• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Fawzia Rachmi Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Lhokseumawe / 14 Januari 1993 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Blok L 5A, Komplek Taman Setia Budi Indah

Telepon/HP : 08116211493

Email : ojifawzia@gmail.com

PENDIDIKAN

1999-2005 : Sekolah Dasar Swasta 1 Yapena

(2)

2008-2011 : Sekolah Menengah Atas Swasta Yapena

(3)

Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 500,000 2. Biaya penjilidan dan penggandaan skripsi Rp 400,000

__________________________________________________________

Total Rp 900,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

(4)

Lampiran 3

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan

proposal 2. Seminar proposal 3. Pengumpula

n data 4. Pengolahan

dan analisis data

5. Penyusunan laporan 6. Seminar

hasil

(5)

LAMPIRAN 4

1. Persentase jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 14-23 28 13.0 13.0 13.0

24-33 23 10.6 10.6 23.6

34-43 43 19.9 19.9 43.5

44-53 54 25.0 25.0 68.5

54-63 49 22.7 22.7 91.2

64-73 15 6.9 6.9 98.1

>74 4 1.9 1.9 100.0

Total 216 100.0 100.0

2. Persentase jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 90 41.7 41.7 41.7

Perempuan 126 58.3 58.3 100.0

(6)

LAMPIRAN 5 DATA MENTAH

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 211.

2. Saikhedkar R, Neema H. Evaluation of various factors for extraction of teeth in a rural dental college. Journal of Pierre Fauchard Academy 2014; 28: 28. 3. Ngangi R, Mariati N, Hutagalung B. Gambaran pencabutan gigi di balai

pengobatan rumah sakit gigi dan mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2012. 2012: 2.

4. Preethanath R. Reason for tooth extraction in urban and rural populations of saudi arabia. Pakistan Oral and Dental Journal 2010; 30(1): 199.

5. Dixit L, Gurung C, Gurung N, Joshi N. Reasons underlying the extraction of permanent teeth in patient attending peoples dental college and hospital. Nepal Med Coll J 2010; 12(4): 204.

6. Gossadi Y, Nahari H, Kinani H, Abdelwahab S, et al. Reasons for permanent teeth extraction in jizan region of Saudi Arabia. Journal of Dental and Medical Sciences 2015; 14: 3.

7. Jafarian M, Etebarian A. Reasons for extraction of permanent teeth in general dental practices in Teheran, Iran. Med Princ Pract 2013; 22: 1-5.

8. Rowson J, Slaney A. Dentistry. India: AITBS Publishers dan Distributors, 2001: 96.

9. Nasution M. Pengenalan gigi. Medan: USU Press, 2012: 61-70.

10.Hupp J, Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 6 th ed., Missouri: Elsevier, 2014: 91, 179.

11.Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: EGC, 2014: 1.

12.Bagheri S,Bell B, Khan H. Current therapy in oral and maxillofacial surgery, Missouri: Elsevier, 2012: 250.

(19)

14.MedicineNet. Definition of vincent angina. (6 April 2012).

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6261. (3 Maret 2016).

15.Darby M, Walsh M. Dental hygiene: Theory and practice. 4 th ed., Missouri: Elsevier, 2015: 569, 570.

16.Dostalova T, Seydlova M. Dentistry & oral diseases for medical students. Praha: Grada, 2010: 75.

17.Gozhenko A, Gurkalova I. Pathology. Radom: Radom University, 2009: 279, 280.

18.Ghosh P. Synopsis of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2006: 6.

19.Adha H. Embolisasi pada malformasi arteriovenosa otak. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013: 3.

20.Ghorpade K. Essentials of local anesthesia with MCQs. New Delhi: Jaypee, 2006: 29-30.

21.Logothetis D. Local anesthesia for the dental hygienist. Missouri: Elsevier, 2012: 230.

22.Kademani D, Tiwana P. Atlas of oral & maxillofacial surgery. Missouri: Elsevier, 2015: 87.

23.Koerner K. Manual of minor oral surgery for the general dentist. Iowa: Blackwell Munksgaard, 2006: 31.

24. Peterson L. Oral and maxillofacial surgery. 4 th ed., Missouri: Mosby, 2003: 140-1.

25.Pogrel M, Kahnberg K, Anderson L. Essentials of oral and maxillofacial surgery. Sussex: Wiley, 2014: 53.

26.Riawan L. Penanggulangan komplikasi pencabutan gigi. Bandung: Universitas Padjajaran, 2002: 16-7.

