• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo tahun 2016"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

PREVALENSI PENDERITA HIPERTENSI TAHUN 2013

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

Merdeka Singa

45-54 th 55-59 th 60-69 th

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

(2)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th

Merek Simpang Empat Tiga Nderket

(3)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th

Berastagi munthe Payung

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

Juhar Dolat Rayat Kuta Buluh

(4)

PREVALENSI PENDERITA HIPERTENSI TAHUN 2014 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th

Merdeka Singa Barus jahe

Naman Teran Kabanjahe Tiga Binanga

(5)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th

Merek Simpang Empat Tiga Nderket

(6)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th

Berastagi munthe Payung

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

Kuta Buluh

(7)

PREVALENSI PENDERITA HIPERTENSI TAHUN 2015

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

(8)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

Naman Teran Kabanjahe Tiga Binanga

(9)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

(10)

PREVALENSI PENDERITA HIPERTENSI JANUARI-JUNI 2016

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

(11)

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th

Mardinding

(12)

Lampiran 2

Lembar Observasi Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo

tahun 2016

Tempat :

Tanggal :

1. Data penderita hipertensi :

2. Data penderita hipertensi pada lansia :

(13)

Lampiran 3

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian

3 Menyusun proposal penelitian

4 Mengajukan sidang proposal

5 Sidang proposal penelitian

6 Revisi proposal penelitian

7 Mengajukan ijin penelitian

8 Pengumpulan Data

9 Analisis Data

10 Penyusunan laporan skripsi

11 Pengajuan sidang skripsi

12 Sidang skripsi

Maret

April

Mei

Juni

Juli

No

Kegiatan

(14)
(15)
(16)

Lampiraan 6

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cindy Ariesta Br Simbolon

Tempat Tanggal Lahir : Kabanjahe, 12 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Harmonika No.46 Pasar 1 Padang Bulan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Methodist Kabanjahe Tahun 1997-1999

2. SD Methodist Kabanjahe Tahun 1999-2005

3. SMP Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2005-2008

4. SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2008-2011

5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012-2016

Riwayat Berorganisasi:

(17)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cindy Ariesta Br Simbolon

Tempat Tanggal Lahir : Kabanjahe, 12 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Harmonika No.46 Pasar 1 Padang Bulan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Methodist Kabanjahe Tahun 1997-1999

2. SD Methodist Kabanjahe Tahun 1999-2005

3. SMP Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2005-2008

4. SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2008-2011

5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012-2016

Riwayat Berorganisasi:

(18)
(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P.I. & Ward, J.P.T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.

Agrina, Rini S.S., & Riyan H. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi

dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. ISSN 1907 – 364X 6 (1), 46-53 Almatsier, Sunita. (2008). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia.

Aronow, et al. (2011). ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on

Hypertension in the Elderly. Retrieved on November 3, 2015, from

www.cardiosource.org/ACC/About-ACC/Leadership/Guidelines-and-Documents-Task-Forces.aspx.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2013). Proyeksi Penduduk

Indonesia 2010-2035. Diakses dari

http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/16 pada 03 November 2015.

Budiarto, E. & Anggraeni, D. (2003). Pengantar Epidemiologi, Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Christina,dkk. (2015). Gambaran Pola Konsumsi Pangan dengan Pendekatan

Pola Pangan Harapan pada Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi.

Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44399 pada 21 Juli 2016.

Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI.

Depkes RI. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi

Sumatera Utara tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Kemenkes RI.

Efendi, F. & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fernando, Efrata. (2011). Analisa Kandungan Nikotin pada Tembakau (Nicotiana

tabacum) yang Digunakan Sebagai Tembakau Kunyah dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya di Desa Rumah Gerat Kecamatan Biru Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22539 pada 21 Juli 2016.

(21)

34 dari file:///C:/Users/HP/Downloads/buletin-lansia.pdf pada 08 Juni 2016

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Diakses dari www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indone... pada 08 Oktober 2015.

Mangku, Sitepu. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A. & Batubara, I. (2008).

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Morton, R.F., Hebel, J.R., & McCarter, R.J. (2009). Panduan Studi: Epidemiologi

& Biostatistik. Jakarta: EGC.

Nisa, N.J. (2014). Diet Hipertensi untuk Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia

dengan Hipertensi. Diakses dari

http://lib.ui.ac.id/unggah/?q=system/files/node/2013/2/nahla.jovial91/nahla_jo vial_nisa-profesi-fakultas_ilmu_keperwatan-naskah_ringkas-2014.docx pada 03 Juni 2016

Nugroho, W. (2008). Komunitas dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Pemerintahan RI. (2014). Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

1998: Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses dari

intranet.pu.go.id/gender/files/Art_RAN_Lansia_08042014.pdf pada 01 November 2015.

Prasetya, H. & Lukiastuti, F. (2009). Managemen Operasi. Yogyakarta: Med Press.

Rasmaliah, Siregar, F.A., & Jemadi. (2010). Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan Masyarakat,

9(2), 101-108.

Ratnaningtyas, Y. & Wahyu D. (2011). Hubungan Kepribadian Tipe D dengan

Kejadian Hipertensi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Mandala of

Health, 5 (2).

(22)

35

Sembiring, Bernadetta. (2007). Perilaku Penggunaan Sirih pada Suku Karo: Studi

Kasus di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8601 pada 21 Juli 2016.

Sitepu, Rahmadani. (2012). Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi

terhadap Hipertensi pada Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34277 pada 21 juli 2016.

Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga.

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya. Medan: Si B N B Press.

