• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Gambar Sampel yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

(2)

Lampiran 2. Komposisi Krim Merek X

1. X krim (PT. KF)

No. Reg : DKL7212416529A1

Expire Date : Agustus 2017

Komposisi :

Tiap gram krim mengandung : Hidrokortison Asetat…...25 mg Kloramfenikol Base….. .20 mg

(3)

Lampiran 3. Gambar Alat

Gambar 2. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)

Gambar 3. Neraca analitik (Mettler Toledo)

(4)

Lampiran 4. Bagan Alir Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat

ditimbang sebanyak 50 mg

dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

dipipet 5 mL

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL dicukupkan dengan etanol absolut

dipipet 2 mL

dimasukkan kedalam labu tentukur 10 mL dicukupkan dengan etanol absolut

diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm

Baku Hidrokortison Asetat

LIB II Hidrokortison Asetat 50 g/mL

Hidrokortison Asetat 10 g/mL g/mL

Panjang gelombang Hidrokortison Asetat 241,8 nm

(5)

Lampiran 4. (Lanjutan)

2. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Kloramfenikol

ditimbang sebanyak 50 mg

dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL

dilarutkan dan dicukupkan dengan etanol absolut

dipipet 5 mL

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL dicukupkan dengan etanol absolut

dipipet 2,8 mL

dimasukkan kedalam labu tentukur 10 mL dicukupkan dengan etanol absolut

diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm

Baku Kloramfenikol

LIB II Kloramfenikol 50 g/mL

Kloramfenikol 14 g/mL

Panjang gelombang Kloramfenikol 274,2 nm

(6)

Lampiran 4. (Lanjutan)

3. Pembuatan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat pada Konsentrasi 5µg/mL; 7,5 µg/mL; 10 µg/mL; 12,5 µg/mL dan 15 µg/mL

dipipet masing-masing sebanyak 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL dan 3 mL

dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 10 mL

dicukupkan dengan etanol abolut

Larutan Standar Hidrokortison Asetat (5µg/mL; 7,5 µg/mL; 10 µg/mL; 12,5

µg/mL dan 15 µg/mL)

8 g/mL

Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat LIB II Hidrokortison Asetat 50 g/mL

(7)

Lampiran 4. (Lanjutan)

4. Pembuatan Spektrum Serapan Kloramfenikol pada Konsentrasi 10 µg/mL, 12 µg/mL, 14 µg/mL; 16 µg/mL dan 18 µg/mL

dipipet masing-masing sebanyak 2 mL; 2,4 mL; 2,8 mL; 3,2 mL dan 3,6 mL

dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 10 mL

dicukupkan dengan etanol abolut

Larutan Standar Kloramfenikol (10 µg/mL, 12 µg/mL, 14 µg/mL; 16

µg/mL dan 18 µg/mL)

8 g/mL

Spektrum Serapan Kloramfenikol LIB II Kloramfenikol 50 g/mL

(8)

Lampiran 4. (Lanjutan)

5. Penentuan Panjang Gelombang Analisis Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Kloramfenikol 8 g/mL

8 g/mL Hidrokortison Asetat 10 g/mL

8 g/mL

diukur serapan dari masing-masing hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada panjang gelombang 200 - 400 nm ditumpang tindihkan

ditentukan 5 titik panjang panjang gelombang analisis

diambil panjang gelombang dari spektrum serapan komponen mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan.

(9)

Lampiran 4. (Lanjutan)

6. Pembuatan Larutan Baku Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL dicukupkan dengan etanol absolut

Larutan diukur pada panjang gelombang 200-400 nm

Lakukan replikasi sebanyak 6 kali

Dipipet 1,6 mL Kloramfenikol 50 mg

8 g/mL Hidrokortison Asetat 50 mg

(10)

Lampiran 4. (Lanjutan)

7. Penetapan Kadar Sediaan Krim Merek X

ditimbang

dikeluarkan isi tube, kemudian ditimbang tube kosong

ditimbang setara 25 mg hidrokortison asetat

dihitung kesetaraan kloramfenikol yang terkandung didalamnya

dilakukan penimbangan sebanyak 6 kali pengulangan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL

dilarutkan dengan etanol absolut

dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda dihomogenkan

disaring

dibuang  10 mL filtrat pertama ditampung filtrat selanjutnya dipipet 0,5 mL

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL

dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda diukur pada panjang gelombang 200-400

dihitung Nilai Absorbansi

Kadar 10 tube

(11)

Lampiran 5. Data Kalibrasi Baku Hidrokortison Asetat, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi

 Kalibrasi serapan Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang 220.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

1. 0.0000 0.000

Perhitungan persamaan garis regresi

a =n ∑ xy − ∑ x ∑ yn ∑ x − Σx = . − .

. − ² = .

= ̅ − ̅

= ̅ − ̅ = . − . , = .

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 5.0000 0.123 0.6150 25.0000 0.01513

3. 7.5000 0.166 1.2450 56.2500 0.02756

4. 10.0000 0.218 2.1800 100.0000 0.04752

5. 12.5000 0.269 3.3625 156.2500 0.07236

6. 15.0000 0.313 4.6950 225.0000 0.09797

(12)

Lampiran 5. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang 241.8 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 5.0000 0.196 0.9800 25.0000 0.03842

3. 7.5000 0.291 2.1825 56.2500 0.08468

4. 10.0000 0.398 3.9800 100.0000 0.15840

5. 12.5000 0.500 6.2500 156.2500 0.25000

(13)

Lampiran 5. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang 250.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 5.0000 0.156 0.7800 25.0000 0.02434

3. 7.5000 0.230 1.7250 56.2500 0.05290

4. 10.0000 0.314 3.1400 100.0000 0.09860

5. 12.5000 0.394 4.9250 156.2500 0.15524

(14)

Lampiran 5. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang 259.2 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 5.0000 0.075 0.3750 25.0000 0.00563

3. 7.5000 0.108 0.8100 56.2500 0.01166

4. 10.0000 0.149 1.4900 100.0000 0.0222

5. 12.5000 0.187 2.3375 156.2500 0.03497

(15)

Lampiran 5. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang 266.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 5.0000 0.031 0.1550 25.0000 0.00096

3. 7.5000 0.042 0.3150 56.2500 0.00176

4. 10.0000 0.056 0.5600 100.0000 0.00314

5. 12.5000 0.071 0.8875 156.2500 0.00504

(16)

Lampiran 6. Data Kalibrasi Baku Kloramfenikol, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi

 Kalibrasi serapan Kloramfenikol pada panjang gelombang 220.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

1. 0.0000 0.000

Perhitungan persamaan garis regresi

a =n ∑ xy − ∑ x ∑ yn ∑ x − Σx = . − .

