PEMBELAJARAN DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
MUHAMMAD ASWIN RANGKUTI
NIM. 8106175010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
MUHAMMAD ASWIN RANGKUTI
NIM. 8106175010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
M. Aswin Rangkuti, ”Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Inkuri”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pembelajaran Fisika yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan direct teaching terhadap kemampuan berfikir kritis. (2) Mengetahui perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik. (3) Untuk melihat apakah ada interaksi pembelajaran Fisika yang menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 4 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran inkuiri, kelas kedua akan diajar dengan model direct teaching. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 buah, yaitu pertama tes kemampuan berfikir kritis dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel dan instrumen yang kedua adalah angket gaya belajar yang disusun sebanyak 20 pertanyaan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model pembelajaran inkuiri dan direct teaching dengan rata-rata lebih tinggi pada kelompok inkuiri dibandingkan DI. Untuk hipotesis kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik dengan perbedaan yang signifikan antara gaya belajar visual dengan kinestetis, visual dengan audiotori, kinestetis dengan audiotori, dan reading dengan audiotori. Hasil perhitungan hipotesis ketiga menunjukkan adanya interaksi pembelajaran Fisika yang menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan berfikir kritis siswa.
ABSTRACT
Muhammad Aswin Rangkuti, "The Analyze of Critical Thinking Skill for Solving the Problems in Physics and Student Learning Style in Learning With Inqury Learning Model”.
This study aimed to determine: (1) The difference of learning physics using inquiry learning model and direct teaching on critical thinking skills. (2) Knowing the differences of students critical thinking skills in a student groups with visual, audiotori, reading, and kinesthetic learning style. (3) To see if there is interaction between learning using inquiry model with learning styles on the students' critical thinking skills. Samples were selected randomly by raffle 4 classes for getting two classes.The First-class will be taught with inquiry learning model and the second class will be taught by direct teaching model. The instrument which is used in this study there are two pieces, the first is test of critical thinking skills in form esay test as many as 10 questions that have been declared valid and reliable and the second is learning style questionnaire which is composed by 20 questions. The result showed that there were differences in students' critical thinking ability among models of inquiry learning and direct teaching with average higher in inquiry than direct teaching. For the second hypothesis was found that there were differences in students 'critical thinking skill in a group of students with a visual learning style, audiotori, reading, and kinesthetic with significant differences between visual and kinesthetic, visual and audiotori, kinesthetic and audiotori, and kinesthetic and audiotori. The results of the third hypothesis suggests an interaction between inquiry models and learning styles on the result of chiritical thingking students. There are thirty-eight types of interactions between models and learning style on critical thinking skill.
ii
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis
Dalam Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri” ini telah selesai disusun untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.
Ridwan A. Sani, M.Si dan Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai Pembimbing I dan II
yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal
penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya
sampaikan kepadaProf. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Prof. Dr. Motlan, M.Sc., Ph.D,
dan Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber, validator dan tim penguji yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan
penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Swasta Amir
Hamzah Medan, seluruh guru-guru, kepala tata usaha beserta staf, atas bantuan
dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan penulis
terutama kepada Rofiqoh Hasan Harahap, Teguh Febri Sudarma dan Khairul Amri