The Seventh Report of the Joint National Committee on. (2003). Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Retrieved on

October 27, 2015, from www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf

Tim VitaHealth. (2006). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Udjianti, W.J. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Widharto. (2007). Bahaya Hipertensi. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.

World Health Organization. (2010). Global Status Report on Noncommunicable

Diseases 2010. Retrieved on October 9, 2015, from http://www.who.int/nmh/publications/ncd_report_full_en.pdf

World Health Organization. (2013). A Global Brief on Hypertension: Silent

Killer, Global Public Health Crisis. Retrieved on October 9, 2015, from

http://ish-world.com/downloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf

Yulia. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia

di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung,

Tahun 2010. Diakses dari

(23)

prevalensi penderita hipertensi pada lansia bulan

Januari 2013 sampai dengan Juni 2016

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian

Dari hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian

yang dirumuskan, perlu dikembangkannya suatu konsep penelitian. Kerangka

penelitian merupakan landasan berfikir peneliti berlandaskan teori-teori yang

menggambarkan keterkaitan antar variabel penelitian.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui prevalensi penderita hipertensi

pada lansia tahun 2016. Adapun kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia

Tahun 2016

(24)

21

3.2Definisi Operasional

Supranto (2000), variabel adalah sesuatu yang nilainya berubah-ubah atau

berbeda-beda. Pada penelitian ini yang menjadi variabel adalah prevalensi

penderita hipertensi pada lansia.

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan

(25)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

deskriptif . Sanusi (2014) memaparkan bahwa desain penelitian deskriptif adalah

desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara

sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian.

4.2Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita hipertensi pada

lansia di Kabupaten Karo. Besar sampel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sample yaitu :

jumlah data penderita hipertensi pada lansia di Kabupaten Karo bulan Januari

2013 sampai dengan Juni 2016.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi Fakultas

(26)

23

permohonan izin disampaikan dan disepakati oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Karo, peneliti mendapatkan data penderita hipertensi pada lansia dari

data laporan bulanan angka kesakitan penderita hipertensi pada lansia Januari

2013 sampai dengan Juni 2016. Data yang diperoleh dijamin kerahasiannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

lembar observasi yaitu data penderita hipertensi, data penderita hipertensi pada

lansia, dan data penderita hipertensi pada lansia Januari 2013 sampai dengan Juni

2016.

4.6Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data penderita hipertensi

pada lansia yang diperoleh dari laporan bulanan angka kesakitan Januari 2013

sampai dengan Juni 2016 di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.

4.7Analisa data

Teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data

(27)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil

Bab ini menguraikan tentang prevalensi penderita hipertensi pada lansia di

Kabupaten Karo tahun 2016, diperoleh melalui pengumpulan data penderita

hipertensi dari Januari 2013 sampai dengan Juni 2016.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia

di Kabupaten Karo Januari 2013 sampai dengan Juni 2016

(28)

25

Tabel 5.2 Karateristik Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo

tahun 2016

Karateristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa terjadi penurunan penderita

hipertensi pada lansia di tahun 2014 tetapi mengalami peningkatan kembali pada

tahun 2015. Penderita hipertensi pada lansia tahun 2016 (Januari sampai dengan

Juni) adalah sebanyak 12.608 orang. Berdasarkan kelompok umur yaitu 45-54

tahun (28%), 55-59 tahun (29%), 60-69 tahun (26%), >70 tahun (17%).

Berdasarkan jenis kelamin perempuan (52%) sedangkan laki-laki (48%). Tiga

kecamatan dengan penderita hipertensi tertinggi adalah Tiga Panah, Kabanjahe,

Simpang Empat.

5.2Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2016 penderita hipertensi mengalami

peningkatan setiap bulannya. Sesuai dengan WHO (2013), pada 2008, didunia

terjadi peningkatan jumlah orang dengan kondisi hipertensi dari 600 juta pada

(29)

26

Berdasarkan hasil penelitian bahwa prevalensi tertinggi berdasarkan kelompok

umur yaitu 55-59 tahun (29,2%). Rasmaliah, Siregar, F.A., & Jemadi. (2010)

menunjukkan bahwa proporsi yang menderita hipertensi lebih tinggi pada umur

45-60 tahun (38,8%), sedangkan pada umur <45 tahun dan >60 tahun relatif sama

dengan proporsi masing-masing 24,2% dan 25,0%. Dengan bertambahnya umur,

fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degenerative (penuaan)

sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu

masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena

infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia diantaranya

hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik (Kemenkes,

2013).

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2013), pada tahun

2010 proyeksi proporsi penduduk umur lebih dari 60 tahun di Sumatera Utara

adalah 5,89% , pada tahun 2020 adalah 8,29% dan pada tahun 2035 adalah

13,22%. Terjadi peningkatan penduduk lansia setiap tahunnya. Berdasarkan

Kemenkes (2013), angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93

artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya

mengalami sakit. Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan

tubuh lansia adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang

kurang sehat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah umum yang

dialami adalah rentannya terhadap berbagai penyakit.

Prevalensi penderita hipertensi pada lansia di Kabupaten Karo tahun 2016 lebih

(30)

27

penelitian Rasmaliah, Siregar, F.A., & Jemadi. (2010) proporsi yang menderita

hipertensi lebih tinggi pada perempuan (29.0%), sedangkan pada laki-laki sebesar

24,5%. Bila dilihat lansia berdasarkan jenis kelamin, penduduk lansia yang paling

banyak adalah perempuan yang menunjukkan bahwa umur harapan hidup yang

paling tinggi adalah perempuan (Depkes, 2009). Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan oleh Nisa (2014) didapatkan bahwa lebih dari 60% lansia yang

memiliki hipertensi dan masih ada 30% yang tidak melakukan perubahan gaya

hidup.

Berdasarkan penelitian Agrina (2011), menunjukkan bahwa kepatuhan lansia

penderita hipertensi dalam pemenuhan diet di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota

Pekanbaru, didapatkan responden pada kategori tidak patuh yaitu sebanyak 34

orang (56,7%) dan responden pada kategori patuh sebanyak 26 orang (43,3%).

Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan atau sikap penderita hipertensi itu

sendiri. Pengetahuan yang kurang dikarenakan kurangnya informasi yang

diperoleh oleh penderita, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak atau

elektronik. Faktor sikap negatif yang sering muncul dikarenakan kejenuhan serta

tidak terbiasanya penderita hipertensi untuk menjalankan diet hipertensi, yang

disebabkan oleh budaya responden itu sendiri yang sudah melekat sejak lahir

sehingga sangat sulit sekali untuk dihilangkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningtyas (2011) yang

berjudul hubungan kepribadian tipe D dengan kejadian hipertensi di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekardjo menunjukkan bahwa responden terbanyak berjenis

(31)

28

terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe D “ Distressed” dengan

kejadian hipertensi. Individu dengan kepribadian tipe D dihubungkan dengan

peningkatan kadar hormon kortisol akibat stress berkepanjangan yang dialami

oleh individu. Stress berkepanjangan ini terjadi karena kecenderungan mengalami

emosi negatif yang tidak menyenangkan sehingga mengakibatkan terjadinya

perubahan fisiologis berupa peningkatan kadar hormon kortisol sebagai respon

individu tersebut dalam menghadapi stressor yang muncul.

Tiga kecamatan yang memiliki prevalensi penderita hipertensi tertinggi pada

lansia adalah Tiga Panah, Simpang Empat dan Kabanjahe. Orang Karo memakan

nasi dan gulai sebagai bahan konsumsi mereka sehari-hari. Daging dan ikan asin

adalah makanan yang mewah. Orang Karo juga memiliki budaya kerja tahun/

merdang merdem, dimana sehari menjelang hari perayaan puncak penduduk

kampung memotong lembu, kerbau dan babi untuk dijadikan lauk. (Tarigan,

2009). Hal ini berkaitan dengan penelitian tentang faktor risiko gaya hidup yang

mempengaruhi peningkatan hipertensi, salah satunya konsumsi makanan yang

mengandung banyak garam dan lemak dan kurang cukup mengonsumsi sayur dan

buah-buahan (WHO, 2013). Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat

dipicu oleh gaya hidup yaitu perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak

gula, garam, lemak dan rendah serat (Nisa, 2014).

Menurut WHO (1990 dalam Almatsier, 2008) menganjurkan pembatasan

konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg natrium).

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat

(32)

29

edema atau asites dan/atau hipertensi. PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)

menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (terutama

karbohidrat kompleks), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak. Selain

kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi khusus, dalam

keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan

kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan kondisi

abnormal lainnya, sehinga perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara

khusus dan penerapannya dalam bentuk modifikasi diet atau diet khusus

(Almatsier, 2008).

Faktor lain yang memungkinkan tingginya hipertensi lansia di Kabupaten Karo

disebabkan oleh adat istiadat suku Karo tersebut yaitu perilaku menyirih dan

merokok. Berdasarkan studi kasus mengenai perilaku penggunan makan sirih

pada suku Karo berhubungan dengan adat-istiadat, kepercayaan dan kesehatan

(Sembiring, 2007) didapatkan bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk

menyirih di Tanah Karo sebagian besar menggunakan daun sirih, kapur, gambir,

pinang dan tembakau yang digunakan untuk menyuntil. Perilaku menyirih masih

berhubungan dengan adat istiadat, terutama dalam pertunangan dan perkawinan.

Pada acara pertunangan, sirih digunakan pada acara ngembah belo selambar. Pada

acara ini terlihat bahwa sirih digunakan sebagai lambang kehormatan. Sirih juga

digunakan sebagai lambang komunikasi pada adat istiadat suku Karo, bahwa

ketika bertemu ataupun berbicara dengan sanak saudara diawali dengan

(33)

30

Perilaku menyirih pada suku Karo berkaitan dengan hasil pengukuran kadar

nikotin pada tembakau kunyah yang dilakukan oleh (Fernando, 2011) diperoleh

hasil bahwa merek tembakau kunyah yang mempunyai kadar nikotin paling tinggi

yakni merek tembakau jawa dengan kadar nikotin 26,998 mg/g, kemudian

tembakau kuning dengan kadar nikotin 25,644 mg/g, kemudian tembakau gayo

dengan kadar nikotin 23.282 mg/g, serta tembakau hijau 22,375 mg/g. Dari hasil

penelitian kadar nikotin pada tembakau kunyah dapat dinyatakan bahwa keempat

merek tembakau kunyah tersebut tidak ada satupun yang memenuhi syarat

kesehatan karena kadarnya jauh diatas kadar yang diizinkan oleh WHO yakni 2

mg sampai dengan 4 mg per harinya. Sedangkan masyarakat mengkonsumsi

tembakau kunyah dapat mengkonsumsi 20-29 gram per harinya yang artinya

setiap hari responden rata-rata memasukkan nikotin kedalam tubuhnya sebanyak

521 mg/ hari. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormone

kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah.

Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin

tinggi, yang mengakibatkan timbulnya hipertensi. Efek lain adalah merangsang

berkelompoknya trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat

pembuluh darah yang sudah sempit akibat karbon monoksida (Gondodiputro,

2007).

Selain perilaku menyirih, perilaku merokok di Karo juga sangat tinggi.

Berdasarkan data Depkes, RI (2008), proporsi perokok di Kabupaten Karo sebesar

40,6% dan secara nasional merupakan salah satu kabupaten/kota dengan

(34)

31

Christina (2015) menyatakan bahwa Kecamatan Berastagi merupakan salah satu

Kecamatan yang berada di Kabupaten Karo dan termasuk salah satu kecamatan

dengan jumlah penduduk paling banyak. Dari 60 responden sebanyak 51 kepala

keluarga merupakan suku Karo dan jumlah KK terbesar menganut agama Kristen

Protestan. Perilaku merokok masyarakat Karo tidak terlepas dari kebudayaan dan

adat istiadat suku Karo yang menjadikan rokok sebagai syarat mutlak dalam

setiap acara kebudayaannya. Ini merupakan salah satu penyebab tingginya

kebiasaan merokok suku Karo.

Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu

penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian secara

langsung, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat

menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit dapat dipicu karena merokok

mulai dari penyakit di kepala samapai dengan penyakit di kaki. Penyakit yang

bisa disebabkan oleh merokok adalah seperti sakit kardiovaskuler, penyakit

jantung koroner dan kanker seperti kanker paru-paru, kanker mulut, kanker

esophagus dan lain lain lagi (Mangku, 2000). Hal ini sesuai dengan penelitian

Sitepu (2012) yang mendapatkan bahwa kebiasaan merokok pada pegawai kantor

wilayah kementerian agama provinsi Sumatera Utara banyak yang tergolong

perokok berat. Dari kebiasaan merokok diperoleh nilai odds ratio = 5,320, artinya

pegawai yang memiliki kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar

untuk terjadinya hipertensi.

(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tentang prevalensi penderita hipertensi pada

lansia di Kabupaten Karo tahun 2016 disimpulkan bahwa prevalensi penderita

hipertensi pada lansia adalah sebanyak 12.608 orang. Prevalensi perempuan

(52%) sedangkan laki-laki (48%). Prevalensi berdasarkan kelompok usia yaitu

45-54 tahun (28 %), 55-59 tahun (29%), 60-69 tahun (26%), >70 tahun (17%).

6.2Saran

6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Melihat masih tingginya prevalensi penderita hipertensi pada lansia di

Kabupaten Karo, maka kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo melalui

Puskesmas khususnya di Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe dan Simpang

Empat perlu lebih aktif lagi dalam memberikan informasi dan penyuluhan

kepada masyarakat lansia tentang hipertensi dan pola hidup yang sehat.

6.2.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Prevalensi penderita hipertensi pada lansia di Kabupaten Karo tahun 2016

mengalami peningkatan dari tahun 2015, oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensui

(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Prevalensi

Prevalensi adalah ukuran frekuensi penyakit. Angka prevalensi mengukur

jumlah orang sakit di dalam suatu populasi pada suatu titik waktu yang

ditentukan. Acuan waktu untuk numerator angka prevalensi dapat berupa suatu

periode waktu seperti satu tahun, atau dapat berupa suatu titik waktu tertentu.

Prevalensi mengukur keberadaan penyakit semua kasus (baru dan lama).

Prevalensi bergantung pada dua faktor: angka insiden dan durasi penyakit. Jadi,

suatu perubahan dalam prevalensi penyakit dapat mencerminkan suatu perubahan

dalam insidensi, atau outcome, atau bahkan lainnya (Morton, Hebel, & McCarter,

2009).

2.2Konsep Hipertensi pada Lansia

2.2.1 Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia

Perubahan pada jantung terlihat dalam gambaran anatomis berupa:

bertambahnya jaringan kolagen, bertambahnya ukuran miokard, berkurangnya

jumlah miokard, dan berkurangnya jumlah air jaringan. Tebal bilik kiri dan

kekakuan katup bertambah seiring dengan penebalan septum interventrikular,

ukuran rongga jantung juga membesar (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi: katup jantung menebal dan kaku,

kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh

(37)

6

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu

periode. Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol membuat

darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).

Menurut WHO (2013), hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi disebut

sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan

banyak orang tidak terdiagnosa.

2.2.3 Epidemiologi Hipertensi

Secara global, jumlah penyakit kardiovaskuler kira-kira 17 juta kejadian setiap

tahun, mendekati 1 : 3 secara keseluruhan. Jumlah komplikasi dari hipertensi

adalah 9,4 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Hipertensi menjadi penyebab

hampir 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% karena stroke (WHO,

2013).

Kemenkes RI (2013), prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun di Indonesia

yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4

persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum

obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang

minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga

kesehatan. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada

(38)

7

2.2.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan

penyebab dan tingkat keparahan. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi hipertensi

dari kedua hal tersebut.

2.2.4.1Berdasarkan Penyebab

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan, yaitu

hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (Udjianti, 2011). Pada lebih dari 90% kasus, penyebab hipertensi

tidak jelas, yang disebut dengan primer atau esensial. Hipertensi primer

merupakan suatu gangguan genetika multifaktorial, dimana pewarisan jumlah gen

abnormal menjadi predisposisi bagi individu mengalami tekanan darah arteri

(ABP) tinggi, terutama bila pengaruh lingkungan yang mendukung (misalnya diet

tinggi garam, stress psikososial) juga ada (Aaronson & Ward, 2008).

Menurut Udjianti (2011), beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial, yaitu :

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

berisiko untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan

(39)

8

bukanlah garam (garam dapur) yang tidak baik bagi tekanan darah, tetapi

kandungan natrium (Na) dalam darah yang dapat mempengaruhi tekanan

darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur

(NaCl) sebenarnya bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, Na yang

masuk dalam darah secara berlebihan dapat menahan air sehingga

meningkatkan volume darah. Meningkatkannya volume darah

mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding pembuluh darah

sehingga kerja jantung dalam memompa darah semakin meningkat.

Sebagian besar hipertensi juga disebabkan adanya penebalan dinding

pembuluh arteri oleh lemak atau kolesterol. Jika penderita hipertensi

mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam darahnya dapat

meningkat sehingga dinding pembuluh darah makin menebal. Dampak

yang semakin parah, pembuluh darah tersebut menjadi tersumbat.

d. Berat badan: obesitas ( > 25% diatas berat badan ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi. Orang yang kelebihan berat badan, tubuhnya

bekerja keras untuk membakar berlebihnya kalori yang masuk.

Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah yang

cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula

pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan darah tentu menjadikan

jantung bekerja lebih keras. Dampaknya, tekanan darah orang gemuk

(40)

9

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah, bila gaya hidup menetap.

2. Hipertensi sekunder

Sebesar 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang

ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid (Udjianti, 2011).

Menurut Aaronson & Ward (2008), penyebab umum hipertensi sekunder

adalah:

a. Penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, yang mengganggu regulasi

volume dan/atau mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron.

b. Gangguan endokrin, seringkali pada korteks adrenal dan terkait dengan

oversekresi aldosteron, kortisol dan/atau katekolamin.

c. Kontrasepsi oral, yang dapat menaikkan ABP (Arteri Blood Pressure)

melalui aktivasi renin-angiotensin-aldosteron dan hiperinsulinemia.

2.2.4.2Berdasarkan Tingkat Keparahan

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

Klasifikasi tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥160 ≥100

(41)

10

2.2.5 Etiologi

Beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi (WHO, 2013),

yaitu:

2.2.5.1Gaya Hidup

Ada banyak faktor risiko gaya hidup yang mempengaruhi peningkatan

hipertensi, termasuk:

1) Konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, dan

kurang cukung mengonsumsi sayur dan buah-buahan, 2) Penggunaan

alcohol, 3) Inaktifitas fisik dan kurang latihan, 4) Manajemen stress yang

buruk.

2.2.5.2Faktor Metabolik

Ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung,

gagal ginjal dan komplikasi lain dari hipertensi, termasuk diabetes, kolesterol

tinggi dan obesitas. Tembakau dan hipertensi berpengaruh untuk lebih lanjut

meningkatkan gangguan kardiovaskuler.

2.2.5.3Sosio-ekonomi

Faktor sosial, seperti pendapatan, pendidikan dan tempat tinggal, mempunyai

pengaruh yang merugikan dalam faktor risiko gaya hidup dan mempengaruhi

meningkatnya hipertensi. Contohnya, penganguran atau ketakutan dari

pengangguran bisa memepengaruhi pada tingkat stress yang dapat mempengaruhi

tekanan darah tinggi. Kondisi pekerjaan dapat juga menunda deteksi dini dan

(42)

11

tidak direncanakan juga cenderung untuk menaiknya kasus hipertensi karena

lingkungan yang tidak sehat yang mendorong mengonsumsi fast food, kebiasaan

yang menetap atau duduk terus-menerus, penggunaan rokok dan alkohol yang

berbahaya. Peningkatan usia mempengaruhi hipertensi karena penebalan

pembuluh darah, meskipun penuaan pada pembuluh darah dapat diperlambat

melalui gaya hidup yang sehat, termasuk makanan yang sehat dan mengurangi

konsumsi garam.

Beberapa kasus pada hipertensi belum diketahui. Faktor genetik berperan

penting bilamana kemampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal.

Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah

jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah

melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah

awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat

yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer (Udjianti,

2011).

2.2.6 Gejala Hipertensi

Gejala hipertensi biasanya tanpa gejala sehingga sering disebut “the silent

killer”. Menurut Vitahealth (2006), secara umum gejala yang dapat timbul, yaitu:

1) Sakit kepala, 2) Jantung berdebar-debar, 3) Sulit bernapas setelah bekerja atau

mengangkat beban berat, 4) Mudah lelah 5) Penglihatan kabur, 6) Wajah

memerah, 7) Hidung berdarah, 8) sering buang air kecil, terutama di malam hari,

(43)

12

2.2.7 Patofisiologi

Hipertensi terjadi karena peningkatan tekanan pada pembuluh darah secara

terus-menerus yang mengakibatkan semakin cepat kerja jantung untuk memompa

darah. Jika hal ini terus-menerus maka otot jantung akan menebal dan mengalami

hipertrofi.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah

antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem

renin-angiotensin, dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2011). 1) Baroreseptor ini

memonitor tekanan derajat arteri. Jika tekanan darah naik secara mendadak, maka

akan memberikan rangsangan pada baroreseptor yang selanjutnya sinyal tersebut

dikirim ke medulla oblongata dan akan menghambat pusat vasokontriksi, serta

merangsang pusat vagal sehingga terjadi vasodilatasi, kontraktilitas menurun, juga

bradikardi, 2) Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.

Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui

mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan

mengakibatkan peningkatan curah jantung. 3) Renin dan angiotensin memegang

peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin untuk

memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzyme dalam

paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III dan

mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan

mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosterone, 4) Autoregulasi vaskular

adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif

(44)

13

vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran.

Menurut Aronow, et.al. (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

Hypertension in the Elderly, menyatakan bahwa patofisiologi terjadinya hipertensi

pada lansia adalah kekakuan pembuluh arteri, disregulasi autonomik, dan fungsi

ginjal serta keseimbangan kation. Kekakuan pembuluh darah arteri

mengakibatkan penebalan pada dinding aorta, meningkatnya aliran nadi, dan

meningkatknya tekanan darah. Disregulasi autonomik mempengaruhi ortostatik

hipotensi (faktor risiko jatuh, syncope, dan kejadian kardiovaskuler) dan ortostatik

hipertensi (faktor risiko dari hipertrofi ventrikel kiri, penyakit coroner, dan

penyakit serebrovaskuler). Disfungsi ginjal progresif dikarenakan

glomerulosklerosis dan fibrosis interstisial dengan filtrasi glomerulus yang

menurun dan mekanisme homeostatik ginjal lainnya seperti peningkatan sodium

intraseluler , menurunkan pertukaran sodium-kalsium, dan peningkatan volume.

Hal ini juga mempengaruhi penekanan pada aktivitas plasma renin dan penurunan

kadar aldosteron.

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Pengertian Lansia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 65 tahun keatas (Setianto, 2004 dalam Efendi & Makhfudli,

2009). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

(45)

14

beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Efendi &

Makhfudli, 2009). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta

peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2001 dalam Efendi &

Makhfudli, 2009).

Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang Undang No. 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas. Umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

2.3.2 Klasifikasi Lansia

Berikut ini adalah klasifikasi lanjut usia dalam beberapa literature, yaitu:

1. Menurut WHO (dalam Nugroho, 2009), klasifikasi lansia adalah usia

pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua

(old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2. Smith dan Smith (1999 dalam Tamher & Noorkasiani, 2009), menggolongkan

usia lanjut menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84

tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).

3. Setyonegoro (1984 dalam Tamher & Noorkasiani, 2009), mengggolongkan

bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih

dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam usia 70-75 tahun (young old);

75-80 tahun (old; dan lebih dari 75-80 tahun (very old).

4. Maryam, et.al. (2008) mengklasifikasikan lansia, yaitu:

(46)

15

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial.

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial.

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.3.3 Kondisi dan Permasalahan Lansia

Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa

(satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia

akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008).

Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan

pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992 dalam Maryam, et.al.,

2008). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan

mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun

1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Kinsella dan Taeuber, 1993 dalam Maryam,

(47)

16

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2013), pada tahun

2010 proyeksi proporsi penduduk umur lebih dari 60 tahun di Sumatera Utara

adalah 5,89% , pada tahun 2020 adalah 8,29% dan pada tahun 2035 adalah

13,22%. Terjadi peningkatan penduduk lansia setiap tahunnya.

Dalam perjalanan hidup manusia, proses menua merupakan hal yang wajar dan

terus-menerus dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang. Menurut

Darmojo dan Martono (1994 dalam Nugroho, 2008) mengatakan bahwa “menua”

(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dampak perubahan epidemiologis, penyakit pada lanjut usia cenderung ke arah

degeneratif. Lima sebab utama kematian di antara para lansia adalah penyakit

kardiovaskuler, penyakit kanker, penyakit serebrovaskuler, penyakit

pneumonia/influenza, dan penyakit COPD. Namun, penyakit yang paling mahal

adalah golongan penyakit yang menyebabkan kecacatan namun tidak sampai

meninggal. Penyakit arthritis merupakan penyakit kronis yang paling sering dan

yang paling banyak menyebabkan kecacatan. Penyebab kecacatan lainnya adalah

hipertensi, gangguan visual, dan diabetes disamping penyakit kardiovaskuler,

COPD, dan serebrovaskuler (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat

proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul

(48)

17

sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada

lansia diantaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau

rematik (Kemenkes, 2013).

2.4 Gambaran Umum Kabupaten Karo

2.4.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Bentuk dataran tinggi Kabupaten Karo menyerupai sebuah kuali yang sangat

besar karena dikelilingi oleh pegunungan dengan ketinggian 140 s/d 1400 m

diatas permukaan laut, terhampar dipanggung Bukit Barisan serta terletak pada

koordinat 2050’ – 3019’ Lintang Utara dan 97055’ – 98038’ Bujur Timur diantara

gunung-gunungnya yang terkenal adalah: disebelah Utara adalah Gunnung Barus,

Pinto, Sibayak, Simole dan Sinabung, disebelah selatan terdapat Gunung

Sibuaten. Dari semua pegunungan itu, dua diantaranya terdiri dari gunung berapi

yaitu Sibayak dan Sinabung.

2.4.2 Iklim

Suhu udara di dataran tingggi Karo sangat sejuk, berkisar antara 160 s/d 270C

dengan kelembaban udara rata-rata 28%. Musim hujan lebih panjang dibanding

kemarau dengan perbandingan 9 : 3. Awal musim hujan bulan Agustus bulan,

berakhir bulan Januari dan musim kedua dari bulan Maret sampai dengan bulan

Mei setiap tahunnya. Sesuai dengan keadaan alamnya, maka mata pencaharian

utama dari masyarakat Karo umumnya adalah bertani atau bercocok tanam.

(49)

18

Hasil sensus tahun 2000 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 283.713 jiwa.

Pada tahun 2013sebesar 363.755 yang mendiami wilayah. Kepadatan penduduk

diperkirakan sebesar 171 jiwa/ Km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo

tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17% per tahun. Tahun 2013 di Kabupaten

Karo penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Laki-laki berjumlah

180.535 jiwa dan perempun berjumlah 183.220 jiwa. Sex rasionya sebesar 98,53.

2.4.4 Adat dan Budaya

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa

Karo. Suku Bangsa Karo terdiri dari 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut

Sitelu. Lima merga yaitu: Ginting, Perangin-angin, Tarigan, Sembiring, dan

Karo-karo. Tutur siwaluh, yaitu: sipemeren, siparibanen, sipengalon, anak beru, anak

beru, menteri, anak beru singikuri, kalimbubu, dan puang kalimbubu. Rakut

Sitelua, yaitu: senina/sembuyak, kalimbubu, dan anak beru.

Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan

modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan

masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh keratin) yang ingin

diwujudkan adalah pencapaian tiga hal pokok yang disebut Tuah (menerima

berkat dari Tuhan Yang Maha Esa), sangap (mendapat rejeki), dan mejuah-juah

(sehat, sejahtera, lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan

keselarasan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan

manusia dengan Tuhannya. Masyarakat Karo menganut agama Protestan, Katolik

(50)

19

Orang Karo memakan nasi dan gulai sebagai bahan konsumsi mereka

sehari-hari. Daging dan ikan asin adalah makanan yang mewah, sedangkan beberapa

jenis tikus, katak dan serangga juga dimakan. Saat-saat dimana pola makanan

mereka mengalami perubahan, adalah ketika menjamu tamu atau kalau diadakan

upacara-upacara (kelahiran, perkawinan dan kematian). Orang Karo juga memiliki

budaya kerja tahun/ merdang merdem, dimana sehari menjelang hari perayaan

puncak penduduk kampung memotong lembu, kerbau dan babi untuk dijadikan

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi

transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular

(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)

tahun 2010, penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke,

kanker, diabetes mellitus, cedera dan penyakit obstruktif kronik serta penyakit

kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan

membunuh 36 juta jiwa per tahun.

Hipertensi menjadi penyebab sekitar 45% kematian karena penyakit jantung

dan 51% karena stroke. Hipertensi, dikenal dengan peningkatan atau kenaikan

tekanan darah adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami

peningkatan tekanan secara persisten. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh

darah maka semakin cepat kerja jantung untuk memompa darah. Hipertensi bisa

menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh darah dan gangguan

kognitif. Pada 2008, didunia, kira-kira 40% dari dewasa berusia 25 tahun keatas

didiagnosa dengan hipertensi, terjadi peningkatan jumlah orang dengan kondisi ini

dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi

hipertensi lebih tinggi di Afrika 46% pada dewasa 25 tahun ke atas dan paling

rendah dengan prevalensi 35% di Amerika (WHO, 2013).

(52)

2

Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat

melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis

tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang

minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi

sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi, prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7%). Sumatera Utara merupakan salah satu

provinsi di Indonesia memiliki angka prevalensi hipertensi cukup tinggi yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun, yaitu sebesar 24,7%.

Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 75 tahun keatas, yaitu sebesar

63,8%.

Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara dengan

prevalensi hipertensi tertinggi pada kelompok usia 75 tahun keatas yang

didiagnosa oleh tenaga kesehatan sebesar 20% dan kasus minum obat atau

didiagnosa oleh tenaga kesehatan sebesar 20,4% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2011) terhadap 104 lansia

di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun

2010, diperoleh distribusi proporsi hipertensi sebesar 35,58% atau sebanyak 37

orang. Proporsi hipertensi lansia tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun

(68,57%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasmaliah, Siregar, F.A., &

Jemadi. (2010), prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan

(53)

3

menderita hipertensi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa proporsi yang

menderita hipertensi lebih tinggi pada umur 45-60 tahun (38,8%) sedangkan pada

umur <45 tahun dan >60 tahun relatif sama dengan proporsi masing-masing

24,2% dan 25%.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasien hipertensi pada

lansia masih tinggi. Kemenkes RI (2013), beberapa kegiatan yang telah

dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk mengendalikan

penyakit tidak menular pada tahun 2013, yaitu Posbindu (Pos Pembinaan

Terpadu) yang merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam deteksi

dini, monitoring dan tindak lanjut, meningkatkan upaya pengendalian di

puskesmas dengan upaya peningkatan promosi kesehatan yang dilakukan melalui

gaya hidup sehat.

Berbagai upaya dilakukan juga terkhusus untuk membina kesehatan usia lanjut,

salah satunya adalah dengan pengadaan posyandu lansia. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi penderita hipertensi pada

lansia untuk tahun berikutnya yang bermanfaat bagi penyusunan rencana

selanjutnya.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang ditentukan

dalam penelitian ini adalah “bagaimana prevalensi penderita hipertensi pada

(54)

4

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada

lansia di Kabupaten Karo tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1Mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada lansia berdasarkan

umur di Kabupaten Karo tahun 2016

1.3.2.2 Mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada lansia berdasarkan

jenis kelamin di Kabupaten Karo tahun 2016

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyusun kebijakan atau program kesehatan yang berhubungan dengan

hipertensi.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan data yang berguna bagi peneliti dan dapat

(55)

Judul : Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di

Kabupaten Karo tahun 2016

Nama Mahasiswa : Cindy Ariesta Br Simbolon

NIM : 121101084

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

Abstrak

Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan menjadi penyebab 45% kematian. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan umur. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada lansia di Kabupaten Karo tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penderita hipertensi pada lansia tahun 2016 adalah 12.608 orang. Prevalensi berdasarkan kelompok umur yaitu 45-54 tahun (28%), 55-59 tahun (29%), 60-69 tahun (26%), >70 tahun (17%). Prevalensi perempuan (52%) sedangkan laki-laki (48%). Hal ini dapat memberi masukan kepada dinas kesehatan Kabupaten Karo melalui puskesmas khususnya di Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe dan Simpang Empat agar lebih aktif lagi dalam memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat lansia tentang hipertensi dan pola hidup yang sehat. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi penderita hipertensi pada lansia dengan metode yang berbeda.

