PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
CINERAMA DI SURAKARTA
Disusun untuk melengkapi persyaratan
tugas mata kuliah Kolokium
Jurusan Desain Interior
Disusun Oleh :
INSYAH KUSNANTO
C0803018
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PERNYATAAN
Nama : Insyah Kusnanto
NIM : C. 0803018
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Perencanaan
dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta” adalah betul-betul karya sendiri, bukan
plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya Saya, dalam Laporan Tugas
Akhir ini di beri tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada :
1. ALLAH SWT. Yang telah memberikan
jalan, Rahmat, Nikmat dan KaruniaNya
kepada kita semua.
2. Ibu Dan Bapak, yang telah membesarkan
aku dan membimbingku dalam
perjalananku sampai saat ini.
3. Retno Supriyanti yang telah berjuang
sekuat jiwa raga membantuku, adik-adikku
yang kucintai.
4. Temen-temen seperjuangan dan senasib
Interior 2003 Anom, Doni, Maulana,
Ashadi (homeland), Zulvan, Edi, Yulius,
Rosa (2007) dan semuanya, terimakasih.
5. Civitas Akademika Jurusan Desain
Interior, Bapak Ibu Dosen Dan Staf Tata
Usaha.
6. Dan semua yang telah berjasa dalam
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur taerhadap Tuhan Yang Maha Esa, Akhirnya
penulis dapat mampu menyelesaikan penyusunan konsep Perencanaan dan Peranangan
Cinerama di Surakarta ini dengan baik,sebagai salah satu syarat kelenkapan mata kuliah
kolokium dan sebagai syarat untuk menempuh mata kuliah tugas kolokium akhir .
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pengerjaan dan dukungan baik secara moril dan materiil dalam
menyelesaikan mata kuliah tugas akhir ini, dan rasa terima kasih ini penulis
persembahkan kepada :
1. Orang tuaku dan adik-adiku yang telah mendorong dan memberi bantuaan baik
berupa semanagat dan dukungan lain sehingga penulis dapat menyelesaikan
konsep ini.
2. Bapak Drs. Rahmanu Widayat, MSn. Selaku Ketua Jurusan Desain Interior.
3. Ibu IIk Endang S. SSn, MT selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ibu Lulu
Purwaningrum, SSn, MT. selaku Koordinator Kolokium.
4. Bapak Drs. Soepriyatmono, Msn dan Ibu Lulu Purwaningrum, SSn, MT. selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dalam
penyusunan Kolokium dan Tugas Akhir.
5. Rekan-rekan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, khususnya jurusan Desain
Interior yang telah membantu dalam penyelesain laporan ini.
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam
memberikan semangat, dan perhatianya terhadap penulis.
Dan harapan penulis supaya kebaikan dan bantuan dari pihak-pihak yang disebut
diatas mendapat balasan dari ALLAH SWT. Dan dalam penulisan dan penyusunan
Kolokium ini, masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan kolokium ini, seperti
yang penulis harapkan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah atau Proyek ... 3
C. Rumusan Masalah atau Proyek... 4
D. Tujuan Proyek... 5
E. Sasaran ... 5
F. Manfaat Proyek... 6
G. Metode Pembahasan Desain ... 6
H. Sistematika Pembahasan... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN UMUM FILM ... 11
1. Film Sebagai Sarana Rekreasi Keluarga... 11
2. Pengertian Film ... 11
3. Sejarah Perfileman Indonesia ... 13
4. Festival Film di Indonesia... 15
5. Lembaga Perfileman Indonesia... 16
6. Jenis Film ... 19
B. STANDARISASI INTERIOR ... 23
1. Unsur Ruang : Lantai ... 23
2. Unsur Ruang : Dinding ... 26
3. Unsur Ruang : Langit-langit ... 29
C. SISTEM INTERIOR ... 34
1. Pencahayaan... 34
2. Penghawaan ... 46
3. Akustik... 48
D. SISTEM KEAMANAN ... 88
BAB III KAJIAN LAPANGAN A. Bioskop 21 ... 93
B. Studio 21 Singosaren Solo ... 94
C. Grand 21 Solo Grand Mall... 96
D. Cinema XXI ... 98
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
A. Analisa Judul... 107
B. Pola Pikir Perancangan ... 110
C. Lokasi Perancangan ... 111
D. Struktur Organisasi ... 114
E. Perancangan Sistem Interior Cinerama... 115
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 155
B. Saran ... 157
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Lantai beralaskan karpet ... 26
Gambar 2 Salah satu fungsi dinding penyekat ruang ... 28
Gambar 3 Ceiling bentuk cembung ... 33
Gambar 4 Pencahayaan buatan pada gedung bioskop ... 44
Gambar 5 Cahaya membentuk suasana ruang ... 46
Gambar 6 Furniture home theatre ... 74
Gambar 7 Meja Display... 75
Gambar 8 Ornamen Display ... 76
Gambar 9 Penataan kursi ... 79
Gambar 10 Susunan tempat duduk ... 80
Gambar 11 Pintu Darurat ... 89
Gambar 12 Studio 21 ... 94
Gambar 13 Lobby studio 21 ... 95
Gambar 14 Cinema XXI ... 99
Gambar 15 Cinema XXI ... 100
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pola Aktivitas Pemakai Cineplek Surabaya 21... 105
Tabel 2 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang : Area Lobby... 118
Tabel 3 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Area Bioskop ... 119
Tabel 4 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Area Theatre ... 119
Tabel 5 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Outlet Merchandise Shop ... 120
Tabel 6 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: AHU ... 121
Tabel 7 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Caffe ... 121
Tabel 8 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Office ... 122
Tabel 9 Analisa Besaran Ruang : Office... 123
Tabel 10 Analisa Besaran Ruang: Souvenir Shop ... 123
Tabel 11 Analisa Besaran Ruang: Caffe ... 124
Tabel 12 Analisa Besaran Ruang Kegiatan Penerimaan... 124
Tabel 13 Analisa Besaran Ruang Service & Pelengkap ... 125
Tabel 14 Perencanaan dan Perancangan ... 127
Tabel 15 Analisa Penggunaan Bahan Lantai ... 129
Tabel 16 Analisa Penggunaan Bahan Dinding ... 131
Tabel 17 Analisa Penggunaan Bahan Ceiling... 133
Tabel 18 Analisa Pencahayaan Ruang ... 135
Tabel 19 Analisa Penghawaan Ruang... 138
Tabel 20 Analisa Akustik Ruang ... 140
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Skema Pola Pikir... 10
Bagan 2 Struktur Organisasi Cineplek Surabaya 21 ... 103
Bagan 3 Pola Pikir Perancangan ... 110
Bagan 4 Struktur Organisasi Cinerama ... 114
Bagan 5 Alur Sirkulasi Aktivitas Pengunjung Cinerama... 115
Bagan 6 Alur Sirkulasi Aktivitas Pengunjung Home Theatre ... 115
Bagan 7 Alur Sirkulasi Aktivitas Kasir Cinerama ... 116
ABSTRAKSI
Insyah Kusnanto. C 0803018. 2010. Judul Tugas Akhir : Perencanaan dan Perancangan
Cinerama di Surakarta.
