• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA DAN GAYA BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA DAN GAYA BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MUHAMMAD ASWIN RANGKUTI

NIM. 8106175010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MUHAMMAD ASWIN RANGKUTI

NIM. 8106175010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

M. Aswin Rangkuti, ”Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Inkuri”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pembelajaran Fisika yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan direct teaching terhadap kemampuan berfikir kritis. (2) Mengetahui perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik. (3) Untuk melihat apakah ada interaksi pembelajaran Fisika yang menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 4 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran inkuiri, kelas kedua akan diajar dengan model direct teaching. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 buah, yaitu pertama tes kemampuan berfikir kritis dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel dan instrumen yang kedua adalah angket gaya belajar yang disusun sebanyak 20 pertanyaan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model pembelajaran inkuiri dan direct teaching dengan rata-rata lebih tinggi pada kelompok inkuiri dibandingkan DI. Untuk hipotesis kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik dengan perbedaan yang signifikan antara gaya belajar visual dengan kinestetis, visual dengan audiotori, kinestetis dengan audiotori, dan reading dengan audiotori. Hasil perhitungan hipotesis ketiga menunjukkan adanya interaksi pembelajaran Fisika yang menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan berfikir kritis siswa.

(7)

ABSTRACT

Muhammad Aswin Rangkuti, "The Analyze of Critical Thinking Skill for Solving the Problems in Physics and Student Learning Style in Learning With Inqury Learning Model”.

This study aimed to determine: (1) The difference of learning physics using inquiry learning model and direct teaching on critical thinking skills. (2) Knowing the differences of students critical thinking skills in a student groups with visual, audiotori, reading, and kinesthetic learning style. (3) To see if there is interaction between learning using inquiry model with learning styles on the students' critical thinking skills. Samples were selected randomly by raffle 4 classes for getting two classes.The First-class will be taught with inquiry learning model and the second class will be taught by direct teaching model. The instrument which is used in this study there are two pieces, the first is test of critical thinking skills in form esay test as many as 10 questions that have been declared valid and reliable and the second is learning style questionnaire which is composed by 20 questions. The result showed that there were differences in students' critical thinking ability among models of inquiry learning and direct teaching with average higher in inquiry than direct teaching. For the second hypothesis was found that there were differences in students 'critical thinking skill in a group of students with a visual learning style, audiotori, reading, and kinesthetic with significant differences between visual and kinesthetic, visual and audiotori, kinesthetic and audiotori, and kinesthetic and audiotori. The results of the third hypothesis suggests an interaction between inquiry models and learning styles on the result of chiritical thingking students. There are thirty-eight types of interactions between models and learning style on critical thinking skill.

(8)

ii

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis

Dalam Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran

Dengan Model Pembelajaran Inkuiri” ini telah selesai disusun untuk memperoleh

gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril

maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.

Ridwan A. Sani, M.Si dan Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai Pembimbing I dan II

yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal

penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya

sampaikan kepadaProf. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Prof. Dr. Motlan, M.Sc., Ph.D,

dan Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber, validator dan tim penguji yang

telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan

penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Swasta Amir

Hamzah Medan, seluruh guru-guru, kepala tata usaha beserta staf, atas bantuan

dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan penulis

terutama kepada Rofiqoh Hasan Harahap, Teguh Febri Sudarma dan Khairul Amri

Hasibuan serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga

penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tak

terhingga kepada Ayahanda Musa Rangkuti dan Ibunda Siti Hajar yang telah

memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan

(9)

ii

Abangda Yoki Afriandy Rangkuti, S.Pd yang menjadi bagian dalam

terselesaikannya tesis ini. Terakhir penulis ingin mengucapkan kepada Dian

Novita Sari, Halim Simatupang, Liana Mawaddah Pohan dan Septian Prawijaya,

orang yang menjadi bagian dalam perjalanan hidup Penulis selama pelaksanaan

perkuliahan sampai tersusunnya tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari

kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu

terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Januari 2013

Penulis,

Muhammad Aswin Rangkuti NIM. 8106175010

(10)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Batasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Defenisi Operasional... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Teoritis ... 14