(20)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Penelitian survei deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada 1 Desember 2015 hingga 31 Januari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin pada Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari Januari 2013 hingga Desember 2014, yaitu sebanyak 823 kasus.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari Januari 2013 hingga Desember 2014 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini dan tercatat dalam rekam medis. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara

simple random sampling, yaitu setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang

(21)

lotere (undian). Tentukan dulu nomor setiap unit di dalam populasi sehingga didapat

sampling frame (daftar populasi). Lalu diambil secara acak gulungan kertas yang

berisi nomor-nomor tersebut sejumlah yang ditentukan. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random sampai memperoleh sampel sebanyak 216 orang. Besar sampel pada penelitian ini diperoleh dari rumus di bawah ini:27

n : Jumlah sampel

: Skor derajat kepercayaan, dalam penelitian ini 1,96

P : Proporsi kasus penelitian sebelum ini = 16,5% Q : 1-P

d : Presisi mutlak = 5%

Jika dimasukkan dalam rumus:

n= (1.962)(0.165) (0.835) 0.052

(22)

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Seluruh data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014.

2. Data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014 yang memiliki informasi mengenai data pribadi (umur dan jenis kelamin).

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014 yang tidak mempunyai informasi mengenai data pribadi (umur dan jenis kelamin).

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

NO Variabel Penelitian Definisi Operasional

1 Umur Usia pasien pencabutan gigi anterior maksila yang tercatat dalam rekam medis.

(23)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui data sekunder, yaitu rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari tahun 2013-2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dimulai dari Januari 2013 hingga Desember 2014.

3.7Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk mendapatkan data adalah rekam medik.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word.

3.9 Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif, yaitu analisis univariat. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.

3.10 Ethical Clearance

Ethical clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah perempuan yang tercatat dalam rekam medis.

3 Pencabutan gigi anterior maksila

(24)
(25)

3.11 Alur Penelitian

Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari komisi etik.

Setelah itu, dilakukan pengolahan dan analisis data. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data dalam table frekuensi

dan melakukan coding data.

Perhitungan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

Peneliti menghitung jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan usia dan

(26)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Anterior Maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

Dari data sekunder rekam medis, diperoleh jumlah pasien pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU adalah sebanyak 823 pasien. Rincian data pencabutan gigi anterior maksila adalah sebagai berikut:

 Sebanyak 553 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada tahun 2013.

 Sebanyak 270 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada tahun 2014.

Tabel 1. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

Tahun Jumlah

2013 553

2014 270

Total 823

(27)

4.2 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014

Berdasarkan uraian di atas telah disebutkan bahwa jumlah seluruh sampel adalah 216 orang. Dari 216 orang tersebut, jumlah pasien yang paling banyak melakukan pencabutan gigi anterior maksila adalah rentang umur 44-53 tahun, yakni sebanyak 54 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 60 buah dengan persentase sebesar 25% kemudian diikuti rentang umur 54-63 tahun sebanyak 49 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 71 buah dengan persentase 22,7%, usia 34-43 tahun sebanyak 43 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 50 buah dengan persentase 19,9%, usia 14-23 tahun sebanyak 28 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 33 buah dengan persentase 13% , usia 24-33 tahun sebanyak 23 orang dan jumlah gigi yang dicabut 25 buah dengan persentase 10,6% , usia 64-73 tahun sebanyak 15 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 21 buah dengan persentase 6,9% dan pasien yang paling sedikit melakukan pencabutan gigi anterior maksila adalah usia 74 tahun ke atas, yaitu sebanyak 4 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 8 buah dengan persentase 1,9%.

Tabel 2. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

(28)

Tabel 3. Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

Tabel 4. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

33

14-23 24-33 34-43 44-53 54-63 64-73 >74

Jumlah kasus pencabutan gigi anterior

maksila berdasarkan umur

14-23 24-33 34-43 44-53 54-63 64-73 >74

Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila

berdasarkan umur

(29)

4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014

Dari 216 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila, terdapat sebanyak 90 pasien berjenis kelamin laki-laki yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 dengan persentase sebesar 41,7%. Sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 126 orang dengan persentase sebesar 58,3%. Dengan demikian, rasio perbandingan jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1 : 1,4.

Tabel 5. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase

Laki-laki 90 41,7%

Perempuan 126 58,3%

(30)

Tabel 6. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

41,70%

58,30%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Laki-Laki Perempuan

Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila

berdasarkan jenis kelamin

(31)

BAB 5

PEMBAHASAN

Gigi anterior maksila merupakan gigi yang berada di depan dari rahang atas yang terdiri dari gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis dan kaninus. Gigi ini mempunyai fungsi dalam rongga mulut, yaitu dalam pengucapan huruf, pengunyahan, dan estetika.

Dari hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014, diperoleh sebanyak 823 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila. Sehingga diperoleh persentase prevalensi sebesar 11,94%.