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Perencanaan dan Perancangan Cinerama di Surakarta ini memfokuskan pada rumusan
masalah : (1) Bagaimanakah memenuhi aspek kenyamanan yang kurang diperhatikan di
dalam sirkulasi di bioskop di daerah Surakarta? (2) Bagaimanakah menyajikan bioskop
yang menyajikan fasilitas yang memenuhi kebutuhan akan privasi yang tidak disajikan di
bioskop-bioskop yang ada di kota Surakarta? (3) Bagaimanakah dapat memenuhi
perubahan kebutuhan masyarakat akan desain interior yang berkembang saat ini yaitu
tentang proyek yang akan dikerjakan yaitu Cinerama Studio?
Perencanaan dan Perancangan Cinerama di Surakarta ini bertujuan : (1) Merencanakan
bioskop yang baik dalam bidang interior system, yaitu pencahayaan, penghawaan,
keamanan, dan aspek-aspek lain yang mendukung desain bioskop ini. Dan yang paling
penting masalah akustik haruslah dicermati dengan baik. (2) Merancang dan
merencanakan penyajian bioskop di kota Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu
bioskop yang dilengkapi dengan home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga
bisa memenuhi kebutuhan kalangan tertentu untuk mendapatkan kebutuhanya akan
yang mereka inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya
dengan Cinerama Studio ini.
Penyajian interior dalam bioskop di kota Surakarta ini seringkali menarik minat para
penikmat bioskop dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburannya. Tapi seiring
dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan fasilitas khusus bagi mereka yang
memerlukannya, maka kini bioskop juga perlu adanya fasilitas yang lebih “privat”, yaitu
bioskop yang penyajiannya seperti halnya “Drama Theater”. Maka desainer ingin
DESAIN INTERIOR CINERAMA DI SURAKARTA
Insyah Kusnanto.1 Lulu Purwaningrum, SSn, MT2
Drs. Soepriyatmono, MSn3 mempunyai konsep rekreatif, edukatif dan sebagai sumber informasi. Lokasi perencanaan ini berada di kota Surakarta.
Perencanaan dan perancangan interior dibatasi pada elemen interior untuk lobby dan ruang pamer terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan “Moderen Minimalis” dan sesuai dengan tema
Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana menyelesaikan perencanaan kegiatan, fasilitas, dan pola tata ruang yang baik, penataan ruang yang sesuai tema dengan menghadirkan suasana dan penataan interior yang representative dalam menghadirkan sajian hiburan akan tontonan film dengan mengedepankan pada kenyamanan pengunjung dan diterapannya pada berbagai elemen-elemen interior yang ada
Tujuan dari karya ini adalah mewujudkan perancangan interior museum yang tetap mengedepankan kaidahnya sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan sumber informasi. Mewujudkan perancangan interior Cinerama ini dapat menjadikan sarana hiburan yang baik bagi
1 Mahasiswa Desain Interior, Dengan NIM C.0803018
2 Dosen Pembimbing I
3 Dosen Pembimbing II
masyarakat Kota Surakarta. Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta sebagai dasar untuk menciptakan kenyamanan baik dari segi pencahayaan, penghawaan dan sistem interior lain yang dapat mendukung dan menunjang usaha tersebut. Mewujudkan perencanaan sistem display dan memecahkan sistem sirkulasi yang terarah pada interior cinerama yang membutuhkan efisiensi, efektifitas, komunikatif dan kenyamanan sebagai aspek visual sehingga tujuan cinerama sebagai sarana rekreasi dan sumber hiburan dapat tercapai. Mewujudkan penataan interior cinerama dengan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya dengan berpijak pada norma dan ketentuan desain yang ada.
Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta ini tentang hal yang berkaitan dengan Film disini.
Interior design of
Surakarta cinerama in surakarta
Insyah Kusnanto1
Lulu Purwaningrum, SSn, MT2 Drs. Soepriyatmono, MSn3
ABSTRACT
2011 Interior Design Interior Planning and Design cinerama in Surakarta. Introduction Final: Interior Design Department, Faculty of Literature and Fine Arts University of Surakarta ElevenMarch.
Planning and Interior Design cinerama in Surakarta is the title of this interior design project. A way to plan a place that has a concept of quality recreational, educational and as a source of information. The location of this planning is the city of Surakarta.
Planning and interior design is limited to the interior elements for the lobby and showroom, especially in terms of spatial planning and planning and design focus on the placement layout, furniture and color selection to consider related to "Modern Minimalist" and in accordance with the theme The formulation of the problem presented is how to solve the planning of activities, facilities, and good spatial pattern, the appropriate spatial theme by presenting the atmosphere and interior are representative in presenting entertainment programs will show the film to promote the convenience of visitors and diterapannya on various elements existing interior elements The aim of this work is to realize a permanent museum interior design put forward the rule as a means of education, recreation, and information sources. Realising this cinerama interior design
1
Student of Interior Design Department, with NIM C0803018
2
First Consultant
can make a good entertainment for people of Surakarta. Planning and Interior Design cinerama at Surakarta as the basis for creating comfort in terms of lighting, penghawaan and other interior systems that can support and sustain the business. Brought display system planning and solving the circulatory system that focused on the interior of the museum that requires efficiency, effectiveness, communicative and comfort as the visual aspect so that the museum's purpose as a means of recreation and information sources can be achieved. Realizing the museum interior with colors that do not interfere with the use of visual material to show off in it, with designs and themes that utilize technology as an interior design concept in the comfort and security for users with norms and regulations based
on existing designs.
Planning and Interior Design cinerama in Surakarta is the availability of a place for entertainment for all people in Surakarta on the film industry and the availability of places for visitors (community) in Surakarta in particular, in the search for complete information or for visitors who want to do research as well as for visitors who want recreation about matters relating to filmhere.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Banyaknya sarana hiburan di daerah Surakarta sekarang ini
mendorong orang untuk berinovasi menyajikan sesuatu yang baru dalam
penyajian dan bentuk sarana hiburan. Begitu pula dengan bioskop, begitu
banyak kebutuhan sarana yang belum terpenuhi dalam bioskop ini, dan tidak
sedikit pula masalah yang timbul karenanya. Ini senada apa yang dikatakan
oleh Sulivan “Seni adalah bentuk organisme atau sesuatu yang hidup,
hendaknya dilihat pertumbuhannya. Sebagai kehidupan manusia, ini
digunakan untuk menjaga dan memelihara kehidupan masa yang akan
datang “.(Sulivan : 1881)
Penyajian interior dalam bioskop di kota Surakarta ini seringkali
menarik minat para penikmat bioskop dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan hiburannya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
akan fasilitas khusus bagi mereka yang memerlukannya, maka kini bioskop
juga perlu adanya fasilitas yang lebih “privat”, yaitu bioskop yang
penyajiannya seperti halnya “Drama Theater”. Maka desainer ingin
menyajikan hal tersebut dalam “Cinerama”, yaitu pembuatan bioskop
dengan konsep teater drama.
Selain hal diatas di bioskop-bioskop yang sudah ada di kota Surakarta ini
Desainer memandang perlu adanya pembenahan dalam kebutuhan
akan sirkulasi manusia yang ada di dalam cinerama ini. Mereka
mengacuhkan atau bahkan tidak peduli tentang kebutuhan yang seharusnya
mereka dapat pada saat datang ke bioskop yaitu sering kali di bioskop ini
sirkulasi pengunjung sangat penuh sesak, jadi aspek kenyamanan mereka
tidak terpenuhi, mereka cenderung lebih melihat ke aspek film yang akan
diputar.
