UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SI REGULER MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN
BELANJA MODAL PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/ KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
NAMA : RINA D. GULTOM
NIM : 070503128
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap
Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dibuat,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program
Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar
apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, November 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Rina D. Gultom
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
anugerah-Nya yang teramat besar sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.
Dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M.,
Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang
sangat banyak membantu dan membimbing sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran demi kemajuan penulisan skripsi saya dan meluangkan
waktunya untuk menguji saya pada waktu sidang.
5. Bapak Sambas A. Kesuma, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II yang
6. Secara khusus untuk orangtua penulis J. Gultom dan S. Togatorop yang
selalu memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan selalu mendoakan
anak-anaknya agar dikuatkan untuk mencapai cita-cita, Juga kepada
abang Juanda Febrando Gultom, adik Endang Triyani Gultom dan Gabriel
Gultom yang telah memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
Tidak lupa juga rekan-rekan seperjuangan di GMKI dan Akuntansi
stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih buat
segala yang telah dilalui bersama.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, November 2011 Penulis
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Jumlah populasi
penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive
sampling diperoleh 17 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006-2010. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Modal.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 31% yang berarti bahwa 31% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 69% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif,, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh tetapi tidak signifikan, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
ABSTRACT
The Purpose of this research is to find out and to analyze whether Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence the Capital Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province.
Type of study is a research asosiatif. The population of this research are 33 regencies/cities and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2010 are chosen as samples. The independent variabel used in this research are Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund, and dependent variabel is Capital Expenditure.
The result proof that Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence simultaneously the Capital Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 31% influence given by independent variable. The rest 69% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Economic Growth doesn,t influence,Local Own Revenue influence but not significantly, and Balance Fund influence the Capital Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. ... L atar Belakang Masalah... 1
B. ... P erumusan Masalah ... 4
C. ... T ujuan dan Manfaat Penelitian 1. ... T ujuan Penelitian ... 4
2. ... M anfaat Penelitian ... 5
A. ... T
injauan Teoritis
1. ... A
nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
a. ... P
engertian dan Unsur-unsur APBD ... 6
b. ... S
truktur APBD ... 8
2. ... P
ertumbuhan Ekonomi ... 9
3. ... P
endapatan Asli Daerah (PAD) ... 10
4. ... D
ana Perimbangan... 16
5. ... B
elanja Modal ... 23
B. ... T
injauan Penelitian Terdahulu ... 25
C. ... K
erangka Konseptual dan Hipotesis
1. ... K
2. ... H
ipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. ... D
esain Penelitian ... 29
B. ... P
opulasi dan Sampel Penelitian ... 30
C. ... J
enis dan Sumber Data ... 31
D. ... M
etode Pengumpulan Data ... 31
E. ... D
efinisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 31
F. ... M
etode Analisis Data ... 33
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. ... D
ata Penelitian... 39
B. ... A
nalisis Hasil Penelitian
1. ... A
2. Uji Asumsi Klasik
a. ... U
ji Normalitas ... 41
b. ... U
ji Multikolinearitas ... 44
c. ... U
ji Autokorelasi ... 46
d. ... U
ji Heterokedastisitas ... 47
3. ... P
engujian Hipotesis
a. ... U
ji Simultan (Uji-F) ... 49
b. ... U
ji Parsial (Uji-t) ... 51
4. ... K
oefisien Determinasi ... 54
C. ... P embahasan Hasil Penelitian ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ... K
B. ... K
eterbatasan Penelitian ... 57
C. ... S
aran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Jenis-jenis Retribusi ... 13
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 25
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 40
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 43
Tabel 4.3 Collinearity Statistics ... 44
Tabel 4.4 Covariance Matrix ... 45
Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusan ... 46
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 4.7 Uji Glesjer ... 49
Tabel 4.8 Uji-F ... 50
Tabel 4.9 Uji Statistik-t ... 52
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi ... 54
DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Histogram ... 42
Gambar 4.3 Scatterplot ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Variabel Penelitian
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Jumlah populasi
penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive
sampling diperoleh 17 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006-2010. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Modal.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 31% yang berarti bahwa 31% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 69% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif,, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh tetapi tidak signifikan, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
ABSTRACT
The Purpose of this research is to find out and to analyze whether Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence the Capital Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province.
