DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Husein. 2008. Manajemen Proyek , perencanaan, penjadwalan &
pengendalian proyek. Yogyakarta : Andi.
Amalia R, Arif Rohman M, Bintang C, 2012, Analisa Penyebab Keterlambatan
Proyek Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)(Studi Kasus Di Wilayah Sidoarjo)Vol. 1, No.1. September 2012
Asiyanto, (2005).Construction Project Cost Manajemen, Jakarta : Pradnya
Paramita.
Bakhtiar A, Soehardjono A, Hasyim Hamzah M, 2012, Analisi Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung di Kota Lamongan (Studi Kasus Di Wilayah Lamongan)Vol. 6, No.1 -2012
Bramantyo Djohanputro, (2008), Manajemen Resiko Korporat, (Jakarta :
Penerbit PPM
Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, Jakarta.
Effendi Sofian. 1987.Metode Penelitian Survai. Kota : PT. Pustaka LP3ES
Indonesia.
Ervianto, Wulfram I. 2004. Teori–Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.
Yogyakarta : Andi.
I Gede Putu joni. 2012. Resiko Manajemen Proyek. Jurnal Teknik Sipil. 16 :
Ismael Idzurnida, 2013, Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor
Penyebab dan Tindakan Pencegahannya. Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang14 : 46-55.
Levis dan Atherley. (1996). “Delay Construction”. Langford
Project Management Institute A Guide to the Project Management Body
ofKnowledge (PMBOK) United States: PMI Polications, 1996
Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek: Konsep & Implementasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Soeharto, Imam Ir. 1995. Menajemen Proyek dari Konseptual sampai
Operasional Jakarta : Erlangga.
Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional
Jilid I. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 UMUM
Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Berawalkan dari minat
untuk memecahkan suatu permasalahan yang yang muncul selanjutnya
berkambang menjadi sebuah gagasan, teori, penentuan metode penelitian yang
sesuai dan seterusnya. Sehingga hasil akhir menjadi sebuah gagasan atau
pemikiran baru yang tiada hentinya.
Jadi hal yang sangat penting bagi peneliti ialah adanya minat untuk
mengetahui masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut dapat
timbul dan berkembang karena rangsangan bacaan, diskusi, seminar atau
pengamatan, atau campuran semuanya itu. Titik tolak yang sesungguhnya
bukanlah metode penelitian, tetapi kepekaan dan minat, ditopang oleh akal sehat
(common sense). Berbagai tahap harus ditempuh hingga tercapai hasil penelitian
yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan tiap tahap perlu dilaksanakan dengan
kritis, cermat dan sistematis.
Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam
pelaksanaan survei ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey.
2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan.
Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian
operasional.
3. Mengambil sampel.
5. Melakukan pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih
wawancara.
6. Mengolah data.
7. Menganalisis dan melaporkan.
3.2 TAHAPAN PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey melalui pengisian
kuesioner dan wawancara kepada responden. Data yang akan diteliti dan dianalisa
secara rinci terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi
lapangan. Data primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara
kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para
pelaku pengambil kebijakanyang dianggap mengetahui tentang
faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota Medan.
b. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait
yang berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana,
konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen
terkait dengan pengembangan gedung.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada
responden. Dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut :
a. Penelitian akan dilakukan terhadap proyek konstruksi gedung yang berada
di Kota Medan.
b. Difokuskan pada pelaksanaanpengadaan proyek jasa konstruksi
pemerintah dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003.
d. Populasi penelitian ini melibatkan owner, kontraktor, konsultan perencana
dan konsultan supervisi.
Sedangkan sampel responden yang digunakanadalah yang memenuhi
kriteria dalam penelitian ini berdasarkan dari reputasi, pengalaman dan kerjasama
sebagai berikut :
a. Responden penelitian adalah owner dankonsultan Supervisi dan kontraktor.
b. Owner adalah Kepala satker dan penjabat pembuat komitmen serta
pengendali teknis.
c. Bagi konsultan supervisi dan kontraktor memiliki pengalaman memimpin
perusahaan jasa konstruksi.
d. Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya dan reputasi yang baik.
3.3. PROSES PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
3.3.1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan bahan-bahan referensi yang
membahas tentang masalah keterlambatan, faktor-faktor keterlambatan,
kependukung keputusan untuk menunjang penulisan tugas akhir
3.3.2. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilokasi proyek dan
dalam bentuk dokumentasi di lapangan terhadap proyek yang sedang
3.3.3. Metode Kuesioner
Metode ini dilakukan dengan pengumpulan data dalam bentuk pembagian
kuesioner yang diberikan kepada pemilik (Owner), konsultan pengawas,
kontraktor. Dan pengolahan data kuesioner tersebut menggunakan
program software SPSS (Statistical Product and Service Solutions)
3.3.4. Rancangan Kuesioner
Kuesioner akan dirancang dalam tiga kelompok yaitu:
1. Data responden, (jabatan responden,pengalaman, nilai rata-rata proyek,
dll).
2. Data proyek, (jenis proyek, pengaruh keterlambatan terhadap waktu
pelaksanaan, dll.)
3. Data persepsi responden terhadap faktor penyebab keterlambatan
proyek.
3.3.5. Variabel Penelitian
Objek penelitian ini yaitu menganalisis faktor penyebab
resikoketerlambatan pekerjaan proyek gedung di Kota Medan. Responden
dalam penelitian ini adalah individu yang berpengalaman pada proyek
tersebut.