Dari keterangan tabel 4 pada bab 4 hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada thun 2013-2014 yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa prevalensi terbesar terdapat pada kelompok umur 44-53 tahun dengan presentase 25%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya I Gossadi dkk yang dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien Polyclinic and Primary Health Centers di Jizan dari bulan Februari hingga Desember 2014. Pada penelitian tersebut didapat bahwa persentase pencabutan tertinggi terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun, yaitu 20,2%.6

Selain itu, hal senada juga disampaikan dalam penelitian Dixit dkk pada pasien pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut Peoples Dental College and

Hospital (PDCH) dari bulan Agustus hingga Oktober 2006. Dixit membagi kelompok

umur sampel penelitiannya menjadi dua, yaitu pasien berusia di bawah 30 tahun dan berusia di atas 30 tahun. Dari 282 pasien yang tercatat, hanya 239 pasien yang mempunyai informasi data lengkap dan didapat sebanyak 189 pasien yang melakukan pencabutan gigi pada usia di atas 30 tahun dengan persentase sebesar 79,1%.5

(32)

yang kurang mendukung berdampak pada pola makan dan asupan gizi yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka peroleh. Sehingga berakibat pada turunnya quality of life terhadap kelompok umur tersebut.7

Pada tabel 6 dalam bab 4 yang telah dibahas, menampilkan keadaan prevalensi pencabutan gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014. Dari hasil penelitian terhadap 216 sampel, diperoleh prevalensi pencabutan gigi anterior maksila pada pasien laki-laki adalah sebesar 41,7% atau sebanyak 90 orang. Sedangkan pada pasien perempuan, diperoleh prevalensi sebesar 58,3% atau sebanyak 126 orang yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila. Dari data tersebut diperoleh perbandingan rasio pasien laki-laki dan perempuan adalah 1:1,4. Data di atas menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak mengalami kehilangan gigi anterior maksila dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini dapat kita lihat dari data kunjungan pasien ke Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU bahwa pasien perempuan yang lebih banyak melakukan kunjungan dan pengobatan.

Dalam penelitian sebelumnya, data ini sesuai dengan penelitian Rilly S Ngangi dkk yang dilakukan di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2012. Dalam penelitiannya ditunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan tindakan pencabutan gigi daripada laki-laki dengan persentase sebesar 59,48%. Sedangkan pasien laki-laki memiliki persentase sebesar 40,52%.3

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014, kasus pencabutan gigi anterior maksila mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 11,94%. Kasus-kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin juga mengalami penurunan, dimana hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

1. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 adalah kelompok umur 44-53 tahun dengan persentase sebesar 25%.

2. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dengan persentase sebesar 58,3%. Sedangkan pasien laki-laki 41,7%. Perbandingan rasio keduanya adalah 1:1,4.

6.2 Saran

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencabutan

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar oleh karena gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.1 Pencabutan gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh seorang dokter gigi. Tahap awal dari prosedur ini adalah membuat pasien pati rasa dan cara yang paling umum untuk memperoleh tujuan tersebut adalah dengan anestesi lokal meskipun ada cara lain seperti hipnotis atau anestesi umum yang dapat digunakan. Pencabutan gigi dilakukan dengan menggunakan tang. Ada berbagai macam tang dirancang agar sesuai dengan gigi dan mulut pasien namun alat yang digunakan dalam setiap kasus ditentukan oleh pengalaman pribadi operator. Pencabutan gigi dapat juga dilakukan dengan menggunakan elevator yang dikhususkan untuk mengungkit gigi. Dalam beberapa kasus, elevator digunakan untuk menggerakkan gigi dengan cara mengungkit dari tulangnya.8

Selama ekstraksi gigi diharuskan untuk tidak merusak gigi tetangga atau jaringan lunak dan termasuk jaringan lunak bibir. Terkadang cedera kecil ini tidak dapat terhindarkan, tergantung dari banyaknya faktor, seperti ukuran, bentuk dari gigi dan mulut itu sendiri, kesulitan pencabutan dan yang paling penting adalah kooperatif dari pasien. Terkadang tang yang besar harus dipakai dan ahli bedah harus berhati-hati akan kemungkinan terjadinya fraktur rahang, khususnya pada pasien lanjut usia dengan tulang yang relatif lebih rapuh dan merusak jaringan sekitar, seperti saraf dan sinus maksilaris.8

(35)

2.2 Anatomi Gigi Anterior Maksila

Gigi anterior maksila terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan kaninus yang masing-masing mempunyai bentuk anatomis dan fungsi yang berbeda-beda.9

2.2.1 Insisivus Sentralis

Gigi ini adalah gigi pertama rahang atas yang terletak di kiri dan kanan garis tengah/median. Permukaan labialnya lebih cembung dibandingkan dengan gigi insisivus lateralis maupun kaninus atas, sehingga bentuk gigi insisivus sentralis maksila seperti segi empat (squared). Insisivus sentralis maksila juga memiliki permukaan enamel yang halus. Gigi ini tumbuh dengan normal, kadang-kadang memiliki radiks pendek tetapi crown panjang, berada paling anterior di dalam rongga mulut. Terdapat dua bentuk dasar: pertama, daerah servikal lebih lebar dibandingkan lebar mesiodistal kontak area; kedua, daerah servikal lebih sempit dibandingkan lebar mesiodistal kontak area.9