Hasibuan serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tak
terhingga kepada Ayahanda Musa Rangkuti dan Ibunda Siti Hajar yang telah
memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan
ii
Abangda Yoki Afriandy Rangkuti, S.Pd yang menjadi bagian dalam
terselesaikannya tesis ini. Terakhir penulis ingin mengucapkan kepada Dian
Novita Sari, Halim Simatupang, Liana Mawaddah Pohan dan Septian Prawijaya,
orang yang menjadi bagian dalam perjalanan hidup Penulis selama pelaksanaan
perkuliahan sampai tersusunnya tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari
kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu
terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Januari 2013
Penulis,
Muhammad Aswin Rangkuti NIM. 8106175010
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Batasan Masalah ... 10
1.4. Rumusan Masalah ... 10
1.5. Tujuan Penelitian ... 11
1.6. Manfaat Penelitian ... 12
1.7. Defenisi Operasional... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Teoritis ... 14
2.1.1. Pengertian Belajar ... 14
2.1.2. Hakikat Belajar Mengajar... 15
2.1.3. Kemampuan Berfikir Kritis ... 16
2.1.4. Gaya Belajar ... 21
2.1.5. Pembelajaran Inkuiri ... 23
2.1.6. Teori Belajar Inkuiri ... 26
2.2. Kerangka Konseptual... 27
2.3. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 31
3.3. Variabel Penelitian... 32
3.4. Alat Pengumpul Data ... 33
3.5. Jenis dan Desain Penelitian ... 34
3.6. Prosedur Penelitian ... 39
3.7. Uji Coba Instrumen... 40
3.8. Hasil Uji Coba Instrumen ... 43
3.9. Teknik Analisis Data ... 46
3.10. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 83
5.2. Implikasi ... 85
5.3. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Berfikir Kritis Siswa ... 19
Tabel 3.1. Tabel Spesifikasi Materi Pokok Gelombang Mekanik ... 33
Tabel 3.2. Two Group Pretes-Postes Design ... 35
Tabel 3.3. Desain Statis Dengan Delapan Kelompok ... 35
Tabel 3.4. Ringkasan Uji Validitas Soal ... 44
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Reliabilita Soal ... 44
Tabel 3.6. Ringkasan Perhitungan Indeks Kesukaran Soal... 45
Tabel 3.7. Ringkasan Perhitungan Daya Beda ... 45
Tabel 4.1. Ringkasan Uji Normalitas ... 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. ... 37 Gambar 4.1 Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Antara Model Inkuiri dan Direct Teaching ... 52 Gambar 4.2. Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Ditinjau Dari Komponen Kemampuan Berfikir Kritis ... 53 Grafik 4.3. Hasil Kemampuan Berfikir Kritis Ditinjau Dari Gaya
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 91
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 102
Lampiran 3. Tabel Spesifikasi Pretes ... 116
Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Berfikir Kritis ... 119
Lampiran 5. LKS Visual I ... 130
Lampiran 6. LKS Visual II ... 134
Lampiran 7. LKS Reading I ... 138
Lampiran 8. LKS Reading II ... 143
Lampiran 9. LKS Audiotorti I ... 152
Lampiran 10. LKS Audiotori II ... 153
Lampiran 11 . LKS Kinestetik I ... 155
Lampiran 12. LKS Kinestetik II ... 157
Lampiran 13. Kuesioner Gaya Belajar ... 159
Lampiran 14. Perhitungan Validitas Instrumen Tes ... 165
Lampiran 15. Tabel Perhitungan Reliablitas Instrumen Penelitian ... 166
Lampiran 16. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 168
Lampiran 17. Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 169
Lampuran 18. Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 171
Lampiran 19. Deskripsi Hasil Kemampuan Befikir Kritis Inkuiri ... 173
Lampiran 20. Deskripsi Hasil Kemampuan Befikir Kritis Direct Teaching ... 175
Lampiran 21. Normalitas Pretes Kelompok Inkuiri ... 177
Lampiran 22. Normalitas Pretes Kelompok Direct Teaching ... 178
Lampiran 23. Homogenitas Pretes ... 179
Lampiran 24. Independent Sampe-t Test Pretes ... 180
Lampiran 25. Uji Perbedaan Kemampuan Berfikir Kritis ... 181
Lampiran 26. Pos Hoc-Test Inkuiri ... 182
Lampiran 27. Pos-Hoc Test Direct Teaching ... 183
Lampiran 28. Uji Anova Dua Jalur ... 184
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pembelajaran di dalam kelas umumnya diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya,
2008). Bila ini terus berlanjut, maka dampaknya anaka-anak hanya cenderung
mengkonsumsi pengetahuan tanpa menerapkannya secara aplikatif, siswa tidak
akan tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan, padahal sesugguhnya
pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
semua sekolah dan guru (Anurrahman, 2009:4).
