• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN

PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

PRATIWI MANSYUR 100522143

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.

(3)

ABSTRACT

FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).

The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.

Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, berkah dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada

kelemahan baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun bentuk ilmiah. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu,

penulis menerima kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dan

dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada yang tercinta Ayahanda Drs. Mansyurman M.Kes dan Ibunda

Almh. Elvina dan semua pihak yang telah membantu saya sebagai penulis dalam

penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera utara.

2. Bapak Drs. Syafrudin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, Selaku Ketua

(5)

Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia

Ismail, MM, Ak, Selaku Sekretaris Jurusan Program S1 Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Yeti Melani Lubis,M.Si,Ak, selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak. selaku Dosen Pembaca.

6. Keluarga penulis yang telah memberikan doa dan dorongan moril dan

materil, Adinda Fazri Dinata, Shasa Hafizha dan Dinda Yunisha. Seluruh

teman – teman Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Ekstensi 2010.

Semoga Allah Swt, senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang

telah diberikan. Amin-amin ya Rabbal Alamin.

Medan, 8 Oktober 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.1.5.1 Pengertian Kebangkrutan Perusahaan ... 19

2.1.5.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 23

2.1.6 Metode Altman ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

(7)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.5.1 Defenisi Operasional ... 42

3.5.2 Pengklasifikasian Variabel ... 44

3.5.2.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Penelitian... ... 50

4.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Metode Altman.... 55

4.4 Analisis dan Hasil Penelitian ... ... 57

4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... ... 57

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... 32

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan... 40

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan... 41

Tabel 3.3 Ringkasan Definisi Oprasional... 42

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Farmasi... 50

Tabel 4.2 Working Capital To Total Assets... 51

Tabel 4.3 Retained Earnings To Total Assets... 52

Tabel 4.4 Earnings Before Interst and Tax To Total Assets... 53

Tabel 4.5 Book Value Of Equity to Total Liability... 54

Tabel 4.6 Sales To Total Assets... 55

Tabel 4.7 Nilai Z-score... 56

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.9 Uji Kolmogrov Smirnov... 62

Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin – Watson... 65

Tabel 4.11 Koefisien Regresi... 66

Tabel 4.12 Adjusted �2... 69

Tabel 4.13 Uji Statistik T... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 34

Gambar 4.1 Histogram... 60

Gambar 4.2 Grafik P-Plot... 60

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Working Capital To Total Assets... 83

Lampiran ii Retained Earnings To Total Assets... 83

Lampiran iii Earnings Before Interst and Tax To Total Assets.. 83

Lampiran iv Book Value Of Equity to Total Liability... 84

Lampiran v Sales To Total Assets... 85

Lampiran vi Nilai Z-score... 86

Lampiran vii Statistik Deskriptif... 87

Lampiran viii Histogram... 88

Lampiran ix Grafik P-plot ... 88

Lampiran x Scaterplot... 88

Lampiran xi Uji Kolmogrov Smirnov... 89

Lampiran xii Hasil Uji Durbin – Watson... 90

Lampiran xiii Koefisien Regresi... 90

Lampiran xiv Adjusted �2... 91

Lampiran xv Uji Statistik T... 91

(11)

ABSTRAK

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.

(12)

ABSTRACT

FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).

The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.

Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan organisasi yang bertujuan menciptakan pelanggan

dengan menjalankan upaya-upaya pengembangan dengan memusatkan

perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

kualitas, harga, kuantitas, waktu pelayanan, kegunaan produk dan sebagainya

untuk menciptakan laba, memaksimalkan nilai saham dan meningkatkan

kesejahteraan pemegang saham. Tujuan lainnya yang tidak kalah penting yaitu

tetap bertahan, berkembang diantara persaingan bisinis yang semakin ketat.

