SKRIPSI
ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN
PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
PRATIWI MANSYUR 100522143
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.
ABSTRACT
FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE (IDX)
This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).
The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.
Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, berkah dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada
kelemahan baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun bentuk ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu,
penulis menerima kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada yang tercinta Ayahanda Drs. Mansyurman M.Kes dan Ibunda
Almh. Elvina dan semua pihak yang telah membantu saya sebagai penulis dalam
penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera utara.
2. Bapak Drs. Syafrudin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, Selaku Ketua
Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia
Ismail, MM, Ak, Selaku Sekretaris Jurusan Program S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Yeti Melani Lubis,M.Si,Ak, selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak. selaku Dosen Pembaca.
6. Keluarga penulis yang telah memberikan doa dan dorongan moril dan
materil, Adinda Fazri Dinata, Shasa Hafizha dan Dinda Yunisha. Seluruh
teman – teman Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Ekstensi 2010.
Semoga Allah Swt, senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang
telah diberikan. Amin-amin ya Rabbal Alamin.
Medan, 8 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.5.1 Pengertian Kebangkrutan Perusahaan ... 19
2.1.5.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 23
2.1.6 Metode Altman ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42
3.5.1 Defenisi Operasional ... 42
3.5.2 Pengklasifikasian Variabel ... 44
3.5.2.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Penelitian... ... 50
4.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Metode Altman.... 55
4.4 Analisis dan Hasil Penelitian ... ... 57
4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... ... 57
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... 32
Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan... 40
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan... 41
Tabel 3.3 Ringkasan Definisi Oprasional... 42
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Farmasi... 50
Tabel 4.2 Working Capital To Total Assets... 51
Tabel 4.3 Retained Earnings To Total Assets... 52
Tabel 4.4 Earnings Before Interst and Tax To Total Assets... 53
Tabel 4.5 Book Value Of Equity to Total Liability... 54
Tabel 4.6 Sales To Total Assets... 55
Tabel 4.7 Nilai Z-score... 56
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ... 57
Tabel 4.9 Uji Kolmogrov Smirnov... 62
Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin – Watson... 65
Tabel 4.11 Koefisien Regresi... 66
Tabel 4.12 Adjusted �2... 69
Tabel 4.13 Uji Statistik T... 71
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 34
Gambar 4.1 Histogram... 60
Gambar 4.2 Grafik P-Plot... 60
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Working Capital To Total Assets... 83
Lampiran ii Retained Earnings To Total Assets... 83
Lampiran iii Earnings Before Interst and Tax To Total Assets.. 83
Lampiran iv Book Value Of Equity to Total Liability... 84
Lampiran v Sales To Total Assets... 85
Lampiran vi Nilai Z-score... 86
Lampiran vii Statistik Deskriptif... 87
Lampiran viii Histogram... 88
Lampiran ix Grafik P-plot ... 88
Lampiran x Scaterplot... 88
Lampiran xi Uji Kolmogrov Smirnov... 89
Lampiran xii Hasil Uji Durbin – Watson... 90
Lampiran xiii Koefisien Regresi... 90
Lampiran xiv Adjusted �2... 91
Lampiran xv Uji Statistik T... 91
ABSTRAK
ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.
ABSTRACT
FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE (IDX)
This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).
The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.
Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan organisasi yang bertujuan menciptakan pelanggan
dengan menjalankan upaya-upaya pengembangan dengan memusatkan
perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,
kualitas, harga, kuantitas, waktu pelayanan, kegunaan produk dan sebagainya
untuk menciptakan laba, memaksimalkan nilai saham dan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Tujuan lainnya yang tidak kalah penting yaitu
tetap bertahan, berkembang diantara persaingan bisinis yang semakin ketat.
