• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Celebrity endosser (Ayu Tingting) terhadap keputusan pembelian produk sarimi isi dua di kelurahan Pulo Brayan darat I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Celebrity endosser (Ayu Tingting) terhadap keputusan pembelian produk sarimi isi dua di kelurahan Pulo Brayan darat I"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER

” PENGARUH CELEBRITY ENDOSSER AYU TING-TING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SARIMI ISI DUA DI

KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT I”

Apakah anda tahu Sarimi isi dua? (Ya/Tidak)

Apakah anda pernah mengonsumsi Sarimi isi dua? (Ya/Tidak) Nama :

Alamat :

Usia saat ini : Tahun Pertanyaan umum. 1. Jenis kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

2. Status tingkat pendidikan

a. SD d. Sarjana

b. SMP e. Lainnya

c. SMU

3. Pekerjaan Anda saat ini

a. Pelajar/mahasiswa d. Wiraswasta b. Pegawai Swasta e. Lainnya c. Pegawai Negeri

4. Berapa kali mengkonsumsi Sarimi selama 1 bulan

a. ≤ 1 bungkus c. > 5 bungkus b. 2-4 bungkus

Bapak/Ibu dimohon untuk melingkari salah satu angka (1 2 3 4 5) pada kolom pilihan jawaban yang sesuai pendapat Bapak/Ibu.

Dengan keterangan angka sebagai berikut:

SS (Sangat Setuju) = 5 TS (Tidak Setuju) = 2

S (Setuju) = 4 STS (Sangat Tidak Setuju) = 1 R (Ragu-ragu) = 3

(2)

Credibility (X1)

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Celebrity endosser memiliki pengetahuan tentang produk yang diiklankan.

2 Celebrity endosser memiliki keahlian dan pengalaman dalam memasarkan produk yang diiklankan.

3 Celebrity endosser jujur dalam memasarkan produk yang diiklankan.

4 Celebrity endosser memiliki kemampuan dalam memberi keyakinan atau kepercayaan pada konsumen suatu produk.

Attracktiveness (X2) 5 Penampilan Ayu Ting-ting dalam

iklan sarimi isi dua sangat menarik. 6 Celebrity endosser Ayu Ting-ting

merupakan artis terkenal sehingga anda berminat untuk membelinya 7 Celebrity endosser Ayu Ting-ting

memiliki penampilan menarik, berjiwa muda dan gaul

Power (X3) 8 Celebrity endosser Ayu Ting-ting

mempengaruhi Anda untuk membeli Sarimi isi dua

(3)

konsumen untuk melakukan pembelian sarimi isi dua

Expertise (X4) 10 Ayu Ting-ting memenuhi syarat

sebagai Celebrity Endorser iklan Sarimi isi dua

11 Ayu Ting-ting memiliki

keterampilan dalam menyanyikan Jinggle Sarimi isi dua

Pernyataan untuk Pengambilan Keputusan (Y)

No Pernyataan SS S R TS STS

1

Saya menjadi tertarik membeli Sarimi isi dua karena pengaruh tayangan iklan.

2

Sebelum membeli Sarimi isi dua saya sudah membandingkan dengan produk lain yang sejenis.

3

Dalam melakukan pembelian Sarimi isi dua saya sudah melakukan pertimbangan manfaat sebelumnya.

4

Saya yakin membeli Sarimi isi dua sesuai kebutuhan.

(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Belch, George E & Michael A. Belch, 2003. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective. Internasional Edition. New York : McGraw Hill.

Dyer, G. 1996. Adversiting as Communication. London : Routledge. Engel, F.J.,dkk,. 2001. Consumen Behaviour. Edition. Orlando : Harcourt. Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang :

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo.1999. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Jawler dan Drewniany 2001. Creative Strategy in Advertising. Belmont, CA: Wadworth

Johanssen, Jorgen dan Jon Sparredal. 2002. Celebrity Endorsement: A Case Study Of Axa and The Ludmila Engquist Incident. Swedia

Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta : Prenhallindop.

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran 2. Edisi Millenium. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri

Pelsmacker, Patric De., Maggie Geuens & Jordi Van Den Bergh. 2004. Marketing Communications An European Perspective" (2nd ed.), London : Prentice Hall.

Peter. Paul J. dan Jerry C. Olson. 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Royan, Frans M. 2004. Marketing Selebrities. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Russel, J.Thomas dan W. Ronald Lane. 1992. Tata Cara Periklanan Kleppner, Edisi 12. PT.Elex Media Komputindo.

(5)

Shimp, Terrence A. 2003. Periklanan Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : PT. Erlangga.

Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sistaningrum.2002. Manajemen Penjualan Produk. Kanisius. Yogyakarta. Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti. 2011. Analisis Data untuk Riset

Manajemen dan Bisnis. Edisi Kedua. Terbitan Pertama. Medan : USU Press

Sugiyono. 2003. Statistik untuk Penelitian. Cetakan kelima. Bandung : CV Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesepuluh. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sumartono. 2002. Terjebak Dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung : Alfabeta.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor : PT Ghalia Indonesia.

Suyanto, M. 2007. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Tellis, G.J. 1998. Advertising and Sales Promotion Strategy. Adison-Wasley. Educational Publisher Inc.

Umar, Husein, 2008. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Wells, William, Burnett John dan Sandra Moriarty. 2000. Advertising: Principles and Practice. Fifth Edition. Prentice-Hall.

Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial & Bisnis. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Skripsi

(6)

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Jurnal

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang mana digunakan untuk menggambarkan mengenai bagaimana tanggapan responden celebrity endorser (Ayu Tingting) terhadap keputusan pembelian sarimi isi dua.

Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik. Maka, jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian data kuantitatif, penelitian kuantitatif menurut Suliyanto (2005:9) yaitu “riset yang didasarkan pada data kuantitatif dimana data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan”. Penelitian kuantitatif mengutamakan objektifitas desain penelitian dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis pengaruh celebrity endorser sebagai variabel independen terhadap keputusan pembelian produk sarimi isi dua sebagai variabel dependen pada Kelurahan Pulo Bryan Darat I

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan April 2013. Penelitian ini menggunakan kuesioner penelitian yang dilakukan di Kelurahan Pulo Bryan Darat I, Medan. 3.3 Batasan Operasional Variabel

(8)

1. Variabel bebas (Independent variable) (X) yaitu Celebrity Endorser yang terdiri atas: Credibility (Kredibilitas),

2. Variabel terikat (Dependent variable) (Y) yaitu keputusan pembelian. Attractiveness (Daya Tarik), Power (Kekuatan)

3.4 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Definisi dan operasionalisasi variabel dari penelitian yang penulis lakukan dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

3.4.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:59).

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen (Sugiyono, 2008:59), yaitu celebrity endorser (Ayu Tingting).

b. Variabel dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:59), yaitu keputusan pembelian sarimi isi dua.