. − ² = .

= ̅ − ̅

= ̅ − ̅ = . − . . = − .

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

√[ ∑ 2 − ∑ 2][ ∑ 2 − ∑ 2]

⥾=√ [ . . 2][ . . − . 2]

⥾ = ..

No. x y xy x2 y2

1. 0.0000 0 0.0000 0.0000 0.00000

2. 10.0000 0.265 2.65 100.0000 0.07023

3. 12.0000 0.321 3.852 144.0000 0.10304

4. 14.0000 0.375 5.25 196.0000 0.14063

5. 16.5000 0.431 6.896 256.0000 0.18576

6. 18.0000 0.487 8.766 324.0000 0.23717

(17)

Lampiran 6. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Kloramfenikol pada panjang gelombang 241.8 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 10.0000 0.103 1.0300 100.0000 0.01061

3. 12.0000 0.125 1.500 144.0000 0.01563

4. 14.0000 0.142 1.988 196.0000 0.02016

5. 16.5000 0.163 2.608 256.0000 0.02657

(18)

Lampiran 6. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Kloramfenikol pada panjang gelombang 250.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.0000 0.0000 0.00000

2. 10.0000 0.149 1.4900 100.0000 0.02220

3. 12.0000 0.181 2.1720 144.0000 0.03276

4. 14.0000 0.206 2.8840 196.0000 0.04244

5. 16.5000 0.237 3.7920 256.0000 0.05617

(19)

Lampiran 6. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Kloramfenikol pada panjang gelombang 259.2 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.00 0.000 0.0000 0.00000

2. 10.0000 0.219 2.190 100.0000 0.04796

3. 12.0000 0.266 3.192 144.0000 0.07076

4. 14.0000 0.304 4.256 196.0000 0.09242

5. 16.5000 0.350 5.600 256.0000 0.12250

(20)

Lampiran 6. (Lanjutan)

 Kalibrasi serapan Kloramfenikol pada panjang gelombang 266.6 nm

No. Konsentrasi ( g/ml) (x) Absorbansi (y)

Perhitungan Koefisien Korelasi (⥾)

⥾= ∑ − ∑ ∑

1. 0.0000 0.000 0.000 0.0000 0.00000

2. 10.0000 0.278 2.780 100.0000 0.07728

3. 12.0000 0.336 4.032 144.0000 0.11290

4. 14.0000 0.385 5.390 196.0000 0.14823

5. 16.5000 0.443 7.088 256.0000 0.19625

(21)

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Teoritis dari Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

1. Hidrokortison Asetat

Pengulangan 1 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 mg100 mL = 506,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II =5 mL x 506 µg/mL50 mL = 50,6000 µg/mL

Kadar Teoritis = 2 mL x 50,6 µg/mL10 mL = 10,1200 µg/mL

Pengulangan 2 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 mg100 mL = 506,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 506 µg/mL50 mL = 50,6000 µg/mL

Kadar Teoritis = 2 mL x 50,6 µg/mL10 mL = 10,1200 µg/mL

Pengulangan 3 (Penimbangan 50,7 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,7 mg100 mL = 507,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 507 µg/mL50 mL = 50,7000 µg/mL

Kadar Teoritis = 2 mL x 50,7 µg/mL10 mL = 10,1400 µg/mL

Pengulangan 4 (Penimbangan 50,8 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,8 mg100 mL = 508,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 508 µg/mL50 mL = 50,8000 µg/mL

(22)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Pengulangan 5 (Penimbangan 50,9 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,9 mg100 mL = 509,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 509 µg/mL50 mL = 50,9000 µg/mL

Kadar Teoritis = 2 mL x 50,9 µg/mL10 mL = 10,1800 µg/mL

Pengulangan 6 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 mg100 mL = 506,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 506 µg/mL50 mL = 50,6000 µg/mL

Kadar Teoritis = 2 mL x 50,6 µg/mL10 mL = 10,1200 µg/mL

2. Kloramfenikol

Pengulangan 1 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 mg100 mL = 506,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 506 µg/mL50 mL = 50,6000 µg/mL

Kadar Teoritis = 1,6 mL x 50,6 µg/mL10 mL = 8,0960 µg/mL

Pengulangan 2 (Penimbangan 50,9 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,9 mg100 mL = 509,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 509 µg/mL50 mL = 50,9000 µg/mL

(23)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Pengulangan 3 (Penimbangan 50,7 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,7 mg100 mL = 507,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 507 µg/mL50 mL = 50,7000 µg/mL

Kadar Teoritis = 1,6 mL x 50,7 µg/mL10 mL = 8,1120 µg/mL

Pengulangan 4 (Penimbangan 50,8 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,8 mg100 mL = 508,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 508 µg/mL50 mL = 50,8000 µg/mL

Kadar Teoritis = 1,6 mL x 50,8 µg/mL10 mL = 8,1280 µg/mL

Pengulangan 5 (Penimbangan 50,9 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,9 mg100 mL = 509,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 509 µg/mL50 mL = 50,9000 µg/mL

Kadar Teoritis = 1,6 mL x 50,9 µg/mL10 mL = 8,1440 µg/mL

Pengulangan 6 (Penimbangan 50,6 mg)

Konsentrasi LIB I = 50,6 mg100 mL = 506,0000 µg/mL

Konsentrasi LIB II = 5 mL x 506 µg/mL50 mL = 50,6000 µg/mL

(24)

Lampiran 8. Data Penimbangan Baku serta Kadar Teoritis dari Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Pengulangan Hidrokortison Penimbangan Asetat (mg)

Kadar Teoritis Hidrokortison

Asetat (µg/mL)

Penimbangan Kloramfenikol

(mg)

Kadar Teoritis Kloramfenikol

(µg/mL)

1 50,6000 10,1200 50,6000 8,0960

2 50,6000 10,1200 50,9000 8,1440

3 50,7000 10,1400 50,7000 8,1120

4 50,8000 10,1600 50,8000 8,1280

5 50,9000 10,1800 50,6000 8,0960

(25)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kesetaraan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim

i. Data penimbangan krim merek X

Berat 10 tube berisi krim merek X = 127,2773 g Berat 10 tube kosong = 27,2016 g

Berat krim merek X = 127,2773 g – 27,2016 g = 100,0757 g

ii. Perhitungan Kesetaraan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim

Sediaan krim yang digunakan adalah krim merek X yang mengandung hidrokortison asetat 25 mg dan kloramfenikol 20 mg.

