SYARAF TIRUAN
PENGENALAN
PROGRAM STUDI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIRUANBACKPROPAGATIONUNTUK
PENGENALAN KARAKTERALFANUMERIK
TESIS
ANINDA MULIANI
127038015
PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
UNTUK
ALFANUMERIK
TEKNIK INFORMATIKA
PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN WIDROW
DAN ADAPTIVE LEARNING RATE PADA JARINGAN
SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK
PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INF
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN WIDROW
DAN ADAPTIVE LEARNING RATE PADA JARINGAN
SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK
PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK
TESIS
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah
Magister Teknik Informatika
ANINDA MULIANI
127038015
PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN WIDROW
JARINGAN
SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK
PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK
syarat memperoleh ijazah
PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA
PERSETUJUAN
Judul Tesis : PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN
WIDROW DAN ADAPTIVE LEARNING RATE
PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN
BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN
KARAKTER ALFANUMERIK
Kategori : TESIS
Nama Mahasiswa : ANINDA MULIANI
Nomor Induk Mahasiswa : 127038015
Program Studi : Magister (S2) Teknik Informatika
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT Prof. Dr. Muhammad Zarlis
Diketahui / Disetujui Oleh,
Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika,
Ketua,
Prof. Dr. Muhammad Zarlis
PERNYATAAN
PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN WIDROW DAN
ADAPTIVE LEARNING RATE PADA JARINGAN SYARAF
TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN
KARAKTER ALFANUMERIK
TESIS
Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, 24 Juli 2014
Aninda Muliani
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Aninda Muliani
NIM : 127038015
Program Studi : Teknik Informatika
Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak bebas Royalti Non-Eksklusif (non-Exlusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:
PENGARUH KOMBINASI ALGORITMA NGUYEN WIDROW DAN ADAPTIVE
LEARNING RATE PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION
UNTUK PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa minta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Dengan pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 24 Juli 2014
Aninda Muliani
Telah diuji pada Tanggal : 24 Juli 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Zarlis
Anggota : 1. Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT
2. Prof. Dr. Herman Mawengkang
3. Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl. Math, M.Si
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap (berikut gelar) : Aninda Muliani, M.Kom
Tempat dan Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 29 November 1986
Alamat Rumah : Jl. Surya Haji Komplek Taman Surya
Indah No.3 Medan 20371
Telepon/Faks/HP : 085214910829
E-mail : [email protected]
Instansi Tempat Bekerja : Politeknik LP3M
Alamat Kantor : Jl.Iskandar Muda No. 4-5 Medan
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri 26 Padangsidempuan TAMAT : 1999
SLTP : MTsN Model Padangsidempuan TAMAT : 2002
SLTA : SMAN 1 Plus Matauli Sibolga TAMAT : 2005
S1 : S1 Teknik Informatika UIN Jakarta TAMAT : 2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya,
sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan
ribuan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program
Magister.
2. Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.
Muhammad Zarlis atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Fasilkom-TI Universitas Sumatera Utara.
3. Ketua Program Studi Magister Teknik Informatika, Bapak Prof. Dr.
Muhammad Zarlis. Sekretaris Program Studi Teknik Informatika, Bapak M.
Andri Budiman, ST, M.Comp. Sc, MEM. Beserta seluruh Staf Pengajar
Program Studi Magister Teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
4. Terimakasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas
bimbingan, pengarahan dan dorongan yang telah diberikan selama penyusunan
tesis ini kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku
Promotor/Pembimbing Utama, demikian juga kepada Ibu Dr. Erna Budhiarti
Nababan, M.IT selaku Promotor/Pembimbing Kedua yang dengan penuh
kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya tesis ini
dengan baik.
5. Terimakasih yang tak terhingga serta penghargaan setinggi-tingginya juga
penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Tulus, Vor. Dipl. Math, M.Si, Bapak
Prof. Dr. Herman Mawengkang, dan Bapak Dr. Mahyuddin, M.IT sebagai
pembanding yang telah memberikan saran dan masukan serta arahan yang baik
demi penyelesaian tesis ini.
6. Terimakasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada suami dan kedua
memberikan dukungan penuh hingga tiada mampu penulis untuk
membalasnya.
7. Staff Pegawai Pasca Sarjana S2 Teknik Informatika serta rekan mahasiswa/i
seangkatan (2012) yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.
Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tesis
ini, sekali lagi terima kasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan.
Dengan penuh kesadaran dan rendah hati, penulis menyadari bahwa penelitian
ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan, kemampuan, dan
pengetahuan penulis. Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Sekali lagi penulis mengucapkan
terimakasih. Semoga kiranya Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan.
Medan, 24 Juli 2014
Penulis,
Aninda Muliani
ABSTRAK
Jaringan syaraf tiruan backpropagation merupakan metode yang sangat baik dalam proses pengenalan pola mengingat kemampuannya dalam mengadaptasikan kondisi
jaringan dengan data yang diberikan dengan proses pembelajaran. Selain itu,
backpropagation juga memiliki kemampuan mengurangi error dengan melakukan koreksi bobot secara terus menerus hingga mencapai target maksimal. Namun dibalik
kelebihannya tersebut, backpropagation memiliki kelemahan yang sangat menonjol, yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajaran. Untuk itu
diperlukan sebuah pengembangan metode yang dapat mempercepat proses
pembelajaran. Adaptive learning rate dan pembobotan dengan inisialisasi Nguyen-Widrow merupakan kombinasi dua metode yang dapat meningkatkan kecepatan
pembelajaran backpropagation. Aplikasi diuji pada 72 citra alfanumerik yang sudah mengalami kerusakan. Hasil pengujian yang dilakukan pada pengenalan citra
alfanumerik meningkatkan proses pembelajaran sampai dengan 15 kali lebih cepat
(dalam satuan detik), dibandingkan dengan backpropagation biasa, dengan tingkat akurasi maksimum 90%.
THE EFFECT OF NGUYEN WIDROW AND ADAPTIVE LEARNING RATE COMBINATION IN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORKS FOR
ALPHANUMERIC RECOGNITION
ABSTRACT
Backpropagationneural networkis anexcellent methodin pattern recognition process
due to it’sability inadaptingnetwork conditions withdata providedthroughthe
learningprocess. In addition, the backpropagationcan minimize the network error by
performing errorcorrectioncontinuouslyuntil it reaches themaximum target. However,
behindtheseadvantages, backpropagationhas the really stands out disadvantage, that it
takesa long timein the learning process. So it needsadevelopingmethod
thatcanacceleratethe learningprocess. Adaptivelearning rateandweighting
byNguyen-Widrow initializationis a combinationof twomethodsthatcanincrease thespeed
ofbackpropagationlearning. This method has been tested on 72 brokenimages of
alphanumeric. Results ofthe tests improvethe learningprocessup to 15times faster(in
seconds), comparedwiththe standardbackpropagation, witha maximumaccuracy rate
of90%.