Type of study is a research asosiatif. The population of this research are 33 regencies/cities and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2010 are chosen as samples. The independent variabel used in this research are Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund, and dependent variabel is Capital Expenditure.
The result proof that Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence simultaneously the Capital Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 31% influence given by independent variable. The rest 69% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Economic Growth doesn,t influence,Local Own Revenue influence but not significantly, and Balance Fund influence the Capital Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dengan
Indonesia menggunakan sistem setralisasi, dimana seluruh keputusan berada di
pemerintahan pusat. Sistem ini dianggap tidak berhasil karena terjadi
ketidakseimbangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Dalam otonomi daerah, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah
daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai
pemerintahan daerah. Undang-Undang ini mengatur mengenai pembagian fungsi
pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam menjalankan pemerintahan
daerah, pemerintah daerah menggunakan asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi pedoman dalam
melakukan pelayanan publik selama satu periode. Anggaran daerah disebut juga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam penyusunan APBD,
eksekutif dan legislatif melakukan kesepakatan mengenai Kebijakan Umum
APBD dan Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja. Eksekutif akan membuat Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja (RAPBD), kemudian diberikan kepada legislatif untuk
dibahas dan ditetapkan menjadi sebuah Peraturan Daerah (Perda). Dalam
pelaksanaannya, legislatif akan bertindak sebagai pengawas pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja tersebut.
Legislatif memiliki wewenang yang besar dalam proses penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki kesempatan untuk
mengambil tindakan yang dapat menguntungkan kepentingan pribadi mereka.
pengalokasian yang akan meningkatkan anggaran untuk kepentingan pribadinya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminta eksekutif untuk membuat alokasi
yang lebih tinggi untuk sektor-sektor yang merupakan bagian dari
kepentingannya. Sektor-sektor yang sering mengalami pengurangan alokasi
anggaran merupakan sektor-sektor yang merupakan sektor yang sangat vital bagi
masyarakat luas, seperti sektor pendidikan, kesehatan dan belanja publik yang
lain.
Dana yang dibutuhkan dalam pemenuhan anggaran belanja yang telah dibuat
berasal dari beberapa sumber. Yang pertama adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD). PAD merupakan sumber penerimaan yang bergantung pada kemampuan
daerah untuk mengolah sumber-sumber ekonomi asli daerah. Pengolahan tersebut
yang akan dimanfaatkan dalam proses untuk mewujudkan pembangunan daerah
yang berkelanjutan. Dalam proses inilah yang sering disalahgunakan oleh pihak
eksekutif maupun legislatif untuk melakukan keputusan pengalokasian sesuai
dengan kepentingan pribadinya.
Dana perimbangan merupakan dana yang diterima oleh pemerintah daerah
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana
perimbangan akan digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah. Pemerintah
pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk mengelola dana
tersebut, apakah akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat daerah atau
tidak.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berjalan positif di atas
dengan 2008 masing-masing adalah 5,48 %, 6,18 %, 6,90 % dan 6,39 %.
Namun ada catatan yang perlu diperhatikan yaitu walaupun terjadi
pertumbuhan positif namun gerakannya mulai melambat, yang artinya potensi
ekonomi yang terpakai selama ini (pantai timur Sumatera Utara) sudah
menunjukan kejenuhan.
