• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera Bombyx Mori L. (Lepidoptera : Bombicidae) yang Diberi Vitamin B1 Pada Daun Murbei Morus sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera Bombyx Mori L. (Lepidoptera : Bombicidae) yang Diberi Vitamin B1 Pada Daun Murbei Morus sp."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS ULAT SUTERA

Bombyx Mori

L

. (Lepidoptera : Bombicidae) YANG DIBERI

DAUN MURBEI (Morus

sp.)

YANG MENGANDUNG VITAMIN

B1

SKRIPSI

UMI KALSUM LUBIS

070805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS ULAT SUTERA Bombyx Mori L.

(Lepidoptera : Bombicidae) YANG DIBERI DAUN MURBEI (Morus sp.) YANG

MENGANDUNG VITAMIN B1

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

UMI KALSUM LUBIS 070805009

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

PERSETUJUAN

Judul : Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera Bombyx Mori L. (Lepidoptera : Bombicidae) yang Diberi Vitamin B1 Pada Daun Murbei Morus sp.

Kategori : Skripsi

Nama : Umi Kalsum Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 070805009

Program Studi : Sarjana (S-1) Biologi Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2

:

Diluluskan di

Medan, Mei 2013

Pembimbing 1

Drs. Nursal, M.Si Masitta Tanjung, S.Si, M.Si NIP. 196109031990031002 NIP. 197109102000122001

Diketahui/Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(7)

PERNYATAAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS ULAT SUTERA Bombyx Mori

L. (Lepidoptera : Bombicidae) YANG DIBERI VITAMIN B1 PADA DAUN

MURBEI Morus sp.

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2013

(8)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pertumbuhan dan

Perkembangan Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera : Bombicidae) yang

Diberi Daun Murbei (Morus sp.) yang Mengandung Vitamin B1 Shalawat dan

salam tak lupa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ilmu pengetahuan ke dunia ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Masitta Tanjung, S.Si. MSi selaku Dosen Pembimbing I dan kepada Bapak Drs. Nursal, MSi selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Salomo Hutahaean. MSi dan Drs. M. Zaidun Sofyan. MSi selaku Dosen penguji yang telah memberikan bantuan, masukan dan saran untuk penyempurnaan hasil ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ketua Departemen Biologi Ibu Dr. Nursahara Pasaribu MSc dan Sekretaris Departemen Biologi Drs. Kiki Nurtjahja, MSc dan dosen wali Bapak Prof. Dr. Ing., Ternala Alexander Barus, MSc yang telah memberikan masukan dan nasehat untuk menyelesaikan perkuliahan saya, kak Ros, bang Ewin, ibu Ipit sebagai pegawai Departemen Biologi.

Ungkapan terima kasih yang tak ternilai harganya penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda tercinta Abd. Karim Lubis dan Ibunda tercinta Ismawaty Parinduri yang telah banyak memberikan doa, nasehat, kasih sayang dan dukungan baik moril dan materil. Terima kasih kepada saudara-saudaraku; kak Israfika Lubis, kak Maysarah Lubis, kak Indah Kesuma Lubis, kak Masitah Lubis, Safrinanda Harahap, Eka fitriani Lubis, bang Beni, Ilham, Tiara, Lia serta seluruh keluarga besar Lubis dan Parinduri yang telah memberikan banyak dukungan dan doa. Dan khususnya terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk keluarga besar Monroe Sauti yang memberikan kasih sayang lebih buat penulis dan selalu memberikan motivasi, perhatian dan doanya.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabatku stambuk 2007 Tika, Dina, Ria, Mirza, Putri, Maria, Astri, Fatma, Eka, Gunawan, Fika selaku teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dan semangat bagi penulis, khususnya kepada saudari Risma Hayani teman sepenelitian yang banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini dan juga Nurhayati yang selalu menemani penulis menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rilda, Santi, Maya dan Netty selaku parulatan.

(9)

khususnya dan para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘alamin.

Medan, Mei 2013

(10)

Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera :

Bombicidae) yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) yang Mengandung

Vitamin B1

ABSTRAK

Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera (Bombyx mori L.; Lepidoptera;

Bombicidae) yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) yang Mengandung

Vitamin B1 telah dilakukan di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan adalah pemberian vitamin B1 dengan konsentrasi 0.0mg/100ml; 0.1mg/100ml; 0.2mg/100ml; 0.3mg/100ml; 0.4 mg/100ml dengan 3 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ulat sutera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin B1 menghambat pertumbuhan struktur morfologi instar III, IV meliputi panjang kepala, diameter kepala, panjang badan, diameter badan, bobot instar III dan V, serta persentase kulit kokon. Pemberian vitamin B1 juga tidak mempengaruhi struktur morfologi instar V, bobot instar IV, bobot pupa, panjang serat, persentase serat, bobot kokon, bobot kulit kokon, sedangkan berat kelenjar terjadi penurunan pada bagian depan dan belakang pada konsentrasi 0,4 mg/100ml.

(11)

Growth and Productivity of Silkworm Bombyx mori L. (Lepidoptera:

Bombicidae) were given Vitamin B1 on Mulberry Leaves Morus sp.

ABSTRACT

The effect of mulberry leaves that contain B1 on the growth and productivity of

silkworm (Bombyx mori L.; Lepidoptera; Bombicidae) was conducted in the

Laboratory of Genetics, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Sumatera Utara Medan. This study used an experimental method to completely randomized design (RAL). The treatments were vitamine B1 0.0mg/100ml; 0.1mg/100ml, 0.2mg/100ml, 0.3mg/100ml; 0.4 mg/100ml with 3 replications each replication consisted of 10 silkworms. The results showed that addition of vitamine B1 inhibit the growth of structure in the morphology of instar III, IV from of head length, head diameter, body length, body diameter, weight instar III and V, as well as the percentage of cocoon shell. Vitamine B1 also did not affect the structure morphology of instar V, weight instar IV, pupal weight, fiber length, fiber percentage, cocoon weight, cocoon shell weight, while the weight of the gland decrease on the frontal and posterior at a concentration of 0.4 mg/100ml .

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

Bab 1. Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Hipotesis Penelitian 2

1.5 Manfaat Penelitian 2

Bab 2. Tinjauan Pustaka 3 3.4 Prosedur Percobaan 10

3.4.1 Inkubasi Telur 10

3.4.2 Pemeliharaan Ulat 11 3.4.3 Pemberian Perlakuan 11 3.5 Parameter Pengamatan 11 3.5.1 Pertumbuhan Larva dan Pupa 11 3.5.2 Produktivitas 12

3.6 Analisis Data 12

(13)

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 20

5.1 Kesimpulan 20

5.2 Saran 20

Daftar Pustaka 21

Lampiran 24

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1.1 Rata-rata Morfometri Tubuh Larva Instar III

Bombyx mori yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

14

4.1.2 Rata-rata Morfometri Tubuh Larva Instar IV

Bombyx mori yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

15

4.1.3 Rata-rata Morfometri Tubuh Larva Instar V

Bombyx mori yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

15

4.1.4 Rata-rata Pertambahan Bobot Ulat Sutera Instar III, IV, V dan Bobot Pupa yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