Keywords: Image recognition, Backpropagation, Adaptivelearning rate,
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN ii
PERNYATAAN ORISINALITAS iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI iv
PANITIA PENGUJI v
RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN. 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
1.6. Sistematika Penulisan 3
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1. Citra Digital 5
2.2.1 Grayscaling 5
2.2.2 Binarization 5
2.2.3 Image Thinning 5
2.2. Jaringan Syaraf Biologi 6
2.3. Jaringan Syaraf Tiruan 8
2.3.2 Bentuk dan Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan 11
2.3.3 Fungsi Aktivasi 13
2.4. Proses Pembelajaran 16
2.4.1. Proses Pembelajaran Terawasi 17
2.4.2. Proses Pembelajaran Tidak Terawasi 18
2.5. Backpropagation 18
2.6. Adaptive Learning Rate 18
2.7. Inisialisasi Pembobotan Nguyen Widrow 19
2.8. Riset-Riset Terkait 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22
3.1. Spesifikasi Perangakat Keras dan Perangkat Lunak yang Digunakan 22
3.2. Data yang Digunakan 22
3.3. Pra-Pengolahan Citra 23
3.3.1. Normalisasi (Scaling) 23
3.3.2. Pembentukan Matriks Biner 24
3.3.3. Pembentukan Matriks Tulang 25
3.3.4. Ekstraksi Fitur 27
3.4. Pelatihan Jaringan Menggunakan Nguyen Widrow dan Adaptive
Learning Rate 28
3.5. Perancangan Jaringan Propagasi Balik 31
3.5.1. Arsitektur Jaringan Propagasi Balik 31
3.5.2. Algoritma Backpropagation 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33
4.1. Hasil Pembobotan dengan metode Nguyen Widrow 33
4.2. Hasil Trainingdata dengan Metode Nguyen Widrowdan Adaptive
Learning Rate 34
4.3. Hasil Trainingdata dengan Metode Nguyen Widrow dan Adaptive
Learning Rate 36
4.4. Pembahasan 39
4.4.1. Pembobotan Awal 39
4.4.1.2. Pembobotan Awal dengan metode Nguyen Widrow 42
4.4.2. Pelatihan (Training) Backpropagation 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1.Kesimpulan 56
5.2.Saran. 56
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 1DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS 57
DAFTAR TABEL
Hal.
TABEL 4.1 Hasil Training Data 36
TABEL 4.2 Hasil Pengujian Data 37
TABEL 4.3 Contoh pembobotan secara acak 39
DAFTAR GAMBAR
Hal.
GAMBAR 2.1 NeuronBiologis 8
GAMBAR 2.2 NeuronBuatan 8
GAMBAR 2.3 Struktur neuronjaringan saraf 10
GAMBAR 2.4 Neuron berinput tunggal 12
GAMBAR 2.5 Jaringan Saraf multilayer 13
GAMBAR 2.6 Fungsi Undak Biner 14
GAMBAR 2.7 Fungsi Threshold 14
GAMBAR 2.8 Fungsi Aktivasi Bipolar 15
GAMBAR 2.9 Fungsi Aktivasi Bipolar (dengan threshold) 15 GAMBAR 3.1 Diagramgaris besar sistem; a) Pelatihan, b) Pengujian 23
GAMBAR 3.2 Tahapanpra-pengolahan citra 23
GAMBAR 3.3 Citra hasil normalisasi; a) citra asal, b) citra hasil normalisasi 24
GAMBAR 3.4 Citra hasil binerisasi 24
GAMBAR 3.5 Diagram Pembentukan Matriks Biner 25
GAMBAR 3.6 Pembentukan matriks tulang; a) citra biner, b) citra hasil thinning 26
GAMBAR 3.7 Citra hasil ekstraksi fitur 27
GAMBAR 3.8 Diagram ekstraksi fitur 27
GAMBAR 3.9 Diagram alur proses training citra alfanumerik 30
GAMBAR 3.10 Arsitektur Jaringan 31
GAMBAR 4.1 Bobot akhir yang disimpan pada saat proses training 34
GAMBAR 4.2 Proses pada saat training 35
ABSTRAK
Jaringan syaraf tiruan backpropagation merupakan metode yang sangat baik dalam proses pengenalan pola mengingat kemampuannya dalam mengadaptasikan kondisi
jaringan dengan data yang diberikan dengan proses pembelajaran. Selain itu,
backpropagation juga memiliki kemampuan mengurangi error dengan melakukan koreksi bobot secara terus menerus hingga mencapai target maksimal. Namun dibalik
kelebihannya tersebut, backpropagation memiliki kelemahan yang sangat menonjol, yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajaran. Untuk itu
diperlukan sebuah pengembangan metode yang dapat mempercepat proses
pembelajaran. Adaptive learning rate dan pembobotan dengan inisialisasi Nguyen-Widrow merupakan kombinasi dua metode yang dapat meningkatkan kecepatan
pembelajaran backpropagation. Aplikasi diuji pada 72 citra alfanumerik yang sudah mengalami kerusakan. Hasil pengujian yang dilakukan pada pengenalan citra
alfanumerik meningkatkan proses pembelajaran sampai dengan 15 kali lebih cepat
(dalam satuan detik), dibandingkan dengan backpropagation biasa, dengan tingkat akurasi maksimum 90%.
THE EFFECT OF NGUYEN WIDROW AND ADAPTIVE LEARNING RATE COMBINATION IN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORKS FOR
ALPHANUMERIC RECOGNITION
ABSTRACT
Backpropagationneural networkis anexcellent methodin pattern recognition process
due to it’sability inadaptingnetwork conditions withdata providedthroughthe
learningprocess. In addition, the backpropagationcan minimize the network error by
performing errorcorrectioncontinuouslyuntil it reaches themaximum target. However,
behindtheseadvantages, backpropagationhas the really stands out disadvantage, that it
takesa long timein the learning process. So it needsadevelopingmethod
thatcanacceleratethe learningprocess. Adaptivelearning rateandweighting
byNguyen-Widrow initializationis a combinationof twomethodsthatcanincrease thespeed
ofbackpropagationlearning. This method has been tested on 72 brokenimages of
alphanumeric. Results ofthe tests improvethe learningprocessup to 15times faster(in
seconds), comparedwiththe standardbackpropagation, witha maximumaccuracy rate
of90%.
Keywords: Image recognition, Backpropagation, Adaptivelearning rate,
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Jaringan saraf tiruan (JST)sebagai salah satu sistem pengolah informasi yang memiliki
karakteristik kinerja menyerupai jaringan saraf biologis berkembang sangat pesat.
Perkembangan ini seiring dengan munculnya berbagai masalah yang tidak dapat
diselesaikan secara efisien oleh proses komputasi konvensional, karena algoritma
yang ada tidak dapat diformulasikan secara eksplisit dan membutuhkan informasi
dalam jumlah yang besar. (Kristanto, 2004)
Ada beberapa metode dalam jaringan saraf tiruan, salah satunya adalah metode
backpropagation. Backpropagation merupakan algoritma terbaik di antara algoritma lainnya, seperti perceptron dan delta rule (Mutasem, 2009). Backpropagation juga merupakan metode yang sangat baik dalam proses klasifikasi mengingat
kemampuannya dalam mengadaptasikan kondisi jaringan dengan data yang diberikan
dengan proses pembelajaran (Kristanto, 2004). Ciri dari metode ini adalah
meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Dengan kata lain, backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam dua arah yaitu arah mundur (backward) dan perambatan maju (forward propagation), ini memungkinkan pembentukan jaringan yang lebih baik dari metode
yang lain. Namun dibalik kelebihannya tersebut, backpropagation memiliki kelemahan yang sangat menonjol, yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
proses pembelajaran (Haykin, 2008).
Adaptive learning rate memiliki pengaruh yang cukup baik, dimana nilai error akan lebih cepat menuju global optima (Moreira & Fiesler, 1995). Namun peningkatan
kecepatan yang diberikan tidaklah signifikan sehingga diperlukan penambahan
pengembangan lainnya yang juga terfokus pada mempercepat proses iterasi jaringan.
Metode lain yang dapat digunakan adalah metode pembobotan dengan inisialisasi
Nguyen-Widrow. Waktu pembelajaran propagasi balik yang bobot dan biasnya
diinisialisasi dengan teknik Nguyen-Widrow lebih cepat dibandingkan bila
diinisialisasikan secara acak. (Puspitaningrum, 2006)
Jaringan saraf tiruan, selama ini banyak diterapkan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tentang pengenalan pola (pattern recognition), signal processing dan peramalan (Purnomo, 2001). Salah satu contoh aplikasi pengenalan pola yang cukup kompleks adalah pengenalan karakter alfanumerik ([‘A’….’Z’] dan
[‘0’…’9’]. (Puspitaningrum, 2006)
Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian menggunakan kombinasi algoritma
Nguyen Widrow dan adaptive learning rate yang meneliti tentang sejauh mana pengaruh kedua algoitma tersebut pada jaringan syaraf tiruanbackpropagation dapat mempercepat pengenalan pola karakter alfanumerik. Karenanya judul penelitian tesis
yang diusulkan adalah “Pengaruh Kombinasi Algoritma Nguyen Widrow Dan
Adaptive Learning Rate Pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk
Pengenalan Karakter Alfanumerik”.