Beberapa daerah di provinsi Sumatera Utara tidak mampu lagi mendukung
beban pertumbuhan ekonomi selanjutnya.. Demikian juga dengan pendapatan
perkapita penduduk Sumatera Utara yang terus berkembang yaitu tahun 2006
sebesar Rp 12,65 juta dan tahun 2007 sebesar Rp14,17 juta. Di dalam
distribusi PDRB, memang belum dilihat kualitasnya, apakah sudah merata atau
belum. Namun dapat dilihat bahwa distribusinya belum merata mengingat
pertumbuhan kabupaten/kota di Sumatera Utara juga tidak berimbang. Artinya,
ada daerah yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya dan ada
pula daerah yang kurang mampu sehingga tercipta kesenjangan pembangunan
antar daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
Sumber-sumber pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut
seharusnya dapat dialokasikan dengan baik. Melalui sumber-sumber pendapatan
tersebut, seharusnya aset-aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah dapat
bertambah setiap tahunnya sehingga dapat digunakan untuk menyejahterakan
masyarakat secara maksimal. Jika pengalokasian dana yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka masyarakat akan semakin sejahtera dan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial
maupun simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan
kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap
pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi
Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
bidang akuntansi sektor publik mengenai pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Modal,
dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada
pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
2. Bagi pemeritah daerah, untuk memberikan masukan dalam
penyusunan kebijakan terutama kebijakan yang berkaitan dengan
pengalokasian belanja modal yang terdapat dalam APBD.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan
pemikiran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Belanja Modal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting
keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian
daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan,
maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,
2003).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD
dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari
digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007).
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran
yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya,
dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati
sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Sasaran yang dimuat dalam APBD harus sesuai dengan fungsi
belanja, standar pelayanan yang diharapkan, dan perkiraan biaya kegiatan
yang bersangkutan. APBD harus memuat bagian pendapatan yang
digunakan untuk membiayai biaya administrasi umum, belanja operasi
dan pemeliharaan, dan belanja modal/investasi. Apabila sasaran tersebut
dimuat. APBD tersebut akan dapat digunakan untuk kepentingan
masyarakat daerah.
APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Rencana kegiatan suatu daerah
2) Adanya sumber penerimaan
3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
4) Periode anggaran yang biasanya 1 (satu) tahun.
b. Struktur APBD
Karakteristik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di
era prareformasi berbeda dengan era reformasi. Di era prareformasi,
APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan Kepala Daerah dengan
menggunakan pendekatan tradisional. Dalam pendekatan tradisional,
Tujuan pendekatan ini adalah untuk melakukan pengendalian atas
pengeluaran. Di era reformasi, peraturan-peraturan daerah
mengisyaratkan laporan keuangan yang makin informatif. APBD dibagi
menjadi tiga bagian yaitu penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan.
Pembiayaan merupakan bagian yang tidak ada ketika era prareformasi.
APBD merupakan satu kesatuan (Darise, 2008) yang terdiri dari:
1. Pendapatan daerah
2. Belanja daerah
3. Pembiayaan daerah
Selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus anggaran
terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari
anggaran belanja daerah. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.
Dalam hal APBD diperkirakan surplus, digunakan untuk pembayaran
pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman
kepada pemerintah pusat/daerah, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih
tahun anggaran berjalan. Pemanfaatan surplus disebut sebagai
pengeluaran pembiayaan. Dalam hal APBD diperkirakan defisit,
ditetapkan sebagai pembiayaan untuk menutup defisit tersebut
diantaranya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran lalu,
penggunaan cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan
atau penerimaan piutang. Langkah-langkah untuk menutupi defisit
disebut penerimaan pembiayaan.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PNB/PDB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur penduduk terjadi
atau tidak (Arsyad, 2005). Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran
mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya
dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan
yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak
langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi
daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di
masa yang akan datang (Sirojuzilam, 2010).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan
pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat
mulai dari lapisan atas sampai bawah. Masyarakat dapat menikmati hasil
tersebut secara langsung maupun melalui campur tangan pemerintah.
Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke
tahun dapat digambarkan melalui penyajian PDRB atas harga konsumen
secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya
terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber
daya dan dana negara.
