• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Kuesioner Penelitian

No. Responden...

Dengan Hormat,

Saya yang bernama Dian Putri Surachman, Mahasiswa akhir Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir/skripsi dengan judul Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

Kuesioner ini merupakan alat pengumpulan data yang diperlukan untuk melengkapi penulisan skripsi saya, oleh karena itu dengan kerendahan hati saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih .

Salam Hormat

(2)

Petunjuk Pengisian:

1. Mohon bantuan dan kesediaan anda untuk menjawab seluruh pertanyaan.

2. Pilih dan berikan tanda (X) pada jawaban yang paling benar menurut anda.

3. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti atau ragu, tanyakan langsung kepada yang

menyebarkan angket.

4. Jawablah pertanyaan dengan benar dan jujur.

A. Karakteristik Umum Responden

1. Nama : ………

2. Umur : ….. Tahun

3. Agama :

a. Kristen Khatolik d. Budha

b. Kristen Protestan e. Hindu

c. Islam

4. Jenis Kelamin :

a. Laki laki

b.Perempuan

5. Suku Bangsa :

a. Batak Toba d. Batak Simalungun

b. Batak Karo e. lainnya (sebutkan ) : ………..

c. Jawa

6. Pendidikan terakhir :

a. Tidak tamat SD d. SMA/sederajat

b. SD e. Diploma/sarjana

c. SLTP/sederajat

7. Status Perkawinan:

a. Menikah

(3)

B. Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung Di Desa Tapian Nauli Lingkungan Ix

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

1. Berapa Penghasilan anda dalam sebulan bekerja sebagai pemulung?

c. Rp. 500.000 – 800.000

d. Rp. 850.000 – 1.100.00

e. > 1.500.000

Alasannya...

2. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai pemulung?

a. 6 bulan – 1 Tahun

b. 1,5 – 3 Tahun

c. > 3 Tahun

Alasannya...

3. Apakah ini merupakan pekerjaan utama anda?

a. Ya

b. Tidak

Alasannya...

4. Berapa jumlah keluarga yang ditanggung?

a. 1 – 2

b. 3 – 4

c. > 5

5. Apa penghasilan anda telah mampu memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga?

a. Ya

b. Tidak

(4)

6. Dari jumlah penghasilan dan jumlah pengeluaran anda, apakah anda mampu untuk menambung?

a. Mampu

b. Kadang – kadang

c. Tidak mampu

Alasannya...

7. Apakah anda mengikuti kegiatan Pemerintah seperti program pemberdayaan?

a. Ya

b. Tidak

Alasannya...

8. Apakah ada anak anda yang masih bersekolah?

a. Ada

b. Tidak

9. Dimana anak anda bersekolah?

a. Swasta

b. Negeri

10.Berapa jumlah anak anda yang bersekolah di Swasta?

a. 1 -2

b. 3 – 4

c. > 5

11. Berapa jumlah anak anda yang bersekolah di Negeri ?

a. 1 -2

b. 3 – 4

c. > 5

12. Apakah ada anak anda yang mendapatkan beasiswa dari sekolahnya?

(5)

b. Tidak

13. Bagaimana status kepemilikan tempat tinggal anda?

a. Milik Sendiri

b. Menyewa

c. Menumpang

14. Bagaimana bentuk bangunan tempat tinggal anda?

a. Permanen

b. Semi Permanen

c. Sederhana

15. Jika anda menyewa rumah, bagaimana sistem pembayaran yang anda lakukan?

a. Bayar per bulan

b. Bayar per setengah tahun

c. Bayar dalam setahun

16. Terbuat dari apa atap rumah anda?

a. Genteng

b. Seng

c. Rumbiah

17. Terbuat dari apa lantai rumah anda?

a. Tanah

b. Semen

c. Keramik

18. Berapa jumlah kamar tidur yang anda tempati?

a. 1- 2

(6)

c. >3

19. Darimana sumber air untuk keperluan sehari-hari anda?

a. PDAM

b. Sumur

c. Air hujan

20. Darimana sumber penerangan sehari-hari anda?

a. Listrik

b. Lilin

c. Petromaks

21. Apakah anda dan keluarga sering sakit?

a. Ya

b. Tidak

22. Apabila anda dan keluarga sakit, apa yang anda lakukan?

a. Pergi ke rumah sakit

b. Pergi ke puskesmas

c. Beli obat di warung

23. Apabila anda dan keluarga sakit parah dan harus dirawat inap, apakah anda akan melakuan

rawat inap?

a. Ya, melakukan

b. Tidak melakukan rawat inap

Alasannya...

24 . Apabila anda kekurangan biaya untuk berobat, kemanakah anda meminjam?

a. Tatangga

b. Saudara

(7)

25 . Berapa kali anda dalam setahun membeli pakaian baru?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

26. Dimana biasanya anda membeli pakaian baru?

a. Plaza

b. Pasar Tradisional

27. Berapa kali anda dan keluarga makan dalam satu hari? a. 1 kali

b.2kali c. > 3 kali

28 . Berapakali dalam satu hari anda dan keluarga memasak? a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali

29. Apakah anda selalu makan dengan gizi yang seimbang? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak Pernah

Alasannya...

30. Berapakali dalam satu minggu anda mengkonsumsi ikan dan daging? a.1 kali

(8)

Alasannya... 31. Berapakali dalam satu minggu anda dan keluarga mengkonsumsi telur?

a.1kali b. 2 kali c. > 3 kali

Alasannya... 32. Apakah anda dan keluarga sering mengkonsumsi sayur setiap kali makan?

a.Sering b. Jarang c. Tidak pernah

33. Bagaimana komunikasi anda dengan anak anda? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak Pernah

34. Bagaimana komunikasi anda dengan kelurga anda yang lainnya? a. Selalu

b. Jarang c. Tidak Pernah

35. Bagaimana komunikasi anda dengan tetangga? a. Selalu

(9)

36. Apakah Anda sering mengikuti kegiatan perkumpulan di lingkungan tempat tinggal?

a. Sering

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

37. Apakah Anda sering mengikuti kegiatan keagamaan (seperti: Wirid, kebaktian, dll) di lingkungan

sekitar?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak

38. Bagaimana komunikasi anda dengan sesama teman pemulung?

a. Baik

b. Tidak

(10)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta

Anwas, Oos M. 2013, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung: Alfabeta

Departemen Sosial RI, 2009, Buku Panduan Pelatihan Pekerjaan Sosial, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)

Gerungan, W A. 2004.Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Ismawan, Bambang.2003. Keuangan Mikro Dalam Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Jakarta: Gema PKM.

Khairani, Nimrah. 2007, Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Desa Namo Bintang) Fisip USU

Khairuddin H.SS. 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty

Koenjaraningrat. 1981. Masalah dalam metode penelitian masyarakat. Jakarta: Ereka Cipta. Putong.2005. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama 2012. Kemiskinan dan Solusi, Medan: PT Grasindo Monoratama Silalahi, Uber.2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT. Refika Aditama. Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stiglitz, Joseph E., Amartya Sen, Jen Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa

Prosuk Domestik Bruto Bukan Tolak Ukur yang Tepat untuk Menilai Kemajuan?,Jakarta: Marjin Kiri

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press

Suharto, Edi. 2007.Kebijakan sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Rafika Aditama

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Tirtaraharja, Umar.2000. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Usman, Sunyoto. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset.

Wudjinem.2001. Interaksi Sosial dan strategi Survival Para Pekerja Sektor Informal Kehidupan Pemulung di Kota Bengkulu.Program Studi PGSD FKIP. Universitas Bengkulu.

Sumber Lain

(http/www.Republika.co.id./beritaekonomi diakses pada tanggal 25 Maret 2014 Pukul 10:00). January 2014 pukul 11.50 WIB)

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi saru sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung, dimana data yang dikumpulkan adalah kata-kata,gambar dan bukan angka-angka. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata (Siagian, 2011: 52).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama. Melalui penelitian deskriptif kualitatif ini, penulis menggambarkan tentang bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lingkungan ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai pemulung.

3.3Populasi

(12)

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organism, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri-ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009: 253).Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pemulung yang berjumlah 49 kepala keluarga dan sekaligus dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi pustaka yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumentasi dan sumber refrensi yang menyangkut masalah yang diteliti

2. Studi lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan data yang lengkap yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini digunakan tiga jenis, yaitu:

a. Wawancara yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

b. Kuesioner yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian

(13)

observasi partisipasi karena peneliti terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti(Siagian, 2011: 206-207).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data dilapangan.Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen yang telah dijawab, kemudian memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data.Kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.Apabila terjadi kejanggalan pada instrumen tersebut, berilah identitas tertentu pada instrumen dan poin yang janggal tersebut.

2. Coding

Setelah tahap selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah mengklarifikasi data tersebut melalui tahapan coding. Maksudnya adalah bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

3. Tabulating

(14)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal

Kelurahan Sunggal merupakan bagian dari Kecamatan Medan Sunggal.Kelurahan sunggal terdiri dari 14 lingkungan yang tersebar di beberapa wilayah. Kelurahan Sunggal berbatasan dengan:

Sebelah Utara :Kelurahan Lalang Kecamatan Medang Sunggal

Sebelah Selatan :Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Sebelah Timur : Kelurahan Sei Kambing atau Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Barat :Kelurahan Sei Belawan Kecamatan Sunggal Deli Serdang

Kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah 10,6 ha/m² dengan spesifikasi sebagai berikut:

(15)

4.1.1 Komposisi Penduduk 1. Jenis Kelamin

Menurut data kelurahan tahun 2012/2013, Kelurahan Sunggal memiliki 6.431 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 36.321 jiwa dengan komposisi 18.048 jiwa laki-laki dan 18.246 jiwa perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 2

Laki-laki Perempuan

18.048 18.264

49,7 50,3

Total 36.312 100%

Sumber: Data Kelurahan, 2013

(16)

2. Usia

Komposisi penduduk berdasarkan usia anak dan status bersekolah dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Data Jumlah Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Usia

No Usia Laki-laki Perempuan

Frekuensi Persentase (%)

Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

4

3-6 tahun belum TK atau Play Group

3-6 tahun bersekolah 7-18 tahun tidak bersekolah

7-18 tahun bersekolah

876

Sumber: Data Kelurahan, 2013

(17)

3. Agama

Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat disajikan pada tabel 4.3 berikut ini, yaitu:

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Agama

No Agama Laki-laki Perempuan

1

(18)

Bagan 4.1

Struktur Perangkat Lurah Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal etaris

4.

2 Gambaran Umum Lingkungan IX

Lingkungan IX merupakan bagian dari Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.Lingkungan IX terdiri dari 3 (tiga) wilayah yaitu sebagian Pasar 2, keseluruhan Pasar 3 dan sebagian Pasar 4.Desa Tapian Nauli merupakan bagian dari Pasar 4.Wlayah Desa Tapian Nauli diawali dari belakang Perumahan Taman Setia Budi II dan berakhir di SMA Negeri 15 Medan.

Desa Tapian Nauli memiliki luas wilayah 8.000 m².Desa Tapian Nauli memiliki 114 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 587 jiwa. Data mengenai jumlah penduduk dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut ini yaitu:

(19)

Tabel 4.4

Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Sumber: Data Kepala Lingkungan IX, 2013

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 304 jiwa (51,8%) sedangkan jumlah penduduk berjenis kelami laki-laki sebanyak 283 jiwa (48,2%).

Tabel 4.5

Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Sumber: Data Kepala Lingkungan IX, 2013

(20)
(21)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) wawancara maupun observasi di lapangan yang disusun dalam bentuk table untuk melihat keberadaan dan sosial ekonomi pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX sebanyak 49 responden. Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran angket diperoleh data tentang latar belakang responden yang meliputi dari usia, agama, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan dan jumlah anak.

5.2 Identitas Responden

5.2.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

Sumber: Data Primer, 2014

(22)

penduduk usia antara 30-40 tahun sebanyak 15 responden (30,61%). Usia responden ini tergolong ke dalam usia produktif kerja, dimana dengan usia seperti ini responden masih mampu bekerja dengan baik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

5.2.2 Identitas Responden Berdasarkan Agama Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3.

Islam Katholik Protestan

30 7 12

61,22 14,28 24,50

Total 49 100%

Sumber : Data Primer 2014

(23)

5.2.3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Laki-Laki Perempuan

7 42

14,28 85,72

Total 49 100%

Sumber: Data Primer 2014

(24)

5.2.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No. Suku Bangsa Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Karo Toba Jawa

9 15 25

18,37 30,61 51,02

Total 49 100%

Sumber: Data Primer 2014

(25)

5.2.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar individu untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, bagaimana tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang juga turut menentukan. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 25 responden (51,02%). Selain itu penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX hanya tamatan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 10 responden (20,40%).

(26)

5.2.6 Berdasarkan Satus Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di lapangan, dapat diketahui bahwa keseluruhan responden berstatus telah menikah.Angka pernikahan muda di Desa Tapian Nauli khususnya Lingkungan IX sangat tinggi.Kehidupan para pemulung yang bebas dan memiliki intensitas pertemuan antara penduduk sangat tinggi membuat pasangan-pasangan muda cepat menikah.

5.2.7 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1

(27)

5.3 Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal 5.3.1 Identitas Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Pemulung

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Pemulung

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

6 bulan – 1 tahun 1,5 tahun – 3 tahun Diatas 3 tahun

8 13 28

16,33 26,53 57,14

Total 49 100%

Sumber: Data Primer 2014

(28)

5.3.2 Pekerjaan Utama

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Sebagai Pemulung

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

40 9

81,64 18,36

Total 49 100%

Sumber: Data Primer, 2014

(29)

5.3.3 Jumlah Penghasilan Per Bulan

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Per Bulan

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Rp. 500.000 – 800.000 Rp. 850.000 – 1.500.000 Diatas Rp 1.500.000

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki penghasilan antara Rp 850.000 – Rp 1.500.000 Per bulannya yaitu sebanyak 30 responden (61,22%).. Selain itu sebanyak 9 responden (18,36%)menyatakan bahwa penghasilan perbulan mereka bekerja sebagai pemulung adalah diatas Rp.1500.000. Penghasilan tersebut merupakan gabungan dari penghasilan ayah, ibu dan anak atau diluar anak. Penghasilan untuk sebuah pekerjaan memulung dinilai cukup besar.Penghasilan tersebut dimanfaatkan pemulung untuk memenhui kebutuhan ekonomi keluarga dan pendidikan anak.Meskipun berstatus pemulung, namun tidak melupakan pendidikan anak.Para orang tua bekerja keras untuk memulung untuk membiayai anak-anak mereka untuk bersekolah tingkat tinggiIni dikarenakan kegiatan memulung hanya dilakukan oleh suaminya saja dan waktu yang dilakukan hanya dari pagi sampai siang hari saja.Sebanyak 10 (20,41%) responden menyatakan bahwa penghasilan mereka perbulan bekerja sebagai pemulung berkisar antara Rp. 500.000 – Rp. 850.000.

5.3.4 Mampu Tidaknya Memenuhi Kebutuhan Hidup Keluarga

(30)

responden memanfaatkan penghasilan yang didapatkan untuk membuat perencanaan yang matang agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti membeli kebutuhan makan, perlengkapan dapur dan juga kebutuhan sekolah anaknya.

5.3.5 Jumlah Anak Yang Ditanggung

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang Ditanggung

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 dapat diketahui mayoritas responden yaitu sebanyak 34 responden (69,39%)menanggung 3-4 anak dalam keluarga. Hal ini dikarenakan belum adanya anak responden yang sudah berkeluarga membuat responden harus menanggung semua keperluan anaknya. Sebanyak 15 responden (30,61%) menyatakan bahwa anak yang masih mereka tanggung adalah 1 – 2 orang, ini dikarenakan sudah adanya anak responden yang sudah berkeluarga membuat responden masih memiliki tanggungan untuk memenuhi kebutuhan anaknya walaupun hanya sedikit.

5.3.6 Mampu Tidaknya Menabung

(31)

memiliki dana untuk membiayainya. Mereka menyimpan ke bank-bank yang nantinya akan digunakan untuk membeli rumah atau modal usaha.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu responden bernama ibu Lisda menyatakan bahwa : saya mampu dek untuk menabung, walaupun dengan penghasilan dari memulung yang sedikit saya ingin tetap bisa menabung supaya uangnya nanti bisa

diperlukan untuk biaya sekolah anak saya.

5.3.7 Mengikuti Tidaknya Kegiatan Program Pemberdayaan dari Pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai mengikuti tidaknya kegiatan program pemberdayaan dari pemerintah dapat diketahui bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) mengikuti kegiatan pemberdayaan dari pemerintah.Program pemberdayaan yang diikuti responden adalah program raskin (beras untuk rakyat miskin).

5.3.8 Ada Tidaknya Anak Yang Masih Bersekolah Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak Yang Masih Bersekolah

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(32)

Hal ini dikarenakan belum adanya anak responden yang sudah tamat sekolah membuat responden masih memiliki tanggungan untuk menyekolahkan anak mereka. Sebanyak 5 responden (10,20%) menyatakan bahwa mereka tidak memiliki anak yang masih bersekolah. Hal ini dikarenakan anak responden telah tamat sekolah dan juga adanya anak responden yang tidak mau melanjutkan pendidikannya membuat responden tidak bertanggung jawab lagi untuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya.

5.3.9 Tempat Anak Responden Bersekolah

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Anak Bersekolah

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Negeri Swasta

40 9

81,63 18,37

Total 49 100%

Sumber: Data Primer 2014

(33)

5.3.10 Ada Tidaknya Anak Responden Yang Mendapatkan Beasiswa

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai ada tidaknya anak responden yang mendapatkan beasiswa, dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 responden (100%) menyatakan bahwa anak mereka tidak ada yang menerima beasiswa. Hal ini dikarenakan tidak adanya anak responden yang masuk juara kelas membuat anak responden tidak mendapatkan beasiswa. Adanya beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat miskin yang memiliki anak masih bersekolah, namun cara mendapatkanya yang sulit membuat responden tidak mendapatkannya.

5.3.11 Stasus Kepemilikan Tempat Tinggal Responden Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Tinggal

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(34)

status kepemilikan rumah mereka adalah milik sendiri. Hal ini dikarenakan dulu orangtua responden memiliki warisan dan memberikan masing-masing warisannya kepada anak-anaknya.

5.3.12Bentuk Bangunan Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai bentuk bangunan tempat tinggal dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa bentuk bangunan tempat tinggal mereka adalah semi permanen yang berupa campuran dari beton dan kayu.

5.3.13Jika Menyewa, Sistem Pembayaran Yang Dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sistem pembayaran yang dilakukan jika menyewa rumah dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa sistem pembayaran yang dilakukan jika menyewa adalah dengan membayaran sewa setahun sekali. Ini dilakukan agar responden bisa lebih ringan membayara segala keperluan lainnya selain harus membayar sewa rumah.

5.3.14 Bentuk Atap Rumah

(35)

5.3.15 Bentuk Lantai Rumah

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Lantai Rumah

No Bentuk Lantai Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 dbuat dapat diketahui mayoritas responden yaitu 40 responden (81,63%) memiliki bentuk lantai rumah terbuat dari semen. Hal ini dikarenakan biaya yang tidak ada untuk membuat lantai mereka dari keramik, juga karena mereka menyewa rumah membuat mereka tidak bisa mengganti lantai rumah mereka dari semen menjadi keramik. Sebanyak 9 responden (18,37%) menyatakan bahwa lantai rumah mereka terbuat dari keramik. Hal ini dikarenakan responden memiliki rumah sendiri dan juga menumpang dengan keluarga lainnya yang membuat lantai rumah mereka memang sudah terbuat dari keramik.

5.3.16 Jumlah Kamar Tidur Yang di Tempati

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai jumlah kamr tidur yang ditempati responden dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa jumlah kamar tempat tidur mereka adalah 2 buah kamar. Hal ini dikarenakan rumah yang mereka tempati sederhana dan juga tidak terlalu besar sehingga jumlah kamar mereka hanya 2 kamar saja.

(36)

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sumber air minum sehari-hari dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan sumber air minum mereka buat keperluan sehari-hari berasal dari PDAM.

5.3.18 Sumber Penerangan Sehari-hari

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sumber penerangan sehari-hari dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan sumber air minum mereka buat keperluan sehari-hari berasal dari PLN.