(9)

Tabel 3.1

Instrument Skala Likert

No. Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Ragu-ragu (R) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2007) diolah oleh peneliti 3.4.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel dari penelitian yang penulis lakukan disajikan pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Celebrity Endorser (X) Celebrity endorser, yaitu merupakan tokoh (aktor,

penghibur, atau atlit) yang dikenal

masyarakat di dalam bidang-bidang yang berbeda yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.

1. Credibility (Kredibilitas)

2. Attractiveness (Daya Tarik)

3. Power (Kekuatan)

4. Expertise (Keahlian) Likert

Keputusan Pembelian (Y)

keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan

pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat

1. Pencarian Informasi 2. Pertimbangan untuk

Memilih

(10)

keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan

pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen.

Sumber : McCracken (1989), Herbert Kelman (2004), Kotler (2004) diolah 3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2002), pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari,tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimililiki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dari penelitian ini adalah penduduk Kelurahan Pulo Bryan Darat I yang berjumlah 19.446 orang.

(11)

dan sampel dikatakan kecil jika jumlah responden kurang dari tiga puluh (Sugiyono, 2007).

Sampel penelitian ini adalah konsumen (Kelurahan Pulo Bryan Darat I) yang menggunakan produk sarimi isi dua. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan Accidental Sampling Method (pengambilan sampel secara acak) yaitu sampel di mana pengambilan elemen-elemen yang dijadikan sampel adalah konsumen (Kelurahan Pulo Bryan Darat I) yang kebetulan ditemui oleh peneliti menggunakan produk sarimi isi dua. Karena kriteria responden sesuai dengan karakteristik yang ditentukan yaitu : pernah melihat iklan sarimi isi dua (Ayu Tingting), maka jumlahnya telah diketahui sehingga untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Umar, 2008:78) :

� = �

1 +� (�)2

Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = error , misalnya 10% (0,1)

n = �

1+�(�)2

� = 19446

1+19446(0,1)2 = 99,48 = 100 orang

(12)

3.6.1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam ini adalah data subyek (self-report data), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau

karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian/responden (Indriantoro dan Supomo, 1999).

3.6.2 Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas dua, yaitu : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian

melalui kuensioner dan wawancara terstruktur kepada responden.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah mengelolah informasi terlebih dahulu, seperti data dari perusahaan, jurnal, buku, dan sumber lain.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan oleh penulis meliputi data:

1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,2003:135). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur atau tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

(13)

3. Riset perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku literatur dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu yang berhubungan dengan penelitian penulisan.

3.8 Uji validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas

Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu skala pengukur dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat nonparametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal, bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik

Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan program SPSS 18.0, dengan kriteria sebagai berikut :

(Syafrizal dan Muslich, 2011:76).

1. Jika rhitung > rtabel 2. Jika r

maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid hitung < rtabel

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan di kelurahan Pulo Brayan Darat I sejumlah 30 responden diluar sampel.

maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid

Tabel 3.3 Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

X1A 4.20 .484 30

X1B 4.07 .450 30

X1C 4.17 .531 30

X1D 4.00 .643 30

(14)

X2B 4.23 .430 30

X2C 4.23 .568 30

X3A 4.07 .640 30

X3B 3.87 .571 30

X4A 4.27 .450 30

X4B 4.07 .521 30

Y 4.07 .583 30

Y 3.83 .791 30

Y 3.93 .521 30

Y 3.93 .583 30

Y 4.07 .450 30

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni2013)

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa seluruh butir pernyataan telah valid karena rhitung (Corrected Item-Total Correlation) lebih besar daripada r tabel

2. Uji Reliabilitas

(0,361), dengan demikian kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

Menurut Ghozali (2007:45), reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk. Suetu kuesioner, dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Repeated measure atau pengukuran ulang : disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

(15)

korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,80.

Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya sebagai berikut :

1. Jika ralpha > rtabel 2. Jika r

maka pertanyaan reliabel alpha < rtabel maka pertanyaan tidak reliabel

Tabel 3.4 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.885 16

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni2013)

Berdasarkan Tabel 3.4 terlihat bahwa seluruh butir pernyataan adalah reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha: 0,861 > 0,60 dan 0,861 > 0,80. Dengan demikian kuesioner penelitian dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.9 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

3.9.1 Metode Analisis Deskriptif

(16)

hasil perhitungan. Data didapat dari data primer berupa kuesioner yang telah disi oleh sejumlah responden.

3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, et al, 2008:62).

2. Uji Heteroskedastisitas

(17)

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Atau singkatnya dapat diartikan sebagai hubungan linear antara variabel eksplanatoris dari suatu model regresi adalah sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, et al, 2008:104).

3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel Celebrity Endorser (X) yang terdiri dari Credibility/Kredibilitas (X1), Attractiveness/Daya Tarik (X2), Power/Kekuatan (X3), Expertise/Keahlian (X4

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

) terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y), maka penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier berganda. Persamaan yang digunakan adalah:

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian

a = Konstanta

(18)

X2 = Attractiveness/Daya Tarik

X3 = Power/Kekuatan

X4 = Expertise/Keahlian

e = Standar error

3.10Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh celebrity endorser (variabel independen) terhadap keputusan pembelian (variabel dependen) maka dilakukan pengujian dengan menggunakan:

1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

H0 : b1,b2, b3, b4 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0 : b1,b2, b3, b4≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

H0 diterima jika F hitung < F tabel pada α= 5%

Ha ditolak jika F hitung > F tabel pada α= 5%

(19)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah :

H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%

H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5%

3. Koefisien Determinasi (R2 Koefisien Determinasi (R

) 2

(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Produk

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan produsen berbagai jenis didirikan pada ta Intikusuma yang pada ta bahan makanannya hingga

Dalam beberapa dekade ini Indofood telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.

Sarimi adalah diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, diluncurkan pada ta enam tahun setel sebutan "Sarimi" juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.

(21)

Pada tahun 2007, Sarimi Soto Koya diluncurkan, hadir dengan rasa Jeruk Nipis dan Pedasss. Dua tahun kemudian, Sarimi Soto Koya hadir dengan rasa Gurih. Pada tahun 2010, Sarimi Isi 2 diluncurkan kembali dengan kemasan baru. Pada tahun 2012, Sarimi genap berusia 30 tahun, Sarimi meluncurkan maskot dan kemasan barunya.

Sarimi (PT Sarimi Asli Jaya) diluncurkan pada juga ikut meramaikan persaingan antar-mer (1972) dan Sarimi menempati urutan ketiga di bawa (peringkat pertama).

Saatgo public pada Sarimi. Mulailah Sarimi berada pada tingkat yang lebih tinggi, untuk membayang-bayangi Indomie. Sarimi bahkan memasang harga yang lebih murah dari Indomie. Pertempuran segitiga antara Indomie, Supermi, dan Sarimi pun dimulai.

Sebelum periode mati-matian untuk memperebutkan posisi. Namun, takdir tetap tidak bisa ditolak seperti halnya pada tah pula dengan Supermi di tempat kedua, dan Sarimi di tempat ketiga.

