• Tidak ada hasil yang ditemukan

“KETEPATAN PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MODEL ALTMAN, GROVER, DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“KETEPATAN PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MODEL ALTMAN, GROVER, DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

THE ACCURACY OF FINANCIAL DISTRESS PREDICTION USING MODEL OF ALTMAN, GROVER, AND ZMIJEWSKI ON MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE

Oleh

Rahadien Pamungkas 20120420466

FAKULTAS EKONOMI

(2)

THE ACCURACY OF FINANCIAL DISTRESS PREDICTION USING MODEL OF ALTMAN, GROVER, AND ZMIJEWSKI ON

MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Rahadien Pamungkas 20120420466

FAKULTAS EKONOMI

(3)

xi

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

INTISARI ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah Penelitian ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Landasan Teori ...7

B. Hipotesis ...12

C. Model Penelitian ...17

BAB III METODE PENELITIAN ...18

A. Obyek Penelitian ...18

B. Jenis Data ...18

C. Teknik Pengambilan Sampel ...18

D. Teknik Pengumpulan Data ...19

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...20

F. Uji Kualitas dan Instrumen Data ...24

(4)

xii

2. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model ...31

3. Menilai Kelayakan Data dan Model regresi ...31

4. Uji Koefisien Determinasi ...32

5. Uji Hipotesis (Uji Wald) ...33

C. Pembahasan ...36

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN LANJUTAN ...41

A. Simpulan ...41

B. Implikasi ...41

C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan ...42

DAFTAR PUSTAKA

(5)

xiii

4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 29

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 30

4.3 Perbandingan Nilai -2logLikelihood ... 31

4.4 Hasil Uji Kelayakan Data ... 31

4.5 Hasil Uji kelayakan Model ... 32

4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 32

4.7 Hasil Uji Hipotesis ... 33

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Altman ... 33

4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Grover ... 33

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Zmijewski ... 34

4.11 Hasil Uji Tingkat Akurasi ... 35

(6)
(7)
(8)
(9)

viii ABSTRACT

This research aims to find predictors model of Financial Distresswhich are the most accurate in predicting the condition of Financial Distress at manufacturing companies. The populations/objects in this research are all of the manufacturing companies that listed on the Indonesia Stock Exchange (known as BEI) in 2014. In this research, the technique of sampling used is Purposive Sampling. The sample of this research totaled 110 manufacturing company. Total data in the research is 110 annual reports. Methods of analysis used were multiple linear regressions using SPSS program 15.00.

The results showed that the Model Model Altman, Grover, and Model Zmijewski can be used to predict the condition of Financial Distress. Between these three models, model Zmijewski is the most accurate model to predict the condition of Financial Distress at manufacturing companies.

Keywords: “Financial Distress”, Altman Model, Grover Model, and Zmijewsk Model.

(10)

vii

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan yaitu purposive sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 110 perusahaan manufaktur. Total data dalam penelitian adalah 110 laporan tahunan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 15.00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Altman, model Grover, Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Diantara ketiga model, model Zmijewski adalah model yang paling akurat dalam memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur.

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Secara umum perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh

profit yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Perusahaan diharapkan mampu berkembang dan bertahan untuk jangka waktu

yang panjang sehingga dapat terhindar dari likuidasi. Namun pada

kenyataannya harapan perusahaan tidak selalu dapat berjalan seperti yang

diinginkan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam waktu tertentu

harus mengalami kebangkrutan. Indikator kebangkrutan perusahaan salah

satunya yaitu perusahaan dikeluarkan (delisting) dari BEI. Perusahaan yang

sudah delisted identik dengan bangkrut karena investor sudah tidak dapat

melakukan investasi pada perusahaan tersebut (Fatmawati, 2012).

Pada awal tahun 2015 Bursa Efek Indonesia mengumumkan

saham-saham delisting di BEI. Perusahaan yang sahamnya dikeluarkan dari BEI

yaitu Davomas Abadi Tbk. Perusahaan tersebut dicatat sebagai emiten di

Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22 desember 1994 dan dikeluarkan

(delisting) BEI pada tanggal 21 januari 2015. Hal tersebut memperlihatkan

bahwa perusahaan yang sudah lama beroperasipun beresiko mengalami

kebangkrutan. Melihat kondisi tersebut, analisis gejala-gejala kebangkrutan

seperti financial distress (kesulitan keuangan) sangat penting dilakukan.

(12)

yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi, yaitu tahap dimana

perusahaan mengalami penurunan kondisi keuangan.

Allah SWT berfirman dalam qur’an surat Al-Hasyr ayat 18





































Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Surat tersebut dapat diartikan bahwa manusia diperintahkan untuk selalu

melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih

baik (Haryanto, 2013). Analsis financial distress sangat penting dilakukan

oleh perusahaan. Analisis ini merupakan bentuk instropeksi perusahaan guna

memperbaiki perusahaan dimasa mendatang. Akan sangat penting jika

kondisi financial distress diketahui sejak dini, sehingga perusahaan dapat

melakukan berbagai alternatif kebijakan untuk memperbaiki kondisi

keuanganya sehingga perusahaan dapat terhindar dari kondisi kebangkrutan.

Selain perusahaan, analisis financial distress juga penting dilakukan

oleh investor. Investor membutuhkan informasi keuangan dalam memutuskan

apakah akan melakukan investasi atau tidak. Investor membutuhkan

informasi yang dapat menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Investor

hanya akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang kinerja

(13)

perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Analisis

financial distress akan membantu investor untuk mengetahui kondisi

keuangan suatu perusahaan sehingga investor dapat mengambil keputusan

dengan lebih baik.

Berbagai model analisis telah dikembangkan untuk memprediksi

financial distress sebagai tanda awal kebangkrutan suatu perusahaan. Model

analisis tersebut diantaranya adalah model Altman, model Grover, dan model

Zmijewski. Model-model tersebut menggunakan beberapa rasio keuangan

dalam memprediksi financial distress untuk mendapatkan score akhir.

Berdasarkan score yang dihasilkan, akan diidentifikasi apakah suatu

perusahaan diprediksi mengalami financial distress atau perusahaan tersebut

diprediksi sebagai perusahaan yang sehat. Penentuan kategori perusahaan

diprediksi mengalami financial distress atau sehat dapat dilihat berdasarkan

nilai cutoff. Setiap model memiliki standar nilai cutoff yang berbeda-beda.

Terdapat beberapa penelitian mengenai ketepatan prediksi financial distress

yang telah dilakukan sebelumnya, di antaranya yaitu Wulandari dkk. (2014),

Pambekti (2014), Hadi dan Anggraeni (2011), Rifqi (2009), Prihanthini dan

Sari (2013), Wulandari dkk (2014).

Penelitian Hadi dan Anggraeni (2011) membuktikan bahwa model

prediksi Altman merupakan prediktor terbaik di antara ketiga prediktor yang

dianalisa yaitu Altman model, Zmijewski model dan Springate model.

Kemudian penelitian Prihanthini dan Sari (2013) membuktikan bahwa model

(14)

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penelitian Pambekti (2013) menyimpulkan bahwa model Zmijewski adalah

model prediksi financial distress yang paling tepat digunakan untuk

memprediksi financial distress perusahaan di masa yang akan datang.

Hasil penelitian sebelumnya masih menunjukkan adanya inkonsistensi

hasil. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada dasarnya setiap model

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Suatu model mungkin

tepat untuk jenis perusahaan tertentu namun bisa saja tidak tepat untuk jenis

perusahaan lainnya. Pada penelitian-penelitian terdahulu objek penelitian

hanya terbatas pada satu sub sektor perusahaan yang terdaftar di BEI.

Contohnya seperti pada penelitian Wulandari dkk (2014) dan penelitian

Prihantini dan Sari (2013), yang mana objek penelitian hanya terbatas pada

perusahaan food and beverage. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang

bersifat general maka dibutuhkan penelitian yang lebih luas cakupannya,

yaitu dengan memperluas sampel penelitian. Berdasarkan latar belakang

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

Ketepatan Prediksi Financial Distress dengan Model Altman, Grover, dan Zmijewski pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

(15)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari ketiga model (Altman, Grover dan Zmijewski), model prediksi

mana yang memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi financial

distress?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menguji model prediksi mana yang memiliki tingkat akurasi

tertinggi dalam memprediksi financial distress.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat di Bidang Teoritis

Penelitian ini akan memperkaya wawasan di bidang pendidikan

mengenai model-model prediksi financial distress yang dapat digunakan

sebagai alat analsis untuk memprediksi financial distress.

2. Manfaat di Bidang Praktik a. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada investor

mengenai model prediktor financial distress yang paling sesuai untuk

digunakan. Dengan model prediktor tersebut, investor dapat

memprediksi perusahaan apa saja akan mengalami financial distress

(16)

b. Bagi Perusahaan

Dengan diketahui model prediksi financial distress yang paling

akurat, perusahaan dapat menggunakanya untuk menganalisis apakah

perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami financial distress.

Perusahaan lebih baik mengetahui financial distress sejak dini sehingga

dapat melakukan tindakan-tindakan agar perusahaan dapat memperbaiki

kondisi keuangannya sehingga dapat kembali berjaya (corporate

turnaround) agar tidak berujung pada kebangkrutan.

c. Bagi Kreditur

Kreditur dapat menggunakan model prediktor financial distress

yang paling tepat untuk diterapkan sehingga dapat membantu dalam

mengambil keputusan kredit. Pengambilan keputusan kredit yang tepat

dapat menghindarkan kreditur dari berbagai kerugian yang mungkin

(17)

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Financial Distress.

Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan

perusahaan. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan

atau likuidasi (Widarjo dan Setiawan, 2009). Menurut Adnan dan

Kurnasih (2000), financial distress merupakan keadaan perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam menghasilkan laba atau perusahaan tersebut

mengalami defisit. Selain itu kondisi perusahaan yang mengalami

financial distress disampaikan oleh Anggarini dan Ardiyanto (2010), yang

menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress akan

menghadapi beberapa kondisi. Kondisi yang pertama yaitu perusahaan

mengalami kegagalan pembayaran kembali hutang yang sudah jatuh tempo

kepada kreditur. Kondisi yang kedua yaitu perusahaan tersebut berada

dalam kondisi yang tidak solvable (insolvable).

Untuk mengidentifikasi apakah suatu perusahaan berada dalam

kondisi financial distress juga dapat dilihat dari ketidakmampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibanya. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Wulandari dkk. (2014), yang menyatakan bahwa suatu

perusahaan diidentifikasi berada dalam kondisi financial distress jika

(18)

Purnajaya dan Merkusiwati berpendapat bahwa perusahaan dikatakan

mengalami kegagalan keuangan (financial distress) apabila perusahaan

mengalami kesulitan dana. Dalam hal ini dana dapat diartikan sebagai

dana dalam pengertian kas maupun dana dalam pengertian modal kerja.

Menurut Pambekti (2013) pemicu terjadinya financial distress

suatu perusahaan disebabkan karena terganggunya modal kerja yang akan

mengganggu operasional perusahaan sehingga profitabilitas perusahaan

menurun. Selain itu terjadinya financial distress banyak dipengaruhi oleh

faktor kebijakan internal yang pada akhirnya membawa perusahaan pada

kebangkrutan. Menurut penelitian Gamayuni (2011), penyebab

kebangkrutan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal perusahaan.

Faktor internal antara lain kurangnya pengalaman manajemen dan

kurangnya pengetahuan dalam mempergunakan asset dan liabilities secara

efektif. Faktor eksternal yaitu inflasi, sistem pajak dan hukum, depresiasi

mata uang asing, dan alasan lainnya.

2. Model Altman.

Wulandari dkk (2014) menjelaskan bahwa dalam model Altman

dikembangkan menggunakan model step-wise Multivariate Discriminant

Analysis (MDA). MDA merupakan teknik statistika yang yang biasa

digunakan untuk membuat model yang mana variabel dependennya

merupakan variabel kualitatif. Output dari teknik MDA yaitu persamaan

linear yang bisa membedakan antara dua keadaan variabel dependen.

(19)

mengembangkan model kebangkrutan dengan menggunakan 22 rasio

keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu likuiditas,

profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas.

Penelitian Adnan dan Arisudhana (2010) menjelaskan bahwa

model refisi Altman merupakan model yang memperbaiki model Altman

sebelumnya. Model Altman sebelumnya hanya dapat digunakan pada

perusahaan manufaktur, sedangkan model yang telah direvisi dapat

digunakan pada perusahaan manufaktur maupun jenis perusahaan lainya.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Fatmawati (2012) yang

menyatakan bahwa revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan

penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan tersebut

tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga

dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta. Model

refisi Altman (1993) juga telah digunakan dalam penelitian Hadi dan

Anggraeni (2011) yang juga digunakan dalam penelitian ini.