3.4. TAHAPAN PENGOLAHAN DATA
Hasil tabulasi data digunakan sebagai data input kedalam SPSS, input data
merupakan hasil dari sampel variabel faktor resiko yang mempengaruhi kinerja
Mean ini didapat dengan cara menjumlahkan data seluruh individu dalam
kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok
tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan rumus berikut :
Me = --- �
Dimana :
Me = Nilai rata-rata (mean)
N = Jumlah responden
X = Frekuensi pada (i) yang diberikan responden terhadap masing-masing
faktor keterlambatan
I= Kategori indeks responden
Adapun untuk variabel bebas, jawaban terdiri dari kategori sebagai berikut :
X1 = Frekuensi jawaban “Sangat Rendah”
X2 = Frekuensi jawaban “Rendah”
X3 = Frekuensi jawaban “Sedang”
X4 = Frekuensi jawaban “Tinggi”
Judul
IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI
KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Proyek pembangunan di Kota Medan
Pengolahan Data
Program SPSS
Hasil, Kesimpulan, dan Saran
Selesai Data Primer
Data yang didapat langsung oleh peneliti:
1. Wawancara
2. Pengisian kuisioner
3. Pengamatan
Data Sekunder
Data di dapat dari data lokasi proyek :
1. Data kurva S
2. Data pelaksanaan
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. DATA PROYEK
Analisa mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberikan
gambaran dari hasil jawaban responden terhadap poin-poin pertanyaan pada
kuisioner.
Data responden dalam penelitian ini adalah analisa mengenai pengolahan
data yang digunakan untuk memberikan gambaran dari hasil jawaban responden
terhadap pertanyaan kuisioner. Banyaknya kuisioner yang disebarkan dan yang
menjawab sebanyak dan tidak menjawab
4.2. ANALISA DATA
Penelitian ini membahas tentang analisa statistik deskritif, yaitu data yang
diolah menggunakan aplikasi SPSS. Rata-rata hitung untuk data kuantitatif yang
terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data
4.2.1. Faktor Lingkup dan Kontrak Pekerjaan (Contract Document)
Padadokumen perjanjian kontrak kerja konstruksi antara kontraktor dan
owner sebaiknya berisi penjelasan tentang lingkup pekerjaannya yang
penulisannya bisa dibuat dengan pasal tersendiri, hal ini untuk memberikan
kejelasan pada kedua belah pihak tentang ruang lingkup pekerjaan ini akan
menjelaskan tentang proyek yang menjadi tanggung jawab kontraktor,nama
proyeknya,dimana alamat proyeknya, kapan tahun anggarannya, dan bagaimana
sifat harga kontraknya
LKP1 : Perencanaan (gambar/spesifikas) yang salah atau tidak lengkap
LKP2 : Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan
LKP3 : Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan
LKP4 : Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan
LKP5 : Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai
LKP6 : Ketidaksepahaman antara pembuatan gambar kerja antara
perencanaan dan kontraktor.
Tabel 4.1. Nilai mean faktor lingkup dan kontrak pekerjaan
No Faktor lingkup dan kontrak pekerjaan Mean Skor 1 Perencanaan (gambar/spesifikas) yang salah atau tidak lengkap 4,575 1
2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 2
3 Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan 3,375 3
4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 4
5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah
selesai
3,375 3
perencanaan dan kontraktor.
4.2.2. Faktor Perencanaan dan Penjadwalan (Planing and scheduling)
Penjadwalan atau schedulingadalah pengalokasian waktu yang tersedia
melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu
proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan
keterbatasan-keterbatasan yang ada.
PP1 : Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan
PP2 : Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik / terpadu
PP3 : Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama
PP4 : Rencana kerja pemilik yang selalu berubah-ubah
Tabel 4.2. Nilai mean faktor perencanaan dan penjadwalan
No Faktor Perencanaan dan Penjadwalan Mean Skor 1 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 2
2 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik /
terpadu
2,300 4
3 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 3
4 Rencana kerja pemilik yang selalu berubah-ubah 2,600 1
4.2.3. Faktor Manajerial(Managerial)
Manajer proyek perlu mengawasi dan mengendalikan para pegawainya yang
bertanggung jawab menimbulkan pengeluaran-pengeluaran. Pengawasan dan
pengendalian bukan hanya melalui prosedur dan metode serta kebijaksanaan,
hambatan-hambatan dan perbedaan pendapat diantara mereka dan perbedaan
pendapat dalam unit kerjanya sendiri, kecepatan mereka mengambil keputusan
terhadap masalah yang dibawahnya, bagaimana mereka memberi petunjuk kepada
bawahan dalam memecahkan masalah, apakah mereka menyarankan cara kerja
yang lebih baik, dan apakah mereka berusaha menciptakan iklim atau lingkungan
pengawasan dan pengendalian menghargai pelaksanaan tugas yang baik dan
memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas yang tidak memuaskan.
Deskripsi pekerjaan manajer proyek:
1. Melapor kepada direktur perusahaan dan pemilik proyek
2. Mengawasi atau mengarahkan site manager, site engginer, pelaksana,
logistik, administrasi dan keuangan
3. Fungsi pokok :
• Memimpin dan mengarahkan segala sumber daya yang akan
ada dalam proyek untuk mencapai sasaran proyek
• Kewajiban dan tanggung jawab
• Menjamin terselenggaranya kegiatan proyek serta tersedianya
fasilitas pendukung sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
• Menjamin terselenggaranya adminstrasi kegiatan penanganan
proyek bedasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
• Menjamin ketersedian material, tenaga kerja, dan peralatan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
• Menjamin terlaksananya pengendalian biaya, mutu, waktu dan
4. Wewenang
• Mengarahkan dan memimpin seluruh kegiatan proyek
• Mengarahkan, memimpin kegiatan penilai hasil progres
pekerjaan
• Mengawasi, mengendalikan persedian alat, material dan tenaga
kerja
• Membuat penjadwalan material, alat dan tenaga kerja
• Mengawasi dan mengendalikan cashflow proyek
• Mengarahkan tindakan perbaikan pekerjaan
• Memimpin dan mengambil keputusan dalam rapat-rapat
internal proyek
5. Hubungan kerja
• Bekerja sama dengan pihak internal perusahaaan seperti site
manajer, site engginer, manajer logistik, manajer administrasi dan keuangan
• Bekerja sama dengan seluruh eksternal perusahaan seperti
pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, sub
kontraktor serta pemasok
M1 : Pengalaman manajer lapangan
M2 : Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor
Tabel 4.3. Nilai mean faktor manajerial
No Faktor Manajerial Mean Skor
1 Pengalaman manajer lapangan 2,950 1
2 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 2
3 Komunikasi antara perencanaan dan kontraktor 2,725 3
4.2.4. Faktor Situasi (Environment)
Pada faktor keterlambatan situasi biasanya terjadi pada setiap proyek
konstruksi gedung dimana saja, namun hanya lokasi daerahnya saja yang
membedakan kejadiannya pada lokasi proyek gedung tersebut. Namun juga pada
intensitas geografisnya juga dibedakan oleh lokasi daerahnya juga. Dan ini
memang sangat banyak sekali pengaruh keterlambatan proyek gedung. Dan juga
biasanya pada foktor ini juga biasanya faktor masyarakat sekitar juga dapat
menjadi faktor kendala pada pelaksanaan proyek gedung dimana saja.