Ditimbang krim setara dengan 25 mg hidrokortison asetat, maka jumlah krim yang ditimbang adalah:

Jumlah hidrokortison asetat dalam 10 tube = 10 tube x �� � x �

= 2500 mg = 2.5 g

x

= � . �. � = 1.0007 g

Kemudian dihitung kesetaraan kloramfenikol yang terkandung dalam1.0007 g krim

(26)

Lampiran 10. Data Penimbangan dan Serapan dari Krim Merek X

Pengulangan Penimbangan (gram) 220,6 Serapan pada Panjang Gelombang nm 241,8 nm 250,6 nm 259,2 nm 266,6 nm

1 1,0007 0,417 0,491 0,439 0,352 0,276

2 1,0560 0,421 0,491 0,439 0,352 0,276

3 1,0270 0,411 0,492 0,447 0,342 0,288

4 1,0788 0,413 0,495 0,448 0,349 0,288

5 1,0224 0,421 0,491 0,445 0,348 0,276

(27)
(28)

Lampiran 12. Perhitungan Kadar Akurasi dari Hasil Matriks Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Pengulangan 1 hidrokortison asetat = ,

, x 100,663% =100,58% kloramfenikol = , , x 98,89% = 98,80%

Pengulangan 2 hidrokortison asetat = , , x 100,663% =100,54%

kloramfenikol = ,, x 98,89% = 98,83%

Pengulangan 3 hidrokortison asetat = ,

, x 100,663% =100,47% kloramfenikol = ,

, x 98,89% = 98,94% Pengulangan 4 hidrokortison asetat = ,

, x 100,663% =100,79% kloramfenikol = ,

, x 98,89% = 99,54% Pengulangan 5 hidrokortison asetat = ,

, x 100,663% =100,69% kloramfenikol = ,, x 98,89% = 98,66%

Pengulangan 6 hidrokortison asetat = , , x 100,663% =100,47%

kloramfenikol = ,

, x 98,89% = 97,97%

(29)

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim Merek X

1. Kadar Hidrokortison Asetat

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel

(30)

Lampiran 13. (Lanjutan)

t hitung 5 = |S √x-x | = | , , | = 1,9197 (diterima)

t hitung 6 = |S √x-x | = | , - , | = 2,3036 (diterima)

Data 4 ditolak karena nilai t hitung ≥ t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,2,3,5,6.

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel

t hitung = | x−x S √⁄ |

t hitung 1 = |S √x-x | = | , , | = 0,7341 (diterima)

t hitung 2 = |S √x-x | = | , - , | = 0,2474 (diterima)

(31)

Lampiran 13. (Lanjutan)

t hitung 5 = |S √x-x | = | , , | = 3,4257 (ditolak)

t hitung 6 = |S √x-x | = | , - , | = 1,9576 (diterima)

Data 5 ditolak karena nilai t hitung ≥ t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,2,3,6.

No.

(x) Kadar Akurasi

dari hasil

matriks (%) x - x (x - x)

2

1. 100,58 0,06 0,0036

2. 100,54 0,02 0,0004

3. 100,47 -0,05 0,0025

6. 100,47 -0,05 0,0025

x = 100,52  (x - x)2 = 0,009

SD =√∑ x−x 2=√ ,- = √ , = 0,05477

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 4-1 = 3 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk

= (1 – 0,025); 3 = 0,975; 5 = 3,1824

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel

t hitung = | x−x S √⁄ |

t hitung 1 = |S √x-x | = | , , | = 2,1909 (diterima)

t hitung 2 = |S √x-x | = | , , | = 0,7303 (diterima)

(32)

Lampiran 13. (Lanjutan)

t hitung 6 = |S √x-x | = | , - , | = 1,8248 (diterima)

Semua data diterima, maka kadar hidrokortison asetat sebenarnya adalah: = (x̅ ± ttabel x S

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel

t hitung =| x−x S √⁄ |

t hitung 1 = |S √x−x | = | , , | =0,04849 (diterima)

(33)

Lampiran 13. (Lanjutan)

t hitung 3 = |S √x−x | = | , , | = 0,7273 (diterima)

t hitung 4 = |S √x−x | = | , , | = 3,6364 (ditolak)

t hitung 5 = |S √x−x | = | ,− , | = 0,6303 (diterima)

t hitung 6 = |S √x−x | = | ,− , | = 3,9758 (ditolak)

Data 4 dan 6 ditolak karena nilai t hitung ≥ t tabel, maka data yang dipakai adalah data 1,2,3,5.

No. Kadar akurasi (x) hasil matriks

(%)

x - x (x - x)2

1. 98,80 -0,01 0,0001

2. 98,83 0,02 0,0004

3. 98,94 0,13 0,0169

5. 98,66 0,15 0,0225

x = 98,81  (x - x)2 = 0,0399

SD =√∑ x−x 2=√ , - = √ , = 0,1153

Uji statistik pada taraf kepercayaan 95% maka nilai α = 0,05 ; dk = n-1 = 4-1 = 3 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk

= (1 – 0,025); 3 = 0,975; 5 = 3,1824

Dasar penerimaan data jika t hitung ≤ t tabel

t hitung =| x−x S √⁄ |

t hitung 1 = |S √x-x | = | , - , | = 0,1735 (diterima)

(34)

Lampiran 13. (Lanjutan)

t hitung 3 = |S √x-x | = | , , | = 2,2549 (diterima)

t hitung 5 = |S √x-x | = | , , | = 2,6019 (diterima) Semua data diterima, maka kadar kloramfenikol sebenarnya adalah:

= (x̅ ± ttabel x S ) %

(35)

Lampiran 14. Perhitungan %KV (Koefisien Variasi) Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

%KV = Sx x 100%

%KV Hidrokortison Asetat = , , x 100% = 0,05 %

(36)

Lampiran 15. Spektrum Serapan dari Larutan Standar Hidrokortison Asetat yang Dibuat Sebanyak 6 Kali Pengulangan

 Pengulangan 1

 Pengulangan 2

 Pengulangan 3

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(37)

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(38)

Lampiran 16. Spektrum Serapan dari Larutan Standar Kloramfenikol yang Dibuat Sebanyak 6 Kali Pengulangan

 Pengulangan 1

 Pengulangan 2

 Pengulangan 3

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(39)

Lampiran 16. (Lanjutan)

 Pengulangan 4

 Pengulangan 5

 Pengulangan 6

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(40)

Lampiran 17. Spektrum Serapan dari Larutan Baku Campuran Hidrokortison

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(41)

Lampiran 17. (Lanjutan)

 Pengulangan 4

 Pengulangan 5

 Pengulangan 6

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(42)

Lampiran 18. Spektrum Serapan dari Sampel Sediaan Krim Merk X yang Dibuat

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(43)

Lampiran 18. (Lanjutan)

 Pengulangan 4

 Pengulangan 5

 Pengulangan 6

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

Ab

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(44)
(45)
(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Y.C. (2009). Validasi Metode Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Secara Spektrofotometri UV dengan Aplikasi Panjang Gelombang Berganda. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Halaman 1-2 dan 23-26.