Salah satu poin penting yang harus diperhatikan adalah proses
pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik ketika mereka tertarik pada proses
pembelajaran. Jika siswa tidak tertarik pada materi yang disampaikan,
merekatidak akan mempelajarinya (Gilkajini & Ahmadi, 2011). Namun dalam
proses pembelajaran begitu banyak komponen-komponen yang harus diperbaiki,
oleh sebab itu tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan
memperbaiki setiap kompenen secara serempak (Sanjaya, 2008).
Salah satu komponen yang perlu diperhatikan adalah peran kolaboratif
antara siswa dan guru. Guru dituntut untuk menciptakan situasi yang
bisa berdampak pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru tidak harus
mendominasi kegiatan pembelajaran (Gilkjaini & Ahmadi, 2011). Siswa
seharusnya diberi kesempatan untuk meningkatkan hal yang bersifat konkret ke
dalam bentuk ide-ide abstrak, memikirkan kembali hipotesis mereka, dan
mencoba kembali percobaan-percobaan dan masalah-masalah (Jarret, 1997).
Untuk mengkonversi ide-ide abstarak ke dalam bentuk yang konkret salah
satunya adalah dengan model pembelajaran inkuiri. Kurikulum inkuiri didasarkan
pada konsepsi inductivist, di mana penemuan akan tercipta dari
pengamatan-pengamatan yang ditaksir (Dewan Nasional Penelitian Pendidikan dan Pelatihan
New Delhi, 2006). Pengajaran inkuiri akan membantu siswa untuk menciptakan
disiplin ilmu dan keterampilan intelektual yang dibutuhkan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya.
Pembelajaran ini juga akan memunculkan permasalahan dan teka-teki sehingga
siswa akan termotivasi untuk menemukan jawaban dari teka-teki tersebut
(Setiawati, 2010).
Observasi dalam ilmu pengetahuan biasanya disebabkan oleh teori atau
hipotesis. Di dalam kelas, bagaimanapun, eksperimen digerakkan oleh guru atau
buku pelajaran; para siswa baik melihat atau mengikuti instruksi; mereka diberi
tahu yang mana observasi khusus yang membutuhkan kefokusan, dan kesimpulan
juga harus dikatakan kepada mereka. Mari kita ambil contoh. Sebuah lilin
menyala dan kemudian ditutup dengan gelas. Untuk pertanyaan, "Percobaan ini
menunjukkan apa?", Jawaban yang umum adalah, "Percobaan ini menunjukkan
sering terjadi di dalam kelas (Dewan Nasional Penelitian Pendidikan dan
Pelatihan New Delhi, 2006).
Jelasnya, untuk eksperimen berbasis ilmu pengetahuan alam untuk
menjadi efektif, harus ada ruang dan waktu bagi guru dan siswa untuk
merencanakan percobaan, mendiskusikan ide-ide, dan dengan teliti mencatat dan
menganalisis pengamatan. Sebuah pedagogi yang baik pada dasarnya harus
merupakan campuran pendekatan-pendekatan yang efektif, dan inkuiri menjadi
salah satu dari pendekatan itu
Kemampuan satu siswa dengan yang lainnya sangatlah heterogen,
sehingga diperlukan penjajakan perilaku awal siswa sebelum memulai proses
pembelajaran. Untuk menentukan prilaku awal, ada tiga alat yang digunakan,
yaitu perangkat belajar (learning set), kemampuan belajar (learning abalities),
dan gaya belajar (learning style).