2.2.2 Insisivus Lateralis

Gigi ini adalah gigi ke-2 dari garis tengah. Gigi insisivus lateralis maksila berfungsi sebagai pelengkap gigi sentralis, bentuk crownnya hampir sama. Seluruh aspek gigi lebih kecil dari gigi insisivus sentralis maksila, kecuali panjang radiksnya. Gigi ini berbeda dengan gigi insisivus sentralis dalam hal perkembangan/pertumbuhan, sering bervariasi. Variasi pertumbuhan gigi disebut perkembangan anomali, salah satunya adalah “peg-shaped”.9

2.2.3 Kaninus Maksila

(36)

lebih besar dan ukuran mesiodistalnya 1 mm lebih kecil bila dibandingkan dengan insisivus sentralis maksila.9

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan 2.3.1 Indikasi Pencabutan

Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi, sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai berikut:10

1. Karies

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan oleh berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme, air ludah, permukaan dan bentuk gigi. Karies merupakan alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies parah yang sudah tidak dapat direstorasi. Seberapa luas karies dan pertimbangan tidak direstorasinya gigi merupakan keputusan yang dibuat antara dokter gigi dengan pasien. Terkadang, kompleksitas dan biaya yang diperlukan untuk perawatan gigi dengan karies parah, membuat pencabutan menjadi pilihan yang wajar.10,11

2. Gigi dengan patologi apikal

(37)

3. Penyakit Periodontal

Alasan umum pencabutan gigi adalah penyakit periodontal yang luas dan parah. Penyakit periodontal kronis adalah suatu proses peradangan immune-mediated yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dan mengakibatkan kerusakan terhadap struktur pendukung gigi dan tulang disekitarnya. Pada umumnya periodontitis kronis adalah gangguan yang tidak menyakitkan. Biasanya pasien hanya mengeluh adanya pembengkakan pada gusi karena inflamasi dan berdarah ketika meyikat gigi atau pada saat probing. Hal ini terjadi karena hilangnya perlekatan gingiva disekitar leher gigi dan kehilangan pendukung tulang yang mengakibatkan mobiliti gigi.Jika periodontitis sudah terjadi sekian lama, maka dapat mengakibatkan hilangnya banyak tulang dan mobiliti gigi yang parah. Sehingga gigi yang hipermobiliti tersebut harus dicabut.10,12

4. Alasan Ortodonti

Pasien yang ingin melakukan perawatan ortodonti dengan keadaan lengkung rahang yang tidak cukup memerlukan ekstraksi untuk menyediakan ruang bagi penyelarasan gigi. Gigi-gigi yang paling umum dicabut adalah gigi premolar rahang atas dan rahang bawah, tetapi kadang-kadang insisivus rahang bawah juga perlu diekstraksi untuk alasan yang sama.10

5. Gigi Malposisi

(38)

6. Gigi yang Fraktur

Indikasi ini jelas harus dilakukan pencabutan karena gigi yang telah fraktur. Pencabutan gigi yang mengalami fraktur bisa sangat sakit dan rumit dengan teknik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi fraktur tersebut.10

7. Gigi Impaksi

Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi, maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai. Sehingga harus dilakukan bedah untuk pengangkatan gigi impaksi tersebut.10

8. Gigi Berlebih (Supernumerary Teeth)

Gigi berlebih biasanya terpendam dan harus dicabut. Gigi ini dapat mengganggu erupsinya gigi dan memiliki potensi menyebabkan gigi resorpsi dan berpindah.10

9. Gigi yang Terlibat dalam Fraktur Rahang

Pasien yang melakukan perawatan fraktur mandibula atau prosesus alveolar terkadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Sebagian besar kondisi gigi yang berada dalam garis fraktur dapat diperthankan, tetapi jika gigi terluka, terinfeksi, dan terluksasi parah dari tulang atau mengganggu reduksi dan fiksasi yang baik dari fraktur, maka diperlukan pencabutan.10

10. Ekonomis

(39)

2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan

Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, bisa menjadi relatif atau absolut tergantung dari kondisi umum dari pasien.13

1.3.2.1 Kontraindikasi Relatif

Kondisi dimana pencabutan dapat dilakukan apabila telah dilakukan perawatan yang adekuat sebelumnya. Beberapa keadaan yang termasuk ke dalam kontraindikasi relatif adalah sebagai berikut:13

a. Lokal

1. Patologi Periapikal Terlokasilisasi

Apabila pencabutan dilakukan kemudian infeksi menyebar luas secara perlahan, maka antibiotik sebaiknya diberikan terlebih dahulu sebelum pencabutan.13

2. Infeksi Oral seperti Vincent’s angina & Herpetic gingivostomatitis

Vincent’s angina merupakan „parit mulut‟, infeksi progresif yang

menyakitkan dengan ulserasi, pembengkakan dan peluruhan dari jaringan mati dari mulut dan tenggorokan karena penyebaran infeksi dari gusi. Bakteri tertentu (termasuk bakteri fusiform dan spirochetes) diduga terlibat. Penanganan yang baik adalah menggunakan antibiotik penicilin.14 Infeksi ini harus ditangani terlebih dahulu lalu diikuti dengan pencabutan.13