Terdapat perbedaan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan ekonomi terjadi dalam bentuk: (a) peningkatan
dalam pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertumbuhan PNB
melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dan (b) pertumbuhan PNB tersebut
dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya
dari yang sebelumnya bercorak tradisional. Sedangkan pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai kenaikan dalam PNB tanpa memandang apakah kenaikan
itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk dan
apakah perubahan dalam struktur ekonomi (dan struktur masyarakat dan
kelembagaan yang menyertainya) berlangsung atau tidak (Kamaluddin,
1998).
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi
daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD (Halim, 2001).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipungut berdasarkan peraturan daerah.
Sumber-sumber PAD antara lain:
Pajak adalah iuran yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Pajak yang dikelola atau dipungut oleh pemerintah daerah teknis
terdiri dari empat jenis yaitu:
1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
2. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air
3. Pajak bahan bakar bermotor, dan
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan air
permukaan.
Pajak yang dikelola/dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota terdiri
dari:
1. Pajak hotel
2. Pajak restoran
3. Pajak hiburan
4. Pajak reklame
5. Pajak penerangan jalan
6. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian
Besarnya tarif, untuk pajak provinsi ditetapkan secara seragam di
seluruh Indonesia sebagaimana diatur dalam PP No. 65 Tahun 2001.
Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (Perda), namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif
maksimum yang telah ditentukan dalam UU.
b. Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan secara khusus dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu
1. Retribusi jasa umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan.
2. Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena
jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan
dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal.
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam memberikan izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana , atau fasilitas tertentu untuk melindungi
kepentingan umum, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Retribusi Retribusi Jasa
Umum
Retribusi Jasa Usaha Retribusi
Perizinan Tertentu
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan; 3. Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; 4. Retribusi
Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Mayat; 5. Retribusi
1. Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Pasar
Grosir dan/atau Pertokoan; 3. Retribusi Tempat
Pelelangan;
4. Retribusi Terminal; 5. Retribusi Tempat
Khusus Parkir; 6. Retribusi Tempat
Penginapan/
Pesanggrahan/Villa; 7. Retribusi
Penyedotan Kakus; 8. Retribusi Rumah
Potong Hewan; 9. Retribusi Pelayanan
Pelabuhan Kapal; 10. Retribusi Tempat
1. Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan; 2. Retribusi
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3. Retribusi
Izin
Gangguan; 4. Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum; 6. Retribusi
Pelayanan Pasar; 7. Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor; 8. Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 9. Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.
Rekreasi dan Olah Raga;
11. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; 12. Retribusi
Pengolahan Limbah Cair; 13. Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah.
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Sumber penerimaan daerah ini terdiri dari:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarak
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis
pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan mencakup:
1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2. Hasil pemanfaatan kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan
3. Jasa giro
4. Bunga deposito
5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi
6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa
oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing.
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
10. Pendapatan dari pengendalian
11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum
12. Pendapatan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
13. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 55 tahun 2005, dana perimbangan adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara
pemerintah daerah. Dana perimbangan terdapat pada RKA dan DPA
SKPD Badan Pengelola Keuangan dan tidak terdapat di SKPD yang lain.
Dana perimbangan terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana bagi hasil terdiri dari dana bagi hasil bersumber
dari pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam.
Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari:
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dana bagi hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% untuk
daerah meliputi 16,2% untuk daerah provinsi yang
bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum
Daerah Provinsi, 64,8% untuk daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas
pemungutan.
Sedangkan 10% bagian pemerintah dari penerimaan PBB
dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang
didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran
berjalan dengan imbangan sebesar 65% dibagikan secara
merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota, dan sebesar
35% dibagikan sebagai intensif kepada daerah
kabupaten/kota yang realisasi tahun sebelumnya
mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
2. Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dana bagi hasil dari penerimaan BPHTP sebesar 80%
dengan rincian 16% untuk daerah provinsi yang
bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum
Daerah Provinsi, dan 64% untuk daerah kabupaten/kota
penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah
Kabupaten/Kota. Sedangkan 20% bagian Pemerintah dari
penerimaan BPHTP dibagikan dengan porsi yang sama
besar untuk seluruh kabupaten/kota.
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Dana bagi hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21
antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota,
dimana 60% untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi.
Dana bagi hasil sumber daya alam berasal dari:
1. Kehutanan
Penerimaan dari sektor kehutanan yang berasal dari
penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan
20% untuk pemerintah dan 60% untuk daerah. Sedangkan
penerimaan yang berasal dari dana reboisasi dibagi dengan
imbangan sebesar 60% untuk pemerintah dan 40% untuk
daerah.
2. Pertambangan umum
Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan umum yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi
dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk
daerah.
3. Perikanan
Dana bagi hasil dari penerimaan perikanan yang diterima
secara nasional dibagi dengan imbangan 20% untuk
pemerintah dan 80% untuk seluruh kabupaten/kota.
Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke
daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam
pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya dengan imbangan 84,5% untu pemerintah
dan 15,5% untuk daerah. Dana bagi hasil dari pertambangan
minyak bumi untuk daerah sebesar 15% dibagi dengan
imbangan 3% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan,
6% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, dan 6%
dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari
pertambangan minyak bumi untuk daerah yang sebesar
0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan
dasar, dimana 0,1% dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan
5. Pertambangan gas bumi
Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke
daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam
pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pemerintah dan 30,5% untuk daerah.Dana bagi hasil dari
pertambangan gas bumi untuk daerah sebesar 30% dibagi
dengan imbangan 6% dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan, 12% dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil, dan 12% dibagikan untuk kabupaten/kota dalam
provinsi bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari
pertambangan gas bumi untuk daerah yang sebesar 0,5%
dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar,
dimana 0,1% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan,
0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, 0,2%
dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan
6. Pertambangan panas bumi
Pertambangan panas bumi yang dihasilkan dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang merupakan penerimaan
negara bukan pajak, dibagi 20% untuk pemerintah dan 80
% untuk daerah. Dana bagi hasil dari penerimaan
pertambangan panas bumi yang dibagikan kepada daerah
dibagi dengan imbangan 16% untuk provinsi yang
bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, dan
32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan
komponen terbesar dalam dana perimbangan dan peranannya sangat
strategis dalam menciptakan pemerataan dan keadilan antar daerah.
Fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
Menurut Yuwono, dkk (2008), Dana Alokasi Umum digunakan
untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan
penguasaan pajak antara pusat dan daerah, proporsi yang
diberikan kepada daerah minimal sebesar 26% (dua puluh enam
persen) dari penerimaan dalam negeri neto. Sedangkan menurut
Wijaya (2007) mengungkapkan bahwa dana alokasi umum
menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula
dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah.
Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya
dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan
pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di
bidang kesehatan dan pendidikan. Dana Alokasi Umum (DAU) suatu
daerah ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu
(fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi
daerah yang potensi fiskalnya tinggi tetapi kebutuhan fiskalnya
rendah akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya,
daerah yang memiliki potensi fiskal yang rendah, tetapi kebutuhan
fiskalnya tinggi akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Sesuai dengan
Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang
dimaksud adalah:
1. Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dengan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu
daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya
kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis
investasi / prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan
terpencil, serta saluran irigasi primer.
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Fungsi Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah untuk membantu
membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang
Secara khusus, fungsi DAK adalah untuk membiayai kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum
mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah.
5. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di
dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas
dan kualitas aset. Belanja modal terdiri dari :
1. Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan / pembelian / pembebasan, penyelesaian, balik
nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan,
pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainya
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran / biaya
yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian, dan
peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor
yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai
peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran / biaya
yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian,
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah
kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran /
biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian
/ peningkatan , pembangunan / pembuatan serta perawatan dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas
sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran / biaya yang
digunakan untuk pegadaan / penambahan / penggantian /
fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan dalam kriteria balanja
modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan
irigasi dan jaringan termasuk dalam belanja ini adalah belanja
kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman,
buku-buku dan jurnal ilmiah.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan anggaran belanja modal dapat
[image:41.595.108.514.424.751.2]dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Irma Syafitri (2009) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Dependen = Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Independen = Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus
Secara parsial, hanya Pendapatan Asli Daerah yang berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan, PDRB,
Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara
signifikan positif
terhadap belanja modal.
