• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF KEADILAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF KEADILAN P"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEADILAN DISTRIBUTIF, KEADILAN PROSEDURAL

DAN KEADILAN INTERAKSIONAL TERHADAP KEPUASAN

KEPUASAN PEGAWAI PAJAK

DI KOTA MEDAN

GURUH SYAH PUTRA SIHITE

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Kota Medan. Data dikumpulkan dari 83 orang responden yang diambil dari Kantor Pajak yang ada di Kota Medan, dengan menggunakan metode pengambilan sampel incidental sampling, dengan menggunakan kuesioner. Analisis regresi linier berganda digunakan dalam menguji pengaruh antara Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai, yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, Keadilan Interaksional berpengaruh signifikan secara simultan Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Kota Medan, (2) Keadilan Distributif mempunyai penguruh yang paling dominan terhadap kepuasan kerja pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Kota Medan.

(2)

PENDAHULUAN

Penelitian tentang keadilan organisasional mengalami perkembangan yang

sangat pesat pada beberapa tahun terakhir. Secara spesifik, Folger dan Cropanzano

(Parker dan Kohlmeyer, 2005), mendefinisikan keadilan organisasional sebagai

kondisi pekerjaan yang mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa mereka

diperlakukan secara adil atau tidak adil oleh organisasinya. Cropanzano et. Al, 2000,

menyatakan bahwa karyawan akan mengevaluasi keadilan organisasional dalam tiga

klasifikasi peristiwa berbeda, yakni hasil yang mereka terima dari organisasi

(keadilan distributif), kebijakan formal atau proses dengan mana suatu pencapaian

dialokasikan (keadilan prosedural), dan perlakuan yang diambil oleh pengambil

keputusan antar personal dalam organisasi (keadilan interaksional).

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa perlakuan adil berhubungan erat

dengan perilaku kerja dan pencapaian kinerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi,

Gilliland, 1994; Konovsky, 2000; Konovsky dan Cropanzano, 1991 (Cropanzano,

Prehar, dan Chen, 2000). Sebagai konsekuensi dari hal di atas dan manfaat-manfaat

lainnya yang diperoleh dari penelitian tersebut, banyak peneliti pada bidang sumber

daya manusia melakukan pengujian kembali tentang konsep keadilan dalam

organisasi, Folger dan Cropanzano, 1998; Greenberg 1990; 1996 (Cropanzano et.al,

2000). Penelitian yang dilakukan oleh McFarlin dan Sweeney (Harris, 2000), yang

menyatakan bahwa penelitian mengenai keadilan organisasional menyatakan bahwa

keadilan distributif memiliki pengaruh terhadap perasaan keadilan terhadap hasil

akhir, yang mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja. Penelitian lain menunjukkan

bahwa individu akan menampilkan tingkat kinerja dan tingkat komitmen yang lebih

tinggi, peningkatan kerja dan kepuasan pembayaran, peningkatan tingkat

kepercayaan, dan sikap anggota organisasi ketika mereka merasa bahwa proses

pengambilan keputusan adil, dan mereka diperlakukan dengan adil (Rupp dan

Cropanzano dalam Byrne et al., 2003).

Pada kenyataannya efektivitas dan produktivitas organisasi sangat

dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Sebaliknya ketidakpuasan kerja akan menimbulkan

penurunan semangat dan gairah kerja (Nitisemito, 1992). Menurut Greenberg

(Beugre, 2002), Banyaknya kasus pemogokan akhir-akhir ini, terlepas dari apapun

motif masing masing individu mengisyaratkan adanya ketidakpuasan karyawan

terhadap organisasi tersebut. Penelitian tentang keadilan organisasional secara

(3)

keadilan interaksional dengan sikap dan perilaku kerja. Dan keadilan organisasional

ini yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.

