS
1. Saya harus bertindak jujur dan agar klien tetap memperkerjakan saya.
2. Auditor harus memiliki sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi bukti audit secara kritis.
3. Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima sanksi dari klien
4. Saya harus melaporkan kesalahan klien meskipun mendapat peringatan dari klien 5. Auditor menggunakan segenap pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengaudit.
6. Audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar total pendapatan suatu kantor akuntan publik
7. Fasilitas yang saya terima dari klien tidak menjadikan saya sungkan terhadap klien. 8. Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien
b. Pengalaman Auditor
No Pernyataan Bobot Jawaban
SS S N TS STS
1. Pengalaman, pengetahuan merupakan elemen penting dalam mengaudit.
2. Mengaudit berbagai jenis perusahaan
menambah pengalaman auditor.
3. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat.
4. Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat mengembangkan karir.
5. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor, semakin besar kemampuan auditor dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada.
6. Auditor dikatakan berpengalaman bila
menjalankan tugas lebih dari tiga tahun.
7. Pengalaman membantu auditor dalam
memprediksi dan mendeteksi masalah secara professional
c. Profesionalisme Auditor
No Pernyataan Bobot Jawaban
SS S N TS STS
1. Saya mendapatkan kepuasan batin dengan berprofesi sebagai auditor.
2. Saya mengharapkan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan.
3. Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi keinginan saya dari dahulu hingga sekarang. 4. Saya bekerja semampu dan sekuat tenaga
saya, dalam mengemban pekerjaan dimana saya bekerja.
5. Karena saya sudah mengenal pekerjaan ini sehingga saya riskan meninggalkannya. 6. Profesi eksternal auditor adalah profesi yang
penting dimasyarakat.
2. Pertanyaan tentang Variabel dependen (Kualitas Audit)
No Pernyataan Bobot Jawaban
SS S N TS STS
1. Prosedur dan pelaksanaan audit telah sesuai dengan SPAP dan PSAk hingga saat ini 2. Tim auditor memiliki kompentensi teknis
profesional sesuai dengan tuntutan SPAP dan PSAK.
3. Suatu kewajiban auditor adalah
memperhitungkan setiap resiko audit yang mungkin dapat terjadi selama melakukan audit.
4. Suatu kewajiban auditor adalah
memperhitungkan setiap resiko audit yang mungkin dapat terjadi selama melakukan audit.
5. KAP selalu melakukan review secara berkala terhadap independensi dan kompentensi pada staf auditor.
6. Supervisi hasil laporan audit secara berkala mampu menjamin kualitas hasil kerja auditor. 7. Manajer dan partner perlu secara berkala
LAMPIRAN 2 : DATA MENTAH RESPONDEN
TEKANAN KLIEN
35 5 5 5 5 4 4 4 1 33
Resp. NOMOR KUESIONER Total
PROFESIONALISME AUDITOR
41 4 3 3 3 4 4 4 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Semakin kompleks perekonomian suatu masyarakat dan semakin
kompleksnya transaksi keuangan yang dilakukan masyarakat tersebut, maka
mengakibatkan perlunya suatu kompentensi yang tinggi seorang auditor dalam
melakukan audit. Pencapaian keahlian tersebut harus dinilai dengan
pendidikan formal yang diperluas dengan pengalaman-pengalaman, dan
selanjutnya diterapkan dalam proses audit.
Kematangan auditor dalam melakukan audit tidak hanya ditentukan
oleh pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan namun juga tidak kalah
pentingnya adalah pengalaman yang diperoleh selama melakukan
pemeriksaan keuangan. Pengalaman merupakan salah satu elemen penting
dalam tugas audit disamping pengetahuan yang juga harus dimiliki oleh
seorang auditor. Tentu tidak mengherankan apabila cara pandang dan cara
menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara
auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan
berbeda, demikian pula dalam memberikan kesimpulan audit terhadap objek
yang diterima. Pengalaman disini dapat dilihat dari lamanya seorang auditor
bekerja. Semakin lama seorang auditor bekerja maka pengalaman yang
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar Audit Profesional
Akuntan Publik (SPAP), akuntan dituntut dapat menjalankan setiap standar
yang ditetapkan oleh SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar
auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa
konsultasi, dan standar pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas
terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang
independen.