16

4.2 Rata-rata Bobot Kelenjar Ulat Sutera yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

17

4.3 Rata-rata Prosentase Kulit Kokon, Panjang Serat, Prosentase serat, Bobot Kokon, Bobot Kulit Kokon Ulat Sutera yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda

18

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp Judul Halaman

Lampiran A. Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar III

24

Lampiran B. Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar IV

34

Lampiran C. Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar V

42

Lampiran D. Analisis Statistik Pertambahan Bobot Larva Instar III

50

Lampiran E. Analisis Statistik Pertambahan Bobot Larva Instar IV

54

Lampiran F. Analisis Statistik Pertambahan Bobot Larva Instar V

52

Lampiran G. Analisis Statistik Kelenjar Sutera Bagian Depan

55

Lampiran H. Analisis Statistik Kelenjar Sutera Bagian Tengah

58

Lampiran I. Analisis Statistik Kelenjar Sutera Bagian Belakang

60

Lampiran J. Analisis Statistik Bobot Pupa 62 Lampiran K. Analisis Statistik Bobot Kulit Kokon 63 Lampiran L. Analisis Statistik Persentase Kulit

Kokon

64

Lampiran M. Analisis Statistik Panjang Serat 67 Lampiran N. Analisis Statistik Persentase Serat 69 Lampiran O. Analisis Statistik Bobot Kokon 70 Lampiran P Foto Dokumentasi Penelitian 72

(16)

Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera :

Bombicidae) yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) yang Mengandung

Vitamin B1

ABSTRAK

Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera (Bombyx mori L.; Lepidoptera;

Bombicidae) yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) yang Mengandung

Vitamin B1 telah dilakukan di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan adalah pemberian vitamin B1 dengan konsentrasi 0.0mg/100ml; 0.1mg/100ml; 0.2mg/100ml; 0.3mg/100ml; 0.4 mg/100ml dengan 3 kali ulangan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ulat sutera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin B1 menghambat pertumbuhan struktur morfologi instar III, IV meliputi panjang kepala, diameter kepala, panjang badan, diameter badan, bobot instar III dan V, serta persentase kulit kokon. Pemberian vitamin B1 juga tidak mempengaruhi struktur morfologi instar V, bobot instar IV, bobot pupa, panjang serat, persentase serat, bobot kokon, bobot kulit kokon, sedangkan berat kelenjar terjadi penurunan pada bagian depan dan belakang pada konsentrasi 0,4 mg/100ml.

(17)

Growth and Productivity of Silkworm Bombyx mori L. (Lepidoptera:

Bombicidae) were given Vitamin B1 on Mulberry Leaves Morus sp.

ABSTRACT

The effect of mulberry leaves that contain B1 on the growth and productivity of

silkworm (Bombyx mori L.; Lepidoptera; Bombicidae) was conducted in the

Laboratory of Genetics, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Sumatera Utara Medan. This study used an experimental method to completely randomized design (RAL). The treatments were vitamine B1 0.0mg/100ml; 0.1mg/100ml, 0.2mg/100ml, 0.3mg/100ml; 0.4 mg/100ml with 3 replications each replication consisted of 10 silkworms. The results showed that addition of vitamine B1 inhibit the growth of structure in the morphology of instar III, IV from of head length, head diameter, body length, body diameter, weight instar III and V, as well as the percentage of cocoon shell. Vitamine B1 also did not affect the structure morphology of instar V, weight instar IV, pupal weight, fiber length, fiber percentage, cocoon weight, cocoon shell weight, while the weight of the gland decrease on the frontal and posterior at a concentration of 0.4 mg/100ml .

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pesuteraan alam merupakan salah satu upaya untuk mendukung program rehabilitas lahan dengan meningkatkan daya dukung lahan melalui budidaya tanaman murbei yang dikombinasikan dengan pemeliharaan ulat sutera dan penanganan pasca panennya. Usaha persuteraan alam dipandang mempunyai harapan untuk mensejahterakan masyarakat karena sifatnya yang padat karya dan dapat memanfaatkan kawasan hutan yang masih terlantar (Fauziyah, 2007).

Ulat sutera merupakan jenis ulat sutera yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Pertumbuhan jenis ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan lingkungan termasuk di antaranya suhu, kelembaban, cahaya dan aliran udara (Setiana, 2006) dan menurut Samsijah dan Kusumaputra (1979)

Bombyx mori merupakan salah satu jenis serangga yang mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi manusia. Serangga tersebut adalah produsen serat sutera yang merupakan bahan baku sutera dibidang pertekstilan, benang bedah dan parasut dengan kualitas tinggi, belum bisa dikalahkan oleh serat sutera buatan. Dalam perdagangan kokon, penentuan harga didasarkan kepada kualitas kokon yang meliputi bobot kokon, (Kaomini, 2002).

(19)

Sejalan dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi benang sutera, dilakukan suatu usaha dalam pemeliharaan ulat sutera. Usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian vitamin B1 pada pakan ulat sutera, yang sangat penting terhadap pertumbuhan metabolisme tubuh sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera.

1.2. Permasalahan

Peningkatan kebutuhan akan sutera alam semakin meningkat, sehingga dilakukan usaha seperti peningkatan kualitas dan gizi daun murbei. Vitamin B1 merupakan vitamin yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan termasuk ulat sutera. Peranan dari vitamin B1 itu sendiri yaitu untuk meningkatkan metabolisme tubuh walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit, maka dari itu dilakukan penelitian dengan pemberian vitamin B1 pada pakan ulat sutera yang nantinya akan meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera (Bombyx mori L.).

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Vitamin B1 terhadap pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera.

1.4. Hipotesis Penelitian

Pemberian vitamin B1 pada daun murbei dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ulat sutera.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ulat sutera di Indonesia umumnya.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ulat Sutera

Ulat sutera adalah serangga yang memiliki keuntungan ekonomis bagi manusia karena mampu menghasilkan benang sutera. Menurut Boror et al.,(1992), klasifikasi ulat sutera (Bombyx mori L.) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Klass : Insecta Sub Klass : Pterygota Ordo : Lepidoptera Family : Bombicidae Genus : Bombyx

Spesies : Bombyx mori L.

Bombyx mori L. adalah serangga yang termasuk dalam golongan ngengat, tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Diantara bagian tersebut bagian terkecil adalah kepala. Bagian abdomennya berwarna putih krem dengan garis kecoklat-coklatan, pusat melintang sayap-sayap depan dengan mempunyai bentangan sayap kira-kira 50 mm. Tubuhnya berat dan sangat berambut (Borror et al.,1996).

(21)

2.2 Siklus Hidup Ulat Sutera

Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai imago (dewasa). Perkembangan pasca embrionik atau perkembangan insekta setelah menetas dari luar akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran hingga menjadi serangga dewasa (Jumar, 2000).

Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap ini disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera sendiri adalah salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Sepanjang hidupnya, ulat sutera mengalami empat fase, yaitu telur, larva, pupa dan imago. Fase larva terdapat beberapa tahap, yaitu instar I sampai V (Katsumata, 1984). Instar V larva mencapai panjang maksimum 70 mm dan makan yang sangat banyak. Ketika larva telah berkembang penuh dan berhenti makan kulit larva menjadi transparan. Larva yang sudah demikian ini kemudian ditempatkan pada alat pengokonan (frame). Proses perubahan larva menjadi bentuk kepompong didahului proses pembentukan kokon. Setelah membentuk kokon lalu larva masuk ke stadium pupa. Pada saat ini kelompok sel dewasa yang belum aktif pada stadium larva akan segera melakukan aktivitas penyusunan bagian-bagian tubuh dewasa melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel ketika memasuki stadium pupa. Bila penyusunan bagian-bagian tubuh telah sempurna, ngengat yang terbentuk dari pupa kemudian meninggalkan kokon menjadi ngengat dewasa (Tristianto, 2007).