Persaingan bisnis yang semakin tinggi diantara berbagai perusahaan baik
pada tingkat domestik dan internasional disebabkan oleh globalisasi dan
kemajuan teknologi, yang membuat perusahaan-perusahaan harus bergerak
cepat dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Perubahan semacam
ini menimbulkan tuntutan perubahan organisasi agar lebih fleksibel dan adaptif
dalam menyikapi perubahan itu.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dalam satu
periode akuntansi. Akuntansi sendiri merupakan seni mencatat,
menggolongkan, melaporkan peristiwa dan kejadian yang berhubungan dengan
operasional perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan informasi yang
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2009),
laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Kelima
jenis laporan keuangan tersebut dapat menjadi bahan dalam menilai kesehatan
perusahaan.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat jika mengalami pertumbuhan
positif, dan berpotensi menambah kekayaan, jika sebaliknya maka perusahaan
tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan
merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh
perusahaan karena jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan
tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk itu perusahaan harus
sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang
menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi
perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
tersebut diketahui, semakin baik karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi dan perusahaan dapat
mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan
benar-benar menimpa perusahaan.
Salah satu model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada
menggunakan lima rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis Z-Score sendiri merupakan alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Dr. Edward I. Altman
pada tahun 1968. Metode ini menggunakan rasio-rasio tertentu dalam rangka
memprediksi rasio kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga telah
mengalami revisi pada tahun 1983 sebanyak dua kali, dengan mengubah
beberapa variabel dalam formula Z-Scorenya. Model Z-Score metode Altman ini sangat akurat dalam memprediksi kesehatan perusahaan.
Data menunjukkan, secara umum beberapa kelompok perusahaan farmasi
terbesar yang ada cukup menguasai pangsa pasar. Kondisinya mungkin akan
berbeda kalau dilihat dari struktur pasar per kategori produk. Dengan analisis
yang lebih rinci terhadap pasar kategori produk antibiotik, misalnya, boleh jadi
ditemukan satu atau segelintir perusahaan yang menguasai pasar itu secara
monopoli.
Oleh pemerintah, harga beberapa jenis obat generik yang wajib sediakan
ditetapkan di bawah harga produksi dan kerugiannya ditutup oleh beberapa
jenis obat generik lainnya yang bermargin agak besar, atau disubsidi silang.
Kenaikan harga obat-obat generik tertentu yang dilakukan pemerintah itu boleh
dibilang hanya mengembalikan harga obat ke tingkat yang lebih wajar, dan
hanya memerlukan sedikit subsidi silang. Dengan ditetapkannya peraturan yang
sama, level playing field, bisa membawa Indofarma menjadi produsen obat
Strategi fokus ke obat generik adalah masuk akal. Di tingkat global ada
semacam gerakan yang mendorong ketersediaan obat bermutu yang harganya
terjangkau masyarakat luas. Fenomena lain yang mesti diwaspadai adalah dari
dalam negeri, rencana pemberlakuan UU Sosial Asuransi Kesehatan yang oleh
pemerintah merupakan hal yang mesti diwaspadai.
Masuknya asuransi besar yang pasti bakal mengubah struktur pasar ini harus
diantisipasi oleh industri farmasi dengan inovasi di bidang pemasaran. Bagi
masyarakat, UU SAK (Sosial Asuransi Kesehatan) merupakan berita baik.
Dengan hadirnya asuransi yang memiliki posisi perundingan kuat terhadap
perusahaan farmasi itu, kita semua dapat berharap di masa mendatang harga
obat tidak terlalu tinggi.
Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan, dan sumber utamanya adalah dengan melihat
laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian
analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan
indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan
sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki
kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan.
Hal lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya
dan risiko keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena
kepailitan/ tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih
awal kondisi perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor
melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan
segera tertangani.
Terkait model prediksi financial distress, menurut Rifqi (2009:3) ada
beberapa model yang mencoba membantu calon-calon investor dan kreditur
dalam memilih perusahaan tempat menaruh dana supaya tidak terjebak dalam
masalah financial distress tersebut. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio
tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar
dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil obyek penelitian pada sektor
farmasi yang terdaftar di BEI untuk memprediksi potensi kebangkrutan
perusahaan. Tingkat kesehatan keuangan bisa juga digunakan sebagai alat ukur
yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan, dan untuk
lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya bisa digunakan untuk memprediksi
potensi kebangkrutan.