Dalam standar umum SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian
Auditor Independen yang terdiri atas paragrap 03-05, menyebutkan secara
jelas tentang keahlian auditor disebutkan dalam pargarf pertama sebagai
berikut “audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai seorang auditor” (SPAP, 2001).
Standar umum pertama menegaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikkan
serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Pengalaman seorang
auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai
perluasan dari pendidikkan formal yang telah diperoleh auditor. Sebagaimana
yang telah diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210 tentang pelatihan dan
keahlian independen disebutkan:
Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapatan, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seoarang yang ahli dalam bidang akntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikkan formalnya yang diperluas melalui
Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki
seorang auditor, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas
pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang
maksimal.
Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal
dan non-formal harus terus menerus ditingkatkan. Salah satu sumber
peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman
dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh
melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan,
pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan
keahlian auditor.
Dalam Ananing (2006), selain faktor pengalaman yang mempunyai
peran penting bagi peningkatan keahlian auditor, pengalaman juga
mempunyai arti penting dalam upaya pengembangan tingkah laku dan sikap
seorang auditor sebagaimana dikemukakan oleh ahli psikologis, bahwa
perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Mereka
juga mengemukakan, bahwa suatu perkembangan dapat dilukiskan sebagai
suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu tingkah laku yang lebih
tinggi. Dalam hak ini pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor
berdasarkan teori tersebut menunjukkan dampak yang positif bagi
penambahan tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang
pengalaman-pengalaman yang didapat auditor, memungkinkan berkembanganya potensi
yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari.
Kelebihan auditor berpengalaman dijelaskan oleh Hidayatullah
(2009:2) bahwa auditor berpengalaman akan memperlihatkan adanya
experiantial learning melebihi pengetahuan auditor yang berpengalaman.
Auditor sering berhadapan dengan berbagai tekanan yang mungkin
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi situasi konflik. Sebagai
contoh, bahkan pada saat auditor memahami tanggung jawab profesionalnya,
mereka mungkin memilih untuk bertindak secara tidak etik untuk memperoleh
penilaian kerja yang positif atau secara sederhana agar dipandang sebagai
team player. Auditor mungkin juga bertindak tidak etik dalam situasi adanya
tekanan karena adanya kemungkinan kegagalan. Khotma Asyriah (2009:5)
dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa auditor mendapatkan
perintah tidak tepat baik itu dari atasan ataupun dari klien cenderung akan
berperilaku menyimpang dari stándar profesional. Pengaruh tekanan atasan
pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum,
hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik, dan kredibilitas
sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan terhadap
opini audit.
Memang bukan hal yang mudah bagi seorang auditor untuk dapat
bertahan dalam menghadapi tekanan klien yang sudah menjadi risiko profesi
bagi seorang auditor. Auditor harus memikul tanggung jawab atau amanah,
menjalankan tugasnya (Pedoman Kode Etik Akuntan Indonesia, Pasal 1 ayat
2) dalam Triana (2010). Auditor tidak boleh menyalahgunakan kemampuan
dan keahlian yang dimilikinya untuk digunakan pada jalan yang tidak benar.
Wahyudi (2006), menyatakan bahwa profesionalisme juga menjadi
syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal.
Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin
terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang
semakin luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang
kompleksitas organisasi modern.
Menurut Elfarini (2007), kepercayaan yang besar dari pemakai laporan
keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah
yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit
yang dihasilkannya. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit
yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penelitian ini adalah replikasi atau pengembangan dari beberapa
penelitian, diantaranya : Triana (2010), Aini (2009), Hasibuan (2010), Elfarini
(2007), Herman (2009), Agestino (2010), Budiman (2010) dan Hidayatullah
(2009).