Lily Habriani Rangkuti (2010)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Dependen = Belanja Langsung Independen = Pajak Daerah, Retribusi
Daerah
Secara parsial hanya lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung.
retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah) berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja langsung Agave Sianturi (2010) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian
Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Dependen = Belanja Modal Independen = Pajak Daerah, Retribusi
Daerah
Secara parsial, Pajak
Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja Modal.
Secara simultan, pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.
Sumber : data diolah oleh penulis, 2011
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting.
Kerangka konseptual menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat
secara teoritis. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya
adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terdiri dari empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian
laba usaha daerah, dan lain-lain PAD. Dana perimbangan merupakan dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil.
2. Hipotesis Penelitian
Pendapatan Asli Daerah (X2)
Alokasi Belanja Modal
(Y)
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang tekah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana
Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap
pengalokasian belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi
Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain kausal. Desain
kausal merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis atau
mengukur hubungan sebab akibat antara variabel penelitian yaitu antara variabel
dependen dan variabel independen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdapat di
Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah Kabupaten/Kota.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan Realisasi APBD-nya secara konsisten dari
tahun 2006-2009.
2. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah
Dari populasi yang berjumlah Pemerintah Kabupaten/Kota, yang memenuhi
kriteria untuk menjadi sampel penelitian adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal
[image:46.595.106.496.213.751.2]tersebut ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No DAERAH
Kriteria Sampel Terpilih 1 2
1 Kab. Asahan √ √ Sampel 1
2 Kab. Dairi √ √ Sampel 2
3 Kab. Deli Serdang x √ -
4 Kab. Tanah Karo √ √ Sampel 3
5 Kab. Labuhan Batu x √ -
6 Kab. Langkat x √ -
7 Kab. Mandailing Natal √ √ Sampel 4
8 Kab. Nias x √ -
9 Kab. Simalungun x √ -
10 Kab. Tapanuli Selatan √ √ Sampel 5
11 Kab. Tapanulu Tengah √ √ Sampel 6
12 Kab. Tapanuli Utara √ √ Sampel 7
13 Kab. Toba Samosir √ √ Sampel 8
14 Kota Binjai √ √ Sampel 9
15 Kota Medan x √ -
16 Kota Pematang Siantar √ √ Sampel 10
17 Kota Sibolga x √ -
18 Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 11
19 Kota Tebing Tinggi x √ -
20 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 12
21 Kab. Pakpak Barat √ √ Sampel 13
22 Kab. Nias Selatan √ √ Sampel 14
23 Kab. Humbang Hasundutan √ √ Sampel 15
24 Kab. Serdang Bedagai √ √ Sampel 16
25 Kab. Samosir √ √ Sampel 17
26 Kab. Batu Bara x x -
27 Kab. Padang Lawas x x -
28 Kab. Padang Lawas Utara x x -
29 Kab. Labuhanbatu Selatan x x -
30 Kab. Labuhanbatu Utara x x -
31 Kab. Nias Utara x x -
32 Kab. Nias Barat x x -
33 Kota Gunung Sitoli x x -
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data
yang telah dikumpulkan dan telah menjadi dokumentasi. Data penelitian diperoleh
melalui media internet yaitu melalui situs Departemen Keuangan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
dan situs Badan Pusat Statistik
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yakni dengan melakukan pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari internet. Data penelitian dapat diperoleh dengan mengunduh
melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan yait
Statistik yai
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan oleh peneliti untuk mengukur. Berdasarkan perumusan masalah dan
metode analisis, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
2006). Variabel independen dilambangkan dengan X. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis
yaitu:
1) pajak daerah,
2) retribusi daerah,
3) bagian laba usaha daerah, dan
4) lain-lain PAD (Halim, 2001).