Persaingan bisnis yang semakin tinggi diantara berbagai perusahaan baik

pada tingkat domestik dan internasional disebabkan oleh globalisasi dan

kemajuan teknologi, yang membuat perusahaan-perusahaan harus bergerak

cepat dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Perubahan semacam

ini menimbulkan tuntutan perubahan organisasi agar lebih fleksibel dan adaptif

dalam menyikapi perubahan itu.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dalam satu

periode akuntansi. Akuntansi sendiri merupakan seni mencatat,

menggolongkan, melaporkan peristiwa dan kejadian yang berhubungan dengan

operasional perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan informasi yang

(14)

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2009),

laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Kelima

jenis laporan keuangan tersebut dapat menjadi bahan dalam menilai kesehatan

perusahaan.

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat jika mengalami pertumbuhan

positif, dan berpotensi menambah kekayaan, jika sebaliknya maka perusahaan

tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan

merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh

perusahaan karena jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan

tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk itu perusahaan harus

sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang

menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan

tersebut diketahui, semakin baik karena pihak manajemen bisa melakukan

perbaikan agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi dan perusahaan dapat

mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan

benar-benar menimpa perusahaan.

Salah satu model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada

(15)

menggunakan lima rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam

memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis Z-Score sendiri merupakan alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Dr. Edward I. Altman

pada tahun 1968. Metode ini menggunakan rasio-rasio tertentu dalam rangka

memprediksi rasio kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga telah

mengalami revisi pada tahun 1983 sebanyak dua kali, dengan mengubah

beberapa variabel dalam formula Z-Scorenya. Model Z-Score metode Altman ini sangat akurat dalam memprediksi kesehatan perusahaan.

Data menunjukkan, secara umum beberapa kelompok perusahaan farmasi

terbesar yang ada cukup menguasai pangsa pasar. Kondisinya mungkin akan

berbeda kalau dilihat dari struktur pasar per kategori produk. Dengan analisis

yang lebih rinci terhadap pasar kategori produk antibiotik, misalnya, boleh jadi

ditemukan satu atau segelintir perusahaan yang menguasai pasar itu secara

monopoli.

Oleh pemerintah, harga beberapa jenis obat generik yang wajib sediakan

ditetapkan di bawah harga produksi dan kerugiannya ditutup oleh beberapa

jenis obat generik lainnya yang bermargin agak besar, atau disubsidi silang.

Kenaikan harga obat-obat generik tertentu yang dilakukan pemerintah itu boleh

dibilang hanya mengembalikan harga obat ke tingkat yang lebih wajar, dan

hanya memerlukan sedikit subsidi silang. Dengan ditetapkannya peraturan yang

sama, level playing field, bisa membawa Indofarma menjadi produsen obat

(16)

Strategi fokus ke obat generik adalah masuk akal. Di tingkat global ada

semacam gerakan yang mendorong ketersediaan obat bermutu yang harganya

terjangkau masyarakat luas. Fenomena lain yang mesti diwaspadai adalah dari

dalam negeri, rencana pemberlakuan UU Sosial Asuransi Kesehatan yang oleh

pemerintah merupakan hal yang mesti diwaspadai.

Masuknya asuransi besar yang pasti bakal mengubah struktur pasar ini harus

diantisipasi oleh industri farmasi dengan inovasi di bidang pemasaran. Bagi

masyarakat, UU SAK (Sosial Asuransi Kesehatan) merupakan berita baik.

Dengan hadirnya asuransi yang memiliki posisi perundingan kuat terhadap

perusahaan farmasi itu, kita semua dapat berharap di masa mendatang harga

obat tidak terlalu tinggi.

Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai

kinerja keuangan perusahaan, dan sumber utamanya adalah dengan melihat

laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian

analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan

indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.

Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan

sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki

kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan.

Hal lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya

(17)

dan risiko keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena

kepailitan/ tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih

awal kondisi perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor

melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan

segera tertangani.

Terkait model prediksi financial distress, menurut Rifqi (2009:3) ada

beberapa model yang mencoba membantu calon-calon investor dan kreditur

dalam memilih perusahaan tempat menaruh dana supaya tidak terjebak dalam

masalah financial distress tersebut. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio

tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar

dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil obyek penelitian pada sektor

farmasi yang terdaftar di BEI untuk memprediksi potensi kebangkrutan

perusahaan. Tingkat kesehatan keuangan bisa juga digunakan sebagai alat ukur

yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan, dan untuk

lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya bisa digunakan untuk memprediksi

potensi kebangkrutan.

Dengan demikian formula yang ditemukan Altman bisa digunakan sebagai

salah satu alat ukur yang handal dalam memprediksi kebangkrutan sebuah

perusahaan. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik

(18)

dengan judul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya melalui pengembangan objek perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah

dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang ingin diteliti dalam

bentuk pertanyaan yaitu: “Apakah rasio keuangan metode Altman Z-Score

memiliki pengaruh secara parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi

tingkat kesehatan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara

parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi tingkat kesehatan pada

perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia yang diukur dengan menggunakan

metode Altman Z-Score.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di dalam bidang

akuntansi mengenai metode Altman, kebangkrutan perusahaan, dan

(19)

2. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat

digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan prediksi kebangkrutan perusahaan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi berbagai pihak dan sebagai

bahan masukan bagi peneliti sejenis untuk menyempurnakan penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses identifikasi,

pencatatan dan pengkomunikasian kejadian kejadian yang bersifat

keuangan dengan setepat-tepatnya sebagai alat komunikasi antara data

keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang

menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik.

Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1

Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini

disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode

akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah

periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode

tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan,

atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek

misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam

suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi

(21)

keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban

manajemen kepada pemilik perusahaan.

Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi

aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah

dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan

perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk

kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat

kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik,

misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial

Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga

kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan

keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi

mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain,

seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih

baik mengenai prospek dan risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan

juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber

daya yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK No. 1, Laporan

(22)

a. Neraca

Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada

tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal

pelaporan, jadi kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi

pada tanggal tertentu. Neraca terdiri atas hak (sumber daya)

perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaan. Akun –

akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi dicatat jika

telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum

diterima.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan

dengan pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya

bulanan atau tahunan. SAK menyebutkan laba rugi memberikan

gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar

akrual.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank)

selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus

kas dari/untuk kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi

serta kas dari/untuk kegiatan pendanaan.

(23)

Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba

ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan

perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan

akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba

rugi.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan

untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko

atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang

mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di

bidang finansial yang sangat membantu dalam menilai prestasi

manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan

yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan

yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan

untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja

keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak,

seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri

(24)

Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan

serta dividen yang diperolehnya,

2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.

3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh

pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.

4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus

ditanggungperusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go

public.

5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah

mampu memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.

Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari

penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau

kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan tersebut. Analisis laporan

keuangan dapat digunakan untuk membandingkan pos-pos keuangan pada

laporan tahunan berjalan dengan pos-pos terkait pada periode sebelumnya.

Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk memeriksa

keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis

(25)

pos-pos dalam laporan keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk

melihat hubungan yang signifikan antara satu pos dengan pos lainnya.

Dari uraian itu diharapkan dapat diambil kesimpulan.

Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada

firasat, tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta

mengurangi ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap

(2006:195) manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara

kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada

dibalik laporan keuangan (implicit).

b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya

dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi

dan peningkatan (rating).

d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria

tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain

dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau

(26)

f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur

keuangan.

g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan

perusahaan di masa yang akan datang.

h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada

semua pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban

manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan.

Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :Tujuan laporan keuangan

untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi

keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yangbermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan dalam rangkamembuat keputusan –

keputusn ekonomi serta menunjukkanpertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber –sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka dalam rangka mencapaitujuan tersebut, suatu laporan

keuangan menyajikan informasi mengenaiperusahaan yang meliput: 1)

aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)pendapatan, beban termasuk keuntungan

(27)

Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) statement no.