Penelitian yang dilakukan Triana (2010) menunjukan bahwa tekanan
klien dan tekanan peran secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap
independensi auditor dan kecerdasan spiritual bukanlah variabel moderating
Aini (2009) menunjukkan bahwa independensi, pengalaman dan etika auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasibuan (2010)
menunjukkan bahwa lingkungan kerja, independensi dan pengalaman auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Elfarini (2007)
menunjukkan bahwa Independensi mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Herman (2009) menunjukan bahwa baik secara parsial maupun
simultan pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Agestino (2010) menunjukkan
bahwa kompetensi dan profesionalisme berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit, tetapi bonus dan batasan waktu audittidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit. Budiman (2010) menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara audit judgement, independensi dan
komitmen profesionalisme auditor terhadap kualitas audit secara parsial
maupun secara simultan. Hidayatullah (2009) menunjukkan bahwa
profesionalisme berpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan, independensi
berpengaruh dalam mendeteksi, keahlian berpengaruh dalam mendeteksi
kekeliruan dan pengalaman auditor berpengaruh dalam mendeteksi kekeliruan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:
Penelitian ini menggabungkan tiga variabel independen, yaitu tekanan klien
dalam Triana (2010) dan Chirstina, pengalaman auditor dalam Hasibuan
(2010), Aini (2009) dan Herman (2009), dan profesionalisme dalam Agestino
(2010) dan Budiman (2010). Dari beberapa variabel independen ini adalah
dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Variabel dependen ini adalah juga
variabel dependen pada penelitian sebelumnya.
Dari uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kualitas audit dan sejauh mana pengaruh setiap faktor terhadap
kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Tekanan Klien dan Pengalaman Auditor dan
Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit”.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah Tekanan Klien berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas
Audit?
2. Apakah Pengalaman Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
Kualitas Audit?
3. Apakah Profesionalisme Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
Kualitas Audit?
4. Apakah Tekanan Klien, Pengalaman Auditor, dan Profesionalisme Auditor
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh tekanan klien terhadap kualitas audit.
b. Menganalisis pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit.
c. Menganalisis pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit.
d. Menganalisis secara simultan pengaruh tekanan klien, pengalaman
auditor, dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
penulis tentang bagaimana pengaruh tekanan klien dan pengalaman
auditor terhadap kualitas opini audit yang dilakukan perusahaan.
b. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai kritikan dan saran agar
c. Bagi auditor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi auditor dalam meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada
perusahaan.
d. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
bagi mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam
penelitian selanjutnya.
e. Bagi pustaka akuntansi
Selain bermanfaat bagi berbagai pihak, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaan akuntansi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Klien
Dalam penelitian Triana (2010) akuntan secara terus menerus
mengalami dilema etika yang melibatkan pilihan antara lain nilai-nilai yang
bertentangan, sehingga klien bisa saja mempengaruhi proses pemeriksaan
yang dilakukan auditor yakni dengan menekan auditor untuk mengambil
tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Apabila auditor memenuhi
tuntutan klien berarti auditor melanggar standar etika profesi, tetapi dengan
tidak memenuhi tuntutan klien auditor bisa kehilangan klien.
Menurtut Triana (2010) Tekanan klien adalah suatu hal yang sudah
menjadi risiko dari profesi akuntan publik, maka pertimbangan profesional
seorang auditor yang berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu serta
kesadaran moral memainkan peranan penting dalam setiap keputusan auditor
dalam menghadapi tekanan klien. Auditor harus memiliki kompeten untuk
menjaga perilaku demi kehormatan profesi dengan cara apapun, bahkan
dengan mengorbankan keuntungan pribadi sekalipun.
Pendapat De Angelo (1981) dalam penelitian Triana (2010) :
“large auditors will have more clients than small auditors do and their total fees will be allocated among those clients unlike smalls auditors who depend on one domicated client, theyfore, large auditors will be more
independent than small auditors”
Pendapat diatas dapat diartikan sebagai berikut :
“Bagi KAP keberadaan klien sangat penting. Selain sebagai sumber
bagi KAP kecil yang belum banyak memiliki klien dan hanya memiliki satu klien besar sebagai sumber pendapatan akan sangat mudah untuk ditekan
daripada KAP besar yang memiliki banyak klien.”
Dalam peneilitian Triana (2010:11) terdapat tiga teori yang menjelaskan
tentang tekanan klien, yaitu antara lain :
1. Teori Keagenan
Menurut Lodovicus Sensi Wondabiu (2006) auditor independen
diperlukan dalam perspektif auditing dapat dikaitkan dengan dasar teori
keagenan, yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen
(agen).
Manajemen yang memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan
kepentingan pemilik perusahaan akan menimbulkan masalah. Oleh sebab
itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai pihak penengah
untuk menangani konflik yang timbul.