Berikut ini merupakan persamaan model Altman yang digunakan

untuk memprediksi financial distress:

Z= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,988X5

Keterangan:

X1 :Working capital to total asset (WCTA)

X2 : Retained earning to total asset (RETA)

X3 : Earning before interest and taxes to total asset (EBITTA)

(20)

X5 : Sales / total asset (SATA)

Setelah diketahui hasil skor berdasarkan perhitungan, selanjutnya

Altman menggunakan nilai cutoff 2,675 dan 1,81 dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Perusahaan yang mempunyai skor Z>2,675 diklasifikasikan sebagai

perusahaan sehat.

b. Perusahaan yang mempunyai skor Z<1,81 diklasifikasikan sebagai

perusahaan potensial bangkrut.

c. Perusahaan yang mempunyai skor 1,81≤ Z ≤ 2,675 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.

3. Model Grover.

Dalam penelitian Prihanthini dan Sari (2013) dijelaskan bahwa

model grover merupakan model yang ciptakan oleh Jeffrey S. Grover

dengan melakukan pendesainan dan penilaian ulang terhadap model

Altman Z-score. Grover menggunakan sampel sesuai dengan model

Altman Z-score dengan menambah 13 rasio keuangan baru. Berdasarkan

penelitianya tersebut maka diperoleh sebuah persamaan sebagai :

Score = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + 0,057 Keterangan :

X1 : Working capital/ total asset (WCTA)

X3 : Earning before interest and taxes / total asset (EBITTA)

(21)

Model Grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan

bangkrut apabila skor yang dihasilkan berdasarkan perhitungan persamaan

kurang dari atau sama dengan -0,02 (Z ≤ -0,02). Sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut atau sehat

adalah lebih dari atau sama dengan 0,01 (Z ≥ 0,01).

4. Model Zmijewski.

Dalam penelitian Fatmawati (2012) dijelaskan bahwa model

Zmijewski menggunakan analisis rasio yang digunakan untuk mengukur

kinerja, leverage, dan likuiditas suatu perusahaan. Berikut ini merupakan

persamaan model Zmijewski:

Z = -4,3 –4,5XΌ+ 5,7X΍- 0,004XΎ Keterangan:

XΌ= Return On Asset (ROA)

X΍= Debt Ratio (TLTA)

XΎ= Current Ratio (CACL)

Cutoff yang berlaku pada model zmijewski adalah 0. Artinya, jika

perusahaan memiliki skor lebih besar dari atau sama dengan 0, maka

perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami financial distress dimasa

depan. Namun jika nilai skor perusahaan kurang dari 0 maka perusahaan

tersebut diprediksi tidak akan mengalami finnancial distress (Wulandari,

(22)

B. Hipotesis

1. Model Altman terhadap Financial Distress.

Model Altman menggunakan lima rasio keuangan dalam

memprediksi kondisi financial distress. Kelima rasio yang digunakan

model Altman yaitu Working Capital to Total Asset (WCTA), Retained

Earning to Total Assets (RETA), Earning before interest and taxes to total

asset (EBITTA), Market Value Equity to Book Value of Total Debt

(MVEBTB), dan sales to total asset (SATA). Semakin tinggi skor Altman

yang di hasilkan maka Kemungkinan perusahaan mengalami kondisi

Financial distress akan semakin kecil.

Rasio yang pertama yaitu Working Capital to Total Asset. Rasio

ini mengukur likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi modal kerja

(Working Capital) maka kondisi keuangan perusahaan semakin baik.

Semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka perusahaan akan

semakin terhindar dari financial distress. Menurut penelitian Takarini dan

Ekawati (2003), semakin tinggi Working Capital To Total Asset (WCTA)

memperlihatkan semakin besar pula modal kerja yang diperoleh

perusahaan. Semakin besar modal kerja, maka semakin lancar operasional

perusahaan yang berdampak pada peningkatan pendapatan yang disertai

dengan peningkatan laba.

Rasio kedua yang digunakan dalam model Altman yaitu Retained

Earning to Total Assets (RETA). Menurut Kartikawati (2012) rasio laba

(23)

rasio yang menggambarkan efisiensi usaha. Selain itu, rasio tersebut juga

memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Rasio yang ketiga yaitu rasio Earning before interest and taxes to

total asset (EBITTA). Menurut Kartika (2012) rasio EBIT terhadap total

aktiva (Earning before interest and taxes to total asset) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur produktivitas aktiva perusahaan dalam

menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.

Rasio yang kempat yaitu Market Value Equity to Book Value of

Total Debt (MVEBVD) atau Rasio modal sendiri terhadap total utang.

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui

modal sendiri (Kartika, 2012).

Rasio yang terakhir yaitu Sales to Total Assets (SATA). Rasio

penjualan terhadap total aktiva merupakan rasio yang menggambarkan

kemapuan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dari aktiva

perusahaan. Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan manajemen dalam

menghadapi kondisi yang kompetitif (Kartika 2012).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan sementara

bahwa model Altman dapat digunakan untu memprediksi financial

distress.Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Penelitian Pambekti (2014) yang membuktikan

bahwa model Altman dapaat digunakan untuk memprediksi financial

(24)

Altman dapat digunakan untuk memprediksi kesulitan keuangan

perusahaan. Penelitian Hadi dan Anggraeni (2011) membuktikan bahwa

model prediksi Altman merupakan prediktor terbaik di antara ketiga

prediktor yang dianalisa dalam penelitianya yaitu Altman model,

Zmijewski model dan Springate model. Berdasarkan uraian diatas peneliti

mengajukan hipotesis satu, yaitu :

H1: Model Altman dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial

distress.

2. Model Grover terhadap Financial distress.

Model grover menggunakan tiga rasio keuangan untuk

memprediksi kondisi financial distress. rasio pertama yaitu rasio working

capital to total assets (WCTA). Rasio ini akan memperlihatkan likuiditas

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka perusahaan akan terhindar dari

financial distress. Rasio selanjutnya yaitu EBIT to Total Assets (EBITTA).

Rasio ini akan memperlihatkan tingkat produktivitas aktiva dalam

menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga. Semakin tinggi rasio ini

maka perusahaan akan semakin terhindar dari financial distress. rasio yang

terakhir yaitu ROA. Menurut Herdiningtyas (2006) ROA merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

memperoleh laba yang dihasilkan dari rata-rata aset. Semakin besar ROA,

maka semakin kecil kemungkinan perusahaan dalam kondisi bermasalah.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diatrik kesimpulan

(25)

financial distress. Hal tersebut didukung penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Penelitian Pambekti (2014) membuktikan bahwa model

Grover dapat digunakan untuk memprediksi Financial Distress. Penelitian

Prihanthini dan Sari (2013) membuktikan bahwa model Grover merupakan

model prediksi yang paling sesuai diterapkan pada perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan

uraian diatas maka peneliti mengajukan hipotesis dua, yaitu:

H2: Model Grover dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial

distress.

3. Model Zmijewski terhadap Financial Distress

Model Zmijewski menggunakan tiga rasio keuangan. Rasio yang

pertama yaitu ROA. Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari rata-rata asetnya. Semakin

tinggi ROA maka kondisi kesehatan perusahaan semakin baik. Rasio

selanjutnya yaitu Debt Ratio. Rasio ini akan mengukur tingkat persentase

aktiva yang di biayai oleh hutang. Rasio yang terakhir yaitu Current Ratio.

Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan. likuiditas

merupakan kempuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibanya, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan

yang sehat.

Penelitian Pambekti (2014), Wulandari (2014), Prihantini dan sari

(26)

dapat digunakan untuk memprediksi Financial Distress. Hasil penelitian

Fatmawati (2012) memperlihatkan bahwa model Zmijewski merupakan

prediktor delisting terakurat. Penelitian Pambekti (2014) menyimpulkan

bahwa model Zmijewski adalah model prediksi financial distress yang

paling tepat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan di

masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengajukan

hipotesis tiga, yaitu :

H3: Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi

financial distress.

4. Model Altman Memiliki Tingkat Akurasi Tertinggi dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress

Model Altman merupakan model kebangkrutan yang

dikembangkan menggunakan 22 rasio keuangan yang kemuadian

diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu likuiditas, profitabilitas,

leverage, rasio uji pasar dan aktivitas (Adnan dan Arisudhana, 2010).

Model Altman menggunakan rasio keuangan lebih banyak

dibandinngkan dengan kedua model lainnya (model Grover dan

Zmijewski). Model Altman menguji kondisi keuangan perusahaan

berdasarkan lima aspek (likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar

dan aktivitas), sedangkan Model Zmijewski dan Grover hanya melihat dari

tiga aspek.

Penelitian Hadi dan Anggraeni (2011) membuktikan bahwa model

(27)

yang dianalisa yaitu Altman model, Zmijewski model dan Springate

model.Berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis yang empat

yaitu :

H4: Model Altman Memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediiksi

kondisi financial distress.

C. Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian Model Altman (X1)

Model Grover (X2) Financial Distress (Y)

(28)

18 A. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang terdaftar di BEI

merupakan perusahaan yang go public. Setiap perusahaan yang go public

diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan sehingga data

tersebut memungkinkan diperoleh dalam penelitian ini.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara. Data yang diperoleh peneliti berupa laporan

keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan teknik pusposive sampling. Teknik penyampelan ini

merupakan teknik pemilihan sampel yang ditentukan berdasarkan

(29)

berupa kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum merupakan kriteria

yang harus dipenuhi oleh seluruh sampel, yaitu :

a. Perusahaan harus memiliki data keuangan tahun 2014 (laporan laba

rugi, laporan posisi keuangan, dan arus kas) dengan lengkap.

b. Perusahaan menyajikan data keuangan lengkap yang berkaitan dengan

variabel penelitian.

Kriteria khusus digunakan untuk menentukan apakah perusahaan

mengalami financial distress atau tidak. Perusahaan dikatakan mengalami

financial distress apabila:

a. Perusahaan tersebut memiliki ekuitas negatif. Ekuitas negatif berarti

total utang perusahaan melebihi total asetnya (TL>TA). (Luciana,

2006); atau

b. Perusahaan tersebut memiliki net income negatif selama 2 tahun

berturut-turut. (Luciana, 2006).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode arsip. Artinya

data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data yang dicatat oleh

pihak lain. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2014.

Dimana sumber data tersebut diperoleh dari Pusat Inforrmasi Pasar modal

(PIPM), Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan juga

(30)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress.

variabel financial distress disajikan dalam bentuk variabel dummy, 1

untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 0 untuk

perusahaan yang tidak mengalami financial distress.

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu model Altman,

model Grover, dan model Zmijewski yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Model Altman

Z = 0,717 WCTA + 0,847 RETA + 3,107 EBITTA + 0,420

MVEBVD + 0.998 SATA

b. Model Grover

Score = 1,650 WCTA + 3,404 EBITTA - 0,016 ROA + 0,057

c. Model Zmijewski

X = -4,3 - 4,5 ROA + 5,7 TLTA - 0,004 CACL

Berikut ini akan diuraikan cara pengukuran atau operasionalisasi

untuk seluruh variabel yang terdapat dalam keempat model penelitian di

atas.

1) Working capital/total asset (WCTA)

Variabel ini merupakan variabel untuk mengukur likuiditas

perusahaan. Variabel ini digunakan dalam 2 model, yaitu Altman,

(31)

yang digunakan dalam penelitian Cahyaningrum dan Haryanto

(2012).

WCTA = (Aset Lancar – Hutang Lancar)/Total Aset Semua data diperoleh dari laporan posisi keuangan perusahaan.

2) Retained Earnings/Total asset (RETA)

Variabel ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba ditahan dari total aset perusahaan (Ardiyanto

dan Prasetiono, 2011). Variabel ini hanya digunakan pada model

Altman saja. Variabel ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

RETA = Laba ditahan/Total Aset

Rumus tersebut sesuai dengan rumus yang digunakan dalam

penelitian Ardiyanto dan Prasetiono (2011). Semua data

diperoleh dari lapoaran posisi keuangan perusahaan.

3) Earnings before interest and taxes/total asset (EBITTA) Variabel ini merupakan variabel yang mengukur

profitabilitas perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktifitas perusahaan

sebelum bunga dan pajak (Maryati dan Zulkarnain, 2014).

Variabel ini digunakan dalam 2 model yaitu Altman dan Grover.

Rumus EBITTA dalam penelitian ini sesuai dengan yang

digunakan dalam penelitian Maryati dan Zulkarnain (2014).

(32)

Pendapatan sebelum bunga dan pajak diperoleh dari laporan

laba rugi, sedangkan total aset diperoleh dari neraca perusahaan.

4) Market value of equity/book value of total debt (MVEBVD) Variabel ini merupakan variabel yang menunjukkan nilai

sebuah perusahaan di mata investor dalam pasar aktif (pasar

modal). Variabel ini digunakan dalam model Altman saja.

Rumus MVBEVD dalam penelitian ini sesuai dengan yang

digunakan dalam penelitian Rismawati (2008).

MVEBVD = (harga saham x jumlah saham beredar)/Total Hutang

Harga saham diperoleh dari laporan tahunan. Sedangkan jumlah

saham beredar serta total liabilities diperoleh dari laporan posisi

keuangan perusahaan.

5) Sales/Total asset (SATA)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam menciptakan penjualan dengan

aset yang ada. Variabel ini digunakan dalam model Altman.

Cara menghitung SATA dalam penelitian Ardiyanto dan

Prasetiono (2011) adalah sebagai berikut:

SATA = Penjualan/Total Aset

Nilai penjualan diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan nilai

(33)

6) Total liabilities/total asset (TLTA)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur likuiditas

perusahaan secara total. Variabel ini digunakan dalam model

Zmijewski. Perhitungan TLTA dalam penelitian ini

menggunakan rumus yang digunakan dalam penelitian

Ardiyanto dan Prasetiono (2011) yaitu:

TLTA = Total Hutang/Total Aset

Semua data diperoleh dari laporan posisi keuangan perusahaan.

7) Return On Asset (ROA)

Variabel ini merupakan variabel yang mengukur

profitabilitas perusahaan. Variabel ini digunakan pada model

Grover dan Zmijewski. Rumus ROA dalam penelitian ini sesuai

dengan yang digunakan dalam penelitian Dewi (2013).

ROA = Laba setelah pajak / total aset

Laba bersih diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total

aset diperoleh dari laporan posisi keuangan.

8) Current asset/current liabilities (CACL)

Variabel ini hanya digunakan di model Zmijewski.

Perhitungan TLTA dalam penelitian ini menggunakan rumus

yang digunakan dalam penelitian Ardiyanto dan Prasetiono

(2011) yaitu:

CACL = current asset/current liabilities

(34)

F. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan suatu teknik analisis

yang menggambarkan data-data yang telah terkumpul secara

deskriptif sehingga tercipta sebuah kesimpulan yang bersifat umum.

Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan

gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji

menjadi mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistik

deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rata – rata

(mean), standart deviasi (standard deviation), dan

maksimum-minimum.

Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata – rata

populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi untuk menilai

dispersi rata – rata dari smpel. Maksimum-minimum digunakan untuk

melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari smpel yang

berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel

penelitian.

2. Menilai Model Fit dan keseluruhan model (Overall Model Fit) Penilaian model fit dilakukan melalui pengujian

berdasarkan fungsi LikelihoodL. LikelihoodL dari model adalah

probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data

(35)

cara membandingkan antara nilai -2Log Likelihood awal dengan

nilai -2Log Likelihood akhir. Output pada SPSS memberikan dua

nilai -2Log Likelihood. Nilai -2Log Likelihood awal menunjukkan

model yang hanya memasukkan konstantanya saja. -2Log Likelihood

akhir menunjukkan model dengan konstanta ditambah variable

bebas. Apabila nilai -2LL awal atau pada saat blocknumber = 0 lebih

besar daripada nilai -2LL akhir atau pada saat blocknumber = 1,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi menjadi lebih baik

atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data

(Yuanita, 2010).

3. Menilai Kelayakan Data dan Model regresi

Kelayakan data diuji menggunakan Omnibus Test of

Model. Data dikatakan layak apabila hasil pengujian menunjukkan

nilai sig < alpha (0,05). Kelayakan model regresi dinilai

menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test

(Noverio, 2011). Berikut merupakan hipotesis yang digunakan

untuk menilai kelayakan model regresi:

H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data.

Ha: Ada perbedaan antara model dengan data.

H0 diterima apabila nilai Hosmer and Lemeshow’s

Goodnes of Fit > 0,05, yang artinya data empiris cocok atau sesuai

(36)

perbedaan antara model dengan data sehingga model data

dikatakan fit (Ghozali, 2011).

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Nagelkerke’s R square) digunakan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan model dalam

menjelaskan variasi variabel dependen. Hal ini sesuai dengaan

pernyataan Ghozali (2011) yang menyatakan bahwa nilai

Nagelkerke’s R2 menjelaskan besarnya variabilitas variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel

independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai

dengan satu. Apabila nilai Nagelkerke’s R2 semakin kecil, maka

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen rendah. Apabila nilai Nagelkerke’s R2 mendekati

satu, maka variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik biner (Regresi Binary Logistic). Analisis ini dipilih agar

dapat melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen yang berbentuk variabel biner (Wiyono, 2011). Regresi

(37)

tidak terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan variabel bebas merupakan

campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik)

(Ghozali, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan regresi

logistik tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.

Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

= + � + � � + � + �

Dimana:

Zi : Financial distress (1 = finacial distress dan 0 = non

financial distress)

α : Konstanta

�1, … , �3 : Koefisien

Altman :Model Altman

Grover :Model Grover

Zmijewski : Model Zmijewski

e : Error

Berikut merupakan kriteria penerimaan hipotesis

a. Hipotesis 1 sampai 3

Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam pengujian hipotesis

adalah 95% atau taraf signifikasi 5% (α = 0,05). Jika nilai sig Wald test

(38)

pengaruh yang signifikan atau model dapat digunakan sebagai prediktor

financial distress.

b. Hipotesis 4

Hipotesis 4 di uji dengan cara membandingkan nilai Nagelkerke

R2. Model prediktor financial distress dengan Nagelkerke’s R2 tertinggi

menggambarkan bahwa model tersebut memiliki tingkat akurasi

tertinggi dibandingkan dengan model-model lainnya yang diteliti dalam

penelitian ini. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Ghozali (2011)

yang menyatakan bahwa nilai Nagelkerke’s R2 menjelaskan besarnya

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas

variabel independen.

Nilai Nagelkerke’s R2 setiap model didapat dengan cara melakukan

pengujian ulang masing-masing model prediktor financial distress.

pada proses ini terdapat tiga pengujian, yang meliputi:

1) Model Altman terhadap Financial distress

2) Model Grover terhadap Financial distress

3) Model Zmijewski terhadap Financial distress

Pengujian kali ini hanya berfokus pada nilai Nagelkerke’s R2 dan

(39)

29

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam

kelompok industri manufaktur di Bursa Efek Indonesi (BEI) tahun 2014.

Berdasarkan metode purposive sampling, diperoleh sampel perusahaan yang

[image:39.595.132.493.350.540.2]

disajikan dalam tabel 4.1

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

Uraian Jumlah

Perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2014 151 Perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan laporan

tahunan atau annual report dan financial report selama tahun 2014

12

Data-data mengenai variabel penelitian tidak tersedia lengkap dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang diterbitkan pada tahun 2014

29

Total Sampel 110

Total Data 110

Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI pada tahun 2014 berjumlah 151 perusahaan. Seluruh

perusahaan tersebut selanjutnya melalui tahap pemilihan sampel, sehingga

diperoleh 110 perusahaan yang sesuai dengan kriteria pemilihan sampel

penelitian. Kemudian jumlah sampel tersebut dikalikan dengan lamanya

(40)

penelitian ini yaitu sebanyak 110 data laporan tahunan perusahaan

manufaktur.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

[image:40.595.152.505.340.436.2]

Hasil pengujian statistik deskriptif dijelaskan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa jumlah data yang digunakan

sebanyak 110. Variabel Financial distress memiliki rata-rata sebesar 0,14

dengan nilai standar deviasi sebesar 0,345. Nilai rata-rata tersebut hampir

mendekati 0,00 yang artinya mayoritas sampel penelitian merupakan

perusahaan non financial distress. Model Altman memiliki nilai rata-rata

sebesar 3,108648 dengan standar deviasi 3,6661916. Model Grover

memiliki nilai rata-rata sebesar 0,509181 dengan standar deviasi

1,1828695. Model Zmijewski memiliki nilai rata-rata sebesar -1,346023

dengan standar deviasi 3,5275980.