Ada empat gaya belajar yaitu visual, audiotori, reading, dan kinestetik
(Julaeha, 2002). Karena terdapat gaya belajar yang berbeda, penting bagi guru
untuk memasukkannya dalam kegiatan kurikulum mereka yang berhubungan
dengan masing-masing gaya belajar sehingga semua siswa dapat berhasil dalam
kelas mereka. Sementara kita menggunakan semua indera kita untuk menerima
informasi, kita masing-masing tampaknya memiliki preferensi dalam bagaimana
cara kita belajar yang terbaik. Untuk membantu semua tipe gaya belajar siswa,
kita perlu mengajar preferensi sebanyak mungkin. Dengan tidak diperhatikannya
gaya belajar siswa, maka motivasi siswa untuk belajar akan rendah, dan akan
Gejala lain yang ditemukan dalam diri peserta didik adalah malasnya
mereka untuk berfikir mereka cenderung menjawab pertanyaan dengan
mengutipnya dari buku dan bahan pustaka lain tanpa mengemukakan analisis atau
pendapatnya terhadap petanyaan tersebut.
Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah
melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam
memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang
mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta
mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter 1991, dalam Redhana
2003:12-13). Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang
lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hal ini akan berguna bagi
mereka yang akan menjadi pemimpin di masa depan untuk menghadapi tantangan
dan permasalahan hidup (Hasoubah, 2004:12).
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman (Redhana, 2003). Berfikir secara aktif dengan menggunakan
intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan.
Berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan
berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar.
Berpikir kritis itu adalah pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan
wacana yang luas. Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat,
akal, bisa dipertanggungjawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang
mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, dia otomatis akan
berpikir secara kritis, karena dia akan menganalisa masalah dengan berbagai
kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang dia kuasai sehingga akan
menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, dan karena detail inilah seseorang
akan menjadi lebih kritis.
Pendidikan Fisika di SMA Swasta Amir Hamzah Medan menekankan
pada pemberian pembelajaran secara langsung, karena selama ini di SMA Swasta
Amir Hamzah Medan masih banyak prestasi siswa di bawah kriteria ketuntasan
minimal (batas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap mata
pelajaran, khususnya Fisika). Berdasarkan hasil observasi peneliti, nilai rata-rata
ujian semester I khusunya pelajaran Fisika kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah
Medan tahun ajaran 2011/2012 adalah 60, sedangkan nilai rata-rata ujian semester
II adalah 63. Berdasarkan nilai di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
untuk mata pelajaran Fisika masih rendah karena tidak memnuhi KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 68. Hal ini disebabkan
adanya kesalahan dan kelemahan dalam proses belajar siswa.
Observasi yang dilakukan dilakukan peneliti mendapati bahwa dari 30
siswa kelas X SMA Swasta Amir Hamzah Medan hanya sekitar 9 % siswa
mengungkapkan pengetahuan awal, 9 % siswa yang mengajukan pertanyaan 7 %
memberikan pendapat terhadap materi yang diberikan guru, 8 % dari kesuluruhan
siswa terjadi aktifitas diskusi dan bertanya. Persentase keaktifan siswa yang
belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berfikir kepada siswa.
Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa
siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan kemampuan berfikir
(Sanjaya, 2008).
Peneliti juga melihat RPP yang digunakan guru, umumnya selama proses
pembelajaran guru hanya menggunakan model direct teaching, penggunaan model
direct teaching akan menyebabkan pembelajaran akan lebih terfokus pada guru.
Soal yang digunakan di RPP dan tes hanya sebatas C1, C2, C3, hal ini
menunjukkan soal yang digunakan belum mencapai jawaban yang dapat membuat
siswa berfikir kritis, sesuai pendapat Bloom bahwa proses berfikir kritis
melibatkan evaluasi ide-ide, solusi-solusi, argumen-argumen dan fakta-fakta.
Soal-soal berfikir kritis akan lebih membuat siswa mendapat pemahaman yang
mendalam mengenai konsep pelajaran. Soal-soal ini akan membuat siswa berfikir
sistematis dan terpusat, hingga pemecahan soal akan ditemukan pada akhirnya.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan penelitian Shinta (2010) yang menunjukkan
bahwa melalui pemecahan masalah kemampuan berfikir kritis siswa akan
meningkat.