Cairns, D. (2008). Essentials of Pharmaceutical Chemistry. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Halaman 168.

Day, R. A., dan Underwood, A. L. (1998). Quantitative Analysis. Edisi VI. Penerjemah: Sopyan, I. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI.

Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 383 dan 399-404.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.

Ditjen BKAK. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 536 dan 686.

Ermer, J., dan McB Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis, A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Halaman 201-202 dan 210.

Febriani, C. (2016). Aplikasi Metode Spektrofotometri Secara Panjang Gelombang Berganda Terhadap Penetapan Kadar Teofilin dan Efedrin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ganjar, I.G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 31-33.

Hamdani, S., Maimonah, S., dan Akmal. (2014). Optimasi Fase Gerak pada Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Hidrokortison Asetat dalam Sediaan Krim Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Skripsi. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Harmita.(2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian.1(3): 117-135.

Khopkar, S.M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah: Saptorahardjo, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 215-217.

(48)

Kelamin. Mataram: RSU Mataram/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Halaman 1.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke’s Analysis of Drug and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press.

Mulja, M., dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 35 dan 52.

Munson, J.W. (1984). Pharmaceutical Analysis. Modern Methods. Part B. Penerjemah:Harjana. (1991). Analisis Farmasi. Metode Modern. Parwa B. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334 dan 385.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 39-40.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 90 dan 94.

Setiabudy, R. (1980). Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi II. Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. Halaman 533.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 168.

Syafrisal, A. (2015). Penetapan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalama sediaan krim secara pektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Syamsuni, H.A. (2012). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 14.

Watson, D.G. (2005). Pharmaceutical Analysis: A Textbook for Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemists. Edisi II. Penerjemah: Syarief, W.R. (2010).

Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Edisi II. Jakarta: EGC. Halaman 126-127.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yaitu untuk menetapkan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim merek X secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi metode panjang gelombang berganda.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2016 di

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

UV-Visible, Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV Probe 2.43

(UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo), kuvet, kertas saring, bola karet,

spatula, alat-alat gelas (Oberoi) dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam

penyiapan sampel.

3.4 Bahan

(50)

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2005). Sampel yang digunakan yaitu krim merek X yang mengandung hidrokortison asetat 25 mg dan kloramfenikol 20 mg (gambar sediaan dan daftar spesifikasi sediaan krim dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 39 dan Lampiran 2 halaman 40).

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

3.6.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Hidrokortison Asetat

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding hidrokortison asetat kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 g/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50 g/mL (LIB II).

3.6.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Kloramfenikol

Dibuat larutan induk kloramfenikol dengan melarutkan 50 mg serbuk baku

kloramfenikol dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol absolut

hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda

sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 g/mL (LIB I). Dari larutan

(51)

50 g/mL (LIB II).

3.6.2 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum

3.6.2.1 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat

Diambil sebanyak 2 mL dari LIB II hidrokortison asetat kemudian

dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL (konsentrasi = 10 g/mL) kemudian

ditambahkan etanol absolut. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang

sama hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan

hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10 g/mL. Diukur serapannya pada

panjang gelombang 200-400 nm.

3.6.2.2 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol

Diambil sebanyak 2,8 mL dari LIB II kloramfenikol kemudian dimasukan

ke dalam labu tentukur 10 mL (konsentrasi = 14 g/mL) kemudian ditambahkan

etanol absolut. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga

garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan kloramfenikol

dengan konsentrasi 14 g/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang

200-400 nm.

3.6.3 Penentuan Spektrum Serapan

3.6.3.1 Penentuan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat

Dibuat larutan standar hidrokortison asetat dalam 5 labu tentukur 10 mL

dengan konsentrasi masing-masing 5 g/mL; 7,5 g/mL; 10 g/mL; 12,5 g/mL;

dan 15 g/mL, dengan cara mengencerkan sebanyak 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL;

dan 3 mL secara berurutan dari LIB II hidrokortison asetat menggunakan pelarut

etanol absolut, dibuat sebanyak 6 kali pengulangan. Masing-masing diukur

(52)

3.6.3.2 Penentuan Spektrum Serapan Kloramfenikol

Dibuat larutan standar kloramfenikol dengan mengambil sebanyak 2 mL;

2,4 mL; 2,8 mL; 3,2 mL; dan 3,6 mL dari LIB II kloramfenikol. Kemudian

masing-masing dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL. Dilarutkan dengan pelarut

etanol absolut. Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama untuk membuat

larutan standar dengan konsentrasi 10 g/ mL; 12 µg/ mL, 14 g/ mL; 16 µg/ mL;

dan 18 g/mL, dibuat sebanyak 6 kali pengulangan. Masing-masing diukur

serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.

3.6.4 Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Dibuat larutan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10 g/mL, larutan

kloramfenikol dengan konsentrasi 8 g/mL. Kemudian kedua larutan ini diukur

serapannya pada panjang gelombang 200–400 nm. Selanjutnya spektrum serapan

dari masing-masing komponen di tumpang tindihkan. Kemudian dipilih lima titik

sebagai panjang gelombang yang akan digunakan, pemilihan panjang gelombang

diambil dari spektrum serapan komponen mulai memberikan serapan sampai

hampir tidak memberikan serapan.

3.6.5 Penentuan Serapan

Larutan standar hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang telah dibuat,

diukur absorbansinya pada multi panjang gelombang yang telah ditentukan. Nilai

serapan kedua senyawa ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi yang

dioperasikan pada data konsentrasi dan absorbansi masing-masing senyawa pada

setiap panjang gelombang pengukuran.

Dari persamaan regresi yang diperoleh, y = ax + b , y adalah harga serapan

(53)

(mg/100 mL), sedangkan b adalah konstanta.

3.6.6 Penentuan Spektrum Serapan Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding hidrokortison asetat kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 g/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50 g/mL (LIB II). Dibuat larutan induk kloramfenikol dengan melarutkan 50 mg serbuk baku kloramfenikol dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 g/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50 g/mL (LIB II). Dari larutan hidrokortison asetat LIB II dipipet 2 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL (labu A), dan dari larutan kloramfenikol LIB II dipipet 1,6 mL dimasukkan ke dalam labu A, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 10

g/mL dan 8 g/mL (labu A). Selanjutnya diukur serapan pada panjang gelombang

200-400 nm, dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan.