Apabila dicermati lebih mendalam perancangan interior yang bagus
juga akan memberi kesan yang baik bagi para konsumen bioskop. Mereka
cenderung lebih bisa merasakan dan menikmati bioskop. Dalam acuan
cinerama dibuat supaya dapat mengakomodasi segala kegiatan yang
memungkinkan dilakukan di area cinerama ini sendiri. Maka perlu adanya
perancangan yang baik dan pemikiran yang mendalam oleh desainer dalam
mencari bentuk. Ini adalah proses realisasi suatu permintaan untuk
menciptakan murni dari semangat jiwanya. Melalui bentuk dan rupa arsitek
mempengaruhi rasa kita, sehingga menimbulkan emosi seni bentuk, oleh
adanya hubungan dengan apa yang arsitek ciptakan membangkitkan gema
yang ada dalam diri kita. (Le Corbusier: 1923)
Dengan pertimbangan di atas, cinerama akan dirancang dalam bentuk
theater drama, ini dibuat untuk memenuhi tuntutan golongan tertentu yang
lebih mementingkan privasi. Penonton di daerah kota Surakarta ini dapat
privasinya, tapi tanpa mengurangi kesan bioskop. Penonton juga dapat
mengajak kawan sejawat atau keluarga mereka dalam menikmati hiburan di
cinerama ini.
Disamping hal tersebut di atas, desainer ingin lebih menunjang aspek
kenyamanan. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan
sirkulasi yang ada didalam cinerama ini. Ketidaknyamanan saat menonton
bioskop yang ada di kota Surakarta mendorong desainer untuk membuat
bioskop yang memberikan sirkulasi aktivitas yang lebih nyaman, ditunjang
dengan konsep awal dari bioskop itu sendiri yaitu “in space”. Konsep ini
dipakai karena esensi dari “in space” sendiri yang identik dengan udara.
Udara itu merupakan zat yang partikelnya bebas. Jadi desainer ingin
menyajikan suatu rancangan yang memiliki sirkulasi yang nyaman seperti
konsep udara tersebut, yaitu bebas bergerak, dalam hal ini bebas dalam
beraktivitas dalam menonton film yang diinginkan serta dapat memilih dan
menggunakan fasilitas-fasilitas apa aja yang ada di dalam Cinerama
tersebut.
B. BATASAN MASALAH ATAU PROYEK
Batasan pembahasan dalam perancangan ini adalah :
1. Pembahasan akan dibatasi tentang desain interior dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya yang tentu saja sesuai dengan tema yang akan
2. Pembahasan dititik beratkan pada aspek akustik bioskop itu sendiri
yang sangat berpengaruh pada saat menonton film.
3. Perancangan direncanakan di Kota Surakarta, dengan demikian
perancangan ini haruslah melihat aspek lapangan di kota Surakarta
itu sendiri.
4. Perancangan ini akan dititik beratkan pada fasilitas: Lobby, ruang
pertunjukkan dalam hal ini home theater, ruang tunggu dan
pendukung lainnya.
C. RUMUSAN MASALAH ATAU PROYEK
Ada berbagai masalah yang akan timbul dalam pembuatan cinerama
ini. Adapun masalah-masalah tersebut dirumuskan di bawah ini:
1. Bagaimanakah memenuhi aspek kenyamanan yang kurang
diperhatikan di dalam sirkulasi di bioskop di daerah Surakarta?
2. Bagaimanakah menyajikan bioskop yang menyajikan fasilitas yang
memenuhi kebutuhan akan privasi yang tidak disajikan di
bioskop-bioskop yang ada di kota Surakarta?
3. Bagaimanakah dapat memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat
akan desain interior yang berkembang saat ini yaitu tentang proyek
D. TUJUAN PROYEK
Dalam pembuatan Cinerama ini desainer ingin menyajikan tampilan
bioskop yang beda dan konsep baru. Adapun tujuan dalam pembuatan
Cinerama di Surakarta adalah:
1. Merencanakan cinerama yang baik dalam bidang interior system,
yaitu pencahayaan, penghawaan, keamanan, dan aspek-aspek lain
yang mendukung desain cinerama ini. Dan yang paling penting
masalah akustik haruslah dicermati dengan baik.
2. Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota Surakarta
yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi dengan
home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa
memenuhi kebutuhan kalangan tertentu untuk mendapatkan
kebutuhanya akan privasi.
3. Untuk merancang akan kebutuhan akan desain interior yang
masyarakat inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan
masyarakat, salah satunya dengan Cinerama Studio ini.
E. SASARAN
Menyusun konsep program pelayanan umum yang mampu
manciptakan alur sirkulasi yang baik bagi semua pihak atau pelaku
kegiatan yang meliputi zonifikasi, kebutuhan ruang, standarisasi dan
kapasitas ruang serta persyaratan ruang yang meliputi sistem
F. MANFAAT PROYEK
Dengan adanya perancangan cinerama & entertaiment ini dapat
bermanfaat bagi para :
1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah
wawasan tentang perancangan gedung pertunjukkan terutama
bioskop yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior, dalam
konteks ini tidak hanya dinikmati masyarakat.
2. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan
sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan yang
disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya tarik
pariwisata kota Surakarta.
3. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta, dengan
adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk menanamkan
investasinya di kota Surakarta ini.
G. METODE PEMBAHASAN DESAIN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada dua tempat yang representatif
yaitu Grand 21 di Solo Grand Mall dan Cineplex di Surabaya.
Dipilihnya tersebut karena kedua tempat tersebut memenuhi kriteria
yang diperlukan untuk sebuah gedung bioskop yang dapat memenuhi
2. Sumber Data
a. Informan
Sumber data ini adalah sumber data subyek manusia yang terdiri
dari kepala bagian divisi penunjukkan, staf pelaksana, satpam,
divisi pemeliharaan dan lain-lain yang dianggap mengetahui
tentang gedung bioskop yang diteliti.
b. Tempat dan Peristiwa
Bangunan pokok seperti lobby, area tunggu, tempat pembelian
tiket, tempat pemutaran film atau studio, ruang operator, dan
tempat pengelola bioskop.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam kasus ini observasi yang digunakan adalah observasi
berperan aktif, yaitu peneliti sebagai pengamat aktif dalam hal
mengamati baik dengan observasi diskriptif atau komunikatif.
Hal ini tentu saja dengan mengamati hal –hal yang dianggap
perlu dan bisa dimanfaatkan sebagai data penelitian.
b. Metode Analisis
Yaitu menganalisa data yang diperoleh dari lapangan, kemudian
menghubungkannya dengan data teoritis, kemudian dianalisa
kembali, dan dari analisa tersebut kemudian menghasilkan
alternatif desain, yang selanjutnya disimpulkan menjadi
c. Metode Wawancara
Ini dilakukan pengumpul data yaitu dengan langsung
menanyakan kepada pihak yang dianggap berkaitan dengan
proyek yang dikerjakan, yaitu seperti para kontraktor, pengkaji
ilmu dan pihak-pihak lain yang dianggap mengerti.