2. Teori Kontrak
Teori ini menegaskan bahwa perusahaan merupakan kumpulan
kontrak-kontrak antara pihak ketiga, yaitu pemasok dan konsumen atau klien dari
faktor-faktor produksi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh keyakinan
tentang pertanggungjawaban manajemen dalam bentuk informasi
keuangan yang telah disusun sesuai standar akuntansi para stakeholder
membutuhkan pihak independen untuk mengaudit laporan keuangan
3. Engagement Risk.
Yaitu risiko yang muncul dari perikatan antara klien dengan KAP. Upaya
untuk menghambat risiko yang akan auditor hadapi dapat dilakukan pada
tahap perencanaan penugasan (audit planning) dimana dalam tahap ini
KAP melakukan manajemen resiko pada tahap keputusan untuk menerima
atau menolak klien, sehingga auditor bisa menghindari kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan di kemudian hari yang berkaitan dengan klien.
Menurut Elfarini, (2007). tekanan dari klien dapat timbul pada situasi
konflik antara auditor dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika antara
auditor dengan manajemen atau klien tidak sependapat dengan beberapa aspek
hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan (atestasi). Tekanan dari klien
seperti tekanan personal, emosional atau keuangan dapat mengakibatkan
independensi auditor berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Dengan menerima fee audit yang besar dan pemberian fasilitas dari klien,
auditor dapat mengalami tekanan dari klien.Tekanan dari klien tersebut dapat
berupa tekanan untuk memberikan pernyataan wajar tanpa pengecualian pada
laporan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen.
B. Pengalaman Auditor
Knoers dan Haditono (1999) dalam Ananing (2006) mendefinisikan
pengalaman sebagai suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan
pengalaman, pemahaman dan praktek.
Herman (2009) menyatakan bahwa pengalaman adalah keseluruhan
pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami
dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan
pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu/tahun. Sehingga
auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor
bepengalaman. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan
dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan
auditing.
Menurut Hasibuan (2010) pengalaman auditor merupakan tingkat
pengetahuan auditor yang diperoleh dari kurun waktu yang panjang dan
menambah serta memperluas pengetahuannya dalam menghadapi hal yang
materlial. Pengalaman juga dapat dipetik dari pendidikkan formal maupun
non-formal dalam menambah pengetahuan tentang akuntansi dan auditing.
Ananing (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan, dan 3).
Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat
bagi pengembangan keahlian. Ananing (2006) menjelaskan berbagai macam
pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu
terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum
berpengalaman.
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagai penelitian. Herliansyah dan Meifida (2006) menyatakan bahwa
secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman
didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang
memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih
jauh Herliansyah dan Meifida (2006), dalam risetnya menunjukkan bagaimana
pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan
keputusan.
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan
profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 dalam Herman (2009)
mengkaitkan profesional dan pengalaman dalam kinerja auditor :
“The professional qualifications required of the independend auditor
are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation”.
Menurut The Institute of Chartered Accountant in Australia (1997:28)
dalam Herman (2009):
Membership of profession means commitment to asset of value that serve
to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good
Menurut Herliansyah dan Meifida (2006) memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan
adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat
semakin baik dalam pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan
klien. Dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang
diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Pada saat yang sama, hal
ini menjadi lebih mudah untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam
kategori yang berbeda. Bertambahnya pengalaman menghasilkan struktur
kategori yang lebih tepat (akurat) dan lebih komplek. Oleh karena itu, konsep
kecurangan yang dimiliki auditor kemungkinan menjadi lebih dapat
ditegaskan dan kemampuan untuk menentukan apakah kecurangan tertentu
yang terjadi pada suatu siklus transaksi tertentu kemungkinan akan meningkat
dengan bertambahnya pengalaman. Perubahan-perubahan dalam pengetahuan
auditor berkenaan dengan kecurangan kemungkinan terjadi bersama
perubahan pengalaman.
Herliansyah dan Meifida (2006), mengungkapkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam
tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.
Hal ini dipertegas oleh Haynes dkk., (1998) dalam Herliansyah dan Meifida
(2006) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut
Menurut Ananing (2006) pengalaman kerja seseorang menunjukkan
jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan
peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan
pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam Ananing (2006) pengalaman kerja dapat memperdalam dan
memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan
pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan
seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan
peningkatan kinerja.