2.1.1. Pengertian Belajar ... 14

2.1.2. Hakikat Belajar Mengajar... 15

2.1.3. Kemampuan Berfikir Kritis ... 16

2.1.4. Gaya Belajar ... 21

2.1.5. Pembelajaran Inkuiri ... 23

2.1.6. Teori Belajar Inkuiri ... 26

2.2. Kerangka Konseptual... 27

2.3. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 31

3.3. Variabel Penelitian... 32

3.4. Alat Pengumpul Data ... 33

3.5. Jenis dan Desain Penelitian ... 34

3.6. Prosedur Penelitian ... 39

3.7. Uji Coba Instrumen... 40

3.8. Hasil Uji Coba Instrumen ... 43

3.9. Teknik Analisis Data ... 46

3.10. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 50

(11)

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 83

5.2. Implikasi ... 85

5.3. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 19

Tabel 3.1. Tabel Spesifikasi Materi Pokok Gelombang Mekanik ... 33

Tabel 3.2. Two Group Pretes-Postes Design ... 35

Tabel 3.3. Desain Statis Dengan Delapan Kelompok ... 35

Tabel 3.4. Ringkasan Uji Validitas Soal ... 44

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Reliabilita Soal ... 44

Tabel 3.6. Ringkasan Perhitungan Indeks Kesukaran Soal... 45

Tabel 3.7. Ringkasan Perhitungan Daya Beda ... 45

Tabel 4.1. Ringkasan Uji Normalitas ... 50

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. ... 37 Gambar 4.1 Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Antara Model Inkuiri dan Direct Teaching ... 52 Gambar 4.2. Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Ditinjau Dari Komponen Kemampuan Berfikir Kritis ... 53 Grafik 4.3. Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Ditinjau Dari Gaya

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 102

Lampiran 3. Tabel Spesifikasi Pretes ... 116

Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Berfikir Kritis ... 119

Lampiran 5. LKS Visual I ... 130

Lampiran 6. LKS Visual II ... 134

Lampiran 7. LKS Reading I ... 138

Lampiran 8. LKS Reading II ... 143

Lampiran 9. LKS Audiotorti I ... 152

Lampiran 10. LKS Audiotori II ... 153

Lampiran 11 . LKS Kinestetik I ... 155

Lampiran 12. LKS Kinestetik II ... 157

Lampiran 13. Kuesioner Gaya Belajar ... 159

Lampiran 14. Perhitungan Validitas Instrumen Tes ... 165

Lampiran 15. Tabel Perhitungan Reliablitas Instrumen Penelitian ... 166

Lampiran 16. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 168

Lampiran 17. Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 169

Lampuran 18. Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 171

Lampiran 19. Deskripsi Hasil Kemampuan Befikir Kritis Inkuiri ... 173

Lampiran 20. Deskripsi Hasil Kemampuan Befikir Kritis Direct Teaching ... 175

Lampiran 21. Normalitas Pretes Kelompok Inkuiri ... 177

Lampiran 22. Normalitas Pretes Kelompok Direct Teaching ... 178

Lampiran 23. Homogenitas Pretes ... 179

Lampiran 24. Independent Sampe-t Test Pretes ... 180

Lampiran 25. Uji Perbedaan Kemampuan Berfikir Kritis ... 181

Lampiran 26. Pos Hoc-Test Inkuiri ... 182

Lampiran 27. Pos-Hoc Test Direct Teaching ... 183

Lampiran 28. Uji Anova Dua Jalur ... 184

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pembelajaran di dalam kelas umumnya diarahkan kepada

kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat

dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya,

2008). Bila ini terus berlanjut, maka dampaknya anaka-anak hanya cenderung

mengkonsumsi pengetahuan tanpa menerapkannya secara aplikatif, siswa tidak

akan tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan, padahal sesugguhnya

pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh

semua sekolah dan guru (Anurrahman, 2009:4).