Descriptive Statistics

110 0 1 ,14 ,345

110 -6,7061 16,9153 3,108648 3,6661916

110 -5,1268 6,4167 ,509181 1,1828695

110 -21,5187 17,2824 -1,346023 3,5275980 110

Financial distress Model Altman Model Grov er Model Zmijewski Valid N (listwise)

(41)

2. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model Tabel 4.3

Perbandingan Nilai -2LogLikelihood -2 Log likelihood Nilai Awal (Block Number = 0) 87,628 Akhir (Block Number = 1) 39,052

Tabel 4.3 memperlihatkan nilai -2LogLikelihood awal sebesar

87,628 dan nilai -2LogLikelihood akhir sebesar 39,052, yang berarti

terjadi penurunan nilai sebesar 42,576. Penurunan nilai tersebut

membuktikan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3. Menilai Kelayakan Data dan Model Regresi

Tabel 4.4 menjelaskan hasil uji kelayakan data. Hasil pengujian pada Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai Sig (0,00) < alpha (0,05). Hal

[image:41.595.156.508.527.599.2]

tersebut dapat diartikan bahwa data penelitian layak digunkan.

Tabel 4.4

Hasil Uji Kelayakan Data

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.5 merupakan hasil pengujian kelayakan model regresi. Omnib us Tests o f Model Coefficien ts

48,576 3 ,000

48,576 3 ,000

48,576 3 ,000

St ep Block Model St ep 1

(42)
[image:42.595.193.435.115.211.2]

Tabel 4.5

Hasil Kelayakan Model

Sumber: Output SPSS

Hasil pengujian pada Tabel 4.5 memperlihatkan nilai sig sebesar

0,993 > alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

layak digunakan untuk melanjutkan pengujian dalam penelitian ini.

4. Uji Koefisien Determinasi

[image:42.595.197.427.420.481.2]

Tabel 4.6 merupakan hasil pengukuran koefisien determinasi.

Tabel 4.6

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.6 memperlihatkan nilai Nagelkerke R Square sebesar

0,650, yang artinya variabel independen (model Altman, Model Grover

dan Model Zmijewski) mampu menjelaskan variabel dependen (financial

distress) sebesar 65% dan sisanya di jelaskan variabel lain yang tidak

diteliti.

Hosmer and Lemeshow Test

1,456 8 ,993

Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

39,052a ,357 ,650

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

(43)

5. Uji Hipotesis (Uji Wald)

Hasil pengujian hipotesis satu sampai hipotesis tiga dapat dilihat

dalam Tabel 4.7. Hasil pengujian hipotesis empat dapat dilihat dalam

[image:43.595.157.521.271.351.2]

Tabel 4.8 sampai Tabel 4.10

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Altman

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.9

Uji koefisien Determinasi Model Grover

Sumber: Output SPSS

Variables in the Equation

-,448 ,221 4,105 1 ,043 ,639

-1,839 ,810 5,157 1 ,023 ,159

,534 ,162 10,843 1 ,001 1,706

-,999 ,503 3,949 1 ,047 ,368

Altman Grov er Zmijewski Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: Altman, Grov er, Zmijewski. a.

Model Summary

62,339a ,205 ,374

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminat ed at iteration number 7 because parameter est imat es changed by less than ,001. a.

Model Summary

57,018a ,243 ,442

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

(44)
[image:44.595.158.500.109.234.2]

Tabel 4.10

Uji Koefisien Determinasi Model Zmijewski

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui persamaan regresi logistik

adalah sebagai berikut:

a. Model Altman dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa nilai sig untuk model Altman

sebesar 0,043 < alpha 0,05, dengan nilai koefisien regresi sebesar

-0,488, sehingga hipotesis H1 diterima. Hal tersebut berarti

komponen-komponen dalam model Altman berpengaruh signifikan terhadap

financial distress, sehingga dapat disimpulkan model Altman dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

b. Model Grover dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa nilai sig untuk model Grover

sebesar 0,023 < alpha 0,05, dengan nilai koefisien regresi sebesar

-1,839 sehingga hipotesis H2 diterima. Hal tersebut berarti

komponen-Model Summary

55,580a ,253 ,460

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminat ed at iteration number 6 because parameter est imat es changed by less than ,001. a.

(45)

komponen dalam model Grover berpengaruh signifikan terhadap

financial distress, sehingga dapat disimpulkan model Grover dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

c. Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distres

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa nilai sig untuk model

Zmijewski sebesar 0,001 < alpha 0,05, dengan nilai koefisien regresi

sebesar 0,354 H3 diterima. Hal tersebut berarti komponen-komponen

dalam model Zmijewski berpengaruh signifikan terhadap financial

distress, sehingga dapat disimpulkan model Zmijewski dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

[image:45.595.217.460.474.597.2]

d. Model Altman Memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediiksi kondisi financial distress

Tabel 4.11

Hasil Uji Tingkat Akurasi

No Model prediktor Nagelkerke R2

1 Model Zmijewski 0,460

2 Model Grover 0,442

3 Model Altman 0,374

Tabel 4.11 menggambarkan urutan tingkat Akurasi di mulai

dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Model dengan

tingkat akurasi tertinggi yaitu Model Zmijewski (0,460) kemudian

model Grover (0,442) dan yang paling rendah adalah model Altman

(46)

model Altman bukan merupakan prediktor financial distress yang

memiliki tingkat akurasi tertinggi diantara tiga variabel independen

yang diteliti. Model yang paling akurat dalam memprediksi financial

distress pada perusahaan manufaktur adalah model Zmijewski.

[image:46.595.115.509.302.441.2]

Secara keseluruhan, hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.12

Tabel 4.12

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Hasil

H1 Model Altman dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

Diterima

H Model Grover dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

Diterima

H3 Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.