2.3. Kokon dan Serat Sutera

(22)

dan waktu ulat sutera membentuk kokon, disamping sifat keturunan dari ulat sendiri (Departemen Kehutanan, 1992).

Pembentukan kokon yang berupa gulungan sutera ini dimulai melekatnya benang yang keluar pertama kali ke suatu benda. Setelah ujung benang ini melekat pada suatu benda, dengan gerakan kepala, benang diulur dan dijalin mengelilingi tubuh sampai rapat. Bagi ulat, kokon ini berfungsi sebagai pelindung pada saat merubah diri menjadi bentuk pupa (Tim penulis, 1992).

Mutu kokon ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jenis ras ulat sutera yang dipelihara, teknik pemeliharaan ulat sutera, jenis daun murbei yang diberikan sebagai makanannya serta penanganan pascapanen. Syarat-syarat kokon yang baik adalah sehat (tidak cacat), bersih (putih bersih, kuning bersih atau warna-warna lainnya), bagian dalamnya (pupa) tidak rusak maupun hancur, bagian kokonnya atau lapisan serat-serat suteranya keras. Sedangkan serat sutera dapat dikatakan lebih baik, serat memiliki ketebalan yang merata, tidak mudah putus, tidak terdapat buku/bintik-bintik pada serat (Budisantoso, 1997).

Serat sutera merupakan serat yang secara alamiah dibuat sepanjang ratusan sampai seribu meter lebih dengan sangat halus, sehingga merupakan serat alam yang terpanjang dan terhalus yang diketahui manusia dan dapat dimamfaatkan secara mudah. Lembaran serat sutera terdiri dari dua serat halus yang hampir ditembus cahaya, tidak berwarna, berasal dari larutan selulosa yang menjadi satu dan mengeras cepat apabila bereaksi dengan udara (Kelompok Peneliti Pesuteraan Alam, 1997).

(23)

belakang sebagai penghasil fibrion sebagai sutera cair yang 75% bagian dari berat dan tidak larut dalam air panas (Sunanto, 1997).

2.4. Daun Murbei

Menurut Javan Overseas Coorporation Volunteers (1975) klasifikasi daun murbei adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Morus Spesies : Morus sp.

Tanaman murbei termasuk dalam famili Moraceae, ordo Urticales, kelas Dicotyledone. Tumbuhan ini berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman murbei yang sudah dibudidayakan menyukai daerah dengan pH tanah yang cukup basa (pH>6.5) seperti di lereng gunung, daerah berkapur dan tanah yang berdrainase baik. Murbei termasuk jenis pohon tinggi sekitar 9 m, percabangan banyak, cabang muda berambut halus (Samsijah, 1983). Tanaman ini terlihat seperti jenis perdu, daunnya tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya sekitar 4 cm. Helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2.5-20 cm, lebar 1.5-12 cm, warnanya hijau (Listiarani, 2009).

(24)

daun pada musim kemarau menurun dibandingkan dengan pada musim hujan kecuali pada perkebunan murbei yang mendapat pengairan (Andadari, 2005).

Perkembangan murbei biasanya melalui biji dan stek. Biji berkecambah selama 9-14 hari tergantung pada musim. Tanaman murbei sangat mudah dikembangkan secara vegetatif terutama dengan stek batang. Stek diambil dari tanaman induk yang unggul dan berumur lebih dari 1 tahun (Sunanto, 1997). Menurut Ryu (1998), Untuk memperoleh varietas murbei yang baik perlu di pertimbangkan varietas yang mempunyai produksi daun yang paling tinggi, sesuai dengan kondisi iklim setempat, tahan terhadap serangan hama penyakit, serta mempunyai bentuk yang baik untuk memudahkan pembudidayaannya.

Daun murbei juga mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 18-28 % dan mengandung serat kasar yang rendah sekitar 10,57% (Ekastuti, 1992). Daun murbei mengandung asam askorbat, asam folat, karoten, vitamin B1, pro vitamin D, mineral Si, Fe, Al, Ca, P, K, dan Mg.

Tanaman murbei memiliki banyak jenis untuk pakan ulat sutera, antara lain jenis Morus alba, Morus cathayana, dan Morus multicaulis. Tanaman murbei jenis Morus alba ujung rantingnya yang muda sedikit merah, produksi daunnya cukup tinggi. Morus cathayana ujung rantingnya masih muda dan tangkainya sedikit merah, ukuran daun besar produksi daunnya cukup tinggi. Murbei jenis Morus multicaulis ujung ranting muda kehijauan. Ukuran daun lebar, produksi daun tinggi dan tidak cepat layu (Guntoro, 1995).

Murbei memiliki banyak manfaat, seperti buahnya dapat dimakan, dapat dijadikan minuman anggur murbei, dan makanan ternak. Daunnya kadang-kadang digunakan sebagai sayuran. Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, alat-alat olah raga. Di Cina dan Eropa, empulur kayunya dibuat sebagai bahan pembuat kertas. Pohon murbei sering juga digunakan sebagai bahan hias (ornamental) dan tanaman pagar (Ryu, 1998). Menurut Soesono (1996) dalam

(25)

sutera, tetapi juga berfungsi sebagai tanaman pelindung, sebagai tanaman sela atau sebagai tanaman pengisi pada pertanaman dengan sistem tumpang sari dan sebagai tumbuhan pioner pada lahan yang berbatu dan berkarang.

2.5. Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 terdiri dari satu substitusi pirimidin yang terikat melalui ikatan metilen pada satu substitusi tiasol. Sifat umum vitamin B1 adalah stabil dalam pH sedikit asam, rusak dalam pH alkalis, rusak dalam larutan mineral, larut dalam air dan alkohol 70 persen dan rusak oleh panas (Widodo, 2000).

Bentuk aktif dari vitamin B1 adalah tiamin difosfat, di mana reaksi konversi tiamin menjadi tiamin difosfat tergantung oleh enzim tiamin difosfotransferase dan ATP yang terdapat di dalam otak dan hati. Tiamin difosfat berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan mengalihkan unit aldehid yang telah diaktifkan yaitu pada reaksi :

a. Dekarboksilasi oksidatif asam-asam α - keto ( misalnya α- ketoglutarat, piruvat,

dan analog α - keto dari leusin isoleusin serta valin).

b. Reaksi transketolase (misalnya dalam lintasan pentosa fosfat) (Rahayu, 2000).

Tiamin adalah zat berupa kristal tersusun dari unsur-unsur karbon hodrogen-oksigen dan belerang, mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Vitamin ini tidak mudah mengalami oksidasi, tetapi dapat rusak karena pemanasan di dalam larutan (Budiyanto, 2009). Tiamin mudah diserap dalam saluran pencernaan dari sebagian besar, tetapi jumlahnya dalam darah jauh daripada konstan, tergantung dari jumlahnya yang dimakan (Sediaoetama, 1976).