1.2. Perumusan Masalah
Pengenalan karakter menggunakan pembelajaran backpropagation biasa masih tergolong lambat, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan
kecepatan proses pembelajaran dalam mengenali karakter alfanumerik.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini telah ditentukan batasan-batasan dari topik yang dibahas
sehingga cakupan pembahasan tidak terlalu luas dan fokus utama penelitian tidak
menjadi kabur. Beberapa batasan masalah yang ditentukan pada penelitian ini
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra digital. Pengaruh
kombinasi algoritma Nguyen-Widrow dan adaptive learning rate pada jaringan syaraf backpropagationakan menjadi topik utama pada penelitian ini. 2. Implementasi penelitian dilakukan pada jaringan syaraf backpropagation dengan pengembangan metode Nguyen-Widrow dan adaptive learning rate dalam mengenali karakter alfanumerik.
3. Ukuran default huruf atau angka adalah tinggi 10 piksel dan lebar 10 piksel.
4. Citra karakter yang digunakan adalah huruf kapital dan angka dengan tipe
tulisan Arial.
1.4.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengenali karakter alfanumerik dengan pembelajaran
backpropagation menggunakan algoritma Nguyen-Widrow dan adaptive learning rate.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan algoritma Nguyen
Widrow dan adaptive learning rate terhadap kecepatan mencapai ketelitian pada jaringan syaraf tiruan backpropagation dalam mengenali karakter alfanumerik.
2. Menambah wawasan penulis dalam penggunaan jaringan syaraf tiruan untuk
mengenali pola.
1.6.Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini menggunakan sistematika penulisan yang membagi pembahasan
penelitian dalam lima bagian utama, yang terdiri atas :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tesis.
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan untuk memahami permasalahan
yang berkaitan dengan pengenalan karakter citra alfanumerik menggunakan metode
Nguyen-Widrow dan adaptive learning rate pada jaringan syaraf tiruan backpropagation.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan perancangan
dari sistem yang dibangun serta spesifikasi kebutuhan perangkat keras dari sistem.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang didapat dan pembahasan
mengenai hasil tersebut.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan berisi saran yang diberikan untuk
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Citra Digital
Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan
y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau tingkat
keabuan citra pada koordinat x dan y. Sedangkan image processing adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengolah atau memanipulasi gambar dalam bentuk dua
dimensi. Image processing dapat juga dikatakan segala operasi untuk memperbaki,
menganalisa, atau mengubah suatu gambar (Gonzales & Woods, 2002).
2.1.1. Grayscaling
Grayscalingmerupakan proses perubahan nilai pixel dari warna (RGB) menjadi grey-level (Gonzales & Woods, 2002). Pada dasarnya proses ini dilakukan dengan meratakan nilai pixel dari 3 nilai RGB menjadi 1 nilai. Untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, nilai pixel tidak langsung dibagi menjadi 3 melainkan terdapat presentasi
dari masing-masing nilai tersebut. Untuk mengubah gambar RGB menjadi grayscale dapat menggunakan rumus Wu (2007) yaitu : Gray = 0.2989 * R + 0.5870 * G +
0.1140 * B
Keterangan :
R = Red (merah)
G = Green (hijau)
B = Blue (biru)
2.1.2. Binarization
Gambar hitam putih relatif lebih mudah dianalisa dibandingkan dengan gambar
berwarna. (Wu, 2007). Karena itu sebelum dianalisa, gambar dikonversikan terlebih
dahulu menjadi binary image. Proses konversi ini disebut binarization. Dalam proses binerisasi, warna yang ada dikelompokkan menjadi 0 (hitam) dan 1 (putih).
pixel lebih besar sama dengan level, maka nilai outputnya adalah 1, dan sebaliknya,
jika nilai pixel lebih kecil dari level, maka nilai outputnya adalah 0.
2.1.3. Image Thinning
Thinning atau disebut juga skeletonizing adalah suatu metode untuk
merepresentasikan transformasi suatu bentuk gambar ke bentuk graph dengan
mereduksi informasi tertentu dalam gambar tersebut (Ahmad, 2005). Thinning ini
biasa digunakan untuk mencari bentuk dasar dari suatu gambar dengan
menghilangkan informasi yang tidak diperlukan.
2.2. Jaringan Syaraf Biologi
Otak manusia berisi sekitar 10 milyar sel saraf atau neuron-neuronyang membentuk jaringan dan berfungsi memroses informasi yang masuk. Sekumpulan neuron (saraf) yang saling terhubung ini berfungsi untuk memberikan sebuah tanggapan atas sebuah
rangsangan yang mengenainya. Setiap rangsangan memiliki tanggapan-tanggapan
tersendiri dari sebuah neuron tersebut terhadap jenis rangsangan yang mengenainya (Kristanto, 2004).
Sebuah neuron memiliki 3 tipe komponen yaitu dendrit (bagian yang menerima rangsang dari axon), soma (badan sel saraf) dan axon (bagian sel yang berhubungan dengan dendrit sel saraf lain dan membentuk simpul yang disebut sinapsis). Dendrit dapat menerima banyak sinyal dari neuron lain. Sinyal adalah impuls listrik yang dipancarkan menyebrangi celah sinapsis yang disebabkan proses
kimia. Tindakan dari pancaran proses kimia mengubah sinyal yang datang (secara
khas, dengan penskalaan frekuensi sinyal yang diterima). Proses tersebut sama dengan
sifat bobot dalam jaringan saraf tiruan (Puspitaningrum, 2006)
Soma, atau badan sel menjumlahkan sinyal yang datang. Ketika masukan cukup diterima, sel menjadi aktif, saat itulah sel mengirimkan sinyal melaui axonnya ke sel lain. Kejadian ini menimbulkananggapan bahwa setiap sel saraf berada dalam
keadaan aktif atau tidak aktif, pada setiap satuan waktu. Sehingga pengiriman sinyal
dikenali sebagai kode biner. Kenyataannya, frekuensi dari keadaan aktif bervariasi,
sesuai dengan kekuatan sinyal yakni kuat atau lemah magnitudenya. Pencocokan
dengan kode biner ini dilakukan untuk menentukan tahap-tahap dalam tiap waktu
diskrit dan menjumlahkan semua aktivitas (sinyal diterima atau dikirim) pada tahap
Transmisi sinyal dari neurontertentu disempurnakan dengan hasil kerja energi potensial neuron yang disebabkan perbedaan konsentrasi ion-ion dari setiap sisi sarung pelindung axon neuron (sumsum otak manusia). Ion-ion kebanyakan secara langsung melibatkan zat-zat potassium, sodium dan klorida.
Beberapa fitur penting proses elemen dari jaringan saraf tiruan yang berasal dari cara
kerja jaringan saraf biologi :
a. Elemen pemroses menerima beberapa sinyal.
b. Sinyal memungkinkan dimodifikasi oleh bobot pada sinapsis penerima.
c. Elemen pemroses menjumlahkan bobotinput.
d. Dalam lingkungan yang sesuai (jumlah input yang sesuai), neuron mengirimkan outputtunggal.
e. Output dari neuron khusus memungkinkan dipindahkan ke beberapa neuron lain (melalui cabang axon).