3.6.7 Penentuan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim

Ditimbang 10 tube krim merek X yang mengandung hidrokortison asetat 25

(54)

dalam tube, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya ditimbang

seksama krim setara dengan 25 mg hidrokortison asetat, dihitung kesetaraan

kloramfenikol yang terkandung di dalamnya (penimbangan krim dilakukan

sebanyak 6 kali pengulangan). Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

mL, dan ditambahkan etanol absolut 10 mL, disonikasi selama 15 menit, sampai

larut, kemudian dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda, dikocok

sampai homogen. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih kurang 10 mL filtrat

pertama dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian dari filtrat ini dipipet

sebanyak 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, dicukupkan dengan

etanol absolut sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang didalamnya

terdapat hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10 g/mL dan kloramfenikol

konsentrasi 8 g/mL. Diukur serapan pada panjang gelombang 200−400 nm.

3.6.8 Perhitungan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dengan Menggunakan Perhitungan Matriks

Menurut Zainuddin (1999) dan Andrianto (2009), perhitungan kadar masing-masing komponen dalam campuran dilakukan atas dasar serapan campuran (Ac) dan serapan tiap komponen pada multi panjang gelombang yang telah diketahui dari hasil pengukuran dengan menggunakan persamaan matriks:

[c] = [[a] x [a1]]-1 x [a] x Ac] Keterangan :

[c] : kadar komponen dari campuran

[a] : matriks serapan senyawa penyusun campuran

[a1] : transpose matriks serapan senyawa penyusun campuran

[[a] X [a1]]-1 : invers matriks dikali transpose matriks serapan senyawa

penyusun campuran

(55)

Data perhitungan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji ttabel. Menurut Sudjana (2005) analisis metode standar deviasi dilakukan menggunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Menurut Sudjana (2005) untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

Data diterima jika thitung ≤ ttabel pada interval kepercayaan 95% dengan nilai

α = 0,005.

Keterangan :

SD : standard deviation / simpangan baku xi : kadar dalam satu perlakuan

X : kadar rata-rata dalam satu sampel (mg/100g)

n : jumlah pengulangan

α : tingkat kepercayaan

Menurut Sudjana (2005) untuk menghitung kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol sebenarnya dalam sampel secara statistik dapat digunakan rumus:

µ = x ± (t(α/2, dk) x SD / √n ) Keterangan :

SD : standard deviation / simpangan baku

X : kadar rata-rata dalam satu sampel

n : jumlah pengulangan

(56)

Analisis hasil dilakukan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan dalam penelitian, berikut parameter yang diukur:

3.6.10.1 Uji Akurasi

Menurut Zainuddin (1999) dan Andrianto (2009) nilai akurasi dihitung dari hasil matriks kadar yang terukur dibandingkan dengan kadar teoritis dikalikan persentase kadar baku pada sertifikat analisis. Akurasi dikatakan baik jika berada dalam rentang 90-110% (Andrianto, 2009).

Akurasi dari hasil matriks = KK × % Kadar baku pada sertifikat analisis

3.6.10.2 Uji Presisi

Penentuan presisi berdasarkan nilai koefisian variasi (KV) atau Coefficient

of variation (CV). Jika KV lebih kecil dari 2% maka dinilai mempunyai presisi yang

baik (Andrianto, 2009).

Menurut Zainuddin (1999) dan Andrianto (2009) koefisien variasi (KV)

diperoleh dengan rumus:

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat

dan Kloramfenikol

Penentuan spektrum serapan maksimum dilakukan pada panjang

gelombang 200–400 nm. Pengukuran hidrokortison asetat pada konsentrasi 10

g/mL, sedangkan untuk kloramfenikol pada konsentrasi 14 g/mL. Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh panjang gelombang maksimum hidrokortison asetat pada

241,8 nm dan kloramfenikol pada 274,2 nm. Spektrum serapan maksimum

hidrokortison asetat konsentrasi 10 g/mL dan kloramfenikol konsentrasi 14 g/mL

masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum hidrokortison asetat konsentrasi 10

g/mL

Gambar 4.2 Spektrum serapan maksimum kloramfenikol konsentrasi 14 g/mL

nm .

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(58)

4.2 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Spektrum serapan hidrokortison asetat dan kloramfenikol dari berbagai

konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4, sedangkan spektrum tumpang

tindih serapan hidrokortison asetat dan kloramfenikol dapat dilihat pada Gambar

4.5.

Gambar 4.3 Spektrum serapan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 5-15 g/mL

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(59)

Gambar 4.5 Tumpang tindih spektrum serapan Hidrokortison Asetat konsentrasi 10 µg/mL dan Kloramfenikol 8 µg/mL

Spektrum serapan hidrokortison asetat dan kloramfenikol dengan berbagai

konsentrasi dalam etanol absolut menunjukkan bahwa konsentrasi tidak mengubah

bentuk spektrum dari masing-masing zat. Spektrum tumpang tindih merupakan

penggabungan kedua serapan dari hidrokortison asetat dan kloramfenikol yaitu

konsentrasi 10 µg/mL dan 8 µg/mL dan juga merupakan perbandingan dari

kandungan masing masing zat dalam sampel yaitu 10:8.

Dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa hasil tumpang tindih serapan

hidrokortison asetat dan kloramfenikol adalah spektrum serapan yang berimpit.

Metode spektrofotometri biasa tidak dapat dilakukan untuk menetapkan kadar

hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam campuran, maka dilakukan penetapan

kadar masing-masing komponen secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan

aplikasi metode panjang gelombang berganda.

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

A

b

s.

0.464

0.400

0.200

0.000

-0.043

(60)

4.3 Penentuan Panjang Gelombang Analisis Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Gambar4.6 Lima titik panjang gelombang yang akan digunakan

Berdasarkan Gambar 4.6 maka diperoleh lima panjang gelombang analisis

yang digunakan. Lima panjang gelombang analisis yang digunakan adalah 220,6

nm pada panjang gelombang ini hidrokortison asetat dan kloramfenikol sudah

memberikan serapan dan merupakan titik potong kedua kurva serapan

hidrokortison asetat dan kloramfenikol. Pada panjang gelombang 241,8 nm

kloramfenikol sudah memberikan serapan dan merupakan serapan maksimum

hidrokortison asetat. Pada panjang gelombang 250,6 nm serapan hidrokortison

asetat sudah menurun dan serapan kloramfenikol mulai meningkat. Pada panjang

gelombang 259,2 nm hidrokortison asetat dan kloramfenikol masih sama-sama

memberikan serapan dan merupakan titik potong kedua kurva serapan

hidrokortison asetat dan kloramfenikol. Pada panjang gelombang 266,6 nm serapan

nm.

