• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KEADILAN DISTRIBUTIF TERHADAP MOTIVASI INTRINSIK DAN KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KEADILAN DISTRIBUTIF TERHADAP MOTIVASI INTRINSIK DAN KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KEADILAN DISTRIBUTIF TERHADAP MOTIVASI INTRINSIK

DAN KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR

(THE IMPACT OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND DISTRIBUTIVE JUSTICE TOWARD INTRINSIC MOTIVATION AND

NURSERY PERFORMANCE IN RSUD KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR)

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Diajukan Oleh

RIZKY AULIA HIDAYAH SYAFRANUDDIN

20141020036

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KEADILAN DISTRIBUTIF TERHADAP MOTIVASI INTRINSIK

DAN KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR

(THE IMPACT OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND DISTRIBUTIVE JUSTICE TOWARD INTRINSIC MOTIVATION AND

NURSERY PERFORMANCE IN RSUD KUDUNGGA KABUPATEN KUTAI TIMUR)

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Diajukan Oleh

RIZKY AULIA HIDAYAH SYAFRANUDDIN

20141020036

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

Persembahan Spesial Untuk Ayahanda dan Ibunda Tercinta

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Keadilan Distributif terhadap Motivasi

Intrinsik dan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah

Kudungga Kabupaten Kutai Timur”. Serta shalawat dan salam

dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi umat Muslim hingga akhir zaman. Tesis ini adalah salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 2 (S-2) pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan tesis ini tidak akan terselesaikan. Sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(8)

vii

2. Ibu Fauziyah, SE, M.Si, selaku dosen klinik dengan segala ketulusan dan kesabaran dalam membimbing dan telah memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Susanto, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

4. Para dosen dan staf pengajar Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih atas ilmu yang diberikan selama proses belajar mengajar di MM UMY. 5. Para staf akademik Program Studi Magister Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak dr. H. Bahrani, selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta beserta jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta.

(9)

viii

8. Teman-teman MM UMY Angkatan 39, terima kasih atas bantuan, ilmu, pengalaman yang luar biasa kalian berikan selama ini. Keep in touch.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian tesis ini dan selalu memberikan motivasi kepada penulis.

Yogyakarta, Oktober 2016 Penulis,

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian...7

(11)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...10

A. Landasan Teori ...10

1. Kepemimpinan ...10

2. Teori Keadilan ...19

3. Motivasi Intrinsik ...23

4. Kinerja ...31

B. Hipotesis Penelitian ...39

1. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Intrinsik ...39

2. Pengaruh Keadilan Distributif terhadap Motivasi Intrinsik ...41

3. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja ...42

4. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja ...44

5. Pengaruh Keadilan Distributif terhadap Kinerja ...46

C. Hasil Penelitian Terdahulu ...48

D. Model Penelitian ...50

BAB III METODE PENELITIAN ...51

A. Obyek & Subyek Penelitian ...51

B. Populasi & Teknik Pengambilan Sampel ...51

C. Sumber Data ...52

D. Teknik Pengumpulan Data ...53

E. Variabel Penelitian & Definisi Operasional ...54

(12)

xi

2. Keadilan Distributif ...60

3. Motivasi Intrinsik ...63

4. Kinerja ...65

F. Metode Analisis Data ...68

1. Model Pengukuran Variabel ...68

2. Evaluasi Goodness of Fit ...70

3. Evaluasi Model Struktural (Outer Model) ...71

4. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ...75

5. Uji Hipotesis (Resampling Bootstrapping) ...76

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ...77

A. Gambaran Umum Obyek dan Subyek Penelitian ...77

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...77

a. Sejarah RSUD Kudungga Sangatta ...77

b. Visi dan Misi RSUD Kudungga Sangatta ...82

c. Tujuan, Nilai dan Motto RSUD Kudungga Sangatta ...87

d. Struktur Organisasi RSUD Kudungga Sangatta ...89

e. Fasilitas Pelayanan RSUD Kudungga Sangatta ...90

2. Gambaran Umum Subyek Penelitian ...94

a. Hasil Penyebaran Kuesioner ...94

b. Deskripsi Responden ...95

(13)

xii

C. Analisis Data dengan Smart PLS ...101

1. Uji Validitas Data ...101

a. Convergent Validity ...102

b. Discriminant Validity ...107

c. Uji Reliabilitas ...110

d. Composite Reliability & AVE ...114

2. Pengukuran Model Struktur (Inner Model) ...115

3. Uji Hipotesis ...119

4. Pembahasan ...124

BAB V SIMPULAN, SARAN & KETERBATASAN PENELITIAN ..133

A. Simpulan ...133

B. Saran ...135

C. Keterbatasan Penelitian ...136

DAFTAR PUSTAKA ...138

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...48

Tabel 3.1 Variabel Indikator Kepemimpinan Transformasional ...56

Tabel 3.2 Variabel Indikator Keadilan Distributif ...62

Tabel 3.3 Variabel Indikator Motivasi Intrinsik ...64

Tabel 3.4 Variabel Indikator Kinerja ...66

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Kuesioner ...95

Tabel 4.2 Deskripsi Karakteristik Responden ...96

Tabel 4.3 Hasil Demografi Responden (Penghasilan & Masa Kerja) ...97

Tabel 4.4 Hasil Demografi Responden (Penghasilan & Pendidikan) ...99

Tabel 4.5 Kategori Interpretasi ...100

Tabel 4.6 Kategori Jawaban Responden ...101

Tabel 4.7 Validitas Skala Kepemimpinan Transformasional ...102

Tabel 4.8 Validitas Skala Keadilan Distributif ...104

Tabel 4.9 Validitas Skala Motivasi Intrinsik ...105

Tabel 4.10 Validitas Skala Kinerja ...106

Tabel 4.11 Nilai Discriminant Validity ...108

Tabel 4.12 Koefisien Reliabilitas Cronbach Alpha ...111

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Transformasional, Keadilan Distributif, Motivasi Intrinsik dan Kinerja ...111

(15)

xiv

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal terhadap Perilaku

Kerja Pegawai ...38

Gambar 2.2 Model Penelitian ...50

Gambar 3.1 Tahapan Evaluasi Model Pengukuran Reflektif ...72

Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Kudungga Sangatta ...89

Gambar 4.2. Struktur Model Penelitian (Sebelum Didrop) ...116

Gambar 4.3. Struktur Model Penelitian (Sesudah Didrop) ...117

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ...148

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ...152

Lampiran 3 Hasil Crosstab Demografi Responden ...164

Lampiran 4 Hasil Tabulasi Responden ...166

Lampiran 5 Hasil Convergent Validity ...182

Lampiran 6 Hasil Discriminant Validity ...190

Lampiran 7 Hasil Cronbach’s Alpha ...198

Lampiran 8 Hasil Composite Reliability ...198

Lampiran 9 Hasil Goodness of Fit ...199

Lampiran 10 Hasil R-Square ...199

(18)

xvii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa pengaruh kepemimpinan transformasional dan keadilan distributif terhadap motivasi intrinsik dan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta.

