ABSTRAK
Di era persaingan dunia usaha yang semakin ketat, banyak badan usaha
yang harns mampu dalam memuaskan pelanggannya, salah satunya melalui
penjualan kredit. Adanya penjualan kredit tentu saja menyebabkan timbulnya
piutang
nsaha.
Piutang usaha
ini menyebabkan
perusahaan
tidak
dapat
menggunakan dana usaha yang seharusnya sudah diterimanya ini secara langsung.
Bagi
pernsahaan kecil mungkin kondisi seperti ini dapat masih dapat diatasi
karena jumlah piutang usaha masih relatif keeil. Tetapi bagi perusahaan besar
kebutuhan untuk membelanjai piutang nsaha
ini
akan semakin besar. Hal ini akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan jika perusahaan tidak memiliki suatu
prosedur dan pengawasan piutang nsaha uang baik. PT. Charoen Pokphand
Indonesia Medan merupakan salah satu perusahaan besar dimana kapasitas
produksi
rata-rata
mencapai
90.0000 ton per tabun.
Agar dapat
terns
mempertahankan
kelangsungannya,
perusahaan
harns
marnpu
dan
mau
menyediakan penjualan secara kredit kepada para pelanggannya. Jangka
waktu
kredit (credit term) yang diberikan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Medan
kepada para pelanggannya adalah paling lama 30 hari. Akan tetapi melihat data
perusahaan, masih ada beberapa pelanggan yang berbentuk badan nsaha
menghadapi tunggakan kredit lebih dari 30 hari dan jumlalmya material. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah
ini,
apakah perusahaan tidak
memiliki suatu prosedur dan pengawasan yang baik terhadap piutang nsaha
sehingga masalah ini bisa ter]adi.
Dalam hal prosedur penulis mencoba menelitinya mulai dari bagaimana
timbulnya penjualan
kterdit
di perusahaan sampai kepada proses penagihannya.
Demikian juga dalarn hal pengawasan penulis menelitinya melalui elemen-elemen
yang dipergunakan oleh
perusahaan
dalam mengadakan pengawasan piutang
usaha khusnsnya pengawasan internnya. Melalui beberapa langkah wawancara
dan pengambilan data yang penulis lakukan, ternyata penulis menemukan bahwa
teIjadinya .tunggakan
piutang usaha yang material dari beberapa pelanggan
disebabkan perusahaan mempunyai hubungan istimewa (affliasi), Menurut penulis
terjadinya .hubungan istimewa belum bisa
dikatakan
bahawa perusahaan tidak
memiliki prosedur dan pengawasan piutang nsaha yang
baikkarena ini
merupakan
kebijakan dari manajemen perusahaan, hanya saja tidak ada kebijakan secara
tertulis sampai kapan pelunasannya harus dilakukan, perusahaan juga tidak
memberlakukan denda atas keterlambatan tersebut. Berdasarkan basil wawancara
dengan bagian keuangan persentase piutang tak tertagih adalah kecil dan tidak
setiap periode terjadi. Setelah penulis meneliti lebih lanjut penulis menarik
kesimpulan bahwa semua prosedur yang dijalankan telah berjalan dengan baik
karena harnpir seluruhnya sesuai dengan teori yang ada, hanya karena adanya
hubungan yang istimewa menyebabkan perusahaan terlihat memiliki tunggakan
piutang yang material.
•
v