i
ISOLASI, PENGKLONAN DAN ANALISIS EKSPRESI GEN
PENYANDI HEAT SHOCK PROTEINS (HSPs) DARI ULAT
SUTERA Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombycidae) C301
DISERTASI
Oleh
MASITTA TANJUNG
NIM. 108104009
Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian
PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN
PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ISOLASI, PENGKLONAN DAN ANALISIS EKSPRESI GEN
PENYANDI HEAT SHOCK PROTEINS (HSPs) DARI ULAT
SUTERA Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombycidae) C301
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam
Program Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dibawah
pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum.
Dipertahankan di hadapan sidang Terbuka Senat Universitas
Sumatera Utara pada tanggal 23 Maret 2017
Oleh
MASITTA TANJUNG
Nim. 108104009
Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian
PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN
PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi Doktor)
Tanggal : 23 Maret 2017
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Pemimpin Sidang
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. (Rektor USU)
Ketua : Prof. Dr. Maryani Cyccu Tobing, M.S. Pertanian USU Anggota : Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed. Biologi USU
v
PERNYATAAN
ISOLASI, PENGKLONAN DAN ANALISIS EKSPRESI GEN PENYANDI
HEAT SHOCK PROTEINS (HSPs) DARI ULAT SUTERA Bombyx mori L.
(Lepidoptera: Bombycidae) C301
Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya flagiat dalam bagian-bagian ter-tentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang ber-laku.
Medan, Maret 2017 Penulis,
SUMMARY
MASITTA TANJUNG. Isolation, cloning and expression analysis of gene coding heat shock proteins (HSPs) from silkworm Bombyx mori L. (Lepi-doptera: Bombycidae) C301. Supervised by MARYANI CYCCU TOBING, SYAFRUDDIN ILYAS and DARMA BAKTI
Growth, development and productivity of silkworm (Bombyx mori) are
stro-ngly influenced by environmental temperature changes. Temperature becomes major factor in increasing the production of silk thread. Silkworm breeding in tro-pical climate are facing many challenges and obstacles, because silkworm eggs a-re originally from subtropical aa-reas. In an effort to inca-rease the production of in the cultivation, is expected to have silkworm which can withstand in environmen-tal factor changes, especially temperature changes. Natural silk business develop-ment in the tropical areas is required a thermotolerant silkworm eggs. Thermotole-rant to environmental factors are controlled by genes. Genes that function to the body's defense against temperature are heat shock proteins (Hsp) genes. Hsp ge-nes can be isolated by providing a heat shock that could induce the expression of the genes. Hsp is a protein that allows cells to overcome the problem of protein that reduced after stress. Hsp is a molecule chaperones that can prevent inappro-priate interactions with other cellular components, and stabilizes the protein and cell degradation. Hsp perform this role by establishing a new polypeptides or pro-teins during normal cellular processes. Hsp gene is functioning to response for stress induced protein denaturation. This research aims to isolate, clone and analy-ze the expression of genes encoding heat shock protein (Hsps) of silkworms.
Silk-worm eggs used in this research are derived from the local crossbreeding in Pusat
Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Temanggung Jawa Tengah. Hsp genes are induced by giving heat shock treatment to the silkworms. The treatment is gi-ven at 34, 38 and 42oC, and without heat shock as a control.