Dengan demikian formula yang ditemukan Altman bisa digunakan sebagai
salah satu alat ukur yang handal dalam memprediksi kebangkrutan sebuah
perusahaan. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik
dengan judul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya melalui pengembangan objek perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang ingin diteliti dalam
bentuk pertanyaan yaitu: “Apakah rasio keuangan metode Altman Z-Score
memiliki pengaruh secara parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi
tingkat kesehatan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara
parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi tingkat kesehatan pada
perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia yang diukur dengan menggunakan
metode Altman Z-Score.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di dalam bidang
akuntansi mengenai metode Altman, kebangkrutan perusahaan, dan
2. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan prediksi kebangkrutan perusahaan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi berbagai pihak dan sebagai
bahan masukan bagi peneliti sejenis untuk menyempurnakan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses identifikasi,
pencatatan dan pengkomunikasian kejadian kejadian yang bersifat
keuangan dengan setepat-tepatnya sebagai alat komunikasi antara data
keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang
menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik.
Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1
Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini
disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode
akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah
periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode
tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan,
atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek
misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam
suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi
keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik perusahaan.
Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi
aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah
dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan
perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk
kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat
kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik,
misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga
kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan
keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi
mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain,
seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih
baik mengenai prospek dan risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan
juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber
daya yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK No. 1, Laporan
a. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal
pelaporan, jadi kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi
pada tanggal tertentu. Neraca terdiri atas hak (sumber daya)
perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaan. Akun –
akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi dicatat jika
telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum
diterima.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan
dengan pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya
bulanan atau tahunan. SAK menyebutkan laba rugi memberikan
gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar
akrual.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank)
selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus
kas dari/untuk kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi
serta kas dari/untuk kegiatan pendanaan.
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba
ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan
perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan
akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba
rugi.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko
atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang
mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di
bidang finansial yang sangat membantu dalam menilai prestasi
manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan
yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan
yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja
keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak,
seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri
Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan
serta dividen yang diperolehnya,
2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.
3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh
pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.
4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus
ditanggungperusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go
public.
5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah
mampu memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.
Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari
penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau
kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan tersebut. Analisis laporan
keuangan dapat digunakan untuk membandingkan pos-pos keuangan pada
laporan tahunan berjalan dengan pos-pos terkait pada periode sebelumnya.
Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk memeriksa
keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis
pos-pos dalam laporan keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk
melihat hubungan yang signifikan antara satu pos dengan pos lainnya.
Dari uraian itu diharapkan dapat diambil kesimpulan.
Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada
firasat, tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta
mengurangi ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap
(2006:195) manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara
kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada
dibalik laporan keuangan (implicit).
b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi
dan peningkatan (rating).
d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau
f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan.
g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan
perusahaan di masa yang akan datang.
h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada
semua pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban
manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan.
Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :Tujuan laporan keuangan
untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yangbermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam rangkamembuat keputusan –
keputusn ekonomi serta menunjukkanpertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber –sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka dalam rangka mencapaitujuan tersebut, suatu laporan
keuangan menyajikan informasi mengenaiperusahaan yang meliput: 1)
aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)pendapatan, beban termasuk keuntungan
Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) statement no.
4, tujuan laporan keuangan terdiri dari :
a. Tujuan khusus
Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan
posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan umum
• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan,
• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan
bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,
• Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,
• Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban,
• Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada
pemakai laporan
c. Tujuan Kualitatif
• Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai
laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting,
tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,
• Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan
menghasilkan pendapat yang sama,
• Neutrality
Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan,
• Timelines
Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,
• Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada
kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,
• Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan,
tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
spesifik, salah satu alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio
memperlihatkan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006:118) rasio
dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam
bentuk sistematis. Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal (Harahap,
2009:227).
Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan
rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama.
Dengan membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan
terlihat kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau
menurun, dari analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi
perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal yaitu membandingkan
rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan lainnya yang sejenis
atau rata-rata industri pada titik yang sama.
Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena
masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang
berbeda mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya.
d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan
akan menimbulkan kesalahan.
Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki
keunggulan , diantaranya sebagai berikut :
a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
c. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.
d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di
masa akan datang.
2.1.4.1Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada
beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Weston dan
1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data
tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan
bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan
perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing
(suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar
laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan
cash flow.
3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan,
yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat
menggambarkan secara keseluruhan.
2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan
2.1.5.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan
Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari
sebuah perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan
kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi
Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat
jatuh tempo. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan yang
didefenisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam
Fakhrurozie (2007:15) :
1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri,
tingkat laba kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus
kas perusahaan lebih kecil dari pada biaya modal.
2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)
Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang
membedakan antara aruskas dan dasar saham.
a. Insolvensi teknis (technihcal insolvency)
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat
memenuhikewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total
aktiva melebihi total utangatau terjadi bila suatu perusahaan
gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisidalam ketentuan
hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancer
yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total
kas tidak cukup untukmemenuhi pembayaran bunga
pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran
sebagaikekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau
nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan lebih kecil dari
kewajiban. Likuidasi merupakan suatuproses yang berakhir
pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan.
Likuidasi lebih menekankan pada aspek status yuridis
perusahaan sebagai suatubadan hukum dengan segala hak-hak
dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaranperusahaan
senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi
tidakselalu berarti perusahaan bangkrut.
c. Indikator Terjadinya Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2005:264) kebangkrutan yang terjadi
sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa
indikator-indikator, yaitu :
1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang
memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh
perusahaan.
4) Kualitas manajemen.
5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional
yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan
antara lain :
a. Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator
yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi
jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang
memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab
mengecilnya perusahaan yang lain.
b. Indikator internal
Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan
alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen
kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung
bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat
mengantisipasi perubahan.
c. Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi
ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan
yang berasal dari lingkunganperusahaan itu sendiri. Jika
lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu
saja.
Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam
melakukan aktivitas operasinya dan investasinya juga akan
berada dalam keadaan kritis karena jika perusahaan tersebut
mengalami penurunan hasil produksinya maka perusahaan
tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
kewajibannya.
2.1.5.2Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang
berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena
kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan
yang mungkin tadinya sudah tidak sehat, yang kemudian semakin
tidak sehat dan akhirnya bangkrut.
Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat
adanya krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan
sebuah perusahaan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja,
tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.
Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah
perusahaan dibagi tiga yaitu :
Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi
dua golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang
memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing ini yang
menjadi faktor penyebab kebangkrutan, sehingga efisiensi
manajemen sangat berperan dalam menangkal terhadap
persaingan ini.
2) Faktor Eksternal Perusahaan
Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja
perusahaan, juga dapat menjadi penyebab kehancuran
perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada di luar jangkauan
manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain :
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak
diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan
lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok
lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk
diproduksi.
c. Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan.
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor.
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan,
yaitu :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau
pelanggan.
b. Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan
pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan
keahlian manajemen.
c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan
kebangkrutan.
2.1.6 Metode Altman
Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga
kali yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z’-Score), dan
Z-Score modifikasi (Z’’-Score). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan.
2.1.6.1Model Z-Score Pertama (Z-Score)
Model Z-Score diciptakan pertama kali lewat penelitian yang
dilakukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Metode ini
diciptakan menggunkan metode analisis diskriminan berganda
Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu
perusahaan pada tahun-tahun yang sama (Bangkrut dan tidak
bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan ukuran
perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki.
Sedangkan variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima
katagori standar yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage,
solvabilitas, dan aktivitas.
Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel
yang dipilih, Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang
pertama sebagai berikut :
Z = 0,012�� + 0,014 �� + 0,033�� + 0,006�� + 0,999�� Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1 : modal kerja / total asset
X2 : laba ditahan / total asset
X3 : laba usaha (EBIT) / total asset
X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang
X5 : penjualan / total asset
Z : nilai Z-Score
Untuk dapat menyatakan dan mengelompokkan perusahaan
maka Almant membuat suatu daerah pembatas (discriminat area)
sebagai berikut :
• Z > 2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
• Z < 1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
• 1,81 < Z < 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)
Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan
publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.
2.1.6.2Model Z-Score Revisi (Z’-Score)
Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama,
Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model
prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan
yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik.