S1 : Intensitas curah hujan.
S2 : Faktor sosial dan budaya.
S3 : Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat
Tabel 4.4. Nilai mean faktor situasi
No Faktor Situasi Mean Skor
1 Intensitas curah hujan. 4,550 1
2 Faktor sosial dan budaya. 3,025 2
3 Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca
amat buruk,badai/angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor.
2,275 3
4.2.5. Faktor Bahan (Material)
Pelaksanaan setiap proyek konstruksi, pemakaian material merupakan
bagian terpenting yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya
proyek. Dari penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-75% dari
biaya proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material.Oleh karena
itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli,
menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi.
Manajeman material didefinisikan sebagai suatu pendekatan organisasional
untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan kombinasi ke
mampuan manajerial dan teknis. Kegagalan dalam menjalankan proses atau lebih
akan menyebabkan kegagalan menyeluruh dari manajemen material dan akan
menghasilkan sebuah proyek konstruksi yang mahal.
B1 : Keterlambatan pengiriman barang
B2 : Kekurangan bahan konstruksi
B3 : Kualitas bahan yang kurang baik
B4 : Kerusakan bahan di tempat penyimpanan
B6 : Kelangkaan karena kekhususan
B7 : Ketidaktepatan waktu pemesanan
Tabel 4.5. Nilai mean faktor bahan
No Faktor Bahan Mean Skor
1 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 1
2 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 2
3 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 4
4 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 7
5 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 6
6 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3
7 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 5
4.2.6. Faktor Peralatan (Equipment)
Pada beberapa proyek, penggunaan dan jenis peralatan dapat dibagi atas
tingkat beratnya pekerjaan serta lokasi yang digunakan, berupa mesin, perkakas,
instalasi serta perlengkapan lainnya yang dapat berupa:
1. Alat-alat berat seperti bulldozer, dumptruck, motor grader, scraper atau
bachoe biasa digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, seperti pembukaan lahan, peralatan lahan, penggalian tanah dengan volume
besar, pengangkutan tanah serta penimbunan tanah. Tower
cranedigunakan pada bangunan bertingkat untuk mengangkut material secara vertikal dan horizontal. Bactching plant dan truckmixer adalah
2. Peralatan ringan seperti mixer pengaduk beton di lokasi proyek atau bar
bender dan bar cutter digunakan untuk pembengkokan dan pemotongan besi beton, dan perancah untuk penopang bekisting beton.
Pada proyek manufaktur dikenal pula peralatan foeklift dan crane pengangkut
barang/material di seputar lokasi. Peralatan lain adalah peralatan ringan yang
sifatnya statis seperti peralatan las, peralatan mesin pembentukan/cetakan model
produk, pengecatan, dan lain sebagainya.
P1 : Keterlambatan pengiriman/penyediaan peralatan.
P2 : Kerusakan peralatan
P3 : Ketersediaan peralatn yang memadai/sesuai kebutuhan
P4 : Produktifitas peralatan
P5 : Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam mengoperasika
peralatan
Tabel 4.6. Nilai mean faktor peralatan
No Faktor Peralatan Mean Skor
1 Keterlambatan pengiriman/penyediaan peralatan. 3,275 2
2 Kerusakan peralatan 3,300 1
3 Ketersediaan peralatn yang memadai/sesuai kebutuhan 3,200 3
4 Produktifitas peralatan 2,800 4
5 Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam
mengoperasika peralatan
4.2.7. Faktor Tenaga Kerja (Labors)
Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini
dimaksudkan agar efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat
maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. Tenaga kerja/karyawan yang
berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap
bulannya dan diberi fasilitas lain dalam rangka memelihara produktifitas kerja
karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaaan. Hal ini
dilakukan agar karyawan tetap sebagai aset perusahaan dapat memberikan karya
terbaiknya serta memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan keahlian yang
dimilikinya. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak
terbebani oleh pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah
tenaga kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan
jumlah yang seharusnya. Biasanya tenaga kerja tidak tetap ini dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup besar dibandingkan jumlah tenaga kerja tetap dengan tingkat
keahlian sedang. Informasi tentang jenis serta deskripsi pekerjaan pada proyek
perlu diidentifikasi sedemikian hingga tugas, tanggung jawab dan wewenang
masing-masing pihak dapat dijalankan sesuai rencana dan aturan-aturan
perusahaan.
TK1 : Keahlian tenaga kerja
TK2 : Kedisiplinan tenaga kerja
TK3 : Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas
pekerjaan yang ada.
Tabel 4.7. Nilai mean faktor tenaga kerja
No Faktor Tenaga Kerja Mean Skor
1 Keahlian tenaga kerja 3,400 2
2 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 4
3 Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktifitas
pekerjaan yang ada.
3,375 3
4 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang /mandor 3,875 1
4.2.8. Faktor Keuangan(Financing)
Pada bagian ini faktor-faktor yang disebutkan lebih cendrung mempengaruhi
profit kontraktor pembanguanan proyek dari sisi pemilik dan juga faktor keuangan
ini sangat berpengaruh juga terhadap keterlambatan proyek gedung. Proyek
bangunan yang pemiliknya lebihdari satu orang dibandingkan dengan
pemilikproyek bangunan pribadi yang sama telah berkali-kali membangun proyek
akan mengalami keterlambatan pembayaran yang lebih buruk.