Kepuasan kerja merupakan salah satu dimensi perilaku kerja yang

dipengaruhi oleh keadilan organisasional (Folger dan Konovsky, 1989; Moorman,

1991). Sementara kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan hal yang sangat

esensial bagi sebuah organisasi, karena kepuasan kerja sangat berhubungan dengan

persepsi para karyawan di dalamnya. Salah satu gejala yang paling meyakinkan dari

rusaknya kondisi dalam suatu organisasi adalah rendahnya kepuasan kerja. Robbins,

2001, menyatakan setidaknya ada empat konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu

produktivitas, tingkat kemangkiran kerja, perputaran kerja, serta perilaku kewargaan

organisasional.

Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu dirjen yang berada di bawah

naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pajak merupakan sumber

penerimaan negara yang paling besar, dalam APBN-P tahun 2011 mencapai 839,5

trilliun, sedangkan R-APBN tahun 2012 yaitu sebesar 1.019,3 trilliun atau hampir 79

% dari total penerimaan negara berasal dari sektor pajak. Oleh karena itu sektor

pajak merupakan tulang punggung sekaligus urat nadi dari pembangunan bangsa ini.

Melihat potensi yang besar dari sektor pajak ini, pada tahun 2008 Kementerian

Keuangan mulai menggulirkan suatu program peningkatan kesejahteraan untuk

pegawai dirjen pajak yang dikenal dengan istilah remunerasi. Setelah remunerasi gaji

dan tunjangan yang diperoleh pegawai dirjen pajak terbilang besar, tak dapat

dipungkiri penghasilan (THP) yang diterima pegawai Dirjen Pajak jauh melampui

rata-rata gaji yang diterima PNS Kementerian/Lembaga lain. Bahkan di lingkungan

Kementerian Keuangan sendiri pendapatan yang diterima DJP masih lebih besar

dibanding Direktorat lain. Sri Mulyani sewaktu menjadi Menteri Keuangan

mengeluarkan peraturan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 164/Kmk.03/2007. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka

yang menjadi masalah pokok pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh

keadilan ditributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional terhadap kepuasan

kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar variabel

keadilan prosedural, keadilan distributif dan keadilan interaksional mempunyai

pengaruh simultan dan parsial, dan variabel manakah yang mempunyai pengaruh

(4)

Medan. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pemahaman bagi praktisi maupun pengembangan penelitian keprilakuan organisasi.

Secara praktis, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan Direktorat

Jenderal Pajak khususnya yang ada di Medan untuk memahami berbagai aspek

perilaku pegawai terkait dengan hubungan keadilan distributif, keadilan prosedural

dan keadilan interaksioanal terhadap kepuasan kerja pegawai.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ada di

Kota Medan yaitu Kanwil DJP Sumatera Utara, Barat dan Tenggara, KPP Madya

Medan, KPP Paratama Medan Utara, KPP Pratama Medan Timur, dan KPP Pratama

Medan Barat dengan populasi dan sampel adalah seluruh pegawai Direktorat

Jenderal Pajak yang berkantor di Medan yang dilakukan dengan menyebarkan

kuisioner serta wawancara dengan beberapa pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang

ada di Medan. Waktu penelitian ini dilakukan selam 2 bulan yaitu pada belan April

sampai bulan Juni 2012.

(5)

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai dirjen pajak yang berkantor di

Kota Medan yaitu sebanyak 450 pegawai. Berdasarkan jumlah populasi tersebut,

selanjutnya di tentukan jumlah sampelnya. Penentuan jumlah sampel yang di anggap

representatif, sebanyak 83 responden. Penetapan ukuran sampel sebesar 83 pegawai

akan diambil secara proporsional di masing masing kantor Dirjen pajak yang ada di

Makassar. Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah

Proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas

jumlah pegawai di masing-masing kantor.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan mengolah

data hasil penelitian dengan menggunakan statistik. Jenis studi adalah studi

korelasional. Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekounder.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui studi lapangan

dengan metode wawancara dan menggunakan quisioner yang harus diisi oleh

responden yang berasal dar pegawai dirjen pajak yang ada di Kota Medan.

Metode Analisis Data

Untuk memenuhi tujuan penelitian serta menguji hipotesis yang telah

ditetapkan maka analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan

menggunakan SPSS versi 20.0., untuk itu persamaan ini dapat kita jabarkan sebagai

(6)

Defenisis Operasional

Keadilan Distributif (X1) adalah mengacu pada sejauh mana karyawan

mempersepsikan keadilan dari outcome yang mereka terima dibandingkan dengan

pelaksana yang lain. Sehinnga pada akhirnya mereka akan menyimpulkan apakah

mereka sudah mendapatkan keadilan dari distribusi outcome sebagaimana

mestinya. Outcome yang dimaksudkan seperti: gaji, reward, jadwal kerja, beban

kerja dan tanggung jawab. Keadilan Prosedural (X2) didefinisikan sebagai keadilan

yang dirasakan melalui kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam membuat

keputusan dalam lingkungan kerja. (Greenberg, 1990). Keadilan Interaksional (X3)

didefefinisikan sebagai keadilan yang menyangkut hubungan antarpersonal pimpinan

dengan karyawan yang meliputi 3 aspek, yaitu: penghargaan, netralitas, dan

kepercayaan, Tayler, 1990 (Faturocman, 2002). Kepuasan Kerja (Y) adalah keadaan

emosional yang menyenangkan yang berasal dari penilaian seseorang terhadap

pekerjaannya, yang biasanya dipengaruhi oleh: upah, pekerjaan, promosi, penyelia,

dan rekan kerja (Gibsosn, 1995).

HASIL

Dari hasil regresi secara simultan diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang

diperoleh adalah 89,278 sedangkan F tabel dengan tingkat kesalahan 5 % adalah

sebesar 2,72 dengan tingkat signifikasi 0,000. Ini menunjukkan nilai F hitung 89,278

> nilai F tabel 2,72 atau berpengaruh signifikan pada tingkat alpha yang kecil sekali

(0%).

(1) pengaruh keadilan distributif (X1), keadilan prosedural (X2) dan keadilan

interaksional (X3) terhadap Kepuasan kerja Pegawai(Y) berpengaruh positif dan

signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 , dari hasil regresi parsial diperoleh

hasil; (1) pengaruh keadilan distributif (X1) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05,

keadilan prosedural (X2) dengan nilai signifikansi 0,004 < 0,05 dan keadilan

(7)

variabel tersebut, keadilan distributif (X1), keadilan prosedural (X2), dan keadilan

interaksional (X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Dan

dari hasil ini juga bisa dilihat bahwa diantara ketiga variabel yang diteliti, keadilan

distributif (X1), keadilan prosedural (X2), dan keadilan interaksional (X3), yang

mempunyai pengaruh paling dominan adalah keadilan distributif.

PEMBAHASAN

Keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap kepuasan kerja.

Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa keadilan distributif,

keadilan prosedural dan keadilan interaksional secara simultan berpengaruh sinifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai dirjen pajak di Kota Medan. Ini berarti bahwa

semakin tinggi keadilan yang dirasan pegawai maka semakin meningkat pula rasa

kepuasan yang dirasakan oleh mereka dalam menjalankan pekerjaannya.

Kalau kita kaitkan dengan analisis deskriptif yang kita telah lakukan

sebelumnya kepada pada responden yaitu para pegawai dirjen pajak yang ada di Kota

Medan, tampak jelas bahwa dari instrument yang telah diajukan meliputi gaji,

tunjangn, kompensasi, prosedur pengambilan kebijakan dan pola interaksi antara

pimpinan dengan para pegawai sudah sesuai dengan apa yang sebenarnya harus

terima dan sesuai dengan harapan mereka.

Cropanzano et. Al, 2000, menyatakan karyawan akan mengevaluasi keadilan

dalam tiga klasifikasi peristiwa yaitu hasil yang mereka terima dari organisasi

(keadilan distributif), kebijakan formal atau proses dengan mana suatu pencapaian

dialokasikan (keadilan prosedural), dan perlakuan yang diambil oleh pengambil

keputusan antar personal dalam organisasi (keadilan interaksional).

Bierhoff (Arif, 2003) menyatakan bahwa perdebatan mengenai teori keadilan

organisasional pada mulanya lebih menekankan pada aspek keadilan distributif,

namun pada akhir-akhir ini perspektif keadilan prosedural dan keadilan interaksional

(8)

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa perlakuan adil berhubungan erat

dengan perilaku kerja dan pencapaian kinerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi,

Gilliland, 1994; Konovsky, 2000; Konovsky dan Cropanzano, 1991 (Cropanzano,

Prehar, dan Chen, 2000). Sebagai konsekuensi dari hal di atas dan manfaat-manfaat

lainnya yang diperoleh dari penelitian tersebut, banyak peneliti pada bidang sumber

daya manusia melakukan pengujian kembali tentang konsep keadilan dalam

organisasi, Folger dan Cropanzano, 1998; Greenberg 1990; 1996 (Cropanzano et.al,

2000).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepuasan dengan hasil mungkin

menjadi fungsi dari kedua keadilan distributif dirasakan hasilnya dan keadilan

prosedural yang dirasakan dari sarana yang digunakan untuk sampai pada mereka

hasil (lihat, misalnya, Folger & Konovsky, 1989).

Hasil dari penelitian ini juga mempertegas hasil-hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Muhammad Arif Listyantara, (2009). yang berjudul Pengaruh

Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Interaksional Terhadap

Kepuasan Kerja (Studi Kasus Pada PT. Solo Sentral Taksi), Berdasarkan analisis

data yang dilakukan diperoleh simpulan bahwa keadilan distributif, keadilan

prosedural, dan keadilan interaksional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

kerja.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Gunardi (2006) yang berjudul Pengaruh

Keadilan Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Aryudya dengan

sampel 54 orang dengan menggunakan analisis regresi berganda, mendapatkan hasil

bahwa variabel-variabel keadilan berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan

kerja karyawan.

Keadilan Distributif terhadap Kepuasan kerja

Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa keadilan distributif

berpengaruh sinifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dirjen pajak. Ini berarti

bahwa semakin pegawai dirjen pajak di Kota Makassar merasakan keadilan atas

(9)

puas mereka atas pekerjaan mereka, begitu juga sebaliknya semakin mereka

merasakan ketidakadilan atas pengalokasian imbalan maka akan semakin berkurang

tingkat kepuasan atas pekerjaan mereka.

Hasil wawancara langsung antara peneliti dengan beberapa orang pegawai

dirjen pajak yang ada di Kota Makassar, diperoleh informasi bahwa semakin

membaiknya keadilan distributif yang meliputu gaji, tunjangan, perbandingan

kompensasi dengan pegawai lain, pembagian tanggung jawab dan beban kerja yang

dirasakan oleh pegawai tidak terlepas dari reformasi pada dirjen pajak yang

dilakukan pada saat Sri mulyani menjabat sebagai menteri keuangan, di mana salah

satu poin kebijakannya adalah remunerasi terhadap pegawai yang ada di Departemen

Keuangan waktu itu. Remunerasi ini dianggap oleh sebagian besar pegawai sebagai

langka yang semakin menunjang harapan mereka untuk memperoleh hasil yang lebih

banyak dari pekerjaan yang mereka lakukan, yang apabila dibandingkan dengan

imbalan yang di terima oleh Pegawai Negeri Sipil dari Kementerian lain jumlah yang

diperoleh pegawai dirjen pajak masih tergolong jauh lebih besar sehingga ini pula lah

semakin meningkatkan kepuasan mereka terhadap apa yang mereka peroleh.

Apabila dikaitkan dengan analisis deskriptif yang telah dilakukan

sebelumnya, juga tampak jelas dari setiap responden yang memberikan jawaban

adanya kesesuai gaji, tunjangan, kompensasi yang mereka terima serta pembagian

tanggung jawab, beban kerja yang dirasakan oleh mereka sudah sesuai dengan apa

yang seharusnya mereka dapatkan.