The research was conducted in three stages: (1) Growth and development of silkworm by heat shock, (2) isolation of cDNA fragments actin gene (cDNA Bm-Act1) and (3) isolation, cloning and the expression analysis of genes encoding
Hsp genes silkworm (B. mori) C301. The research began to get an overview of the
growth and development of silkworm by heat shock with temperature 34, 38 and
42oC, and without heat shock as a control. Heat shock was conducted in early 4th
vii
RNA was not detected on the network cuticle due to deposition because of the in-soluble total RNA by the provision of DEPC water and ddH2O. The PCR continue using total RNA that isolated for silkworm head. PCR applied QIAGEN one step (Invitrogen) with three specific primers (HspBmC, Hsp20,4 and Hsp70). The of nucleotide sequence analysis showed that the HspBmC gene fragment has a size of 712 bp homologous with B. mori heat shock proteins 25.4 with E value 0.0
(max identity 99%). Hsp20.4 gene fragment size 535 bp homologous with B. mori
heat shock proteins 20.4 mRNA by E value 3e-105 (max identity 99%) and Hsp70
size 240 bp homologous with B. mori heat shock proteins 70 mRNA by E value
5e-96 (max identity 99%). To study the gene expression in silkworm quantitative-ly, is needed housekeeping genes as an internal controls. Housekeeping genes are often used as an internal control is actin gene. Total RNA from the larva's head used as a template for synthesis of total cDNA via reverse transcription. cDNA
fragments that encode actin of B. mori C301 has been isolated. Primer used
for-ward (5’-ATC ACC ATC GGA AAC GAA AG-3’) and reverse (5’-GGT GTT GGC GTA CAA GTC CT-3’)]. Subsequent cDNA gene fragment was named BmAct1. Alignment analysis based on the nucleotide sequences showed that
Bm-Act1 has a high similarity with the B. mori isolate W5-30 actin-4 mRNA.
Analy-sis of gene expression was performed by RT-qPCR. The results showed that the gene expression of Hsp25.4 and Hsp70 the were highest in heat shock 34oC, Hsp20.4 was highest in heat shock 42oC. Heat shock 34oC and 38oC at Hsp20.4 showed similar expression. The lowest is on Hsp70 gene expression after
expo-sure to a temperature of 38oC. Hsp gene expression patterns which isolated from
the head of the silkworm (Bombyx mori L.) C301 are having different expression
patterns from other strains.
RINGKASAN
MASITTA TANJUNG. Isolasi, pengklonan dan analisis ekspresi gen pe-nyandi heat shock proteins (HSPs) dari ulat sutera Bombyx mori L. (Lepi-doptera: Bombycidae) C301. Dibimbing oleh MARYANI CYCCU TOBING, SYAFRUDDIN ILYAS dan DARMA BAKTI
Pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas ulat sutera (Bombyx mori) sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu menjadi faktor utama dalam meningkatkan produksi benang sutera. Pemeliharaan ulat sutera pada dae-rah tropis menghadapi banyak tantangan dan hambatan karena bibit ulat sutera berasal dari daerah subtropis. Usaha dalam meningkatkan produksi benang diha-rapkan adanya bibit ulat sutera yang bisa tahan terhadap perubahan faktor ling-kungan terutama suhu. Untuk mengembangan usaha persuteraan alam di daerah tropis diperlukan bibit ulat sutera yang termotoleran. Termotoleran terhadap fak-tor lingkungan dikontrol oleh gen. Gen yang berfungsi untuk proses pertahanan
tubuh terhadap faktor suhu adalah gen Hsp (heat shock proteins). Gen Hsp dapat
diisolasi dengan cara memberikan kejut panas sehingga bisa menginduksi ekspresi gen tersebut. Hsp adalah protein yang memungkinkan sel untuk mengatasi masa-lah protein setemasa-lah adanya stres (cekaman). Hsp merupakan molekul chaperone
yang dapat mencegah interaksi yang tidak pantas dengan komponen seluler lain-nya, serta menstabilkan protein dan dapat menghindari terjadinya degradasi sel. Hsp melakukan peran ini dengan membentuk polipeptida baru atau protein selama proses seluler normal. Gen Hsp berfungsi menanggapi denaturasi protein akibat stres. Penelitian ini bertujuan mengisolasi, mengkloning dan menganalisis eks-presi gen penyandi heat shock protein (Hsp) pada ulat sutera. Bibit ulat sutera yang digunakan adalah yang berasal dari hasil persilangan lokal Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Temanggung Jawa Tengah. Gen Hsp diinduksi dengan memberikan kejut panas pada ulat sutera. Kejut panas yang diberikan adalah suhu, antara lain 34, 38 dan 42oC serta tanpa kejut panas sebagai kontrol.
Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu (1) Pertumbuhan dan perkembang-an ulat sutera yperkembang-ang diberi kejut pperkembang-anas, (2) isolasi fragmen cDNA gen penyperkembang-andi
ak-tin (BmAct) dan (3) isolasi, kloning dan analisis ekspresi gen penyandi heatshock
ix
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RNA total ditemukan pada kepala, kelenjar sutera dan rektum sedangkan pada kutikula terjadi penggupalan. Hasil analisis kualitas dan kuantitatif RNA menggunakan nanospectrophotometer uv-vis tidak terdeteksi adanya RNA total pada jaringan kutikula karena endapan RNA total
proteins 20.4 mRNA dengan E value 3e-105 (max identity 99%) dan Hsp70
ber-ukuran 240 pb homolog dengan B. mori heat shock proteins 70 mRNA dengan E
value 5e-96 (max identity 99%). Untuk mempelajari ekspresi gen secara kuan-titatif pada ulat sutera dibutuhkan housekeeping gen sebagai kontrol internal.
Housekeeping gen yang sering digunakan sebagai internal kontrol adalah gen aktin. RNA total diisolasi dari bagian kepala larva dan dijadikan cetakan untuk sintesis cDNA total melalui transkripsi balik. Fragmen cDNA yang menyandikan aktin dari B. mori C301 telah berhasil diisolasi. Primer yang digunakan adalah
forward (5’-ATC ACC ATC GGA AAC GAA AG-3’) dan reverse (5’-GGT GTT GGC GTA CAA GTC CT-3’)]. Fragmen gen cDNA selanjutnya diberi nama Bm-Act1. Analisis kesejajaran berdasarkan urutan nukleotida menunjukkan bahwa BmAct1 memiliki kemiripan yang tinggi (99%) dengan B. mori isolat W5-30 actin-4 mRNA. Analisis ekspresi gen dilakukan dengan RT-qPCR. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa ekspresi gen Hsp25,4 dan Hsp70 tertinggi pada kejut panas 34oC, sedangkan Hsp 20,4 tertinggi pada kejut panas 42oC. Kejut panas
34oC dan 38oC pada Hsp20,4 menunjukkan ekspresi yang hampir sama. Ekspresi
gen terendah pada Hsp70 setelah pemaparan suhu 38oC. Pola ekspresi gen Hsp yang diisolasi dari kepala ulat sutera (Bombyx mori L.) C301 memiliki pola ekspresi yang berbeda dengan strain lainnya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 10 September 1971. Ayah bernama H. Hasan Zahar (almarhum) dan Ibunda Hj. Zahirni. Penulis merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara dan telah menikah tahun 2001 dengan Porman Siregar, Amd.IP., S.H. M.H serta mempunyai dua orang putra dan satu putri : Aditiya Raja Parlindungan Siregar (2003), Asyifah Marwah Siregar (2005) dan Adzin Muttaqien Siregar (2007).
Penulis lulus Sekolah Dasar pada SD Negeri 081225 Sibolga tahun 1983, lulus Sekolah Menengah Pertama pada SMP Negeri 3 Sibolga tahun 1986, lulus Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 2 Sibolga tahun 1989, lulus Sarjana Sains tahun 1994 pada jurusan Biologi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Penge-tahuan Alam Universitas Andalas Padang dan lulus Magister Biologi tahun 2001 dari Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 2000 sampai sekarang menjadi staf pengajar di Departemen Bio-logi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
xi
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
disertasi ini. Disertasi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Hewan dan Genetika Departemen Biologi FMIPA USU,
Laboratorium Dasar USU, Laboratorium Biologi Molekuler Balai Karantina Ikan
dan Pengendalian Mutu Klas I Medan serta Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Bioindustri Indonesia Bogor. Disertasi ini berisikan tentang isolasi, pengklonan
dan analisis ekspresi gen penyandi heat shock proteins (HSPs) dari ulat sutera
Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombycidae) C301.
Selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi, penulis banyak
mem-peroleh bantuan moril dan material dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
pe-nulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ibu Prof. Dr. Maryani
Cyccu Tobing, M.S. selaku promotor, Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas,
M.Bio-med. dan Prof. Dr. Ir. DarmaBakti, M.S. selaku co-promotor yang telah
memberi-kan arahan, bimbingan dan dukungan selama masa perkuliahan dan penelitian
mu-lai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penulisan disertasi ini. Demikian juga
ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu,
S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Hasanuddin,
M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P., M.S. selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Ucapan terimakasih penulis haturkan juga
kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S., Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.
dan Ibu Dr. Lisnawita, S.P., M.Si. selaku penguji yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahannya.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Tim Beasiswa Pendidikan
Pasca-sarjana (BPPS), Hibah Disertasi Doktor dibiayai oleh DIPA Universitas Sumatera
Utara Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Penu-gasan Penelitian Disertasi Doktor nomor : 1086/UN5.1.R/KEU/2014, tanggal 17
dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengem-bangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat
Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor: 017/SP2H/LT/
DRPM/II/2016, tanggal 17 Februari 2016, terimakasih atas bantuan dalam
penye-diaan dana pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada seluruh staf pengajar dan administrasi serta laboran di lingkungan
Pro-gram Doktor Ilmu pertanian dan Departemen Biologi atas bantuannya dalam
me-lancarkan pelaksanaan pendidikan dan penelitian di lingkungan kampus dan
laboratorium.
Ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas penulis haturkan kepada
Ayah-anda tercinta H. Hasan Zahar (almarhum) dan Ibunda Hj. Zahirni serta seluruh
keluarga yang senantiasa memberikan semangat, doa, cinta dan kasih sayangnya
serta dorongan moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendi-dikan ini. Kepada Suami tercinta Porman Siregar, Amd. IP, S.H., M.H dan
anak-anakku tersayang, Aditiya Raja Parlindungan Siregar, Asyifah Marwah Siregar
dan Adzin Muttaqien Siregar, terimakasih atas segala perhatian, kasih sayang,
pengorbanan, pengertian dan dorongan moril serta doa yang diberikan selama ini.
Penulis menyadari masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
kesem-purnaan. Harapan penulis semoga disertasi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kiranya Tuhan Yang
Maha Kuasa memberkati kita semua.
Medan, Maret 2017 Penulis,
xiii 1.2 Perumusan masalah 7 1.3 Tujuan penelitian 9 1.4 Hipotesa penelitian 10 1.5 Manfaat penelitian 10 Kerangka berpikir 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 13 2.1 Biologi ulat sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:
Bombycidae)
13
2.1.1 Morfologi ulat sutera 14 2.1.2 Perbedaan antara ulat jantan dan betina 16 2.1.3 Tahapan pupa 21 2.1.4 Tahapan imago 22 2.2 Ras ulat sutera 22 2.3 Genetika dan pemuliaan ulat sutera 23
2.3.1 Seleksi 24
2.3.2 Persilangan 25 2.3.3 Efek heterosis dan maternal 26 2.4 Fenomena heat shock 28 2.4.1 Jenis dan fungsi heat shock proteins (Hsp) 30 2.4.2 Bibit ulat toleran terhadap panas 31
BAB III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) C301 YANG DIBERI KEJUT PANAS (HEAT SHOCK )
34
Abstrak 34
3.1 Pendahuluan 34
BAB IV. ISOLASI FRAGMEN cDNA GEN PENYANDI AKTIN ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) C301
58
Abstrak 58
4.1 Pendahuluan 58
4.2 Bahan dan metode 60 4.3 Hasil dan pembahasan 62 4.4 Kesimpulan dan saran 66
BAB V. ISOLASI, PENGKLONAN DAN ANALISIS EKSPRESI GEN PENYANDI HEAT SHOCK PROTEINS (HSPs) DARI ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) C301
67
Abstrak 67
5.1 Pendahuluan 67
5.2 Bahan dan metode 72 5.3 Hasil dan pembahasan 77 5.4 Kesimpulan dan saran 97
BAB VI. PEMBAHASAN UMUM 98
xv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Ciri-ciri dan karakteristik ras ulat sutera. 23
3.1 Persentase mortalitas ulat sutera (B. mori) C301 yang
diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
42
3.2 Rataan lama stadium instar ulat sutera (B. mori) C301
yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
45
3.3 Rataan pertambahan bobot ulat sutera (B. mori) C301
yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
46
3.4 Rataan konsumsi bahan kering, daya cerna, ECI, ECD
dan konversi pakan akhir instar IV ulat sutera (B. mori) C301 yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda
49
3.5 Rataan konsumsi bahan kering, daya cerna, ECI, ECD
dan konversi pakan akhir instar V ulat sutera (B. mori) C301 yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
50
3.6 Rataan bobot kokon, kulit kokon, dan pupa ulat sutera
(B. mori) C301 yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
52
5.1 Sekuensing primer (5'-3'). 74
5.2 Sekuen primer yang digunakan untuk RT-qPCR 76
5.3 Kuantitas RNA total hasil isolasi dari beberapa bagian
tubuh ulat sutera (B. mori) C301 instar V dengan nanospektrofotometer UV-Vis.