Peneliti juga melihat LKS yang digunakan guru. Guru hanya
menggunakan LKS dalam satu jenis saja, yaitu LKS kinestetik, artinya tidak ada
pembagian proses berdasarkan gaya belajar yang dimiliki siswa, padahal siswa
memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian
memfasilitasi siswa berekspresi sesuai gaya belajarnya akan dapat meningkatkan
pencapaian akademik siswa.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan model inkuiri
membantu siswa dalam belajar metode ilmiah dan menumbuhkan keterampilan
penelitian seperti bekerja dalam kelompok, menulis dan ungkapan verbal,
pengalaman dalam membuka dan megakhiri pemecahan masalah dan dan
kemampuan-kemampuan yang lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa
menggunakan pembelajaran berdasarkan inkuiri dapat membantu siswa menjadi
lebih kreatif, lebih positif dan lebih mandiri (Alberta, 2004).
Penelitian Wirtha dan Rapi (2009:32) menunjukkan bahwa model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu,
Penelitian Pribadi dan Yulianti (2004) di SMK Negeri 1 Singosari Malang
Melalui Model Mengajar Inkuiri dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
Berdasarkan bebrapa penelitian di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa penelitan di atas, penulis ingin memperbaruhi
penelitian dengan menggunakan variabel yang berbeda. Dalam penelitian di atas
hubungan antara model pembelajaran inkuiri dengan kemampuan berfikir kritis
belum diketahui. Interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berfikir krits juga
belum dapat ditemukan. Penelitan inkuiri dan hasil belajar yang pernah diteliti
hanya melihat sebatas hasil belajar siswa. Dalam tesis ini peneliti mencoba
melihat hubungan antara model pembelajaran inkuiri, gaya belajar, dan
Peneliti juga mencoba melihat hasil belajar dengan pemberian seluruh
LKS gaya belajar yang berbeda pada setiap kelompok gaya belajar. Peneliti ingin
melihat apakah berdasarkan gaya belajar dominan yang berbeda-beda pada diri
siswa, mereka masih bisa dapat menyelesaikan permasalahan dengan perbedaan
gaya belajar.
Tesis ini juga akan mencoba memecahkan masalah di atas dengan
menggunakan model pembelajaran inkuir yang dihubungkan dengan empat gaya
belajar untuk melihat kemampuan berfikir kritis siswa. Studi gaya belajar sangat
membantu untuk guru dan menyediakan sarana untuk memahami gaya belajar
siswa itu sendiri karena keberhasilan suatu strategi belajar yang diterapkan guru
tergantung gaya belajar yang dimiliki oleh siswa (Lambas, 2008).
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian
ini penulis mencoba untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok Gelombang
Mekanik. Dengan demikian penelitian ini dirumuskan dengan judul : ” Analisis
Kemampuan Berfikir Kritis Menyelesaikan Masalah Fisika dan Gaya Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Inkuri Pada Materi
Gelombang Mekanik di Kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
1. Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Fisika masih rendah (Hasil
belajar siswa belum memenuhi KKM yaitu sebesar 68)
2. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar kurang. (Berdasarkan
observasi awal, sekitar 9 % siswa mengungkapkan pengetahuan awal,
9 % siswa yang mengajukan pertanyaan 7 % memberikan pendapat
terhadap materi yang diberikan guru, 8 % dari kesuluruhan siswa
terjadi aktifitas diskusi dan bertanya)
3. Model yang digunakan selama proses pembelajaran umumnya adalah
pembelajaran langsung (model pembelajaran yang digunakan guru
dalam RPP umumnya adalah direct teaching).
4. Pembelajaran belum menggunakan model inkuiri untuk melihat
kemampuan berfikir kritis siswa (Berdasarkan RPP, guru umumnya
menggunakan model direct teaching dalam proses pembelajaran dan
tes yang diujikan bersifat pengetahuan, pemahaman dan penerapan).
5. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan gaya belajar
terhadap hasil kemampuan berfikir kritis siswa (LKS yang digunakan
guru hanya satu jenis, yaitu melakukan percobaan, artinya LKS hanya
untuk gaya belajar kinestetik)
6. Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model inkuiri
dengan gaya belajar siswa (Proses pembelajaran guru hanya
menggunakan direct teaching dan tidak melihat aspek gaya belejar
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada permasalahn sebagai
berikut:
1. Pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk
melihat kemampuan berfikir kritis siswa (Berdasarkan RPP, guru
umumnya menggunakan model direct teaching dalam proses
pembelajaran dan tes yang diujikan bersifat pengetahuan, pemahaman
dan penerapan).
2. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan gaya belajar
terhadap hasil kemampuan berfikir kritis siswa (LKS yang digunakan
guru hanya satu jenis, yaitu melakukan percobaan, artinya LKS hanya
untuk gaya belajar kinestetik).
3. Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model inkuiri
dengan gaya belajar siswa (Proses pembelajaran guru hanya
menggunakan direct teaching dan tidak melihat aspek gaya belejar
setiap siswa).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan pembelajaran Fisika yang menggunakan model
berfikir kritis siswa pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA
Swasta Amir Hamzah Medan?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada
kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan
kinestetik pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta
Amir Hamzah Medan?
3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran Fisika yang menggunakan
model inkuiri dengan gaya belajar siswa terhadap kemampuan berfikir
kritis pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta Amir
Hamzah Medan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pembelajaran Fisika yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan direct teaching
terhadap kemampuan berfikir kritis pada materi gelombang mekanik di
kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan.
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada
kelompok siswa dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan
kinestetik pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta
3. Untuk melihat apakah ada interaksi pembelajaran Fisika yang
menggunakan model inkuiri dengan gaya belajar terhadap kemampuan
berfikir kritis siswa pada materi gelombang mekanik di kelas XII SMA
Swasta Amir Hamzah Medan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti bidang pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat
menjadi pioner untuk mencari ide–ide lain dalam menggabungkan
strategi pembelajaran yang kreatif dan efektif sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi peneliti bidang psikologi pendidikan, penelitian ini dapat
menjadi inspirasi untuk lebih mengembangkan cara meningkatkan
kemampuan metakognisi peserta didik.
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Memperbaiki proses belajar di dalam kelas agar memperhatikan
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.
2. Bagi guru, penelitian bermanfaat sebagai referensi dalam
mengembangkan kemampuan metakognitif dan kemampuan berfikir
3. Bagi siswa, hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi
bagaimana meningkatkan kemampuan metakognisi yang akan
menuntunnya menjadi pebelajar yang dapat memecahkan masalah.
1.7. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para
siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan
memiliki kesadaran akan kemampuannya, yang terdiri dari empat fase
yaitu investigasi, merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah
melalui investigasi, dan memecahkan masalah (Joice, 2000)
2. Gaya belajar adalah pola perilaku dan kinerja berupa audiotori, visual,
reading dan kinestetik yang konsisten, untuk digunakan siswa sebagai
bagian dalam pengalaman pembelajaran (Supeno, 2003).
3. Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang
melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan
evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta
melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan
pada Bab IV, secara umum hasil simpulan dari penelitian ini dapat
diungkapkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model
pembelajaran inkuiri dan direct teaching dengan rata-rata lebih tinggi pada
kelompok inkuiri dibandingkan DI, serta hasil analisis komponen
kemampuan berfikir kritis sebagai berikut :
Rata-rata kemampuan menghubungkan antara dua kelompok
besarnya sama.
Rata-rata kemampuan memecahkan masalah menunjukkan
perbedaan antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas
inkuiri lebih tinggi dari DI.