K1 : Harga meterial
K2 : Kesulitan pendanaan di kontraktor
K3 : Kesulitan pembayaran oleh pemilik
Tabel 4.8. Nilai mean faktor keuangan
No Faktor Keuangan Mean Skor
1 Harga material 3,050 2
2 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 1
4.2.9. Faktor Perubahan (Change)
Perubahan desain pada konstruksi bisa terjadi akibat perubahan rencana oleh
owner dan kesalahan yang dilakukan oleh konsultan perencana. Terjadinya
perubahan desain akan berpengaruh biaya, mutu dan waktu proyek konstruksi.
Tentu saja gambaran keseluruhan dari segi ekonomi dan finansial akan menjadi
faktor utama dalam pengambilan keputusan. Proses ini merupakan masalah kritis
pada kegiatan desain engineering.
PR1 : Terjadi perubahan desain oleh owner
PR2 : Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana
PR3 : Keselahan dalam penyelidikan tanah
Tabel 4.9. Nilai mean faktor perubahan
No Faktor Perubahan Mean Skor
1 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 1
2 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 2
3 Keselahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3
4.2.10. Faktor Karakteristik Tempat (Site characteristic)
Pada faktor ini juga termasuk faktor yang sangat penting pada pelaksanaan
konstruksi gedung dan juga berpengaruh terhadap faktor keterlambatan pekerjaan
proyek gedung, dimana apabila kontraktor salah meletakkan bahan material,
lokasi pekerja lain juga akan terganggu pada bahan material yang mengganggu
pada pekerjaan mereka. Lokasi proyek itu sendiri juga sangat berpengaruh
lokasi yang berbeda-beda maka tingkatan lokasi tempat juga tidak pasti yaitu
sesuai dengan lokasi proyek itu sendiri.
KT1 : Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah
KT2 : Tempat penyimpanan bahan/material
KT3 : Akses ke lokasi proyek
KT4 : Kebutuhan ruang kerja
Tabel 4.10. Nilai mean faktor karakteristik tempat
No Faktor Karakteristik Tempat Mean Skor
1 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 1
2 Tempat penyimpanan bahan/material 2,700 2
3 Akses ke lokasi proyek 2,475 3
4 Kebutuhan ruang kerja 2,350 4
4.2.11. Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol Dan Evaluasi Pekerjaan
Pada faktor pekerjaan sistem inspeksi, kontrol pada pekerjaan ini juga
termasuk dalam faktor keterlambatan pekerjaan yaitu dikarenakan pada pekerjaan
pengontrolan ini juga sangat penting untuk di ketahui sebagai contoh pada
pekerjaan inspeksi ini banyak juga penyebabnya yaitu antara lain perbedaan
jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek, pengajuan contoh bahan oleh
kontraktor yang tidak terjadwal, keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan,
dan juga banyaknya hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/
tidak benar pada pelaksanaannya di lapangan.
IK1 : Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek
IK3 : Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan
IK4 : Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/
tidak benar.
Tabel 4.11. Nilai mean faktor sistem inspeksi, kontrol dan evaluasi
pekerjaan
No Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi Pekerjaan Mean Skor 1 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 3
2 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2
3 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 3
4 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena
cacat/ tidak benar
2,475 1
Tabel 4.12. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
pelaksanaan proyek konstruksi
Tingkat Resiko
Variabel Faktor Penyebab Keterlambatan Mean Median X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 4,575 5
X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 4
X3 Keterlambatan pemilik dalam pembuatan keputusan 3,375 3
X4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 3
X5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 3,375 3
X6
Ketidak sepahaman antara pembuatan gambar kerja antara
X7 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 3
X8 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu 2,300 2
X9 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 2
X10 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 2,600 3
X11 Pengalaman manajer lapangan 2,950 3
X12 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 3
X13 Komunikasi antara perencana dan kontraktor 2,725 3
X14 Intensitas curah hujan 4,550 5
X15 Faktor sosial dan budaya 3,025 3
X16
Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca
amat buruk,badai,angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor
2,275
2
X17 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 4
X18 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 4
X19 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 3
X20 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 3
X21 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 3
X22 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3
X23 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 3
X24 Keterlambatan pengiriman / penyediaan peralatan 3,275 3
X25 Kerusakan peralatan 3,300 3
X26 Ketersediaan peralatan yang memadai/ sesuai kebutuhan 3,200 3
X27 Produktifitas peralatan 2,800 3
mengoperasikan peralatan
X29 Keahlian tenaga kerja 3,400 3
X30 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 3
X31
Jumlah pekerja yang kurang memadai/ sesuai dengan aktifitas
pekerjaan yang ada
3,375
3
X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor 3,875 4
X33 Harga material 3,050 3
X34 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 3
X35 Kesulitan pembayaran oleh pemilik 2,975 3
X36 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 3
X37 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 3
X38 Kesalahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3
X39 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 3
X40 Tempat penyimpanan bahan/ material 2,700 3
X41 Akses ke lokasi proyek 2,475 2
X42 Kebutuhan ruang kerja 2,350 2
X43 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 2
X44 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2
X45 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 2
X46
Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena
cacat/ tidak benar
2,475
VAR00028 2.7750 .57679 40
Tabel 4.14. Nilai summary item statistic
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum /
Minimum
Variance N of Items
Item Means 3.028 2.275 4.575 2.300 2.011 .285 46
4.3. TEMUAN DAN BAHASAN
Vaktor dominan yang berpengruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan
Tabel 4.15. variabel yang dominan
No Kelompok Faktor Variabel Variabel Dominan yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu 1 Faktor lingkup dan kontrak/
dokumen pekerjaan
X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang
salah atau tidak lengkap
2 Faktor lingkup dan kontrak/
dokumen pekerjaan
X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu
pelaksanaan
3 Faktor situasi X14 Intensitas curah hujan
4 Faktor bahan X17 Keterlambatan pengiriman barang
5 Faktor bahan X18 Kekurangan bahan konstruksi
6 Faktor tenaga kerja X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan
kepala tukang/ mandor
Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek,
diperoleh nilai modus (mode) sebesar 3 yang berarti kinerja waktunya rata-rata
mengalami keterlambatan 0% s/d -8%
Bedasarkan hasil pengolahan data, ditemui 46 peringkat faktor risiko dari
(sebelas) sumber risiko yang ada pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil
statistik variabel-variabel yang dominan mempengaruhi keterlambatan
penyelesaian proyek konstruksi, dan ada enam variabel yang dominan dari faktor
Tabel 4.16. variabel yang dominandan tindakan koreksi
No Faktor Resiko Tindakan Koreksi
1 Perencanaan
(gambar/spesifikasi)
yang salah atau tidak
lengkap. (X1)
- Membentuk tim perencana yang profesional
sesuai dengan latar belakang keahlian.
- Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas
maupun kuantitas dari lingkup proyek
terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan.
- Pendidikan tim perencana minimal S1 teknik
sesuai jurusan yang dibuktikandengan ijazah.
- Membentuk tim perencana yang propesional
sesuai dengan latar belakang keahlian.
2 Perubahan lingkup
pekerjaan pada waktu
pelaksanaan. (X2)
- Pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan
pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja
bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja.
- Seringnya melakukan pengontrolan tiap-tiap
pekerjaan yang dilakukan khususnya pada
pekerjaan yang berada pada jalur-jalur kritis.
3 Intensitas curah hujan
(X14)
- Membuat saluran drainase kecil di sekitar area
proyek yang sering di genangi oleh air.
- Menambah peralatan pompa air untuk
mempercepat pekerjaan di area-area yang
4 Keterlambatan
pengiriman barang
(X17)
- Melakukan komunikasi terus menerus kepada
pihak pengiriman barang dan sekaligus
mengkoordinasikan pekerjaan yang bisa
dikerjakan terlebih dahulu oleh pekerja.
- Melakukan kesepakatan terlebih dahulu kepada
pihak pengiriman barang sebelum memulai
proyek.
5 Kekurangan bahan
konstruksi (X18)
- Melakukan pengontrolan bahan-bahan
konstruksi bangunan sesering mungkin ,
terkhusus dengan material yang sulit di dapat.
6 Komunikasi antara
tenaga kerja dan
kepala tukang/
mandor (X32)
- Seringnya melakukan rapat antara kontraktor
dan konsultan perencana dan pihak owner
mengenai permasalahan penyelesaian proyek.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang sangat
berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di
kota Medan, penilaiannya di lihat dari 46 faktor resiko yang terdiri dari 11
pengelompokan faktor yaitu: Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah
atau tidak lengkap(X1), rangking 1 (4,575); Intensitas curah hujan(X14),
rangking 2 (4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/
mandor (X32), rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang
(X17), rangking 4 (3,800); Kekurangan bahan konstruksi(X18), rangking 5
(3,600); dan Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2),
rangking 6 (3,575).
2. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak-pihak yang terlibat dalam
pembangunan konstruksi gedung harus melakukan beberapa cara atau
strategi diantaranya: pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan
pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan
memperketat disiplin kerja, melakukan pendekatan terhadap tukang yang
bekerja di lapangan, dan seringnya melakukan rapat-rapat antara pekerja
yang terkait.
3. Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan proyek hendaknya
peralatan, dan dengan mengetahui faktor resiko yang dominan dapat
menbantu untuk mengambil keputusan dalam menentukan tindakan
koreksi yang paling sesuai.
5.2. SARAN
Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap
kuesioner, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu:
1. Agar tidak terjadi penundaan dalam melaksanakan proyek, maka
pekerjaan-pekerjaan di jalur kritis perlu diawasi dan kontrol dengan ketat
agar tidak terlambat dan juga mengakibatkan pekerjaan yang tidak dalam
jalur kritis terganggu.
2. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi, sebaiknya metode
pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan proyek dapat diperhatikan yang
lebih karena peranan metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu
bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil
dan teknik arsitektur. Didalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan,
kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara dan berlangsung dalam
jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan
tugas dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Soeharto (1998), banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat
didalam pelaksanan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahn yang
bersifat kompleks.Kompleksitas proyek tergantung dari:
1. Jumlah macam kegiatan didalam proyek.
2. Macam dan jumlah dan hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam
proyek itu sendiri.
3. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek
dengan pihak luar.
Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya suatu proyek. Proyek
kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari pda proyek dengan ukuran yang lebih
besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek, maka
diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk
Gambaran proses pekerjaan konstruksi menurut Hillebrandt (1988)
sebagai suatu yang panjang, rumit dan melibatkan banyak pihak. Keberhasilan
proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak
yang terlibat dalam proses konstruksi. Dalam proses konstruksi pihak-pihak yang
terlibat dapat dari perorangan / perubahan sebagai pelaku utama, dimana pemilik,
bisa swasta / swasta perorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas
konsepsi proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling menentukan. Pemilik
dibantu dari pihak engineering. Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh
kontraktor umum atau kontraktor spesiali.
2.2 MANAJEMEN POYEK KONSTRUKSI GEDUNG
Manajemen proyek konstruksi mempunyai karakteristik, unik, melibatkan
banyak sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam proses penyelesaian
harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang
ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Wulfram,
2004) selanjutnya Wulfram mengatakan tujuan dari manajemen proyek adalah
untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan
sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan,
kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komperhesif.
Menurut Soeharto (1998), adapun tujuan dari proses manajemen proyek
adalah sebagai berikut :
a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu dalam hal ini tidak
terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.
b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi diluar
c. Kualitas sesuai dengan persyaratan.
d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.
2.3 DEFENISI PROYEK
Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks,
mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan
jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber
daya (manusia, uang, peralatan, dsb.), serta multifungsional dimana anggota
proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat
diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana
serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu.
Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin
operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan
berulang-ulang sedangkan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan,
proyek akan berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional
akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.
Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu.
Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang
dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai
pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya
merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk
saling ketergantungan dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.
2.3.1 Macam Macam Proyek
Sedangkan dilihat (Soeharto, 1995) dari segi komponen kegiatan utama
maka macam proyek dapat dikelompokkan menjadi:
• Proyek Engineering-konstruksi komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan
konstruksi.
• Proyek Engineering-Manufaktur dimaksukan untuk menghasilkan produk baru.
• Proyek penelitian dan pengembangan • Proyek pelayanan manajemen
Sedangkan proyek konstruksi sendiri dibedakan lagi atas dua jenis
kelompok bangunan yaitu:
Proyek konstruksi gedung seperti rumah tempat tinggal, villa, pabrik, hotel
dan lain sebagainya.
Proyek bangunan sipil seperti jembatan, bendungan dan infrastruktur
lainnnya.
2.3.2 Unsur Unsur Manajemen Proyek
Menurut Abrar (2010) adapun kegiatan yang meliputi dari unsurunsur
kegiatan manajemen adalah :
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu
pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional
serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis
pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
personel serta meletakan dasar bagi hubungan masing-masing unsur
organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu
mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam
hierarki organisasi. Semua ini dibangkitkan melalui tanggung jawab dan
partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung
jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya,
akan diperoleh hasil yang positif bagi organisasi.
3. Pelaksanaan (aktuating)
Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan,
dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik
atau non fisik sehingga prosedur akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih
ramalan dan subjetif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini
4. Pengendalian (controlling)
Kegiatan ini untuk memastikan program dan aturan kerja yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpanan paling minimal dan hasil
paling memuaskan.
2.3.3 Manajemen Biaya
Manajemen biaya proyek (project cost management) melibatkan semua
proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan
penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal
utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari
sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:
1. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber
daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya
yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat
berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.
2. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber
daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek
dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan
biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan
kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek.
Sedangkan nilai kontrak merupakan keputusan dari segi bisnis di mana
perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu
pertimbangan dari keputusan yang diambil.
3. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk
estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk
menilai kinerja proyek.
4. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual
pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua
penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik
sehingga langkahlangkah perbaikan dapat dilakukan.
2.3.4. Manajemen Waktu
Manajemen waktu pada suatu proyek (Project Time Management)
memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan
waktu penyelesaian proyek (PMI, 2000). Ada lima proses utama dalam
manajemen waktu proyek, yaitu:
1. Pendefinisian Aktivitas merupakan proses identifikasi semua aktivitas
spesifik yang harus dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan
sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan
pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek
dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work
Breakdown Structure (WBS).
2. Urutan aktivitas proses pengurutan aktivitas melibatkan identifikasi dan
dokumentasi dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing
aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan
jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Dalam proses ini dapat
digunakan alat bantu komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau
proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala
besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
3. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang
berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan estimasi durasi atas semua
aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai input
dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
4. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam
proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek
merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi
durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah kinerja
yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah
direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal
adalah:
a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal
dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari
perencanaan awal proyek.
2.4. KETERLAMBATAN PROYEK
Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang
fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak
tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan
dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang
dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak
yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek,
pihak konsultan dan pihak kontraktor
Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan
fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak
tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan
dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang
dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak
yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek,
pihak konsultan dan pihak kontraktor.
Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal yaitu aspek yang
terpengaruh dan faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun
faktor yang terpengaruh yang menyebabkan proyek terlambat adalah:
• Keterlambatan terkait material
• Keterlambatan terkait tenaga kerja
• Keterlambatan terkait peralatan
• Perencanaan yang tidak sesuai
• Lemahnya kontrol waktu proyek
• Keterlambatan Sub-kontraktor
• Pengawasan yang tidak memadai
• Metode pelaksanaan yang tidak sesuai
• Kurangnya personil secara teknikal
• Komunikasi yang lemah
Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek
tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek
tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu.
Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai
sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh
pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan
proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan
oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan
pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi
pemutusan kontrak kerja. Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek adalah
solusi penyelesaian.
2.4.1. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan
Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan
proyek dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Non Excusable Delays.
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan
tidak tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap
mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan
kerja.
b. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek
berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang
tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena
tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal
sekali harganya.
c. Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya ketrampilan dan ke ahlian pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan
waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek.
d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor.
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara
langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan
digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat
dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk
mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat
dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang
direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun karena
banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek. Peralatan
merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung
disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan
dari pekerjaan proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier
kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek
ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan
proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan
pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi
gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada
dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah
memerlukan tambahan waktu
2. Excusable Delays
a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi
produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina
para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas
pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan
mengakibatkan mundurnya jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah
longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek terhenti sementara dan
membutuhkan waktu lebih.
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk
dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena
perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan
waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif
dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada
berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal
pelaksanaan proyek.
3. Compensable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena
adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan.
Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan
memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan ijin kerja yang lama
Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan
suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses
persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat
proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek
sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan
jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam
pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan
atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara
langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
e. Keterlambatan penyediaan meterial
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah
dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja
rendah karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi dan proyek dapat berhenti dan
mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak
cukup.
g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak.
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus
menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor
sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan
tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak
sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran
pekerjaan kontraktor.
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat
kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan
inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan
berjalan dengan lambat
2.4.2. Dampak Keterlambatan Proyek Konstruksi
Menurut Lewis dan Atherley (1996), keterlambatan proyek seringkali
menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik (Owner) dan kontraktor,
sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor
maupun owner. Keterlambatan pelaksanaan pada proyek juga memberikan
dampak berupa kerugian bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.
Adapun dampak kerugian yang dapat dialami oleh pihak yang terlibat didalam
pelaksanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pihak Kontraktor
Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan naiknya overhead
yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena bertambahnya
waktu pelaksanaan. Overhead meliputi biaya untuk perusahaan secara
keseluruhan, terlepas ada atau tidaknya kontrak yang sedang ditangani.
b. Pihak Konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu serta akan terlambat dalam
mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanaan proyek mengalami
c. Pihak Owner / Pemilik
Keterlambatan pelaksanaan proyek berarti kehilangan penghasilan dari
hasil proyek yang seharusnya dapat digunakan dan terjadi permasalahan
pada investasi tersebut. Jika proyek jalan toll Medan-Kualanamu terjadi
keterlambatan dalam penggunaan fasilitas dan pengoprasian tersebut dan
akan merugikan nilai investasi yang di targetkan.
2.4.3. Pembuktian Keterlambatan Proyek
Adanya permasalahan keterlambatan pelaksanaan proyek yang terjadi, maka
dapat menyebabkan perubahan pelaksanaan penyelesaian progress yang sudah
dijadwalkan. Meningkatnya biaya dan kemungkinan putusnya kontrak (contract
termination) (Arditi & Pattanakitchamrron dalam Wei, 2010). Oleh karena itu diperlukan pembuktian keterlambatan proyek sesuai kriteria penilaian terhadap
kondisi keterlambatan pekerjaan, karena hal ini berhubungan dengan faktor-faktor
apa penyebab keterlambatan proyek. Seperti diketahui bahwa pada saat progress
pekerjaan dinyatakan kritis. Maka, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 07/PRT/M/2011 pasal 39.1 bahwa apabila penyedia terlambat
melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal maka PPK harus memberikan peringatan
secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis. Pada pasal kritis
39.2 apabila:
a. Dalam periode I rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak,
realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana.
b. Dalam periode II rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak,
c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik
pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui
tahun anggaran berjalan.
Kondisi keterlambatan pekerjaan berdasarkan Permen PU
No.43/PRT/M/2007. Langkah selanjutnya adalah:
1. Berita acara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji coba
I. Kontraktor melakukan uji coba I untuk dievaluasi.
2. Dan bila uji coba I gagal, maka diingkatkan dengan SCM tahap II dan
dibuat berita cara dengan program kerja yang telah disepakati sebagai uji
coba II.
3. Namun, jika uji coba II gagal, maka ditingkatkan dengan SCM tahap III
dan dibuat berita acara dengan program kerja yang telah disepakati
sebagai uji coba III.
4. Pada akhirnya bila uji coba III gagal, maka akan dilakukan putus kontrak
(contract termination by employer).
Proses contract termination harus sesuai dengan Dokumen Kontrak
(General Conditions pasal 15) antara lain, harus ada Surat Pemberitahuan (notice)
dengan waktu yang telah ditentukan.
Dijelaskan urutan Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut
Pusjatan-Balitbang PU bahwa perlu adanya pembuktian keterlambatan proyek. Untuk itu
diadakan pertemuan dalam hal terjadinya keterlambatan progress pisik oleh
penyedia jasa berdasarkan jadwal kontrak (Contract schedule). Dalam hal
terjadinya keterlambatan progress fisik oleh penyedia jasa, maka harus diikuti
a. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 5% ─ 10 %, maka
rapat pembuktian keterlambatan akan diadakan antara Direksi
Pekerjaan, Direksi Teknis (SE/supervision engineer ) dan penyedia jasa.
b. Jika terjadinya keterlambatan progress fisik antara 10% ─ 15%, maka
rapat pembuktian keterlambatan akan dilaksanakan antara Pejabat
Eselon II pada pemerintah pusat atau daerah yang memiliki
kewenangan pembinaan jalan, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis, dan
Penyedia Jasa.
c. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik
0% ─ 70 %) lebih besar dari 15% dan pada periode II ( rencana fisik
70% ─ 100%) lebih dari 10% mengacu pada syarat -syarat umum
kontrak pasal 33 (kontrak kritis).
d. Selanjutnya kegiatan rapat pembuktian keterlambatan harus dibuat
dalam Berita Acara Rapat pembuktian keterlambatan yang
ditandatangani oleh pimpinan dari masing-masing pihak sebagai catatan
untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
berikutnya.
Dengan diketahuinya faktor penyebab keterlambatan proyek maka akan
Tabel 2.1 Kriteria Keterlambatan Proyek
1. Kesepakatan tiga pihak, atau
2. Putus Kontrak (Termination)
III 70% ─ 100% < 5%
Melampaui tahun anggaran Komposisi Tim Show
Cause Meeting
Diserahkan pada PPK
Diserahkan pada PPK Sumber: Permen PU No. 43/PRT/M/2007
Dengan adanya Permen PU No. 43/PRT/M/2007 menurut
Pusjatan-Balitbang PU, maka setiap proyek yang mengalami kriteria penilaian terhadap
kondisi keterlambatan penyelesaian proyek akan mengacu pada Permen PU No.
43/PRT/M/2007.
2.5 KONSEP PERENCANAAN KONSTRUKSI
Rencana pembanguna konstruksi yang baik adalah dasar untuk
mengembangkan anggaran, jadwal dan mutu pekerjaan. Selain itu penggunaan
subkontraktor dalam perncanaan teknis konstruksi perlu keputusan organisas.
Sedangkan langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan setelah
data-data yang terkumpul dan cukup lengkap dari berbagai aspek yang dianggap perlu.
Antara lain melakukan kajian terhadap gambar rencana spesifikasi teknis proyek
yang ada, jika nantinya tidak sesuai kondisi pelaksanaan dapat disempurnakan
dengan melakukan konfirmasi ke konsultan perencana. Kemudian melakukan
peralatan serta tenaga kerja yang digunakan. Dan dilanjutkan menyusun anggaran
biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan dengan alokasi sumber daya yang
dibutuhkan dan dana yang tersedia.
Kemudian memilih jenis teknilogi dan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan. Dan perumusan rincian kegiatan dengan jadwal yang akurat dan
terpadu. Serta melakukan persiapan aspek administratif, pengadaan serta
pengorganisasian pihak-pihak yang telibat, penyusunan program kerja,
perencanaan pengelolaan resiko, perencanaan kesehatan dan keselamtan kerja
serta pelaksanaan sistem informasi manjemen.
Menurut (Asiyanto,2005). Berdasarkan kontrak konstruksi dan dokumen
gambar dan spesifikasi teknis yang ada, maka harus disusun suatu perencanaan
pelaksanaan agar sasaran yang ingin dicapai dapat direalisasikan. Keberhasilan
proyek konstruksi sangat ditentukan oleh perencanaan konstruksi baik dalam
pengelolaan dan pelaksanna proyek konstruksi. Ini mencakup
a. Pemilihan teknologi.
b. Definisi tugas pekerjaan.
c. Estimasi sumber daya yang diperlukan.
d. Durasi untuk tugas individu.
e. Identifikasi dari setiap interaksi diantara berbagai tugas pekerjaan.
2.5.1. Timbulnya Ide Proyek
Ada bermacam-macam cara munculnya ide proyek. Menurut (Santosa,
Budi, 2009) antara lain:
Proyek yang berasal dari klien yang ditawarkan ke suatu konsultan atau
kontraktor, dimana sudah jelas macam pekerjaan yang harus ditangani.
Dalam kondisi seperti ini biasanya tidak ada proses tender sehingga tidak
ada suasana kompetitif dalam perebutan proyek. Hal ini terjadi jika
terdapat hubungan baik antara pemberi dan penerima proyek. Banyak
sekali proyek seperti ini, khususnya untuk proyek yang nilainya relatif
kecil. Contoh, suatu perusahaan swasta meminta konsultan manajemen
untuk membuat suatu corporate plan.
2. Karena ada tawaran dana
Ada proyek yang muncul karena adanya tawaran dana dari instasi atau
lembaga tertentu. Dengan adanya tawaran itu kita bisa menyusun proposal
proyek. Di dalam lembaga pendidikan sering ada tawaran dana penelitian
untuk topik tertentu dengan alokasi dana tertentu. Dengan adanya ini suatu
tim atau perseorangan mengajukan proposal penelitian. Jika proposal ini
disetujui, maka terciptalah sebuah proyek penelitian.
3. Lewat proses lelang
Dalam hal ini ide proyek muncul karena adanya tawaran lelang. Di sini
suatu konsultan atau kontraktor harus berkompetisi untuk memenangkan
tender/lelang. Proses yang harus dilalui biasanya lebih rumit dan panjang.
Keprofesionalan suatu perusahaan bisa teruji di sini. Jika tender dilakukan
secara fair maka hanya perusahaan yang profesional di bidangnya yang
kemungkinan besar bisa memenangkan persaingan dan dipilih sebagai
irigasi, fasilitas publik yang lain dan pengadaan alat biasanya masuk
dalam kategori ini.
4. Dari dalam perusahaan sendiri
Ide proyek berasal dari dalam perusahaan sendiri dengan sumber dana dari
perusahaan dan dikerjakan sendiri oleh perusahaan. Proyek-proyek
perbaikan proses, fasilitas ataupun manajemen produksi suatu perusahaan
manufaktur atau riset dan pengembangan masuk dalam kategori ini.
Misalkan suatu perusahaan membuat suatu tim untuk mendesain suatu
statiscal process control lalu diterapkan di salah satu lini produksi. Munculnya ide berasal dari dalam dan dikelola oleh orang-orang dari
dalam perusahaan sendiri.
5. Melalui penawaran
Jika suatu perusahaan atau konsultan tidak mendapatkan pekerjaan, maka
sangat mungkin perusahaan tersebut akan menawarkan produk/jasa atau
solusi dari suatu persoalan kepada perusahaan atau individu yang potensial
memerlukannya. Dari situ mungkin calon kustumer akan tertarik untuk
membeli produk atau solusi yang ditawarkan, di sini pekerjaan proyek bisa
muncul karena keaktifan pihak konsultan. Sebagai contoh, suatu konsultan
bisa melakukan presentasi ke suatu perusahaan mengenai pekerjaan apa
saja yang bisa dikerjakan oleh konsultan ini untuk meningkatkan kinerja
perusahaan yang didatanginya. Misalkan pekerjaan pembuatan sistem
3.5.2. Keberhasilan Manajemen Proyek
Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang
diinginkan dengan memenuhi syarat berikut:
• Dalam waktu yang dialokasikan • Dalam biaya yang dianggarkan
• Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan
• Diterima customer
• Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimun yang disetujui
• Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
• Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan
3.5.3. Ukuran Proyek
Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai kriteria
ukuran proyek. Sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari
• Jumlah kegiatan
• Besarnya biaya • Jumlah tenaga kerja
• Waktu yang diperlukan
Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan:
• Jumlah kegiatan dan hubungan antar kegiatan
• Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok/organisasi dalam proyek
• Jenis dan jumlah hubungan antar kelompok didalam organisasi dan
pihak luar
Suatu proyek bisa berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga
kerja besar namun tingkat kesulitannya sedang. Pembangunan kompleks
perumahan dengan model rumah baru mungkin bisa mewakili situasi ini.
3.5.4. Stakeholder Proyek
Stakeholder suatu proyek adalah pihak-pihak, individu ataupun organisasi
yang secara aktif terlibat dalam proyek atau yang mempunyai interest yang
terpengaruh, baik positif maupun negatif atas terlaksananya proyek. Mereka
mempunyai pengaruh terhadap proyek dan hasilnya.
Pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Manajer proyek, individu yang bertanggung jawab atas manajemen suatu
proyek
2. Pelaksana proyek, organisasi yang pegawainya paling terlibat secara
langsung dalam pengerjaan proyek
3. Customer atau user, pihak individu maupun organisasi yang akan
menggunakan hasil dari proyek
4. Anggota tim proyek, tim yang melaksanakan pekerjaan proyek
5. Sponsor, individu atau kelompok dalam atau eksternal organisasi yang
memberi dukungan dana tunai atau sejenisnya untuk proyek (Santosa,
Budi, 2009)
3.6. SIKLUS PROYEK
Siklus pada proyek konstruksi ialah tahap-tahapan yang saling berhubungan
mulai awal kegiatan proyek sampai akhir kegiatan proyek. Mengingat suatu