78
5.4 Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp BmC ulat sutera (B.
mori) C301.
85
5.5 Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp 20,4 ulat sutera (B.
mori) C301.
87
5.6 Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp70 ulat sutera (B.
mori) C301.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Ulat sutera (Bombyx mori) instar V. 14
2.2 Kepala ulat sutera dilihat dari depan. 15
2.3 Toraks dan abdomen ulat sutera. 16
2.4 Perbedaan ulat jantan dan betina bagian abdomen
segmen belakang.
17
2.5 Perkembangan proses pembentukan pupa ulat sutera 21
2.6 Organ seksual dari pupa. 22
3.1 Morfologi ulat sutera (B. mori) C301 yang mati setelah
diberi kejut panas pada suhu yang berbeda.
44
3.2 Kegagalan pembentukan pupa ulat sutera (B. mori)
C301 yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
54
3.3 Gambaran keperidian ulat sutera (B. mori) C301 yang
diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda.
55
4.1 Fragmen BmAct1 hasil PCR dengan menggunakan
primer aktin universal untuk B. mori.
62
4.2 Hubungan filogenetik antara aktin BmAct dengan aktin
B. mori dari data gen bank.
5.3 Hasil PCR optimalisasi suhu primer Hsp70. 82
xvii
5.5 Fragmen gen Hsp hasil PCR dengan primer HspBmC,
Hsp 20,4 dan Hsp70.
83
5.6 Urutan nukleotida gen HspBmC ulat sutera (B. mori)
C301.
85
5.7 Hubungan filogenetik gen HspBmC dari ulat sutera (B.
mori) C301.
5.10 Urutan nukleotida gen Hsp70 ulat sutera (B. mori)
C301.
88
5.11 Hubungan filogenetik gen Hsp70 dari ulat sutera (B.
mori) C301.
89
5.12 Fragmen gen Hsp B. mori yang diberi kejut panas pada
beberapa perlakuan suhu yang berbeda hasil PCR menggunakan primer Hsp 25,4, 70 dan 20,4.
90
5.13 Plot amplifikasi RT-qPCR gen Hsp25,4 yang diberi
kejut panas dengan beberapa suhu yang berbeda.
92
5.14 Plot amplifikasi RT-qPCR gen Hsp70 yang diberi kejut
panas dengan beberapa suhu yang berbeda.
92
5.15 Plot amplifikasi RT-qPCR gen Hsp20,4 yang diberi
kejut dengan beberapa suhu yang berbeda.
93
5.16 Pola ekspresi gen Hsp24,5, Hsp70 dan Hsp20,4 pada
ulat sutera (B. mori) C301 yang diberi kejut panas dengan suhu yang berbeda
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Uji kuantitas RNA total ulat sutera (B.mori) C301 instar V dengan nanospektrofotometer uv-vis yang diberi kejut panas dengan suhu berbeda
122
2. Data ekpresi gen Hsp pada B. mori C301 yang diberi
kejut panas pada beberapa suhu yang berbeda
123
3. Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp 25,4 ulat sutera
(B. mori) C301
124
4. Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp20,4 ulat sutera
(B. mori) C301
125
5. Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp70 ulat sutera (B.
mori) C301
126