Rata-rata kemampuan mengidentifikasi menunjukkan perbedaan
antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih
tinggi dari DI
Rata-rata kemampuan menganalisis menunjukkan perbedaan antara
kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih tinggi dari
Rata-rata kemampuan mengevaluasi menunjukkan perbedaan
antara kelas inkuiri dan DI, dengan rata-rata kelas inkuiri lebih
tinggi dari DI
2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa
dengan gaya belajar visual, audiotori, reading, dan kinestetik dengan
perbedaan yang signifikan sebagai berikut :
Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya
belajar visual dan audiotori dengan rata-rata lebih tinggi pada gaya
belajar visual dibandingkan dengan gaya belajar audiotori.
Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya
belajar kinestetis dan reading dengan rata-rata lebih tinggi pada
gaya belajar reading dibandingkan dengan gaya belajar kinestetis.
Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara gaya
belajar reading dan audiotori dengan rata-rata lebih tinggi pada
gaya belajar reading dibandingkan dengan gaya balajar audiotori.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan direct teaching
dengan gaya belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis
siswa dengan analisis sebagai berikut:
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan
gaya belajar visual lebih tinggi dari gaya belajar reading,
kinestetis, dan audiotori pada kelompok yang sama serta lebih
tinggi dari kelompok DI dengan gaya belajar visual, reading,
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan
gaya belajar reading lebih tinggi dari gaya belajar kinestetis, dan
audiotori pada kelompok yang sama serta lebih tinggi dari
kelompok DI dengan gaya belajar visual, reading, kinestetis dan
audiotori.
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok inkuiri dengan
gaya belajar kinestetis lebih tinggi dari gaya belajar audiotori
pada kelompok yang sama serta lebih tinggi dari kelompok DI
dengan gaya belajar visual, reading, kinestetis dan audiotori.
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya
belajar audiotori lebih tinggi dari gaya belajar kinestetis, visual,
dan reading pada kelompok yang sama.
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya
belajar kinestetis lebih tinggi dari gaya belajar visual, dan reading
pada kelompok yang sama.
Hasil kemampuan berfikir kritis pada kelompok DI dengan gaya
belajar visual lebih tinggi dari gaya belajar reading pada
kelompok yang sama.
5.2IMPLIKASI
Dalam pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa antara model pembelajaran
diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memiliki hasil kemampuan
berfikir kritis lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran diirect teaching. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata
model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk berfikir secara kritis.
Dalam pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa terdapat perbedaan
kemampuan berfikir kritis siswa pada kelompok siswa dengan gaya belajar
visual, audiotori, reading, dan kinestetik pada materi gelombang mekanik di
kelas XII SMA Swasta Amir Hamzah Medan. Perbedaan yang signifikan
dapat dilihat antara gaya belajar visual dengan audiotori, antara gaya belajar
kinestetis dan reading, dan antara gaya belajar reading dan audiotori. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri yang diintegrasikan dengan
gaya belajar siswa membuat hasil kemampuan berfikir krtitis antara gaya
belajar berbeda signifikan.
Sementara itu, untuk pengujian hipotesis ketiga diperoleh interaksi
antara model pembelajaran dan gaya belajar untuk meningkatkan hasil
kemampuan berfikir kritis siswa. Hal ini menunjukkan ternyata hasil
kemampuan berfikir kritis siswa tidak hanya bertumpu pada kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, namun juga gaya belajar yang terdapat dalam diri
siswa masing-masing sehingga ketika ketika kedua komponen itu
5.3 SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka sesuai
dengan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Guru bidang studi Fisika di SMA diharapkan dapat menerapkan model
pembelajaran ikuiri di dalam kelas untuk materi Fisika secara umum dan
materi gelombang mekanik secara khusus.
2. Guru diharapkan dapat mengintegrasikan gaya belajar pada proses
pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
keahlian pada masing-masing siswa.