(22)

Sej PT Sarimi Asli Jaya d maka kerajaan bisnis Indomie menjadi ada di mana-mana berkembang luas.

Gambar 4.1 Simbol Indofood

Gambar 4.2 Kemasan Sarimi Isi 2

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Teknik Analisis Data 1. Deskriptif Responden

(23)

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Frequency Percent laki-laki 60 60%

perempuan 40 40%

Total 100 100%

Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni 2013)

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui konsumen sarimi isi 2 yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60 orang dan perempuan berjumlah 40 orang.

b. Karakteristik responden berdasarkan usia:

Tabel 4.2 umur

Frequency Percent

17-26 14 14%

27-36 20 20%

37-46 20 20%

47-56 46 46%

Total 100 100% Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni 2013)

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang berusia 17-26 tahun berjumlah 14 orang, responden yang berusia 27-36 tahun berjumlah 20 orang, responden yang berusia 37-46 berjumlah 20 orang,dan yang berusia 47-56 berjumlah 46 orang.

(24)

Tabel 4.3 Tingkat pendidikan

Frequency Percent

SMP 13 13%

SMU 53 53%

Sarjana 34 34%

Total 100 100% Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni 2013)

Dari tabel diatas dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan SMP berjumlah 13 orang, SMU berjumlah 53 oranng, dan Sarjana berjumlah 34 orang.

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan:

Tabel 4.4 pekerjaan

Frequency Percent

1.00 7 7%

2.00 11 11%

3.00 18 18%

4.00 20 20%

5.00 44 44%

Total 100 100% Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni 2013)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui pekerjaan dari responden adalah sebagai berikut : Pelajar sebanyak 7 orang. Pegawai Swasta sebanyak 11 orang, Pegawai negeri sebanyak 18 orang, Wiraswasta sebanyak 20 orang, dan pekerjaan lainnya sebanyak 44 orang.

(25)

Tabel 4.5

Frekuensi mengonsumsi Frequency Percent

2.00 77 77%

3.00 23 23%

Total 100 100% Sumber : Hasil pengolahan SPSS (Juni 2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden mengosumsi rata-rata 2-4 bungkus per bulan sebanyak 77 orang dan responden yang mengosumsi ≥ 5 bungkus per bulan sebanyak 23 orang.

2. Deskriptif Variabel

Analisis desriptif variabel akan menjabarkan setiap variabel yang digunakan baik variabel independen yaitu Celebrity Endorser (X) dan variabel dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y). Jumlah pernyataan sebanyak 16 butir, yaitu 11 butir variabel celebrity endorser dan 5 butir untuk variabel keputusan pembelian. Hasil dari tiap-tiap jawaban diberi skor sesuai dengan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

2. Setuju (S) : diberi skor 4

3. Ragu-ragu (R) : diberi skor 3 4. Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 5. Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

(26)

Distribusi jawaban responden terhadap 4 butir pernyataan, yaitu: Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Credibility (X1)

No. Item Pernyataan

STS TS KS S SS Total

Responden

Total % F % F % F % F % F %

1 0 0 0 0 2 2 26 26 72 72 100 100 2 0 0 0 0 4 4 39 39 57 57 100 100 3 0 0 0 0 19 19 56 56 25 25 100 100 4 0 0 0 0 3 3 36 36 61 61 100 100 Sumber: Data Primer (Juni 2013)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa:

1. Pada pernyataan 1 (Celebrity endorser memiliki pengetahuan tentang produk yang diiklankan), dimana responden menyatakan kurang setuju sebesar 2%, 26% responden menyatakan sejutu, dan 72% responden menyatakan sangat setuju.

2. Pada pernyataan 2 (Celebrity endosser memiliki keahlian dan pengalaman dalam memasarkan produk yang diiklankan), terdapat 4% responden yang menyatakan kurang setuju, 39% responden menyatakan sejutu, dan 57% responden menyatakan sangat setuju.

3. Pada pernyataan 3 (Celebrity endosser jujur dalam memasarkan produk yang diiklankan), dimana 19% responden menyatakan kurang setuju, 56% responden menyatakan setuju, dan 25% responden menyatakan sangat setuju.

(27)

dimana 3% responden menyatakan kurang setuju, 36% responden menyatakan setuju, dan 61% responden menyatakan sangat setuju.

b. Variabel Attractiveness (X2)

Distribusi jawaban responden terhadap 3 butir pernyataan, yaitu: Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Attractiveness (X2)

No. Item

Pernyataan STS TS KS S SS

Total Responden

Total % F % F % F % F % F %

5 0 0 3 3 27 27 29 29 41 41 100 100 6 0 0 2 2 4 4 38 38 48 48 100 100 7 0 0 3 3 5 5 16 16 66 66 100 100 Sumber: Data Primer (Juni 2013)

Dari tabel diatas dapat diketahui:

5. Pada pernyataan 5 (Penampilan Ayu Ting-ting dalam iklan sarimi isi dua sangat menarik), terdapat 3% responden yang menyatakan tidak setuju, 27% responden menyatakan kurang setuju, 29% responden menyatakan setuju, dan 41% responden menyatakan sangat setuju.

6. Pada pernyataan 6 (Celebrity endosser Ayu Ting-ting merupakan artis terkenal sehingga anda berminat untuk membelinya), terdapat 2% responden yang menyatakan tidak setuju, 4% responden yang menyatakan kurang setuju, 38% responden menyatakan setuju, dan 48% responden menyatakan sangat setuju.

(28)

responden menyatakan setuju, dan 66% responden menyatakan sangat setuju.

c. Variabel Power (X3)

Distribusi jawaban responden terhadap 2 butir pernyataan, yaitu: Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Power (X3)

No. Item

Pernyataan STS TS KS S SS

Total Responden

Total % F % F % F % F % F %

8 0 0 0 0 2 2 34 34 64 64 100 100 9 0 0 0 0 1 1 43 43 56 56 100 100 Sumber: Data Primer (Juni 2013)

Dari tabel diatas dapat diketahui:

8. Pada pernyataan 8 (Celebrity endosser Ayu Ting-ting mempengaruhi Anda untuk membeli Sarimi isi dua), terdapat 2% responden yang menyatakan kurang setuju, 34% responden yang menyatakan setuju, dan 64% responden yang menyatakan sangat setuju.

9. Pada pernyataan 9 (Ayu Ting-ting mampu meyakinkan konsumen untuk melakukan pembelian sarimi isi dua), terdapat 1% responden yang menyatakan kurang setuju, 43% responden yang menyatakan setuju dan 56% responden yang menyatakan sangat setuju.

d. Variabel Expertise (X4)

(29)

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Expertise (X4)

No. Item

Pernyataan STS TS KS S SS

Total Responden

Total % F % F % F % F % F %

10 0 0 0 0 8 8 27 27 65 65 100 100 11 0 0 0 0 5 5 24 24 71 71 100 100 Sumber: Data Primer (Juni 2013)

Dari tabel diatas dapat diketahui:

10. Pada pernyataan 10 (Ayu Ting-ting memenuhi syarat sebagai Celebrity Endorser iklan Sarimi isi dua), dimana 8% responden menyatakan kurang

setuju, 27% responden yang menyatakan setuju, dan 65% responden yang menyatakan sangat setuju.

