• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon masyarakat terhadap sanitasi melalui septictank ramah lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di

Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan (Kuesioner) No. Urut Responden : ____ I. Petunjuk Pengisian

a. Isilah dengan menuliskan keterangan yang diminta tentang data pribadi Saudara/Saudari pada identitas Responden.

b. Pilihlah jawaban dan beri tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut Saudara/Saudari.

c. Isilah pertanyaan-pertanyaan di dalam angket dan berilah jawaban secara tertulis. II. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Agama :

5. Suku Bangsa : 6. Pendidikan terakhir :

a. Tidak Sekolah b. SD

c. SMP d. SMA

e. Akademi/ perguruan tinggi 7. Status perkawinan : 8. Status anak : 9. Pekerjaan :

a. Petani b. Buruh

c. Pegawai Negeri d. Wiraswasta

(2)

III. Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan dilihat melalui :

A. Persepsi

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan Sanitasi lingkungan?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

2. Apakah bapak/ibu mengetahuipentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan? a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

3. Apakah bapak/ibu megetahui bahwa limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

4. Apakah bapak/ibu setuju bila limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat menyebabkan penyakit diare/mencret karena limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung bakteri E- coli?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

5. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank? a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

6. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat septictank? a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

7. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank ramah lingkungan ? a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

8. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat dari septictank ramah lingkungan ?

a. Mengetahui

(3)

9. Apakah bapak/ibu mengetahui perbedaan antara septictank biasa (resapan) dengan septictank ramah lingkungan?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

10. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI tersebut?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

11. Apakah bapak/ibu mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

B. Sikap

12. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI?

a. Membantu b. Kurang membantu c. Tidak membantu

13. Apakah menurut bapak/ibu program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut bermanfaat?

a. Bermanfaat

b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat

14. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang septictank ramah lingkungan ? a. Mengurangi tingkat pencemaran

b. Septictank biasa sudah cukup c. Keduanya A dan B tidak perlu

15. Apakah septictank ramah lingkungan penting untuk dibangun di daerah tempat bapak/ibu tinggal?

a. Penting b. Kurang penting c. Tidak penting

16. Apakah bapak/ibu mendukung adanya program septictank ramah lingkungan tersebut guna kelangsungan kesehatan lingkungan generasi mendatang? a. Mendukung

(4)

17. Apakah dirumah bapak/ibu terdapat septictank sebagai tempat pembuangan kotoran tinja?

a. Ya b. Tidak

18. Apakah menurut bapak/ibu septictank biasa(resapan) saja sudah cukup tanpa harus membangun septictank ramah lingkungan?

a. Tidak cukup b. Kurang cukup c. Cukup

19. Apakah bapak/ibu berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan tersebut ?

a. Berminat b. Belum berminat c. Tidak berminat

20. Apakah bapak/ibu yakin kesehatan bapak/ibu akan lebih terjamin jika menggunakan septictank ramah lingkungan?

a. Yakin b. Kurang yakin c. Tidak yakin

21. Bagaimana tanggapan bapak/ibu jika dikeluarakan peraturan melarang membuang limbah BAB sembarangan (parit, sungai)?

a. Setuju (karena tingkat pencemaran lingkungan sudah sangat parah) b. Kurang setuju (tingkat pencemaran belum tinggi/biasa saja) c. Tidak setuju (tidak perlu sampai dikeluarkan peraturan)

22. Apakah bapak/ibu setuju jika pemerintah menetapkan peraturan tentang keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing rumah tangga?

a. Setuju (untuk mengurangi tingkat pencemaran, dan melestarikan lingkungan kedepannya)

b. Kurang setuju (septictank ramah lingkungan penting tapi tidak semua mampu membangunnya)

c. Tidak setuju (tidak penting dan tidak semua mampu membangunnya) C. Partisipasi

23. Apakah ada pertemuan/musyawarah antara warga dengan pihak Puskesmas mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan?

a. Ada b. Tidak ada

24. Jika ada, bagaimana partisipasi kehadiran bapak/ibu dalam pertemuan/ musyawarah tersebut?

a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)

(5)

25. Bagaimana intensitas kehadiran bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan dari Lembaga YAKMI tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?

a. Aktif (1 kali dalam seminggu atau lebih) b. Kurang aktif (1 kali dalam dua minggu) c. Tidak Aktif (1 kali dalam sebulan)

26. Bagaimana partisipasi bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan yang diadakan Lembaga YAKMI tersebut?

a. Aktif b. Kurang aktif c. Tidak aktif

27. Kepada siapa sajakah bapak/ibu menyampaikan tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?

a. Kerabat, orang lain diluar daerah saya b. Keluarga

c. Tidak Pernah

28. Kapan sajakah bapak/ibu membersihkan lingkungan disekitar rumah bapak/ibu sendiri?

a. Setiap hari

b. Bila kelihatan kotor c. Tidak Pernah

29. Apakah bapak/ibu aktif mengikuti kegiatan bersama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan, seperti gotong royong membuang sampah, membersihkan parit?

a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)

b. Kurang aktif ( 2 kali dalam sebulan atau kurang) c. Tidak pernah

30. Apakah bapak/ibu sering melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan?

a. Melibatkan setiap hari

b. Kurang melibatkan (seminggu sekali) c. Tidak melibatkan

31. Apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam pembuatan septictank ramah lingkungan di rumah anda?

a. Berpartisipasi

b. Kurang berpartisipasi c. Tidak berpartisipasi

32. Apakah bapak/ibu sudah menggunakan septictank ramah lingkungan di rumah?

(6)

Lampiran 1

Tabel Penskoran Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga YAKMI di Kelurahan Kota Bangun

NO PERSEPSI JUMLAH SIKAP JUMLAH PARTISIPASI JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 32

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial : Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta.

Kencana Prenada Media Group

Kusjuliadi, Danang. 2007. Septictank (Pengenalan, Persyaratan, Pembuatan, Renovasi & Pemeliharaan). Depok. Griya Kreasi

Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu

Sarwono, Wirawan Sarlito. 1991.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta. CVRajawali

Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-IlmuKesejahteraan Sosial dan Kesehatan). Medan. PT

Grasindo Monoratama

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa (Menanggulangi Kemiskinan Dengan Prinsip Pemberdayaan

Masyarakat). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

(8)

Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Konsep, Aplikasi & Tantangan. Jakarta. Rajawali Pers

Wijoyo, Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta. PT Citra Aji Parama

Sumber lain :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008

15:00

pukul 18.00

, diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00

Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00

Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30

Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu merupakan

penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena

yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam

variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi

yang berlangsung (Siagian 2011:52).