Seperti dikatakan Boner & Walker (1994) dalam Ananing (2006) bahwa
peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka
memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani
pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi
seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor
senior kepada auditor pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah satu
bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor,
melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para
dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor
yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan
adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman
auditor.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih
menurut Christ (1993) dalam Ananing (2006). Seseorang yang melakukan
pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan
tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka,
semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut.
Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit
pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan
keahlian dan keterampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman
kerja mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin
rendah. Ini biasanya terbukti dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan
hasil kerja yang belum maksimal.
Trotman dan Arnold Wright (1996) dalam Ananing (2006) memberikan
bukti empiris bahwa dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas
tugas dipertimbangkan. Pengalaman akan berpengaruh signifikan ketika tugas
yang dilakukan semakin kompleks. Seorang yang memiliki pengetahuan
tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas
pemeriksaan, sehingga memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan,
Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik
dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan bahwa
kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan
dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh
pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor
senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan
pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
C. Profesionalisme Auditor
Pengertian profesionalisme menurut kamus besar bahasa Indonesia (Balai
Pustaka: 2005) yang baku, yaitu kata “profesionalisme” berasal dari kata
profesi yang mempunyai arti “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikkan
keahlian tertentu”. Pengertian profesionalisme adalah mutu, kualitas dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang asli
dibidangnya atau profesional.
Arens et al (2009) mendefenisikan profesionalisme sebagai tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang
dibebaskan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan
peraturan masyarakat.
Menurut Agestino (2010) profesionalisme adalah :
“suatu atribut individual yang melakukan kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang berbekal keahlian tinggi dan berdaasarkan rasa keterpanggilan dengan semangat pengabdian untuk menjalankan tugasnya
Konsep profesionalisme moderen dalam melakukan suatu pekerjaan telah
dikemukakan oleh Hall, et, al 1968 dalam Hidayatullah (2009), bahwa
menurutnya profesionalisme berkaitan dengan dua aspek penting yaitu aspek
struktural dan aspek sikap. Aspek sturktural yang karateristiknya merupakan
bagian dari pembentukan sekolah pelatihan, pembentukan asosiasi profesional
dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan
pembentukan jiwa profesional.
Menurut Wahyudi (2006). Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan
secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi
beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut
individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu
profesi atau tidak”. Sebagai profesional, akuntan publik mengakui tanggung
jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi,
termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan
pengorbanan pribadi.
Dalam Wahyudi (2006) seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila
telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan
oleh IAI, antara lain: a). prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar
ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam
terminologi filosofi, b). peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku
etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu
keharusan, c). inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan,
seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip
kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh
kliennya.
Hidayatullah (2009) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat
utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Gambaran seseorang
yang profesional dalam profesi disimpulkan kedalam lima dimensi
profesionalisme, yaitu:
1. Pengabdian sosial.
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan
pengetahuan dalam kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan eksentrik kurang. Sikap ini
adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.
Pekerjaan didefenisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
2. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan
profesi serta manfaat yang diperoleh baik maysarakat maupun profesional
karena adanya pekerjaan tersebut.
3. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang
profeisonal harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari
ada campur tangan dari luar dianggap sebagai bahan kemandirian secara
profesional.
4. Keyakinan terhadap profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
bukan orang luas yang tidak mempunyai kompentensi dalam bidang ilmu
dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan secara profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok
kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan.
D. Auditing
1. Pengertian Auditing
Auditing menurut Agoes (2007:3) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sitematatis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Definisi audit yang sangat terkenal adalah ASOBAC (A Statement of
Basic Auditing Concepts), yaitu :
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti -bukti secara objektif mengenai asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari
beberapa bagian yaitu :
a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan.
Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat
diverivikasi dan sejumlah standar yang dapat digunakan sebagai
pegangan pengevaluasian informasi tersebut.
b. Entitas Ekonomi.
Setiap kali audit dilakukan, tanggung-jawab auditor harus jelas.
Terutama mengenai penetapan entitas ekonomi dan periode waktu
yang diaudit. Entitas ekonomi yang dimaksud sering kali merupakan
satuan legal. Periode waktu yang diaudit umumnya satu tahun, tetapi
ada pula lebih dari satu tahun, satu kuartal, beberapa tahun, dan dalam
kasus-kasus tertentu, seluruh usia entitas yang bersangkutan.
c. Pengumpulan dan Pengevaluasian Bahan Bukti.
Bahan bukti diartikan sebagai segala sesuatu yang merupakan
informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian
informasi yang sedang di audit dengan kriteria yang ditetapkan. Bahan
bukti terdiri dari bermacam bentuk yang berbeda, termasuk pernyataan
lisan dari pihak yang diaudit, komunikasi tertulis dengan pihak ketiga
dan hasil pengamatan auditor. Dalam audit, bahan bukti yang
d. Orang yang Kompeten dan Independen.
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang
dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambil.
Independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan dan itu
dapat dicapai sampai tingkat tertentu.
e. Pelaporan.
Tahap akhir dalam audit adalah penyusunan laporan audit yang
merupakan alat penyampaian temuan-temuan kepada para pemakai
laporan tersebut.
Mulyadi (2010) mendefinisikan auditing sebagai berikut:
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting
yang diuraikan berikut ini:
a. Suatu proses sistematik
Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan
terorganisasi. Auditing direncanakan dengan suatu urutan langkah
b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Proses sistematik tersebut bertujuan untuk memperoleh bukti yang
mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha,
serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap
bukti-bukti tersebut.
c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian
ekonomi disini adalah hasil proses akuntansi. Proses akuntansi ini
menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan
keuangan.
d. Menetapkan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil
pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang telah ditetapkan
Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai
pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa:
1) Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
2) Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh
manajemen
3) Prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally
2. Tujuan Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus
kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai
tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor
perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik
untuk setiap akun laporan keuangan.
Menurut Halim (2003) tujuan audit spesifik ditentukan berdasar asersi
yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eksplisit maupun
implisit. Asersi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)
2)Kelengkapan (completeness)
3)Hak dan kewajiban (right and obligation)
4)Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation)
5)Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2001), tujuan audit atas
laporan keuangan oleh auditor independen adalah :
“Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntasi yang berlaku umum di Indonesia” (SA seksi 110).
3. Jenis-jenis Audit
Menurut Boynton dkk (2006) mengungkapkan tiga jenis audit yang
auditing yang telah disampaikan diatas. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit
laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
a.Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah
laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah
kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan
dalam audit jenis berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh,
manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang
berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program pensiun, serta
pertentangan kepentingan.
c.Audit Operasional
Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan
memeperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan
efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan
4. Standar Auditing
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2001),menyatakan bahwa:
“Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.”
Menurut PSA No.1 (SA seksi 150), standar auditing adalah sebagai berikut:
a.Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b.Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan sebaik-baiknya.
2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
c.Standar Pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang di dalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara menyeluruh, atau secara asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang
menyeluruh tidak dapat diberikan.
5. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2010) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:
a. Penerimaan perikatan audit
Perikatan (engangement) adalah kesepakatan dua pihak untuk
mengadakan suatu ikatan perjanjian. Langkah awal pekerjaan audit atas
laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau
b. Perencanaan audit
Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah
perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat
ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
c. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ini juga disebut dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.
d. Pelaporan audit
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan
audit. Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan.
E. Kualitas Audit
Definisi kualitas menurut Kotler (2003) adalah sebagai berikut :
“Quality is the totally of features and characteristics of a product or
service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs”.
Kemampuan suatu organisasi menghasilkan produk barang atau jasa yang
berkualitas tinggi merupakan kunci sukses bagi keberhasilan masa datang.
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan yang
diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas yang baik. Sebaliknya jika kualitas jasa diperoleh lebih
Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan
penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelannggan secara konsisten.
Tan dan Alison (1999) dalam Budiman (2010:24) mengemukakan bahwa:
“Kualitas audit yang dihasilkan dinilai dari seberapa banyak auditor
memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Kualitas audit bisa juga dilihat dari kualitas keputusan yang diambil.”
Pendapat lain dari Budiman (2010) mengatakan bahwa investor akan lagi
cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.