11. Pada pernyataan 11 (Ayu Ting-ting memiliki keterampilan dalam menyanyikan Jinggle Sarimi isi dua), dimana 5% responden menyatakan kurang setuju, 24% responden menyatakan setuju, dan 71% responden menyatakan sangat setuju.

e. Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Distribusi jawaban responden terhadap 5 butir pernyataan, yaitu: Tabel 4.10

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)

No. Item Pernyataan

STS TS KS S SS Total

Responden

Total % F % F % F % F % F %

1 0 0 0 0 3 3 42 42 55 55 100 100 2 0 0 0 0 2 2 41 41 57 57 100 100 3 0 0 0 0 4 4 29 29 67 67 100 100 4 0 0 0 0 5 5 41 41 54 54 100 100 5 0 0 0 0 14 14 38 38 48 48 100

(30)

Dari Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa :

1. Pada pernyataan 1 (Saya menjadi tertarik membeli Sarimi isi dua karena pengaruh tayangan iklan), dimana 3% responden menyatakan kurang setuju, 42% responden menyatakan setuju, dan 55% responden menyatakan sangat setuju.

2. Pada pernyataan 2 (Sebelum membeli Sarimi isi dua saya sudah membandingkan dengan produk lain yang sejenis), dimana 2% responden menyatakan kurang setuju, 41% responden menyatakan setuju, dan 57% responden menyatakan sangat setuju.

3. Pada pernyataan 3 (Dalam melakukan pembelian Sarimi isi dua saya sudah melakukan pertimbangan manfaat sebelumnya), dimana 4% responden menyatakan kurang setuju, 29% responden menyatakan setuju, dan 67% responden menyatakan sangat setuju.

4. Pada pernyataan 4 (Saya yakin membeli Sarimi isi dua sesuai kebutuhan), dimana 5% responden menyatakan kurang setuju, 41% responden menyatakan setuju, dan 54% responden menyatakan sangat setuju.

5. Pada pernyataan 5 (Saya akan kembali membeli Sarimi isi dua), dimana 14% responden menyatakan kurang setuju, 38% responden menyatakan setuju, dan 48% responden menyatakan sangat setuju.

4.2.2 Uji Normalitas

(31)

data dengan bentuk lonceng (Situmorang et al, 2008:55). Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu analisis grafik histogram dan grafik P-plot serta analisis statistik kolmogorov-smirnov. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan histogram

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat kurva normal. Kurva normal adalah kurva yang memiliki ciri khusus dimana mean, mode, dan mediannya berada ditempat yang sama. Maka jika terjadi kemencengan pada kurva (skewness) maka data tidak berdistribusi normal.

[image:31.595.184.468.438.631.2]

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Juni 2013) Gambar 4.3

(32)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik histogram variabel keputusan pembelian berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.

1. Pendekatan Grafik

Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melakukan pendekatan grafik. Pendekatan ini dengan melihat titik-titik di sepanjang garis diagonal.

Sumber : Hasil

[image:32.595.197.468.316.500.2]

Pengolahan SPSS (Juni 2013)

Gambar 4.4 Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.4 terlihat bahwa titik mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti berdistribusi normal.

(33)
[image:33.595.134.465.194.440.2]

Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal dan histogram berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov yang merupakan uji statistik non-parametrik.

Tabel 4.11

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,56548573 Most Extreme

Differences

Absolute ,081

Positive ,048

Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z ,810

Asymp. Sig. (2-tailed) ,528

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Juni 2013)

Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,528 dan diatas nilai signifikan 0.05, dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal yang artinya H0 diterima. Nilai Kolmpgprov-smirnov Z lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiris atau dengan kata lain data dikatakan normal.

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

(34)

Keputusan Pembelian (Y), maka penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier berganda. Persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien regresi X1 = Credibility/Kredibilitas X2 = Attractiveness/Daya Tarik

X3 = Power/Kekuatan

X4 = Expertise/Keahlian

e = Standar error

[image:34.595.115.516.504.670.2]

Hasil pengolahan SPSS untuk analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,739 1,726 6,221 ,000

X1 ,190 ,090 ,159 2,096 ,039

X2 ,132 ,047 ,206 2,813 ,006

X3 ,464 ,076 ,460 6,119 ,000

X4 ,379 ,079 ,354 4,778 ,000

a. Dependent Variable: Y

(35)

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 10,739 + 0,190 X1 + 0,132X2 + 0,464X3 + 0,379X4 + e Berdasarkan persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 10,739 menunjukkan harga konstan, dimana jika variabel bebas = 0 , maka variabel terikat bernilai tetap 10,739

2. Koefisien X1 (b1) = 0,190 menunjukkan setiap peningkatan variabel X1(credibility) maka terjadi peningkatan variabel terikat sebesar 0,190. 3. Koefisien X2 (b2) = 0,132 menunjukkan setiap peningkatan variabel X2 (attractiveness) maka terjadi peningkatan variabel terikat sebesar 0,132.

4. Koefisien X3 (b3) = 0,464 menunjukkan setiap peningkatan variabel X3 (power) maka terjadi peningkatan variabel terikat sebesar 0,464. 5. Koefisien X4 (b4) = 0,379 menunjukkan setiap peningkatan variabel

X4 (expertise) maka terjadi peningkatan variabel terikat sebesar 0,379. A. Uji Hipotisis

(36)
[image:36.595.122.511.143.290.2]

1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Tabel 4.13 ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 31,092 4 7,773 23,326 ,000a

Residual 31,658 95 ,333

Total 62,750 99

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

1. Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 23,326 dengan tingakt signifikansi 0,00. Sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05

adalah 2.6. oleh karena pada kedua perhitungan yaitu F hitung > F tabel dan tingkat signifikansinya (0,00) < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen Credibility (Kredibilitas), Attractiveness (Daya Tarik), Power (Kekuatan) dan Expertise/Keahlian secara serempak adalah signifikan terhadap keputusan konsumen.

2. Uji Signifikan Parsial (Uji - t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen Credibility (Kredibilitas), Attractiveness (Daya Tarik), Power (Kekuatan) dan Expertise/Keahlian terhadap variasi variabel dependen (Keputusan Pembelian). Kriteria pengujiannya adalah:

(37)

2. H0 : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

1. H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%

2. H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5%

Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Nilai ttabel pada tingkat kesalahan (α) = 5% dengan derajat kebebasan (df) = (n – k). Jumlah sampel (n) adalah sebanyak 100 orang dan jumlah variabel penelitian (k) adalah sebanyak 2. Jadi, df = (100– 2) = 98. Dengan demikian nilai ttabel = (0,05 ; 98) adalah sebesar 1,661.

Hasil pengolahan SPSS untuk Uji t dapat dilihat dari Tabel 4.9 diatas dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Kredibilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadapt keputusan konsumen hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,039) < α

(0,05). Dan nilai t hitung (2,096) > t tabel.