F. SISTEM PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar balakang masalah, batasan masalah atau
proyek, rumusan masalah atau proyek, tujuan dan sasaran
proyek, serta metode penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Uraian tentang landasan teori yang dijadikan untuk mencapai
tujuan perancangan.
BAB III KAJIAN LAANGAN
Merupakan uraian tentang data-data hasil survey lapangan
yang berhubungan dengan proyek interior yang akan
dikerjakan.
BAB IV ANALISA DESAIN
Dapat disebut juga sebagai konsep perancangan. Merupakan
uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan
keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai
perancangan interior Cinerama di Surakarta.
B. Saran
H. POLA PIKIR PERANCANGAN
.
C. Data desain
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian dari judul “Cinerama di Surakarta” adalah sebagai
berikut :
Cinerama : : Bioskop yang disajikan dengan konsep “Drama
Theater” sehingga aspek privasi dalam menonton
film dapat terpenuhi dengan baik dan dapat
mengakomodasi semua kegiatan yang ada di
dalamnya.
Surakarta : Lokasi perencanaan di salah satu kota di provinsi
Jawa Tengah
Jadi “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di
Surakarta” adalah Proses, Pembuatan, cara merencanakan atau
merancangkan suatu bangunan bioskop yang disajikan dengan konsep
“Drama Theater” yang merupakan konsep baru yang berada di kota
Surakarta.
Desainer ingin menampilkan bioskop dalam bentuk theater drama,
ini dibuat memenuhi tuntutan golongan tertentu yang lebih
mementingkan privasi. Dalam hal ini penonton di daerah kota Surakarta
ini dapat menyewa satu teater yang tersedia enam tempat duduk saja. Ini
memungkinkan penikmat film dapat menikmati film tanpa mengurangi
privasinya, tapi tanpa mengurangi kesan bioskop,. Penonton juga dapat
mengajak kawan sejawat atau keluarga mereka dalam menikmati
Disamping hal tersebut diatas, desainer ingin lebih menunjang
aspek kenyamanan. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan
akan sirkulasi yang ada didalam cinerama ini. Ketidaknyamanan saat
menonton bioskop yang ada di kota Surakarta mendorong desainer untuk
membuat bioskop yang memberikan sirkulasi aktivitas yang lebih
nyaman, ini ditunjang dengan konsep awal dari bioskop sendiri yaitu “in
space”. Konsep ini dipakai karena esensi dari “in space” sendiri adalah
udara dan kesan dari udara adalah bebas bergerak, dalam hal ini bebas
dalam beraktivitas.
Cinerama terletak di tengah-tengah kota lokasi ini sangat
representatif dan juga mudah dijangkau oleh para pengguna kendaraan
baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain itu lokasi dekat
dengan pusat perbelanjaan yang ada di kota Surakarta yaitu Pusat Grosir
Solo, Beteng Trade Centre, dan juga Pasar Klewer. Tidak itu juga
adanya wisata budaya yang ditawarkan kota Surakarta yaitu Keraton
Kasunanan Surakarta tidak jauh dari lokasi pembangunan proyek ini.
Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota
Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi
dengan home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa
memenuhi kebutuhan kalangan tertentu, untuk mendapatkan
kebutuhannya akan privasi dan untuk menjadikan desainer yang tanggap
mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan Cinerama
ini.
B. SARAN
Dalam mengerjakan kolokium ini tentunya saran sangatlah
dibutuhkan demi kesempurnaan karya – karya yang akan datang. Untuk
itu saran – saran dari penulis diuraikan sebagai berikut :
1. Saran ditujukan pada dari penulis khususnya, bahwa pada
penulisan ini banyak mengalami kekurangan, koreksi lebih
dalam karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka
diharapkan pembaca dapat memberikan kritikan dan saran
kepada penulis guna kesempurnaan tugas ini.
2. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan
sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan
yang disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya
tarik pariwisata kota Surakarta.
3. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta,
dengan adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk
BAB III
KAJIAN LAPANGAN
Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat
menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia
merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara
lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang
muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam
Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady.
Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap
tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat
itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada
tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam
tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah
tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood
dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.
Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film
“Petualangan Sherina” yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik
di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan
kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan
lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.yang terdapat di Deca
Park. De Callone ini mula-mula adalah bioskop terbuka di lapangan, yang di
zaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Callone adalah cikal
bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu Air.
Bioskop-bioskop lain seperti, Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder,
Cinema di Krekot, Astoria di Pintu Air, Centraal di Jatinegara, Rialto di
Senen dan Tanah Abang, Surya di Tanah Abang, Thalia di Hayam Wuruk,
Olimo, Orion di Glodok, Al Hambra di Sawah Besar, Oost Java di Jl.
Veteran, Rembrant di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, Rivoli
di Kramat, dan lain-lain merupakan bioskop yang muncul dan ramai
dikunjungi setelah periode 1940-an.
Film-film yang diputar di dalam bioskop tempo dulu adalah film gagu
alias bisu atau tanpa suara. Biasanya pemutaran diiringi musik orkes, yang
ternyata jarang "nyambung" dengan film. Beberapa film yang kala itu yang
menjadi favorit masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom MIx, Edi Polo,
Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.
Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang
penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai
paling atas. Pada tahun 1955 bioskop Indra di Yogyakarta mulai
mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.
Di Indonesia awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan
kemajuan perbioskopan, baik dalam jumlah produksi film nasional maupun
bentuk dan sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun
1990-an. Pada dasawarsa itu produksi film nasional 112 judul. Sementara
sejak tahun 1987 bioskop dengan konsep sinepleks (gedung bioskop dengan
lebih dari satu layar) semakin marak. ("http://id.wikipedia.org/wiki/ Sinema
di Indonesia | Sejarah Bioskop di Indonesia)
Bioskop di Indonesia sangatlah banyak dan beragam dari beberapa
bioskop itu mungkin telah memenuhi kebutuhan akan aspek-aspek desain
yang diperlukan dalam pembuatan bioskop. Bioskop-bioskop tersebut
kebanyakan ditemukan atau terdapat di tempat perbelanjaan atau mal-mal
yang ada di kota-kota besar Indonesia.
Dalam kajian lapangan ini ditujukan dalam permasalahan yang ditimbulkan
oleh aspek kenyamanan yang ada di dalam bioskop-bioskop yang ada di
A. Bioskop 21
Bioskop 21 (disebut pula Studio 21 atau Cinema 21 atau 21
Cineplex) adalah jaringan bioskop terbesar di Indonesia. Bioskop ini
tersedia di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya dan Medan. Sebagian besar di antaranya telah
dilengkapi dengan teknologi-teknologi tercanggih, seperti tata suara
Dolby Digital, THX, dan semacamnya. Bioskop 21, XXI, dan The
Premiere yang telah bersertifikat THX antara lain : Galaxy 21,
Hollywood KC 21, Lippo Karawaci 21, Puri 21, Tunjungan 21,
Anggrek XXI, BSM XXI, Djakarta Theatre XXI, Plaza Senayan XXI,
Studio XXI, The Premiere @ Plaza Senayan XXI, dan The Premiere
@ Studio XXI. Hampir semua bioskop 21 terletak di dalam gedung
Gambar 12
Studio 21 salah satu pilihan hiburan masyarakat
(Sumber: :study lapangan studio 21, juni 2010 )
B. Studio 21 Singosaren
Di kota Surakarta juga terdapat Studio 21 ini terdapat di
Matahari Singosaren dan Solo Gran Mall. Di sini bioskop beroperasi
Gambar 13
Lobby Studio 21
(sumber : study lapangan studio 21, juni 2010 )
Dilihat dari segi interior bangunan bioskop di Matahari
Singosaren belumlah cukup baik ini dilihat dari aktivitas di dalamnya
yang kurang terkoordinasi dengan baik.dalam hal ini interior desain
sangatlah menentukan manusia yang menggunakannya, dan perlu
adanya renovasi dalam beberapa segi baik tata letak dan furniture
a. Lobby
Di area lobby masih banyak aspek belum dipenuhi dalam
hal ini area tunggu yang belum memadai. Para pengunjung
cenderung harus duduk di lantai untuk menunggu pemutaran
film. Pada kasir mungkin tidak terlalu butuh pembenahan, tapi
mungkin hanya butuh pelebaran ini memungkinkan untuk
sirkulasi yang lebih nyaman, dan dapat dilihat sirkulasi
didalamnya boleh dibilang tidak nyaman, ini bisa ditimbulkan
oleh adanya kebutuhan akan fasilitas pendukung yang belum
tercukupi.
b. Fasilitas Pendukung
Di bioskop ini fasilitas pendukung belumlah terpenuhi ini
dilihat dari banyaknya pengunjung yang menunggu di area
lobby.
C. Grand 21 Solo Grand Mall
Ini merupakan bioskop yang bertempat di mall besar yang ada
dikota Surakarta, bioskop ini bergaya modern. Tata ruang bangunan
Matahari Singosaren, ini ditunjang dengan fasilitas yang mungkin
tidak ada di Matahari Singosaren yaitu elevator
1. Lobby
Area lobby bioskop ini area yang besar mungkin dapat
dilihat di bioskop ini, tapi kurangya fasilitas tunggu seperti
tempat duduk, sehingga menimbulkan banyak pengunjung yang
duduk di lantai.
2. Fasilitas Pendukung
Sebenarnya di bioskop ini terdapat fasilitas pendukung
yang memadai tadi mungkin karena pengorganisasianya kurang
baik jadi fasilitas ini tidak bisa dimaksimalkan. Salah satunya
area food court yang jauh dari bioskop. Ini menimbulkan efek
malas oleh sebagian pengunjung untuk mengunjungi area ini
D.
Cinema XXISeiring dengan perkembangan jaman, jaringan 21 juga
mengembangkan inovasi barunya, yakni jaringan Cinema XXI yang
ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Bioskop XXI pertama
dibuka di Plaza Indonesia Entertainment Xnter pada tahun 2003 dan
telah dibuka di Mal Kelapa Gading 3, Mal Pondok Indah 2, Senayan
City, Serpong, Pluit Junction, dan Cihampelas Walk Bandung, hingga
merambah kota Surabaya dengan pembukaan XXI pertama di
Surabaya Town Square dan Tunjungan Plaza.
Rencananya cinema XXI akan buka di Epicentrum Walk,
Kota Kasablanka, dan Emporium Pluit Mal di Jakarta, dan di Botani
Square di Bogor. Selain itu, beberapa bioskop 21 yang selama ini
menjadi pilihan utama termasuk Anggrek 21, Senayan 21, Djakarta
Theater 21 dan BSM 21 Bandung direnovasi menjadi bioskop XXI.
Senayan 21 yang berlokasi di Plaza Senayan kini telah dibuka
menjadi sepuluh studio (8 studio deluxe dan 2 studio premiere), salah
satu yang terbanyak di Indonesia.
Seiring dengan dibentuknya Cinema XXI, 21 Group juga
mendirikan sebuah lounge bernama XXI Club yang terletak satu
gedung dengan Djakarta Theater XXI, dan juga di beberapa XXI
telah tersedia smoking lounge dan XXI lounge yang diiringi live
music.
Di masa mendatang sebagian besar bioskop milik 21 Cineplex
akan berwajah XXI untuk remodernisasi.
Gambar 14
Cinema XXI tampilan lebih moderen
Gambar 15
Cinema XXI
( sumber : http//:cinemaxxi_surabaya.org)
E. Cineplek Surabaya 21
a. Sejarah Cineplek Surabaya 21
Berdiri tahun 17 September 1971 dengan nama Surabaya
Theater, saat itu hanya terdiri 1 gedung (hall) saja. Kemudian
bergabung dengan pihak 21 dan mengalami renovasi sehingga
Dimana disebut cineplek karena dalam satu bangunan yang
sama dibangun beberapa ruangan yang relative sama besarnya
dan memutar film-film yang berlainan, agar pengunjung dapat
alternatif pilihan film mana yang akan ditonton tanpa harus
melirik gedung bioskop yang lain.
Cineplek Surabaya 21 Desember 1989 dibawah pimpinan
Bapak Hardianto Setiawan (pemilik kuasa) sedangkan
pemiliknya di Jakarta.
Data Luar Tapak
Luas Lahan : 1 hektar
Batas-batas lahan :
Depan : Jl. Pahlawan No. 118, Surabaya
Belakang : Gedung Perkantoran
Kiri : Jl.
Kanan : Gang, biasanya dipakai untuk tempat
berjualan majalah-majalah bekas
Nama Bangunan : Cineplek Surabaya 21
Data Tapak Dalam
Bagi yang membawa kendaraan disediakan lahan parkir di
bagian depan gedung. Setelah memasuki area foyer maka dapat
dilihat bagian dalam bioskop, bagian terdepan yang pertama
tunggu. Bentuk ruang tunggunya adalah L seperti yang terlihat
pada gambar :
Cineplek Surabaya 21 memilki 5 gedung teater dengan
kapasitas tempat duduk yang berbeda, yaitu :
1). Surabaya 1 dengan kapasitas tempat duduknya 117 kursi
2). Surabaya 2 dengan kapasitas tempat duduknya 116 kursi
3). Surabaya 3 dengan kapasitas tempat duduknya 116 kursi
4). Surabaya 4 dengan kapasitas tempat duduknya 194 kursi
5). Surabaya 5 dengan kapasitas tempat duduknya 124 kursi
Maka total kapsitas tempat duduk yang ada adalah 667 kursi.
Pada ruang teater Surabaya 4 memilki kapasitas tempat duduk
yang lebih banyak dibandingkan dengan ruang teater yang
lainnya di Cineplek Surabaya 21 dan dilengkapi pula dengan
sistem tata suara Dts.
b. Data Pemakai
Bagan
Struktur Organisasi Cineplek Surabaya 21
( sumber : http//:cinemaxxi_surabaya.org)
Selain itu, ada pula karyawan-karyawan yang bertugas di
tempat, yaitu :
PERSONALIA (Bp. Asmaun)
BAGIAN UMUM URUSAN PAJAK (D. Soleh Rahman)
WAKIL
(W. Singgih Prihadi, Spd.)
ADMINISTRASI (Ibu suyati) KEUANGAN
(Drs. Satrijo Nugroho)
PERBEKALAN (G. Sukoco) GENERAL MANAGER
1). Guide
Bertugas untuk menunjukkan tempat duduk pengunjung
sesuai dengan nomor yang tertera pada karcis
pertunjukkan.