Diterima

H Model Altman Memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediiksi kondisi financial distress

Ditolak

C. Pembahasan

1. Model Altman dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model Altman mampu

memprediksi kondisi financial distress. Hal ini menunjunjukkan bahwa

rasio-rasio keuangan yang digunakan pada model Altman mampu

menggambarkan kondisi financial distress suatu perusahaan. Model

Atman mampu memprediksi kondisi financial distress karena kelima rasio

(47)

Rasio keuangan yang digunakan adalah WCTA, RETA, EBITTA

MVEBVD, dan SATA. Kelima rasio keuangan tersebut menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan, dimana kondisi keuangan sangat erat

kaitanya dengan kondisi financial distress.

Menurut Hapsari (2007) Working Capital to Total Asset

merupakan rasio yang mengukur likuiditas suatu perusahaan. likuiditas

tentu tentu berkaitan erat dengan kondisi financial distress. Semakin tinggi

modal kerja (Working Capital) maka kondisi keuangan perusahaan

semakin baik dan kemungkinan mengalami kondisi financial distress akan

semakin kecil. Retained Earning to Total Assets memperlihatkan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (Kartika, 2012).

rasio Earning before interest and taxes to total asset mengukur

produktivitas aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga

dan pajak. Market Value Equity to Book Value of Total Debt (Rasio modal

sendiri terhadap total utang). Rasio ini merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan

kepada setiap hutangnya melalui modal sendiri (Kartika, 2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Pambekti (2014) yang

membuktikan bahwa model Altman dapat digunakan untuk memprediksi

financial distress. selain itu penelitian penelitian Wulandari dkk. (2014)

juga membuktikan bahwa model Altman dapat digunakan untuk

(48)

2. Model Grover dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model Grover mampu

memprediksi kondisi financial distress. Hal ini menunjunjukkan bahwa

rasio-rasio keuangan yang digunakan pada model Grover mampu

menggambarkan kondisi financial distress suatu perusahaan. Model grover

menggunakan tiga rasio keuangan untuk memprediksi financial distress.

rasio pertama yaitu rasio working capital to total assets. Rasio ini

akan memperlihatkan likuiditas perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka

perusahaan akan terhindar dari financial distress. Rasio selanjutnya yaitu

EBIT to Total assets. Rasio ini akan memperlihatkan tingkat produktivitas

aktiva dalam menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga. Semakin tinggi

rasio ini maka perusahaan akan semakin terhindar dari financial distress.

Rasio yang terakhir yaitu ROA. Menurut Herdiningtyas (2006) ROA

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari rata-rata aset. Semakin besar

ROA, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan dalam kondisi

bermasalah.

Hasil ini konsisten dengan dengan penelitian Pambekti (2014)

membuktikan bahwa model Grover dapat digunakan untuk memprediksi

Financial Distress. Penelitian Prihanthini dan Sari (2013) membuktikan

(49)

diterapkan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

3. Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model Zmijewski mampu memprediksi kondisi financial distress. Hal ini menunjunjukkan bahwa

rasio-rasio keuangan yang digunakan pada model Zmijewski mampu

menggambarkan kondisi financial distress suatu perusahaan. Model

Zmijewski menggunakan tiga rasio keuangan. Rasio yang pertama yaitu

ROA. ROA yaitu perbandingan antara laba setelah pajak denganjumlah

aktiva (Cahyaningrum dan Haryanto, 2012). Rasio ini akan menunjukkan

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari rata-rata

asetnya. Semakin tinggi ROA maka kondisi kesehatan perusahaan semakin

baik, dan kemungkinan mengalami kondisi financial distress akan semakin

kecil.

Rasio kedua yaitu Debt Ratio. Rasio ini akan mengukur tingkat

persentase aktiva yang di biayai oleh hutang. Rasio yang terakhir yaitu

Current Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan.

likuiditas merupakan kempuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibanya, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai

(50)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pambekti (2014),

Wulandari (2014), Prihantini dan sari (2013), dan Vatmawati (2012)

membuktikan bahwa model Zmijewski dapat digunakan untuk

memprediksi Financial Distress. Hasil penelitian Vatmawati (2012)

memperlihatkan bahwa model Zmijewski merupakan prediktor delisting

terakurat. Penelitian Pambekti (2014) menyimpulkan bahwa model

Zmijewski adalah model prediksi financial distress yang paling tepat

digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan di masa yang

akan datang.

4. Model Altman Memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediiksi kondisi financial distress

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model yang memiliki tingkat

akurasi paling tinggi dalam memprediksi financial distress adalah Model

Zmijewski. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prediktor

financial distress yang paling sesuai untuk di terapkan pada perusahaan

manufaktur adalah model Zmijewski. Hasil pengujian ini sesuai dengan

hasil penelitian Fatmawati (2012) yang memperlihatkan bahwa model

Zmijewski merupakan prediktor delisting terakurat. Selain itu, penelitian

Pambekti (2014) juga menyimpulkan bahwa model Zmijewski adalah

model prediksi financial distress yang paling tepat digunakan untuk

(51)

41

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

PENELITIAN LANJUTAN

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat ketepatan model

Altman, model Grover dan model Zmijewski dalam memprediksi kondisi

financial distress pada perusahaan manufaktur. Hasil perbandingan ketiga

model prediksi funancial distress menunjukkan bahwa tingkat akurasi

prediksi financial distress tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu

model Zmijewski, model Grover dan Model Altman.

Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam

memprediksi kondisi financial distress didasarkan pada hasil uji koefisien

detertminasi. Model Zmijewski memiliki nilai nagelkerke R square paling

tinggi diantara tiga model yang diuji. Jika dibandingkan dengan dua model

lainya, persamaan model Zmijewski memiliki karakteristik yang berbeda.

Model Zmijewski lebih menekankan pada ukuran utang, sedangkan dua

model lainya lebih menekankan pada ukuran profitabilitas.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh stakeholder yang

(52)

Stakeholder membutuhkan informasi mengenai kondisi kesehatan

keuangan perusahaan agar dapat mengambil berbagai keputusan yang

tepat.

Salah satu stakeholder adalah investor. Untuk mengambil

keputusan mengenai investasinya di suatu perusahaan, investor

membutuhkan informasi kesehatan keuangan perusahaan tersebut.

Kesehatan keuangan perusahaan dapat diketahui dengan melihat

kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Untuk

memprediksi kondisi financial distress diperlukan sebuah alat yang

tepat dan sesuai. Dengan menggunakan alat yang tepat, investor dapat

memperoleh hasil yang akurat mengenai kondisi kesehatan keuangan

perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai

investasi yang dilakukanya.