200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

(61)

4.4 Hasil Penentuan Serapan (a)

Setelah dilakukan pengukuran serapan masing-masing larutan pada panjang

gelombang analisis 220,6; 241,8; 250,6; 259,2 dan 266,6 nm dengan pengulangan

sebanyak enam kali. Data perhitungan serapan hidrkortison asetat dan

kloramfenikol dapat dilihat pada Tabel 4.1-4.12.

Tabel 4.1 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan I

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.123 0.274 0.216 0.105 0.031

7.5 0.166 0.378 0.299 0.144 0.042

10 0.218 0.483 0.382 0.185 0.056

12.5 0.269 0.588 0.465 0.227 0.071

15 0.313 0.682 0.54 0.264 0.082

a=0.02073 a=0.04507 a=0.03569 a=0.01745 a=0.00547

b=0.0088 b=0.0252 b=0.0196 b=0.0088 b=0.0014

r=0.9981 r=0.9969 r=0.9971 r=0.9975 r=0.9988

Tabel 4.2 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan II

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.135 0.287 0.228 0.112 0.036

7.5 0.167 0.38 0.301 0.146 0.044

10 0.215 0.485 0.384 0.186 0.056

12.5 0.268 0.591 0.467 0.227 0.07

15 0.313 0.688 0.545 0.265 0.082

a=0.02038 a=0.04515 a=0.03571 a=0.01733 a=0.00531

b=0.0131 b=0.0289 b=0.0232 b=0.0116 b=0.0037

(62)

Tabel 4.3 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan III

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.131 0.285 0.225 0.108 0.032

7.5 0.173 0.382 0.302 0.146 0.044

10 0.223 0.489 0.386 0.187 0.057

12.5 0.271 0.592 0.468 0.227 0.069

15 0.318 0.692 0.548 0.267 0.082

a=0.02085 a=0.04544 a=0.03597 a=0.01753 a=0.00539

b=0.0123 b=0.0280 b=0.0218 b=0.0098 b=0.0024

r=0.9966 r=0.9963 r=0.9965 r=0.9970 r=0.9980

Tabel 4.4 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan IV

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.14 0.283 0.222 0.108 0.032

7.5 0.182 0.385 0.304 0.148 0.045

10 0.242 0.491 0.388 0.19 0.059

12.5 0.276 0.591 0.467 0.227 0.069

15 0.325 0.689 0.545 0.265 0.083

a=0.02127 a=0.04533 a=0.03588 a=0.01746 a=0.00545

b=0.0169 b=0.0288 b=0.0220 b=0.0109 b=0.0026

r=0.9931 r=0.9961 r=0.9964 r=0.9962 r=0.9975

Tabel 4.5 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan V

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.123 0.196 0.156 0.075 0.031

7.5 0.166 0.291 0.23 0.108 0.042

10 0.218 0.398 0.314 0.149 0.056

12.5 0.269 0.5 0.394 0.187 0.071

15 0.313 0.603 0.479 0.235 0.082

(63)

Tabel 4.6 Data Perhitungan Serapan Hidrokortison Asetat Pengulangan VI

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

5 0.138 0.28 0.221 0.107 0.032

7.5 0.179 0.385 0.305 0.148 0.045

10 0.239 0.49 0.386 0.188 0.058

12.5 0.274 0.59 0.466 0.226 0.069

15 0.323 0.686 0.543 0.264 0.081

a=0.02115 a=0.04522 a=0.03575 a=0.01738 a=0.00535

b=0.0159 b=0.0284 b=0.0222 b=0.0106 b=0.0029

r=0.9938 r=0.9962 r=0.9963 r=0.9964 r=0.9969

Tabel 4.7 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan I

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.266 0.102 0.149 0.222 0.281

12 0.31 0.122 0.179 0.267 0.337

14 0.363 0.144 0.209 0.31 0.39

16 0.431 0.171 0.25 0.374 0.472

18 0.495 0.197 0.286 0.425 0.532

a=0.02710 a=0.01080 a=0.01571 a=0.02338 a=0.02935

b=-0.0053 b=-0.0033 b=-0.0044 b=-0.0065 b=-0.0071

r=0.9986 r=0.9981 r=0.9983 r=0.9982 r=0.9985

Tabel 4.8 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan II

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.353 0.127 0.187 0.275 0.344

12 0.398 0.157 0.227 0.331 0.412

14 0.433 0.165 0.246 0.363 0.455

16 0.489 0.188 0.279 0.413 0.518

18 0.556 0.217 0.315 0.463 0.579

a=0.03047 a=0.01188 a=0.01742 a=0.02568 a=0.03215

b=0.0160 b=0.0038 b=0.0058 b=0.0079 b=0.0096

(64)

Tabel 4.9 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan III

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.361 0.139 0.201 0.297 0.371

12 0.406 0.156 0.226 0.332 0.414

14 0.472 0.186 0.262 0.377 0.468

16 0.504 0.195 0.286 0.421 0.527

18 0.577 0.223 0.321 0.467 0.582

a=0.03184 a=0.01235 a=0.01782 a=0.02595 a=0.03237

b=0.0152 b=0.0057 b=0.0081 b=0.0129 b=0.0160

r=0.9958 r=0.9955 r=0.9967 r=0.9962 r=0.9961

Tabel 4.10 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan IV

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.265 0.095 0.138 0.205 0.261

12 0.321 0.12 0.175 0.26 0.33

14 0.375 0.141 0.206 0.303 0.384

16 0.431 0.163 0.237 0.35 0.443

18 0.487 0.184 0.268 0.394 0.498

a=0.02701 a=0.01024 a=0.01492 a=0.02195 a=0.02776

b=-0.0020 b=-0.0023 b=-0.0034 b=-0.0041 b=-0.0045

r=0.9999 r=0.9991 r=0.9991 r=0.9993 r=0.9994

Tabel 4.11 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan V

Konsentrasi µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.265 0.103 0.149 0.219 0.278

12 0.321 0.125 0.181 0.266 0.336

14 0.375 0.142 0.206 0.304 0.385

16 0.431 0.163 0.237 0.35 0.443

18 0.487 0.184 0.268 0.394 0.498

a=0.02701 a=0.01020 a=0.01484 a=0.02186 a=0.02764

(65)

Tabel 4.12 Data Perhitungan Serapan Kloramfenikol Pengulangan VI Konsentrasi

µg/mL

1 2 3 4 5

220.6 nm 241.8 nm 250.6 nm 259.2 nm 266.6 nm

10 0.342 0.132 0.192 0.281 0.349

12 0.388 0.151 0.222 0.327 0.408

14 0.431 0.166 0.246 0.364 0.456

16 0.498 0.191 0.281 0.415 0.519

18 0.547 0.212 0.312 0.46 0.577

a=0.03043 a=0.01174 a=0.01732 a=0.02558 a=0.03207

b=0.0127 b=0.0050 b=0.0068 b=0.0094 b=0.0106

r=0.9970 r=0.9969 r=0.9975 r=0.9979 r=0.9982

Pemilihan nilai serapan (a) dapat ditentukan berdasarkan harga r hitungnya.