2). Kasir Penjualan
Bertugas untuk melayani penjualan karcis pertunjukkan.
3). Operator
Bertugas untuk mengoperasikan proyektor dan
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya pemutaran
film.
4). Teknisi
Bertugas untuk menangani masalah teknis, masalah listrik,
alat-alat operasional dll.
5). Waker
Bertugas untuk menjaga gedung pada malam hari.
6). Keamanan
Bertugas untuk menangani masalah kebersihan gedung.
8). Petugas Parkir
Bertugas menyediakan dan menata tempat parkir bagi
pengunjung bioskop.
c. Pola Aktivitas Pemakai Cineplek Surabaya 21
Pemakai dibedakan menjadi 2 yaitu pegawai dan
pengunjung dimana keduanya mempunyai kegiatan aktivitas
yang berbeda. Berikut ini merupakan table aktivitas pemakai :
Tabel 1
Aktivitas Pegawai Cineplek Surabaya 1
JABATAN PEGAWAI AKTIVITAS
Staff Kantor Melakukan aktivitas pekerjaan
sesuai bidang masing-masing unit
di belakang meja maupun di
lapangan.
• Kasir Menerima transaksi (uang) dan
memberikan karcis yang telah
dibeli
• Guide • Berjaga di pintu masuk
• Memeriksa karcis pengunjung
• Menyobek karcis
• Operator Film • Menerima film dari kurir
• Memasang film
• Mengopersikan proyektor
• Mengawasi kelancaran pemutaran film dari jendela
• Merawat film
• Teknisi Menangani kerusakan-kerusakan
alat-alat
• Waker Menjaga gedung di waktu malam
( tidak ada aktivitas lagi )
• Keamanan Menjaga keamanan :
• Mengusir anak sekolah yang masuk dengan seragam sekolah
• Mengamankan orang yang membuat onar
• Menjaga pengunjung agar merasa aman
• Cleaning Servis • Membersihkan seluruh ruangan teater yang ada setelah atau
sebelum pertunjukkan
• Membersihkan area kantor
• Membersihkan area publik ( R. tunggu, foyer dan bagian gedung
yang lain)
• Membersihkan dan menjaga toilet
• Petugas Parkir Menjaga kendaraan dan menata kendaraan pengunjung bioskop
Pegawai di Cineplek Surabaya 21 terbagi menjadi dua
bagian menurut tempat kerjanya, yaitu di kantor dan di area
publik langsung di tempat yang melibatkan pengunjung. Maka
urutan aktivitasnya akan berbeda satu sama lainnya. Urutan pola
aktivitas pegawai Surabaya 21 yang bekerja di kantor adalah
pertama yang dilakukan adalah menuju ke kantor, rapat dan
melakukan aktivitas kantor ( mengetik, menghitung, mencatat,
telepon, dll ) dan jarang sekali mereka bekerja di area publik
atau bertemu langsung dengan pengunjung. Sedangkan yang
bekerja di area publik dan bertemu langsung dengan
pengunjung pertama yang mereka lakukan adalah menuju ke
loker untuk memakai seragam dan pengarahan sebentar
kemudian menuju ke bagian masing-masing dan bekerja sesuai
BAB
IV
ANALISA DESAIN
A. ANALISA JUDUL
1. Pengertian Judul
Pengertian dari judul “Perencanaan dan Perancangan Interior
Cinerama di Surakarta” adalah sebagai berikut :
Perencanaan : Proses, Pembuatan, cara merencanaan atau
merancangkan (KBBI, 1995, hal: 741)
Interior : Ruang dalam suatu bangunan
(Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal: 195)
Surakarta : Lokasi perencanaan di salah satu kota di provinsi
Jawa Tengah
Cinerama : Bioskop yang disajikan dengan konsep “Drama
Theater” sehingga aspek privasi dalam menonton
film dapat terpenuhi dengan baik dan dapat
mengakomodasi semua kegiatan yang ada di
dalamnya. (sumber Penulis, 2010)
Jadi “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di
Surakarta” adalah Proses, Pembuatan, cara merencanakan atau
2. Tujuan dan Manfaat
Dalam pembuatan Cinerama ini desainer ingin menyajikan
tampilan bioskop yang beda dan konsep baru. Adapun tujuan dalam
pembuatan Cinerama di Surakarta adalah:
a. Merencanakan cinerama yang baik dalam bidang interior
system, yaitu pencahayaan, penghawaan, keamanan, dan
aspek-aspek lain yang mendukung desain cinerama ini. Dan
yang paling penting masalah akustik haruslah dicermati dengan
baik.
b. Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota
Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang
dilengkapi dengan home theater dan fasilitas pendukung
lainnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan kalangan tertentu
untuk mendapatkan kebutuhannya akan privasi.
c. Untuk merancang akan kebutuhan desain interior yang
masyarakat inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan
masyarakat, salah satunya dengan Cinerama ini.
Dengan adanya perancangan cinerama ini dapat bermanfaat bagi
para :
a. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah
wawasan tentang perancangan gedung pertunjukkan terutama
bioskop yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior,
b. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan
sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan
yang disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya
tarik pariwisata kota Surakarta.
c. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta,
dengan adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk
B. POLA PIKIR PERANCANGAN
Bagan 3 Pola Pemikiran
.
( sumber : analisa penulis )
C. LOKASI PERANCANGAN
1. Pertimbangan Perencanaan Lokasi
Dengan pertimbangan ekonomi letak dan jalur angkutan yang
mudah dicapai, Cinerama ini akan dibangun di jalan Slamet Riyadi.
Gambar 16
(sumber : analisa penulis )
2. Potensi lokasi proyek
Karena terletak di tengah-tengah kota, lokasi ini sangat
representatif dan juga mudah dijangkau oleh para pengguna kendaraan
baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain itu lokasi
dekat dengan pusat perbelanjaan yang ada di kota Surakarta yaitu
Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Centre, dan juga Pasar Klewer. Tidak
itu juga, adanya wisata budaya yang ditawarkan kota Surakarta yaitu
Keraton Kasunanan Surakarta yang tidak jauh dari lokasi
pembangunan proyek ini.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan:
Kriteria Umum
c. Merupakan daerah pusat kota yang melayani seluruh kegiatan
wilayah kota serta daerah-daerah sekitar yang merupakan
daerah pengaruh kota (hinterland).
d. Posisi kawasan strategis, mudah dalam pencapaian serta dekat
dengan pusat-pusat keramaian sehingga dapat menjamin faktor
penarikan minat pengunjung lainnya.
e. Berlokasi di sekitar Kawasan Koridor Budaya (Kawasan Pasar
Klewer-Keraton-Kasunanan Surakarta ), dengan melihat
kondisi dan potensi kota untuk perdagangan dan pariwisata
serta juga dalam hal penyediaan ruang untuk fungsi kota.