Herpetic gingivostomatitis merupakan manifestasi orofasial yang paling

umum terjadi dari infeksi HSV-1 dan penyakit ini memiliki karakteristik berupa lesi

vesiculoulcerative oral dan perioral. Virus herpetic gingivostomatitis menyebar

melalui kontak fisik. Walaupun penyakit ini merupakan penyakit „self-limiting

disease‟, pasien yang terkena herpetic gingivostomatitis dapat merasakan nyeri hebat

dan sulit makan ataupun minum. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa ulser dengan lingakaran merah yang mengelilinginya (ekstraoral pada kulit dan vermillion

(40)

sakit kepala dan pembengkakan jaringan limpha. Maka dari itu, segala perawatan gigi harus ditunda terlebih dahulu hingga pasien dinyatakan sembuh.15

3. Penyakit Ganas

Penyakit ganas seperti gigi yang berada didalam area tumor, apabila dicabut dapat menyebarkan sel dan kemudian dapat mempercepat proses metastasis.13

4. Pencabutan gigi pada rahang yang baru saja terkena paparan radiasi. Perubahan-perubahan pada tulang rahang pasca terkena paparan radiasi dapat terjadi pada pasien yang menjalani radiografi kepala dan leher. Lalu, sebelum dilakukannya radiografi semua gigi nekrosis, semi-impaksi, dan impaksi, atau gigi dengan penyakit periodontal harus dicabut. Jika tidak, gigi ini dapat mengalami osteoradionekrosis diakibatkan gangguan vaskularisasi pada tulang (dicurigai munculnya mikrotrombi kecil pada pembuluh darah), dan inilah mengapa tulang menjadi tidak mampu merespon agen infeksi. Pada kasus pencabutan, biasanya pasien diberi antibiotik intravena.13,16

b. Sistemik

1. Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol

(41)

Pasien DM yang menjalani prosedur bedah minor dapat mengalami ketoasidosis diabetik (KAD) dikarenakan oleh stress. Respon stress mengarah pada suatu rantai metabolisme dan perubahan-perubahan neurohormonal yang mana membentuk suatu mekanisme untuk mengatasi stress. Hiperglikemia yang disebabkan karena stress, dihubungkan dengan hipersekresi dari hormon counterregulatory (bersifat melawan terhadap sistem regulasi) seperti katekolamin, glukagon, kortisol dan hormon pertumbuhan yang antagonis terhadap efek insulin dengan meningkatkan produksi glukosa. Hasil ini dalam suatu sirkulasi glukosa dari glikogenolisis dan gangguan penggunaan glukosa (hiperglikemia mengganggu penggunaan glukosa dan sekresi sisa insulin).1

2. Penyakit Kardiovaskular

Penyakit jantung yang sering menyulitkan pencabutan diantaranya adalah infark miokardial dan angina pektoris. Infark miokardial adalah proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Berawal dari terbentukya plak dari arterosklerosis yang menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri. Beberapa gejala klinis dari pasien infark miokardial adalah nyeri dada, sesak nafas, gejala gastrointestinal (mual dan muntah), rasa pusing dan sinkop.13

Angina pektoris adalah nyeri substernal yang hebat akibat menyempitnya arteri koroner jantung dan menurunnya aliran darah ke jantung. Nyeri angina menyebar ke lengan kiri, punggung, rahang atau ke daerah abdomen.13 Seorang dokter gigi harus mengikuti beberapa prosedur pencegahan seperti:1

 Memperoleh riwayat pasien secara detail

(42)

 Pemberian profilaksis antibiotik untuk mencegah bakteri endokarditis dikarenakan Streptococcus viridans yang masuk ke dalam aliran darah, bersamaan saat pencabutan.

 Protokol pengurangan stress sebaiknya diikuti.

3. Hipertensi

Pencabutan dapat dilakukan pada hipertensi ringan dan sedang, yaitu ketika tekanan sistolik dibawah 200 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 110 mmHg. Pencabutan menjadi kontraindikasi ketika tekanan darah melebihi nilai yang disebutkan di atas.1

4. Penyakit Addison‟s dan Pasien Terapi Steroid Jangka Panjang

Insufisiensi kronis dari substansi kortikal pada manusia dikenal dengan penyakit Addison‟s. Lebih sering muncul karena tuberkulosis kelenjar adrenal, atrofi substansi kortikal karena penyakit dengan infeksi berat atau karena penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Penyakit ini ditandai dengan badan lemas, mudah lelah, tidak nafsu makan, disfungsi saluran pencernaan, hipotensi arteri, dan terjadinya hiperpigmentasi pada kulit. Pasien yang mengidap penyakit Addison‟s memiliki efek patogenik yang berbeda, seperti trauma, infeksi, perdarahan dan bahkan pencabutan gigi dapat mengakibatkan insufisiensi akut substansi kortikal dari kelenjar adrenal.17

(43)

pengobatan gigi. Untuk mencegah ini, 100 mg hidrokortison sebaiknya diberikan terlebih dahulu sebelum proses pengobatan.1,13

5. Demam Tanpa Penyebab yang Jelas

Alasan yang sering terjadi adalah bakteri endokarditis subakut dan pencabutan pada kondisi ini dapat menyebabkan bakterimia kemudian perawatan yang tepat harus dilaksanakan.13

6. Nephritis (Penyakit Ginjal)

Pencabutan pada gigi yang sudah terinfeksi secara kronis, sering kali menyebabkan nefritis akut maka sebelum dilakukannya pengobatan gigi, investigasi secara seksama sebaiknya dilakukan.13

7. Kehamilan

Kehamilan merupakan keadaan fisiologis normal dan tidak diperhatikan sebagai kontraindikasi dalam pencabutan kecuali terdapat beberapa komplikasi. Faktor yang beresiko tinggi menunjukkan, perlakuaan terhadap seorang pasien ibu hamil ialah mencegah kerusakan genetik terhadap janin. Perawatan yang ekstrim sebaiknya dilakukan selama radiografi dental dan pemberian obat.1 Hanya trisemester kedua yang aman untuk dilakukannya pencabutan. Pencabutan sebaiknya dicegah pada trisemester pertama dan ketiga, hal ini dikarenakan dapat terjadinya risiko kelahiran prematur dan timbulnya supine hypotensive syndrome.13,18

1.3.2.2 Kontraindikasi Absolut

(44)

a. Lokal

1. Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous.

Malformasi arterio-venous adalah suatu lesi pada pembuluh darah dimana terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan terjadinya shunting patologis pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui kapiler.19 Nidus sering diketahui sebagai benda asing pada parenkim serebral dan terkadang membentuk lesi berukuran besar yang menempati lobus otak. Selama bertahun-tahun, AVM diduga disebabkan oleh kelainan kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa AVM juga merupakan kelainan yang didapat. AVM tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan sedikit atau tanpa risiko pada kesehatan atau kehidupan seseorang, sedangkan lainnya menyebabkan efek berat dan mematikan apabila timbul perdarahan.19

b. Sistemik

2.4 Teknik Anestesi Gigi Anterior Maksila

Teknik yang digunakan untuk menganestesi gigi anterior maksila adalah injeksi supraperiosteal yang melumpuhkan nervus alveolaris superior anterior. Teknik ini dapat menganestesi keenam gigi anterior. Larutan anestetikum dideponir dekat

atau pada permukaan periosteum. Anestetikum berdifusi ke dalam periosteum ,tulang yang porus hingga bagian periapikal gigi. Dalam hal ini, membran mukosa,

tulang alveolar, dan gigi akan teranestesi. Jika injeksi yang diberikan jauh dari permukaan periosteal, jumlah larutan anestesi yang tersedia untuk berpenetrasi hingga periosteum dan tulang akan berkurang.20

(45)

melakukan prosedur pencabutan. namun demikian, pasien mungkin dapat merasakan sakit apabila jarum suntik membuat kontak tulang terhadap periosteum. Dalam hal ini, jarum harus ditarik dan dimasukkan kembali lebih jauh (ke lateral) dari periosteum.21

2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila

Gerakan pencabutan terdiri dari pengaplikasian yang lembut dan tekanan terkontrol pada daerah apikal. Tulang alveolar dilonggarkan secara berulang dengan gerakan ke arah labial dan palatal. Kemudian tingkatkan tekanan terhadap gigi secara bertahap. Secara anatomis, akar gigi anterior rahang atas berbentuk konus, maka diaplikasikanlah gerakan rotasional yang selanjutnya digunakan untuk memutuskan ligamen periodontal dan membantu dalam melepaskan gigi. Gigi dilepaskan dengan gerakan mencabut yang lembut, hati-hati, dan tidak menggunakan tekanan yang berlebihan. Pencabutan yang keras dapat membuat tang melukai gigi tetangga, menyebabkan fraktur gigi dan tulang alveolar.22,23

2.5.1 Pencabutan Gigi Insisivus Maksila

(46)

2.5.2 Pencabutan Gigi Kaninus Maksila

Kaninus merupakan gigi dengan akar terpanjang. Penampang akarnya berbentuk lonjong dan biasanya terdapat tonjolan yang disebut eminensia kaninus pada permukaan anterior. Seluruh tulang pada sisi labial umumnya sangat tipis. Meskipun tulang labial tipis, gigi ini sulit untuk dicabut karena akarnya yang panjang. Pencabutan gigi kaninus maksila menggunakan tang universal gigi atas (no. 150). Gerakan awal berada pada aspek bukal, dengan tekanan balik ke arah palatal. Ketika tulang diperluas dan gigi digoyangkan, posisi tang harus berada di daerah apikal. Tekanan rotasional yang ringan sangat berguna untuk melonggarkan socket gigi, terutama apabila gigi sebelahnya hilang atau telah dicabut. Saat gigi telah benar-benar goyang, maka gigi dikeluarkan dari soket dengan gerakan dari labial ke insisial menggunakan tang pencabutan.24