(26)

murbei mengandung tanin dan vitamin A. Buahnya mengandung sakarida, asam linoleat, asam oleat, vitamin B1, B2, C, karoten. Kulit batang mengandung triterpenoid dan flavonoid. Kulit akar mengandung derivat flavone mulberri, sedangkan bijinya urease.

(27)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2012 di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah cawan petri, gunting, botol semprot, timbangan digital, spatula, tempat daun, kertas nasi, kertas karbon, kertas putih (HVS), pisau, baskom/ember, jaring ulat, kuas, kain penutup daun, penggaris dan beaker glass. Bahan yang digunakan adalah telur ulat sutera (Bombyx mori L.), tissue, aquadest, dan vitamin B1 (tiamin).

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu konsentrasi vitamin B1 (tiamin) P0: 0mg/100ml, P1: 0,1mg/100ml, P2: 0,2mg/100ml, P3: 0,3mg/100ml dan P4: 0,4mg/100ml. Setiap perlakuan terdiri dari sepuluh ekor ulat. Setiap satu unit perlakuan dengan tiga kali ulangan menggunakan tiga puluh ekor larva. Jumlah larva yang digunakan untuk semua perlakuan adalah seratus lima puluh ekor larva.

3.4. Prosedur Percobaan

3.4.1. Inkubasi Telur

(28)

3.4.2. Pemeliharaan Ulat

Ulat sutera yang baru menetas (instar I) dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu ulat sutera yang diberi pakan daun murbei yang pakannya diberi tambahan vitamin B1 dengan dosis 0,1;0,2;0,3;0,4 dan tanpa pemberian vitamin B1 0,0 dimana masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulat dan dimasukkan kedalam cawan petri yang sebelumnya sudah dilapisi dengan tisu basah dan kertas alas. Daum murbei yang diberi vitamin B1 dan tanpa vitamin B1 yang diberikan dipotong kecil-kecil. Pemberian pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Pada akhir instar I yang ditandai dengan ulat berhenti makan dan berganti kutikula (molting) tempat pemeliharaan ulat sutera dibersihkan dengan cara mengganti kertas alas, mengangkat pakan feses dan sisa pakan. Hal yang sama dilakukan pada awal dan akhir instar II sampai V, namun pada instar III-V daun murbei yang diberi vitamin B1 dan tanpa vitamin B1 yang diberikan tidak dipotong-potong melainkan secara utuh atau bersama cabangnya.

3.4.3. Pemberian Perlakuan

Daun murbei segar terlebih dahulu dibersihkan. Daun murbei dicelupkan dengan vitamin B1 dengan masing-masing konsentrasi yaitu 0mg/100ml, 0,1mg/100ml, 0,2mg/100ml, 0,3mg/100ml dan 0,4mg/100ml. Daun dipotong-potong kecil dan diberikan pada ulat pada saat instar I sampai instar V. Pemberian pakan diberikan pada pagi (pukul 07.00-08.00 WIB), siang (pukul 12.00-13.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-17.00 WIB).

3.5. Parameter Pengamatan

3.5.1.Pertumbuhan Larva dan Pupa

a. Perubahan Morfologis (instar III-V)

Dilakukan pengukuran panjang tubuh, diameter tubuh, panjang badan, diameter badan, panjang kepala, diameter kepala dengan menggunakan benang yang di potong sesuai ukuran dan diukur menggunakan penggaris 30 cm.

b. Bobot larva akhir instar (g)

(29)

c. Bobot Kelenjar Sutera (g)

Pada akhir larva instar V dimasukkan ke dalam aluminium foil dan diletakkan kedalam lemari pendingin selama 2x24 jam sampai larva mati. Larva dibedah kemudian kelenjarnya dibilas dalam 0,75% NaCl lalu dikeringkan dengan kertas saring dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Penimbangan bobot kelenjar dibagi atas tiga bagian yaitu kelenjar bagian depan, tengah dan belakang. d. Bobot pupa

Dilakukan penimbangan pupa dengan cara membelah kokon, kemudian dikeluarkan pupa.

3.5.2 Produktivitas

a. Prosentase kulit kokon

Prosentase kulit kokon didapatkan dengan rumus berikut :

Prosentase kulit kokon =

pupa

b. Panjang serat sutera

Panjang serat sutera ditentukan berdasarkan panjang serat yang dijulurkan dari sebutir kokon. Panjang serat dinyatakan dalam meter (m).

c. Prosentase serat sutera

Prosentase serat sutera merupakan prosentase berat sutera terurai terhadap, berat berisi pupa, dinyatakan dalam persen (%)

Prosentase serat =

3.6Analisis Data

(30)
(31)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Tubuh Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

Pengamatan terhadap morfometri tubuh ulat sutera (Bombyx mori) instar III, IV, V yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi vitamin B1, dapat dilihat pada Tabel 4.1.1

Tabel 4.1.1 Rata-rata Morfometri Tubuh Ulat Sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Morfologi Tubuh (cm)

Diameter Keterangan: P0: Kontrol, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3

mg/100ml, P4: 0,4mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

(32)

Tabel 4.1.2 Rata-rata Morfometri Tubuh Ulat Sutera Instar IV yang mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Morfologi Tubuh (cm)

Diameter Keterangan: P0: 0 mg/100ml, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3

mg/100ml, P4: 0,4 mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

Berdasarkan Tabel 4.1.2 dapat dilihat bahwa morfologi tubuh larva instar IV meliputi diameter kepala, panjang kepala, panjang badan dan diameter badan antara kontrol dengan perlakuan terjadi penurunan. Setelah diuji statistik diameter kepala antara kelompok kontrol dengan perlakuan (P1,P2,P3) menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05), sedangkan pada P4 berbeda nyata (p<0.05). Panjang kepala ulat sutera antara kelompok kontrol dengan perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang badan ulat sutera antara kontrol dengan perlakuan (P1,P2) menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan pada (P3,P4) berbeda nyata. Diameter badan ulat sutera antara kelompok kontrol dengan perlakuan (P1,P2,P3,P4) menunjukkan tidak berbeda nyata.

Tabel 4.1.3 Rata-rata Morfometri Tubuh Ulat Sutera Instar V yang

Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Keterangan: P0: 0 mg/100ml, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3 mg/100ml, P4: 0,4 mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

Perlakuan Morfologi Tubuh (cm)

(33)

Hal yang sama juga terlihat pada Tabel 4.1.3 bahwa morfologi tubuh larva instar V diameter kepala, panjang kepala, panjang badan dan diameter badan antar kontrol dan perlakuan (P1,P2,P3,P4) terjadi penurunan. Setelah dilakukan uji statistik diameter kepala, panjang kepala, panjang badan dan diameter badan menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05). sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian vitamin B1 menurunkan morfometri larva instar III, IV dan V berupa panjang kepala, diameter kepala, panjang badan dan diameter badan.