Melalui penelitian ini penulis akan menggambarkan secara menyeluruh

tentang bagaimana respon masyarakat terhadap sanitasi melaui septictank ramah

lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia

(YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan

Deli Kota Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut

adalah karena masih banyaknya masyarakat setempat yang tidak memiliki

septictank sehingga mengalirkan limbah kotoran tinja dan limbah rumah tangga

nya langsung ke parit-parit dan kemudian dialirkan ke sungai yang berada

disekitar tempat tinggal mereka yakni Sungai Deli. Sehingga septictank ramah

lingkungan ini menjadi hal yang baru untuk masyarakat di Kelurahan Kota

(10)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek,

benda, peristiwa ataupun individu-individu yang akan dikaji dalam suatu

penelitian. Berdasarkan pengertian ini maka dapat dipahami bahwa mengenal

populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian

2011:155).

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,

gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini

dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bangun

dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan atau

sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah lingkungan

berjumlah 150 kepala keluarga.

3.3.2 Sampel

Secara sederhana sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan

penelitian, Roscoe (1998) mendefinisikan sampel sebagian dari obyek,

kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya

atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel

adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya

secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari

(11)

(Siagian, 2011 : 156). Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil

sampelnya sebesar 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009 : 255).

Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan nya adalah 20% x 150 =

30. Maka sampel yang akan diambil peneliti adalah berjumlah 30 kepala

keluarga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini

digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang

menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal,

surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

2) Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan

penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial yaitu:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung

terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitiandi

lokasi penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumulan data dengan cara menyebar daftar

pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga peneliti

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian

(12)

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukandengan

mengajukan pertanyaan secara langsung denganresponden yang

dilakukan untuk memenuhi keleengkapan dari pengisian kuesioner.

d. Dokumentasi, yaitu berupa hasil pengamatan langsung berupa

gambar/foto yang dimuat pada halaman lampiran.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, sehingga nantinya

peneliti dapat menggambarkan informasi data yang diperoleh dalam penelitian.

Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa

(editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan

(tabulating).

1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini diperlukan karena data yang

dihimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, diantaranya

kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan dan bahkan

terlupakan.

2. Pengkodean, adalah pemberian identitas pada data yang sudah di edit

sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

3. Tabulasi, adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi

adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dengan mengatur

(13)

Setelah itu akan disusun dalam bentuk tabel tunggal dan menggunakan

pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi,

dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena

sosial.Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi, maka

ditentukanlah interval kelas sebagai skala pengukuran, yaitu:

�������������= �������������� (�)− ������������ℎ (�)

����������� (�)

=

1

(

1)

3

=

2

3

= 0,66

Maka untuk menentukan kategori responden positif, respon netral atau respon

negatif dapat dilihat dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:

1. Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif

2. Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral

(14)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun

Kelurahan Kota Bangun berada di Kecamatan Medan Deli dan

merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Kota

Bangun berada pada ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut dan

merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata

2510-3000 MM per tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC. Sedangkan

PH tanah adalah 5,5-7. Udara di Kota Bangun sangat bau dan berdebu kondisi

udara di kelurahan ini sangat tercemar berat, tiap hari kita akan melihat awan yang

tertutup oleh awan jarang sekali langit terlihat biru dan jernih. Hal ini disebabkan

banyaknya pabrik yang terdapat di daerah tersebut sehingga polusi yang

dihasilkan pabrik tersebut berpengaruh terhadap kondisi udaranya. Akan tetapi

masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut dan tidak memperdulikannya.

Kelurahan Kota Bangun mempunyai batas-batas wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Titipapan kec. Medan Deli

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Mabar kec. Medan Deli

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang

Kelurahan Kota Bangun ini terdiri dari 8 lingkungan yang

masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu wilayah

(15)

dan yang lainnya adalah Luas industri dan Luas pertanian. Untuk lebih jelasnya

luas Kelurahan Kota Bangun lihat pada tabel berikut:

TABEL 1

Luas Kelurahan Kota Bangun

No Pemanfaatan tanah Luas (km) Persentase (%) 1 Prasarana Umum Lainnya

1,76 Km

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.2 Keadaan Demografis

Kelurahan Kota Bangun mempunyai jumlah penduduk sebanyak 12.355

jiwa yang terdiri dari 1899 Kepala Keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah rata-rata

per KK adalah 6,50 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya

penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari

berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai

suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu terdapat juga penduduk dari suku

Batak, Jawa, Cina, India, Nias dan lain-lain.

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

(16)

TABEL 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 6048 49,71%

2 Perempuan 6226 50,29%

Jumlah 12274 100%

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk

perempuan yang lebih banyak sekitar 50,29 % bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk laki-laki yang hanya sekitar 49,71 %.

4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan

Tabel berikut ini menggambarkan komposisi penduduk kelurahan Kota

Bangun berdasarkan lingkungan.

TABEL 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan

No Lingkungan Jumlah Jiwa

1. I 3450

2. II 1703

3. III 1538

4. IV 452

5. V 1742

6. VI 929

7. VII 1379

8. VIII 1081

Jumlah 12.274

(17)

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Lingkungan I memiliki penduduk

terbanyak dengan 3450 jiwa dan lingkungan IV yang paling sedikit hanya 452

jiwa dengan total penduduk sebanyak 12274 jiwa.

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan

Untuk melihat komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan

jenis kelamin di setiap lingkungannya akan digambarkan di tabel berikut ini.

TABEL 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan

No Jenis

*Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Lingkungan I menjadi daerah yang paling banyak dengan komposisi

laki-laki sebanyak 1724 jiwa dan perempuan dengan 1726 jiwa, sedangkan IV menjadi

yang paling sedikit dengan komposisi laki-laki hanya 224 jiwa dan perempuan

dengan 228 jiwa, dan secara jumlah perempuan lebih banyak dengan 6226 jiwa

sedangkan laki-laki berjumlah 6048 jiwa.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Penduduk kelurahan Kota Bangun terdiri dari beberapa kelompok usia

(18)

TABEL 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Golongan Usia Jumlah Persentase (%) 1 Lebih dari 59 tahun

235

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur

penduduk di Kelurahan Kota Bangun menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini

di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 45,0 %.