3. Hasil penelitian ini berguna bagi guru-guru Fisika di SMA, untuk
dijadikan bahan peningkatan pengelolaan proses belajar Fisika agar
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Husni. (2002).Pengertian Belajar Dari Berbagai Sumber. (http://husniabdillah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal : 4 April 2012)
Alberta. 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry Based Learning. Canada: Alberta Learning
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Alfabeta Bandung
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori – Teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Pratama.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dewanti, Sintha Sih. 2011. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui Pemecahan Masalah. (Prosiding Seminar Nasional Matematika). Surakarta : UM Surakarta
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Gilkajini dan Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic Learning Styles on Language Teaching. Journal :International
Conference on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 2011, (www.ipedr.com/vol5/no2/104-H10249.pdf)
Gredler, Margaret E. 1994. Learning and instruction: teori dan aplikasi. Jakarta : Kencana
Gokhale, A. A. (2002). Collaborative Learning Enhances Critical
Thinking. Journal of Technology Education Vol 7, Number 1, (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v7n1/gokhale.jte-v7n1.html)
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hassoubah, Z.I (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.
Joyce, Bruce. 2000. Model-Model Pengajajaran. Jakarta : Pustaka Belajar
Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :Erlangga
Lambas. 2008. Pengaruh Startegi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasi lBelajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 No. 3 Desember 2008,
(http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf)
National Council of Educational Research and Training. 2006. National Focus Group On Teaching of Science. New Delhi : NCERT,
(http://www.ncert.nic.in/new_ncert/ncert/rightside/links/pdf/focus_group/s ience.pdf)
Pribadi dan Yulianti,Tutik. 2004. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas Ii Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri I Singosari Malang Melalui Model Mengajar Inkuiri Dalam Memecahkan Soal-soal Pada Mata Pelajaran Konstruksi Beton. Malang : UM
Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rossda Karya
Redhana, I Wayan. 2003.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.II:11-21
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Asdi Mahastya
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : AlFABETA
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan) . Bandung : Kencana
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada
Sudjana . 2005. Metode Statistika. Jakarta : Tarsito
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
Wirtha, I Made dan Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian Undiksha,
(http://komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com/2010/02/jurnal fisika1.pdf)
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Husni. (2002).Pengertian Belajar Dari Berbagai Sumber. (http://husniabdillah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal : 4 April 2012)
Alberta. 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry Based Learning. Canada: Alberta Learning
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Alfabeta Bandung
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori – Teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Pratama.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dewanti, Sintha Sih. 2011. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Karakter Bangsa Melalui Pemecahan Masalah. (Prosiding Seminar Nasional Matematika). Surakarta : UM Surakarta
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Gilkajini dan Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic Learning Styles on Language Teaching. Journal :International
Conference on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 2011, (www.ipedr.com/vol5/no2/104-H10249.pdf)
Gredler, Margaret E. 1994. Learning and instruction: teori dan aplikasi. Jakarta : Kencana
Gokhale, A. A. (2002). Collaborative Learning Enhances Critical
Thinking. Journal of Technology Education Vol 7, Number 1, (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v7n1/gokhale.jte-v7n1.html)
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hassoubah, Z.I (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.
Joyce, Bruce. 2000. Model-Model Pengajajaran. Jakarta : Pustaka Belajar
Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :Erlangga
Lambas. 2008. Pengaruh Startegi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasi lBelajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 No. 3 Desember 2008,
(http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf)
National Council of Educational Research and Training. 2006. National Focus Group On Teaching of Science. New Delhi : NCERT,
(http://www.ncert.nic.in/new_ncert/ncert/rightside/links/pdf/focus_group/s ience.pdf)
Pribadi dan Yulianti,Tutik. 2004. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas Ii Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri I Singosari Malang Melalui Model Mengajar Inkuiri Dalam Memecahkan Soal-soal Pada Mata Pelajaran Konstruksi Beton. Malang : UM
Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Rossda Karya
Redhana, I Wayan. 2003.Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.II:11-21
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Asdi Mahastya
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : AlFABETA
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan) . Bandung : Kencana
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada
Sudjana . 2005. Metode Statistika. Jakarta : Tarsito
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
Wirtha, I Made dan Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian Undiksha,
(http://komunitasfisikaunimed.files.wordpress.com/2010/02/jurnal fisika1.pdf)