(56)
(57)

Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo

Tahun 2016

SKRIPSI

Oleh:

Cindy Ariesta Br Simbolon 121101084

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(58)

Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo

Tahun 2016

SKRIPSI

Oleh:

Cindy Ariesta Br Simbolon 121101084

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)
(60)
(61)

Judul : Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di

Kabupaten Karo tahun 2016

Nama Mahasiswa : Cindy Ariesta Br Simbolon

NIM : 121101084

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

Abstrak

Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan menjadi penyebab 45% kematian. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan umur. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada lansia di Kabupaten Karo tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penderita hipertensi pada lansia tahun 2016 adalah 12.608 orang. Prevalensi berdasarkan kelompok umur yaitu 45-54 tahun (28%), 55-59 tahun (29%), 60-69 tahun (26%), >70 tahun (17%). Prevalensi perempuan (52%) sedangkan laki-laki (48%). Hal ini dapat memberi masukan kepada dinas kesehatan Kabupaten Karo melalui puskesmas khususnya di Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe dan Simpang Empat agar lebih aktif lagi dalam memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat lansia tentang hipertensi dan pola hidup yang sehat. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi penderita hipertensi pada lansia dengan metode yang berbeda.

(62)
(63)

PRA KATA

Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan bagi Allah Tri Tunggal atas kasih,

kemurahan dan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

judul “Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo tahun

2016”.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari penuh

bahwa ada banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing

akademik.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan saran yang membangun, waktu dan perhatiannya dalam

membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji II dan

Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku penguji III yang telah

memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.

5. Seluruh staf dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah mendidik, memberi ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam

(64)

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan

administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo beserta staf yang telah

memberikan izin penelitian.

7. Keluarga terkasih Ayahanda P. Simbolon dan Ibunda I. Br.

Perangin-angin, abang Pandri Simbolon dan adik kembar Brema Simbolon dan

Bremi Simbolon yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

8. KTB Exaudi, Kelompok Kecil Gavrila, teman-teman seperjuangan

stambuk 2012, teman-teman seperjuangan dari Kabanjahe, Totalitas,

pemuda-pemudi PP GKPI, KKN-PPM 5 Beganding yang senantiasa

mendukung, mengasihi, mendoakan, menolong dan tempat berbagi di kala

suka dan duka.

Biarlah kiranya Allah sumber segala berkat dan kasih melimpahi setiap pihak

yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2016

(65)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Surat Pernyataan Orisinalitas ... ii

Halaman persetujuan skripsi ... iii

Abstrak ... iv 2.1. Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia ... 5

2.2. Pengertian hipertensi ... 5

2.3. Epidemiologi hipertensi ... 6

2.4. Klasifikasi hipertensi ... 7

2.5. Etiologi ... 10

2.6. Gejala hipertensi ... 11

2.7. Patofisiologi ... 12

3. Konsep Lansia 3.1. Pengertian lansia ... 14

3.2. Klasifikasi lansia ... 14

3.3. Kondisi dan permasalahan lansia ... 16

4. Gambaran Umum Kabupaten Karo 4.1. Lokasi dan keadaan geografis ... 17

4.2. Iklim ... 18

4.3. Penduduk ... 18

(66)

Bab 3. Kerangka penelitian

1. Kerangka penelitian ... 20

2. Definisi Operasional ... 21

Bab 4. Metodologi penelitian 1. Desain penelitian ... 22

2. Populasi dan sampel ... 22

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 22

4. Pertimbangan etik ... 22

5. Instrumen penelitian ... 23

6. Pengumpulan data ... 23

1. Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia Laki-laki di Kabupaten Karo dengan Double Exponential Smoothing Alpha = 0.1

2. Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia Perempuan di Kabupaten

Karo dengan Double Exponential Smoothing Alpha = 0.1

3. Lembar observasi

4. Jadwal Tentatif Penelitian

5. Lembar Persetujuan Komisi Etik

6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

8. Riwayat hidup

(67)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa... 8 Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 19 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi Penderita Hipertensi pada

Lansia di Kabupaten Karo tahun 2015 ... 24 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Prevalensi Penderita Hipertensi pada

Lansia di Kabupaten Karo tahun 2016 ... 25 Tabel 5.3 Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten

(68)

Daftar Skema

Halaman Skema 3.1 Kerangka penelitian peramalan angka kejadian penderita

Gambar

Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia
Tabel 5.2 Karateristik Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten Karo
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, pendidikan berasrama dapat menerapkan program pendidikan yang komprehensif- holistik mencakup keagamaan, pengembangan akademik, life skill ( soft skill dan

Berdasarkan hasil konversi ke dalam skala nilai sesuai dengan peraturan tersebut, selanjutnya ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya Perolehan angka kredit

[r]

untuk menjadi anggota angkatan bersenjata nasional mereka sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 38 ayat (3) Konvensi Hak-Hak Anak, dengan memperhatikan prinsip-prinsip

[r]

• PTK dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang terlibat dalam tim peneliti?. • Guru berperan

[r]

Menyatakan bahwa hasil karya di bawah ini adalah benar hasil karya sendiri, belum pernah di publikasi, tidak menjiplak dan menyebutkan seluruh sumber refrensi yang saya gunakan