Revisi yang dilakukan terhadap �4,dimana Altmanmengganti rasio
nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas
terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:
Z’ = 0,717�� + 0,847 �� + 3,107�� + 0,420�� + 0,998�� Sumber: wikipedia.org
Selain �4 yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada
variabel juga mengalami perubahan terutama pada �1dan �4. Model
Z’-Score ini mempunyai rata-rata skor kelompok perusahaan tidak
kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih
lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang
sebelumnya 1,81.
Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga
berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana
rasio yang digunakan :
a. Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva
yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih
antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang
negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam
menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak
tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi
kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal
kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi
kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
b. Retained Earning to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau
keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini
adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran
operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini
adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.
d. Book Value of Equity to Total Liability
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal
sendiri.
e. Sales to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang
berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur
menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan
adalah revenue.
Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut :
• Z’ > 2,90 : kemungkinan bangkrut perusahaan
kecil
• Z’ < 1,23 : kemungkinan bangkrut perusahaan
besar
• 1,23 < Z’ < 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan
(grey area)
2.1.6.3Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score)
Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan
investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara
berkembang. Maka Altman memodifikasi kembali model ini.
Dalam Z’’-Score ini, Altman mengeliminasi variabel �5, yaitu rasio penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi
pada variabel yang sensitif terhadap industry sebagaimana jika
perputaran aset dimasukkan dan nilai pasar ekuitas menjadi nilai
Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Sumber: wikipedia.org
Keterangan :
X1 : modal kerja / total aset
X2 : laba ditahan / total aset
X3 : laba usaha (EBIT) / total aset
X4 : nilai pasar ekuitas / total aset
Z : nilai Z-Score
Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah
sebagai berikut :
•Z’ > 2,60 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
•Z’ < 1,21 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
•1,21 < Z’ < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)
Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada
perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran
perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang
berbeda.
Jadi, karena penelitian mengguanakan sampel perusahaan
manufaktur yang khususnya pada industri farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini menggunakan formula
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Sumber: wikipedia.org
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat
skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Tommy kebangkrutan pada tahun
Minuman di BEI disktriminan parsial dan simultan terhadap
kesehatan perusahaan.
Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan kontruksi bangunan dengan
menggunakan model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori 2007,2008 dan 2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai
tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman
Z-Score. Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net
Working Capital to Total Assets(�1 ), Retained Earning to Total Assets( �2),
Earnings Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets (�3), rasio
Book Value of Equity to Total Liability(�4), dan rasio Sales to Total Assets
terhadap kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :
H1
H2
H3 H6
Working Capital / Total Asset (X1)
Retained Earnings / Total Assets (X2)
EBIT / Total Asset (X3)
Prediksi
Kebangkrutan
Perusahaan
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
1) Perbandingan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1).
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal
kerja. Dimana modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti
kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya
hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968).
2) Perbandingan laba ditahan terhadap total aktiva (X2). Book Value of Equity / Total
Liability (X4)
Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).
3) Perbandingan antara pendapatan sebelum dikurangi biaya bunga, pinjaman dan
pajak terhadap total aktiva (X3).
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya
masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya
piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya
perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit
pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968).
4) Perbandingan antara total nilai saham terhadap nilai pembukuan total hutang atau
modal sendiri terhadap total hutang.
Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968).
5) Perbandingan antara penjualan terhadap total aktiva.
Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio
ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prediksi
kebangkrutan perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel.
Kesehatan perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam mengelola usahanya agar tidak terancam kebangkrutan. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan
dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut :
H1 : Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi
tingkat kebangkrutan
H2 : Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi
tingkat kebangkrutan
H3 : Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif
terhadap prediksi tingkat kebangkrutan
H4: Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap
prediksi tingkat kebangkrutan
H5: Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat
kebangkrutan.
H6 : Net Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Asset,
Total Liability, Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif
dengan hubungan kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk berusaha
menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian
ini menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan.
3.2Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87).
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010,
dan 2011 yaitu sebanyak 9 perusahaan farmasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. Beberapa
1. Perusahaan tercatat di BEI periode tahun 2009-2012 dan melaporkan laporan
keuangannya per 31 desember.
2. Laporan Keuangan periode 2009-2012 perusahaan tersebut telah diaudit oleh
auditor independen. Peneliti menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit
agar lebih relevan dan dapat dipercaya.
3. Perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan laba positif selama masa periode
2009-2012. Peneliti memilih perusahaan yang memperoleh laba positif selama
periode pengamatan karena pada penelitian ini, variabel dependen yang
digunakan adalah pertumbuhan laba, oleh karena itu peneliti menggunakan objek
penelitian yang selama periode pengamatan memperoleh laba.
Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 8 perusahaan dan diamati selama periode 3 tahun yang
termasuk sebagai data pooling.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan Kriteria
1 2 3
1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √
2 INAF IndofarmaTbk √ √ √
3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √
4 KLBF Kalbe Farma √ √ √
5 MERK Merck Tbk √ √ √
6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √
7 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ X
9 TSPC Tempo Scan PasifikTbk √ √ √
Dari 9 populasi perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek, yang
memenuhi kriteria sebagai sempel sebanyak 8 perusahaan, maka sampel dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain
(Sanusi, 2011 : 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari berbagai
sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian.
Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari Indonesian Capital Market
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ 1
2 INAF IndofarmaTbk √ √ √ 2
3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √ 3
4 KLBF Kalbe Farma √ √ √ 4
5 MERK Merck Tbk √ √ √ 5
6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √ 6
7 DVLA DayaVariaLaboratoriaTbk √ √ √ 7
Directory (ICMD) dan situberupa laporan keuangan yang
dipublikasikan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan
perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan 2011 yang digunakan sebagai sampel
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Defenisi Operasional
Agar hasil dari penelitian ini seperti yang diharapkan, maka perlu
diketahui unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang
terdapat pada operasionalisasi variabel. Secara rinci, berikut
operasionalisasi variabel penelitian ini
Tabel 3.3
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih
Net Working Capital to Total
dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya
Assets
X2 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari aktiva perusahaan
Retained Earnings to Total Assets
Rasio
X3 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum bunga dan pajak
Earnings Before Interest and Tax to
Total Assets
Rasio
X4 Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang
Book Value of Equity to Total
Liabilities
Rasio
3.5.2 Pengklasifikasian Variabel
3.5.2.1Variabel bebas ( independent variable )
Variabel bebas yaitu variabel yang keberadaanya dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel
dependen.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
X1 = ����������
���������
X2 = ��������ℎ��
���������
X3 = ����
���������
X4 = �����������������ℎ��
��������������
X5 = ���������
���������
3.5.2.2Variabel terikat ( dependent variable )
Variabel terikat yaitu variabel keberadaannya yang dipengaruhi
oleh besarnya variabel independen.Variabel dependent pada
penelitian ini berupa kesehatan perusahaan, berupa nilai Z-Score.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi
18. Metode dan teknik yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
3.6.1 Pengujian asumsi klasik 3.6.1.1Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 160) uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah variabel independen dan dependen berdistribusi
normal. Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas
residual adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogral dari
residualnya, dimana jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji
Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka
distribusi data adalah tidak normal,.
b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka
distribusi data adalah normal (Ghozali,2005 : 165).
3.6.1.2Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
sebelumnya (Ghozali, 2005 : 110). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson
(DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya
autokorelasi yaitu :
1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif
2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi
3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif
3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 139) uji ini bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.Untuk melihat ada
tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati Grafik
Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 139).
3.7 Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.Analisis
regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara
dua variabel dengan membuat sebuah asumsi kedalam suatu bentuk fungsi
tertentu.Untuk menguji apakan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
digunakan uji F (F-test) dan uji t (t-test).
3.7.1 Analisis regresi berganda
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) +β5(X5) + e
Keterangan :
Y = Variabel dependen (kesehatan perusahaan)
α = Konstanta
βi = Koefisien regresi
X1 = working capital / total assets. X2 = retained earning / total assets.
X3 = earning before interest and tax / total assets. X4 = book value of equity / total liability.
e = variabel pengganggu
3.7.2 Uji t (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 :178). Kriteria yang digunakan
dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:
a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value<level of significant sebesar 0,05.
b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value>level of significant sebesar 0,05.
3.7.3 Uji F (F-test)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2005
: 177). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis
adalah:
1. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value
<level of significant sebesar 0,05.
2. Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value>