2.6 Komplikasi Pencabutan

Pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang terlalu dipaksakan dan teknik yang salah sering menimbulkan komplikasi, diantaranya fraktur alveolar, masuknya fragmen akar ke rongga sinus, perdarahan berlebihan, rasa sakit pada jaringan keras dan pembengkakan.10,13,25,26

2.6.1 Fraktur Tulang Alveolar

(47)

2.6.2 Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris

Komplikasi ini bisa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus maksilaris atau perluasan sinus yang besar dan ujung akar yang bengkok. Biasanya terjadi pada akar gigi premolar dan molar atas dan yang sering terjadi pada akar palatal.pada kasus seperti ini, pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus dihindari.13

2.6.3 Perdarahan yang Berlebihan

Perdarahahan pasca pencabutan merupakan efek samping dari prosedur dentoalveolar. Pada pasien yang sehat, perdarahan yang terjadi adalah perdarahan yang minimal dan dapat berhenti dengan sendirinya melalui proses clotting. Penting untuk dapat membedakan perdarahan aktif setelah pembedahan. Pasien akan sering mengeluh perdarahan yang belebihan karena mereka telah melihat darah di dalam air liur mereka. Darah yang mengalir seharusnya berhenti dalam waktu 36-72 jam pasca pencabutan, harus merespon tekanan, dan umumnya hal ini merupakan gangguan bagi pasien. Sebaliknya, pasien dengan perdarahan aktif akan sering megeluhkan mulut mereka yang penuh dengan darah segera setelah melepaskan pembalut kasa.25

2.6.4 Rasa Sakit pada Jaringan Keras

Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrumen atau bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara teknis melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone file serta membersihkan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan kemungkinan penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi.26

2.6.5 Pembengkakan pasca operasi

(48)

2.7 Kerangka Teori Pencabutan Gigi

Definisi pencabutan gigi

Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi

Teknik anestesi gigi anterior maksila

Teknik pencabutan gigi anterior maksila

Komplikasi pencabutan Anatomi gigi anterior maksila

1.Insisivus Sentralis

2.Insisivus Lateralis

(49)

2.8 Kerangka Konsep

Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan Pencabutan Gigi Anterior

Maksila :

1. Insisivus sentralis 2. Insisivus lateralis 3. Kaninus

(50)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksodonsia merupakan cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan pencabutan gigi dari soket di dalam tulang. Pencabutan gigi yang ideal didefinisikan sebagai pencabutan seluruh bagian gigi atau akar gigi tanpa rasa sakit dengan trauma yang minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga luka bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.1 Meskipun banyak perkembangan berbagai tindakan pencegahan dan konservatif dalam kedokteran gigi, pencabutan gigi masih menjadi salah satu prosedur yang umum dilakukan dalam praktik sehari-hari.2

Tindakan pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir apabila gigi pasien sudah rusak dan tidak dapat dirawat lagi. Banyak diantara kalangan masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya mempertahankan gigi didalam rongga mulut, namun tidak sedikit juga yang masih belum mengerti dan cenderung untuk mencabut gigi yang rusak daripada merawat gigi tersebut.3

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan gigi, dokter gigi dituntut untuk memahami bentuk dan penyebab kerusakan gigi. Survei dilakukan untuk menentukan alasan pencabutan gigi berdasarkan umur dan jenis kelamin.4

(51)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saikhedkar dan Neema pada pasien

College of Dental Science & Hospital, Rau, Indore, didapat bahwa 1608 pasien

melakukan pencabutan gigi permanen, dimana 840 (52,23%) adalah laki-laki dan 768 (47,76%) adalah perempuan.2

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dixit pada pasien yang melakukan pencabutan gigi di rumah sakit di Nepal, menunjukkan bahwa terdapat 282 pasien yang melakukan pencabutan, dimana 126 (46%) adalah laki-laki dan 156 (54%) adalah perempuan.5

Gossadi, Nahari, Kinani dkk dalam penelitiannya menemukan bahwa persentasi pencabutan gigi tertinggi terdapat pada pasien muda dengan kelompok umur 20-29 tahun. Karies merupakan alasan terbanyak penyebab pencabutan gigi pada kelompok umur 20-29 (33,3%) diikuti oleh alasan ortodonti pada kelompok umur yang sama. Penyakit periodontal merupakan alasan pencabutan terbanyak pada kelompok umur 40-49 (23,4%) dan 50-59 (37,5%).6 Senada dengan Gossadi dkk, Preethanath juga mengungkapkan bahwa usia 20-30 tahun (< 50 tahun) pencabutan gigi cenderung disebabkan oleh karies.4

Preethanath pada penelitiannya juga menemukan bahwa dari 2800 gigi yang dicabut pada 400 masyarakat perkotaan (urban) Arab Saudi, sebanyak 8,29% (116) pada gigi anterior maksila, 56% (784) pada gigi posterior maksila, 6% (84) pada gigi anterior mandibula, dan 29,71% (416) pada gigi posterior mandibula. Sedangkan pada 420 masyarakat pinggiran (rural) Arab Saudi, sebanyak 11,43% (160) pada gigi anterior maksila, 38% (532) pada gigi posterior maksila, 10% (140) pada gigi anterior mandibula dan 40,57% (568) pada gigi posterior mandibula.4

(52)

1.2Rumusan Masalah

1. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

2. Berapa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

3. Berapa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

1.3Tujuan Penelitian Tujuan umum

1. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur

2. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memberi konstribusi bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi dimana temuan-temuan empiris dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan berharga sekaligus sebagai pengkayaan materi dalam ilmu kedokteran gigi.

(53)

3. Memberikan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

(54)

PREVALENSI PENCABUTAN GIGI ANTERIOR

MAKSILA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS

KELAMIN DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT

RSGMP FKG USU TAHUN 2013-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH : Fawzia Rachmi NIM: 120600147

Pembimbing:

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(55)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2016

Fawzia Rachmi

Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.

xi + 36 halaman

(56)

kepustakaan yang ada disertai dengan perhitungan berupa persentase. Persentase

pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 adalah 11,94%. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 44-53 tahun dengan persentase sebesar 25%. Sedangkan prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dengan persentase 58,3%.

(57)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Maret 2016

Pembimbing: Tanda tangan

(58)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 14 Maret 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Isnandar, drg., Sp. BM

(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Ir. H. Zahrul Fuadi T, PE dan Ibunda Hj. Andian, SKM atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi tanpa jemu selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang sangat banyak memberikan bantuan.

6. Adik satu-satunya yang senantiasa mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis, Raisha Fathima.

7. Teman-teman semasa perkuliahan dan tidak lupa teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi di Dept. Bedah Mulut dan Maksilofasial. Semoga semuanya sukses dalam menyiapkan skripsi.

(60)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 14 Maret 2016

Penulis,

(61)

DAFTAR ISI

2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan... 10

2.3.2.1 Kontraindikasi Relatif... 10

2.3.2.2 Kontraindikasi Absolute... 14

2.4 Teknik Anastesi Gigi Anterior Maksila... 15

2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila... 16

2.5.1 Pencabutan Gigi Insisivus Maksila... 16

2.5.2 Pencabutan Gigi Kaninus Maksila... 17

2.6 Komplikasi Pencabutan... 17

(62)

2.6.2 Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris... 18

2.6.3 Perdarahan yang Berlebihan... 18

2.6.4 Rasa Sakit pada Jaringan Keras... 18

2.6.5 Pembengkakan Pasca Operasi... 18

2.7 Kerangka Teori... 19

2.8 Kerangka Konsep... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1 Jenis Penelitian………...……. 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….… 21

3.3.1 Populasi... 21

3.3.2 Sampel... 21

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... 23

3.4.1 Kriteria Inklusi... 23

3.4.2 Kriteria Eksklusi... 23

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………... 23

3.6 Metode Pengumpulan Data………... 24

3.7 Alat Penelitian... 24

3.8 Pengolahan Data………... 24

3.9 Analisa Data………. 24

3.10 Ethical Clearance... 24

3.11 Alur Penelitian... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 27

4.1 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Anterior Maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 27

4.2 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 28

4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 30

BAB 5 PEMBAHASAN... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 34

6.1 Kesimpulan... 34

6.2 Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA

(63)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Tahun 2013-2014... 27 2 Persentase pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan

umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

tahun 2013-2014... ... 28 3 Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan

umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

tahun 2013-2014... 29 4 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan

umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

tahun 2013-2014... 29 5 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior

maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen

Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014... 30 6 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdsarkan

jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG

(64)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Biaya Penelitian 3. Jadwal Kegiatan

4. Tabel SPSS

5. Tabel Data Mentah

Gambar

Tabel 1. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014
Tabel 2. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di
Tabel 3. Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di
Tabel 5. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pencatatan nomor kendaraan, perhitungan lama waktu kendaraan di dalam area parkir dan perhitungan biaya parkir menggunakan aplikasi komputer memiliki manfaat yang sangan besar

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan

Penulisan Ilmiah kali ini membahas tentang bagaimana membuat sebuah aplikasi Tools yang dapat membantu seorang pengguna atau khususnya bagi yang ingin mengetahui atau

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan

Dengan berbagai kelas yang disuguhkan pada website ini diharapkan dapat memanjakan masyarakat luas dalam mencari informasi produk mobil Toyota. Aplikasi ini dapat diterapkan

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan