Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di
Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan (Kuesioner) No. Urut Responden : ____ I. Petunjuk Pengisian
a. Isilah dengan menuliskan keterangan yang diminta tentang data pribadi Saudara/Saudari pada identitas Responden.
b. Pilihlah jawaban dan beri tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut Saudara/Saudari.
c. Isilah pertanyaan-pertanyaan di dalam angket dan berilah jawaban secara tertulis. II. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku Bangsa : 6. Pendidikan terakhir :
a. Tidak Sekolah b. SD
c. SMP d. SMA
e. Akademi/ perguruan tinggi 7. Status perkawinan : 8. Status anak : 9. Pekerjaan :
a. Petani b. Buruh
c. Pegawai Negeri d. Wiraswasta
III. Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan dilihat melalui :
A. Persepsi
1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan Sanitasi lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
2. Apakah bapak/ibu mengetahuipentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
3. Apakah bapak/ibu megetahui bahwa limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
4. Apakah bapak/ibu setuju bila limbah buang air besar sembarangan (BAB) dapat menyebabkan penyakit diare/mencret karena limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung bakteri E- coli?
a. Setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
5. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
6. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat septictank? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
7. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu septictank ramah lingkungan ? a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
8. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi dan manfaat dari septictank ramah lingkungan ?
a. Mengetahui
9. Apakah bapak/ibu mengetahui perbedaan antara septictank biasa (resapan) dengan septictank ramah lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
10. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh Lembaga YAKMI tersebut?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
11. Apakah bapak/ibu mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah lingkungan?
a. Mengetahui
b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui
B. Sikap
12. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI?
a. Membantu b. Kurang membantu c. Tidak membantu
13. Apakah menurut bapak/ibu program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut bermanfaat?
a. Bermanfaat
b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat
14. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang septictank ramah lingkungan ? a. Mengurangi tingkat pencemaran
b. Septictank biasa sudah cukup c. Keduanya A dan B tidak perlu
15. Apakah septictank ramah lingkungan penting untuk dibangun di daerah tempat bapak/ibu tinggal?
a. Penting b. Kurang penting c. Tidak penting
16. Apakah bapak/ibu mendukung adanya program septictank ramah lingkungan tersebut guna kelangsungan kesehatan lingkungan generasi mendatang? a. Mendukung
17. Apakah dirumah bapak/ibu terdapat septictank sebagai tempat pembuangan kotoran tinja?
a. Ya b. Tidak
18. Apakah menurut bapak/ibu septictank biasa(resapan) saja sudah cukup tanpa harus membangun septictank ramah lingkungan?
a. Tidak cukup b. Kurang cukup c. Cukup
19. Apakah bapak/ibu berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan tersebut ?
a. Berminat b. Belum berminat c. Tidak berminat
20. Apakah bapak/ibu yakin kesehatan bapak/ibu akan lebih terjamin jika menggunakan septictank ramah lingkungan?
a. Yakin b. Kurang yakin c. Tidak yakin
21. Bagaimana tanggapan bapak/ibu jika dikeluarakan peraturan melarang membuang limbah BAB sembarangan (parit, sungai)?
a. Setuju (karena tingkat pencemaran lingkungan sudah sangat parah) b. Kurang setuju (tingkat pencemaran belum tinggi/biasa saja) c. Tidak setuju (tidak perlu sampai dikeluarkan peraturan)
22. Apakah bapak/ibu setuju jika pemerintah menetapkan peraturan tentang keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing rumah tangga?
a. Setuju (untuk mengurangi tingkat pencemaran, dan melestarikan lingkungan kedepannya)
b. Kurang setuju (septictank ramah lingkungan penting tapi tidak semua mampu membangunnya)
c. Tidak setuju (tidak penting dan tidak semua mampu membangunnya) C. Partisipasi
23. Apakah ada pertemuan/musyawarah antara warga dengan pihak Puskesmas mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan?
a. Ada b. Tidak ada
24. Jika ada, bagaimana partisipasi kehadiran bapak/ibu dalam pertemuan/ musyawarah tersebut?
a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)
25. Bagaimana intensitas kehadiran bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan dari Lembaga YAKMI tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?
a. Aktif (1 kali dalam seminggu atau lebih) b. Kurang aktif (1 kali dalam dua minggu) c. Tidak Aktif (1 kali dalam sebulan)
26. Bagaimana partisipasi bapak/ibu dalam sosialisasi/pemicuan yang diadakan Lembaga YAKMI tersebut?
a. Aktif b. Kurang aktif c. Tidak aktif
27. Kepada siapa sajakah bapak/ibu menyampaikan tentang pentingnya sanitasi, septictank ramah lingkungan dan bahaya dari BAB sembarangan?
a. Kerabat, orang lain diluar daerah saya b. Keluarga
c. Tidak Pernah
28. Kapan sajakah bapak/ibu membersihkan lingkungan disekitar rumah bapak/ibu sendiri?
a. Setiap hari
b. Bila kelihatan kotor c. Tidak Pernah
29. Apakah bapak/ibu aktif mengikuti kegiatan bersama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan, seperti gotong royong membuang sampah, membersihkan parit?
a. Aktif (3 kali dalam sebulan atau lebih)
b. Kurang aktif ( 2 kali dalam sebulan atau kurang) c. Tidak pernah
30. Apakah bapak/ibu sering melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan?
a. Melibatkan setiap hari
b. Kurang melibatkan (seminggu sekali) c. Tidak melibatkan
31. Apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam pembuatan septictank ramah lingkungan di rumah anda?
a. Berpartisipasi
b. Kurang berpartisipasi c. Tidak berpartisipasi
32. Apakah bapak/ibu sudah menggunakan septictank ramah lingkungan di rumah?
Lampiran 1
Tabel Penskoran Respon Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah Lingkungan Dampingan Lembaga YAKMI di Kelurahan Kota Bangun
NO PERSEPSI JUMLAH SIKAP JUMLAH PARTISIPASI JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 32
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial : Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya). Jakarta.
Kencana Prenada Media Group
Kusjuliadi, Danang. 2007. Septictank (Pengenalan, Persyaratan, Pembuatan, Renovasi & Pemeliharaan). Depok. Griya Kreasi
Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Graha Ilmu
Sarwono, Wirawan Sarlito. 1991.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta. CVRajawali
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pembangunan.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-IlmuKesejahteraan Sosial dan Kesehatan). Medan. PT
Grasindo Monoratama
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung : Alfabeta.
Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa (Menanggulangi Kemiskinan Dengan Prinsip Pemberdayaan
Masyarakat). Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Konsep, Aplikasi & Tantangan. Jakarta. Rajawali Pers
Wijoyo, Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta. PT Citra Aji Parama
Sumber lain :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
15:00
pukul 18.00
, diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00
Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 17.00
Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30
Diakses pada tanggal 18 Juni 2015 pukul 17.30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu merupakan
penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena
yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam
variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi
yang berlangsung (Siagian 2011:52).
Melalui penelitian ini penulis akan menggambarkan secara menyeluruh
tentang bagaimana respon masyarakat terhadap sanitasi melaui septictank ramah
lingkungan dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
(YAKMI) di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan
Deli Kota Medan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut
adalah karena masih banyaknya masyarakat setempat yang tidak memiliki
septictank sehingga mengalirkan limbah kotoran tinja dan limbah rumah tangga
nya langsung ke parit-parit dan kemudian dialirkan ke sungai yang berada
disekitar tempat tinggal mereka yakni Sungai Deli. Sehingga septictank ramah
lingkungan ini menjadi hal yang baru untuk masyarakat di Kelurahan Kota
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek,
benda, peristiwa ataupun individu-individu yang akan dikaji dalam suatu
penelitian. Berdasarkan pengertian ini maka dapat dipahami bahwa mengenal
populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian
2011:155).
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bangun
dampingan Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan atau
sosialisasi mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah lingkungan
berjumlah 150 kepala keluarga.
3.3.2 Sampel
Secara sederhana sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan
penelitian, Roscoe (1998) mendefinisikan sampel sebagian dari obyek,
kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya
atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel
adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya
secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari
(Siagian, 2011 : 156). Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil
sampelnya sebesar 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009 : 255).
Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungan nya adalah 20% x 150 =
30. Maka sampel yang akan diambil peneliti adalah berjumlah 30 kepala
keluarga.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang
menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal,
surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
2) Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan
penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial yaitu:
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitiandi
lokasi penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumulan data dengan cara menyebar daftar
pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga peneliti
memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian
c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukandengan
mengajukan pertanyaan secara langsung denganresponden yang
dilakukan untuk memenuhi keleengkapan dari pengisian kuesioner.
d. Dokumentasi, yaitu berupa hasil pengamatan langsung berupa
gambar/foto yang dimuat pada halaman lampiran.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, sehingga nantinya
peneliti dapat menggambarkan informasi data yang diperoleh dalam penelitian.
Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa
(editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan
(tabulating).
1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini diperlukan karena data yang
dihimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti, diantaranya
kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan dan bahkan
terlupakan.
2. Pengkodean, adalah pemberian identitas pada data yang sudah di edit
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.
3. Tabulasi, adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi
adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dengan mengatur
Setelah itu akan disusun dalam bentuk tabel tunggal dan menggunakan
pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi,
dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena
sosial.Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi, maka
ditentukanlah interval kelas sebagai skala pengukuran, yaitu:
�������������= �������������� (�)− ������������ℎ (�)
����������� (�)
=
1
−
(
−
1)
3
=
2
3
= 0,66
Maka untuk menentukan kategori responden positif, respon netral atau respon
negatif dapat dilihat dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:
1. Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif
2. Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun
Kelurahan Kota Bangun berada di Kecamatan Medan Deli dan
merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Kota
Bangun berada pada ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut dan
merupakan daerah dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata
2510-3000 MM per tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC. Sedangkan
PH tanah adalah 5,5-7. Udara di Kota Bangun sangat bau dan berdebu kondisi
udara di kelurahan ini sangat tercemar berat, tiap hari kita akan melihat awan yang
tertutup oleh awan jarang sekali langit terlihat biru dan jernih. Hal ini disebabkan
banyaknya pabrik yang terdapat di daerah tersebut sehingga polusi yang
dihasilkan pabrik tersebut berpengaruh terhadap kondisi udaranya. Akan tetapi
masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut dan tidak memperdulikannya.
Kelurahan Kota Bangun mempunyai batas-batas wilayah yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Titipapan kec. Medan Deli
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Mabar kec. Medan Deli
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang
Kelurahan Kota Bangun ini terdiri dari 8 lingkungan yang
masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu wilayah
dan yang lainnya adalah Luas industri dan Luas pertanian. Untuk lebih jelasnya
luas Kelurahan Kota Bangun lihat pada tabel berikut:
TABEL 1
Luas Kelurahan Kota Bangun
No Pemanfaatan tanah Luas (km) Persentase (%) 1 Prasarana Umum Lainnya
1,76 Km
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
4.2 Keadaan Demografis
Kelurahan Kota Bangun mempunyai jumlah penduduk sebanyak 12.355
jiwa yang terdiri dari 1899 Kepala Keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah rata-rata
per KK adalah 6,50 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya
penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari
berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai
suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu terdapat juga penduduk dari suku
Batak, Jawa, Cina, India, Nias dan lain-lain.
4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
TABEL 2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 6048 49,71%
2 Perempuan 6226 50,29%
Jumlah 12274 100%
*Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk
perempuan yang lebih banyak sekitar 50,29 % bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki yang hanya sekitar 49,71 %.
4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan
Tabel berikut ini menggambarkan komposisi penduduk kelurahan Kota
Bangun berdasarkan lingkungan.
TABEL 3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan
No Lingkungan Jumlah Jiwa
1. I 3450
2. II 1703
3. III 1538
4. IV 452
5. V 1742
6. VI 929
7. VII 1379
8. VIII 1081
Jumlah 12.274
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Lingkungan I memiliki penduduk
terbanyak dengan 3450 jiwa dan lingkungan IV yang paling sedikit hanya 452
jiwa dengan total penduduk sebanyak 12274 jiwa.
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan
Untuk melihat komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan
jenis kelamin di setiap lingkungannya akan digambarkan di tabel berikut ini.
TABEL 4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan
No Jenis
*Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Lingkungan I menjadi daerah yang paling banyak dengan komposisi
laki-laki sebanyak 1724 jiwa dan perempuan dengan 1726 jiwa, sedangkan IV menjadi
yang paling sedikit dengan komposisi laki-laki hanya 224 jiwa dan perempuan
dengan 228 jiwa, dan secara jumlah perempuan lebih banyak dengan 6226 jiwa
sedangkan laki-laki berjumlah 6048 jiwa.
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Penduduk kelurahan Kota Bangun terdiri dari beberapa kelompok usia
TABEL 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Golongan Usia Jumlah Persentase (%) 1 Lebih dari 59 tahun
235
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur
penduduk di Kelurahan Kota Bangun menunjukkan bahwa penduduk di daerah ini
di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 45,0 %.
Golongan umur 0-18 tahun sekitar 36,7 % sedangkan umur 46 tahun ke-atas ada
sekitar 18,3 %. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di
daerah ini jumlahnya relative rendah. Hal ini disebabkan kesadaran penduduk dan
tekanan ekonomi yang ada sehingga muncul kesadaran mengikuti gerakan
Keluarga Berencana yang semakin meningkat dengan demikian tingkat kelahiran
dikendalikan. Ini dapat terlihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga di kelurahan
ini adalah 4,57 jiwa per rumah tangga.
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Menurut kriteria agama di daerah ini menganut berbagai macam agama
yang dapat dilihat dari tabel berikut.
TABEL 6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase (%)
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk
Kelurahan Kota Bangun mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 60,0 %, dan
sebagian penduduk beragama Kristen Protestan 24,7%, agama Budha 13,3 % dan
Kristen Katholik 2,0 %. Tingkat toleransi beragama didaerah ini sangat tinggi itu
terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini
yang memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama melaksanakan
ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaannya sesuai ajaran di rumah
ibadah masing-masing, di Kelurahan Kota Bangun ini terdapat 3 buah Mesjid,
mushola 4 buah, gereja ada 2 buah, wihara ada 2 buah ( sumber kantor kelurahan
4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk
Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di
Kelurahan Kota Bangun dapat dilihat dari tabel berikut ini
TABEL 7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak tamat SD
Tamat SD TamatSMP Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi/Akademi
927
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Perkembangan pendidikan di daerah ini masih stagnan yang ditandai
dengan peningkatan jumlah lulusan dari SD ke jenjang yang lebih tinggi tidak
mengalami peningkatan yang drastis hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa
jumlah tamatan SD dari yang paling banyak kemudian menurun menjadi 30,81 %
dan lulusan SMA menurun menjadi 18, 49 demikian juga halnya masyarakat yang
mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena
kondisi perekonomian masyarakat yang menengah kebawah sehingga tidak
mampu untuk menyekolahkan anaknya.
4.2.7 Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55
Pengelompokan penduduk usia produktif berdasarkan pekerjaannya
TABEL 8
Komposisi Pekerjaan Penduduk Usia Produktif 15-55
No Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga
Bekerja Penuh bekerja tidak penuh
Pengangguran
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan tabel 7 diatas jumlah pengangguran merupakan yang paling
tinggi mencapai 39,72 % hal ini disebabkan karena krisis global yang melanda
indonesia dan Kawasan Industri Medan juga merupakan salah satu yang terkena
dampak dari krisis global tersebut, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar
dan memPHK karyawannnya.
4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Komposisi penduduk kelurahan Kota Bangun berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini, dimana Berdasarkan Tabel
diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota Bangun yang telah bekerja
tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah buruh. Hal ini
dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan Kota Bangun
TABEL 9
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1
Tukang batu, T.kayu Peternak, Nelayan
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Berdasarkan Tabel diatas mata pencaharian penduduk Kelurahan Kota
Bangun yang telah bekerja tercatat berjumlah 4723 dan yang paling banyak adalah
buruh. Hal ini dikarenakan Kawasan Industri Medan (KIM) berada di Kelurahan
Kota Bangun sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah
sebagai buruh.
4.3 Sarana dan Prasarana
4.3.1 Sarana Jalan
Kondisi jalan di Kelurahan Kota Bangun sebagian besar sudah diaspal
disamping terdapat pula jalan batu dan tanah. Setiap harinya jalan tersebut
menjadi lintasan berbagai kendaraan umum. Sementara jalan besar yakni Jalan
dan terdapat dua jalur yang dipisah dengan kondisi aspal yang bagus. Jalan ini
adalah jalan lintas truk – truk pengangkut hasil dari pabrik yang ada di Kelurahan
Kota Bangun dan jalan ini juga sebagai jalan lintas yang menghubungkan
Belawan dengan pusat kota Medan.
4.3.2 Sarana Air bersih
TABEL 10
Sarana Air bersih
No Prasarana Air Bersih Jumlah 1
2 3 4
Jumlah Hidran Jumlah Sumur Gali Jumlah Sumur Pompa PAM
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Sarana Air Bersih yang paling banyak digunakan di Kelurahan ini adalah
menggunakan Sumur gali sedangkan yang menggunakan PAM hanya 359
keluarga yang lainnya masih ada yang menggunakan air sungai untuk keperluan
sehari – hari misalnya untuk menyuci dll.
4.3.3 Sarana Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia karena
dalam keadaan sehatlah manusia akan dapat melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari. Namun untuk mencapai kesehatan yang baik harus didukung oleh sarana
kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Kota Bangun
belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di kelurahan ini.
Kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko
sebagai buruh di pabrik yang menggunakan alat berat dan resiko pencemaran
limbah pabrik, misalnya udara dan bahan kimia. Adapun sarana kesehatan dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 11
Sarana Kesehatan
No Sarana Kesehatan Jumlah
1
Rumah Sakit Umum Klinik Bersalin
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
4.3.4 Sarana Peribadatan
Untuk melaksanakan ibadah masing-masing agama yang dianut oleh
penduduk di Kelurahan Kota Bangun terdapat berbagai jenis peribadatan yaitu:
TABEL 12
Sarana Peribadatan
No Sarana Peribadatan Jumlah
1
4.3.5 Sarana Pendidikan
Untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal
dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di
Kelurahan Kota Bangun. Sarana pendidikan yang telah tersedia di kelurahan ini
adalah
TABEL 13
Sarana Pendidikan
No Srana Pendidikan Jumlah
1
2
3
4
Taman Kanak-Kanak
SD
SMP
SMA
2
5
1
-
Jumlah 7
Data tahun 2014 dari profil kelurahan
Di samping pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas terdapat
juga tempat-tempat kursus atau latihan yang bersifat non formal seperti kursus
BAB V
ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Bab ini peneliti menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan melalui penyebaran angket. Kuesioner diisi oleh warga dampingan
Lembaga YAKMI yang telah diberikan materi pemicuan/sosialisasi mengenai
sanitasi lingkungan, dimana responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk
melengkapi hasil yang didapat dari angket. Pembahasan data dalam penelitian ini
dilakukan peneliti dengan membagi dalam dua sub bab agar penelitian tersusun
secara sistematis, yaitu
a. Analisis Identitas Responden meliputi, usia, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan terakhir dan pekerjaan.
b. Respon masyarakat dampingan Lembaga YAKMI terhadap sanitasi melalui
septictank ramah lingkungan di Kelurahan Kota Bangun.
5.2 Analisis Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah sebanyak 30 kepala
keluarga dengan demikian satu orang responden mewakili satu keluarga (rumah
tangga). Untuk lebih mengetahui distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 14
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1
2
Laki-laki Perempuan
4 26
13 87
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden
berjenis kelamin perempuan 26 (87%) jauh lebih banyak daripada jumlah
responden berjenis kelamin laki-laki yang hanya 4 (13%) hal tersebut dikarenakan
perempuan lebih banyak yang mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan mengenai
sanitasi lingkungan dari Lembaga YAKMI tersebut. Hal ini dikarenakan agenda
sosialisasi biasanya dilakukan setelah acara perwiritan ibu-ibu atau kegiatan cek
kesehatan anak dan kesehatan ibu mengandung dan menyusui yang didakan pihak
puskesmas Kota Bangun dimana kaum perempuanlah yang menjadi pesertanya.
Sedangkan peserta laki-laki biasanya mengikuti kegiatan sosialisasi/pemicuan
tersebut dikarenakan sedang membawa istrinya untuk mengikuti kegiatan cek
kesehatan tersebut sehingga dengan tidak sengaja mereka juga ikut menjadi
peserta kegiatan pemicuan tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti didalam kegiatan sosialisasi/pemicuan
mengenai sanitasi lingkungan oleh lembaga YAKMI tersebut biasanya adalah
orang yang sudah berumah tangga sehingga sudah memiliki rumah/tempat tinggal
sendiri maka biasanya dari mereka sudah berusia diatas 25 tahun, dimana usia
tersebut sudah menjadi usia yang ideal untuk menikah. Hal tersebut memang
dan sudah memiliki tempat tinggal sehingga nantinya bisa membangun septictank
ramah lingkungan tersebut pada masing-masing rumahnya. Untuk lebih jelasnya
mengenai distribusi responden maka dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini.
Tabel 15
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase (%)
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 15 jumlah responden berusia 31-40 adalah yang paling
banyak yakni 14 orang (46%). Usia 31-40 masih tergolong usia produktif dan
energik sehingga mereka masih bisa dan antusias untuk mengikuti
sosialisasi/pemicuan tersebut dan juga kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan
dengan kebersihan lingkungan.sedangkan paling sedikit berusia antar 20-30 yakni
hanya 2 orang (2%), hal tersebut dikarenakan para responden adalah mereka yang
sudah berumah tangga sehingga mereka yang berada pada golongan usia tersebut
sangat sedikit dikarenakan masih banyak yang belum menikah/berumah tangga
pada golongan usia tersebut.
Untuk melihat distribusi responden berdasarkan agama dapat dilihat
Tabel 16
Distribusi Responden Berdasarkan Agama
No Usia Frekuensi Persentase (%)
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa semua responden berjumlah 30
orang adalah beragama Islam, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di
kelurahan Kota Bangun adalah beragama Islam dan kegiatan sosialisasi/pemicuan
biasa dilakukan setelah selaesainya kegiatan perwiritan ataupun pengajian ibu-ibu
sehingga mereka yang mengikuti kegiatan tersebut adalah warga dampingan yang
beragama Islam.
Tabel 17
Distribusi Responden Berdasarkan Suku
No Suku Frekuensi Persentase (%)
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak
adalah suku Jawa dengan 16 orang (53%) kemudian suku Melayu 8 orang (27%)
dikarenakan mayoritas penduduk kelurahan Kota Bangun adalah suku Jawa dan
suku Melayu. Suku Melayu merupakan suku asli dari kelurahan Kota Bangun
dimana Kota Medan bagian utara merupakan daerah yang mayoritas penduduknya
adalah suku Melayu. Dengan Kondisi suku yang terbilang beragam, membuat
warga sehari-hari berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Perbedaan suku tidak menjadi kendala mereka berkomunikasi dan berinteraksi
karena bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
Tabel 18
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%) 1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
sangat rendah, setengah dari responden hanya mampu menyelesaikan sekolahnya
pada tingkat Sekolah Dasar yakni 15 orang (50%), kemudian untuk tingkat
pendidikan SMP berjumlah 8 orang (27%) dan SMA berjumlah 7 orang (23%).
Rendahnya tingkat pendidikan tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang
tidak mendukung sehingga memaksa untuk memberhentikan pendidikan sang
anak dan juga masyarakat di kelurahan Kota Bangun banyak yang melakukan
pernikahan dini. Mereka memilih untuk memutuskan pendidikannya dan lebih
Tabel 19
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 2 3 4
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa responden sebagian besar adalah
ibu rumah tangga yakni berjumlah 14 orang (47%), mereka tidak berkerja
dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk mendapatkan
pekerjaan dan juga dikarenakan suami yang sudah bekerja sehingga mereka lebih
memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumah saja. Kemudian 8 orang (27%)
berprofesi sebagai wiraswasta dimana sebagain besar dari mereka bekerja sebagai
pedagang yang memiliki tempat usaha sendiri. Selanjutnya 5 orang (16%)
responden bekerja sebagai buruh, mereka bekerja pada pabrik-pabrik yang
termasuk dalam Kawasan Industri Medan (KIM) yang berada pada kelurahan
Mabar yang bersebelahan dengan Kelurahan Kota Bangun sehingga pabrik
tersebut dekat dengan tempat tinggal mereka, dan 3 orang (10%) berprofesi
sebagai petani, mereka bekerja sebagai penggarap lahan milik orang lain.
5.3 Respon Masyarakat Dampingan Lembaga YAKMI Terhadap Sanitasi
Melalui Septictank Ramah Lingkungan Di Kelurahan Kota Bangun
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dapat
lingkungan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan,
analisis terhadap respon ini dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi.
5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah
dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah
lingkunganpada tabel di bawah ini.
Tabel 20
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Sanitasi
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Sanitasi lingkungan adalah suatu cara untuk menyehatkan lingkungan
hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara. Yang
menjadi indikator dari sanitasi lingkungan ini adalah pengelolaan limbah rumah
tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, Saluran air parit yang baik dan lancar
dan pengelolaan aliran pembuangan air hujan. Berdasarkan tabel 20 dapat dilihat
sebagian besar responden mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi
lingkungan yakni berjumlah 21 orang (70%) dan yang kurang mengetahui
sebanyak 9 orang responden (30%), banyaknya responden yang mengetahui
sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan yang rutin dilakukan setiap
minggunya. Berdasarkan pengamatan peneliti mereka cukup antusias dan aktif
selama kegiatan, hal ini dikarenakan adanya bantuan pemberian uang kepada
masyarakat yang akan membangun septictank sehingga mereka cukup antusias
dengan kegiatan sosialisasi dan pemicuan tersebut.
Sanitasi lingkungan sangat berguna bagi kehidupan manusia, banyak
manfaat yang didapatkan jika kita mampu menjaga sanitasi lingkungan dengan
baik. Utnuk melihat jawaban responden mengenai manfaat sanitasi lingkungan
bagi kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 21
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pentingnya
Sanitasi Lingungan Bagi Kehidupan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa 17 orang responden (56%)
mengetahui pentingnya sanitasi lingkungan bagi kehidupan, banyak responden
yang mengetahui dikarenakan mereka aktif pada kegitan sosialisasi dan pemicuan
mengenai sanitasi lingkungan sehingga dapat menjawab pertanyaan tersebut
dengan baik. Responden yang kurang mengetahui berjumlah 13 orang (44%)
mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut tetapi tidak memberikan jawaban
dengan Ibu Sulastri (32thn) mengatakan “supaya menghindarkan kita dari
penyakit agar tubuh kita jadi lebih sehat”. Tidak ada satupun dari responden yang
tidak mengetahui manfaat dari sanitasi lingkungan bagi kesehatan. Seperti kita
ketahui sanitasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang,
banyak manfaat yang didapatkan apabila sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan
baik, diantaranya adalah mengurangi resiko terkena penyakit, terhindar dari
penyakit diare/mencret, terciptanya hidup yang sehat dan berkualitas,
meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas masyarakat.
Kelima hal tersebut juga menjadi komponen indikator bagi penulis untuk
mengklasifikasikan jawaban dari responden mengenai pentingnya sanitasi
lingkungan bagi kehidupan.
Tabel 22
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB
Sembarangan Dapat Mencemari Air dan Lingkungan Sekitar
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Sebagian besar responden sudah mengetahui bahwa limbah buang air besar
sembarangan (BAB) dapat mencemari air dan lingkungan sekitar yakni berjumlah
26 orang (86%) pnegetahuan ini mereka dapatkan dari penyuluhan yang pernah
dimana poin dari STBM tersebut adalah cuci tangan pakai sabun, tidak buang air
besar sembarangan, pengelolaan samapah rumah tangga dan pengelolaan limbah
rumah tangga. Sementara 4 orang responden (14%) dari masih kurang mengetahui
dikarenaka kurangnya informasi yang didapat dikarenakan kurang aktif dan
kurang berpartisipasi dalam kegiatan-pkegiatan mengenai sanitasi lingkungan.
Limbah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dimana ketika meresap
ketanah maka tanah akan tercemar dengan tercemarnya tanah secara terus
menerus maka ini akan menyebabkan tercemarnya sumur sebagai sumber air
bersih dimana masyarakat kota bangun masih banyak menggunakan sumur bor
sebagai sumber air bersihnya.
Tabel 23
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Limbah BAB
Sembarangan Dapat Menyebabkan Penyakit Diare/Mencret Karena
Limbah Meresap Ketanah, Air Bersih dan Mengandung Bakteri E-Coli
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Hampir semua responden setuju bahwa limbah buang air besar sembarangan
(BAB) dapat mencemari lingkungan kemudian akan menyebabkan penyakit
diare/mencret dikarenakan limbah meresap ketanah, air bersih dan mengandung
bakteri penyebab diare yakni bakteri E-coli. Sebanyak 29 responden (96%) setuju
mencemari lingkungan merusak tanah dan air bersih diketiarnya juga
mengandung bakteri E-coli penyebab penyakit diare, mereka mengetahui hal
tersebut dari buku atau media informasi lainnya tentang kesehatan yang mereka
baca dan juga dari kegiatan pemicuan dari lembaga YAKMI. Sementara 1 orang
responden (4%) kurang setuju karena tidak dapat menjelaskan proses pencemaran
limbah BAB sehingga kurang yakin jika limbah kotoran tinja bisa meresap
ketanah dan mencemari sumber air bersih, hal ini dikarenakan kurangnya
informasi yang didapatkan dan juga tidak aktif nya dalam kegiatan pemicuan.
Tabel 24
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30
orang mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank, semua responden
mengetahui dan mampu menjelaskan dengan baik apa yang dimaksud dengan
septictank dikarenakan semua responden memiliki septictank dirumahnya sebagai
wadah penampungan kotoran/limbah tinja. Septictank merupakan bangunan
penampung kotoran tinja yang biasanya berukuran diatas 1x1 meter dan terbuat
dari batu bata yang biasanya tidak kedap air sehingga limbah kotoran tinja
Tabel 25
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan
Manfaat Septictank
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden yakni 30
orang mengetahui apa fungsi dan manfaat septictank, semua responden
mengetahui karena mereka semua memiliki septictank dirumahnya sebagai wadah
penampungan kotoran/limbah tinja. Fungsi septictank adalah menampung kotoran
tinja/limbah rumah tangga dan manfaatnya yakni agar limbah BAB tidak berbau
karena berada didalam sebuah wadah yang tertutup sehingga tidak mencemari
udara, akan tetapi manfaat septictank biasa tidak maksimal dikarenakan
mencemari lingkungan karena meresap dengan tanah sehingga dapat merusak
tanah dan sumber air bersih.
Tabel 26
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Septictank
Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Berdasarkan tabel 26 bisa dilihat bahwa responden sebagian besar sudah
mengetahui apa yang dimaksud dengan septictank ramah lingkungan yakni
sebanyak 19 orang (63%), pengetahuan ini mereka dapatkan melalui
sosialiasi/pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI
dengan intensitas kehadiran yang aktif dan partisipasi yang juga aktif maka
septictank ramah lingkungan ini sering mereka dengar dan mereka lihat sehingga
dapat menyampaikan dengan baik pengertian dari septictank ramah lingkungan
tersebut. Sementara 11 orang responden (37%) lainnya masih kurang mengetahui
karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank ramah
lingkungan, hal ini dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang kurang dalam
sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang mereka didapatkan.
Septictank ramah lingkungan merupakan bangunan berdiameter 1,2 meter
dan tinggi 1,6 meter memiliki dua tabung, tabung pertama sebagai wadah untuk
menampung kotoran tinja dan tabung kedua untuk menampung limbah rumah
tangga seperti air cucian mandi dan cuci piring. Kemudian pada tabung kedua di
biakkan bakteri untuk mengolah air buangan menjadi air yang steril dan tidak
berbahaya ketika dilepaskan ke parit-parit rumah.
Tabel 27
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Fungsi dan
Manfaat Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar sudah
mengetahui fungsi dan manfaat septictank ramah lingkungan yakni sebanyak 19
orang (63%), pengetahuan ini juga mereka dapatkan melalui sosialiasi/pemicuan
mengenai septictank ramah lingkungan dari lembaga YAKMI dengpartisipasi
yang aktif didalam kegiatan tersebut sehingga pengetahuan dan informasi yang
didapatkan maksimal. Selanjutnya 11 orang (37%) dari responden masih kurang
mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai septictank
ramah lingkungan, hal ini juga dikarenakan intensitas kehadiran mereka yang
kurang dalam sosialisasi tersebut sehingga tidak maksimal informasi yang
didapatkan.
Fungsi dari septictank ramah lingkungan ini adalah menampung dan
mengolah kotoran tinja dan limbah rumah tangga menjadi limbah yang tidak
mencemari lingkungan, kemudian manfaatnya adalah tidak mencemari tanah dan
sumber air bersih dan menghindarkan/meminimalisir resiko untuk terkontaminasi
bakteri penyebab penyakit diare.
Tabel 28
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Perbedaan
Septictank Biasa(Resapan) Dengan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar sudah
lingkungan yakni sebanyak 19 orang responden (63%) mereka dapat membedakan
keduanya dikarenakan sudah melihat langsung septictank tersebut dan proses
pembangunannya sehingga bisa membandingkan dengan septictank resapan yang
mereka miliki. Sementara 11 orang (37%) dari responden masih kurang
mengetahui karena belum bisa menjelaskan secara baik mengenai perbedaannya.
Hal ini dikarenakan belum melihat langsung proses pembuatan septictank ramah
lingkungan tersebut dengan demikian pengetahuan akan septictank ramah
lingkungan tersebut kurang sehingga tidak mampu membedakan kedua model
septictank tersebut dengan baik. Perbedaanya yakni terletak pada struktur
bangunan dimana septictank biasa memakai batu bata yang bahannya bisa
meresap ketanah sedangkan septictank ramah lingkungan dibuat dengan
percampuran 1 pasir berbanding 2 semen tanpa batu bata sehingga bangunan
kokoh dan kedap air, kemudian bentuknya juga berbeda memiliki 2 tabung dan
fungsinya yang tidak hanya menampung tapi juga mengolah air buangan limbah
rumah tangga menjadi steril dan tidak mencemari lingkungan.
Tabel 29
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Tujuan
Program Pembangunan Septictank Ramah Lingkungan Oleh Lembaga
YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Berdasarkan hasil data pada tabel 29 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 18 orang (60%) mengetahui tujuan program bantuan
pembangunan septictank ramah lingkungan dari Lembaga YAKMI mereka
mengetahui tujuan program tersebut karena pernah disampaikan didalam kegiatan
pemicuan tersebut. Sementara 12 orang responden (40%) dari responden masih
kurang mengetahui tujuan program tersebut dikarenakan partisipasi yang kurang
aktif dalam sosialisasi sehingga pemahaman mengenai septictank ramah
lingkungan dan sanitasi lingkungan tidak maksimal dengan demikian tujuan dari
program tersebut juga kurang mereka pahami.
Tujuan program bantuan pembangunan septictank ramah lingkungan oleh
Lembaga YAKMI adalah agar masyarakat sadar dan peduli terhadap kebersihan
lingkungan, sehingga merubah pola perilaku mereka akan sanitasi lingkungan.
mencegah tercemarnya sumber air bersih akibat perilaku manusia untuk
mengurangi/ meminimalisir penyakit mencret/diare didalam masyarakat.
Tabel 30
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Resiko Yang
Ditimbulkan Jika Tidak Menggunakan Septictank Ramah
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1
Sumber : Data primer 2015
responden yakni 18 orang (60%) mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila
tidak menggunakan septictank ramah lingkungan, mereka mengetahui resiko yang
ditimbulkan melalui kegiatan pemicuan dan juga berdasarkan apa yang mereka
alami ketika menggunakan septictank resapan tersebut. Sementara 7 orang
responden (23%) masih kurang mengetahui resikonya dikarenakan belum bisa
menjawab dengan baik dikarenakan partisipasi yang kurang aktif dalam kegiatan
pemicuan sehingga informasi yang didapat juga tidak maksimal dan 5 orang
responden (17%) tidak mengetahui resiko yang ditimbulkan apabila tidak
menggunakan septictank ramah lingkungan. Hal tersebut karena mereka merasa
septictank resapan yang mereka gunakan tidak pernah bermasalah sehingga
mereka yakin septictank biasa saja sudah cukup utnuk digunakan sehingga mereka
tidak mengetahui resiko yang akan ditimbulkan apabila tidak menggunakan
septictank ramah lingkungan.
Resiko yang ditimbulkan apabila tidak menggunakan septictank ramah
lingkungan seperti sumber air bersih yang akan tercemar kemudian akan sulit
untuk mendapatkan sumber air bersih, terkena penyakit diare/mencret akibat
tercemar bakteri E-coli.
5.3.2 Sikap Responden Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini
adalahdengan melihat sikap responden terhadap sanitasi melalui septictank
Tabel 31
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan
Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 31 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 25 orang (83%) beranggapan bahwa program bantuan
pembangunan septictank tersebut membantu dikarenakan adanya subsidi sebesar
2,5 juta dalam setiap pembangunan septictank. Responden yang lain sebanyak 5
orang (17%) menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang membantu,
mereka yang menganggap program tersebut kurang membantu yakni karena hanya
disubsidi sebagian tidak sepenuhnya, sehingga mereka menganggap jumlah 1,5
juta Rupiah yang dikeluarkan masih tetap saja terasa berat bagi mereka.
Tabel 32
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Program Pembangunan
Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
responden yakni 22 orang (73%) beranggapan bahwa program bantuan
pembangunan septictank ramah lingkungan tersebut bermanfaat bagi mereka
dengan alasan adanya pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan
pemicuan/sosialisasi tersebut dan mengatakan program tersebut bermanfaat untuk
mengurangi tingkat pencemaran di daerah mereka, 7 orang responden (23%)
menganggap bahwa program bantuan tersebut kurang bermanfaat dikarenakan
masyarakat lebih membutuhkan hal yang lain. Ada 1 orang responden (4%) yang
menganggap bantuan tersebut tidak bermanfaat, seperti jawaban dari hasil
wawancara dengan Ibu Muhadinah (55thn) “maunya gak usah bantuan bangun
septictank tapi kasih macam sembako gratis atau kasih pinjaman untuk modal
usaha saja lebih bermanfaat”.
Tabel 33
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap Septictank
Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Mengurangi tingkat pencemaran Septictank biasa sudah cukup Keduanya tidak perlu
21
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 33 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 21 orang responden (70%) beranggapan bahwa septictank ramah
lingkungan membantu mengurangi tingkat pencemaran dikarenakan fungsinya
(30%) berpendapat bahwa septictank biasa saja sudah cukup untuk digunakan
tanpa harus menggunakan septictank ramah lingkungan. Mereka menganggap
septictank biasa sudah cukup untuk digunakan karena tidak pernah bermasalah
selama memekai septictank tersebut.
Tabel 34
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pentingnya dibangun
septictank ramah lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 34 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank ramah
lingkungan penting untuk dibangun didaerah tempat mereka tinggal, hal ini
dikarenakan tingkat pencemaran lingkungan yang sudah sangat tinggi di
lingkungan tempat mereka tinggal dan septictank resapan tidak layak untuk
digunakan. Kemudian 4 orang responden (13%) mengatakan kurang penting
karena menganggap tingkat pencemaran belum terlalu tinggi tetapi tetap
menganggap septictank ramah lingkungan bermanfaat untuk digunakan dan 5
orang (17%) mengatakan tidak penting, karena menganggap pencemaran
lingkungan belum tinggi masih biasa-biasa saja dan septictank resapan sudah
Tabel 35
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Program Septictank
Ramah Lingkungan Demi Kelangsungan Kesehatan Lingkungan
Generasi Mendatang
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 35 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 21 orang (70%) mendukung pembangunan septictank ramah
lingkungan tersebut guna kelangsungan generasi mendatang, bentuk dukungan
tersebut adalah dengan mendukung program tersebut dibuat didaerah lainnya di
seluruh Indonesia dan menyampaikan akan manfaat septictank ramah lingkungan
tersebut kepada masyarakat luas. Mereka mendukung program tersebut karena
menganggap lingkungan harus dijaga untuk masa depan anak cucu mereka,
kemudian 5 orang responden (17%) kurang mendukung mereka menganggap
program tersebut perlu untuk diterapkan didaerah lain akan tetapi partisipasinya
dalam menyampaikan manfaat program tersebut kepada orang lain tidak ada.
Selanjutnya 4 orang responden (13%) tidak mendukung adanya program tersebut
ini terlihat dari tidak adanya usaha mereka untuk menyampaikan manfaat akan
program sanitasi lingkungan tersebut kepada orang lain.
Pada tabel 36 dibawah ini dapat dilihat bagaimana tanggapan responden
mengenai apakah cukup menggunakan septictank resapan tanpa harus
Tabel 36
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Septictank Biasa Sudah
Cukup Tanpa Harus Membangun Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 36 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 21 orang (70%) beranggapan bahwa septictank biasa (resapan)
tidak cukup untuk digunakan dan harus menggantinya dengan septictank ramah
lingkungan,hal ini berdasarkan kondisi yang mereka alami ketika menggunakan
septictank ramah lingkungan dan juga informasi yang mereka dapatkan dalam
kegiatan pemicuan mengenai septictank ramah lingkungan. Seperti hasil
wawancara peneliti dengan salah satu responden yakni Ibu Kheriah (33thn) yang
mengatakan “ septictank biasa tidak cukup, banyak kurangnya seperti baunya
yang sering menguap, tidak kedap air jadi kotoran tinja meresap ketanah bisa
mencemari sumur kita”.
Sementara 9 orang responden lainnya (30%) berpendapat bahwa septictank
biasa saja sudah cukup tanpa harus menggantinya dengan septictank yang ramah
lingkungan, salah satu pendapat responden yakni Ibu Nur Aini (52thn)
mengatakan “septictank yang lama aja udah cukup, selama ini gak ada masalah
Tabel 37
Distribusi Responden Berdasarkan Minat Menggunakan Septictank Ramah
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 37 dapat dilihat bahwa 8 orang responden
(30%) berminat untuk menggunakan septictank ramah lingkungan, dimana 8
orang tersebut sudah membangun septictank ramah lingkungan di rumahnya.
Mereka membangun karena sadar akan kebersihan lingkungan dan karena
mengetahui manfaat dari septictank ramah lingkungan tersebut. Kemudian 12
orang responden (40%) belum berminat untuk menggunakan septictank ramah
lingkungan dikarenakan belum memiliki uang yang cukup untuk membangun
tetapi tetap memiliki keinginan untuk menggantinya dan 9 orang responden (30%)
tidak berminat untuk membangunnya dikarenakan harga yang dianggap tetap
memberatkan dan pengetahuan yang minim akan manfaat septictank ramah
lingkungan.
Pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat mengenai sanitasi
lingkungan akan lenbih mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku masyakarakat
akan lingkungan sehingga masyarakat akan lebih yakin jika hidupnya dapat
terhindar dari penyakit apabila mampu menerapkan hal-hal yang ada dalam
pengetahuan tersebut. untuk melihat doistribusi responden berdasarkan keyakinan
dapat dilihat pada tabel dibwah ini.
Tabel 38
Distribusi Responden Berdasarkan Keyakinan Kesehatan Akan Lebih
Terjamin Jika Menggunakan Septictank Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 38 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 22 orang (74%) meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih
terjamin apabila menggunakan septictank ramah lingkungan dengan menganggap
bahwa septictank ramah lingkungan mampu mengurangi tingkat pencemaran di
lingkungan mereka, dimana air buangannya sudah steril sehingga tidak
mencemari tanah dan sumber air minum sehingga mereka yakin kesehatan mereka
akan lebih terjaga.
Sementara 4 orang responden (13%) kurang meyakini karena menganggap
belum bisa menjawab apabila belum memakainya langsung, dan 4 orang lainnya
(13%) tidak meyakini bahwa kesehatan mereka akan lebih terjamin jika
menggunakan septictank ramah lingkungan dikarenakan mereka menganggap
septictank tersebut sama saja dengan septictank yang mereka miliki sekarang, jika
sudah terlalu lama dipakai maka akan rusak juga dan menimbulkan masalah.
pendapat ini tentunya didasari oleh pengetahuan yang mereka dapat tentang
bagus pengetahuan yang mereka dapatkan maka semakin meyakini manfaat dari
septictank ramah lingkungan tersebut.
Tabel 39
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Jika Dikeluarkan Peraturan
Melarang Pembuangan Limbah BAB Sembarangan Oleh Pemerintah
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 32 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 21 orang (67%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan
larangan buang air besar (BAB) sembarangan dengan alasan tingkat pencemaran
yang sudah tinggi dan masyarakat yang sudah tidak malu untuk membuang
sembarangan limbah BAB nya. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut mereka
menganggap akan sangat membantu menjaga kebersihan lingkungan mereka dan
mengurangi tingkat pencemaran lingkungan didaerah tempat mereka tinggal.
Kemudian 9 orang responden (30%) menjawab kurang setuju dikarenakan
menganggap belum tingginya tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi
didaerah tempat mereka tinggal.
Pada tabel 40 dibawah ini dapat dilihat sikap para responden apabila
pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai keharusan membangun septictank
ramah lingkungan di masing-masing rumah tempat tinggal baik rumah yang sudah
Tabel 40
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Pemerintah
Menetapkan Peraturan Tentang Keharusan Membangun Septictank
Ramah Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju
14
13
3
47
43
10
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 40 dapat dilihat bahwa 14 orang
responden (47%) setuju apabila pemerintah mengeluarkan peraturan tentang
keharusan membangun septictank yang ramah lingkungan di masing-masing
rumah baik yang sudah terbangun maupun pada rumah yang akan dibangun, hal
ini dikarenakan pencemaran lingkungan yang mereka rasakan sudah parah di
lingkungan mereka tinggal sehingga mereka setuju karena hal tersebut dianggap
akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan agar melestarikan
lingkungan kedepannya. Kemudian 13 responden (43%) kurang setuju dengan hal
tersebut dengan alasan walaupun septictank ramah lingkungan penting
keberadaannya tetapi tidak semua mampu untuk membangunnya dikarenakan
biaya yang mahal dan 3 orang responden (10%) menganggap hal tersebut tidak
pentig dengan alasan septictank ramah lingkungan tidak penting dan tidak semua
5.3.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Melalui Septictank Ramah
Lingkungan
Salah satu indikator untuk menilai respon dalam penelitian ini adalah
dengan melihat persepsi responden terhadap sanitasi melalui septictank ramah
lingkunganpada tabel di bawah ini
Tabel 41
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Kehadiran Dalam
Pertemuan Dengan Pihak Puskesmas Mengenai Kebersihan
Lingkungan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 41 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 19 orang (63%) tidak pernah mengikuti pertemuan dengan pihak
puskesmas mengenai kebersihan lingkungan, dikarenakan mereka sama sekali
tidak mengetahui dan tidak pernah mendengar informasi mengenai kegiatan
tersebut, kurangnya sosialisasi dari pihak puskesamas merupakan kendala
utamanya. Sedangkan 9 orang (30%) kurang aktif dalam pertemuan tersebut
dikarenakan kehadiran yang hanya 2 kali dalam sebulan atau kurang, mereka
mengetahui adanya kegiatan tersebut akan tetapi kurang aktif karena merasa
pertemuan tersebut dengan intensitas 3 kali dalam sebulan atau lebih karena
mereka merupakan pengelola dari kegiatan bank sampah tersebut. Kegiatan
pertemuan ini berupa kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) salah
satunya seperti kegiatan bank sampah atau pengelolaan sampah masyarakat
menjadi sesuatu produk yang berguna.
Tabel 42
Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kehadiran Dalam
Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan hasil data pada tabel 42 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yakni 17 orang (56%) aktif dalam mengikuti kegiatan
sosialisasi/pemicuan mengenai sanitasi lingkungan dan septictank ramah
lingkungan, sosialisasi ini diadakan 6 kali dalam sebulan dan intensitas kehadiran
1 kali dalam seminggu atau lebih maka akan dimasukkan dalam kategori aktif.
Mereka aktif dan antusias mengikuti kegitan tersebut karena merasa kegiatan ini
penting untuk mengubah pola perilaku mereka dan masyarakat lainnya dalam hal
kesehatan lingkungan disamping juga aktif karena ingin mendapatkan bantuan
yang cukup membantu bagi mereka. Sedangkan 3 responden (10%) kurang aktif
dalam mengikuti sosialisasi karena kehadiran yang hanya dibawah 1 kali dalam
seminggu dikarenakan mereka tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk
mengikutinya dan 10 orang responden (34%) tidak aktif dalam mengikuti kegiatan
tersebut dengan intensitas yang hanya 1 kali dalam sebulan disamping juga tidak
memiliki waktu sebagian dari mereka juga menganggap kegiatan ini tidak terlalu
penting dikarenakan tidak tertarik dengan penggunaan septictank ramah
lignkungan tersebut.
Tabel 43
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Keaktifan Dalam
Sosialisasi/Pemicuan Oleh Lembaga YAKMI
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 43 dapat dilihat bahwa 11 orang responden (37%)
memiliki partisipasi yang aktif dalam sosialisasi/pemicuan oleh lembaga YAKMI,
partisipasi ini berupa ikut bertanya, memberikan pendapat dan memberikan saran
atau masukan dalam forum kegiatan. Mereka ikut aktif karena merasa tertarik
dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan tersebut sehingga antusias
selama mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya 8 orang responden (26%)
responden kurang aktif dalam kegitan dimana mereka hanya bertanya atau hanya
memberikan pendapat saja dan 11 orang (37%) responden tidak aktif dalam
kegiatan sosialisasi tersebut, dikarenakan antusias yang kurang dikarenakan ikut
tapi bukan karena kemauan sendiri seperti hasil wawancara dengan salah satu
warga yakni Ibu Sarifah (50thn) mengatakan “ kemarin diajak teman jadi segan
Tabel 44
Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa Saja Penyampaian
Tentang Pentingnya Sanitasi, Septictank Ramah Lingkungan dan Bahaya
BAB Sembarangan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
Kerabat, orang lain diluar daerah Keluarga
Sumber : Data primer 2015
Berdasarkan tabel 44 dapat dilihat bahwa 11 orang (37%) responden
menyampaikan kembali tentang materi mengenai pentingnya sanitasi, septictank
ramah lingkungan dan bahaya dari buang air besar sembarangan (BAB) dari hasil
kegiatan sosialisasi kepada kerabat, orang lain diluar daerah (masyarakat luas).
Mereka merasa kegiatan ini bermanfaat sehingga perlu untuk menyampaikan
kembali pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kegiatan tersebut kepada
masyarakat luas. Sementara 11 orang (37%) responden menyampaikan kembali
tentang materi tersebut kepada lingkungan terdekatnya saja yakni keluarga
dikarenakan pengetahuan ini dianggap penting untuk kesehatan keluarga mereka.
Selanjutnya 8 orang responden (26%) tidak pernah menyampaikan kembali
dikarenakan kurangnya pengetahuan yang didapat sehingga mereka tidak pernah
menyampaikan kembali materi sosialisasi tersebut, dikarenakan tidak
maksimalnya informasi yang didapat dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil data pada tabel 43 dibawah ini dapat dilihat bahwa