4, tujuan laporan keuangan terdiri dari :

a. Tujuan khusus

Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan

posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.

b. Tujuan umum

• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber

ekonomi, dan kewajiban perusahaan,

• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan

bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,

• Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk

menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,

• Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan

harta dan kewajiban,

• Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada

pemakai laporan

c. Tujuan Kualitatif

Relevance

Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai

laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,

(28)

Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting,

tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,

Verifiability

Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan

menghasilkan pendapat yang sama,

Neutrality

Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan,

Timelines

Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan

keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,

Comparability

Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada

kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,

Completeness

Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua

kebutuhan yang layak dari para pemakai.

(29)

Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan,

tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang

spesifik, salah satu alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio

memperlihatkan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.

Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006:118) rasio

dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan

hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam

bentuk sistematis. Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal (Harahap,

2009:227).

Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan

rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama.

Dengan membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan

terlihat kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau

menurun, dari analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi

perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal yaitu membandingkan

rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan lainnya yang sejenis

atau rata-rata industri pada titik yang sama.

Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena

masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang

berbeda mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap

(30)

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan

menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya.

d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar

akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan

akan menimbulkan kesalahan.

Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki

keunggulan , diantaranya sebagai berikut :

a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

c. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.

d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan.

e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di

masa akan datang.

2.1.4.1Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada

beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Weston dan

(31)

1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data

tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan

bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan

perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing

(suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar

laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang

berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.

2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi

perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan

cash flow.

3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan,

yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat

menggambarkan secara keseluruhan.

2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan

2.1.5.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan

Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari

sebuah perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan

kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi

manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi

(32)

Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat

jatuh tempo. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan yang

didefenisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam

Fakhrurozie (2007:15) :

1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang

atau pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri,

tingkat laba kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus

kas perusahaan lebih kecil dari pada biaya modal.

2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)

Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang

membedakan antara aruskas dan dasar saham.

a. Insolvensi teknis (technihcal insolvency)

Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat

memenuhikewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total

aktiva melebihi total utangatau terjadi bila suatu perusahaan

gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisidalam ketentuan

hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancer

yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total

(33)

kas tidak cukup untukmemenuhi pembayaran bunga

pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran

sebagaikekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau

nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan lebih kecil dari

kewajiban. Likuidasi merupakan suatuproses yang berakhir

pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan.

Likuidasi lebih menekankan pada aspek status yuridis

perusahaan sebagai suatubadan hukum dengan segala hak-hak

dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaranperusahaan

senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi

tidakselalu berarti perusahaan bangkrut.

c. Indikator Terjadinya Kebangkrutan

Menurut Hanafi (2005:264) kebangkrutan yang terjadi

sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa

indikator-indikator, yaitu :

1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang

memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh

perusahaan.

(34)

4) Kualitas manajemen.

5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.

Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional

yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan

antara lain :

a. Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator

yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi

jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang

memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab

mengecilnya perusahaan yang lain.

b. Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan

alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen

kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung

bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat

mengantisipasi perubahan.

c. Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi

ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan

yang berasal dari lingkunganperusahaan itu sendiri. Jika

(35)

lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu

saja.

Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam

melakukan aktivitas operasinya dan investasinya juga akan

berada dalam keadaan kritis karena jika perusahaan tersebut

mengalami penurunan hasil produksinya maka perusahaan

tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

kewajibannya.

2.1.5.2Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang

berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena

kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan

yang mungkin tadinya sudah tidak sehat, yang kemudian semakin

tidak sehat dan akhirnya bangkrut.

Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat

adanya krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan

sebuah perusahaan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja,

tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.

Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah

perusahaan dibagi tiga yaitu :

(36)

Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi

dua golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang

memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing ini yang

menjadi faktor penyebab kebangkrutan, sehingga efisiensi

manajemen sangat berperan dalam menangkal terhadap

persaingan ini.

2) Faktor Eksternal Perusahaan

Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja

perusahaan, juga dapat menjadi penyebab kehancuran

perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada di luar jangkauan

manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain :

a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak

diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan

lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.

b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok

lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk

diproduksi.

c. Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan.

d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor.

(37)

Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan,

yaitu :

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau

pelanggan.

b. Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan

pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan

keahlian manajemen.

c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan

kebangkrutan.

2.1.6 Metode Altman

Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga

kali yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z’-Score), dan

Z-Score modifikasi (Z’’-Score). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan.

2.1.6.1Model Z-Score Pertama (Z-Score)

Model Z-Score diciptakan pertama kali lewat penelitian yang

dilakukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Metode ini

diciptakan menggunkan metode analisis diskriminan berganda

(38)

Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu

perusahaan pada tahun-tahun yang sama (Bangkrut dan tidak

bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan ukuran

perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki.

Sedangkan variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima

katagori standar yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage,

solvabilitas, dan aktivitas.

Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel

yang dipilih, Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang

pertama sebagai berikut :

Z = 0,012 + 0,014 + 0,033 + 0,006 + 0,999 Sumber: wikipedia.org

Keterangan :

X1 : modal kerja / total asset

X2 : laba ditahan / total asset

X3 : laba usaha (EBIT) / total asset

X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang

X5 : penjualan / total asset

Z : nilai Z-Score

Untuk dapat menyatakan dan mengelompokkan perusahaan

(39)

maka Almant membuat suatu daerah pembatas (discriminat area)

sebagai berikut :

• Z > 2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

• Z < 1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

• 1,81 < Z < 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)

Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan

publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.

2.1.6.2Model Z-Score Revisi (Z’-Score)

Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama,

Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model

prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan

yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik.

Revisi yang dilakukan terhadap �4,dimana Altmanmengganti rasio

nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas

terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:

Z’ = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,420 + 0,998 Sumber: wikipedia.org

Selain �4 yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada

variabel juga mengalami perubahan terutama pada �1dan �4. Model

Z’-Score ini mempunyai rata-rata skor kelompok perusahaan tidak

(40)

kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih

lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang

sebelumnya 1,81.

Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga

berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana

rasio yang digunakan :

a. Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva

yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih

antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang

negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam

menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak

tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi

kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal

kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi

kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

b. Retained Earning to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau

(41)

keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini

adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran

operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini

adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.

d. Book Value of Equity to Total Liability

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal

sendiri.

e. Sales to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana

perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang

berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur

(42)

menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan

adalah revenue.

Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut :

• Z’ > 2,90 : kemungkinan bangkrut perusahaan

kecil

• Z’ < 1,23 : kemungkinan bangkrut perusahaan

besar

• 1,23 < Z’ < 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan

(grey area)

2.1.6.3Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score)

Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan

investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara

berkembang. Maka Altman memodifikasi kembali model ini.

Dalam Z’’-Score ini, Altman mengeliminasi variabel �5, yaitu rasio penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan untuk

meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi

pada variabel yang sensitif terhadap industry sebagaimana jika

perputaran aset dimasukkan dan nilai pasar ekuitas menjadi nilai

(43)

Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Sumber: wikipedia.org

Keterangan :

X1 : modal kerja / total aset

X2 : laba ditahan / total aset

X3 : laba usaha (EBIT) / total aset

X4 : nilai pasar ekuitas / total aset

Z : nilai Z-Score

Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah

sebagai berikut :

•Z’ > 2,60 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

•Z’ < 1,21 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

•1,21 < Z’ < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)

Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada

perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran

perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang

berbeda.

Jadi, karena penelitian mengguanakan sampel perusahaan

manufaktur yang khususnya pada industri farmasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini menggunakan formula

(44)

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Sumber: wikipedia.org

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat

skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Tommy kebangkrutan pada tahun

(45)

Minuman di BEI disktriminan parsial dan simultan terhadap

kesehatan perusahaan.

Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan kontruksi bangunan dengan

menggunakan model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori 2007,2008 dan 2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.

(46)

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai

tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman

Z-Score. Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net

Working Capital to Total Assets(�1 ), Retained Earning to Total Assets( �2),

Earnings Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets (�3), rasio

Book Value of Equity to Total Liability(�4), dan rasio Sales to Total Assets

terhadap kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :

H1

H2

H3 H6

Working Capital / Total Asset (X1)

Retained Earnings / Total Assets (X2)

EBIT / Total Asset (X3)

Prediksi

Kebangkrutan

Perusahaan

(47)

H4

H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

1) Perbandingan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1).

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal

kerja. Dimana modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti

kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya

hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968).

2) Perbandingan laba ditahan terhadap total aktiva (X2). Book Value of Equity / Total

Liability (X4)

(48)

Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang

bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).

3) Perbandingan antara pendapatan sebelum dikurangi biaya bunga, pinjaman dan

pajak terhadap total aktiva (X3).

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya

masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya

piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya

perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit

pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968).

4) Perbandingan antara total nilai saham terhadap nilai pembukuan total hutang atau

modal sendiri terhadap total hutang.

Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968).

5) Perbandingan antara penjualan terhadap total aktiva.

Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio

ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan

oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).

(49)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prediksi

kebangkrutan perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel.

Kesehatan perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan dalam mengelola usahanya agar tidak terancam kebangkrutan. Semakin

tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan

dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis dalam penelitian

ini sebagai berikut :

H1 : Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi

tingkat kebangkrutan

H2 : Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi

tingkat kebangkrutan

H3 : Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif

terhadap prediksi tingkat kebangkrutan

H4: Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap

prediksi tingkat kebangkrutan

H5: Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat

kebangkrutan.

H6 : Net Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Asset,

(50)

Total Liability, Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif

dengan hubungan kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk berusaha

menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang

mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian

ini menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan

perusahaan.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri

tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87).

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010,

dan 2011 yaitu sebanyak 9 perusahaan farmasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. Beberapa

(52)

1. Perusahaan tercatat di BEI periode tahun 2009-2012 dan melaporkan laporan

keuangannya per 31 desember.

2. Laporan Keuangan periode 2009-2012 perusahaan tersebut telah diaudit oleh

auditor independen. Peneliti menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit

agar lebih relevan dan dapat dipercaya.

3. Perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan laba positif selama masa periode

2009-2012. Peneliti memilih perusahaan yang memperoleh laba positif selama

periode pengamatan karena pada penelitian ini, variabel dependen yang

digunakan adalah pertumbuhan laba, oleh karena itu peneliti menggunakan objek

penelitian yang selama periode pengamatan memperoleh laba.

Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel

penelitian sebanyak 8 perusahaan dan diamati selama periode 3 tahun yang

termasuk sebagai data pooling.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria

1 2 3

1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √

2 INAF IndofarmaTbk √ √ √

3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √

4 KLBF Kalbe Farma √ √ √

5 MERK Merck Tbk √ √ √

6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √

7 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ X

(53)

9 TSPC Tempo Scan PasifikTbk √ √ √

Dari 9 populasi perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek, yang

memenuhi kriteria sebagai sempel sebanyak 8 perusahaan, maka sampel dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain

(Sanusi, 2011 : 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari berbagai

sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian.

Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari Indonesian Capital Market

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ 1

2 INAF IndofarmaTbk √ √ √ 2

3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √ 3

4 KLBF Kalbe Farma √ √ √ 4

5 MERK Merck Tbk √ √ √ 5

6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √ 6

7 DVLA DayaVariaLaboratoriaTbk √ √ √ 7

(54)

Directory (ICMD) dan situberupa laporan keuangan yang

dipublikasikan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan

perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan 2011 yang digunakan sebagai sampel

dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Defenisi Operasional

Agar hasil dari penelitian ini seperti yang diharapkan, maka perlu

diketahui unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang

terdapat pada operasionalisasi variabel. Secara rinci, berikut

operasionalisasi variabel penelitian ini

Tabel 3.3

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih

Net Working Capital to Total

(55)

dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya

Assets

X2 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari aktiva perusahaan

Retained Earnings to Total Assets

Rasio

X3 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum bunga dan pajak

Earnings Before Interest and Tax to

Total Assets

Rasio

X4 Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang

Book Value of Equity to Total

Liabilities

Rasio

(56)

3.5.2 Pengklasifikasian Variabel

3.5.2.1Variabel bebas ( independent variable )

Variabel bebas yaitu variabel yang keberadaanya dapat

mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan

mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel

dependen.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

(57)

X1 = ����������

���������

X2 = ��������ℎ��

���������

X3 = ����

���������

X4 = �����������������ℎ��

��������������

X5 = ���������

���������

3.5.2.2Variabel terikat ( dependent variable )

Variabel terikat yaitu variabel keberadaannya yang dipengaruhi

oleh besarnya variabel independen.Variabel dependent pada

penelitian ini berupa kesehatan perusahaan, berupa nilai Z-Score.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi

18. Metode dan teknik yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.6.1 Pengujian asumsi klasik 3.6.1.1Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005 : 160) uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah variabel independen dan dependen berdistribusi

normal. Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

(58)

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas

residual adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogral dari

residualnya, dimana jika data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut

mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji

Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka

distribusi data adalah tidak normal,.

b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka

distribusi data adalah normal (Ghozali,2005 : 165).

3.6.1.2Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

(59)

sebelumnya (Ghozali, 2005 : 110). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson

(DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya

autokorelasi yaitu :

1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif

2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi

3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif

3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005 : 139) uji ini bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.Untuk melihat ada

tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati Grafik

Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

(60)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 139).

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.Analisis

regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara

dua variabel dengan membuat sebuah asumsi kedalam suatu bentuk fungsi

tertentu.Untuk menguji apakan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,

digunakan uji F (F-test) dan uji t (t-test).

3.7.1 Analisis regresi berganda

Model regresi yang digunakan yaitu :

Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) +β5(X5) + e

Keterangan :

Y = Variabel dependen (kesehatan perusahaan)

α = Konstanta

βi = Koefisien regresi

X1 = working capital / total assets. X2 = retained earning / total assets.

X3 = earning before interest and tax / total assets. X4 = book value of equity / total liability.

(61)

e = variabel pengganggu

3.7.2 Uji t (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 :178). Kriteria yang digunakan

dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value<level of significant sebesar 0,05.

b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value>level of significant sebesar 0,05.

3.7.3 Uji F (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2005

: 177). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis

adalah:

1. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value

<level of significant sebesar 0,05.

2. Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value>

Referensi

Dokumen terkait

Gambat elevasi tanah asli dan elevasi

Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan menjadi tempat koloni bakteri yang berasal

Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban

Jawab :.. Sifat dari gerbang dasar yang dibentuk oleh universal NAND Gate adalah memiliki sifat yang sama dengan gerbang dasar logika itu sendiri. Hanya saja yang membedakan

Pada bagian kedua ini merupakan bagian munculnya buih. Pertama yang memulai tabuhan adalah instrumen Bonang Penerus, jika. pola tersebut memasuki rambahan yang

kurikulum yang berlaku saat ini (Kurikulum K-13) yaitu berupa kompetensi inti secara umum per mata pelajaran, kompetensi dasar pada setiap satu standar

Makalah ini menguraikan tentang aplikasi SCADA menggunakan jaringan nirkabel 2.4 Ghz dalam pengendalian dan pemantauan peralatan proses di fasilitas penyimpanan bahan

Selain membahas perubahan fonologis pada sejumlah kata yang umum diucapkan oleh masyarakat Indramayu, dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian mengenai faktor