5.3.19 Sering Tidaknya Responden Sakit

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sering tidaknya responden sakit dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan mereka jarang sekali sakit. Hal ini dikarenakan responden selalu menjaga kondisi tubuh mereka agar tetap selalu fit dan tidak mudah jatuh sakit.

5.3.20 Tempat Berobat Ketika Sakit

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Beroba Ketika Sakit

No Tempat Berobat Frekuensi Persentase (%)

(37)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 mengenai tempat berobat ketika ada keluarga responden yang sakit dapat diketahui sebanyak 21 (42,86%) menyatakan jika ada keluarga yang sakit tempat berobatnya hanya dirumah saja dengan membeli obat warung. Ini dikarenakan keterbatasan biaya membuat responden lebih memilih rumah untuk merawat keluarga jika ada yang sakit. Sebanyak 15 (30,61%) menyatakan jika ada keluarga yang sakit tempat untuk merawatnya adalah klinik, ini dilakukan karena biaya yang murah dan juga tempatnya yang mudah dijangkau oleh responden. Sebanyak 8 (16,32%) responden menyatakan bahwa jika ada keluarga yang sakit tempat untuk merawatnya adalah puskesmas dan sebanyak 5 (10,20%) responden menyatakan tempat untuk merawat keluarga jika sakit adalah rumah sakit, walaupun biaya yang akan dikeluarkan besar responden tidak perduli karena yang terpenting keluarganya bisa cepat sembuh.

5.3.21 Tempat Meminjam Uang Ketika Kekurangan Biaya Untuk Berobat Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Meminjam Uang Ketika Biaya Untuk Berobat

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(38)

meminjamkan uang kepada saudaranya. Ini dilakukan karena responden beranggapan bahwa jika meminjam kepada keluarga maka prosesnya akan cepat dan sistem pelunasannya pun akan lebih mudah. Sebanyak 15 (30,61%) responden menyatakan bahwa jika kekurangan biaya uang untuk melakukan perobatan, responden meminjamkan uang kepada tetangganya. Sebanyak 9 (18,37%) responden menyatakan jika kekurangan biaya untuk melakukan perobatan, responden meminjamkan uang kepada lainnya. Lainnya yang dimaksud dalam penilitian ini adalah rentenir dan koperasi.

5.3.22 Berapa kali Dalam Setahun Membeli Pakaian Baru Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Berapa kali Dalam Setahun Membeli Pakaian Baru

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

1 kali 2 Kali

30 19

61,22 38,78

Total 49 100%

Sumber: Data Primer, 2014

(39)

5.2.23 Tempat Membeli Pakaian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan mengenai tempat membeli pakaian baru dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa tempat mereka membeli pakaian adalah di pasar tradisional. Hal ini dikarenakan harga pakaian yang terbilang murah dan juga tempatnya yang dekat dari rumah responden membuat responden memilih pasar tradisional menjadi tempat mereka membeli pakaian.

5.3.24 Berapa Kali Makan Dalam Sehari

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai berapa kali makan dalam sehari dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa mereka makan 3 kali dalam sehari. Jumlah makan ini sama dengan jumlah makan pada umumnya, responden ingin tetap bisa makan 3 kali sehari walaupun dengan lauk-pauk yang sederhana.

5.3.25 Berapa Kali Masak Dalam Sehari

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Masak Dalam Sehari

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(40)

dari pagi hingga sore hari sehingg sebelum pekerja bekerja, responden memasak dulu untuk keperluan mereka sampai malam hari. Sebanyak 10 (20,41%) responden menyatakan bahwa mereka masak untuk keperluan sehari-hari 2 kali dalam sehari. Ini dikarenakan responden hanya dirumah dan yang bekerja hanya suaminya saja.

5.3.26 Gizi Yang Seimbang

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Makan Dengan Gizi Seimbang

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Selalu Jarang

10 39

20,41 79,59

Total 49 100%

Sumber: Data Primer, 2014

(41)

5.3.27 Berapa Kali Mengkonsumsi Ikan dan Daging Dalam Seminggu Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Dalam Seminggu Mengkonsumsi Ikan dan Daging

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.20 mengenai berapa kali dalam seminggu mengkonsumsi ikan dan daging dapat diketahui mayoritas responden yang berjumlah 39 (79,59%) menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi ikan dan daging 2 kali dalam seminggu. Ini dikarenakan responden memiliki uang lebih untuk bisa membeli ikan dan daging, dan juga responden ingin bisa memberikan gizi kepada anak mereka dengan cara memberikan ikan. Sebanyak 10 (20,41%) responden menyatakan bahwa mereka Cuma 1 kali dalam seminggu mengkonsumsi ikan dan daging. Ini dikarenakan keterbatasan biaya yang mereka miliki.

5.3.28 Berapa Kali Mengkonsumsi Telur Dalam Seminggu Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Mengkonsumsi Telur Dalam Seminggu

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

(42)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 mengenai mengkonsumsi telur dalam seminggu dapat diketahui hampir keseluruhan responden yang berjumlah 44 (89,80%) menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi telur dalam seminggu bisa diatas 4 kali dan sebanyak 5 (10,20%) responden menyatakan mengkonsumsi telur dalam seminggu bisa sampai 3 kali. Hal ini dikarenakan biaya untuk membeli telur yang murah dan juga bisa di dapatkan dengan mudah.

5.3.29 Sering Tidaknya Mengkonsumsi Sayur setiap kali makan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi sayur setiap kali makan dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa setiap kali makan mereka juga mengkonsumsi sayur, ini dikarenakan harga sayur yang murah dan juga sayur dianggap sebagai pelengkap untuk makan.

5.3.30 Komunikasi Responden Dengan Anaknya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan mengenai sering tidaknya responden berkomunikasi dengan anaknya dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa mereka selalu berkomunikasi dengan baik kepada anaknya. Ini dilakukan responden agar anaknya bisa menjadikannya tempat saling tukar pikiran dan juga agar responden lebih mudah memperhatikan setiap tingkah laku anaknya.

5.3.31 Komunikasi Responden Dengan Keluarga Lainnya

(43)

yang berjumlah 49 (100%) menyatakan bahwa mereka selalu berkomunikasi dengan baik kepada keluarga lainnya. Hal ini dilakukan responden agar tali silaturahmi antar keluarga tetap bisa berjalan dengan baik, responden tidak ingin suatu saat ketika terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan keluarga responden lainnya tidak memperdulikannya.

5.3.32 Sering Tidaknya Makan Pagi Dengan Keluarga Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Makan Pagi Dengan Keluarga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Jarang Selalu

20 29

40,82 59,18

Total 49 100%

Sumber: Data Primer, 2014

(44)

5.3.33 Sering Tidaknya Makan Siang Dengan Keluarga Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Makan Siang Dengan Keluarga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 mengenai sering tidaknya makan pagi dengan keluarga, dapat diketahui sebanyak 35 (71,43%) menyatakan bahwa mereka jarang melakukan makan siang secara bersama. Hal ini dikarenakan di siang hari mereka jarang berkumpul, mereka sibuk dengan waktunya seperti anak yang harus pulang sekolah di sore hari dan juga responden yang pulang kerja di malam hari membuat mereka jarang makan siang bersama dengan keluarga. Sebanyak 14 (28,57%) menyatakan bahwa mereka selalu makan siang secara bersama.

5.3.34 Sering Tidaknya Makan Malam Dengan Keluarga Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Makan Malam Dengan Keluarga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

(45)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.24 mengenai sering tidaknya makan malam bersama keluarga dapat diketahui mayoritas responden yang berjumlah 39 (79,59%) menyatakan bahwaa mereka selalu makanmalam bersama. Hal ini dikarenakan responden ingin menjadikan kegiatan makan malam sebagai kegiatan tempat menjalin komunikasi antar keluarga supaya apa yang dilakukan di pagi hingga sore hari pada saat bekerja ataupun anak yang bersekolah bisa saling memberitahukan setiap kegiatan yang telah dilakukan. Sebanyak 10 (20,41%) responden menyatakan bahwa mereka jarang melakukan kegiatan makan malam bersama, hal ini dikarenakan anak responden mulai sibuk dengan kegiatan tugas sekolahnya yang membuat responden harus makan sendiri-sendiri.

5.3.35 Sering Tidaknya Bertamasya Dengan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sering tidaknya bertamasya dengan keluarga dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan sangat jarang melakukan tamasya bersama keluarga. Hal ini dikarenakan keterbatasan biaya yang dimiliki responden membuat mereka bertamsya pada saat hari besar tiba dan juga pada saat uang mereka telah terkumpul dengan banyak.

5.3.36 Sering Tidaknya Mengikuti Merayakan Hari Besar Agama di Rumah Tetangga Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Mengikuti Perayaan Hari Besar Agama di Rumah Tetangga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

(46)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.25 mengenai sering tidaknya mengikuti perayan hari besar di rumah tetangga dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang berjumlah 39 (79,59%) menyatakan jarang mengikuti kegiatan perayaan hari besar dirumah tetangga. Hal ini dikarenakan responden lebih memilih melakukan perayaan hari raya dirumah saja ataupun dirumah saudara. Sebanyak 10 (20,41%) responden menyatakan bahwa mereka selalu mengikuti perayaan hari raya di rumah tetangga. Hal ini dikarenakan responden ingin menjalin tali silaturahmi dengan tetangga lainnya.

5.3.37 Sering Tidaknya Menghadiri Kemalangan Untuk Berbela Sungkawa

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan mengenai sering tidaknya menghadiri kemalangan untuk berbela sungkawa dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 49 (100%) menyatakan selalu menghadiri kemalangan untuk berbela sungkawa. Hal ini dikarenakan responden ingin turut berduka dengan apa yang dialami oleh orang lain, dan juga responden ingin menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka.

5.3.38 Sering Tidaknya Mengikuti Acara Pesta Di Rumah Tetangga Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Mengikuti Acara Pesta Di Rumah Tetangga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

(47)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.26 mengenai sering tidaknya mengikuti acara pesta di rumah tetangga dapat diketahui hampir keseluruhan responden yang berjumlah 44 (89,80%) menyatakan bahwa mereka selalu mengikuti acara pesta yang diadakan oleh tetangga mereka. Hal ini dikarenakan responden tidak mau menolak ajakan tetangganya untuk menghadiri pesta yang ada dan juga responden ingin tetap menjalin komunikasi yang baik dengan sesama tetangga yang ada di lingkungan tempat tinggal. Sebanyak 5 (10,20%) responden menyatakan jarang mengikuti kegiatan pesta yang diadakan tetangganya. Hal ini dikarenakan responden lebih memilih bekerja memulung untuk mendapatkan uang daripada harus mengeluarkan uang.

5.3.39 Sering Tidaknya Mengikuti Perkumpulan Di Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Mengikuti Perkumpulan Di Lingkungan Tempat Tinggal

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

(48)

berbagai pihak. Sebanyak 14 (28,57%) responden menyatakan bahwa mereka selalu mengikuti kegiatan perkumpulan dengan tetangga lainnya yang ada dilingkunga tempat tingga. Hal ini dikarenakan responden beranggapan bahwa kegiatan ini memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan juga dapat tetap menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga lainnya.

5.3.40 Sering Tidaknya Mengikuti Kegiatan Keagamaan Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Sering Tidaknya Mengikuti Kegiatan Keagamaan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

Berdasarkan data pada Tabel 5.28, frekuensi keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli dalam kegiatan keagamaan masih relatif rendah. Hanya 10 (20,41%) responden yang mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin. Mereka mengikuti kegiatan yang diadakan seminggu sekali itu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sebulan. Mereka mengakui bahwa bagi mereka kegiatan keagamaan itu penting dan tak bisa digantikan walau dalam hal mencari rezeki.

(49)

pekerjaan mereka memulung sehingga mereka memilih tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka akan mengikuti kegiatan keagamaan kalau yang kebagian untuk mengadakan kegiatan saudara mereka atau bertempat tinggal di dekat rumah mereka.

Berdasarkan observasi dan wawancara, kegiatan keagamaan sering dilupakan karena mereka terlalu fokus pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu.Pada pagi hari mereka sibuk mengumpulkan sampah-sampah di rumah-rumah warga, setelah siang harinya mereka kembali ke rumah dan beristirahat.Pada sore hari mereka kembali mengelilingi rumah-rumah warga untuk mengumpulkan sampah-sampah dan kembali ke rumah ketika matahari sudah tenggelam.Bagi mereka semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak uang yang dapat mereka kumpulkan. Mereka seolah-olah dikejar-kejar oleh waktu karena bila terlambat keluar rumah untuk memulung maka sampah akan diambil oleh pemulung lain dam mereka tidak kebagian.

5.3.41 Komunikasi Dengan Sesama Teman Pemulung

(50)

BAB VI PENUTUP

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pemulung merupakan salah contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Pemulung melakukan pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas. Hadirnyapemulung karena di dasarkan pada pengalaman kerja mereka sebelumnya yangtidak menguntungkan, akibat kurangnya pendapatan, kerugian usaha, danketidakbebasan serta pemulung lebih karena tergiur sosialisasi tetangga yangmenjanjikan kemudahan dalam mencari pekerjaan dengan pendapatan besar dikota. Bentuk kerjasama yang terjadi diantara pemulung dan lapak sangat baik. Halini terjadi karena adanya kepercayaan dan hubungan timbal balik serta jaringaninformasi yang mereka miliki inilah yang menjadi modal sosial mereka untukbertahan hidup di Kota

b. Masalah perekonomian merupakan masalah yang paling penting bagi keluarga pemulung, karena pendapatan yang mereka peroleh dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan lainya

c. Pekerjaan sebagai pemulung ternyata mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti dapat terpenuhinya kebutuhan akan sandang, pangan, pendidikan anak dan lainnya. Penghasilan yang lumayan harus bisa dimanfaatkan responden agar terpenuhinya kebutuhan keluarga.

(51)

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat penulis memberi saran sebagai berikut:

a. Diharapkan kepada pemulung untuk membuka usaha lain seperti membuka usaha klontong daripada menjadikan pekerjaan sebagai pemulung sebagai pekerjaan utama, karena dengan membuat usaha lain tersebut dapat menambahkan penghasilan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga

(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam Bahasa Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua duanya memiliki menunjukan

makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto, apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Soekanto: 1982).

Istilah sosial Pada Departemen Sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan dilapangan sosial, artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lain. Selain itu Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial juga berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial(Soekanto, dalam Supardan, 2009: 27).

(53)

langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akanselalumembutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari tanggal 17 mei 2014 pukul 22.00).

Ekonomi (economic) dalam banyak literatur ekonomi disebutkan barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Oleh sebab itu, pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, Negara dan dunia. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari(Putong, 2005: 9).

Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan pergaulan sosial diluar keluarganya dan dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.

(54)

masyarakat berguna kelak.Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 2004:216).

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi

Kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan. Adapun rincian indikator sebagai berikut:

a. Pendapatan

Pendapatandapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa dan setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat generasi sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat atau bantuan keuangan keluarga.

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah yaitu relatif dan mutlak. Pendapatan mutlak sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes, pendapatan adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan yang berpengaruh pada konsumsi tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu.

(55)

memenuhi kebutuhan pokoknya (primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. Pendidikan

Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan fenomena “cross cutting” untuk semua individu.Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk-Nya atas semua prestasi dalam hidup yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya.Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan.

Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan penghasilan.Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar professional dan doctor membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial.Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih baik yaitu pendapatan lebih, kontrol yang lebih dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).

Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi.

(56)

memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang bergengsi sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan.Status pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi yang baik.Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial atau status dalam masyarakat, maka status sosial menggambarkan karakteristik pekerjaan, pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi serta sikologis tuntutan pada pekerjaan.

Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya) dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei.Beberapa pekerjaan yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis.Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisikberbahaya dan memberikan otonomi yang kurang

(57)

Berdasarkan indikator sosial ekonomi seperti pekerjaan, penghasilan dan pendapatan, masyarakat dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk kedudukan sosial yaitu:

a. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. b. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan yang hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

c. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain (Tan, dalam Koentjaraningrat, 1981 : 35)

2.2. Keluarga Pemulung 2.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. Menurut Iver dan Page“family is a group defined by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut

(58)

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus.Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak (Su’adah, 2005: 22-23).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak atau ayah dan anak atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga. Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

c. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan

d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

(59)

suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja.Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).

Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri.Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil, disinilah anak dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali dan mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia.Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompok. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004: 195).

Adapun bentuk-bentuk keluarga menurut Polak yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah.

b. Keluarga Besar (Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya( Polak, dalam Khairuddin, 1997: 19)

Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

(60)

c. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu

d. Besarnya keluarga terbatas

e. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial. f. Pertanggungjawaban daripada anggota-anggota.

g. Adanya aturan-aturan sosial yang homogeni(Ahmadi, 2007:222).

Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualism dan sistem kekeluargaan ini menjadi kabur.Hal ini disebabkan karena urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:

a. Keluarga berubah fungsinya dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu. b. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah

kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan

c. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi, 2007: 223).

Adapun fungsi-fungsi keluarga meliputi :

a. Fungsi pengaturan seksual, dimana keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual

(61)

c. Fungsi afeksi, salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai. Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah remaja, secara garis besar tugas-tugas tersebut adalah:

a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok seperti sandang, pangan dan kesehatan b. Memberi ikatan dan hubungan emosional dimana hubungan yang erat merupakan

bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak c. Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan

kehidupan keluarga yang stabil

d. Membimbing dan mengendalikan perilaku

e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini secara alami

f. Mengajarkan cara berkomunikasi dimana orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah

g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga.

h. Memberi teladan (Horton, dalam Su’adah, 2005: 109).

(62)

sosio-ekonomi serba cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer manusia. Secara umum hal ini dianggap benar, namun tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak(Gerungan, 2004: 196).

Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor, diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah. Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai (tanah, sawah dan lain-lain), ketidakmampuan mengelola ekonomi rumah tangga, perilaku konsumtif dan lain-lain(Anwas, 2013: 117).

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan ekonomi keluarga diantaranya meliputi: a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak sehingga daya beli

rendah.

b. Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun dan ternak

c. Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumah tangga dimana pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan (dari segi keuangan)

(63)

e. Terbatasnya akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial f. Tidak memiliki keterampilan atau keahlian atau kejuruan kerja

g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumah atau tempat tinggal, peralatan rumah tangga, kendaraan dan sumber daya lainnya(Departemen Sosial Republik Indonesia, 2009: 42-43).

2.2.2 Pemulung

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu. Kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan ciri dalam kelompok tersebut.

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial seperti kemiskinan, tuna wisma serta menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan seperti pencurian, perampokkan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan mengais barang-barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah warga tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut dengan istilah pemulung.

Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of Place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), di mana kelompok sosial terbentuk ketika

(64)

terutama masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi pada kelompok pemulung.Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB).

Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung.Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya.Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya.Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh pemulung.

Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari danmengumpulkan sampahyang kemudian sampah-sampah tersebut akan dijualkembali. Adapun beberapa definisi pemulung sebagai berikut:

a. Pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual.

(65)

memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain

c. Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua dan barang bekas lainnya

Terdapat dua jenis pemulung, yaitu

a. Pemulung lepas dimana pemulung ini bekerja sebagai wirausaha dan tergantung pada seora tersebut saat membeli barang dari pemulung.

b. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar atau di mana terletak tempat penampungan barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari indus

Berdasarkan penjelasan tersebut, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah

2.3 Kemiskinan

2.3.1 Pengertian Kemiskinan

(66)

masyarakat, negara bahkan dunia (Siagian, 2012: 1).Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yaitu kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher dalam Siagian, 2012: 5).

2.3.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a. Kemiskinan bersifat multidimensi

(67)

kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.

b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri.

c. Kemiskinan adalah fakta yang terukur

Fenomena yang sering dijumpai adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur (Siagian, 2012: 13).

Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012:14), seperti:

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a diwujudkan dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,

[r]

Peraturan Bupati Bantul Nomor 96 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTENSIFIKASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA SE KABUPATEN

Universitas Negeri

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Pejabat Fungsional/ Project

Universitas Negeri

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pe,berian Bantuan Keuangan Khusus Kepada