Kriteria Khusus
a. Bagaimana segi keamanannya, terhadap perampokan,
kekerasan dan kenakalan dari pihak luar.
b. Bagaimana potensinya untuk masa mendatang. Apakah
daerahnya justru berkembang atau sebaliknya.
c. Bagaimana persaingan-persaingan yang telah ada antara
sesama restoran disana.
d. Bagaimana kemudahan pembuangan sampah-sampah restoran
disana dan kemudahan pengangkutan sampahnya setiap hari.
e. Tersedianya fasilitas dan sistem air dan listrik serta telepon
yang cukup baik.
f. Halaman parkir luas, cukup mudah memarkir, aman, dekat dan
g. Lokasi merupakan tempat yang mudah dicari, mudah dilihat,
serta untuk mencapainya tidak banyak terhalang lintasan
Traffic Light.
h. Tidak bersebelahan dengan bangunan-bangunan yang kotor
dan tua seperti bengkel, pangkalan besi tua dan lain-lain yang
sejenis.
i. Bagaimana kemudahan trafficnya ? Apakah lokasi terletak
dijalan yang macet total pada jam-jam sibuk, dan apakah
terletak di jalan yang sempit dengan trotoar yang rusak/ sulit
bagi pejalan kaki.
j. Di daerah tersebut suplay bahan mentah restoran mudah
didapat.
k. Lokasi tidak dekat dengan hal-hal yang mengganggu orang
untuk makan seperti dekat got umum yang mengeluarkan bau
busuk, jalan yang mudah kebanjiran, banyak debu, asap atau
suara ribut.
(Torsina, 1990 : 19)
3. Status Badan Usaha
Pengelolaan oleh Negara melalui Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya dan dengan perijinan dari PERDA serta Surat Gubernur Jawa
D. STRUKTUR ORGANISASI
Bagan 4
Struktur Organisasi Cinerama
(sumber : analisa penulis)E. PERANCANGAN INTERIOR SYSTEM
CINERAMA
1. Pola Aktivitas
Bagan 5
Alur sirkulasi aktivitas pengunjung bioskop
Bagan 6
Alur sirkulasi aktivitas pengunjung home theater
( sumber : analisa penulis )
Bagan 7
Alur sirkulasi aktivitas kasir Cinerama
( sumber : analisa penulis )
Datang Ganti baju kerja Persiapan kerja Melayani Pembelian tiket
Istirahat siang
PULANG Datang
Melihat film /memilih film yang akan ditonton
Ke ruang Home theater
Melihat/membeli marchandise
Menonton film
Buang air kecil/besar
Bagan 8
Alur sirkulasi aktivitas karyawan Cinerama
( sumber : analisa penulis )
2. Sistem Operasional
Sistem operasional yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
waktu atau jam operasional dari Cinerama ini yang terdiri dari :
Pengunjung :
Senin – minggu jam 09.00-22.00
Pengelola :
Senin – minggu jam 08.00-23.00
3. Kebutuhan Ruang
a. Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan untuk menentukan kebutuhan ruang
adalah tuntutan akan pewadahan aktifitas atau kegiatan dengan
tinjauan pada :
Datang absen kerja rapat direksi
Istirahat siang
2). Pola kegiatan
3). Karakter kegiatan
b. Pendekatan Kebutuhan Ruang
Kebutuhan macam ruang untuk perancangan gedung cinerama
di Surakarta adalah sebagai berikut :
1). Lobby
2). R. Kantor
3). R. Kontrol
4). R. theater
5). Otlet-otlet penjualan
6). Gudang
7). Lavatory
c. Pengelompokan Kebutuhan Ruang
Untuk menentukan pengelompokkan ruang digunakan dasar
pertimbangan seperti berikut :
1). Tingkat kesamaan karakter kegiatan.
2). Tingkat kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan
kegiatan.
Tabel 2
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Area lobby
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang
Fasilitas
film
- area keamanan - mesin kasir
- rak
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Area Bioskop
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang
Fasilitas
Pengunjung - menunjukkan tiket
masuk
Pengelola - memeriksa tiket
masuk
- menunjukkan tempat
duduk
- R. operator - proyektor
Tabel 4
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Theater
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang
Fasilitas
Pengunjung - menunjukkan tiket
masuk
Pengelola - memeriksa tiket
masuk
- menunjukkan
koleksi film
- memutarkan film
- R. operator - penyimpanan
koleksi film
- kursi/stool
(operator)
- proyektor ( sumber : analisa penulis)
Tabel 5
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Outlet Marchandise Shop
Tabel 6
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada AHU/ Elektrikal dan
Mecanical
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Operator
( sumber : analisa penulis)
Tabel 7
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Caffe
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Pengunjung - memesan makanan
Tabel 8
Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Adminiatrasi dan
Pengelola Keuangan/ Office
Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Karyawan - datang
- R. Pimpinan - computer
- sofa
besaran ruang adalah sebagai berikut :
1). Jumlah orang yang diperkirakan untuk ditampung/ asumsi
2). Peralatan pendukung yang digunakan
3). Luasan unit fungsi
1). Kelompok Kegiatan Pengelola
Tabel 9
Analisa Besaran Ruang : Office
Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi
R. Direksi 1 6 20 m2/ruang Ass 20m2
R. sekretaris 1 1 4 m2/orang Ass 4m2
R. Staff 1 6 4m2/orang Ass 24m2
R. Rapat 1 20 2,5 m2/orang DA 50m2
R. Pengawasan 1 3 15m2/ruang DA 15m2
Lavatory 1 Pria : 1WC, 1
( sumber : analisa penulis )
2). Kelompok Kegiatan Pengunjung
Tabel 10
Analisa Besaran Ruang : Souvenir Shop
Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi
R. Pamer 1 30 100 m2/ruang Ass 100m2
R. Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2
Storage 1 12 m2/ruang DA 12m2
Sirkulasi 60 %
-( sumber : analisa penulis )
Tabel 11
Analisa Besaran Ruang : caffe
Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi
Dining Area 1 25 2,5 m2/orang DA 62,5m2
Dapur 1 4 40%dining area DA 60m2
Pantry 1 4 20%dapur DA 12m2
Storage 1 - 6 m2/ruang DA 6m2
Rest Room 1 2 2,5m2/orang Ass 5m2
wastafel
Wanita : 1WC, 1
wastafel
0,7 m2/wastafel
Sirkulasi 80 %
( sumber : analisa penulis )
Tabel 12
Analisa Besaran Ruang : Kegiatan Penerimaan
Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi
Ruang duduk 8 6/unit 2,5 m2/orang DA 120m2
Area
Recepsionist
2 4 4,48m2/orang DA 26,8m2
Sirkulasi 80 %
( sumber : analisa penulis )
Tabel 13
Analisa Besaran Ruang :
Kelompok Kegiatan Service & Pelengkap
Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi
R.
pemeliharaan&
perawatan
1 - 40 m2/ruang Ass 40m2
R. genset 1 1 30m2/orang Ass 30m2
R. trafo 1 1 25m2/orang Ass 25m2
R. pompa 1 1 24 m2/orang Ass 24m2
R. panel listrik 1 1 12m2/orang Ass 12m2
Posko
keamanan
1 4 1,5m2/orang Ass 6m2
Sirkulasi 10%
( sumber : analisa penulis )
5. Ide Gagasan
dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar
menggunakan proyektor. Bioskop ini telah menjadi sarana hiburan
bagi masyarakat yang banyak dicari dan digemari. Selain itu bioskop
juga dapat menjadi aset daerah yang berguna menarik wisata baik
domestik maupun luar.
Apabila dicermati lebih mendalam perancangan display yang
bagus juga akan memberi kesan yang baik bagi para konsumen
bioskop. Mereka cenderung lebih bisa menikmati bioskop. Dalam
acuan, cinerama dibuat supaya dapat mengakomodasi segala kegiatan
yang memungkinkan dilakukan di area cinerama ini sendiri. Arsitek
dalam mencari bentuk, adalah proses realisasi suatu pemintaan untuk
menciptakan murni dari semangat jiwanya. Melalui bentuk dan rupa
arsitek mempengaruhi rasa kita, sehingga menimbulkan emosi seni
bentuk, oleh adanya hubungan dengan apa yang arsitek ciptakan
6. Tabel Perencanaan dan Perancangan Cinerama
Tabel 14
Perencanaan dan Perancangan Cinerama
Ide Gagasan Bentuk Warna Pencahayaan Furniture Lay out Material
Menata tempat memenuhi
(sumber : analisa penulis )
Selain itu desainer ingin menampilkan bioskop dalam bentuk
home teater, ini dibuat memenuhi tuntutan pasar yang lebih
mementingkan privasi. Dalam hal ini penonton dapat menyewa satu
teater yang tersedia enam tempat duduk saja. Ini memungkinkan
Selain itu penonton juga dapat melihat koleksi-koleksi film lama yang
ingin ditonton yang hanya tersedia disini.
Selain itu desainer ingin menyajikan format bioskop baru yang
mungkin akan menjadi trend masa kini. Ini dibuat karena beberapa
alasan yang mendorong untuk pembuatan cinerama ini salah satunya
faktor ekonomi, yaitu cinerama ini mampu menjawab permintaan
pasar yang saat ini begitu pesat.
Satu hal lagi yang perlu dicermati, dalam bioskop biasanya
sirkulasi kurang memadai dan penonton disuguhi fasilitas yang boleh
dianggap tidak memenuhi aspek daya jual lebih. Desainer mengambil
tema luar angkasa atau “In Space” dalam rangka mengakomodir
segala kekurangan yang ada dibioskop sebelumnya, dan tentunya
dapat membuat tren baru di dunia perfilman tanah air.
7. Unsur Pembentuk Ruang
a. Lantai
Biasanya ruang umum akan meliputi luas lantai yang cukup
besar untuk penanganan peranannya secara efisien. Luas lantai
merupakan permulaan masalah karena menyangkut juga soal
volume dan efeknya dipengaruhi oleh panjang, lebar, ketinggian
bahan dan warna. Warna lantai yang gelap akan menjadikan ruang
akan tampak lebih kecil. Warna yang formal menjadikan ruangan
tampak agung. Begitu juga warna yang ringan akan menjadikan
Bentuk Lantai auditorium mempengaruhi rangkaian sumber
bunyi-jejak-transmisi-penerimaan. Bentuk lantai auditorium
biasanya mengambil salah satu atau kombinasi bentuk –
bentuknya.
Selain dilihat fungsinya, lantai untuk sebuah gedung
pertunjukkan harus memperhatikan penggunaan – penggunaan
bahan. Dipilih bahan yang tidak licin karena banyak evaluasi pada
setting area.
Tabel 15
Analisa Penggunaan Bahan Lantai
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan Lobby - Tahan lama
sesuai dengan arahan tema
serta mempertegas sekulasi
sesuai dengan arahan tema
serta mempertegas sekulasi
dan perbedaan ruang juga
terdapat perbedaan level
- Tidak licin
- Karpet sesuai dengan arahan tema
serta mempertegas sekulasi
sesuai dengan arahan tema
serta mempertegas sekulasi
sesuai dengan arahan tema
serta mempertegas sekulasi
b. Dinding
Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang
baik sebagai unsur penyekat, pembagi ruang maupun sebagai unsur
dekorasi.(Pamudji Subtandar, 1990 : 146) .
Dari sisi fisika bangunan, dinding mempunyai fungsi :
1). Pemikul beban
2). Fungsi penutup atau pembatas ruangan baik vsual maupun
akustik
3). Menghadapi alam luar dan dalam ruangan
4).
Tabel 16
Analisa Penggunaan Bahan Dinding
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan
Lobby - Tahan lama
- Beragam pilihan motif dan
Bioskop - Tahan lama
( sumber : analisa penulis )
c. Langit – Langit (ceiling)
Ditinjau dari segi fungsinya, langit – langit memiliki berbagai
fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan unsur – unsur
Tabel 17
Analisa Penggunaan Bahan Ceiling
Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan
Lobby - Tahan lama
- Beragam pilihan motif dan
Merchandise
Shop
- Tahan lama
- Tahan gesekan
- Tidak licin
- Tidak mudah kotor
- Mudah perawatannya
-Mendukung tampilan tema
- Ekspose
struktur atap
- Gypsum
board
Sesuai dan
mendukung tema
Lavatory - Tahan lama
- Tidak licin
- Mudah perawatannya
- Internit
- Gypsum
board
( sumber : analisa penulis )
8. Zoning dan Grouping
9. Sistem Interior
a. Pencahayaan
Tujuan perencanaan pencahayaan adalah memberikan suatu
lingkungan menyenangkan dan nyaman yang mempermudah
pelaksanaan tepat guna terhadap tugas-tugas visual tanpa tegangan
atau takanan jiwa.
Beberapa pertimbangan dalam perencanaan pencahayaan :
1). Pemanfaatan pencahayaan alami berupa sinar matahari
melalui lubang ventilasi, jendela dan pintu karena sinar
matahari lebih efisien dan efektif
2). Pemanfaatan pencahayaan buatan berupa lampu yang
disesuaikan dengan kebutuhan ruang.
Tabel 18
Analisa Pencahayaan Ruang
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250
- Pencahayaan
alami
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata
200-500 lux
- Pencahayaan buatan
Bioskop - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250
lux
- Pencahayaan alami
- Pencahayaan buatan
Cafe - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250
- Pencahayaan alami
Mercandise
Shop
- Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250
lux
- Pencahayaan alami
- Pencahayaan buatan
Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Tidak memerlukan perawatan khusus
- Dapat digunakan diberbagai tempat,
keadaan, waktu dan model yang sesuai
dengan perancangan yang diinginkan
- Dapat diletakkan sesuai dengan
kebutuhan benda yang memerlukan
cahaya
-Besar tingkatan penerangan rata-rata 50
lux
- Pencahayaan alami
- Pencahayaan buatan
( sumber : analisa penulis )
b. Penghawaan
Tujuan penghawaan udara adalah memberikan suhu yang
sehat serta kondisi-kondisi suhu dan suasana yang nyaman, dapat
dicapai dengan mengolah dan mendistribusikan udara yang
1). Pemanfaatan penghawaan alami, berupa angina melalui
lubang ventilasi, karena angin lebih efektif dan efisien.
2). Pemanfaatan penghawaan buatan, berupa kipas angina dan
AC yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang serta
menjaga kesehatan pengguna.
Tabel 19
Analisa Penghawaan Ruang
Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem
Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Merupakan ruangan terbuka
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Penghawaan alami
- Penghawaan buatan
Office - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Merupakan ruangan tertutup
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Penghawaan alami
- Penghawaan buatan
Bioskop - Tidak memerlukan bahan dan instalasi
khusus dalam pengoperasiaannya
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Mampu memberikan derajat
kelembaban sesuai dengan yang
diinginkan pada suatu tempat
- Penghawaan alami