Menurut Raika (2011), pada serangga vitamin B1 bertindak sebagai koenzim yang akan membantu fungsi tubuh. Namun dalam hal ini peranan metabolisme seluler untuk memproduksi energi glukosa terlalu berlebihan sehingga mengalami suatu keadaan penundaan pertumbuhan, dimana pertumbuhannya mengalami penundaan meliputi jumlah sel yang relatif sama atau ukuran membesar pada jaringan lemak atau kulit. Vitamin B1 dalam dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh (Rahayu, 2000). Hal ini dapat dikatakan bahwa vitamin B1 yang ada pada daun murbei sudah mencukupi untuk pertumbuhan ulat sutera, jadi tidak perlu penambahan dari luar

Tabel 4.1.4 Rata-rata Pertambahan Bobot Ulat Sutera Instar III, IV, V dan Bobot Pupa yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Pertambahan Bobot Larva (g) Bobot Pupa

(g)

III IV V

P0 2.39a±0.56 0.53a±0.18 0.45a±0.23 0.22a±0.09 P1 1.71b±0.35 0.49a±0.22 0.31b±0.16 0.20a±0.03 P2 1.48b±0.50 0.43a±0.18 0.30b±0.13 0.15a±0.02 P3 1.35b±0.41 0.31a±0.22 0.27b±0.12 0.14a±0.02 P4 1.21b±0.37 0.23a±0.16 0.27b±0.10 0.13a±0.02 Keterangan: P0: 0 mg/100ml, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3

mg/100ml, P4: 0,4 mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

(34)

kontrol dan perlakuan pemberian vitamin B1 menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05). Bobot larva instar IV dan bobot pupa berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan antar kontrol dan perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian vitamin B1 dapat menurunkan pertambahan bobot larva instar III, IV, V dan bobot pupa. Penurunan ini disebabkan pemberian vitamin yang berlebih terhadap ulat sutera yang menyebabkan hiper vitamin, dimana dalam pertumbuhan ulat sangat membutuhkan nutrisi (vitamin) dalam jumlah optimal, bila berlebih sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat sutera (Faruki, 2005).

Pemberian vitamin B1 dalam pakan ulat sutera menurunkan pertumbuhan ulat sutera, sehingga tidak perlu penambahan vitamin B1 dari luar kemungkinan vitamin B1 yang terkandung dalam daun murbei sudah cukup untuk pertumbuhan ulat sutera.

4.2 Kelenjar Sutera Bombyx mori

Pengamatan terhadap bobot kelenjar sutera Bombyx mori yang diberi vitamin B1 meliputi kelenjar bagian depan, tengah dan belakang dapat dilihat pada Tabel 4.2

4.2. Rata-rata Bobot Kelenjar Sutera dari Ulat Sutera yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Bobot Kelenjar (g)

Depan Tengah Belakang

P0 0.041a±0.24 0.127a±0.026 0.141a±0.020 P1 0.041a±0.14 0.126a±0.029 0.126a±0.024 P2 0.038a±0.20 0.125a±0.032 0.124a±0.030 P3 0.034a±0.18 0.122a±0.048 0.122a±0.026 P4 0.016b±0.06 0.121a±0.021 0.115b±0.023 Keterangan: P0: 0 mg/100ml, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3

mg/100ml, P4: 0,4 mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

(35)

dengan kontrol. Namun setelah dilakukan uji statistik pada bobot kelenjar sutera bagian depan dan bagian belakang antara kelompok kontrol dan perlakuan (P1,P2,P3) menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan pada P4 berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan berbeda nyata (p<0.05). Bobot kelenjar sutera bagian tengah berdasarkan hasil uji statistik antara kontrol dan perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini diduga bahwa pemberian vitamin B1 dapat menurunkan bobot kelenjar sutera sehingga mengalami penurunan karena memberikan efek sitotoksik dalam tubuh ulat.

Menurut Hirayama & Hiroshi (1995), bahwa semakin besar pemberian vitamin B1 yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi akan menyebabkan tingginya kadar toksik yang ada. Penambahan vitamin B1 akan mempengaruhi sistem hormonal ulat sutera sehingga pengeluaran hormon ekdison akan menjadi menghambat pertumbuhan. Hormon ekdison mempunyai peranan penting dalam mengatur sintesis fibrion dan serisin, yang akan merangsang pelepasan hormon ekdison dari kelenjar prothorasik. Ekdison inilah yang menyebabkan proses sintesa fibrion dan serisin yang merupakan bahan baku utama dari kelenjar sutera (Rahasia, 2005). Menurut Kusumaputera (1976), ulat sutera mempunyai sepasang kelenjar sutera yang berbentuk melingkar-lingkar di dalam tubuhnya, kelenjar bagian belakang menghasilkan protein yang disebut fibrion, sedangkan bagian tengah menghasilkan protein seperti pasta yang disebut serisin.

4.3 Produktivitas Ulat Sutera

Pengamatan pemberian vitamin B1 terhadap produktivitas ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi vitamin B1 dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Rata-rata Prosentase Kulit Kokon, Panjang serat, Prosentase

Serat, Bobot Kokon dan Bobot Kulit Kokon Ulat Sutera yang Mengkonsumsi Daun Murbei yang diberi Vitamin B1 dengan Konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Prosentase

(36)

(%) Kokon (g)

P0 54.32a±16.2 679.4a±228.1 22.82a±6.72 0.64a±0.11 0.28a±0.06

P1 29.36b±13.6 635.6a±401.7 19.43a±10.4 0.63a±0.21 0.18a±0.04

P2 27.73b±12.2 603.7a±305.5 19.38a±6.71 0.61a±0.16 0.14a±0.02

P3 25.04b±8.35 557.8a±481.2 16.14a±2.64 0.58a±0.13 0.14a±0.03

P4 22.04b±6.83 340.9a±127.7 15.48a±2.52 0.55a±0.12 0.13a±0.02

Keterangan: P0: 0 mg/100ml, P1: 0,1 mg/100ml, P2: 0,2 mg/100ml, P3: 0,3 mg/100ml, P4: 0,4 mg/100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa prosentase kulit kokon antara kontrol dan perlakuan adanya perbedaan, dimana ditunjukkan pada kontrol yaitu 54.34% yang rendah pada dosis 0,4 yaitu 22.04%. Hal ini membuktikan bahwa pemberian vitamin B1 tidak dapat meningkatkan prosentase kulit kokon karena asupan vitamin B1 sudah tercukupi dari pakan yang dikonsumsi ulat sutera tersebut sehingga tidak diperlukan lagi asupan vitamin B1 dari luar. Menurut Kusumaputera & Samsijah (1976), kandungan dari daun murbei itu sendiri memiliki 8 jenis vitamin B. Pada Tabel 4.3 juga dapat dilihat panjang serat, prosentase serat, bobot kokon dan bobot kulit kokon dari hasil uji statistik menunjukkan tidak berbeda nyata, dimana pada kontrol panjang serat 679.4 m, persentase serat 22.82%, bobot kokon 0.64 g dan bobot kulit kokon 0.28 g, sedangkan yang paling rendah pada pemberian vitamin B1 pada dosis 0,4 mg/100ml.

(37)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan:

a. Pemberian vitamin B1 menghambat pertumbuhan larva instar III-IV, bobot larva instar III dan V, serta persentase kulit kokon.

b. Pemberian vitamin B1 tidak mempengaruhi pertumbuhan morfologi larva instar V, bobot larva instar IV, bobot pupa, serta produktivitas ulat sutera yang meliputi panjang serat, persentase serat, bobot kokon dan bobot kulit kokon, sedangkan berat kelenjar sutera terjadi penurunan pada bagian depan dan belakang pada konsentrasi 0,4 mg/100ml.

5.2 Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 190.

Andadari. L. dan Ragil S.B Irianto. 2005. Pengaruh Mikoriza Asburkula Terhadap Pertumbuhan Stek Murbei (Morus alba). Jurnal Penelitian Hutan DanKonservasi Alam. II(3) : 269-275.

Aris, S. Pudjiono, S. dan Naim, M. 2007. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Terhadap Kemampuan Hidup dan Pertumbuhan Stek Empat Jenis Hibrid Murbei. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1).

Borror, D. J., Charles. S. T. dan Norman. F. J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed Ke6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 803.

Boror. D. J., Charles. S. T dan Norman. F. J 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed Ke6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Budisantoso. H. 1997. Pengaruh Sistem Perebusan Kokon Terhadap Panjang Serat Rendaman dan Daya Gulung. Jurnal Penalitian Kehutanan. VII(3): 23.

Budiyanto, A. K. 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Hlm. 75

Departemen Kehutanan. 1992. Teknik Pengolahan Kokon dan Benang Sutera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. Hlm 1, 5, 8.

Ekastusi, D. R. 1992. Pengaruh Ethyloestrenol Terhadap Pertumbuhan Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) pada larva instar IV dan V. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana. Hlm. 5.

Faruki, S. 2005. Effect of Pyridoxine in the Reproduction of the Mulberry Silkworm, Bombyx mori L.Short Communication. 2(2): 28.

Fauziyah, E. 2007. Pengaruh Faktor Utama Terhadap Perkembangan Usaha Pesuteraan Alam Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Bandung.

(39)

Hirayama, C., K. Kataro, dan S. Hiroshi. 1995. Ultilization of Amonia as Nitrogen souroe in the Silkworm, Bombyx mori L.Journal Insect Physiology. 42: 983-989.

Javan Overseas Coorperation Volunters. 1975. Sibuyaku. Tokyo. Javan.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 68.

Kaomini, M. 2002. Pedoman Teknis Pemeliharaan Ulat Sutera. Samba Project, Bandung.

Katsumata. F. 1984. Petunjuk Sederhana Bagi Pemeliharaan Ulat Sutera. Tokyo. Jepang.

Kelompok Peneliti Pesuteraan Alam. 1997. Mengenal Ulat Sutera. Bogor:

Departemen Kehutanan Badan Litbang Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konversi Alam.

Kusumaputera, S dan Samsijah. 1976. Ulat Sutera Kertas Kerja pada Kongres Biologi IV.Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.

Listiarani, I. 2009. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Daun Murbei (Morrus

spp.) Terhadap Pertumbuhan Ulat Sutera (Attacus Atlas L.). [Skripsi]. Bogor: Institut Teknologi Bogor. Hlm. 1.

Rahayu, I. B. 2000. Vitamin B1 (Tiamin). Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Rahasia, A.C. 2005. Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera pada Pemeliharaan dengan Pakan Buatan. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana.

Raika, R. 2011. Panduan Lengkap Untuk Diet dan Gizi Kedokteran. Yogyakarta: Universitas Brawijaya.

Rukaesih, O., Maryani S., Purnomosidhi B. Dan Sutisna. 1991. Petunjuk Praktis Reeling Kokon Sutera. Bandung: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil.

Ryu, C.H. 1998. Panduan Teknis Persuteraan Alam, Petunjuk Dasar Persuteraan Alam. Jawa Barat: PT. Indo Jado sumatera Pratama (Silk Industries). Hlm. 13-15.

(40)

Samsijah. 1983. Pengaruh Perendaman Daun Murbei dalam Larutan Gula Pasir dan Natrium Glutamat terhadap Mutu Kokon dan Mutu Serat Sutera. [Tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Program Pascasarjana..

Sasmito, E., Nogroho, A. E. dan Wijaya, C. R. 2005. Pengaruh Pemberian Vitamin B1 dan Seng Sulfat Terhadap Produksi Polisakarida Tudung Jamur Sitake (Lentinus edodes) Serta Uji Imonomodulatornya pada Sel Limposit Mencit Balb/c. Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. 16 (2): 81-86.

Sediaoetama, A. D. 1976. Ilmu Gizi Diit Di Daerah Tropik. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hlm. 129-131.

Setiana, H. 2006. Petunjuk Praktis Budidaya Ulat Sutera. Jawa Tengah: Perum Perhutani. Hlm. 1.

Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Persuteraan Alam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hlm. 46-49.

Tim Penulis PS. 1992. Institut Pertanian Bogor. Jakarta: Penebar Swadaya. Hlm. 1, 5, 9, 16, 24-25, 40-42.

Tristianto, S. A. 2007. Pengaruh Pupuk Organik M-Dext dan NASA Terhadap Produksi Daun Murbei (Morus Cathayana) dan Kualitas Kokon Ulat Sutera (Bombyx mori L.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. hlm. 6-8.

(41)

LAMPIRAN

Lampiran A Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar III

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. panjang_badan Kontrol .167 10 .200* .972 10 .907

0,1 .197 10 .200* .926 10 .409 0,2 .236 10 .122 .825 10 .029 0,3 .225 10 .163 .866 10 .090 0,4 .179 10 .200* .926 10 .409 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. panjang_badan Based on Mean .868 4 45 .491

Based on Median .580 4 45 .678 Based on Median and

with adjusted df .580 4 30.621 .679 Based on trimmed mean .765 4 45 .553

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank panjang_badan Kontrol 10 38.75

(42)

Test Statisticsa,b

panjang_badan Chi-Square 21.620

Df 4

Asymp. Sig.

.000 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

panjang_badan Mann-Whitney U 30.000 Wilcoxon W 85.000

Z -1.525

Asymp. Sig. (2-tailed) .127 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .143

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

panjang_badan Mann-Whitney U 24.500 Wilcoxon W 79.500

Z -1.945

Asymp. Sig. (2-tailed) .052 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .052

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

(43)

panjang_badan Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 66.000

Z -2.985

Asymp. Sig. (2-tailed) .003 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .002

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

panjang_badan Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 57.000

Z -3.644

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. a. Lilliefors Significance Correction

(44)

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Diameter-tubuh

Based on Mean 1.302 4 45 .284 Based on Median .777 4 45 .546 Based on Median and

with adjusted df .777 4 39.674 .547 Based on trimmed mean 1.253 4 45 .302

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank diameter_tubuh kontrol 10 36.80

0,1 10 32.10

0,2 10 27.55

0,3 10 23.70

0,4 10 7.35

Total 50

Test Statisticsa,b

diameter_tubuh Chi-Square 24.966

Df 4

Asymp. Sig.

.000 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

(45)

Test Statisticsb

Diameter-tubuh Mann-Whitney U 37.500 Wilcoxon W 92.500

Z -1.007

Asymp. Sig. (2-tailed) .314 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .353

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

Diameter-tubuh Mann-Whitney U 28.500 Wilcoxon W 83.500

Z -1.681

Asymp. Sig. (2-tailed) .093 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .105

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

Diameter-tubuh Mann-Whitney U 21.000 Wilcoxon W 76.000

Z -2.263

Asymp. Sig. (2-tailed) .024 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .029

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

(46)

diameter_tubuh Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 55.000

Z -3.838

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Panjang_kepala kontrol .253 10 .070 .903 10 .236

0,1 .148 10 .200* .973 10 .919 0,2 .200 10 .200* .929 10 .443 0,3 .222 10 .176 .883 10 .140 0,4 .156 10 .200* .905 10 .251 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Panjang_kepala Based on Mean 1.111 4 45 .363

Based on Median .994 4 45 .421 Based on Median and

(47)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Panjang_kepala kontrol 10 38.25

0,1 10 35.75 0,2 10 23.20 0,3 10 16.60 0,4 10 13.70 Total 50

Test Statisticsa,b

Panjang_kepala Chi-Square 23.381

Df 4

Asymp. Sig.

.000 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

Panjang_kepala Mann-Whitney U 46.000 Wilcoxon W 101.000

Z -.305

Asymp. Sig. (2-tailed) .760 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .796

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

(48)

Panjang_kepala Mann-Whitney U 16.000 Wilcoxon W 71.000

Z -2.603

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .009

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

Panjang_kepala Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 62.000

Z -3.280

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

Panjang_kepala Mann-Whitney U 3.500 Wilcoxon W 58.500

Z -3.535

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Tests of Normality

(49)

-an Statistic Df Sig. Statistic df Sig. diameter_kepala Kontrol .341 10 .002 .718 10 .001

0,1 .200 10 .200* .892 10 .180 0,2 .396 10 .000 .738 10 .003 0,3 .262 10 .050 .765 10 .006 0,4 .224 10 .169 .882 10 .138 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. diameter_kepala Based on Mean 1.210 4 45 .320

Based on Median .932 4 45 .454 Based on Median and

with adjusted df .932 4 29.308 .459 Based on trimmed mean 1.159 4 45 .341

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank diameter_kepala kontrol 10 44.20

0,1 10 31.35 0,2 10 20.05 0,3 10 19.30 0,4 10 12.60 Total 50

Test Statisticsa,b

(50)

Chi-Square 30.646

Df 4

Asymp. Sig.

.000 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

diameter_kepala Mann-Whitney U 13.000 Wilcoxon W 68.000

Z -2.911

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.004a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

diameter_kepala Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 55.000

Z -3.919

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

(51)

Wilcoxon W 55.000

Z -3.863

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.000a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

diameter_kepala

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 55.000

Z -3.854

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Perlakuan

Lampiran B Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar IV Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

(52)

Based on Median .900 4 45 .472 Based on Median and

with adjusted df .900 4 36.943 .474 Based on trimmed mean 1.284 4 45 .291

ANOVA

Panjang_badan

Sum of

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Panjang_badan Bonferroni

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound kontrol 0,1 -.01000 .07605 1.000 -.2345 .2145

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tests of Normality

Perlaku -an

(53)

diameter_tubuh kontrol .415 10 .000 .736 10 .002 0,1 .320 10 .004 .713 10 .001 0,2 .206 10 .200* .876 10 .116 0,3 .253 10 .070 .893 10 .183 0,4 .252 10 .072 .893 10 .185 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. diameter_tubuh Based on Mean 1.577 4 45 .197

Based on Median 1.898 4 45 .127 Based on Median and

with adjusted df 1.898 4 39.281 .130 Based on trimmed mean 1.662 4 45 .176

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank diameter_tubuh Kontrol 10 30.20

0,1 10 30.00 0,2 10 27.25 0,3 10 23.95 0,4 10 16.10 Total 50

Test Statisticsa,b

(54)

Df 4 Asymp. Sig.

.135 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. panjang_kepala kontrol .216 10 .200* .912 10 .296

0,1 .330 10 .003 .823 10 .028 0,2 .161 10 .200* .938 10 .534 0,3 .200 10 .200* .900 10 .219 0,4 .277 10 .029 .833 10 .036 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. panjang_kepala Based on Mean 1.959 4 45 .117

Based on Median 1.642 4 45 .180 Based on Median and

with adjusted df 1.642 4 38.776 .183 Based on trimmed mean 1.953 4 45 .118

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank panjang_kepala kontrol 10 39.45

(55)

0,3 10 22.25 0,4 10 16.90 Total 50

Test Statisticsa,b

panjang_kepala Chi-Square 13.657

Df 4

Asymp. Sig.

.008 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

panjang_kepala Mann-Whitney U 22.500 Wilcoxon W 77.500

Z -2.153

Asymp. Sig. (2-tailed) .031 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .035

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

panjang_kepala Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 66.500

Z -2.934

(56)

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .002

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

panjang_kepala Mann-Whitney U 18.500 Wilcoxon W 73.500

Z -2.397

Asymp. Sig. (2-tailed) .017 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .015

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

panjang_kepala Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 63.000

Z -3.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .001

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

(57)

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. diameter_kepala kontrol .212 10 .200* .900 10 .217

0,1 .235 10 .126 .851 10 .060 0,2 .245 10 .091 .820 10 .025 0,3 .292 10 .015 .770 10 .006 0,4 .234 10 .128 .847 10 .053 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. diameter_kepala Based on Mean .636 4 45 .639

Based on Median .293 4 45 .881 Based on Median and

with adjusted df .293 4 34.378 .880 Based on trimmed mean .610 4 45 .657

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank diameter_kepala Kontrol 10 34.30

0,1 10 30.95

0,2 10 30.10

0,3 10 19.05

0,4 10 13.10

Total 50

(58)

diameter_kepala Chi-Square 16.364

Df 4

Asymp. Sig.

.003 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

diameter_kepala Mann-Whitney U 42.000 Wilcoxon W 97.000

Z -.629

Asymp. Sig. (2-tailed) .529 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.579a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

diameter_kepala Mann-Whitney U 38.000 Wilcoxon W 93.000

Z -.955

Asymp. Sig. (2-tailed) .340 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.393a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

(59)

diameter_kepala Mann-Whitney U 19.000 Wilcoxon W 74.000

Z -2.439

Asymp. Sig. (2-tailed) .015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.019a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

diameter_kepala Mann-Whitney U 13.000 Wilcoxon W 68.000

Z -2.874

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.004a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Lampiran C Analisis Statistik Morfologi Tubuh Larva Instar V

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. panjang_badan kontrol .212 10 .200* .878 10 .123

0,1 .128 10 .200* .952 10 .688 0,2 .188 10 .200* .931 10 .462 0,3 .309 10 .007 .842 10 .047 0,4 .141 10 .200* .941 10 .562 a. Lilliefors Significance

Correction

(60)

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. panjang_badan Based on Mean .974 4 45 .431

Based on Median .645 4 45 .633 Based on Median and

with adjusted df .645 4 39.549 .633 Based on trimmed mean .930 4 45 .455

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank panjang_badan kontrol 10 32.85

0,1 10 27.95

0,2 10 26.25

0,3 10 21.50

0,4 10 18.95

Total 50

Test Statisticsa,b

panjang_badan Chi-Square 5.641

Df 4

Asymp. Sig.

.228 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. diameter_badan kontrol .283 10 .023 .909 10 .276

(61)

0,4 .311 10 .007 .782 10 .009 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. diameter_badan Based on Mean .700 4 45 .596

Based on Median .481 4 45 .749 Based on Median and

with adjusted df .481 4 35.501 .749 Based on trimmed mean .671 4 45 .615

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank diameter_badan Kontrol 10 35.20

0,1 10 31.05

0,2 10 27.50

0,3 10 18.30

0,4 10 15.45

Total 50

Test Statisticsa,b

diameter_badan Chi-Square 13.851

df 4

Asymp. Sig.

.008 a. Kruskal Wallis Test

(62)

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

diameter_badan Mann-Whitney U 40.000 Wilcoxon W 95.000

Z -.780

Asymp. Sig. (2-tailed) .435 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .481

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

diameter_badan Mann-Whitney U 35.500 Wilcoxon W 90.500

Z -1.153

Asymp. Sig. (2-tailed) .249 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .280

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

diameter_badan Mann-Whitney U 18.500 Wilcoxon W 73.500

Z -2.428

Asymp. Sig. (2-tailed) .015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.015a a. Not corrected for ties.

(63)

Test Statisticsb

diameter_badan Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 64.000

Z -3.179

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.001a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. panjang_kepala kontrol .179 10 .200* .953 10 .705

0,1 .235 10 .125 .915 10 .315 0,2 .197 10 .200* .952 10 .689 0,3 .233 10 .132 .874 10 .112 0,4 .209 10 .200* .946 10 .621 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. panjang_kepala Based on Mean .293 4 45 .881

Based on Median .259 4 45 .902 Based on Median and

with adjusted df .259 4 43.194 .902 Based on trimmed mean .311 4 45 .869

ANOVA

(64)

Sum of

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound kontrol 0,1 .02000 .06751 1.000 -.1793 .2193

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. a. Lilliefors Significance

(65)

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. diameter_kepala kontrol .279 10 .026 .798 10 .014

0,1 .264 10 .046 .873 10 .108 0,2 .305 10 .009 .781 10 .008 0,3 .204 10 .200* .916 10 .328 0,4 .274 10 .032 .786 10 .010 *. This is a lower bound of the true

significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. diameter_kepala Based on Mean 2.673 4 45 .044

Based on Median 1.330 4 45 .273 Based on Median and

with adjusted df 1.330 4 27.921 .283 Based on trimmed mean 2.367 4 45 .067

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank diameter_kepala Kontrol 10 28.15

0,1 10 26.35 0,2 10 26.75 0,3 10 25.00 0,4 10 21.25 Total 50

Test Statisticsa,b

(66)

df 4 Asymp. Sig.

.848 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Lampiran D Analisis Statistik Pertambahan Bobot Instar Larva III.

Tests of Normality

perlaku an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Based on Median and

with adjusted df .513 4 34.547 .726 Based on trimmed mean .936 4 45 .452

ANOVA

bobot_instar_III

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between

(67)

ANOVA

bobot_instar_III

Sum of

95% Confidence Interval Lower

(68)

Multiple Comparisons

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound kontrol 0,1 .67700* .20062 .015 .0847 1.2693 *. The mean difference is significant at the 0.05

(69)

Lampiran F Analisis Statistik Pertambahan Bobot Instar Larva V.

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. bobot_instar_V kontrol .202 10 .200* .875 10 .115

0,1 .196 10 .200* .859 10 .075 0,2 .203 10 .200* .879 10 .128 0,3 .202 10 .200* .942 10 .578 0,4 .179 10 .200* .937 10 .516 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. bobot_instar_V Based on Mean .536 4 45 .710

Based on Median .317 4 45 .865 Based on Median and

with adjusted df .317 4 39.367 .865 Based on trimmed mean .517 4 45 .723

ANOVA

bobot_instar_V

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups .561 4 .140 3.519 .014 Within Groups 1.793 45 .040

(70)

Post Hoc Tests

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound kontrol 0,1 .03700 .08926 1.000 -.2265 .3005 *. The mean difference is significant at the 0.05

(71)

Lampiran E Analisis Statistik Pertambahan Bobot Instar Larva IV.

Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Based on Median and

with adjusted df 1.589 4 30.611 .202 Based on trimmed mean 3.026 4 45 .027

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank bobot_instar_IV kontrol 10 32.80

(72)

Test Statisticsa,b

bobot_instar_IV Chi-Square 3.238

Df 4

Asymp. Sig.

.519 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Lampiran G Analisis Statistik Kelenjar Sutera Bagian Depan. Tests of Normality

Perlaku -an

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kelenjar_depan kontrol .172 10 .200* .917 10 .330

0,1 .175 10 .200* .939 10 .544 0,2 .252 10 .071 .921 10 .362 0,3 .186 10 .200* .930 10 .450 0,4 .305 10 .009 .781 10 .008 a. Lilliefors Significance

Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. kelenjar_depan Based on Mean 2.503 4 45 .055

Based on Median 1.572 4 45 .198 Based on Median and

(73)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank kelenjar_depan kontrol 10 32.40

0,1 10 29.75

0,2 10 28.80

0,3 10 25.95

0,4 10 10.60

Total 50

Test Statisticsa,b

kelenjar_depan Chi-Square 14.495

df 4

Asymp. Sig.

.006 a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

kelenjar_depan Mann-Whitney U 46.500 Wilcoxon W 101.500

Z -.268

Asymp. Sig. (2-tailed) .788 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .796

a

a. Not corrected for ties.

(74)

Test Statisticsb

kelenjar_depan Mann-Whitney U 41.500 Wilcoxon W 96.500

Z -.653

Asymp. Sig. (2-tailed) .514 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .529

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

kelenjar_depan Mann-Whitney U 36.500 Wilcoxon W 91.500

Z -1.038

Asymp. Sig. (2-tailed) .299 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .315

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Test Statisticsb

kelenjar_depan Mann-Whitney U 6.500 Wilcoxon W 61.500

Z -3.368

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

Gambar

Tabel 4.1.3

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi, Kecernaan, Metabolisme dan Pertumbuhan Larva Ulat Sutera (Bombyx mori) yang Diberi Tepung Darah dan. Tepung Kedelai dalam Pakan Buatan pada Instar IV dan

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pertumbuhan ulat sutera Bombyx mori yang diberi pakan buatan dengan sumber protein tepung darah dan tepung kedelai..

Masitta Tanjung: Efektivitas Suplementasi Giberelin (GA3) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Ulat Sutera..., 2001... Masitta Tanjung: Efektivitas Suplementasi

Diasumsikan bahwa saponin yang terkandung pada senyawa aktif polisakarida silkrosa yang terdapat pada ekstrak tepung pupa ulat sutera, dalam penelitian ini di

rnempunyai heterosis bobot kokon dan serat sutera lebih tinggi dibanding hibnda dari persilangan galur pada ras yang berbeda, narnun daya tetas,.. lama hidup dan panjang serat

Pengamh Pakan Buatan Berbahan Pengawet (Kalsium Propionat dan Kalium Sorbat) Terhadap Konsumsi, Pertumbuhan, dan Stadium Instar Larva Ulat Sutera (Boiiibyx nzori L.)

Uji kuantitas RNA total ulat sutera ( B. mori ) C301 instar V dengan nanospektrofotometer uv-vis yang diberi kejut panas dengan suhu

Data Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera ( Bombyx