2. Variabel Daya Tarik berpengaruh positif dan signifikan terhadapt

keputusan konsumen hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,006) < α (0,05).

Dan nilai t hitung (2,813) > t tabel

3. Variabel Kekuatan berpengaruh positif dan signifikan terhadapt keputusan konsumen hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) < α (0,05). Dan nilai

(38)

4. Variabel Keahlian berpengaruh positif dan signifikan terhadapt keputusan konsumen hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) < α (0,05). Dan nilai

t hitung (4,778) > t tabel.

[image:38.595.121.509.222.332.2]

3. Koefisien Determinasi (R2 Tabel 4.14

)

Model Summary Model

b

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0 1 ,704a ,495 ,474 ,577

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

1. R = 0,704 berarti hubungan antara Celebrity Endorser (Ayu Tingting) (X) terhadap keputusan pembelian konsumen Sarimi isi dua di kelurahan Pulo Brayan darat I (Y) sebesar 70,4%. Artinya hubungannya erat. Semakin besar R berarti hubungan semakin erat. Adjusted R Square sebesar 0.474 berarti 47.4% faktor-faktor keputusan pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh Credibility (Kredibilitas), Attractiveness (Daya Tarik), Power (Kekuatan) dan Expertise/Keahlian. Sedangkan sisanya 52.6% dapat dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

(39)
[image:39.595.198.426.111.300.2]

Tabel 4.15

Hubungan Antar Variabel Nilai Interpretasi 0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 – 0.59 Cukup Erat 0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat Sumber : Situmorang, (2008 : 113)

2. Nilai R Square sebesar 0,495 hal ini berarti 49,5% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel Celebrity Endorser (X) yang terdiri dari Credibility/Kredibilitas (X1), Attractiveness/Daya Tarik (X2), Power/Kekuatan (X3), Expertise/Keahlian (X4). Sedangkan sisanya 50,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditunjukkan bahwa variabel Celebrity Endorser ( Credibility (X1), Attractiveness (X2), Power (X3), Expertise

(X4)) berpengaruh positif (thitung > ttabel ) dan signifikan (signifikansi 0,000 di bawah nilai 0,05) terhadap variabel keputusan pembelian sarimi isi 2. Hal ini terlihat dari regresi linear berganda dimana diperoleh persamaan:

Y = 10,739 + 0,190 X1 + 0,132X2 + 0,464X3 + 0,379X4 + e

(40)

koefisien X1 sebesar 0,190. Artinya jika variabel celebrity endorser ditingkatkan, maka akan meningkatkan credibility sebesar 0,190. Nilai koefisien X2 sebesar 0,132 menunjukkan peningkatan attractiveness setiap peningkatan satu satuan celebrity endorser. Nilai koefisien X3 sebesar 0,464 menunjukkan peningkatan

power sebesar 0,464 setiap peningkatan celebrity endorser. Nilai koefisien X4 sebesar 0,379 artinya peningkatan variabel celebrity endorser akan meningkatkan expertise sebesar 0,379.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantatif, uji normalitas, metode analisis regresi linear berganda, uji signifikan parsial (uji-t), uji R dan koefisien determinasi (R2

Hasil analisis deskriptif responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari responden wanita.

). Pada metode analisis desktiptif diperolleh informasi dari responden melalui kuesioner yang berisikan karakteristik responden yang ditetapkan, yaitu: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi mengosumsi sarimi isi 2. Responden dalam penelitian ini adalah warga di Keluraha Pulo Bryan Darat I, Medan. Pengolahan data dilakukan dengan bantukan aplikasi software Statistic Package and Sosial Science (SPSS) 18.0 for windows.

(41)

Hasil analisis deskriptif responden berdasarkan tingkat pendidikan, kebanyakan responden dengan tingkat pendidikan yaitu 53% dari total responden.

Hasil analisis deskiptif responden berdasarkan pekerjaan, kebanyakan responden (44%) berada pada pekerjaan lain-lain diantaranya: Ibu rumah tangga, tukang kayu, tukang becak, dan lain-lain. Dengan demikian, mereka lebih memiliki banyak waktu untuk menyaksiakn iklan sarimi isi 2 dan tertarik untuk mengosumsinya.

Hasil analisis desktiptif responden berdasarkan frekuensi mengosumsi, kebanyakan responden mengosumsi sarimi isi 2 antara 2-4 bungkus per bulan.

Hasil analisis kuantitatif yaitu skor tertinggi pada sub variabel nilai adalah nilai yang diberikan pada sub variabel hampir sama dimana tidak ada sub variabel yang berada dibawah hasil ragu-ragu, baik dari celebrity endorser maupun keputusan pembelian. Pada umumnya reponsen memberi nilai yang baik pada setiap sub variabel pada variabel celebrity endorser dan keputusan pembelian.

Hasil distribusi jawaban responden terhadap variabel bebas (X), yaitu celebrity endorser menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan

setuju dan sangat setuju dengan butir-butir pernyataan pada kuesioner penelitian. Hal ini menunjukkan celebrity endorser yang dibentuk dari credibility, attractiveness, power, dan expertise adalah baik.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisi yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Credibility, attractiveness, power, expertise secara serempak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian yang didapat dari konsumen sarimi isi 2 di Kelurahan Pulo Bryan Darat I Medan. Secara parsial variabel expertise yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian (rata-rata 69%), diikuti oleh variabel power (rata-rata 61%), variabel credibility (rata-rata 54,75%), dan variabel attractiveness yang berpengaruh paling kecil (rata-rata 52,66%) dalam memberikan keputusan pembelian sarimi isi dua.

Variabel credibility dan attractiveness berpengaruh kecil karena credibility dan attractiveness yang diperoleh dari pelanggan berbeda-beda dari persepsi setiap pelanggan, sehingga kepuasan yang didapat dari kedua variabel tersebut juga berbeda-beda sesuai dengan persepsi pelanggan tersebut.

(43)

expertise (X4) sedangkan sisanya 52,6% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

1. Variabel celebrity endorser mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sarimi isi 2. Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada produsen sarini isi 2 untuk mempertahankan iklan-iklan di media periklanan.

2. Perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang terdapat didalam celebrity endorser seperti expertise dan power yang memiliki pengaruh paling dominan dari variabel celebrity endorser.

(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi

Promosi adalah suatu komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada

Sistaningrum (2002 : 98) mengungkapkan arti promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi ”konsumen aktual” maupun ”konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.

(45)

Prinsip diantara keduanya adalah sama, yaitu sama-sama menjelaskan bila produk masih baru maka perlu memperkenalkan atau menginformasikan kepada konsumen bahwa saat ini ada produk baru yang tidak kalah dengan produk yang lama. Setelah konsumen mengetahui produk yang baru, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan terbujuk sehingga beralih ke produk tersebut. Dan pada akhirnya, perusahaan hanya sekedar mengingatkan bahwa produk tersebut tetap bagus untuk dikonsumsi. Hal ini dilakukan karena banyaknya serangan yang datang dari para pesaing.

Dalam melakuka promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada empat jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler, 2001:98-100)

1. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

3. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah). 4. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar

(46)

5. Pemasaran Langsung (Direct marketing), yaitu suatu bentuk penjualan perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen.

Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan berdasar tujuan yang ingin dicapai. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Customer promotion, yaitu promosi yang bertujuan untuk mendorong atau merangsang pelanggan untuk membeli.

2. Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang atau mendorong pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir untuk memperdagangkan barang / jasa dari sponsor.

3. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjualan.

4. Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontrak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan mendidik pelanggan.

Namun yang jelas apapun jenis kebutuhan yang akan diprogramkan untuk dipengaruhi, tetap pada perencanaan bagaimana agar perusahaan tetap eksis dan berkembang. Apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai lini produk lebih dari satu macam.

(47)

1. Bahwa bisnis perusahaan seharusnya seperti ” Portofolio Investment ”, yaitu

perlu diputuskan bisnis mana yang dapat dikembangkan, dipertahankan, dikurangi atau bahkan mungkin dihentikan. Karena tiap bisnis memiliki keuntungan masing-masing dan sumber daya perusahaan harus dikelola sesuai dengan potensi yang menguntungkan. 2. Berorientasi pada potensi keuntungan di masa depan dengan

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan. Tidak cukup dengan mengandalkan penjualan dan keuntungan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya sebagai panduan.

3. Strategi. Perusahaan harus memiliki dan menetapkan rencana kerja untuk mencapai sasaran jangka panjang dengan melihat posisi industri (lihat Identifikasi Pesaing), sasaran, peluang keahlian serta sumber daya perusahaan.

Di samping tiga gagasan utama di atas, perlu pula dilakukan analisa atau pendekatan-pendekatan untuk menanggapi adanya perubahan-perubahan pada kondisi pasar yang bisa berdampak pada faktor biaya, Tjiptono (2000 : 7- 8).

2.2 Periklanan

Sehingga dengan melakukan analisa dapat dilakukan antisipasi agar tidak keluar biaya yang tidak terkontrol yang dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan.

(48)

genre dan dengan kualitas yang baik. Setiap perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi pemasaran untuk memasarkan produknya.

Dalam melakukan kegiatan pemasarannya perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya lebih dari sekedar menciptakan dan mengembangkan suatu produk yang berkualitas, menentukan harga yang menarik, kemudian menyalurkannya kepada konsumen, tetapi perlu juga untuk berkomunikasi dengan para pelanggan mereka sekarang dan calon pelanggan mereka di masa yang akan datang. Perusahaan harus melakukan kegiatan komunikasi pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memberikan informasi kepada para konsumen mengenai produk yang dihasilkan dan memposisikan produk perusahaan tersebut

secara tepat dibenak konsumen. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkannya adalah dengan melakukan kegiatan periklanan.

Periklanan adalah suatu sarana komunikasi yang dipergunakan dalam dunia perdagangan oleh produsen terhadap konsumen yang meraih lebih banyak calon pembeli dengan biaya rendah dalam waktu yang lebih singkat, sedangkan pengaruhnya akan melekat lebih lama pada ingatan pemirsa (Russel dan Lane, 1992:183).

(49)

tentang ide, barang dan jasa dengan menggunakan media bayaran dan sponsor yang jelas (Kotler, 2003:590).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media masa seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang atau kendaraan umum. Selain itu semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Hadirnya televisi merupakan suatu media yang sangat ampuh bagi media yang lain dalam menyampaikan pesan-pesannya, karena dapat menggabungkan suara dan gambar. Didalam menyampaikan pesannya televisi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena ia memiliki sifat audio visual dan khalayak dapat menerima pesannya secara langsung, jelas ,singkat, akurat dan padat. Televisi mampu menjadi primadona dalam penayangan iklan dibandingkan media periklanan lain karena televisi memiliki tiga kelebihan (Sumartono, 2002) yaitu :

(50)

b. Dampak yang kuat. Kemampuan menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor

c. Pengaruh yang kuat. Televisi memiliki kemampuan kuat untuk mempengaruhi persepsi konsumen sasaran.

Menurut Terrance A. Shimp (2000 : 388-392 ) selain kelebihan-kelebihan yang disebutkan di atas, penggunaan media melalui televisi juga memiliki kekurangan-kekurangan dan keterbatasan-keterbatasan dalam penyampaian pesan iklan, yaitu :

1. Limited Selectivity ( Selektivitas yang terbatas )

Keterbatasan yang dimaksudkan disini adalah format program televisi yang spesifik, seperti film animasi, olahraga, berita sehingga jangkauan yang didapat terbatas kepada khalayak pemirsa program tersebut.

2. Audience Erotion ( Erosi Khalayak )

Erosi khalayak pada program-program yang ditayangkan misalnya event-event olahraga dunia seperti olympiade, atau pada penayangan malam hari di musim liburan pemirsa televise relative sedikit.

3. Relatively High Entry Cost ( Biaya Relatif Tinggi )

(51)

4. Clutter ( Keramaian Penayangan Iklan )

Keramaian yang dimaksud disini adalah pemasangan iklan pada satu jam tayang misalnya untuk satu jam tayang program ( 60 menit ), dimasukkan iklan berdurasi 30 detik dari beberapa produsen pemasang iklan, sehingga mungkin saja iklan yang ditayangkan jumlahnya mencapai puluhan iklan.

5. Brevity ( Kesingkatan Iklan )

Iklan yang sangat singkat, misalnya 10 atau 15 detik akan berbeda dengan iklan yang ditayangkan selama 30 detik karena keteringatan pemirsa akan iklan itu lebih singkat.

6. Limited Viewer Attention ( Keterbatasan Perhatian dari Pemirsa ) Keterbatasan dari pemirsa dalam menonton suatu acara di karenakan kesibukan, atau meninggalkan ruangan.

Dari uraian mengenai kekuatan dan kelemahan iklan di televisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa televisi dianggap sebagai media yang memegang peranan paling penting dibandingkan dengan media lainnya. Meskipun pemasangan melalui media televisi masih memilki beberapa kekurangan, namun banyak perusahaan menggunakan media televisi sebagai penyampaian pesan iklan. Karena penyampaian pesan dari suatu iklan melalui media televise dianggap lebih efektif dan dapat menjagkau banyak khalayak sasaran

Setelah melihat iklan konsumen akan melewati 3 (tiga) tahapan di dalam menanggapi periklanan (Pelsmacker, Geuens & Bergh, 2004), yaitu :

(52)

terhadap produk harus dibangun (Kotler, 2003). Sedangkan knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki khayalak tentang produk (Kotler, 2003).

b. Affective Stage (Tahap Afektif). Tahap ini menghasilkan respon emosional dari konsumen terhadap merek yang diiklankan dan menghasilkan sikap tertentu terhadap merek. Pada tahap ini terjadi proses liking, preference, dan conviction. Liking adalah perasaan konsumen terhadap produk (Kotler, 2003).

Preference adalah keadaan konsumen cenderung lebih menyukai suatu produk

dibadingkan dengan produk sejenis lainnya (Kotler, 2003). Sedangkan conviction merupakan proses dimana konsumen yakin akan membeli suatu produk (Kotler, 2003). Jika sudah mencapai tahap conviction biasanya opini konsumen sudah sulit diubah.

c. Conative Stage (Tahap Konatif). Tahap ini sudah merupakan perilaku yang merupakan cerminan dari tahap afektif. Konatif merupakan kecenderungan untuk merespon dalam berbagai cara mengenai obyek suatu sikap. Pada tahap ini konsumen sudah membuat keputusan pembelian. Khayalak mau membeli atau tidak membeli sebuah produk.

Dalam buku Advertising as Communication (Dyer, 1996), untuk membuat iklan yang sukses biasanya perusahaan menggunakan lima cara yaitu :

a. Menampilkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan rekomendasinya.

(53)

c. Menggunakan artis sebagai endorser untuk produk yang diiklankan, biasanya artis yang digunakan merupakan orang yang dianggap sesuai atau mewakili produk yang diiklankan.

d. Menggunakan karakter kartun yang sedang digemari atau popular. Misalnya menggunakan karakter dari film Walt Disney ( Mickey Mouse, Tom & Jerry, Donald Duck, Winnie The Pooh ).

e. Gambaran kehidupan sosial masyarakat sehari-hari. 2.3 Positioning

Positioning adalah tindakan perusahaan untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen, sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Bila sebuah merek menemukan positioning statement yang efektif, tim merek sering dan sangat bijaksana mempertahankannya dan menggunakannya lagi dan lagi, itulah inti dari positioning statement memosisikan nama merek secara kuat dalam benak orang-orang.

Perusahaan yang meneliti atau mengidentifikasi posisi pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri.

(54)

tanpa menyebut defenisi yang diberikan oleh Al-Ries dan Jack Trout, dua orang yang dianggap sebagai penemu positioning. Al-Ries dan Jack Trout (dalam Kartajaya, 2005:56) mengatakan, “positioning is not what you do to a product, positioning is what you do to the mind of the prospect. that is you position the

product in the mind of prospect”. Intinya positioning adalah menempatkan produk

dan merek kita di benak pelanggan. Dengan definisi ini Ries-Trout mengatakan bahwa perang pemasaran bukanlah terletak di pasar, tapi di benak pelanggan. Perang pemasaran adalah perang untuk memperebutkan sejengkal ruang di benak pelanggan.

Menurut Kartajaya (2005:57) positioning adalah “The strategy for leading your consumer credibly” . Positioning adalah menyangkut bagaiman perusahaan

membangun kepercayaan (trust), dan keyakinan kepada pelanggan. 2.4 Celebrity Endorser

2.4.1 Pengertian Celebrity Endorser

Celebrity merupakan salah satu unsur keberhasilan sebuah iklan. Di dalam

iklan celebrity digunakan sebagai juru bicara agar produk yang diiklankan cepat melekat dibenak konsumen (awareness) sehingga konsumen mau membeli produk tersebut. Disadari atau tidak pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik (kaum selebriti) akan mendapat perhatian yang lebih besar disamping sangat mudah diingat.

(55)

menghantarkan sebuah pesan dan/atau mendemonstrasikan suatu barang atau jasa. Sedangkan indirect source (sumber tidak langsung) disebut juga model, tidak secara langsung menghantarkan suatu pesan tetapi menarik perhatian kepada dan/atau meningkatkan daya tarik suatu iklan.

Pengertian lain Endorser adalah seseorang yang mengirim pesan atau mendemonstrasikan produk atau jasa (Belch & Belch, 2004). Endorser juga dapat didefinisikan sebagai orang yang ditampilkan dalam iklan baik sebagi announcer, presenter, spokeperson maupun karakter tertentu (Wells, Burnet dan Moriarty, 1989).

Celebrity Endorser didefinisikan sebagai setiap orang yang

populer/dikenal orang banyak dan menggunakan kepopulerannya untuk suatu produk consumer good dengan kemunculannya dalam iklan (McCracken, 1989). Endorser secara luas dapat dikelompokan ke dalam tiga kelas (Tellis, 1998), yaitu:

(56)

21) endosser merupakan hal yang penting menggunakan sumber yang memiliki keahlian dibidangnya”.

b. Celebrity (Selebritis). Celebrity (Selebritis) yaitu seseorang atau karakter yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat terutama dikarenakan oleh publisitas yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Selebritis yang menjadi endorser pada umumnya berasal dari dunia hiburan (entertainment) atau berasal dari dunia olah raga (atlet).Para selebriti banyak diminta sebagai juru bicara produk (Shimp, 2003:460). Sementara itu Suyanto berpendapat bahwa, produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan,salah satunya dengan menggunakan daya tarik para figur masyarakat. Figur masyarakat tersebut dapat seorang tokoh, bintang TV, aktor, aktris, atlet, ilmuwan dan sebagainya. Selebritis adalah pribadi (tokoh, actor, aktris, entertainer) yang dikenal masyarakat untuk mendukung suatu produk. Selebritis merupakan juru bicara produk (Suyanto 2007:158).

c. Lay Endorser. Lay Endorser yaitu seseorang atau karakter yang tidak dikenal sebelumnya,namun muncul dalam iklan. Adapun endorser yang dipilih sesuai dengan segmen sasaran. Lay Endorser bisa merupakan karakter yang nyata ataupun karakter yang tidak nyata seperti karakter yang diciptakan oleh produsen misalnya Ronald McDonald yang diciptakan oleh McD.

2.4.2 Atribut Endorser

(57)

a. Credibility. Kredibilitas adalah tingkatan dimana konsumen melihat suatu sumber (endorser) memiliki pengetahuan, keahlian atau pengalaman yang relevan dan sumber (endorser) tersebut dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang objektif dan tidak bias. Seorang sumber (endorser) yang memiliki keahlian dan atau dapat dipercaya akan lebih dapat melakukan persuasi dibandingkan dengan seorang sumber (endorser) yang kurang memiliki keahlian dan tidak dapat dipercaya. Informasi yang berasal dari sumber (endorser) yang kredibel mempengaruhi kepercayaan, pendapat, sikap, dan atau perilaku yang akan dilakukan melalui proses yang disebut internalisasi, yang mana terjadi ketika penerima pesan menyetujui pendapat dari komunikator yang kredibel sejak penerima pesan mempercayai informasi dari sumber yang akurat tersebut. Ketika penerima pesan menginternalisasikan pendapat atau sikap, maka sikap atau pendapat tersebut akan menjadi satu ke dalam sistem kepercayaan si penerima pesan dan mungkin akan dipertahankan walaupun sumber pemberi pesan tersebut telah terlupakan. Kredibilitas memiliki dua dimensi penting, yaitu:

1. Expertise, merupakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki endorser.

2. Trustworthiness, mengacu kepada kejujuran dan dapat dipercayainya seorang sumber.

b. Attractiveness (Daya tarik). Endorser dengan tampilan fisik atau nonfisik yang

(58)

untuk mencari jenis hubungan dengan sumber pesan dan mengadopsi kesamaan kepercayaan, sikap, preferensi, atau perilaku. Daya tarik endorser itu mencakup:

1. Similarity merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan pada iklan, dan sebagainya.

2. Familiarity, adalah pengenalan terhadap narasumber melalui exposure, sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat keseringan tampil di publik.