C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan

1. Model prediksi financial distress sudah banyak dikembangkan,

namun penelitian ini hanya membandingkan tiga model prediktor

fianancial distress saja. Penelitian selanjutnya sebaiknya

membandingkan lebih banyak model prediksi financial distress,

seperti Ohlson, Springate, Fulmer, Ca-Score dll, Sehingga hasil

penelitian benar-benar mampu menjawab prediktor financial

(53)

2. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya

terbatas pada perusahaan manufaktur saja. Penelitian selanjutnya

sebaiknya memperluas sampel penelitian untuk mendapatkan hasil

(54)

Daftar Pustaka

Al-Quran dan Terjemahannya. 2014. Solo: Kementerian Agama RI.

Adnan, H., dan Arisudhana, D., 2010, “Analisis Kebangkrutan Model Altman

Z-Score dan Springate pada Perusahaan Industri Property”,PhD Thesis, Universitas Budi Luhur.

Adnan, M., A., dan Kurniasih, E., 2000, "Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Dengan

Pendekatan Altman (The Analysis of Corporates’ Health to Predict

Their Bankruptcy Potentials Using The Altman Model)." Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI,)Vol. 7, No. 2.

Anggarini, T., V., dan Ardiyanto, M., D., 2010, “Pengaruh karakteristik komite audit terhadap financial distress”, PhD Thesis, Universitas Dipponegoro.

Ardiyanto, F., D., dan Prasetiono, P., 2011, “Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bei”,Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 8, No. 1, hal. 1-14.

Cahyaningrum, N., H., dan Haryanto, A., M., 2012 “Analisis Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2005 sampai dengan 2010)”, PhD Thesis. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis.

Dewi, S., S., 2013. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate

Social Responsibilitydisclosure pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI”.Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 2, No 3, hal 9-11

Fatmawati, M., 2012, “Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor Delisting”.Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No.1, hal. 56-65.

Gamayuni, R., R.,. 2011, "Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk Memprediksi Kebangkrutan." Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 16, hal. 158-176.

Ghozali, I., 2011. Aplikasi Multivariate dengan Program IBM SPSS 19

(55)

Hadi, S., dan Anggraeni, A., 2011, “Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik

(Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, dan

The Springate Model)”,Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol, 12, No. 2, hal, 1-9.

Hapsari, E., A., 2007, “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001 sampai dengan

2005)”,PhD Thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Herdinigtyas, W., dan Almilia, L., S., 2006, “Analisis Rasio CAMEL

Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002”,Jurnal Akuntansi dan keuangan, Vol. 7, No.2, hal. 131-147.

Kartika, A., 2012, “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan

Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan

Manufaktur di BEI”. Dinamika Akuntansi Keuangan dan

Perbankan, Vol. 1, No. 1, hal. 1-11.

Kartikawati, S., 2012, “Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan

Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”.

Luciana, 2006, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public

Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Vol. 7, No.2, hal. 183-210.

Maryati, H., dan Zulkarnain, I., 2014, “Analis Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Z-Score (Altman)(Studi Kasus Pt. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2012)Doctoral dissertation, Universitas Bengkulu.

Noverio, R., dan Dewayanto, T., 2011, “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”, Doctoral Dissertation, Universitas Diponegoro.

Pambekti, G., T., dkk. 2014, “Analisis Ketepatan Model Altman, Springate, Zmijewski, Dan Grover Untuk Prediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah Tahun 2009-2012)”, Phd Thesis, Uin Sunan Kalijaga.

Prihanthini, N., M., dan Sari, M., M., 2013, “Prediksi Kebangkrutan Dengan

(56)

Perusahaan Food And Beverage Di Bursa Efek Indonesia”.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5(2), hal. 417-435.

Purnajaya, K., D., dan Merkusiwati, N., K., 2014, “Analisis Komparasi

Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 7, No. 1, hal. 48-63.

Rifqi, M., 2009, “Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress

Altman, Ohlson, Zmijewski, dan Springate dalam Penerapannya di

Indonesia”, Skripsi. Universitas Indonesia. [Online] Available http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp. Diakses pada 30 oktober 2015.

Rismawaty, 2008, “Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress

Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijewski (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.

Phd Thesis, Universitas Hasanuddin Makkasar.

Takarini, N., dan Erni E., 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar

Modal Indonesia”, Ventura, Vol. 6, No. 3, hal. 253-270.

Widarjo, W.,danSetiawan, D., 2009, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif”,Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, hal. 107-119.

Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS & Smart PLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wulandari, V., dkk, 2014, “Analisis Perbandingan Model Altman, Springate, Ohlson, Fulmer, CA-Score dan Zmijewski Dalam Memprediksi Financial Distress (studi empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2012)”Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, Vol.

1, No.2, hal. 1-18.

Yuanita, I., 2010, “Prediksi Finacial Distress Dalam Industri Textile Dam Garment (Bukti Empiris Di Bursa Efek Indonesia)”.Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 6, No. 2, hal. 101-120.

Saham Delisting di Bursa Efek Indonesia,

(57)

DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN

No KODE NAMA PERUSAHAAN

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.

2 ADES Akhasa Wira International Tbk. 3 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. 4 AKRA AKR Corporindo Tbk.

5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk. 6 ALTO Tri Bayan Tirta Tbk.

7 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk. 8 BATA Sepatu Bata Tbk.

9 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk. 10 BISI BISI International Tbk.

11 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. 12 CPIN Charoen Pokpand Indonesia Tbk. 13 CPRO Central Proteina Prima Tbk.

14 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. 15 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk

16 ETWA Eterindo Wahan

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian
Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 4.4 Hasil Uji Kelayakan Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi Financial Distress dan memberikan hasil yang berbeda-beda pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Model Zmijewski dapat digunakan untuk memprediksi kondisi Financial Distress dan memberikan hasil yang berbeda-beda

Penelitian tersebut membandingkan model Zmijewski, Altman Z-Score, dan Springate dalam memprediksi financial distress pada perusahaan yang ada di Bursa Efek

Dengan menggunakan metode Springate, Grover dan Zmijewski dapat mengetahui bagaimana kondisi financial distress pada perusahaan-perusahaan batubara, bagaimana

Hasil prediksi financial distress dengan masing-masing model yaitu diantaranya menggunakan model altman terdapat delapan perusahaan yang mengalami financial distress

Agar dapat memecahkan beberapa permasalahan yang ada, maka penelitian ini dibuat untuk mengetahui penerapan metode Altman, Springate, Grover, Ohlson, dan Zmijewski sebagai

Penelitian dalam jurnal yang berjudul Penggunaan Model Zmijewski, Springate, Altman Z- score dan Grover Dalam Memprediksi Kepailitan Pada Perusahaan Transportasi

Penelitian dalam jurnal yang berjudul Penggunaan Model Zmijewski, Springate, Altman Z- score dan Grover Dalam Memprediksi Kepailitan Pada Perusahaan Transportasi