Perlu diketahui bahwa penghasilan terbesar negara kita berasal dari sektor

pajak yaitu hampir 70 % dari APBN berasal dari pajak sehingga para pegawai dirjen

pajak pun dibebani dengan tanggung jawab yang berat untuk memaksimalkan

pendapatan negara, sehingga wajarlah jika jumlah imbalan yang diberikan negara

kepada mereka jauh lebih besar dari pegawai dari kementerian lain.

Keadilan distributif dapat dicirikan sebagai pandangan seseorang dari apakah

mereka menerima hasil yang pantas dan sering dinilai dengan membandingkan

(10)

digunakan untuk mengukur keadilan distributif mungkin antar pribadi atau

intrapersonal. Dalam penelitian ini, penulis memeriksa keduanya. Ketika sebuah

rujukan interpersonal yang digunakan, hasil seseorang dan input dibandingkan untuk

orang lain untuk menilai kepuasan. Atau, rujukan yang mungkin intrapersonal. Para

penulis berpendapat sini bahwa ketika penyesuaian dilakukan untuk tugas (wilayah)

kesulitan dalam penjualan, ukuran disesuaikan dapat digunakan untuk membuat

intrapersonal rujukan (yaitu, peringkat kinerja yang harus dihasilkan tidak

penyesuaian telah dibuat), dengan demikian, mempengaruhi penilaian keadilan

distributif dan kepuasan dengan hasilnya.

Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Priyani Yayuk (2008), Rifai (2005), Begley ef a/. (2002), dan Pillai et a/, (2001)

yang menyatakan bahwa keadilan distributif berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja.

Kadilan Prosedural terhadap Kepuasan Kerja

Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa keadilan prosedural

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dirjen pajak. Yang berarti

semakin pegawai merasakan adanya keadilan pada prosedur yang digunakan

perusahaan maka akan semakin puas perasaan karyawan atas pekerjaan mereka,

begitu juga sebaliknya jika karyawan merasakan kurangnya keadilan pada prosedur

yang digunakan perusahaan maka akan berkurang perasaan puas mereka pada

pekerjaan mereka.

Berdasarkan hasil wawancara langsung peneliti beberapa orang pegawai

dirjen pajak yang merupan responden dalam penelitian ini, diperoleh informasi

bahwa, di kantor pajak yang ada di Kota Medan, prosedur pengambilan

keputusannya sudah mengacu kepada aturan-aturan atau prosedur-prosedur yang

telah ditetapkan oleh organisasi. Sehingga pegawai yang berhasil dijadikan sebagai

sampel pada umumnya mengatakan bahwa mereka sudah merasa prosedur

(11)

Hasil ini tampak jelas dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan

sebelumnya, yang memperlihatkan hasil bahwa prosedur pengambilan kebijakan

sudah sesuai dengan harapan mereka yakni dengan melibatkan pegawai pada

tempatnya, proses pengambilan kebijakan sudah sesuai dengan harapan mereka

karena sudah diaplikasikan secara konsisten dan tidak mengandung pihak lain yang

bisa merugikan organisasi mereka serta didasarkan pada informasi yang akurat,

pengambilan kebijakan juga dianggap telah sesuai dengan etika dan standar moral

sehingga tidak ada pegawai yang akan merasa dirugikan

Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Rifai (2005), Pillai ef a/, (2001 ), Folger dan Konovsky (1 989) yang menyatakan

bahwa keadilan prosedural berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepuasan dengan suatu hasil dapat

dipengaruhi oleh keadilan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan atau

keadilan prosedural (efek adil-proses) (lihat, misalnya, Brockner & Wiesenfeld,

1996; Taylor, Tracy, Renard, Harrison, & Carroll, 1995).

Keadilan prosedural mengacu pada kesetaraan prosedur, Thibaut & Walker,

1975 (Daromes, 2006). Teori dan penelitian telah menetapkan bahwa prosedur dinilai

sebagai adil jika mereka diimplementasikan konsisten, tanpa kepentingan pribadi,

berdasarkan informasi yang akurat, dengan kesempatan untuk memperbaiki

keputusan itu, dengan kepentingan semua pihak diwakili, dan mengikuti moral dan

etika standar.

Penelitian untuk mengidentifikasi keadilan prosedural ini juga dilakukan oleh

Tyler dan koleganya (Greenberg, 1990), yang menunjukkan keadilan dirasakan

melalui proses atau prosedur, misalnya (Tyler dan Folger, 1980) tentang reaksi

masyarakat terhadap proses dan prilaku polisi terhadap masyarakat; (Tyler dan

Caine, 1984) yang meneliti tentang reaksi para siswa terhadap proses dan prosedur

penilaian guru terhadap para siswa; (Tyler, Rasinski, dan McGraw, 1985) yaitu

(12)

pemilihan umum. Temuan dari penelitian ini mempertegas bahwa keadilan tidak

sekedar membandingkan input dan output tetapi dapat diidentifikasi bagaimana

proses dan prosedur dalam penentuan suatu outcome.

Keadilan Interaksional terhadap Kepuasan Kerja

Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa keadilan interaksional

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dirjen pajak. Dari hasil

analisis ini menunjukkan bahwa variabel keadilan interaksional berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan pegawai dirjen pajak. Yang berarti semakin pegawai

dirjen pajak di Kota Medan merasakan adanya keadilan pada prosedur yang

digunakan perusahaan maka akan semakin puas perasaan karyawan atas pekerjaan

mereka, begitu juga sebaliknya jika karyawan merasakan kurangnya keadilan

interaksioanl yang digunakan perusahaan maka akan berkurang perasaan puas

mereka pada pekerjaan mereka.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa pegawai

dirjen pajak yang ada di Kota Medan diperoleh informasi bahwa hubungan antara

pegawai dengan para pimpinan dan rekan kerjanya sudah berjalan dengan baik, baik

itu dari tutur kata maupun tindakan pimpinan, penghargaan, netralitas dan

kepercayaan yang diberikan oleh pimpinannya. Sehingga dari itu sudah tercipta

hubungan kekeluargaan diantara mereka, sehingga inilah yang berakibat pada

peningkatan kepuasan pegawai dirjen pajak dari sudut keadilan interaksional.

Kalau kita kaitlan dengan hasil dari analisis deskriptif sebelumnya kita juga

dapat melihat bahwa bahwa perlakuan dan pola hubungan pimpinan dengan para

pegawai sudah dinggap sesuai dengan apa yang sebenarnya harus mereka terima. Hal

ini terlihat dari tutur kata pimpinan yang tidak kasar, memberikan informasi yang

mereka butuhkan, dan memberikan penilaian dengan jujur terhadap apa yang mereka

telah lakukan. Keadilan interaksional ini tidak hanya menyangkut itu, tetapi juga

menyangkut bagaimana pimpinan menghargai pendapat mereka, sikap netral dalam

pengambilan keputusan, dan keperyaan terhadap pekerjaan mereka dan sebagian

(13)

Keadilan interaksional berfokus pada persepsi individu terhadap kualitas

perlakuan interpersonal yang diterima selama berlakunya prosedur organisasi. Dua

elemen yang penting persepsi keadilan interaksional adalah apakah alasan yang

mendasari sumber daya keputusan alokasi jelas, jujur, dan cukup menjelaskan kepada

pihak yang terkena dampak dan apakah bertanggung jawab untuk melaksanakan

keputusan. Menururt Tayler (Faturochman, 2002) ada tiga Aspek lain yang tak kalah

penting dalam keadilan interaksional adalah, yaitu penghargaan, kepercayaan dan

netralitas.

Keadilan Distributif mempunyai Pengaruh yang Paling Dominan

Dari ketiaga variabel yang telah diuiji, keadilan distributif, keadilan

prosedural, dan keadilan interaksional, yang paling dominan pengaruhnya adalah

keadilan distributif.

Hal ini diakibatkan oleh adanya imbalan yang diterima oleh pegawai dirjen

pajak atas pekerjaan yang mereka lakukan semakin meningkat, apalagi kalau

dibandingkan dengan pegawai dari kementerian lain gaji mereka tergolong masih

jauh lebih besar. Penyebab yang lain yang mengakibatkan keadilan distributif

mempunyai pengaruh yang lebih dominan karna dari hasil analisis responden yang

telah dilakukan sebelumnya, yang paling banyak mengisi kuisioner adalah pegawai

dalam kategori jabatan pelaksana, yang mana kita ketahui bahwa kategori pelaksana

ini tidak terlalu bersentuhan dengan prosedur pengambilan kebijakan. Mereka lebih

berfokus pada besarnya imbalan yang mereka dapatkan sehingga hasil penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa pegawai dirjen pajak pada umumnya lebih menekankan

aspek kepuasan kerja kepada besaran jumlah imbalan yang diterima.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nurgraheni dan Wijayanti (2009) yang menyatakan bahwa keadilan distributif

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kinerja karyawan.

Pentingnya pemahaman tentang konsep kepuasan kerja dipertegas oleh

(14)

merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena

sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja.

Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan hal yang sangat esensial bagi

sebuah organisasi, k arena kepuasan kerja sangat berhubungan dengan persepsi para

karyawan di dalamnya.

Kepuasan kerja yang tinggi sangat memungkinkan untuk mendorong

terwujudnya tujuan perusahaan. Sementara tingkat kepuasan kerja yang rendah

merupakan ancaman yang akan membawa kehancuran perusahaan segera maupun

secara perlahan. Dengan demikian Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan

sekumpulan perasaan individu terhadap pekerjaan yang dihadapinya, apakah

menyenangkan, tidak menyenangkan, puas, tidak puas, suka atau tidak suka.

Dengan demikian. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat

apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan

merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam

mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2003:203). Kepuasan kerja

yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau

organisasi. Semakin termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan resa tenang, dan yang

lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan

tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Karyawan yang tidak

merasa puas terhadap pekerjaannya, cenderung akan melakukan penarikan atau

penghindaran diri dari situasisituasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun

psikologis.

Salah satu gejala yang paling meyakinkan dari rusaknya kondisi dalam suatu

organisasi adalah rendahnya kepuasan kerja. Robbins, 2001, menyatakan setidaknya

ada empat konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu produktivitas, tingkat kemangkiran

kerja, perputaran kerja, serta perilaku kewargaan organisasional.

Menurut penelitian Pais, 2004, sukses atau tidaknya suatu organisasi

bergantung pada kemampuan organisasi dalam memberikan kepuasan kerja terhadap

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menguji pengaruh keadilan distributif, keadilan procedural dan

keadilan interaksional terhadap kepuasan kerja pegawai dirjen pajak di Kota

Medanr. Dari pengujian regresi berganda dengan menggunakan SPSS 20.0,

disimpulkan bahwa: Keadilan disributif, keadilan prosedural, dan keadilan

interaksional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Kota Medan; Keadilan distributif

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kepuasan kerja pegawai

Direktorat Jenderal Pajak di Kota Medan.

Dalam penelitian yang dilakukan di Kantor dirjen pajak yang ada di Kota

Medan ini, diperoleh hasil yaitu: Keadilan disributif, keadilan prosedural, dan

keadilan interaksional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja baik itu secara

simultan maupun secara parsial, sehingga disarankan agar Direktoral Jenderal pajak

dapat mempertahankan kebijakan yang selama ini telah dilakukan terhadap para

pegawainya bahkan jika memungkinkan untuk terus ditingkatkan lagi, sehingga

kepuasan kerja pegawai bisa semakin meningkat. Dan itu akan berimplikasi kepada

peningkatan hasil yang akan dicapai. Apalagi Direktorat jenderal pajak adalah tulang

punggung dari penerimaan negara kita, harapannya dari tahun ke tahun penerimaan

negara dari sektor pajak bisa semakin meningkat sehingga bisa mencapai target yang

telah dibebankan oleh negara; Dari ke tiga variabel keadilan yang di uji, yaitu

keadilan disributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional, keadilan

disributif mempunyai pengaruh yang paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan

kerja. Ini menunjukkan bahwa remunerasi telah berhasil menciptakan kepuasan kerja

pegawai sehingga itu perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Kami juga

menyarankan bahwa keadilan yang lain perlu juga lebih ditingkatkan terutama

(16)

dengan keadilan distributif dan keadilan procedural, sehingga seluruh aspek keadilan

organisasional ini bisa berperan secara sama dalam meningkatkaan kepuasan kerja

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Aquino, K., Allen, D.G., & Hom, P.W. (1997). Integrating justice constructs into the turnover process : a test of referent cognitions model. Academy of Management Journal 40 (5).

Byrne, Zinta S., Rupp, Deborah E., & Eurich, Tasha., 2003. Effects of Discrete

Emotions on Distributive, Procedural, and Interactional Justice. www.ilir.edu

Chapman, A (2002).J.S.Adams’ Equity Theory 1963.

http://www.businessball.com/ada msequity theory.html. June, 2005

Cropanzano, R., Byrne, Z.S., Bobocel, D.R., & Rupp, D.E (2001). Original Contribution : Moral virtues, fairness heuristics, social entities, and other denizens of organizational justice. Journal of Vocational Behavior.

Cropanzano, R., Prehar, C.A., & Chen, P.Y. (2000). Using social exchange theory to distinguish procedural from interactional justice. Group & Organization Mangement.

Faturochman (1998). Deprivasi Relatif: Rasa Keadilan dan Kondisi Psikologis Buruh

Pabrik. Jurnal Psikologi, 25(2), 1-15.

Folger, R., & Konovsky, M. (1989). Effect of procedural justice, distributive justice, and reactions to pay raise decisions. Academy of Management Journal.

Ghozali, Imam, (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,

Lee, C., Law, K., & Bobko, P. 2000. In press. Importance of justice perceptions on

pay effectiveness: A two year study of a skill-based pay plan. Journal of

Management.

McFarlin,D.B. and Sweeney, P.D. (1992). “Distributive and Procedural Justice as

Predictors of Satisfaction with Personal and Organisational Outcomes”, Academy

of Management Journal, 35(3), pp. 626–637.

Pareke, Fahrudin JS. 2003. Pengaruh Keadilan Distributif dan Prosedural terhadap

Komitmen Organisasional. Media Ekonomi dan Bisnis.

Referensi

Dokumen terkait

Model pendekatan kesehatan ..... Sonya

Integrasi kreatif model pendidikan pesantren dengan sekolah umum yang diprakktikan oleh Pondok Muhammadiyah telah membawa persepsi baru di kalangan umat Islam

Mengingat terdapatnya suatu kesenjangan tersebut, merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai bagaimana sebenarnya hubungan motivasi santri mengikuti

Hasil isolasi menunjukkan bahwa populasi bakteri bervariasi pada masing- masing sampel tanah yang diamati (Tabel 1.). Hasil isolasi bakteri dari 5 titik sampling

Tentunya dengan adanya peran pemerintah dan pembangunan berkelanjutan yang di terapkan dengan baik maka akan hal ini akan menjadikan sumber daya alam yang tidaka akan

Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti metan, yang

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa transfeksi memperlihatkan metode yang paling sesuai pada udang vaname berdasarkan alasan ukuran telur yang relatif kecil, daya tetas

selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kepercayaan, perhatian, bimbingan, dan masukkan yang sangat berarti kepada penulis9. Seluruh Dosen dan staff