Golongan umur 0-18 tahun sekitar 36,7 % sedangkan umur 46 tahun ke-atas ada

sekitar 18,3 %. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di

daerah ini jumlahnya relative rendah. Hal ini disebabkan kesadaran penduduk dan

tekanan ekonomi yang ada sehingga muncul kesadaran mengikuti gerakan

Keluarga Berencana yang semakin meningkat dengan demikian tingkat kelahiran

(19)

dikendalikan. Ini dapat terlihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga di kelurahan

ini adalah 4,57 jiwa per rumah tangga.

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Menurut kriteria agama di daerah ini menganut berbagai macam agama

yang dapat dilihat dari tabel berikut.

TABEL 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk

Kelurahan Kota Bangun mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 60,0 %, dan

sebagian penduduk beragama Kristen Protestan 24,7%, agama Budha 13,3 % dan

Kristen Katholik 2,0 %. Tingkat toleransi beragama didaerah ini sangat tinggi itu

terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini

yang memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama melaksanakan

ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaannya sesuai ajaran di rumah

ibadah masing-masing, di Kelurahan Kota Bangun ini terdapat 3 buah Mesjid,

mushola 4 buah, gereja ada 2 buah, wihara ada 2 buah ( sumber kantor kelurahan

(20)

4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk

Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di

Kelurahan Kota Bangun dapat dilihat dari tabel berikut ini

TABEL 7

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak tamat SD

Tamat SD TamatSMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi/Akademi

927

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Perkembangan pendidikan di daerah ini masih stagnan yang ditandai

dengan peningkatan jumlah lulusan dari SD ke jenjang yang lebih tinggi tidak

mengalami peningkatan yang drastis hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa

jumlah tamatan SD dari yang paling banyak kemudian menurun menjadi 30,81 %

dan lulusan SMA menurun menjadi 18, 49 demikian juga halnya masyarakat yang

mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena

kondisi perekonomian masyarakat yang menengah kebawah sehingga tidak

mampu untuk menyekolahkan anaknya.

4.2.7 Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55

Pengelompokan penduduk usia produktif berdasarkan pekerjaannya

(21)

TABEL 8

Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55

No Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga

Bekerja Penuh bekerja tidak penuh

Pengangguran

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Berdasarkan tabel 7 diatas jumlah pengangguran merupakan yang paling

tinggi mencapai 39,72 % hal ini disebabkan karena krisis global yang melanda

indonesia dan Kawasan Industri Medan juga merupakan salah satu yang terkena

dampak dari krisis global tersebut, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar

dan memPHK karyawannnya.

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini, dimana Berdasarkan Tabel

diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota Bangun yang telah bekerja

tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah buruh. Hal ini

dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan Kota Bangun

(22)

TABEL 9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1

Tukang batu, T.kayu Peternak, Nelayan

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Berdasarkan Tabel diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota

Bangun yang telah bekerja tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah

buruh. Hal ini dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan

Kota Bangun sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah

sebagai buruh.

4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana Jalan

Kondisi jalan di Kelurahan Kota Bangun sebagian besar sudah diaspal

disamping terdapat pula jalan batu dan tanah. Setiap harinya jalan tersebut

menjadi lintasan berbagai kendaraan umum. Sementara jalan besar yakni Jalan

(23)

dan terdapat dua jalur yang dipisah dengan kondisi aspal yang bagus. Jalan ini

adalah jalan lintas truk – truk pengangkut hasil dari pabrik yang ada di Kelurahan

Kota Bangun dan jalan ini juga sebagai jalan lintas yang menghubungkan

Belawan dengan pusat kota Medan.

4.3.2 Sarana Air bersih

TABEL 10

Sarana Air bersih

No Prasarana Air Bersih Jumlah 1

2 3 4

Jumlah Hidran Jumlah Sumur Gali Jumlah Sumur Pompa PAM

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Sarana Air Bersih yang paling banyak digunakan di Kelurahan ini adalah

menggunakan Sumur gali sedangkan yang menggunakan PAM hanya 359

keluarga yang lainnya masih ada yang menggunakan air sungai untuk keperluan

sehari – hari misalnya untuk menyuci dll.

4.3.3 Sarana Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia karena

dalam keadaan sehatlah manusia akan dapat melaksanakan aktivitasnya

sehari-hari. Namun untuk mencapai kesehatan yang baik harus didukung oleh sarana

kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Kota Bangun

belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di kelurahan ini.

Kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko

(24)

sebagai buruh di pabrik yang menggunakan alat berat dan resiko pencemaran

limbah pabrik, misalnya udara dan bahan kimia. Adapun sarana kesehatan dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 11

Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

1

Rumah Sakit Umum Klinik Bersalin

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

4.3.4 Sarana Peribadatan

Untuk melaksanakan ibadah masing-masing agama yang dianut oleh

penduduk di Kelurahan Kota Bangun terdapat berbagai jenis peribadatan yaitu:

TABEL 12

Sarana Peribadatan

No Sarana Peribadatan Jumlah

1

(25)

4.3.5 Sarana Pendidikan

Untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal

dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di

Kelurahan Kota Bangun. Sarana pendidikan yang telah tersedia di kelurahan ini

adalah

TABEL 13

Sarana Pendidikan

No Srana Pendidikan Jumlah

1

2

3

4

Taman Kanak-Kanak

SD

SMP

SMA

2

5

1

-

Jumlah 7

Data tahun 2014 dari profil kelurahan

Di samping pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas terdapat

juga tempat-tempat kursus atau latihan yang bersifat non formal seperti kursus

(26)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Bab ini peneliti menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di

lapangan melalui penyebaran angket. Kuesioner diisi oleh warga dampingan

Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan/sosialisasi mengenai

sanitasi lingkungan, dimana responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk

melengkapi hasil yang didapat dari angket. Pembahasan data dalam penelitian ini

dilakukan peneliti dengan membagi dalam dua sub bab agar penelitian tersusun

secara sistematis, yaitu

a. Analisis Identitas Responden meliputi, usia, jenis kelamin, agama, suku,

pendidikan terakhir dan pekerjaan.

b. Respon masyarakat dampingan Lembaga YAKMI terhadap sanitasi melalui

septictank ramah lingkungan di Kelurahan Kota Bangun.

5.2 Analisis Identitas Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah sebanyak 30 kepala

keluarga dengan demikian satu orang responden mewakili satu keluarga (rumah

tangga). Untuk lebih mengetahui distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

(27)

Tabel 14

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1

2

Laki-laki Perempuan

4 26

13 87

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden

berjenis kelamin perempuan 26 (87%) jauh lebih banyak daripada jumlah

responden berjenis kelamin laki-laki yang hanya 4 (13%) hal tersebut dikarenakan

perempuan lebih banyak yang mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai

sanitasi lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut. Hal ini dikarenakan agenda

sosialisasi biasanya dilakukan setelah acara perwiritan ibu-ibu atau kegiatan cek

kesehatan anak dan kesehatan ibu mengandung dan menyusui yang didakan pihak

puskesmas Kota Bangun dimana kaum perempuanlah yang menjadi pesertanya.

Sedangkan peserta laki-laki biasanya mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan

tersebut dikarenakan sedang membawa istrinya untuk mengikuti kegiatan cek

kesehatan tersebut sehingga dengan tidak sengaja mereka juga ikut menjadi

peserta kegiatan pemicuan tersebut.

Berdasarkan pengamatan peneliti didalam kegiatan sosialisasi/pemicuan

mengenai sanitasi lingkungan oleh lembaga YAKMI tersebut biasanya adalah

orang yang sudah berumah tangga sehingga sudah memiliki rumah/tempat tinggal

sendiri maka biasanya dari mereka sudah berusia diatas 25 tahun, dimana usia

tersebut sudah menjadi usia yang ideal untuk menikah. Hal tersebut memang

(28)

dan sudah memiliki tempat tinggal sehingga nantinya bisa membangun septictank

ramah lingkungan tersebut pada masing-masing rumahnya. Untuk lebih jelasnya

mengenai distribusi responden maka dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 15 jumlah responden berusia 31-40 adalah yang paling

banyak yakni 14 orang (46%). Usia 31-40 masih tergolong usia produktif dan

energik sehingga mereka masih bisa dan antusias untuk mengikuti

sosialisasi/pemicuan tersebut dan juga kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan

dengan kebersihan lingkungan.sedangkan paling sedikit berusia antar 20-30 yakni

hanya 2 orang (2%), hal tersebut dikarenakan para responden adalah mereka yang

sudah berumah tangga sehingga mereka yang berada pada golongan usia tersebut

sangat sedikit dikarenakan masih banyak yang belum menikah/berumah tangga

pada golongan usia tersebut.

Untuk melihat distribusi responden berdasarkan agama dapat dilihat

(29)

Tabel 16

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Usia Frekuensi Persentase (%)

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa semua responden berjumlah 30

orang adalah beragama Islam, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di

kelurahan Kota Bangun adalah beragama Islam dan kegiatan sosialisasi/pemicuan

biasa dilakukan setelah selaesainya kegiatan perwiritan ataupun pengajian ibu-ibu

sehingga mereka yang mengikuti kegiatan tersebut adalah warga dampingan yang

beragama Islam.

Tabel 17

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi Persentase (%)

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak

adalah suku Jawa dengan 16 orang (53%) kemudian suku Melayu 8 orang (27%)

(30)

dikarenakan mayoritas penduduk kelurahan Kota Bangun adalah suku Jawa dan

suku Melayu. Suku Melayu merupakan suku asli dari kelurahan Kota Bangun

dimana Kota Medan bagian utara merupakan daerah yang mayoritas penduduknya

adalah suku Melayu. Dengan Kondisi suku yang terbilang beragam, membuat

warga sehari-hari berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Perbedaan suku tidak menjadi kendala mereka berkomunikasi dan berinteraksi

karena bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia

Tabel 18

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%) 1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden

sangat rendah, setengah dari responden hanya mampu menyelesaikan sekolahnya

pada tingkat Sekolah Dasar yakni 15 orang (50%), kemudian untuk tingkat

pendidikan SMP berjumlah 8 orang (27%) dan SMA berjumlah 7 orang (23%).

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang

tidak mendukung sehingga memaksa untuk memberhentikan pendidikan sang

anak dan juga masyarakat di kelurahan Kota Bangun banyak yang melakukan

pernikahan dini. Mereka memilih untuk memutuskan pendidikannya dan lebih

(31)

Tabel 19

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa responden sebagian besar adalah

ibu rumah tangga yakni berjumlah 14 orang (47%), mereka tidak berkerja

dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk mendapatkan

pekerjaan dan juga dikarenakan suami yang sudah bekerja sehingga mereka lebih

memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumah saja. Kemudian 8 orang (27%)

berprofesi sebagai wiraswasta dimana sebagain besar dari mereka bekerja sebagai

pedagang yang memiliki tempat usaha sendiri. Selanjutnya 5 orang (16%)

responden bekerja sebagai buruh, mereka bekerja pada pabrik-pabrik yang

termasuk dalam Kawasan Industri Medan (KIM) yang berada pada kelurahan

Mabar yang bersebelahan dengan Kelurahan Kota Bangun sehingga pabrik

tersebut dekat dengan tempat tinggal mereka, dan 3 orang (10%) berprofesi

sebagai petani, mereka bekerja sebagai penggarap lahan milik orang lain.

5.3 Respon Masyarakat Dampingan Lembaga YAKMI Terhadap Sanitasi

Melalui Septictank Ramah Lingkungan Di Kelurahan Kota Bangun

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat

(32)

lingkungan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan,

analisis terhadap respon ini dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi.

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah

Lingkungan

Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah

dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah

lingkunganpada tabel di bawah ini.

Tabel 20

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Sanitasi

Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Sanitasi lingkungan adalah suatu cara untuk menyehatkan lingkungan

hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Yang

menjadi indikator dari sanitasi lingkungan ini adalah pengelolaan limbah rumah

tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, Saluran air parit yang baik dan lancar

dan pengelolaan aliran pembuangan air hujan. Berdasarkan tabel 20 dapat dilihat

sebagian besar responden mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi

lingkungan yakni berjumlah 21 orang (70%) dan yang kurang mengetahui

sebanyak 9 orang responden (30%), banyaknya responden yang mengetahui

(33)

sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan yang rutin dilakukan setiap

minggunya. Berdasarkan pengamatan peneliti mereka cukup antusias dan aktif

selama kegiatan, hal ini dikarenakan adanya bantuan pemberian uang kepada

masyarakat yang akan membangun septictank sehingga mereka cukup antusias

dengan kegiatan sosialisasi dan pemicuan tersebut.

Sanitasi lingkungan sangat berguna bagi kehidupan manusia, banyak

manfaat yang didapatkan jika kita mampu menjaga sanitasi lingkungan dengan

baik. Utnuk melihat jawaban responden mengenai manfaat sanitasi lingkungan

bagi kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 21

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya

Sanitasi Lingungan Bagi Kehidupan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa 17 orang responden (56%)

mengetahui pentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan, banyak responden

yang mengetahui dikarenakan mereka aktif pada kegitan sosialisasi dan pemicuan

mengenai sanitasi lingkungan sehingga dapat menjawab pertanyaan tersebut

dengan baik. Responden yang kurang mengetahui berjumlah 13 orang (44%)

mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut tetapi tidak memberikan jawaban

(34)

dengan Ibu Sulastri (32thn) mengatakan “supaya menghindarkan kita dari

penyakit agar tubuh kita jadi lebih sehat”. Tidak ada satupun dari responden yang

tidak mengetahui manfaat dari sanitasi lingkungan bagi kesehatan. Seperti kita

ketahui sanitasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang,

banyak manfaat yang didapatkan apabila sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan

baik, diantaranya adalah mengurangi resiko terkena penyakit, terhindar dari

penyakit diare/mencret, terciptanya hidup yang sehat dan berkualitas,

meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas masyarakat.

Kelima hal tersebut juga menjadi komponen indikator bagi penulis untuk

mengklasifikasikan jawaban dari responden mengenai pentingnya sanitasi

lingkungan bagi kehidupan.

Tabel 22

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB

Sembarangan Dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Sebagian besar responden sudah mengetahui bahwa limbah buang air besar

sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar yakni berjumlah

26 orang (86%) pnegetahuan ini mereka dapatkan dari penyuluhan yang pernah

(35)

dimana poin dari STBM tersebut adalah cuci tangan pakai sabun, tidak buang air

besar sembarangan, pengelolaan samapah rumah tangga dan pengelolaan limbah

rumah tangga. Sementara 4 orang responden (14%) dari masih kurang mengetahui

dikarenaka kurangnya informasi yang didapat dikarenakan kurang aktif dan

kurang berpartisipasi dalam kegiatan-pkegiatan mengenai sanitasi lingkungan.

Limbah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dimana ketika meresap

ketanah maka tanah akan tercemar dengan tercemarnya tanah secara terus

menerus maka ini akan menyebabkan tercemarnya sumur sebagai sumber air

bersih dimana masyarakat kota bangun masih banyak menggunakan sumur bor

sebagai sumber air bersihnya.

Tabel 23

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB

Sembarangan Dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret Karena

Limbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Hampir semua responden setuju bahwa limbah buang air besar sembarangan

(BAB) dapat mencemari lingkungan kemudian akan menyebabkan penyakit

diare/mencret dikarenakan limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung

bakteri penyebab diare yakni bakteri E-coli. Sebanyak 29 responden (96%) setuju

(36)

mencemari lingkungan merusak tanah dan air bersih diketiarnya juga

mengandung bakteri E-coli penyebab penyakit diare, mereka mengetahui hal

tersebut dari buku atau media informasi lainnya tentang kesehatan yang mereka

baca dan juga dari kegiatan pemicuan dari lembaga YAKMI. Sementara 1 orang

responden (4%) kurang setuju karena tidak dapat menjelaskan proses pencemaran

limbah BAB sehingga kurang yakin jika limbah kotoran tinja bisa meresap

ketanah dan mencemari sumber air bersih, hal ini dikarenakan kurangnya

informasi yang didapatkan dan juga tidak aktif nya dalam kegiatan pemicuan.

Tabel 24

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30

orang mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank, semua responden

mengetahui dan mampu menjelaskan dengan baik apa yang dimaksud dengan

septictank dikarenakan semua responden memiliki septictank dirumahnya sebagai

wadah penampungan kotoran/limbah tinja. Septictank merupakan bangunan

penampung kotoran tinja yang biasanya berukuran diatas 1x1 meter dan terbuat

dari batu bata yang biasanya tidak kedap air sehingga limbah kotoran tinja

(37)

Tabel 25

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan

Manfaat Septictank

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30

orang mengetahui apa fungsi dan manfaat septictank, semua responden

mengetahui karena mereka semua memiliki septictank dirumahnya sebagai wadah

penampungan kotoran/limbah tinja. Fungsi septictank adalah menampung kotoran

tinja/limbah rumah tangga dan manfaatnya yakni agar limbah BAB tidak berbau

karena berada didalam sebuah wadah yang tertutup sehingga tidak mencemari

udara, akan tetapi manfaat septictank biasa tidak maksimal dikarenakan

mencemari lingkungan karena meresap dengan tanah sehingga dapat merusak

tanah dan sumber air bersih.

Tabel 26

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank

Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(38)

Berdasarkan tabel 26 bisa dilihat bahwa responden sebagian besar sudah

mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank ramah lingkungan yakni

sebanyak 19 orang (63%), pengetahuan ini mereka dapatkan melalui

sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI

dengan intensitas kehadiran yang aktif dan partisipasi yang juga aktif maka

septictank ramah lingkungan ini sering mereka dengar dan mereka lihat sehingga

dapat menyampaikan dengan baik pengertian dari septictank ramah lingkungan

tersebut. Sementara 11 orang responden (37%) lainnya masih kurang mengetahui

karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah

lingkungan, hal ini dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam

sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang mereka didapatkan.

Septictank ramah lingkungan merupakan bangunan berdiameter 1,2 meter

dan tinggi 1,6 meter memiliki dua tabung, tabung pertama sebagai wadah untuk

menampung kotoran tinja dan tabung kedua untuk menampung limbah rumah

tangga seperti air cucian mandi dan cuci piring. Kemudian pada tabung kedua di

biakkan bakteri untuk mengolah air buangan menjadi air yang steril dan tidak

berbahaya ketika dilepaskan ke parit-parit rumah.

Tabel 27

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan

Manfaat Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(39)

Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar sudah

mengetahui fungsi dan manfaat septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 19

orang (63%), pengetahuan ini juga mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan

mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengpartisipasi

yang aktif didalam kegiatan tersebut sehingga pengetahuan dan informasi yang

didapatkan maksimal. Selanjutnya 11 orang (37%) dari responden masih kurang

mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank

ramah lingkungan, hal ini juga dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang

kurang dalam sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang

didapatkan.

Fungsi dari septictank ramah lingkungan ini adalah menampung dan

mengolah kotoran tinja dan limbah rumah tangga menjadi limbah yang tidak

mencemari lingkungan, kemudian manfaatnya adalah tidak mencemari tanah dan

sumber air bersih dan menghindarkan/meminimalisir resiko untuk terkontaminasi

bakteri penyebab penyakit diare.

Tabel 28

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Perbedaan

Septictank Biasa(Resapan) Dengan Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar sudah

(40)

lingkungan yakni sebanyak 19 orang responden (63%) mereka dapat membedakan

keduanya dikarenakan sudah melihat langsung septictank tersebut dan proses

pembangunannya sehingga bisa membandingkan dengan septictank resapan yang

mereka miliki. Sementara 11 orang (37%) dari responden masih kurang

mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai perbedaannya.

Hal ini dikarenakan belum melihat langsung proses pembuatan septictank ramah

lingkungan tersebut dengan demikian pengetahuan akan septictank ramah

lingkungan tersebut kurang sehingga tidak mampu membedakan kedua model

septictank tersebut dengan baik. Perbedaanya yakni terletak pada struktur

bangunan dimana septictank biasa memakai batu bata yang bahannya bisa

meresap ketanah sedangkan septictank ramah lingkungan dibuat dengan

percampuran 1 pasir berbanding 2 semen tanpa batu bata sehingga bangunan

kokoh dan kedap air, kemudian bentuknya juga berbeda memiliki 2 tabung dan

fungsinya yang tidak hanya menampung tapi juga mengolah air buangan limbah

rumah tangga menjadi steril dan tidak mencemari lingkungan.

Tabel 29

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Tujuan

Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan Oleh Lembaga

YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(41)

Berdasarkan hasil data pada tabel 29 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 18 orang (60%) mengetahui tujuan program bantuan

pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI mereka

mengetahui tujuan program tersebut karena pernah disampaikan didalam kegiatan

pemicuan tersebut. Sementara 12 orang responden (40%) dari responden masih

kurang mengetahui tujuan program tersebut dikarenakan partisipasi yang kurang

aktif dalam sosialisasi sehingga pemahaman mengenai septictank ramah

lingkungan dan sanitasi lingkungan tidak maksimal dengan demikian tujuan dari

program tersebut juga kurang mereka pahami.

Tujuan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh

Lembaga YAKMI adalah agar masyarakat sadar dan peduli terhadap kebersihan

lingkungan, sehingga merubah pola perilaku mereka akan sanitasi lingkungan.

mencegah tercemarnya sumber air bersih akibat perilaku manusia untuk

mengurangi/ meminimalisir penyakit mencret/diare didalam masyarakat.

Tabel 30

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Resiko Yang

Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank Ramah

Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

Sumber : Data primer 2015

(42)

responden yakni 18 orang (60%) mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila

tidak menggunakan septictank ramah lingkungan, mereka mengetahui resiko yang

ditimbulkan melalui kegiatan pemicuan dan juga berdasarkan apa yang mereka

alami ketika menggunakan septictank resapan tersebut. Sementara 7 orang

responden (23%) masih kurang mengetahui resikonya dikarenakan belum bisa

menjawab dengan baik dikarenakan partisipasi yang kurang aktif dalam kegiatan

pemicuan sehingga informasi yang didapat juga tidak maksimal dan 5 orang

responden (17%) tidak mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak

menggunakan septictank ramah lingkungan. Hal tersebut karena mereka merasa

septictank resapan yang mereka gunakan tidak pernah bermasalah sehingga

mereka yakin septictank biasa saja sudah cukup utnuk digunakan sehingga mereka

tidak mengetahui resiko yang akan ditimbulkan apabila tidak menggunakan

septictank ramah lingkungan.

Resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah

lingkungan seperti sumber air bersih yang akan tercemar kemudian akan sulit

untuk mendapatkan sumber air bersih, terkena penyakit diare/mencret akibat

tercemar bakteri E-coli.

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah

Lingkungan

Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini

adalahdengan melihat sikap responden terhadap sanitasi melalui septictank

(43)

Tabel 31

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan

Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 31 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 25 orang (83%) beranggapan bahwa program bantuan

pembangunan septictank tersebut membantu dikarenakan adanya subsidi sebesar

2,5 juta dalam setiap pembangunan septictank. Responden yang lain sebanyak 5

orang (17%) menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang membantu,

mereka yang menganggap program tersebut kurang membantu yakni karena hanya

disubsidi sebagian tidak sepenuhnya, sehingga mereka menganggap jumlah 1,5

juta Rupiah yang dikeluarkan masih tetap saja terasa berat bagi mereka.

Tabel 32

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan

Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

(44)

responden yakni 22 orang (73%) beranggapan bahwa program bantuan

pembangunan septictank ramah lingkungan tersebut bermanfaat bagi mereka

dengan alasan adanya pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan

pemicuan/sosialisasi tersebut dan mengatakan program tersebut bermanfaat untuk

mengurangi tingkat pencemaran di daerah mereka, 7 orang responden (23%)

menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang bermanfaat dikarenakan

masyarakat lebih membutuhkan hal yang lain. Ada 1 orang responden (4%) yang

menganggap bantuan tersebut tidak bermanfaat, seperti jawaban dari hasil

wawancara dengan Ibu Muhadinah (55thn) “maunya gak usah bantuan bangun

septictank tapi kasih macam sembako gratis atau kasih pinjaman untuk modal

usaha saja lebih bermanfaat”.

Tabel 33

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank

Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Mengurangi tingkat pencemaran Septictank biasa sudah cukup Keduanya tidak perlu

21

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 21 orang responden (70%) beranggapan bahwa septictank ramah

lingkungan membantu mengurangi tingkat pencemaran dikarenakan fungsinya

(45)

(30%) berpendapat bahwa septictank biasa saja sudah cukup untuk digunakan

tanpa harus menggunakan septictank ramah lingkungan. Mereka menganggap

septictank biasa sudah cukup untuk digunakan karena tidak pernah bermasalah

selama memekai septictank tersebut.

Tabel 34

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun

septictank ramah lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 34 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank ramah

lingkungan penting untuk dibangun didaerah tempat mereka tinggal, hal ini

dikarenakan tingkat pencemaran lingkungan yang sudah sangat tinggi di

lingkungan tempat mereka tinggal dan septictank resapan tidak layak untuk

digunakan. Kemudian 4 orang responden (13%) mengatakan kurang penting

karena menganggap tingkat pencemaran belum terlalu tinggi tetapi tetap

menganggap septictank ramah lingkungan bermanfaat untuk digunakan dan 5

orang (17%) mengatakan tidak penting, karena menganggap pencemaran

lingkungan belum tinggi masih biasa-biasa saja dan septictank resapan sudah

(46)

Tabel 35

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank

Ramah Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan Lingkungan

Generasi Mendatang

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 35 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 21 orang (70%) mendukung pembangunan septictank ramah

lingkungan tersebut guna kelangsungan generasi mendatang, bentuk dukungan

tersebut adalah dengan mendukung program tersebut dibuat didaerah lainnya di

seluruh Indonesia dan menyampaikan akan manfaat septictank ramah lingkungan

tersebut kepada masyarakat luas. Mereka mendukung program tersebut karena

menganggap lingkungan harus dijaga untuk masa depan anak cucu mereka,

kemudian 5 orang responden (17%) kurang mendukung mereka menganggap

program tersebut perlu untuk diterapkan didaerah lain akan tetapi partisipasinya

dalam menyampaikan manfaat program tersebut kepada orang lain tidak ada.

Selanjutnya 4 orang responden (13%) tidak mendukung adanya program tersebut

ini terlihat dari tidak adanya usaha mereka untuk menyampaikan manfaat akan

program sanitasi lingkungan tersebut kepada orang lain.

Pada tabel 36 dibawah ini dapat dilihat bagaimana tanggapan responden

mengenai apakah cukup menggunakan septictank resapan tanpa harus

(47)

Tabel 36

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa Sudah

Cukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 36 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank biasa (resapan)

tidak cukup untuk digunakan dan harus menggantinya dengan septictank ramah

lingkungan,hal ini berdasarkan kondisi yang mereka alami ketika menggunakan

septictank ramah lingkungan dan juga informasi yang mereka dapatkan dalam

kegiatan pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan. Seperti hasil

wawancara peneliti dengan salah satu responden yakni Ibu Kheriah (33thn) yang

mengatakan “ septictank biasa tidak cukup, banyak kurangnya seperti baunya

yang sering menguap, tidak kedap air jadi kotoran tinja meresap ketanah bisa

mencemari sumur kita”.

Sementara 9 orang responden lainnya (30%) berpendapat bahwa septictank

biasa saja sudah cukup tanpa harus menggantinya dengan septictank yang ramah

lingkungan, salah satu pendapat responden yakni Ibu Nur Aini (52thn)

mengatakan “septictank yang lama aja udah cukup, selama ini gak ada masalah

(48)

Tabel 37

Distribusi Responden Berdasarkan Minat Menggunakan Septictank Ramah

Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 37 dapat dilihat bahwa 8 orang responden

(30%) berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan, dimana 8

orang tersebut sudah membangun septictank ramah lingkungan di rumahnya.

Mereka membangun karena sadar akan kebersihan lingkungan dan karena

mengetahui manfaat dari septictank ramah lingkungan tersebut. Kemudian 12

orang responden (40%) belum berminat untuk menggunakan septictank ramah

lingkungan dikarenakan belum memiliki uang yang cukup untuk membangun

tetapi tetap memiliki keinginan untuk menggantinya dan 9 orang responden (30%)

tidak berminat untuk membangunnya dikarenakan harga yang dianggap tetap

memberatkan dan pengetahuan yang minim akan manfaat septictank ramah

lingkungan.

Pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat mengenai sanitasi

lingkungan akan lenbih mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku masyakarakat

akan lingkungan sehingga masyarakat akan lebih yakin jika hidupnya dapat

terhindar dari penyakit apabila mampu menerapkan hal-hal yang ada dalam

pengetahuan tersebut. untuk melihat doistribusi responden berdasarkan keyakinan

(49)

dapat dilihat pada tabel dibwah ini.

Tabel 38

Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan Lebih

Terjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 38 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 22 orang (74%) meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih

terjamin apabila menggunakan septictank ramah lingkungan dengan menganggap

bahwa septictank ramah lingkungan mampu mengurangi tingkat pencemaran di

lingkungan mereka, dimana air buangannya sudah steril sehingga tidak

mencemari tanah dan sumber air minum sehingga mereka yakin kesehatan mereka

akan lebih terjaga.

Sementara 4 orang responden (13%) kurang meyakini karena menganggap

belum bisa menjawab apabila belum memakainya langsung, dan 4 orang lainnya

(13%) tidak meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih terjamin jika

menggunakan septictank ramah lingkungan dikarenakan mereka menganggap

septictank tersebut sama saja dengan septictank yang mereka miliki sekarang, jika

sudah terlalu lama dipakai maka akan rusak juga dan menimbulkan masalah.

pendapat ini tentunya didasari oleh pengetahuan yang mereka dapat tentang

(50)

bagus pengetahuan yang mereka dapatkan maka semakin meyakini manfaat dari

septictank ramah lingkungan tersebut.

Tabel 39

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Jika Dikeluarkan Peraturan

Melarang Pembuangan Limbah BAB Sembarangan Oleh Pemerintah

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 32 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 21 orang (67%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan

larangan buang air besar (BAB) sembarangan dengan alasan tingkat pencemaran

yang sudah tinggi dan masyarakat yang sudah tidak malu untuk membuang

sembarangan limbah BAB nya. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut mereka

menganggap akan sangat membantu menjaga kebersihan lingkungan mereka dan

mengurangi tingkat pencemaran lingkungan didaerah tempat mereka tinggal.

Kemudian 9 orang responden (30%) menjawab kurang setuju dikarenakan

menganggap belum tingginya tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi

didaerah tempat mereka tinggal.

Pada tabel 40 dibawah ini dapat dilihat sikap para responden apabila

pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai keharusan membangun septictank

ramah lingkungan di masing-masing rumah tempat tinggal baik rumah yang sudah

(51)

Tabel 40

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pemerintah

Menetapkan Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank

Ramah Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Setuju

Kurang setuju

Tidak Setuju

14

13

3

47

43

10

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 40 dapat dilihat bahwa 14 orang

responden (47%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan peraturan tentang

keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing

rumah baik yang sudah terbangun maupun pada rumah yang akan dibangun, hal

ini dikarenakan pencemaran lingkungan yang mereka rasakan sudah parah di

lingkungan mereka tinggal sehingga mereka setuju karena hal tersebut dianggap

akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan agar melestarikan

lingkungan kedepannya. Kemudian 13 responden (43%) kurang setuju dengan hal

tersebut dengan alasan walaupun septictank ramah lingkungan penting

keberadaannya tetapi tidak semua mampu untuk membangunnya dikarenakan

biaya yang mahal dan 3 orang responden (10%) menganggap hal tersebut tidak

pentig dengan alasan septictank ramah lingkungan tidak penting dan tidak semua

(52)

5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah

Lingkungan

Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah

dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah

lingkunganpada tabel di bawah ini

Tabel 41

Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Kehadiran Dalam

Pertemuan Dengan Pihak Puskesmas Mengenai Kebersihan

Lingkungan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 41 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 19 orang (63%) tidak pernah mengikuti pertemuan dengan pihak

puskesmas mengenai kebersihan lingkungan, dikarenakan mereka sama sekali

tidak mengetahui dan tidak pernah mendengar informasi mengenai kegiatan

tersebut, kurangnya sosialisasi dari pihak puskesamas merupakan kendala

utamanya. Sedangkan 9 orang (30%) kurang aktif dalam pertemuan tersebut

dikarenakan kehadiran yang hanya 2 kali dalam sebulan atau kurang, mereka

mengetahui adanya kegiatan tersebut akan tetapi kurang aktif karena merasa

(53)

pertemuan tersebut dengan intensitas 3 kali dalam sebulan atau lebih karena

mereka merupakan pengelola dari kegiatan bank sampah tersebut. Kegiatan

pertemuan ini berupa kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) salah

satunya seperti kegiatan bank sampah atau pengelolaan sampah masyarakat

menjadi sesuatu produk yang berguna.

Tabel 42

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam

Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil data pada tabel 42 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden yakni 17 orang (56%) aktif dalam mengikuti kegiatan

sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah

lingkungan, sosialisasi ini diadakan 6 kali dalam sebulan dan intensitas kehadiran

1 kali dalam seminggu atau lebih maka akan dimasukkan dalam kategori aktif.

Mereka aktif dan antusias mengikuti kegitan tersebut karena merasa kegiatan ini

penting untuk mengubah pola perilaku mereka dan masyarakat lainnya dalam hal

kesehatan lingkungan disamping juga aktif karena ingin mendapatkan bantuan

yang cukup membantu bagi mereka. Sedangkan 3 responden (10%) kurang aktif

dalam mengikuti sosialisasi karena kehadiran yang hanya dibawah 1 kali dalam

seminggu dikarenakan mereka tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk

(54)

mengikutinya dan 10 orang responden (34%) tidak aktif dalam mengikuti kegiatan

tersebut dengan intensitas yang hanya 1 kali dalam sebulan disamping juga tidak

memiliki waktu sebagian dari mereka juga menganggap kegiatan ini tidak terlalu

penting dikarenakan tidak tertarik dengan penggunaan septictank ramah

lignkungan tersebut.

Tabel 43

Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Keaktifan Dalam

Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 43 dapat dilihat bahwa 11 orang responden (37%)

memiliki partisipasi yang aktif dalam sosialisasi/pemicuan oleh lembaga YAKMI,

partisipasi ini berupa ikut bertanya, memberikan pendapat dan memberikan saran

atau masukan dalam forum kegiatan. Mereka ikut aktif karena merasa tertarik

dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan tersebut sehingga antusias

selama mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya 8 orang responden (26%)

responden kurang aktif dalam kegitan dimana mereka hanya bertanya atau hanya

memberikan pendapat saja dan 11 orang (37%) responden tidak aktif dalam

kegiatan sosialisasi tersebut, dikarenakan antusias yang kurang dikarenakan ikut

tapi bukan karena kemauan sendiri seperti hasil wawancara dengan salah satu

warga yakni Ibu Sarifah (50thn) mengatakan “ kemarin diajak teman jadi segan

(55)

Tabel 44

Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Saja Penyampaian

Tentang Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan dan Bahaya

BAB Sembarangan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Kerabat, orang lain diluar daerah Keluarga

Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan tabel 44 dapat dilihat bahwa 11 orang (37%) responden

menyampaikan kembali tentang materi mengenai pentingnya sanitasi, septictank

ramah lingkungan dan bahaya dari buang air besar sembarangan (BAB) dari hasil

kegiatan sosialisasi kepada kerabat, orang lain diluar daerah (masyarakat luas).

Mereka merasa kegiatan ini bermanfaat sehingga perlu untuk menyampaikan

kembali pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kegiatan tersebut kepada

masyarakat luas. Sementara 11 orang (37%) responden menyampaikan kembali

tentang materi tersebut kepada lingkungan terdekatnya saja yakni keluarga

dikarenakan pengetahuan ini dianggap penting untuk kesehatan keluarga mereka.

Selanjutnya 8 orang responden (26%) tidak pernah menyampaikan kembali

dikarenakan kurangnya pengetahuan yang didapat sehingga mereka tidak pernah

menyampaikan kembali materi sosialisasi tersebut, dikarenakan tidak

maksimalnya informasi yang didapat dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan hasil data pada tabel 43 dibawah ini dapat dilihat bahwa

Gambar

Tabel 18
Tabel 19
Tabel 22
Tabel 23
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus komisi yang wajib dibayarkan oleh Perusahaan kepada Introducing Broker hanya dari hasil trading satu klien di dalam jaringan kemitraan dimana komisi yang bisa

Pencacah dekade ini akan menghasilkan keluaran yang berurut melalui 4 buah pin outputnya yang disalurkan ke kabel UTP, kemudian akan ditampilkan pada 4 buah dioda LED yang

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan sebagai Badan Usaha dengan

Go Sailing merupakan aplikasi berbasis website yang diperuntukan untuk mempermudah masyarakat umum untuk mendapatkan informasi terbaru terkait jasa layanan wisata laut

Pelatihan Ukir Kayu Kepada Anak-Anak Dan Remaja Pada Usaha Ukir Metasedana Di Kabupaten Bandung Krita Seni FSRD Pengabdian 6.000.000,- DIPA.. N0 Nama Peneliti Judul Penelitian

Dengan mengetahui hasil kerja dari bit RH40AP pada sumur DHX-4 dan bit CM34MRS pada sumur DH-10, bila dibandingkan kedua bit tersebut, bit RH40AP terlihat lebih ekonomis serta

1 I GEDE MAWAN, S.Sn , M.Si I Ketut Partha, S.Skar, M.Si IbM Pemberdayaan Seni Karawitan Klasik Bagi Generasi Muda. I Gusti Ngurah Ardana,