Obyek dari penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta dan subyek dalam penelitian ini adalah 98 orang perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Smart PLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap motivasi intrinsik. Variabel keadilan distributif menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap motivasi intrinsik dan variabel motivasi intrinsik berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja. Variabel kepemimpinan transformasional dan keadilan distributif menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.

(19)

xviii

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine and analyze the effect of transformational leadership and distributive justice on intrinsic motivation and nurse’s performance at Kudungga Hospital’s Sangatta.

The research objects is the Kudungga Hospital’s Sangatta and the research subjects are 98 nurses of Kudungga Hospital’s Sangatta. The sampling technique in this research using all of the population in Kudungga Hospital’s Sangatta. This research were analyzed using the Smart PLS. The research results showed the variable of transformational leadership showed a significant positive influence on intrinsic motivation. The variable of distributive justice showed a significant positive influence on intrinsic motivation and intrinsic motivation’s variable showed a significant positive influence on employee’s performance. The variables of transformational leadership and distributive justice showed a significant positive on employee’s performance.

(20)

10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kepemimpinan

(21)

untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya menurut Waridin dan Bambang Guritno (2005) dalam Bryan Johannes Tampi (2014). Berikut ini adalah definisi-definisi yang memberi gambaran tentang kepemimpinan, yaitu (Danim, 2004): 1. Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh

individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Aktivitas pemimpin antara lain terjelma dalam bentuk memberi

perintah, membimbing dan mempengaruhi kelompok kerja atau orang lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

3. Aktivitas pemimpin dapat dilukiskan sebagai seni (art) dan bukan ilmu (science) untuk mengkoordinasi dan memberikan arah kepada anggota kelompok dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

(22)

5. Pimpinan selalu berada dalam situasi sosial sebab kepemimpinan pada hakikatnya adalah hubungan antara individu dengan individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lain. Individu atau kelompok tertentu disebut pimpinan dan individu atau kelompok lain disebut bawahan.

6. Pimpinan tidak memisahkan diri dari kelompoknya. Pimpinan bekerja dengan orang lain, bekerja melalui orang lain atau keduanya.

Adapun visi dari kepemimpinan yaitu agar kepemimpinan dapat berhasil dengan baik, maka seorang pemimpin harus berusaha untuk 1) bertanggung jawab atas keefektifan suatu organisasi, 2) selalu mengadakan perubahan untuk meningkatkan kualitas hasil dan 3) ada keprihatinan jika terjadi penurunan integritas (Uno, 2007).

(23)

kepemimpinan transformasional merupakan pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan, dimana bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan dan mereka dimotivasi untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan. Kepemimpinan transformasional sebagai pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan, dimana bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan dan mereka dimotivasi untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan (Satriani, Tjahjono, & Aini, 2012).

Bass, dalam Fred Luthans (2005) mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada sebuah organisasi yang menghadapi tuntutan pembaharuan dan perubahan. Dengan membantu kepemimpinan transformasional melalui kebijakan rekrutmen, seleksi, promosi, pelatihan dan pengembangan akan menghasilkan kesehatan, kebahagiaan dan kinerja efektif pada organisasi saat ini. Dalam kepemimpinan transformasional, terdapat beberapa karakter agar dalam kepemimpinan tersebut menjadi lebih efektif, yaitu sebagai berikut :

(24)

c. Mereka mempercayai orang lain d. Mereka motor atau alat penggerak nilai e. Mereka pembelajar sepanjang masa

f. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi kompleksitas, ambiguisitas dan ketidakpastian

g. Mereka visioner

Untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam organisasi maka diperlukan peran yang sangat penting dari seorang atasan atau pemimpin. Seorang pemimpin memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah organisasi sebab seorang pemimpin berperan sebagai pembuat keputusan demi kemajuan dari organisasi yang dipimpin. Menurut Yukl (1994) dalam Tjahjono (2006) mencoba menelaah persepektif tentang kepemimpinan termasuk kepemimpinan transformasional dan karismatik yaitu dalam tipe gaya kepemimpinan menjelaskan bahwa para pengikut dari pemimpin-pemimpin tertentu bersedia untuk melakukan usaha yang luar biasa dan pengorbanan pribadi untuk mencapai tujuan dan misi organisasi atau kelompok.

(25)

yang padanya seorang pemimpin mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. Stimulasi intelektual adalah sebuah proses yang padanya para pemimpin meningkatkan kesadaran terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah dari sebuah perspektif yang baru. Sedangkan perhatian yang diindividualisasi meliputi kegiatan dalam memberikan dukungan, membesarkan hati dan memberikan pengalaman-pengalaman tentang pengembangan kepada para pengikut.

Bass, dalam Fred Luthans (2005) mengidentifikasi terdapat 4 karakteristik dan pendekatan pemimpin dalam kepemimpinan transformasional, yaitu :

a. Kharisma

Memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga serta mendapatkan respect dan kepercayaan.

b. Inspirasi

(26)

c. Stimulasi intelektual

Menunjukkan intelegensi, rasional dan pemecahan masalah secara hati-hati.

d. Memperhatikan individu

Menunjukkan perhatian terhadap pribadi, memperlakukan karyawan secara individu, melatih dan menasehati.

Bass dan Avolio dalam (Ristiawan, 2014) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara seorang pemimpin transformasional dalam memotivasi karyawannya, yaitu sebagai berikut :

a. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting dari hasil usaha.

b. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok.

(27)

Selain itu, Bass dan Avolio dalam Ristiawan (2014) juga mengungkapkan empat dimensi dalam kepemimpinan transformasional, yaitu :

a. Idealized influence (pengaruh ideal)

Pemimpin dengan karakter ini adalah pemimpin yang memiliki kharisma dengan menunjukkan pendirian, menekankan kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling penting, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta memiliki visi dan sense of mission.

b. Inspirational motivation (motivasi inspirasi)

Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawahan, optimis dan memiliki antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan.

c. Intellectual simulation (stimulasi intelektual)

(28)

menggunakan pendekatan-pendekatan baru dengan menggunakan intelegensi dan alasan-alasan yang rasional. d. Individualized consideration (pertimbangan individual)

Pemimpin memperlakukan orang lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan. Pemimpin memberikan perhatian personal terhadap bawahannya. Pemimpin harus memiliki kemampuan berhubungan baik dengan bawahannya (human skill) dan berupaya untuk pengembangan karir bawahan.

(29)

2. Teori Keadilan

Teori ini dikembangkan oleh Adam (1963) dalam (Wexley & Yukl, 1992) dan teori ini merupakan variasi dari teori proses perbandingan sosial. Komponen utama dari teori ini adalah input, hasil, orang bandingan dan keadilan serta ketidakadilan. Input adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung pekerjaannya. Hasil adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya.

(30)

sebagai pembanding). Perbandingan bisa berupa orang di perusahaan yang sama, berbeda atau bisa pula diri sendiri di masa lampau.

Para peneliti keadilan telah secara konsisten mengidentifikasi tiga persepsi keadilan yaitu distributif, prosedural dan interaksional menurut Colquitt et al., (2001) dalam Intan Retno Edy (2014). Prinsip distribusi adalah ketetapan atau kaidah yang menjadi pedoman untuk membagi atau mendistribusikan sumber daya atau kesempatan. Berkaitan dengan upaya pemerataan, pada umumnya yang menjadi perhatian utama adalah distribusi yang adil. Diasumsikan bahwa terjadinya kesenjangan yang bersumber pada distribusi sumber daya yang kurang adil. Oleh karena itu, untuk mengurangi kesenjangan perlu ditetapkan prinsip-prinsip keadilan distributif. Permasalahannya, banyak prinsip keadilan distributif yang satu dengan lainnya tidak selalu selaras. Oleh karena itu, untuk menerapkan prinsip-prinsip yang dimaksud harus didasarkan pada berbagai pertimbangan menurut Faturochman, (2002) dalam Intan Retno Edy (2014).

(31)
(32)

keadilan karena keadilan merupakan pusat dari sistem kompensasi. Keadilan cenderung berhubungan positif dengan outcomes yang berkaitan dengan evaluasi personal sebagai contoh kepuasan terhadap

outcomes (berupa : pekerjaan tertentu, sistem penggajian, penilaian kinerja, dan lain-lain) (Tjahjono, 2008).

Prinsip proporsi (equity) yang diajukan oleh Adams (dalam Carrel & Dittrich, 1978 dalam Tjahjono, 2010) mengungkapkan bahwa keadilan distributif dapat dicapai ketika penerimaan dan masukan atau inputs dan outcomes sebanding dengan yang diperoleh oleh rekan kerja. Jika perbandingan atau proporsinya lebih besar atau lebih kecil, maka karyawan menilai bahwa hal tersebut tidak adil. Namun, apabila proporsi yang diterima karyawan tersebut lebih besar, ada kemungkinan bahwa hal tersebut dapat ditoleransi atau tidak dikatakan tidak adil dibandingkan jika proporsi yang diperoleh karyawan tersebut lebih kecil dari yang seharusnya. Disamping prinsip proporsi, ada beberapa prinsip lainnya dalam teori keadilan distributif, yaitu sebagai berikut :

(33)

dalam organisasi. Prinsip ini digunakan maka variasi penerimaan antar karyawan dengan lainnya relatif kecil. b. Prinsip yang mengutamakan pada kebutuhan (needs).

Prinsip ini mengutamakan pada kebutuhan sebagai bahan pertimbangan untuk distribusi. Interpretasinya menunjukkan bahwa seorang karyawan akan memperoleh bagian yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam konteks hubungan kerja. Semakin banyak kebutuhannya maka upah yang diterima akan semakin besar.

Schminke et, al, (1997) dalam (Tjahjono, 2010) menyatakan bahwa dalam penelitian mengenai keadilan distributif menunjukkan bahwa persepsi individual mengenai keadilan terhadap distribusi yang diperolehnya mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sebagai karyawan.

3. Motivasi Intrinsik

Istilah motivasi diambil dari istilah Latin yaitu movere yang berarti “pindah”. Dalam konteks saat ini, motivasi adalah proses

(34)

memandu para karyawan untuk menuju dan mencapai sasaran organisasi (Kreitner & Kinicki, 2000). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan (dalam bentuk keahlian atau keterampilan) tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1995). Isbandi Rukminto Adi (1994) dalam (Uno, 2007) mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dari dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2007).

(35)

konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku (Gibson, Ivancevich, & Donelly). Motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif (Luthans, 2005). Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi terletak pada pengertian dan hubungan antara kebutuhan, dorongan dan insentif. Dalam konteks sistem, motivasi mencakup tiga elemen yang saling berinteraksi dan bergantung, yaitu sebagai berikut:

a. Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan antara fisiologis atau psikologis.

b. Dorongan. Dorongan fisiologis dan psikologis adalah tindakan yang berorientasi dan menghasilkan daya dorong dalam meraih insentif. Hal tersebut adalah proses motivasi. c. Insentif. Insentif merupakan tahap akhir dalam motivasi

(36)

Dalam motivasi terdapat tiga hal yang penting, yaitu pertama, pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Dapat dikatakan bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi tujuan pribadipun akan ikut pula tercapai. Kedua, usaha tertentu sebagai akibat dari motivasi tersebut. Artinya, motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Apabila seseorang termotivasi, maka yang bersangkutan akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu. Ketiga, motivasi adalah kebutuhan. Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya, suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang pada gilirannya

(37)

Teori kepuasan motivasi kerja menentukan apa yang memotivasi seseorang dalam pekerjaannya. Para ahli teori kepuasan berfokus pada identifikasi kebutuhan dan dorongan pada diri seseorang dan bagaimana kebutuhan dan dorongan tersebut diprioritaskan. Teori kepuasan mengacu pada “statis” karena teori

tersebut berhubungan hanya pada satu atau beberapa hal dalam suatu waktu tertentu, baik pada masa lalu dan masa yang akan datang. Pertama, uang dalam manajemen ilmiah diibaratkan sebagai satu-satunya insentif dan insentif mencakup kondisi kerja, keamanan dan gaya pengawasan demokratis (berkaitan dengan manusia). Secara berurutan, kepuasan motivasi dianggap sebagai sebuah kebutuhan atau motivasi dengan tingkat yang lebih tinggi seperti penghargaan dan aktualisasi diri, tanggung jawab, penghargaan, prestasi dan kemajuan serta pertumbuhan dan perkembangan personal.