Nilai r ≥ 0,97 dapat diterima dan memenuhi kriteria validasi (Ermer dan McB

Miller, 2005).

Nilai serapan (a) yang dipakai adalah nilai serapan dari hidrokortison asetat

dan kloramfenikol adalah pada pengulangan V. Data serapan jenis yang diperoleh

ini kemudian digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dan

kloramfenikol dalam campuran dengan perhitungan matriks.

4.5 Hasil Kadar Teoritis Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan

Kloramfenikol

Data penimbangan masing-masing baku hidrokortison asetat dan

kloramfenikol digunakan untuk menghitung kadar teoritis campuran campuran

hidrokortison asetat dan klramfenikol. Data penimbangan baku hidrokortison asetat

(66)

Tabel 4.13 Data Kadar Teoritis Campuran Baku Hirokortison Asetat dan Kloramfenikol

No. Baku Hidrokortison AsetatKadar Teoritis (µg/mL)Kloramfenikol

1 10.120 8.096

4.6 Hasil Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

dalam Sediaan Krim dengan Menggunakan Perhitungan Matriks

Sampel yang berupa sediaan krim yang hidrokortison asetat dan

kloramfenikol yang telah dipreparasi kemudian diukur pada panjang gelombang

200–400 nm. Berdasarkan spektrum yang didapat lalu ditentukan serapan

hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada panjang gelombang analisis yang telah

dipilih sebelumnya, yaitu panjang gelombang 220,6; 241,8; 250,6; 259,2 dan 266,6

nm.

Data serapan larutan sampel yang telah diperoleh digunakan untuk

mengukur kadar masing-masing, dengan menggunakan perhitungan matriks.

Kemudian dari perhitungan akan diperoleh kadar hidrokortison asetat dan

kloramfenikol. Perhitungan matriks dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 65.

Tabel 4.14 Data Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim dengan Menggunakan Perhitungan Matriks

No. Sampel Kadar Perolehan Matriks (µg/mL)

(67)

4.7 Hasil Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim dengan Analisis secara Statistik

Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim merek X

dengan analisis secara statistik pada metode panjang gelombang berganda dan juga

penelitian yang telah dilakukan oleh Syafrisal (2015) secara spektrofotometri

derivatif dengan teknik zero crossing dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim

Merek X dengan AnalisisSecara Statistik Rujukan

Syafrisal (2015) Suci (2016)

Metode zero crossing panjang gelombang berganda

Pelarut etanol absolut etanol absolut

yang digunakan

hidrokortison asetat pada 222,2 nm dan kloramfenikol pada

228,4 nm

kloramfenikol (102,32 ± 3,90) % (98,81 ± 0,18) %

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas, kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol

dalam sediaan krim merek X memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia

Edisi V tahun 2014 untuk sediaan krim hidrokortison asetat yaitu tidak kurang dari

90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada label, dan

untuk krim kloramfenikol yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

130,0% dari jumlah yang tertera pada label. Kadar hidrokortison asetat yang

diperoleh dengan metode panjang gelombang berganda lebih besar daripada dengan

metode spektrofotometri derivatif teknik zero crossing, dan kadar kloramfenikol

yang diperoleh dengan metode panjang gelombang berganda lebih kecil dari pada

dengan metode spektrofotometri derivatif teknik zero crossing. Hal ini bisa

(68)

analisisnya. Perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 67.

4.8 Hasil Uji Validasi

4.8.1 Akurasi Hasil Matriks

Diperoleh rentang akurasi dari hasil matriks masing-masing 100.47%-100.79% untuk hidrokortison asetat dan 97.97%-99.54% untuk kloramfenikol. Nilai rentang kadar akurasi hidrokortison asetat dan kloramfenikol memiliki akurasi yang baik karena berada pada rentang 90%-110% untuk hidrokortison asetat dan 90%-130% untuk kloramfenikol. Data hasil uji akurasi dari hasil matriks hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim merek Xdapat dilihat pada Tabel 4.15. Perhitungan kadar akurasi hasil matriks dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 66.

Tabel 4.16 Data Kadar Akurasi Hasil Matriks Hidrokortison Asetat dan

Kloramfenikol dalam Sediaan Krim

No. Sampel Kadar Akurasi Hasil Matriks (%)

Hidrokortison Asetat Kloramfenikol

1 100.58 98.80

2 100.54 98.83

3 100.47 98.94

4 100.79 99.54

5 100.69 98.66

6 100.47 97.97

4.8.2 Presisi

Diperoleh hasil uji presisi yaitu koefisien variasi (%KV) untuk

masing-masing hidrokortison asetat dan kloramfenikol adalah 0.05% dan 0.11%. Koefisien

variasi yang diperoleh telah memenuhi syarat presisi yaitu ≤ 2% (Gandjar dan

Rohman, 2009). Perhitungan koefisien variasi (%KV) dapat dilihat pada Lampiran

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam campuran dapat ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi metode panjang gelombang berganda.

b. Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam campuran memenuhi

persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 dengan persentase kadar sebesar 100,52% ± 0,08% dan 98,81% ± 0,18% masing-masing untuk hidrokortison asetat dan kloramfenikol.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada penetapan kadar

campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dengan metode lain, misalnya

(70)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

2.1.1 Hidrokortison Asetat

Menurut Ditjen. BKAK., (2014), uraian tentang hidrokortison asetat adalah

sebagai berikut :

Rumus Struktur :

Gambar 2.1 Struktur Hidrokortison Asetat

Nama Kimia : Pregn 4-ene-3,20 dione-11β,17α dihidroksi-21-asetat

Rumus Molekul : C23H32O6

Berat Molekul : 404,50

Kandungan : Mengandung hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pemeriaan : Serbuk hablur; putih hingga praktis putih; tidak berbau.

(71)

Hidrokortison asetat merupakan obat golongan kortikosteroid. Sebagian besar khasiat yang diharapakan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi. Karena khasiat inilah kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi. Di bidang dermatologi pada umumnya lebih digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antialergi (Maftuhah dan Abidin, 2009).

Dalam etanol, hidrokortison asetat memiliki panjang gelombang maksimum

sebesar 240 nm (A11 = 435a) (Moffat, dkk., 2005).

Gambar 2.2 Spektrum Hidrokortison Asetat (Moffat, dkk., 2005)

2.1.2 Kloramfenikol

Menurut Ditjen. BKAK., (2014), uraian tentang kloramfenikol adalah

sebagai berikut :

Rumus struktur :

(72)

Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[ − hidroksi − −

hidroksimetil − p − nitrofenetil]asetamida

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

Berat Molekul : 323,13

Kandungan : Tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dari

jumlah yang tertera pada etiket.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;

hingga putih kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam

propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman (Setiabudy, 1980).

Gambar 2.4 Spektrum Kloramfenikol (Moffat, dkk., 2005)

(73)

278 nm (A1

1 = 298a) dan dalam alkohol memiliki panjang gelombang maksimum

sebesar 271 (A11 = 178a) (Moffat, dkk., 2005).

2.2 Spektrofotometri

2.2.1 Pengertian Spektrofotometri

Spekrofotometri merupakan salah satu teknik analisis spektrofotometri

yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar ultraviolet dan sinar

tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer (Gandjar dan Rohman, 2009).

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara

relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai

fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1985).

2.2.2 Komponen Spektrofotometri

Suatu diagram sederhana dari spektrofotometer ultraviolet-visible dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Diagram spektrofotometer Ultraviolet-Visible (Sastrohamidjojo,

1985)

a. Sumber tenaga radiasi: Sumber radiasi ultraviolet yang banyak digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium (Sastrohamidjojo, 1985). Sedangkan untuk sumber radiasi visible digunakan lampu tungsten (Cairns, 2004).

(74)

b. Monokromator: Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis (Khopkar, 1985).

c. Sel absorpsi: Pada pengukuran di daerah visible kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi (Khopkar, 1985).

d. Detektor: Peranan detekor adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1985).

2.2.3 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel

yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan

konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum

Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan

ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan

oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan

(Gandjar dan Rohman, 2009).

Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai

berikut:

A = abc

Keterangan:

A = absorbansi

a = absorptivitas

(75)

c = konsentrasi

2.2.4 Kegunaan Spektrofotometri

Penggunaan utama spektrofotomteri ultraviolet-visible adalah dalam

analisis kuantitatif, yaitu menentukan kadar senyawa yang mengabsorpsi radiasi

ultraviolet-visible dengan membandingkan absorban sampel terhadap absorban

senyawa standar yang konsentrasinya diketahui, diukur pada kondisi larutan yang

sama (Satiadarma, dkk., 2004).

Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat

terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat

mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena

itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk dilakukan

(Satiadarma, dkk., 2004).

Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain

kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya

dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson, 1984).

2.3 Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik

pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya

adalah mencari absorban atau beda absorban di tiap-tiap komponen yang

memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat

dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu

komponen komponen dalam campurannya dengan komponen lainnya (Mulja dan

(76)

Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang

terjadi pada spektrum absorban dua komponen sebagai berikut:

a. Kemungkinan I

Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y

Pada Gambar 2.6 diatas menunjukkan terjadi kemungkinan spektrum tidak

tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y

semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang 1 dan 2.

b. Kemungkinan II

Gambar 2.7 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang

tindih pada spektrum Y

Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.7 dimana Y tidak

(77)

pada 1, kemudian absorban yang dsumbangkan oleh larutan X pada 2 dihitung

dari absortivitas molar X pada 2 yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan imi

dikurangkan dari absorban terukur larutan pada 2 sehingga akan diperoleh

absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan

cara yang umum.

c. Kemungkinan III

Gambar 2.8 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih

Pada Gambar 2.8 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara

keseluruhan. Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada 1, komponen Y

memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada 2 , komponen X

memiliki absorbansi sendiri.

Pada penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga

untuk mengatasi hal itu diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan

prinsip persamaan regresi berganda melalui perhitungan matriks dengan metode

pengamatan beberapa panjang gelombang berganda (Zainuddin, 1999).

Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai

memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dimana konsentrasi

(78)

0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang gelombang

secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses pemisahan

komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan secara

bersama-sama (Andrianto, 2009).

2.4 Hasil Beberapa Penelitian Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat dan

Kloramfenikol dalam Campuran

Hasil beberapa penelitian penetapan kadar hidrokortison asetat dan

kloramfenikol dalam campuran dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hasil Beberapa Penelitian Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Campuran

RUJUKAN Nurul Suci

(2016)

Hamdani, dkk.

(2014) Syafrisal (2015)

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Spektrofotometri derivatif secara zero-crossing

Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah

dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang

(79)

parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,

limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.5.1 Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang

dapat diterima adalah 90%-110% (Ditjen BKAK., 2014). Rentang ini bersifat

fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi

laboratorium. Akurasi bisa juga dilakukan dengan perhitungan matriks dari serapan

komponen obat dan serapan campuran komponen (Andrianto, 2009).

2.5.2 Presisi

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya

diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda

signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV) dan

dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan Rohman,

2009).

2.5.3 Spesifisitas

Spesifitas adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur

analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung di dalam sampel

(Watson, 2005). Secara umum, spesifitas dapat ditunjukkan oleh minimalnya

gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis. Pendekatan tidak langsung

adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi dari metode tersebut. Bila akurasi

(80)

sebagai metode yang spesifik (Ermer dan McB Miller, 2005).

2.5.4 Linieritas

Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi

yang menghubungkan antara konsentrasi (X) dengan serapan (Y). Linearitas dapat

diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang

berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),

intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2009; Watson, 2005).

Nilai r ≥ 0,97 dapat diterima dan memenuhi kriteria validasi (Ermer dan McB

Miller, 2005).

2.5.5 Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode

analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang suatu

prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut

mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika

Gambar

Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum hidrokortison asetat konsentrasi 10 �g/mLnm.
Gambar 4.3 Spektrum serapan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 5-15
Gambar 4.5 Tumpang tindih spektrum serapan Hidrokortison Asetat konsentrasi 10 µg/mL dan Kloramfenikol 8 µg/mL
Gambar 4.6 Lima titik panjang gelombang yang akan digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi permainan Mata Jeli yang dibuat dengan menggunakan JavaScript ini dapat memberi kemudahan kepada user yang ingin memainkan sebuah permainan yang tidak rumit dan sederhana

[r]

[r]

These particular kinematics generate a 2-D discrete workspace, meeting the specifications established for the de- sign of the flexible structure. 2, the workspace is composed of

[r]

Usman (2002: 35) melibatkan pemahaman sebagai bagian dari domain kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna

[r]

-Penggunaan modul sn ( ppd) Dan didik ( berita harian ) - Memberi fokus kepada mereka semasa mengajar -Fokus kepada cara menjawab dengan mudah agar mereka dapat