Salah satu poin penting yang harus diperhatikan adalah proses

pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik ketika mereka tertarik pada proses

pembelajaran. Jika siswa tidak tertarik pada materi yang disampaikan,

merekatidak akan mempelajarinya (Gilkajini & Ahmadi, 2011). Namun dalam

proses pembelajaran begitu banyak komponen-komponen yang harus diperbaiki,

oleh sebab itu tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan

memperbaiki setiap kompenen secara serempak (Sanjaya, 2008).

Salah satu komponen yang perlu diperhatikan adalah peran kolaboratif

antara siswa dan guru. Guru dituntut untuk menciptakan situasi yang

(16)

bisa berdampak pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru tidak harus

mendominasi kegiatan pembelajaran (Gilkjaini & Ahmadi, 2011). Siswa

seharusnya diberi kesempatan untuk meningkatkan hal yang bersifat konkret ke

dalam bentuk ide-ide abstrak, memikirkan kembali hipotesis mereka, dan

mencoba kembali percobaan-percobaan dan masalah-masalah (Jarret, 1997).

Untuk mengkonversi ide-ide abstarak ke dalam bentuk yang konkret salah

satunya adalah dengan model pembelajaran inkuiri. Kurikulum inkuiri didasarkan

pada konsepsi inductivist, di mana penemuan akan tercipta dari

pengamatan-pengamatan yang ditaksir (Dewan Nasional Penelitian Pendidikan dan Pelatihan

New Delhi, 2006). Pengajaran inkuiri akan membantu siswa untuk menciptakan

disiplin ilmu dan keterampilan intelektual yang dibutuhkan untuk mengajukan

pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya.

Pembelajaran ini juga akan memunculkan permasalahan dan teka-teki sehingga

siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban dari teka-teki tersebut

(Setiawati, 2010).

Observasi dalam ilmu pengetahuan biasanya disebabkan oleh teori atau

hipotesis. Di dalam kelas, bagaimanapun, eksperimen digerakkan oleh guru atau

buku pelajaran; para siswa baik melihat atau mengikuti instruksi; mereka diberi

tahu yang mana observasi khusus yang membutuhkan kefokusan, dan kesimpulan

juga harus dikatakan kepada mereka. Mari kita ambil contoh. Sebuah lilin

menyala dan kemudian ditutup dengan gelas. Untuk pertanyaan, "Percobaan ini

menunjukkan apa?", Jawaban yang umum adalah, "Percobaan ini menunjukkan

(17)

sering terjadi di dalam kelas (Dewan Nasional Penelitian Pendidikan dan

Pelatihan New Delhi, 2006).

Jelasnya, untuk eksperimen berbasis ilmu pengetahuan alam untuk

menjadi efektif, harus ada ruang dan waktu bagi guru dan siswa untuk

merencanakan percobaan, mendiskusikan ide-ide, dan dengan teliti mencatat dan

menganalisis pengamatan. Sebuah pedagogi yang baik pada dasarnya harus

merupakan campuran pendekatan-pendekatan yang efektif, dan inkuiri menjadi

salah satu dari pendekatan itu

Kemampuan satu siswa dengan yang lainnya sangatlah heterogen,

sehingga diperlukan penjajakan perilaku awal siswa sebelum memulai proses

pembelajaran. Untuk menentukan prilaku awal, ada tiga alat yang digunakan,

yaitu perangkat belajar (learning set), kemampuan belajar (learning abalities),

dan gaya belajar (learning style).

Ada empat gaya belajar yaitu visual, audiotori, reading, dan kinestetik

(Julaeha, 2002). Karena terdapat gaya belajar yang berbeda, penting bagi guru

untuk memasukkannya dalam kegiatan kurikulum mereka yang berhubungan

dengan masing-masing gaya belajar sehingga semua siswa dapat berhasil dalam

kelas mereka. Sementara kita menggunakan semua indera kita untuk menerima

informasi, kita masing-masing tampaknya memiliki preferensi dalam bagaimana

cara kita belajar yang terbaik. Untuk membantu semua tipe gaya belajar siswa,

kita perlu mengajar preferensi sebanyak mungkin. Dengan tidak diperhatikannya

gaya belajar siswa, maka motivasi siswa untuk belajar akan rendah, dan akan

(18)

Gejala lain yang ditemukan dalam diri peserta didik adalah malasnya

mereka untuk berfikir mereka cenderung menjawab pertanyaan dengan

mengutipnya dari buku dan bahan pustaka lain tanpa mengemukakan analisis atau

pendapatnya terhadap petanyaan tersebut.

Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah

melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam

memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang

mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta

mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter 1991, dalam Redhana

2003:12-13). Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang

lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hal ini akan berguna bagi

mereka yang akan menjadi pemimpin di masa depan untuk menghadapi tantangan

dan permasalahan hidup (Hasoubah, 2004:12).

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut

untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah

penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan

dan pengalaman (Redhana, 2003). Berfikir secara aktif dengan menggunakan

intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan.

Berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan

berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar.

Berpikir kritis itu adalah pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan

wacana yang luas. Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat,

(19)

akal, bisa dipertanggungjawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang

mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, dia otomatis akan

berpikir secara kritis, karena dia akan menganalisa masalah dengan berbagai

kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang dia kuasai sehingga akan

menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, dan karena detail inilah seseorang

akan menjadi lebih kritis.

Pendidikan Fisika di SMA Swasta Amir Hamzah Medan menekankan

pada pemberian pembelajaran secara langsung, karena selama ini di SMA Swasta

Amir Hamzah Medan masih banyak prestasi siswa di bawah kriteria ketuntasan

minimal (batas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap mata

pelajaran, khususnya Fisika). Berdasarkan hasil observasi peneliti, nilai rata-rata

ujian semester I khusunya pelajaran Fisika kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah

Medan tahun ajaran 2011/2012 adalah 60, sedangkan nilai rata-rata ujian semester

II adalah 63. Berdasarkan nilai di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

untuk mata pelajaran Fisika masih rendah karena tidak memnuhi KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 68. Hal ini disebabkan

adanya kesalahan dan kelemahan dalam proses belajar siswa.

Observasi yang dilakukan dilakukan peneliti mendapati bahwa dari 30

siswa kelas X SMA Swasta Amir Hamzah Medan hanya sekitar 9 % siswa

mengungkapkan pengetahuan awal, 9 % siswa yang mengajukan pertanyaan 7 %

memberikan pendapat terhadap materi yang diberikan guru, 8 % dari kesuluruhan

siswa terjadi aktifitas diskusi dan bertanya. Persentase keaktifan siswa yang

(20)

belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berfikir kepada siswa.

Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa

siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan kemampuan berfikir

(Sanjaya, 2008).

Peneliti juga melihat RPP yang digunakan guru, umumnya selama proses

pembelajaran guru hanya menggunakan model direct teaching, penggunaan model

direct teaching akan menyebabkan pembelajaran akan lebih terfokus pada guru.

Soal yang digunakan di RPP dan tes hanya sebatas C1, C2, C3, hal ini

menunjukkan soal yang digunakan belum mencapai jawaban yang dapat membuat

siswa berfikir kritis, sesuai pendapat Bloom bahwa proses berfikir kritis

melibatkan evaluasi ide-ide, solusi-solusi, argumen-argumen dan fakta-fakta.

Soal-soal berfikir kritis akan lebih membuat siswa mendapat pemahaman yang

mendalam mengenai konsep pelajaran. Soal-soal ini akan membuat siswa berfikir

sistematis dan terpusat, hingga pemecahan soal akan ditemukan pada akhirnya.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan penelitian Shinta (2010) yang menunjukkan

bahwa melalui pemecahan masalah kemampuan berfikir kritis siswa akan

meningkat.

Peneliti juga melihat LKS yang digunakan guru. Guru hanya

menggunakan LKS dalam satu jenis saja, yaitu LKS kinestetik, artinya tidak ada

pembagian proses berdasarkan gaya belajar yang dimiliki siswa, padahal siswa

memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian

(21)

memfasilitasi siswa berekspresi sesuai gaya belajarnya akan dapat meningkatkan

pencapaian akademik siswa.

Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan model inkuiri

membantu siswa dalam belajar metode ilmiah dan menumbuhkan keterampilan

penelitian seperti bekerja dalam kelompok, menulis dan ungkapan verbal,

pengalaman dalam membuka dan megakhiri pemecahan masalah dan dan

kemampuan-kemampuan yang lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa

menggunakan pembelajaran berdasarkan inkuiri dapat membantu siswa menjadi

lebih kreatif, lebih positif dan lebih mandiri (Alberta, 2004).

Penelitian Wirtha dan Rapi (2009:32) menunjukkan bahwa model

pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu,

Penelitian Pribadi dan Yulianti (2004) di SMK Negeri 1 Singosari Malang

Melalui Model Mengajar Inkuiri dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

Berdasarkan bebrapa penelitian di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran

inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa penelitan di atas, penulis ingin memperbaruhi

penelitian dengan menggunakan variabel yang berbeda. Dalam penelitian di atas

hubungan antara model pembelajaran inkuiri dengan kemampuan berfikir kritis

belum diketahui. Interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berfikir krits juga

belum dapat ditemukan. Penelitan inkuiri dan hasil belajar yang pernah diteliti

hanya melihat sebatas hasil belajar siswa. Dalam tesis ini peneliti mencoba

melihat hubungan antara model pembelajaran inkuiri, gaya belajar, dan

(22)

Peneliti juga mencoba melihat hasil belajar dengan pemberian seluruh

LKS gaya belajar yang berbeda pada setiap kelompok gaya belajar. Peneliti ingin

melihat apakah berdasarkan gaya belajar dominan yang berbeda-beda pada diri

siswa, mereka masih bisa dapat menyelesaikan permasalahan dengan perbedaan

gaya belajar.

Tesis ini juga akan mencoba memecahkan masalah di atas dengan

menggunakan model pembelajaran inkuir yang dihubungkan dengan empat gaya

belajar untuk melihat kemampuan berfikir kritis siswa. Studi gaya belajar sangat

membantu untuk guru dan menyediakan sarana untuk memahami gaya belajar

siswa itu sendiri karena keberhasilan suatu strategi belajar yang diterapkan guru

tergantung gaya belajar yang dimiliki oleh siswa (Lambas, 2008).

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian

ini penulis mencoba untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok Gelombang

Mekanik. Dengan demikian penelitian ini dirumuskan dengan judul : ” Analisis

Kemampuan Berfikir Kritis Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Inkuri Pada Materi

Gelombang Mekanik di Kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

(23)

1. Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Fisika masih rendah (Hasil

belajar siswa belum memenuhi KKM yaitu sebesar 68)

2. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar kurang. (Berdasarkan

observasi awal, sekitar 9 % siswa mengungkapkan pengetahuan awal,

9 % siswa yang mengajukan pertanyaan 7 % memberikan pendapat

terhadap materi yang diberikan guru, 8 % dari kesuluruhan siswa

terjadi aktifitas diskusi dan bertanya)

3. Model yang digunakan selama proses pembelajaran umumnya adalah

pembelajaran langsung (model pembelajaran yang digunakan guru

dalam RPP umumnya adalah direct teaching).

4. Pembelajaran belum menggunakan model inkuiri untuk melihat

kemampuan berfikir kritis siswa (Berdasarkan RPP, guru umumnya

menggunakan model direct teaching dalam proses pembelajaran dan

tes yang diujikan bersifat pengetahuan, pemahaman dan penerapan).

5. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan gaya belajar

terhadap hasil kemampuan berfikir kritis siswa (LKS yang digunakan

guru hanya satu jenis, yaitu melakukan percobaan, artinya LKS hanya

untuk gaya belajar kinestetik)

6. Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model inkuiri

dengan gaya belajar siswa (Proses pembelajaran guru hanya

menggunakan direct teaching dan tidak melihat aspek gaya belejar

(24)

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada permasalahn sebagai

berikut:

1. Pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk

melihat kemampuan berfikir kritis siswa (Berdasarkan RPP, guru

umumnya menggunakan model direct teaching dalam proses

pembelajaran dan tes yang diujikan bersifat pengetahuan, pemahaman

dan penerapan).

2. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan gaya belajar

terhadap hasil kemampuan berfikir kritis siswa (LKS yang digunakan

guru hanya satu jenis, yaitu melakukan percobaan, artinya LKS hanya

untuk gaya belajar kinestetik).

3. Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model inkuiri

dengan gaya belajar siswa (Proses pembelajaran guru hanya

menggunakan direct teaching dan tidak melihat aspek gaya belejar

setiap siswa).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan pembelajaran Fisika yang menggunakan model

(25)

berfikir kritis siswa pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA

Swasta Amir Hamzah Medan?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada

kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan

kinestetik pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta

Amir Hamzah Medan?

3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran Fisika yang menggunakan

model inkuiri dengan gaya belajar siswa terhadap kemampuan berfikir

kritis pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta Amir

Hamzah Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pembelajaran Fisika yang

menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan direct teaching

terhadap kemampuan berfikir kritis pada materi gelombang mekanik di

kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada

kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan

kinestetik pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta

(26)

3. Untuk melihat apakah ada interaksi pembelajaran Fisika yang

menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan

berfikir kritis siswa pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA

Swasta Amir Hamzah Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti bidang pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat

menjadi pioner untuk mencari ide–ide lain dalam menggabungkan

strategi pembelajaran yang kreatif dan efektif sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi peneliti bidang psikologi pendidikan, penelitian ini dapat

menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan cara meningkatkan

kemampuan metakognisi peserta didik.

1.6.2. Manfaat Praktis

1. Memperbaiki proses belajar di dalam kelas agar memperhatikan

pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.

2. Bagi guru, penelitian bermanfaat sebagai referensi dalam

mengembangkan kemampuan metakognitif dan kemampuan berfikir

(27)

3. Bagi siswa, hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi

bagaimana meningkatkan kemampuan metakognisi yang akan

menuntunnya menjadi pebelajar yang dapat memecahkan masalah.

1.7. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para

siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan

memiliki kesadaran akan kemampuannya, yang terdiri dari empat fase

yaitu investigasi, merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah

melalui investigasi, dan memecahkan masalah (Joice, 2000)

2. Gaya belajar adalah pola perilaku dan kinerja berupa audiotori, visual,

reading dan kinestetik yang konsisten, untuk digunakan siswa sebagai

bagian dalam pengalaman pembelajaran (Supeno, 2003).

3. Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang

melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan

evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta

melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi

(28)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan

pada Bab IV, secara umum hasil simpulan dari penelitian ini dapat

diungkapkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model

pembelajaran inkuiri dan direct teaching dengan rata-rata lebih tinggi pada

kelompok inkuiri dibandingkan DI, serta hasil analisis komponen

kemampuan berfikir kritis sebagai berikut :

 Rata-rata kemampuan menghubungkan antara dua kelompok

besarnya sama.

 Rata-rata kemampuan memecahkan masalah menunjukkan

perbedaan antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas

inkuiri lebih tinggi dari DI.

 Rata-rata kemampuan mengidentifikasi menunjukkan perbedaan

antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih

tinggi dari DI

 Rata-rata kemampuan menganalisis menunjukkan perbedaan antara

kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih tinggi dari

(29)

 Rata-rata kemampuan mengevaluasi menunjukkan perbedaan

antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih

tinggi dari DI

2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa

dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik dengan

perbedaan yang signifikan sebagai berikut :

 Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya

belajar visual dan audiotori dengan rata-rata lebih tinggi pada gaya

belajar visual dibandingkan dengan gaya belajar audiotori.

 Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya

belajar kinestetis dan reading dengan rata-rata lebih tinggi pada

gaya belajar reading dibandingkan dengan gaya belajar kinestetis.

 Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya

belajar reading dan audiotori dengan rata-rata lebih tinggi pada

gaya belajar reading dibandingkan dengan gaya balajar audiotori.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan direct teaching

dengan gaya belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis

siswa dengan analisis sebagai berikut:

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan

gaya belajar visual lebih tinggi dari gaya belajar reading,

kinestetis, dan audiotori pada kelompok yang sama serta lebih

tinggi dari kelompok DI dengan gaya belajar visual, reading,

(30)

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan

gaya belajar reading lebih tinggi dari gaya belajar kinestetis, dan

audiotori pada kelompok yang sama serta lebih tinggi dari

kelompok DI dengan gaya belajar visual, reading, kinestetis dan

audiotori.

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan

gaya belajar kinestetis lebih tinggi dari gaya belajar audiotori

pada kelompok yang sama serta lebih tinggi dari kelompok DI

dengan gaya belajar visual, reading, kinestetis dan audiotori.

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya

belajar audiotori lebih tinggi dari gaya belajar kinestetis, visual,

dan reading pada kelompok yang sama.

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya

belajar kinestetis lebih tinggi dari gaya belajar visual, dan reading

pada kelompok yang sama.

 Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya

belajar visual lebih tinggi dari gaya belajar reading pada

kelompok yang sama.

5.2IMPLIKASI

Dalam pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa terdapat

perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model pembelajaran

(31)

diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memiliki hasil kemampuan

berfikir kritis lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran diirect teaching. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata

model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk berfikir secara kritis.

Dalam pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan

kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar

visual, audiotori, reading, dan kinestetik pada materi gelombang mekanik di

kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan. Perbedaan yang signifikan

dapat dilihat antara gaya belajar visual dengan audiotori, antara gaya belajar

kinestetis dan reading, dan antara gaya belajar reading dan audiotori. Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri yang diintegrasikan dengan

gaya belajar siswa membuat hasil kemampuan berfikir krtitis antara gaya

belajar berbeda signifikan.

Sementara itu, untuk pengujian hipotesis ketiga diperoleh interaksi

antara model pembelajaran dan gaya belajar untuk meningkatkan hasil

kemampuan berfikir kritis siswa. Hal ini menunjukkan ternyata hasil

kemampuan berfikir kritis siswa tidak hanya bertumpu pada kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas, namun juga gaya belajar yang terdapat dalam diri

siswa masing-masing sehingga ketika ketika kedua komponen itu

(32)

5.3 SARAN

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka sesuai

dengan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Guru bidang studi Fisika di SMA diharapkan dapat menerapkan model

pembelajaran ikuiri di dalam kelas untuk materi Fisika secara umum dan

materi gelombang mekanik secara khusus.

2. Guru diharapkan dapat mengintegrasikan gaya belajar pada proses

pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan

keahlian pada masing-masing siswa.

3. Hasil penelitian ini berguna bagi guru-guru Fisika di SMA, untuk

dijadikan bahan peningkatan pengelolaan proses belajar Fisika agar

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Husni. (2002).Pengertian Belajar Dari Berbagai Sumber. (http://husniabdillah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal : 4 April 2012)

Alberta. 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry Based Learning. Canada: Alberta Learning

Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Alfabeta Bandung

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori – Teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Pratama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Dewanti, Sintha Sih. 2011. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui Pemecahan Masalah. (Prosiding Seminar Nasional Matematika). Surakarta : UM Surakarta

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Gilkajini dan Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic Learning Styles on Language Teaching. Journal :International

Conference on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 2011, (www.ipedr.com/vol5/no2/104-H10249.pdf)

Gredler, Margaret E. 1994. Learning and instruction: teori dan aplikasi. Jakarta : Kencana

Gokhale, A. A. (2002). Collaborative Learning Enhances Critical

Thinking. Journal of Technology Education Vol 7, Number 1, (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v7n1/gokhale.jte-v7n1.html)

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hassoubah, Z.I (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.

Joyce, Bruce. 2000. Model-Model Pengajajaran. Jakarta : Pustaka Belajar

(34)

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :Erlangga

Lambas. 2008. Pengaruh Startegi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasi lBelajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 No. 3 Desember 2008,

(http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf)

National Council of Educational Research and Training. 2006. National Focus Group On Teaching of Science. New Delhi : NCERT,

(http://www.ncert.nic.in/new_ncert/ncert/rightside/links/pdf/focus_group/s ience.pdf)

Pribadi dan Yulianti,Tutik. 2004. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas Ii Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri I Singosari Malang Melalui Model Mengajar Inkuiri Dalam Memecahkan Soal-soal Pada Mata Pelajaran Konstruksi Beton. Malang : UM

Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rossda Karya

Redhana, I Wayan. 2003.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi

Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.II:11-21

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Asdi Mahastya

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : AlFABETA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan) . Bandung : Kencana

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada

Sudjana . 2005. Metode Statistika. Jakarta : Tarsito

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

(35)

Wirtha, I Made dan Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian Undiksha,

(http://komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com/2010/02/jurnal fisika1.pdf)

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Husni. (2002).Pengertian Belajar Dari Berbagai Sumber. (http://husniabdillah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal : 4 April 2012)

Alberta. 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry Based Learning. Canada: Alberta Learning

Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Alfabeta Bandung

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori – Teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Pratama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Dewanti, Sintha Sih. 2011. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui Pemecahan Masalah. (Prosiding Seminar Nasional Matematika). Surakarta : UM Surakarta

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Gilkajini dan Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic Learning Styles on Language Teaching. Journal :International

Conference on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 2011, (www.ipedr.com/vol5/no2/104-H10249.pdf)

Gredler, Margaret E. 1994. Learning and instruction: teori dan aplikasi. Jakarta : Kencana

Gokhale, A. A. (2002). Collaborative Learning Enhances Critical

Thinking. Journal of Technology Education Vol 7, Number 1, (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v7n1/gokhale.jte-v7n1.html)

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hassoubah, Z.I (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.

Joyce, Bruce. 2000. Model-Model Pengajajaran. Jakarta : Pustaka Belajar

(37)

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :Erlangga

Lambas. 2008. Pengaruh Startegi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasi lBelajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 No. 3 Desember 2008,

(http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf)

National Council of Educational Research and Training. 2006. National Focus Group On Teaching of Science. New Delhi : NCERT,

(http://www.ncert.nic.in/new_ncert/ncert/rightside/links/pdf/focus_group/s ience.pdf)

Pribadi dan Yulianti,Tutik. 2004. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas Ii Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri I Singosari Malang Melalui Model Mengajar Inkuiri Dalam Memecahkan Soal-soal Pada Mata Pelajaran Konstruksi Beton. Malang : UM

Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rossda Karya

Redhana, I Wayan. 2003.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi

Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.II:11-21

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Asdi Mahastya

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : AlFABETA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan) . Bandung : Kencana

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada

Sudjana . 2005. Metode Statistika. Jakarta : Tarsito

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

(38)

Wirtha, I Made dan Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian Undiksha,

(http://komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com/2010/02/jurnal fisika1.pdf)

Gambar

Tabel 3.1. Tabel Spesifikasi Materi Pokok Gelombang Mekanik ................... 33 Tabel 2.1  Pedoman Penskoran Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ...............
Gambar 3.1.  ................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Based on research (Maryetal, 2014), internal control system consists of the control environment, risk assessment, control activities, information and communication, and

Perlakuan kombinasi jarak tanam dan jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume akar umur 28 HST.Volume akar umur 28 HST tertinggi

Kegiatan pembelajaran “project approach” yang merupakan salah satu penerapan model pembelajaran anak usia dini dengan mener- apkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu

[r]

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta

Keempat jenis mata uang asing tersebut akan diteliti yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kurs spot dan kurs forward pada Triwulan I tahun 2007 (Januari – Maret) untuk

Beberapa aspek penting lain dalam UU PS nampak sudah berada pada arah yang tepat, antara lain: [1] ketentuan bahwa bank konvensional dapat dikonversi menjadi bank syariah