AAA (American Accounting Association) financial accounting comitee 2000)
dalam Budiman (2010), menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua
hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut
berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Schoeder (1986) dalam
Budiman (2010) menyimpulkan lima faktor penting penentu kualitas audit
yaitu perhatian partner dan manajer KAP dalam audit perencanaan dan
pelaksanaan, komunikasi tim audit dan manajemen klien, independensi
anggota tim dan menjaga kemuktahiran audit.
Menurut Hasibuan (2010) kualitas audit merupakan suatu hasil kerja
auditor dalam mengevaluasi tentang kewajaran pada laporan keuangan klien
dan melaporkannya. Sedangkan menurut Aini (2009) kualitas audit
merupakan kemampuan seorang auditor dalam mengurangi faktor
ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan pihak
manajemen. Dan menurut Agestino (2010) kualitas audit sebagai
kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan
Sementara itu Barbadillo (2004) dalam Budiman (2010) mengemukakan
bahwa reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit,
namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih
jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual.
Menurut Budiman (2010) reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan
pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang
secara umum tidak dapat diamati. Lennox (2000) dalam Budiman (2010)
menjelaskan bahwa teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif
antara ukuran KAP dengan kualitas audit
Dari penjelasan diatas berarti dapat ditarik suatu benang merah bahwa
kualitas audit dapat dinilai dari kualitas hasil pekerjaan auditor dan juga
reputasi auditor. De Angelo(1981) dalam Budiman (2010) mendefenisikan
kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kliennya. Dia menujukan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibangdingkan dengan KAP yang
kecil. Menurut Deis dan Giroux (1992) dalam Budiman (2010) ada empat hal
yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu :
a. Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakuan audit
pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin
b. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan
semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang bayak akan
berusaha menjaga reputasinya.
c. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka
akan ada kecenderungan klien tersebut untuk meneken auditor agar tidak
mengikuti standar.
d. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di review oleh pihak
ketiga.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya
harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada
delapan prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
4. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dapat dipakai sebagai acuan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah :
1. Penelitian Triana (2010) yang berkesimpulan bahwa tekanan klien dan
dan kecerdasan spiritual bukanlah variable moderating bagi tekanan
klien, tetapi merupakan variable moderating bagi tekanan peran. Dan
penelitian Elfarini (2007) yang menemukan bahwa Independensi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit karena
independesi merupakan sikap diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan
tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Dan independensi seorang auditor dapat diukur melalui lama hubungan
dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor, dan jasa non
audit. Dalam hal ini peneliti menemukan keterkaitan antara sub variabel
dari independensi yaitu tekanan klien dengan kualitas audit. Oleh sebab
itu peneliti mencoba menganalisis apakah tekanan klien termasuk
faktor-faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi kualitas audit.
2. Penelitian Hasibuan (2010) menyimpulkan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dan merupakan
variabel yang paling dominan dalam uji regres. Penelitian Aini (2009)
menyimpulkan bahwa independensi, pengalaman, dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Herman
(2009), yang berkesimpulan bahwa Berdasarkan hasil uji regresi
ditemukan bahwa variabel pengalaman dan skeptisme profesional auditor
berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun simultan
terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian Ananing (2006), yang
auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor, pengalaman yang diperoleh
dari banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan, dan pengalaman yang
diperoleh auditor dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit
mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang
audit. Penelitian Yudhi Herliansyah dan Meifida Ilyas (2006), yang
berkesimpulan bahwa Pengalaman mengurangi dampak informasi tidak
relevan terhadap judgement auditor. Metode eksperimen dengan
menggunakan kontak person tidak berbeda hasilnya dengan yang
dilakukan peneliti.
3. Penelitian Agestino (2010), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara profesionalisme dengan kualitas audit. Hal ini menunjukkan
penting bagi seorang auditor untuk profesionalisme, auditor tidak berarti
apa-apa. Karena akan membuat ketidak percayaan akan hasil auditan dari
auditor, sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari
auditor. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur
tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga
kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan
keuangan auditor. Penelitian M. Arif Budiman (2010) yang menunjukkan
bahwa audit judgement, independensi dan komitmen professional auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit secara stimultan. Dan
Penelitian Hendro Wahyudi dan Aida Ainul Mardiyah (2006), yang
berkesimpulan bahwa Ada empat variabel yang secara signifikan