3. Likability adalah kesukaan audiens terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter personal lainnya.

c. Power adalah karisma yang dipancarkan oleh narasumber untuk dapat mempengaruhi konsumen, sehingga konsumen sasaran terpengaruh untuk membeli produk. Untuk memilih selebriti yang memiliki power haruslah tidak sekedar populer, tetapi terkadang sudah harus sampai pada pemujaan terhadap celebrity endorser oleh konsumen. Jika konsumen sudah sedemikian memuja

terhadap seorang selebriti, maka akan mudah bagi selebriti untuk mempengaruhi konsumen melakukan pembelian. Proses mempengaruhi konsumen tersebut disebut compliance.

2.4.3 Keuntungan dan Risiko Celebrity Endorser

(59)

sebagai endorser salah satu keuntungan apabila kita menggunakan celebrity sebagai endorser menurut Jewler dan Drewniany (2001) antara lain :

a. Celebrity endorser mempunyai kekuatan "menghentikan" artinya Selebriti sebagai endorser dapat digunakan untuk menarik perhatian dan membantu menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh iklan-iklan lainnya.

b. Celebrity endorser merupakan figur yang disukai dan dipuja audiens diharapkan memiliki kekaguman terhadap selebriti sebagai endorser yang akan berpengaruh pula pada produk atau perusahaan yang diiklankan. Sebelum memutuskan memilih seorang selebriti sebagai endorser, perusahaan diharuskan memeriksa dan mengukur popularitas dan daya tarik selebriti tersebut sebagai orang terkenal.

c. Celebrity endorser mempunyai keunikan karakteristik yang dapat membantu mengkomunikasikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada audiens. Selebriti sebagai endorser yang memiliki kesesuaian karakteristik dengan produk yang akan diiklankan akan lebih membantu dalam menyampaikan pesan dalam sebuah cara yang dramatis.

Ada beberapa resiko yang menimbulkan masalah dalam penggunaan celebrity sebagai endorser diantaranya:

(60)

menurunkan nilai jual mereka dan akan berdampak terhadap produk yang diiklankannya.

b. Overshadowing. Ketika suatu produk dipasarkan dan menggunakan celebrity yang sangat dominan image-nya bisa jadi image tersebut mengalahkan identitas dari produk yang di-endorse tersebut. Celebrity yang digunakan sebagai endorser dapat mendistraksi perhatian konsumen terhadap mereka yang biasa dikenal dengan istilah celebrity shadow. Konsumen bisa jadi memang memperhatikan celebrity tapi mengalami problem dalam mengingat produk apa yang mereka iklankan.

c. Over Exposure. Seorang celebrity bisa menjadi endorser berbagai macam produk sehingga tidak ada produk yang sepesifik yang dapat diasosiasikan dengannya

d. Over Usage. Digunakannya beberapa celebrity endorser untuk pemasaran

suatu produk sehingga masyarakat akan kebingungan siapa sebenarnya endorser dari produk tersebut

e. Extinction. Kontrak panjang dari seorang celebrity endorser akan menimbulkan kepunahan dalam penyerapan identitas asosiasi produk. Jika celebrity tidak dapat menstabilkan perilakunya, maka akan berakibat pada pergeseran asosiasi yang diciptakan celebrity terhadap perusahaan.

(61)

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:547), keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Engel et al.,2001).

Menurut Peter dan Olson (2000) mengemukakan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku

Menurut Engel dkk (2001) beberapa peran dalam keputusan membeli: a. Pemrakarsa : orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan

membeli produk atau jasa tertentu.

(62)

c. Pengambil keputusan : orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau sebagian dari itu, apakah akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya atau di mana membeli.

d. Pembeli : orang yang benar-benar melakukan pembelian

e. Pengguna : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Mengetahui peserta utama proses pembelian dan peran yang mereka mainkan membantu pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran.

2.5.2 Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen

Dalam mengambil keputusan pembelian, sebagian konsumen mungkin melakukan lima langkah keputusan pembelian seperti yang disebutkan sebelumnya, sebagian hanya melakukan beberapa langkah saja dan sebagian hanya melakukan langkah pembelian saja. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003) menyebutkan ada tiga tipe pengambilan keputusan konsumen, yaitu :

a. Pemecahan Masalah Diperluas (Extensive Problem Solving). Ketika konsumen tidak memiliki kriteria untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut atau tidak membatasi jumlah merek yang akan dipertimbangkan ke dalam jumlah yang mudah dievaluasi, maka proses pengambilan keputusannya disebut pemecahan masalah yang diperluas.

(63)

membutuhkan tambahan informasi untuk dapat membedakan antara berbagai merek tersebut. Dalam hal ini, konsumen menyederhanakan proses pengambilan keputusan sebagai akibat waktu dan sumberdaya yang dimiliki konsumen terbatas.

c. Pemecahan Masalah Rutin (Routinized Problem Solving). Pada tipe pemecahan masalah rutin, konsumen telah memiliki banyak pengalaman terhadap produk yang dibelinya. Dalam hal ini, konsumen telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek dan cukup mengingat kembali apa yang telah diketahui. Konsumen hanya membutuhkan sedikit informasi.

2.5.3 Proses Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2004 : 204), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian yaitu :

[image:63.595.130.507.453.510.2]

Sumber : Philip Kotler (2004)

Gambar 2.1

Model lima tahap proses pembelian

a. Pengenalan masalah, adalah proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar, bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi kearah yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini.

Perilaku Pasca Pembelian Pengenalan

Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif

(64)

b. Pencarian informasi, ialah dimana seorang konsumen mungkin terdorong kebutuhannya , atau juga mencari informasi lebih lanjut. Pencarian informasi ada dua jenis menurut tingkatannya :

1. Perhatian yang meningkat yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja.

2. Pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber.

Sementara informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu: 1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, kemasan, pajangan di toko. 3. Sumber publik : media massa, organisasi penentu, peringkat konsumen. 4. Sember pengalaman : panganan, pengkajian, dan pemakaian produk. c. Evaluasi alternatif, adalah konsumen memproses informasi tentang pilihan

merek untuk membuat keputusan akhir.

d. Keputusan pembelian, adalah pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk nilai pembelian. Biasanya ia akan memilih merek yang disukai tetapi ada pula faktor

Gambar

Tabel 3.1 Instrument Skala Likert
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
pekerjaanTabel 4.4
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya penyusunan skripsi yang berjudul

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KUALITAS PRODUK,

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya karena berkat izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi yang berjudul

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan sekripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi Harga,