(38)
(39)

Dengan demikian, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator yaitu sebagai berikut :

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan. b. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan

kegiatan.

c. Adanya harapan dan cita-cita.

d. Penghargaan dan penghormatan atas diri. e. Adanya lingkungan yang baik.

f. Adanya kegiatan yang menarik.

Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan, teori ini dikenal dengan teori dua faktor (the two factors theory) atau teori motivator-higienis (Danim, 2004). Teori ini dikembangkan oleh seorang psikolog yaitu Frederick Herzberg. Herzberg melakukan penelitian untuk menemukan jawaban dari “apakah yang sesungguhnya diinginkan oleh seseorang dari pekerjaannnya?”. Hasil penelitian

(40)

karir dan pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami oleh seseorang. Sebaliknya, apabila para karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaannya maka ketidakpuasan tersebut dikaitkan dengan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik, berasal dari luar diri karyawan seperti kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan, supervisi oleh para manajer, hubungan interpersonal dan kondisi kerja (Siagian, 1995). Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang. Meskipun demikian bukanlah sesuatu yang mutlak dapat dikuantifikasi karena motivasi berhubungan dengan pelbagai komponen yang sangat kompleks (Danim, 2004).

Motivator Higienis

1. Prestasi yang dicapai 2. Pengakuan

3. Dunia kerja itu sendiri 4. Tanggung jawab 5. Kemajuan atau

peningkatan

1. Gaji

2. Kemungkinan untuk tumbuh 3. Hubungan pribadi antar-bawahan 4. Status

5. Hubungan antar pribadi dengan atasan 6. Hubungan antar pribadi dengan

kelompok

(41)

“ketidakpuasan” tetapi “tidak ada kepuasan”. Bagi Herzberg, lawan kata “ketidakpuasan” ialah “tidak ada kepuasan”. Menurut Herzberg,

faktor-faktor yang mengarah pada kepuasan kerja lain atau berbeda dari faktor-faktor yang mengarah kepada ketidakpuasan. Artinya, para manajer yang berusaha menghilangkan faktor-faktor yang mengakibatkan ketidakpuasan mungkin saja berhasil mewujudkan ketenangan kerja dalam organisasi, akan tetapi ketenangan kerja itu belum tentu bersifat motivasional bagi para pekerja. Dalam hal demikian, para manajer hanya akan menyenangkan perasaan para karyawan tetapi tidak memberikan motivasi kepada mereka. Sehingga, Herzberg menggunakan istilah “hygiene” bagi faktor -faktor yang menyenangkan para karyawan. Herzberg berpendapat bahwa apabila para manajer ingin memberi motivasi para karyawannya maka yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas, yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik (Siagian, 1995).

4. Kinerja

(42)

karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Wilcoxson (2000) dalam Intan Retno Edy (2014) menyatakan bahwa kinerja didefinisikan sebagai hubungan antara hasil kerja nyata dengan harapan yang telah ditetapkan sebelumnya atau pembandingan hasil yang dicapai oleh orang lain. Mangkunegara (2009) dalam Merry Ristiana M (2013) menyatakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance

(43)

merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang baik pula (Khaerul Umam (2010) dalam Merry Ristiana M (2013). Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari seorang karyawan yaitu faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan eksternal dan faktor internal karyawan. Faktor lingkungan eksternal dan faktor internal organisasi dapat mempengaruhi perilaku kerja karyawan yang akan berakhir pada meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

(44)

ukuran dan penilaian. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja menurut (Gibson, Ivancevich, & Donelly) adalah sebagai berikut :

a. Variabel Individu

Terdiri dari sub-variabel kemampuan, keterampilan dan latar belakang.

b. Variabel Psikologis

Terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

c. Variabel Organisasi

Terdiri dari sub-variabel sumber daya kepemimpinan, imbalan, struktur dan rancangan kerja.

(45)

untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan berdasarkan Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat adalah pemberian asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan standar praktik profesional dalam keperawatan yang terdiri dari :

a. Pengkajian

Merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang dibagi dalam dua proses yaitu pengkajian primer (primary survey) dan pengkajian sekunder (secondary survey). Pengkajian primer adalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi masalah aktual atau resiko tinggi dari kondisi yang berdampak pada kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup. Pengkajian sekunder adalah pengkajian yang menyeluruh dari kepada hingga ujung kaki (head to toe) yang bertujuan untuk mengenali masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer.

b. Diagnosa Keperawatan

(46)

c. Rencana Tindakan Keperawatan

Disusun berdasarkan diagnosa keperawtaan, komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan, keperawatan dan rencana tindakan. Selain itu juga dapat meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh perawat berdasarkan atas ilmu keperawatan.

d. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan cara mengikutsertakan keluarga pasien dan berorientasi pada 14 komponen keperawatan.

e. Evaluasi Keperawatan

(47)
(48)

Gambar 2.1

Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal terhadap Perilaku Kerja Pegawai Faktor Eksternal b. Kebijakan organisasi c. Bahan mentah d. Teknologi e. Strategi organisasi f. Sistem manajemen

(49)

B. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap

Motivasi Intrinsik

(50)

Penelitian yang dilakukan pada PT Pandawa menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan dan secara tidak langsung melalui motivasi karyawan mempengaruhi kinerja karyawan (Tucunan, Supartha, & Riana, 2014). Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional yang meliputi indikator displays empathy, dramatizes the mission, projects

self assurances, enhances the leader’s image, assures followers of

their competency, provides followers with opportunities to

(51)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

terhadap motivasi intrinsik

2. Pengaruh Keadilan Distributif terhadap Motivasi Intrinsik

(52)

Peneliti mengasumsikan bahwa seorang individu yang melakukan sebuah pekerjaan yang telah ditetapkan oleh organisasi dengan baik maka akan mendapatkan output (baik berupa upah, gaji, bonus, dan lain-lain) yang besar dan telah disesuaikan dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Dengan memberikan pendistribusian yang adil terhadap setiap karyawan maka dapat meningkatkan motivasi dari karyawan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa variabel keadilan distributif berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja (Cowandy, 2014). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Keadilan distributif berpengaruh positif terhadap motivasi

intrinsik

3. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja

(53)

psikologis meminta mengarahkan, arahan dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan. Sehingga para pemimpin perlu memahami proses psikologis ini jika mereka ingin berhasil dalam memandu para karyawan untuk menuju dan mencapai sasaran organisasi (Kreitner & Kinicki, 2000).

(54)

pengaruh positif antara motivasi terhadap kinerja karyawan (Tampi, 2014).

Selain itu, motivasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang secara parsial. Hal yang menjadikan motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja adalah karena kesadaran para pengurus untuk meningkatkan kinerja karyawan (Setiawan, 2013). Motivasi intrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Faktor intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Sebab pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor intrinsik) lebih memungkinkan seseorang untuk memiliki performa lebih tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (faktor ekstrinsik) (Rofita, 2013). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Motivasi intrinsik berpengaruh positif terhadap kinerja

4. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja

(55)

& Riana (2014). Untuk meningkatkan kinerja maka peran seorang pemimpin yang berwibawa dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan tegas dapat menjadi faktor penting dalam sebuah organisasi. Sebab dengan adanya faktor-faktor tersebut maka dapat meningkatkan kinerja setiap karyawan. Seorang pemimpin juga harus mampu menjalin hubungan yang baik antara atasan dan bawahan dan selalu memberikan kesempatan bagi para karyawannya untuk menyampaikan ide-ide yang berkaitan dengan organisasi agar cita-cita atau harapan yang diinginkan seluruh elemen organisasi akan tercapai. Dengan memberikan suasana lingkungan kerja yang kondusif dan aman akan memberikan rasa nyaman bagi para karyawan dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan baik sehingga kinerja dapat menjadi meningkat demi memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Selain itu, dengan lingkungan kerja yang kondusif, para karyawan akan bekerja secara efektif dan efisien.

(56)

lingkungan kerja yang kondusif sehingga kinerja karyawan akan semakin tinggi seiring dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan semakin baik. Dalam penelitian (Tucunan, Supartha, & Riana, 2014) membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan diterima. Hal ini membuktikan bahwa semakin kuat kepemimpinan transformasional maka kinerja karyawan akan semakin baik. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

terhadap kinerja

5. Pengaruh Keadilan Distributif terhadap Kinerja

Dalam hal keadilan cenderung berhubungan positif dengan

(57)

Dengan melakukannya penilaian kinerja, maka setiap karyawan dapat mengukur kinerja yang telah dikontribusikan kepada organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hidayah & Haryani, 2013) menyebutkan bahwa keadilan distributif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan BMT Hudatama Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuad Iwan Setiawan (2016) menunjukkan bahwa keadilan distributif tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT Kayu Lima Magelang. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Kalianda menunjukkan bahwa variabel keadilan distributif kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda tidak berhasil diterima atau ditolak (Ghozan, 2012). Selain itu, dalam penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa keadilan distributif tidak berpengaruh terhadap kinerja (Riniarti & Tjahjono, 2015). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

(58)

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1.

Intervening Variabel (Studi pada Karyawan Pegawai pada SMP IT

(59)
(60)

D. Model Penelitian

Gambar 2.2

Model Penelitian Kepemimpinan

Transformasional

Keadilan Distributif

Motivasi

Intrinsik Kinerja

H

H

H

H

(61)

51

METODE PENELITIAN

A. Obyek dan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Kabupaten Kutai Timur. Subyek penelitian adalah sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Arikunto, 2009). Sehingga, subyek penelitian adalah karyawan tenaga medis khususnya perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Kabupaten Kutai Timur.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

(62)

digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper & Emory, 1996). Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Kabupaten Kutai Timur, populasi tenaga medis khususnya perawat sebanyak 98 orang. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel atau responden yaitu tenaga medis yaitu perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Kabupaten Kutai Timur.

C. Sumber Data

(63)

kuesioner yang akan disebarkan secara langsung kepada responden sebagai data primer.

D. Teknik Pengumpulan Data

(64)

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan sebagai konstruk dalam penelitian ini adalah variabel gaya kepemimpinan transformasional, keadilan distributif, motivasi kerja dan kinerja karyawan. Berikut ini adalah definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Transformasional

(65)
(66)

Tabel 3.1

Variabel Indikator Kepemimpinan Transformasional

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator Notasi

Kepemimpinan Transformasional

Pengaruh Ideal

Pimpinan dapat

memerintah Saya untuk melakukan tugas-tugas

memerintah Saya untuk menghadapnya

KT2

Pengaruh Ideal

Pimpinan dapat membuat Saya diterima secara pribadi

KT3

Pengaruh Ideal

Pimpinan memaksakan kehendaknya kepada Saya untuk melaksanakan tugas yang menurut Saya tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Saya dilakukan oleh Pimpinan, Saya akan bekerja dengan sepenuh hati

(67)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator Notasi

Pengaruh Ideal

Kewenangan formal berupa jabatan dalam struktur organisasi, wajib dimiliki oleh Pimpinan apabila ingin menggerakkan orang-orang kontrol terhadap sumber-sumber pendapatan yang ada di rumah sakit

KT8

Pengaruh Ideal

Pimpinan mempunyai kewenangan melakukan kontrol melalui hukuman terhadap karyawan yang melakukan kesalahan atau perbuatan tercela

KT9

Pengaruh Ideal

Pimpinan tidak mempunyai kharisma yang kuat diantara karyawan di lingkungan kerja Saya

KT10

Pengaruh Ideal

Pimpinan mempunyai rasa persahabatan dan setia kawan yang kuat terhadap karyawan di lingkungan kerja Saya

KT11

Pengaruh Ideal

Saya merasakan bahwa

Pimpinan lebih

mementingkan urusan pribadi daripada pekerjaan di kantor

KT12

Motivasi Inspirasi

Pimpinan dapat membuat Saya memiliki kewajiban melakukan tugas-tugas yang diisyaratkan kepada Saya

(68)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator Notasi

Motivasi Inspirasi

Pimpinan mampu

menumbuhkan rasa tanggung jawab Saya dalam melakukan suatu tugas

KT14

Motivasi Inspirasi

Pimpinan mampu membuat Saya sadar bahwa Saya memiliki tugas-tugas yang harus Saya kerjakan

KT15

Motivasi Inspirasi

Pimpinan dapat membuat Saya merasa sebagai orang atas pengetahuannya yang memadai kepada Saya

KT17

Motivasi Inspirasi

Dalam melaksanakan tugas, Pimpinan tidak pernah membicarakan dengan karyawan lain apa yang harus diputuskan

KT18

Motivasi Inspirasi

Pimpinan Saya meminta para karyawan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan standar-standar yang ada

KT19

Stimulasi Intelektual Pimpinan mampu membuat

Saya merasa dihargai KT20

Stimulasi Intelektual

Pimpinan mampu membuat Saya merasa ia sependapat atau sepaham dengan Saya

KT21

Stimulasi Intelektual

Pimpinan dapat

memberikan nasehat-nasehat penting yang berhubungan dengan pekerjaan Saya

(69)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator Notasi

Stimulasi Intelektual

Pimpinan mampu

memberikan pengetahuan-pengetahuan teknis yang Saya perlukan dalam untuk mencari komitmen, sehingga Saya bekerja atas dasar komitmen tersebut

KT24

Stimulasi Intelektual

Pimpinan Saya bertindak tanpa memperhatikan

mempersulit posisi Saya dalam pekerjaan

KT27

Pertimbangan Individual

Pimpinan dapat membuat suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi Saya

KT28

Pertimbangan Individual

Pimpinan dapat membuat posisi Saya di tempat kerja pekerjaan, Saya tidak pernah mendapatkan arahan dari Pimpinan, apa yang seharusnya Saya lakukan

KT30

(70)

motivasi inspirasi, stimulasi intelektual dan pertimbangan individual. Instrumen kepempimnan transformasional merupakan adaptasi dari Yukl melalui empat dimensi kepemimpinan transformasional, angket yang disusun oleh Halid (2007) dalam Suci Amin (2012) dan telah dilakukan uji validitas. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan. Setiap pertanyaan disediakan lima jawaban yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2. Keadilan Distributif

Keadilan cenderung berhubungan positif dengan

(71)
(72)

Berikut ini adalah indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan keadilan distributif yang merujuk pada penelitian Colquitt (2001) dalam Tjahjono (2007), yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2

Variabel Indikator Keadilan Distributif

Variabel Penelitian Indikator Notasi

Keadilan Distributif Penilaian kinerja terhadap diri saya di dalam organisasi menggambarkan usaha yang telah saya lakukan dalam pekerjaan saya?

(Does your outcome reflect the effort you have put into your work?)

KD1

Penilaian kinerja terhadap diri saya di dalam organisasi sesuai dengan pekerjaan yang telah saya lakukan?

(Is your outcome appropriate for the work you have completed?

KD2

Penilaian kinerja terhadap diri saya di dalam organisasi menggambarkan apa yang telah saya kontribusikan kepada organisasi?

(Does your outcome reflect what you have contributed to the organization?)

KD3

Penilaian kinerja terhadap diri saya di dalam organisasi telah sesuai dengan kinerja yang saya berikan?

(Is your outcome justified given your performance?)

(73)

3. Motivasi Intrinsik

(74)

setuju. Berikut ini adalah indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3

Variabel Indikator Motivasi Intrinsik

Variabel Penelitian Indikator Notasi

Motivasi Intrinsik Saya merasakan kepuasan pribadi ketika melakukan pekerjaan dengan baik

(I feel a sense of personal satisfaction when I do this job well)

MI1

Saya berpendapat bahwa diri saya menjadi menurun ketika melakukan pekerjaan secara buruk

(My opinion of myself goes down when I do this job badly)

MI2

Saya merasa bangga ketika dapat melakukan pekerjaan sebaik yang saya bisa lakukan

(I take pride in doing my job as well as I can)

MI3 Saya merasa tidak bahagia ketika pekerjaan

saya tidak sesuai dengan standar

(I feel unhappy when my work is not up to my usual standard)

MI4

Saya suka mengingat kembali pada pekerjaan yang telah saya selesaikan dengan baik

(I like to look back on the day’s work with a

sense of a job well done)

MI5

Saya mencoba untuk memikirkan cara-cara yang efektif untuk diterapkan di dalam pekerjaan saya

(I try to think of ways of doing my job effectively)

(75)

4. Kinerja

(76)

Tabel 3.4

Variabel Indikator Kinerja

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

Notasi

Kinerja

Pengkajian Saya memperkenalkan diri saat bertemu

dengan pasien KK1

Pengkajian

Saya menanyakan keluhan utama pasien, faktor penyebab dan keluhan awal penyakit

KK2

Pengkajian

Saya menanyakan riwayat penyakit sebelumnya yang pernah diderita oleh pasien

KK3

Pengkajian

Saya menanyakan tentang keluarga dan hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh pasien

KK4

Pengkajian

Saya menanyakan pola makanan dan minuman serta masalah-masalahnya kepada pasien

KK5

Pengkajian

Saya menanyakan kebiasaan, frekuensi dan keluhan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) kepada pasien

KK6

Pengkajian

Saya menanyakan pola istirahat atau pola tidur dan masalah yang dialami oleh pasien

KK7

Pengkajian Saya menanyakaan kebiasaan beribadah

kepada pasien KK8

Pengkajian

Saya melakukan pengukuran tekanan darah, suhu denyut nadi dan respirasi secara rutin kepada pasien

KK9

Pengkajian

Saya memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan keluhan dan perasaan dengan penuh perhatian kepada pasien

KK10

Pengkajian Saya memberikan kesempatan pasien

untuk bertanya KK11

(77)

Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

Notasi

keperawatan yang dihadapi oleh pasien Diagnosis Saya mendiskusikan masalah keperawatan

kepada pasien KK13

Perencanaan

Saya menyampaikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh pasien

KK14

Perencanaan

Saya melibatkan pasien atau keluarga pasien dalam merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah

KK15

Perencanaan Saya senantiasa menyampaikan rujukan

keperawatan yang ingin dicapai KK16

Pelaksanaan

Saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, saya menyampaikan kepada pasien tentang tujuan, prosedur dan efek yang dapat terjadi pada pasien

KK17

Pelaksanaan

Saat melaksanakan tindakan, saya menanyakan respon pasien terhadap tindakan tersebut

KK18

Pelaksanaan

Saat melaksanakan tindakan, bila ada alat yang masih kurang atau ketinggalan, saya meminta perawat lain yang mengambil dengan tidak meninggalkan pasien

KK19

Pelaksanaan

Saya meminta pasien untuk terlibat atau bekerja sama dalam pemberian tindakan keperawatan tersebut

KK20

Evaluasi Saya menanyakan perasaan pasien setiap

selesai melakukan tindakan keperawatan KK21 Evaluasi Saya menanyakan secara rutin kemajuan

(78)

F. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode alternatif dari Structural Equation Modeling (SEM) yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Terdapat dua pendekatan dalam Structural Equation Modeling (SEM), yaitu SEM berbasis covariance (covariance based SEM, CB-SEM) dengan pendekatan variance (VB-SEM) dengan teknik

Partial Least Square Path Modeling (PLS-SEM). Saat ini, PLS merupakan jenis analisis SEM yang berbasis komponen dengan sifat konstruk formatif (Haryono, 2016).