Beberapa fitur jaringan saraf tiruan yang dipelajari darineuronbiologi:
a. Pemrosesan informasi bersifat lokal (meskipun cara berbeda dalam proses
transmisi, seperti aksi beberapa hormon, memungkinkan penganjuran cara control
proses yang bersifat keseluruhan).
b. Memori terdistribusi :
1. Memori yang berjangka panjang berada dalam sinapsis neuron atau bobot. 2. Memori jangka pendek merespon sinyal kiriman oleh neuron.
c. Kekuatan sinapsis dapat dimodifikasi oleh pengalaman.
d. Neuronpengirim untuk sinapsis mungkin bersifat pengeksitasi atau penghambat. Karakteristik penting lain jaringan saraf tiruan yang merupakan bagian dari sistem
saraf biologi adalah toleransi kesalahan/kekurangan data. Sistem saraf biologi
memiliki toleransi kesalahan dalam 2 aspek :
a. Dapat mengenali banyak input sinyal yang beberapa diantaranya berbeda dengan
yang pernah dikenali sebelumnya. Sebagai contoh kemampuan manusia untuk
mengenali seseorang dari suatu gambaran atau mengenali seseorang setelah
periode yang lama.
Adapun perbandinga
dan gambar 2.2.
2.3. Jaringan Syaraf Tiruan
Artificial Neural Network dari Artificial Intelligence.
memiliki karakteristik menyerupai
juga Haykin (2008) menyata
untuk memodelkan cara otak
Mesin ini memiliki kemampuan
dan menjadikan pengetahuan yang dimili
Jaringan syaraf merupakan
mencoba mensimulasikan
digunakan karena jaringan
komputer yang mampu menyelesaikan
pembelajaran (Kristanto, 2004)
perbandingan kedua jaringan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.1 Neuron Biologis
Gambar 2.2.NeuronBuatan
ngan Syaraf Tiruan
Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan informasi
karakteristik menyerupai jaringan syaraf biologi (Fausett, 1994).
(2008) menyatakan bahwa JST adalah sebuah mesin yang
cara otak manusia mengerjakan fungsi atau tugas-tugas
memiliki kemampuan menyimpan pengetahuan berdasarkan
enjadikan pengetahuan yang dimiliki menjadi bermanfaat.
syaraf merupakan representasi buatan dari otak manusia
mensimulasikan proses pemebelajaran otak manusia tersebut. Istilah
jaringan saraf diimplementasikan dengan menggunaka
mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama
ran (Kristanto, 2004)
pada gambar 2.1
h salah satu cabang
pemrosesan informasi yang
(Fausett, 1994). Demikian
mesin yang dirancang
tugas tertentu.
berdasarkan pengalaman
manusia yang selalu
tersebut. Istilah buatan
menggunakan program
Jaringan Saraf Tiruan merupakan sistem pemrosesan informasi yang memiliki
karakteristik kemampuan yang secara umum mirip dengan jaringan saraf biologi.
Jaringan saraf tiruan telah dikembangkan sebagai turunan model matematika dari
kesadaran manusia atau saraf biologis, karena berdasar pada asumsi bahwa:
a. Pemrosesan informasi terjadi pada beberapa elemen sederhana yang disebut
neuron.
b. Sinyal lewat diantara neuronmenciptakan jaringan koneksi.
c. Setiap koneksi penghubung memiliki bobot yang terhubung, yang dalam jaringan
saraf tertentu mengalikan sinyal yang ditransmisikan.
d. Setiap neuron mempunyai fungsi aktrivasi (biasanya non linier) pada jaringan inputnya (jumlah dari bobot sinyal input) untuk menentukan sinyal outputnya. Karakteristik dari jaringan saraf tiruan adalah :
a. Pola hubungan antar neuron( yang menjadi arsitekturnya).
b. Metode penentuan bobot dalam koneksi (disebut sebagai proses latihan,
pembelajaran, atau Algoritma ).
c. Fungsi aktivasi.
Jaringan saraf biologis terdiri atas sel–sel yang disebut neuron. Pada jaringan saraf tiruan, juga terdapat istilah neuron atau sering disebut unit, sel, node. Setiap neuron terhubung dengan neuron–neuron yang lain melalui layer dengan bobot tertentu. Bobot disini melambangkan informasi yang digunakan oleh jaringan untuk
menyelesaikan persoalan. Pada jaringan saraf biologis, bobot tersebut dapat
dianalogikan dengan aksi pada proses kimia yang terjadi pada synaptic gap. Sedangkan neuron mempunyai internal state yang disebut aktivasi. Aktivasi merupakan fungsi dari inputyang diterima. Suatu neuronakan mengirimkan sinyal ke neuron–neuron yang lain, tetapi pada suatu saat hanya ada satu sinyal yang dikeluarkan walaupun sinyal tersebut ditransmisikan ke beberapa neuron yang lain. Sistem jaringan saraf banyak digunakan dalam berbagai bidang antara lain
kedokteran, bisnis, keuangan, maupun elektronika termasuk pemrosesan sinyal dan
sistem kontrol. (Heaton, 2008)
2.3.1. Komponen Jaringan Saraf Tiruan
Ada beberapa tipe jaringan saraf, tetapi hampir semuanya memiliki komponen–
bobot bobot Input
dari neuron –
Output ke neuron – neuron
beberapa neuron, dan ada hubungan antara neuron–neuron tersebut. Neuron–neuron tersebut akan mentransformasikan informasi yang diterima melalui sambungan
keluarnya menuju ke neuron–neuron yang lain. Pada jaringan saraf, hubungan ini dikenal dengan nama bobot. Informasi tersebut disimpan pada nilai tertentu pada
bobot tersebut. Pada gambar 2.3 menunjukkan struktur neuronpada jaringan saraf.
Gambar 2.3 Struktur neuronjaringan saraf
Jika kita lihat, neuron buatan ini sebenarnya mirip dengan sel neuron biologis. Neuron-neuronbuatan tersebut mempunyai cara kerja yang sama pula dengan neuron - neuron biologis. Informasi (disebut: input) akan dikirim neuron dengan bobot kedatangan tertentu. Input ini akan diproses suatu fungsi perambatan yang akan menjumlahkan nilai–nilai semua bobot yang datang. Hasil penjumlahan ini kemudian
akan dibandingkan dengan suatu nilai ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktivasi setiap neuron. Apabila input tersebut melewati suatu nilai ambang tertentu, maka neurontersebut akan diaktifkan, tetapi kalau tidak, neuron tersebut tidak akan diaktifkan. Apabila neuron tersebut diaktifkan, maka neuron tersebut akan mengirimkan output melalui bobot–bobot outputnya ke semua neuron yang berhubungan dengannya.
Pada jaringan saraf, neuron–neuron akan dikumpulkan dalam lapisan–lapisan (layer) yang disebut dengan lapisan neuron (neuron layers). Biasanya neuron–neuron pada satu lapisan akan dihubungkan dengan lapisan–lapisan sebelum dan sesudahnya
(kecuali lapisan input dan lapisan output). Informasi yang diberikan pada jaringan saraf akan dirambatkan dari lapisan ke lapisan, mulai dari lapisan input sampai ke lapisan outputmelalui lapisan yang lainnya, yang sering dikenal dengan nama lapisan tersembunyi (hidden layer). Tergantung pada algoritma pembelajarannya, bisa jadi informasi tersebut akan dirambatkan secara mundur pada jaringan. Beberapa jaringan
saraf ada juga yang tidak memiliki lapisan tersembunyi, dan ada juga jaringan saraf
dimana neuron–neuronnya disusun dalam bentuk matriks.
Σ
Fungsi aktivasi2.3.2. Bentuk Dan Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan
Pada umumnya neuron yang terletak pada lapisan yang sama akan memiliki keadaan sama. Faktor terpenting dalam menentukan kelakuan suatu neuron adalah fungsi aktivasi dan pola bobotnya. Pada setiap lapisan yang sama, neuron–neuron akan memiliki fungsi aktivasi yang sama. Apabila neuron–neuron dalam suatu lapisan (misalkan lapisan tersembunyi) akan dihubungkan dengan neuron–neuron pada lapisan yang lain (misalkan lapisan output), maka setiap neuronpada lapisan tersebut (misalkan lapisan tersembunyi) juga harus dihubungkan dengan lapisan lainnya
(misalkan lapisan output). Ada beberapa bentuk arsitektur jaringan saraf, antara lain: a. Jaringan dengan lapisan tunggal (single layer net)
Jaringan ini hanya memiliki satu lapisan dengan bobot–bobot terhubung. Jaringan ini
menerima input yang kemudian secara langsung akan mengolahnya menjadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi.
Sebuah neuron berinput tunggal diperlihatkan pada gambar 2.4. Input skalar p dikalikan dengan skalar weight w untuk kodisi (bentuk) wp, salah bentuk ini yang dikirim ke dalam penjumlah. Input yang lain, 1, adalah dikalikan dengan biasb dan dilewatkan ke dalam penjumlah. Output dari penjumlah n sering kali digunakan sebagai input net, yang berjalan ke dalam fungsi transfer f, yang menghasilkan output neuron skalar a. (“fungsi aktivasi” disebut juga fungsi transfer dan “offset” disebut juga bias).
Gambar 2.4 Neuron berinput tunggal
Output neuron dihitung sebagai berikut:
wp b
fa ……… (2.1)
Jika untuk sesaat, w3,p2 dan b1.5, kemudian
32 1.5
f
4.5 fa ……… (2.2)
Output nyata bergantung pada fakta-fakta fungsi transfer yang dipilih. Bias lebih mirip
dengan bobot, kecuali jika mempunyai input konstan 1. Akan tetapi, jika kita tidak
menginginkan bias di dalam sebuah bagian neuron, bias ini bisa diabaikan. Penting
untuk w dan bdiatur keduanya dalam bentuk neuron berparameter skalar. b. Jaringan dengan banyak lapisan (multilayer)
Jaringan ini memiliki satu atau lebih lapisan yang terletak diantara lapisan inputdan lapisan outputnya (memiliki satu atau lebih lapisan tersembunyi). Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit dari pada
jaringan dengan lapisan tunggal, tetapi pembelajarannya lebih rumit. Jaringan ini pada
Gambar 2.5 Jaringan saraf multilayer
2.3.3. Fungsi Aktivasi
Ada beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam jaringan saraf tiruan,
antara lain:
1. Fungsi Undak Biner
Fungsi Undak Biner merupakan jaringan lapisan tunggal yang menggunakan fungsi
undak (step function) untuk mengkonversikan inputdari suatu variabel yang bernilai kontinyu ke suatu outputbiner (0 atau 1).
W2
X1 X2 X3
Z2 Z1
Y
MATRIX BOBOT KE-2 NILAI INPUT
LAPISAN INPUT
MATRIX BOBOT KE 1
LAP. OUTPUT HIDDEN LAYER
V11
V12 V21
V22
V31
V32
W1
Gambar 2.6. Fungsi Undak Biner
2. Fungsi Threshold
Fungsi undak biner dengan menggunakan nilai ambang sering juga disebut dengan
nama fungsi nilai ambang (threshold) atau fungsi Heaviside. Fungsi undak biner (dengan nilai ambang θ) dirumuskan sebagai berikut dan gambarnya dapat dilihat pada gambar 2.7:
Gambar 2.7. Fungsi Threshold
3. Fungsi Bipolar
Fungsi bipolar dengan Symetric hard limit sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner, hanya saja output yang dihasilkan berupa 1, 0, -1.
0
x
y
1
0, jika x ≤ 0
1, jika x> 0 1, jika x > 0 y =
{0, jika x ≤ 0 1, jika x> 0
0 x
[image:32.612.246.404.410.548.2]y = 0, jika x ≤ 0 y
y = 1, jika x = 0 1
y = -1, jika x < 0
0 x
[image:33.612.182.486.79.197.2]-1
Gambar 2.8. Fungsi Aktivasi Bipolar
4. Fungsi Bipolar (dengan threshold)
Fungsi bipolar dengan thresholdsebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner, hanya saja output yang dihasilkan berupa 1, 0 atau -1. Fungsi bipolar dengan nilai
ambang 0 dirumuskan pada Gambar 2.9, hanya saja output yang dihasilkan berupa 1, 0, atau –1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut:
y = 0, jika x <= 0 y
y = 1, jika x = 0 1
y = -1, jika x < 0
0 x
-1
Gambar 2.9. Fungsi Aktivasi Bipolar (dengan threshold)
5. Fungsi Linear(Identitas)
Fungsi ini memiliki nilai outputyang sama dengan nilai inputnya, dirumuskan sebagai berikut:
Y = x
6. Fungsi Saturating Linear
[image:33.612.151.492.361.515.2]outputnya akan bernilai sama dengan nilai inputnya ditambah ½. Fungsi saturating linearini dirumuskan sebagai berikut:
5 . 0 5 . 0 5 . 0 5 . 0 0 0 1 x jika x x jika x jika Y
7. Fungsi Symetric Saturating Linear
Fungsi ini akan bernilai –1 jika inputnya kurang dari –1, dan akan bernilai 1 jika inputnya lebih dari 1. Sedangkan jika nilai input terletak antara -1 dan 1, maka outputnya a0kan bernilai sama dengan nilai inputnya.
8. Fungsi Sigmoid Biner
Fungsi ini digunakan untuk jaringan saraf yang dilatih dengan menggunakan metode
backpropagation, mempunyai range 0 sampai 1. Biasanya digunakan untuk jaringan saraf yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai dengan 1, juga pada jaringan saraf yang nilai outputnya 0 atau 1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut:
y = f(x) = x e 1
1
……… (2.3)
dengan f’(x) = f(x)(1-f(x)).
9. Fungsi Sigmoid Bipolar
Fungsi ini hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, tetapi outputfungsi ini memiliki range 1 sampa –1. Fungsi ini dirumuskan sebagai berikut:
y = f(x) = x x e e 2 2 1 1 ……… (2.4)
2.4. Proses Pembelajaran
Pada otak manusia, informasi yang dilewatkan dari satu neuron ke neuron yang lainnya berbentuk rangsangan listrik melalui dendrit. Jika rangsangan tersebut
Y =
{
1-1 Jika x ≥1 Jika –1 ≤ x ≤ 1
diterima oleh suatu neuron, maka neuron tersebut akan membangkitkan output ke semua neuron yang berhubungan dengannya sampai neuron tersebut sampai ke tujuannya yaitu terjadinya suatu reaksi. Jika rangsangan yang diterima terlalu halus,
maka output yang dibangkitkan oleh neuron tersebut tidak akan direspon. Tentu sangatlah sulit memahami bagaimana otak manusia itu belajar. Selama proses
pembelajaran, terjadi perubahan yang cukup berarti pada bobot–bobot yang
menghubungkan antar neuron. Apabila ada rangsangan yang sama yang diterima oleh neuron, maka neuronakan memberikan reaksi dengan cepat. Tetapi, apabila nantinya ada rangsangan yang berbeda dengan apa yang diterima oleh neuron, maka neuron akan beradaptasi untuk memberikan reaksi yang sesuai. (Heaton, 2008)
Jaringan saraf akan mencoba mensimulasikan kemampuan otak manusia untuk
belajar. Jaringan saraf tiruan juga tersusun atas neuron dan dendrit. Tidak seperti model biologis, jaringan saraf memiliki struktur yang tidak dapat diubah, dibangun
oleh sejumlah neuron, dan memiliki nilai tertentu yang menunjukkan seberapa besar koneksi antar neuron (dikenal dengan nama bobot). Perubahan yang terjadi selama pembelajaran adalah perubahan nilai bobot. Nilai bobot akan bertambah, jika
informasi yang diberikan oleh neuron yang bersangkutan tersampaikan, sebaliknya jika tidak disampaikan oleh suatu neuronke neuronyang lain, maka nilai bobot yang menghubungkan keduanya akan dikurangi. Pada saat pembelajaran dilakukan pada
input yang berbeda, maka nilai bobot akan diubah secara dinamis hingga mencapai nilai yang cukup seimbang. Apabila nilai ini telah tercapai yang mengindikasikan
bahwa tiap–tiap input telah berhubungan dengan output yang diharapkan. Ada beberapa metode untuk proses pembelajaran pada jaringan saraf tiruan ini,
diantaranya :
2.4.1. Pembelajaran Terawasi (Supervised Learning)
2.4.2. Pembelajaran Tak Terawasi (Unsupervised Learning)
Pada metode pembelajaran yang tak terawasi ini, tidak memerlukan target output. Pada metode ini, tidak dapat ditentukan hasil seperti apakah yang diharapkan selama
proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, nilai bobot disusun dalam suatu
range tertentu tergantung pada nilai input yang diberikan. Tujuan pembelajaran ini adalah mengelompokkan unit–unit yang hampir sama dalam suatu area tertentu.
Pembelajaran ini biasanya sangat cocok untuk pengelompokan (klasifikasi) pola
(Sholahudin, 2001).
2.5. Backpropagation
Metode propagasi balik merupakan metode yang sangat baik dalam menangani
masalah pola-pola kompleks. Istilah ‘propagasi balik’ diambil dari cara kerja jaringan
ini, yaitu bahwa gradien error unit-unit tersembunyi diturunkan dari penyiaran kembali error-error yang diasosiasikan dengan unit-unit output. Hal ini karena nilai target untuk unit-unit tersembunyi tidak diberikan. Metode ini menurunkan error
untuk meminimkan penjumlahan error kuadrat output jaringan. (Fredric, 2001)
2.6. Adaptive Learning Rate
Adaptive Learning Rate merupakan pendekatan atau metode yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dari parameter tingkat pembelajaran atau learning rate,
dimana tingkat pembelajaran merupakan parameter yang berfungsi meningkatkan
kecepatan belajar dari jaringan backpropagation. (Dhaneswara, 2004)
Adaptive Learning Rate muncul karena penelitian yang dilakukan pada nilai pembelajaran yang konstan menyebabkan metode jaringan backpropagation menjadi
tidak efisien, dikarenakan sangat bergantung pada nilai tingkat pembelajaran yang
dipilih. Pemilihan tingkat pembelajaran yang tidak tepat akan menyebabkan jaringan
sangat lambat mencapai local optima, karena alasan tersebut muncullah pendekatan
adaptive learning rate.
Implementasi adaptive learning rate adalah mengganti nilai learning rate yang digunakan dalam koreksi bobot pada jaringan pada tiap iterasi menggunakan
persamaan yang diusulkan oleh Plagianakos ( Plagianakos, 1998) sebagai berikut :
dimana :
wt+1 = bobot baru untuk iterasi berikutnya
wt = bobot pada iterasi saat (t) λt = adaptive learning rate
ΔE (wt
) = fungsi error pada bobot iterasi saat (t)
Sedangkan adaptive learning rate(λt) yang digunakan adalah :
(λk) =
αk, αα ≤μ
μαk−1
……… (2.6)
2.7. Inisialisasi Pembobotan Nguyen Widrow
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai bobot awal random berada dalam
interval -1 sampai dengan 1. Jika menggunakan Nguyen Widrow sebagai pembobotan
awal maka jumlah bobotnya akan disesuaikan, sehingga bobot awal dapat bertambah
maupun berkurang dari nilai awal (Puspitaningrum, 2006). Dengan pembobotan awal
menggunakan metode Nguyen Widrow maka jumlah node pada hidden layer akan menentukan besar bias yang akan digunakan dari input layer menuju hidden layer. Bobot dan Bias yang didapat dengan metode Nguyen Widrow sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain :
1. Jumlah node pada input layer
Jumlah node pada input layer juga memberikan pengaruh pada nilai bobot dan bias
yang dihasilkan dengan metode Nguyen Widrow. Jumlah node pada input layer adalah
tergantung jumlah dari input data yang diteliti.
2. Jumlah nodepada hidden layer
Jumlah node pada hidden layer sangat berpengaruh dalam menentukan nilai bobot dan
bias. Jika jumlah node pada hidden layer semakin besar maka faktor skala juga
semakin besar. Jika faktor skala besar maka nilai bobot juga akan bertambah dan
interval bias dari input layer menuju hidden layerakan semakin besar. Penambahan bias pada pembelajaran dengan metode back propagationakan meningkatkan jumlah keluaran (sinyal keluaran) dari sebuah lapisan.
Nilai awal yang digunakan dalam metode Nguyen Widrow dapat bertambah dan
berkurang. Nilai awal yang dimaksud adalah nilai yang berada pada interval -0,5 –
0,5. Hal ini disebabkan karena metode Nguyen Widrow akan menyesuaikan untuk
pengenalan pola.
Untuk mendapatkan bias dari input layer menuju hidden layer yang akan
digunakan maka terlebih dahulu dicari faktor skala. Faktor skala Nguyen-Widrow
didefinisikan sebagai:
β = (0.7 (p)1/n
)……… (2.6)
dimana :
n = banyak unit input
p = banyak unit hidden β = faktor skala
Prosedur Inisialisasi dengan menggunakan metode Nguyen Widrow.
1. Hitung nilai faktor skala (β).
Dengan faktor skala tersebut, tentukan bobot-bobot antara unit input ke unit
tersembunyi (Vij) dengan rumus :
Vij(lama) = bilangan acak antara –β dan β ……… (2.7)
2. Menghitung ||Vj||
||V1|| =√V11 + V21 + V31 + V41 + … … … + V100.1 …… (2.8)
3. Lakukan inisialisasi ulang bobot-bobot dengan cara:
Vij(baru) =β. ( )
|| || ……… (2.9)
2.8. Riset-riset Terkait
Terdapat beberapa riset yang telah dilakukan oleh banyak peneliti berkaitan dengan
metode backpropagation pada pengenalan pola dengan atau tanpa meggunakan metode Nguyen-Widrow dan adaptive learning rate seperti yang akan dijelaskan di bawah ini :
Setyo Nugroho (2005), melakukan penelitian tentang Algoritma Quickprop dan
Mutasem K.S.A, dkk (2009), meneliti tentang algoritma backpropagation dan membandingkannya dengan metode lain seperti perceptron dan delta rule, kemudian menyimpulkan bahwa algoritma backpropagation merupakan algoritma terbaik di antara algoritma lainnya.
M. Anif (2013), mengembangkan aplikasi text-recognition dengan klasifikasi neural network pada huruf hijaiyah gundul. Peneliti melakukan penelitian dengan menambahkan beberapa learning class tentang karakter huruf dan angka Arab dan menggunakan metode incremental agar dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan akan lebih efisien dalam menambah atau mengurangi fitur dari aplikasi inti.
Mufida Khairani (2013), mengembangkan metode backpropagation dengan menggunakan adaptive learning rate dalam pengenalan pola angka dan huruf. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan adaptive learning rate dapat meningkatkan kecepatan training menuju global optima, tetapi peningkatannya tidak signifikan.
Romanus Damanik (2013), melakukan penelitian tentang analisis penggunaan
algoritma Nguyen-Widrow untuk identifikasi penyakit ginjal. Pada penelitian ini
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merangkummetodologi penelitianyang membentukprogram
penelitiankeseluruhan, membahas dan menganalisis pemecahan masalahyang
dihasilkan.
3.1. Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak yang Digunakan
Spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membuat
sistem adalah sebagai berikut:
1. Prosesor Pentium Intel Core i5
2. Kapasitas Hard Disk 500 GB
3. Memory RAM yang digunakan 4 GB
4. Sistem Operasi Microsoft Windows 7
5. Tools Microsoft Visual Basic
6. Scanner Canon MP 258
3.2. Data yang Digunakan
Data dan sampel yang akan digunakan adalah citra digital yang berbentuk huruf dan
angka tipe Arial, di kertas putih dengan tinta berwarna hitam. Setelah pengambilan
data, data tersebut di-scan dan hasil scanningdisimpan dalam format jpeg.
Untuk melakukan pengenalan citra berbentuk huruf dan angka menggunakan
jaringan syaraf tiruan harus melalui tahapan tententu sehingga dapat menjadi masukan
yang baik bagi jaringan syaraf tiruan. Jumlah data yang digunakan sebanyak 26 pola
huruf alfabet dan 10 angka bertipe Arial dengan berbagai kondisi tertentu, dimana
untuk data pelatihan digunakan 3 kondisi sedangkan untuk data pengujian sebanyak 2
Berikut diagram proses secara keseluruhan :
3.3. Pra-Pengolahan Citra
Sebelum ke tahap jaringan syaraf tiruan, data yang telah diambil terlebih dahulu
dilakukan proses prapengolahan citra. Pada sistem ini prapengolahan yang dilakukan
[image:42.612.197.524.99.313.2]adalah normalisasi, binerisasi, thinningdan feature extraction.
Gambar 3.2. Tahapan pra-pengolahan citra
3.3.1 Normalisasi (Scaling)
Ukuran citra yang telah di-crop berbeda-beda sehingga belum bisa digunakan sebagai
masukan standar untuk diekstraksi. Citra tersebut haruslah dinormalisasi terlebih
dahulu yaitu dengan menggunakan ukuran citra yang sesuai untuk diekstrakkan yaitu
100x100 pixel. Contoh citra hasil pemotongan yang dinormalisasi dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
Input Citra
Pra-Pengolahan Citra
Training NN
Output
Simpan Hasil
Input Citra
Recognition NN
Output
Tampilkan Hasil
Gambar 3.1. Diagram garis besar sistem; a) Pelatihan, b) Pengujian
(a) (b)
Pra-Pengolahan Citra
[image:42.612.203.311.110.321.2]Gambar 3.3. Citra hasil normalisasi; a) citra asal, b) citra hasil normalisasi
3.3.2 Pembentukan Matriks Biner (Binarization)
Matriks biner citra ini menghasilkan citra hitam putih yang bersih dari tingkat keabuan
(grayscale). Pada tahap ini setiap nilai pixel RGB akan diambil nilai rata-ratanya untuk kemudian dicek, jika nilai yang dihasilkan kurang dari nilai threshold yang ditentukan maka nilai pixel tersebut diubah menjadi warna hitam, sebaliknya jika
lebih besar dari nilai konstan maka akan diubah menjadi warna putih. (Sutoyo, 2009)
Gambar 3.4. Citra hasil binerisasi
Jika citra dari nilai pixel pada koordinat (x,y) berwarna hitam maka nilai
matriks biner pada baris i dan kolom j adalah 1, jika sebaliknya 0. Adapun diagram
alir proses dari matriks biner ini dapat dilihat pada gambar 3.5:
[image:43.612.180.469.453.621.2]Gambar 3.5. Diagram Pembentukan Matriks Biner
3.3.3 Pembentukan Matriks Tulang (Thinning)
Tahapan selnajutnya adalah menggunakan proses thinning. Proses thinning dilakukan supaya mendapatkan kerangka dari objek karakter pada citra. Proses thinning ini bertujuan membentuk matriks dari citra tulisan tangan menjadi hanya 1 pixel.
Algoritma yang dipakai dalam proses thinning ini adalah algoritma Zhang-Suen yang
belum dimodifikasi ( Zhang dan Suen, 1984).
Algoritma Zhang Suen ini menggunakan metode paralel yang mana nilai baru
bagi setiap pixel dihasilkan dari nilai pixel pada iterasi sebelumnya. Berikut adalah
algoritma thinning dengan Zhang dan Suen :
a. Beri tanda semua pixel 8-tetangga yang memenuhi kondisi 1 sampai dengan 4
b. Hapus piksel tengahnya
c. Beri tanda semua piksel 4-tetangga yang memenuhi kondisi 5 sampai dengan 8
d. Hapus kembali piksel tangahnya
Dengan kondisi sebagi berikut :
1. 2 ≤ N(p1) ≤ 6
2. S(p1) = 1
3. p2. p4. p6= 0
4. p4. p6. p8= 0
5. 2 ≤ N(p1) ≤ 6
6. S(p1) = 1
7. p2. p4. p6= 0
8. p4. p6. p8= 0
Dimana :
N(p1) = jumlah dari tetangga p1 yang tidak nol
S(p1) = jumlah transisi 0-1 dalam urutan p2, p3, …
Penamaan piksel :
p9 p2 p3
p8 p1 p4
p7 p6 p5
[image:45.612.203.442.490.659.2]Adapun hasil penulangan (thinning) dapat dilihat pada gambar 3.6 :
Gambar 3.6. Pembentukan matriks tulang; a) citra biner, b) citra hasil thinning
3.3.4 Ekstraksi Fitur (Feature Extraction)
Pada tahap ekstraksi fitur dilakukan agar nilai yang telah dinormalisasikan dapat
membentuk sebuah nilai fitur agar mendapatkan nilai-nilai unik dari citra yang telah
mengalami proses prapengolahan citra sebelumnya. Setiap data hasil ekstraksi fitur
harus benar-benar dapat mewakili karakteristik atau keunikan dari data tersebut. Oleh
karena itu diperlukan suatu cara bagaimana agar mendapatkan nilai-nilai unik dari
data tersebut sebab data yang akan dianalisis oleh jaringan syaraf tiruan harus
direpresentasikan dengan baik ke dalam bentuk numerik ataupun biner.
Pada tahap ini, citra yang berukuran 100x100 pixel dibagi menjadi 10 baris dan 10
[image:46.612.131.521.289.405.2]kolom dengan masing-masing kolom terdapat 10 piksel, seperti berikut :
Gambar 3.7. Citra hasil ekstraksi fitur
Diagram proses ekstraksi fitur :
[image:46.612.186.493.477.631.2]Hasil dari ekstraksi fitur di atas adalah :
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
3.4. Pelatihan Jaringan Menggunakan Nguyen Widrow dan Adaptive Learning Rate
Setelah melakukan tahapan ekstraksi fitur, tahapan berikutnya yaitu klasifikasi dengan
menggunakan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. Dalam tahapan ini terhadap dua
proses yaitu proses pelatihan dan pengujian. Pada proses pelatihan dilakukan proses
pelatihan jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan nilai fitur yang didapat dari data
yang dilatih. Setelah proses pelatihan, masuk ke proses pengujian yaitu dengan
menggunakan nilai fitur yang didapatkan dari data yang diuji. Jaringan harus
dirancang terlebih dahulu sebelum data dilatih dan diuji.
Pelatihan citra dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik pada penelitian ini
menggunakan metode Nguyen-Widrow pada tahap inisialisasi bobot awal dilanjutkan
n
i ij i j
j v xv
in z
1 0 _
p
i jk i k
j w zw
in y
1 0 _
) _ ( )
(k k k
k t y f y in
j k
jk z
W
k k w
Gambar 3.9. Diagram alur proses trainingcitra alfanumerik
m
i
jk k
j w
in
1
_
) _ (
_ j j
j in f z in
i j
jk x
v
j j v
0
jk jk
jk baru w lama w w ( ) ( )
ij ij
3.5. Perancangan Jaringan Propagasi Balik
3.5.1. Arsitektur Jaringan Propagasi Balik
Jaringan syaraf tiruan yang dibangun memiliki satu lapisan input, satu lapisan
tersembunyi dan satu lapisan output dengan parameter sebagai berikut.
1. Jumlah Node pada Input Layer
Subjek penelitian ini adalah karakter alfanumerik (huruf dan angka), terdiri dari
himpunan karakter huruf besar (26 karakter) dan angka (10 karakter), sehingga
didapat 36 karakter. Berdasarkan batasan masalah yang penulis telah jabarkan, ukuran
jendela untuk tiap karakter adalah 10x10 piksel, maka jumlah node input pada
jaringan harus dapat menampung tiap nilai dari piksel karakter, sehingga jumlah node
input yang digunakan adalah 100 node.
2. Jumlah Node pada Output Layer
Output pada jaringan adalah berupa kode ASCII masing-masing karakter yaitu sebanyak 8 digit. Untuk itu harus disusun pola output biner sebanyak 8 node.
3. Jumlah Node pada Hidden Layer
Jumlah unit hidden yang digunakan adalah sebanyak 6 node.
Pada algoritma Nguyen-Widrow, semakin besar jumlah node pada hidden layermaka faktor skala juga akan semakin besar. Jika faktor skala besar maka nilai bobot juga
[image:50.612.231.415.504.695.2]3.5.2. Algoritma Backpropagation
Inisialisasi bobot (ambil bobot awal dengan nilai random yang cukup kecil).
Kerjakan langkah-langkah berikut selama kondisi berhenti bernilai FALSE : 1. Untuk tiap-tiap pasangan elemen yang akan dilakukan pembelajaran, kerjakan
:
Feedforward :
a. Tiap-tiap unit input (Xi, i=1,2,3,...,n) menerima sinyal xi dan
meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada
diatasnya (lapisan tersembunyi).
b. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,...,p) menjumlahkan
sinyal-sinyal input terbobot :
n i ij i jj v xv
in z
1 0 _
Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya :
Zj= f(z_inj)
Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan atasnya
(unit-unit output).
c. Tiap-tiap unit output (Yk, k=1,2,3,...,m) menjumlahkan sinyal-sinyal
input terbobot.
p i jk i kj w zw
in y
1 0 _
Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya :
yk=f(y_ink)
Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit dilapisan atasnya (unit-unit
output).
Backpropagation
d. Tiap-tiap unit output (Yk, k=1,2,3,...,m) menerima target pola yang
berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi error nya :
) _ ( )
(k k k
k t y f y in
Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk
j k
jk z
W
Hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk
memperbaiki nilai w0k) :
k k w
0Kirimkan kini ke unit-unit yang ada dilapisan bawahnya.
e. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,...,p) menjumlahkan delta
inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan diatasnya) :
m i jk k j w in 1 _ Kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk
menghitung informasi error :
) _ (
_ j j
j in f z in
Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk
memperbaiki nilai vij):
i j
jk x
v
Kemudian hitung koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk
memperbaiki nilai v0j):
j j v
0
f. Tiap-tiap unit output (Yk, k=1,2,3,...,m) memperbaiki bias dan
bobotnya (j=0,1,2,...,p):
jk jk
jk baru w lama w w ( ) ( )
Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,...,p) memperbaiki bias dan
bobotnya (i=0,1,2,...,n)
ij ij
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang sistem yang telah dibuat. Pembahasan meliputi
pelatihan dan pengujian yang dilakukan terhadap sistem yang dikembangkan.
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
aplikasi ini.
4.1 Hasil Pembobotan dengan Metode Nguyen Widrow
Untuk melakukan training terhadap citra alfanumerik, angka learning rate dan momentum harus diisi terlebih dahulu. Untuk metode dapat dipilih metode Nguyen
Widrow agar pembobotan jaringan diinisialisasikan menggunakan rumus Nguyen
Widrow. Penghentian program terdapat dua cara yaitu dengan penentuan maximum epochatau target erroryang telah tercapai.
Setelah data input diisi maka langkah selanjutnya adalah tahap pembobotan. Pada
tahap pembobotan akan dihitung bobot dan bias yang akan digunakan untuk pelatihan.
[image:53.612.157.488.495.626.2]Adapun gambar saat dilakukan pembobotan adalah seperti gambar 4.1 :
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bobot akhir yang berhasil disimpan setelah melakukan
training pada beberapa data training. Nilai alpha (learning rate) awal yang digunakan adalah adalah 0.1 dan target error adalah 0.001. Pembobotan yang digunakan adalah pemobotan dengan metode Nguyen Widrow. Proses training yang dilakukan akan
berhenti pada epoch 100 hal ini disebabkan pada awal proses telah ditentukan maximum epochadalah 100.
4.2Hasil Training Data dengan Metode Nguyen Widrow dan Adaptive Learning Rate
Setelah dilakukan pembobotan maka langkah selanjutnya adalah data dilatih.
Pelatihan jaringan saraf tiruan ini berfungsi untuk mengajarkan pola-pola tulisan
karakter yang ada sehingga diharapkan jaringan dapat mengenali pola-pola karakter
baru yang diberikan. Langkah terakhir adalah bobot disimpan. Cara menyimpan bobot
harus benar-benar teliti, bobot harus disimpan di tempat yang sama dan dengan nama
yang sama. Kesalahan penyimpanan bobot akan mengakibatkan sistem menggunakan
bobot yang tidak tepat (sistem akan menggunakan bobot yang sudah tersimpan
[image:54.612.202.447.414.651.2]terlebih dahulu). Proses saat dilatih dan disimpan dapat dilihat pada gambar 4.2 :
Gambar 4.2. Proses pada saat training
dengan kombinasi metode Nguyen Widrow dan adaptive learning rate dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Hasil Training Data
Input Learning Rate Momentum
Waktu Training(detik) BP Kombinasi
0 0.1 1 0.2534 0.1094
1 0.2 1 0.2688 0.1081
2 0.5 1 0.2634 0.1093
3 0.7 1 0.2713 0.1077
4 0.6 1 0.2855 0.1059
5 0.2 1 0.253 0.1006
6 0.3 1 0.2634 0.1014
7 0.4 1 0.2534 0.1089
8 0.6 1 0.2855 0.1028
9 0.8 1 0.2688 0.1009
A 0.7 1 0.27 0.101
B 0.2 1 0.2792 0.1055
C 0.3 1 0.2554 0.1053
D 0.5 1 0.2634 0.1006
E 0.7 1 0.2713 0.1014
F 0.6 1 0.2855 0.1089
G 0.4 1 0.253 0.1094
H 0.6 1 0.2792 0.1081
I 0.8 1 0.2554 0.1093
J 0.7 1 0.2634 0.1077
K 0.1 1 0.2712 0.1059
L 0.2 1 0.253 0.1006
M 0.5 1 0.2634 0.1014
N 0.7 1 0.2534 0.1089
O 0.2 1 0.2688 0.1094
P 0.3 1 0.2634 0.1081
Q 0.5 1 0.2855 0.1093
R 0.6 1 0.253 0.101
S 0.4 1 0.2792 0.1055
T 0.6 1 0.2554 0.1053
U 0.1 1 0.2688 0.1006
V 0.1 1 0.2534 0.1094
W 0.5 1 0.2792 0.1093
X 0.2 1 0.2713 0.1006
Y 0.3 1 0.2855 0.1055
4.3 Hasil Pengujian Data dengan Metode Nguyen Widrow dan Adaptive Learning Rate
Langkah selanjutnya setelah training adalah dilakukan pengujian dengan menginput
[image:56.612.128.517.183.444.2]jumlah hidden nodeyang sama pada saat training. Citra yang akan diuji kali ini adalah citra huruf dan angka jenis Arial. Proses saat pengujian adalah seperti gambar 4.3 :
Gambar 4.3. Proses saat Pengujian
Pada tahap pengujian dilakukan dengan menggunakan 72 pola, yaitu 2 jenis karakter
Arial (2x36 karakter) yang sudah mengalami perubahan kondisi tertentu untuk
dikenali oleh sistem. Hasil pengujian terhadap beberapa data uji dapat dilihat pada
[image:56.612.132.525.578.713.2]tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Data
Input Learning Rate Momentum
Waktu Training (detik)
Tingkat Pengenalan BP Kombinasi BP Kombinasi
0 0.1 1 1.3888 0.1076 8