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang beersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah. Dana
perimbangan terdapat pada RKA dan DPA SKPD Badan Pengelola
Dana perimbangan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1) Dana bagi hasil
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah perhatian utama dalam sebuah penelitian;
variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina dan
Mulyani, 2007). Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah belanja
modal. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya
adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji
asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
dilakukan pengujian asumsi klasik untuk keperluan analisis data. Dalam
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2005). Normalitas data dapat dideteksi dengan
menggunakan alat analisis grafik yang berupa uji Kolmorov Smirnov
yang dapat dilihat berdasarkan criteria berikut:
1) Apabila probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka distribusi
data normal
2) Apabila probabilitas atau signifikansi < 0,05, maka distribusi
data tidal normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independennya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance dapat mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan varibel
independen lainnya. Nilai tolerance yang menunjukkan adanya
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka diperkirakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan
pada data runtut waktu atau time series. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jenis pengujian yang
biasa digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi
dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut statistik
Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai dl dan du.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi, dapat dilihat dari grafik Scatterplot dengan
1) Jika ada plot tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka terdapat heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat
heteroskedastisitas.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model regresi berganda. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap
pengalokasian belanja modal. Model dasar pengujian ini adalah sebagai
berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2
Keterangan:
+ ε
Y = pengalokasian anggaran belanja modal
α = konstanta
X1
X
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2
β = Koefisien regresi
= Dana Perimbangan
Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian
terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian
secara parsial digunakan uji statistik t (t–test). Pengujian secara simultan
digunakan uji signifikansi simultan (F-test).
a. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelasan/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :
H1 : bi
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis
adalah:
≠ 0 : ada pengaruh
1) H1 diterima apabila thitung > ttabel
2) H
, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
1 ditolak apabila thitung < ttabel
b. Uji Simultan (F-test)
, pada α = 5% dan nilai
probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis
adalah :
1) H1 diterima apabila Fhitung > Ftabel
2) H
, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
1 ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai
probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh
kemempuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang
mendekati satu berarti variabel-variabel terikat independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen, dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti
variabel-variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian
Kabupaten/Kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
Kabupaten/Kota yang berada di provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini
terdiri dari 33 kabupaten/kota. Dari jumlah populasi tersebut, yang menjadi
sampel adalah 17 kabupaten/kota yang terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota.
Data penelitian diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009
dan laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009. Dari APBD dan laporan realisasi APBD tersebut, yang
menjadi objek penelitian adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan 2000, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana
Perimbangan, dan Belanja Modal.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi. Dari deskriptif statistik data penelitian diperoleh data
hasil yang terdiri dari N ( banyaknya data yang diperoleh), nilai minimum,
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh data sebagai berikut:
1. Jumlah data yang diperoleh ( N ) adalah sebanyak 68.
2. Produk Domestik Regional Bruto terendah adalah 1,30 ( ratus
milyar rupiah), Produk Domestik Regional Bruto tertinggi adalah
106,90 (ratus milyar rupiah), dan Produk Domestik Regional
Bruto rata-rata adalah 18,6458 (ratus milyar rupiah).
3. Pendapatan Asli Daerah terendah adalah 0,30 ( puluh milyar rupiah),
Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 3,09 (puluh milyar rupiah),
dan Pendapatan Asli Daerah rata-rata adalah 1,3537 (puluh milyar
rupiah).
4. Dana perimbangan terendah adalah 1,74 ( ratus milyar rupiah), dana
perimbangan tertinggi adalah 6,66 ( ratus milyar rupiah ), dan dana
perimbangan rata-rata adalah 3,6262 ( ratus milyar rupiah).