1. Model Pengukuran Variabel

(79)

Sehingga, digunakan beberapa cara pengukuran, yaitu sebagai berikut :

a. Convergent Validity

Mengukur besarnya korelasi antara konstrak dengan variabel laten. Dalam evaluasi convergent validity dari pemeriksaan individual item reliability, dapat dilihat dari

standardized loading factor. Korelasi dapat dikatakan valid apabila memiliki nilai > 0,70 (Ghozali & Latan, 2015).

b. Discriminant Validity

(80)

c. Composite Reliability

Untuk menentukan composite reliability, apabila nilai

composite reliability > 0,70 dapat dikatakan bahwa konstrak memililki reliabilitas yang tinggi atau reliable dan > 0,70 dikatakan cukup reliable (Ghozali & Latan, 2015).

d. Cronbach Alpha

Dalam PLS, uji reliabilitas diperkuat dengan adanya

cronbach alpha dimana konsistensi setiap jawaban diujikan.

Cronbach alpha dikatakan baik apabila α ≥ 0,5 dan dikatakan

cukup apabila α ≥ 0,3 menurut Ghozali (2011 dalam Andi

Ismoro, 2015).

2. Evaluasi Goodness of Fit

(81)

GoF index dihitung dari akar kuadrat nilai average communality index dan average R-Squares yaitu sebagai berikut (Ghozali & Latan, 2015) :

3. Evaluasi Model Struktural (Outer Model)

Dalam PLS-SEM, evaluasi model struktural (outer model) terdiri dari dua model, yaitu sebagai berikut :

a. Evaluasi Model Pengukuran Reflektif

(82)

Gambar 3.1

Tahapan Evaluasi Model Pengukuran Reflektif

Ketiga pengukuran pertama dikategorikan ke dalam

convergent validity.Convergent validity digunakan untuk mengukur besarnya korelasi antar konstruk dengan variabel laten. Dalam evaluasi convergent validity dari pemeriksaan

individual item reliability, dapat dilihat dai nilai standardized loading factor. Standardized loading factor menggambarkan besarnya korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan konstruknya. Nilai loading factor > 0.7 dapat dikatakan ideal sebab indikator tersebut dikatakan valid dalam mengukur konstruknya. Dalam penelitian empiris, nilai loading factor > 0.5 masih dapat diterima. Dengan demikian, nilai loading factor

Evaluasi Model Pengukuran

Convergent Validity (Tahap

1-Individual

Item Cross Loading

Average Variance Extracted

Discriminant Validity (Tahap 4)

Internal Consistency/Const

(83)

< 0.5 harus dikeluarkan dari model. Nilai kuadrat dari nilai

loading factor disebut communalities. Nilai ini menunjukkan persentasi konstruk mampu menerangkan variasi yang ada di dalam indikator.

Tahap selanjutnya adalah dengan melihat internal consistency reliability dari nilai cronbach’s alpha dan

composite reliability (CR). Composite reliability (CR) lebih baik dalam mengukur internal consistency dibandingkan dengan cronbach’s alpha dalam SEM, karena CR tidak mengasumsikan

kesamaan boot dari setiap indikator. Cronbach’s alpha cenderung menaksir lebih rendah construct reliability

dibandingkan dengan composite reliability (CR). Interpretasi

(84)

dapat dikandung oleh konstruk laten, maka semakin besar pula representasi variabel manifest terhadap konstruk latennya. Fornell dan Larcker (1981) dalam Ghozali (2014) dan Yamin dan Kurniawan (2011) merekomendasikan penggunakan AVE untuk suatu kriteria dalam menilai convergent validity. Nilai AVE minimal 0.5 menunjukkan ukuran convergent validity

yang baik. Artinya bahwa variabel laten dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah varian dari indikator-indikatornya. Nilai AVE diperoleh dari penjumlahan kuadrat loading factor dibagi dengan error.

(85)

adalah membandingkan korelasi indikator dengan konstruknya dan konstruk dari blok lainnya. Apabila korelasi antara indikator dengan konstruknya lebih tinggi dari korelasi dengan konstruk blok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk tersebut memorediksi ukuran pada blok mereka dengan lebih baik dari blok lainnya. Ukuran discriminant validity lainnya adalah bahwa nilai akar AVE harus lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya atau nilai AVE lebih tinggi dari kuadrat korelasi antara konstruk.

4. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Evaluasi model struktural atau inner model bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner model

dievaluasi dengan melihat besarnya presentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Squares untuk konstruk laten endogen (Ghozali & Latan, 2015). Dalam menilai model

(86)

tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substansif. Nilai R-Squares 0.75, 0.50 dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah.Hasil dari PLS R-Squares merepresentasi jumlah

variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model (Ghozali & Latan, 2015).

5. Uji Hipotesis (Resampling Bootstraping)

Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian, maka rencana hipotesis yang dapat dibuat merupakan uji hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga tingkat presisi atau batas ketidakakuratan sebesar (α) = 5% = 0.05 dan

menghasilkan nilai t-tabel sebesar 1.96. Sehingga :

a. Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (t-statistik < 1.96) maka H0 diterima dan Ha ditolak.

(87)

77

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Subyek

Penelitian

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

a. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga

Sangatta

(88)

Tipe C Sangatta Kabupaten Kutai Timur yang kemudian dikukuhkan oleh SK Menteri Kesehatan No 407/MENKES/SK/III/2004 tanggal 25 Maret 2004 menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta. Pendirian RSUD Sangatta ini merupakan wujud komitmen nyata dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat.

Pada tanggal 17 Maret 2015 Bupati Kutai Timur Bapak H. Isran Noor menetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga, sesuai dengan SK Bupati Kutai Timur No 445/K.92/2015. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, menteri kesehatan menetapkan RSUD Kudungga menjadi rumah sakit tipe B berdasarkan SK No : HK.02.03/I/0552/2015.

(89)

Jln. Cut Nyak Dien No 1 Sangatta, dimana waktu itu gedung bangunan secara fisik belum memadai. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah bekerja sama dengan pihak perusahaan tambang batu bara dalam hal ini PT Kaltim Prima Coal mulai melaksanakan pembangunan gedung pelayanan baru dari tahun 2007 yang akan merubah wajah RSUD Sangatta memberikan pelayanan yang baik dan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan. Sejak tanggal 4 Oktober 2010, RSUD Sangatta telah menempati gedung baru.

(90)

yang berlaku sejak tanggal 11 Juni 2015 hingga 10 Juni 2018. Sertifikat ini diberikan sebagai pengakuan bahwa RSUD Kudungga telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang telah ditentukan.

(91)

Kudungga Sangatta dan Lembaga Teknis Kabupaten Kutai Timur dengan rincian sebagai berikut, yaitu :

1) Kepala, dengan sebutan Direktur 2) Kabag. Tata Usaha membawahi :

a) Sub Bagian Umum, SDM dan Perlengkapan b) Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi

c) Sub Bagian Perencanaan, Program dan Evaluasi

3) Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan membawahi :

a) Sub Bidang Pelayanan Medik b) Sub Bidang Keperawatan

c) Sub Bidang Informasi Kesehatan 4) Bidang Penunjang membawahi :

(92)

5) Bidang Pengembangan dan Baku Mutu membawahi : a) Sub Bidang Diklat dan Pengembangan

Pelayanan

b) Sub Bidang Baku Mutu

c) Sub Bidang Hukum dan Humas 6) Kelompok Jabatan Fungsional

a) Komite Medik

b) Staf Komite Fungsional c) KFT (Komite Farmasi Terapi) d) Komite Keperawatan

b. Visi & Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga

Sangatta

(93)

adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan. Dalam rencana strategik disusun suatu misi, visi, tujuan sasaran, kebijakan, program dan sasaran yang disesuaikan dengan tupoksi RSUD Kudungga Sangatta dengan mempertimbangkan kemampuan unit pelaksana.

1) Visi RSUD Kudungga Sangatta

Visi dari Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta adalah “menjadi rumah sakit pilihan utama

dalam pemeliharaan kesehatan di Kutai Timur dan

terbaik di Kalimantan Timur”.

(94)

spesialis yang lebih lengkap), sarana dan prasarana serta pelayanan yang prima.

b) Maksud pemeliharaan kesehatan adalah upaya pemeliharaan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

c) Maksud terbaik di Kalimantan Timur adalah menjadi Rumah Sakit tipe C terbaik di Kalimantan Timur.

2) Misi RSUD Kudungga Sangatta

a) Memberikan pelayanan kesehatan secara

paripurna, bermutu dan terjangkau yang

berorientasi pada kepuasan pelanggan.

(95)

b) Menyediakan produk layanan yang unggul

dan unik terdiri dari medical check up, trauma

center dan pain therapy.

Produk layanan yang unggul dan unik maksudnya adalah menyediakan jenis pelayanan yang belum dimiliki oleh Rumah Sakit lainnya di Kabupaten Kutai Timur pada khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya, antara lain medical check up, trauma center dan pain therapy serta klinik tumbuh kembang.

c) Menyiapkan sumber daya manusia profesional

untuk menunjang pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan penelitian.

(96)

pendidikan, pelatihan dan penelitian secara berkesinambungan.

d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan di semua bidang secara terus menerus dan berkesinambungan.

Meningkatkan kualutas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan maksudnya adalah dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehata di rumah sakit haruslah ditunjang dengan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.

e) Menciptakan kemitraan jangka panjang

yang saling menguntungkan.

(97)

f) Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan

karyawan dengan sistem remunerasi.

Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan dengan sistem remunerasi maksudnya adalah menciptakan transparansi pengelolaan keuangan dengan menggunakan sistem remunerasi yang melibatkan seluruh unsur yang ada di rumah sakit.

c. Tujuan, Nilai dan Motto Rumah Sakit Umum

Daerah Kudungga Sangatta

1)Tujuan

Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan meminimalisir birokrasi secara profesional, aman dan nyaman serta terjangkau untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

2)Nilai Inti (Core Value)

(98)

Ada beberapa nilai inti yang diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta, yaitu sebagai berikut 1) Profesionalis. Masalah bukanlah masalah bila berada ditangan orang yang tepat. 2) Empati. Teman sejati adalah seseorang yang menggapai tanganmu dan menyentuh hatimu dengan ketulusan. 3) Komitmen. Tanpa latihan, dedikasi dan komitmen untuk menjadi yang terbaik, ibarat berseluncur di atas es yang tipis. 4) Kejujuran. Keterbukaan pikiran adalah modal awal bagi pembaharuan. 5) Kesetaraan dalam Pelayanan. Cinta sejati tidak pernah mengenal status, kedudukan, ruang dan waktu.

3) Motto

(99)

d. Struktur Organisasi

Berikut ini adalah struktur organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta, yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.1

(100)

e. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah

Kudungga Sangatta

Sebagai sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah tipe B maka Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta menyediakan berbagai fasilitas pelayanan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat. Adapun fasilitas-fasilitas pelayanan yang terbagi menjadi empat jenis pelayanan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta, yaitu sebagai berikut :

1) Pelayanan Rawat Jalan. Terdapat beberapa fasilitas

(101)

Poli KB dan Infertil, Imunisasi dan Poliklinik Tumbuh Kembang Anak dan Fisioterapi.

2) Pelayanan Rawat Inap. Pada pelayanan rawat inap,

Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta menyediakan 147 buah tempat tidur yang terbagi kedalam beberapa tipe kelas rawat inap dan 21 buah tempat tidur yang digunakan pada ruangan khusus, yaitu VIP dengan jumlah tempat tidur sebanyak 9 buah, VVIP dengan jumlah tempat tidur sebanyak 4 buah, Kelas I dengan jumlah tempat tidur sebanyak 29 buah, Kelas II dengan jumlah tempat tidur sebanyak 22 buah, Kelas III dengan jumlah tempat tidur sebanyak 83 buah, Ruang IGD dengan jumlah tempat tidur sebanyak 10 buah, Ruang Bersalin dengan jumlah tempat tidur sebanyak 8 buah dan Ruang Instalasi Bedah Sentral dengan jumlah tempat tidur sebanyak 3 buah.

3) Pelayanan 24 Jam. Untuk dapat memberikan

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1
Variabel Indikator Keadilan DistributifTabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF KOMPENSASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF KARYAWAN JNE BANTEN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL

Penelitian ini mengadopsi teknik survei dengan menggunakan analisis kuantitatif dan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

Implikasi dari temuan ini adalah bahwa motivasi intrinsik, kecerdasan emosional dan gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kinerja

positif antara keadilan distributif dan gaya kepemimpinan transformasional dengan work-life balance pada karyawan PT Transamudra Usaha Sejahtera.. Selain itu, nilai R 2

Penelitian ini bertujuan menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan situasional, motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik terhadap organizational

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional X1 dan motivasi X2 terhadap kinerja karyawan Y PT MNC

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai Dinas Sosial Pemberdayaan

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan Pada KSU Prima Mandiri gaya kepemimpinan