5. Belanja modal terendah adalah 1,77 ( puluh milyar rupiah), belanja
modal tertinggi adalah 30,13 ( puluh milyar rupiah), dan belanja
modal rata-rata adalah 12,4319 (puluh milyar rupiah). Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PDRB 68 1.30 106.90 18.6458 15.52984
Pendapatan Asli Daerah 68 .30 3.09 1.3537 .64471
Dana Perimbangan 68 1.74 6.66 3.6262 1.11036
Belanja Modal 68 1.77 30.13 12.4319 5.76516
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina,
2008). Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau
tidak normal dapat dideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan
analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Analisis grafik dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu grafik
histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang
memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang
mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data
dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, data dikatakan
berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri
Gambar 4. 1 Histogram
Gambar 4.2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Hasil uji normalitas dengan menggunakan histogram
menunjukkan grafik tidak menceng ke kiri atau ke kanan (grafik
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
model regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal.
2) Analisis Statistik
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual antara lain adalah uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho
H
: Data residual berdistribusi normal
a
Untuk menentukannnya maka kriterianya adalah: : Data residual tidak berdistribusi normal
a) Ho
b) H
diterima apabila nilai signifikansi > 0,05
a
c)
[image:59.595.181.481.477.645.2]ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Hasil uji statistik yaitu pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai
Kolmogrov-Smirnov Z sebesar 0,463 dan signifikansinya pada
0,983. Nilainya di atas α = 0,05 (Asymp. Sig = 0,983 > 0,05)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 68
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.68130711 Most Extreme Differences Absolute .056
Positive .056
Negative -.045
Kolmogorov-Smirnov Z .463
sehingga hipotesis Ho diterima. Hal tersebut berarti data residual
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tolerance dapat mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan varibel independen lainnya. Nilai tolerance yang
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah ≥ 0,10, sedangkan nilai
[image:60.595.155.540.547.705.2]VIF adalah ≤ 10.
Tabel 4.3 Collinearity Statistics
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .103 2.227 .046 .963
PDRB -.128 .057 -.345 -2.256 .027 .441 2.266
PAD .837 1.259 .094 .665 .509 .519 1.925
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari
0,10. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan semua variabel
[image:61.595.173.514.267.445.2]independen memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
Tabel 4. 4 Covariance Matrix Coefficient Correlationsa
Model
Dana
Perimbangan PAD PDRB
1 Correlations Dana Perimbangan 1.000 -.359 -.509
PAD -.359 1.000 -.328
PDRB -.509 -.328 1.000
Covariances Dana Perimbangan .645 -.363 -.023
PAD -.363 1.586 -.023
PDRB -.023 -.023 .003
a. Dependent Variable: y
Berdasarkan Tabel 4.4 maka kita dapat melihat hasil besaran korelasi
antar variabel dependen tampak bahwa variabel Dana Perimbangan
mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel PDRB dengan
tingkat korelasi -0,509 atau sekitar 50,9 %, selanjutnya Dana
Perimbangan terhadap variabel PAD sebesar -0,359 atau sekitar 35,9%.
Selain itu korelasi antara variabel PAD terhadap PDRB -0,328 atau
sekitar 32,8%. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95 %, maka dapat
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Jenis
pengujian yang biasa digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi
dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut statistik
Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d
dari hasil perhitungan dengan nilai dl dan du.
Tabel 4.5.
Kriteria Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
0 < dw <dl
dl ≤ dw ≤ du
4 – dl < dw < 4 -dl
4 – du ≤ dw ≤ 4 – dl
du < dw < 4 – du
Sumber : Situmorang, dkk (2008:104) Keterangan = dw = durbin watson
dl = batas bawah
[image:62.595.154.504.352.761.2]du = batas atas
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
1 .584a .341 .310 4.78977 2.045
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik
Durbin-Watson (DW) sebesar 2.024, yang menyatakan du < DW < 4 – du (1,701
< 2,045 < 4 – 1,701). Dari uji statistik ini dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi positif atau negatif pada model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual. Untuk mengetahui
adanya heteroskedastisitas dalam model regresi, dapat dilihat dari grafik
Scatterplot dan uji Glesjer.
Gambar 4.3 Scatterplot
Grafik scatterplot dalam Gambar 4.3. menunjukkan bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada su