• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK GEDE BEKASI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.I)

Oleh Heni Purningsih 1812018300174

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

PADA SISWA KELAS

I

MADRASAH IBTIDAIYAH YAHYA

PONDOK GEDE BEKASI TAHUN PELAJARAN 20T512016

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.I)

Oleh Heni Purningsih

I 81201 83001 74

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas

I

Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015-2016" disusun oleh Heni Purningsih, NIM: 1812018300174 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarla,6 April 2016 Yang Mengesahkan

Ahmad Bahtiar. M.Hum.

(4)

LEMBAR

PENGESAFIAN PENGUJI

Skripsi berjudul *Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan

Media Gambar pada Siswa Kelas

I

Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi

Tahun

Pelajaran 201512016", disusun

oleh Heni

Purningsih, NIM

1812018300174, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqasah pada tanggal 13

Mei 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikian Islam (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakart4 l3 Mei 2016 Panitia Uj ian Munaqasah

Ketua Panitia (Kajur Pendidikan Guru MI)

Dr.Khalimi. M.Ag

NIP: 196505 15 199403 1006

Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru MI Asep Ediana Latip. M.Pd.

NIP: 1 98 1 0 6232009121003

Tanggal

td

zof€

/oS

Penguji

I

Malqrun Subuki. M.Hum.

NIP: 19800305200901 101 5

Penguji

II

Dr. Nurochim. MM.

195907 15198403 I 003

Tanda Tangan

(5)

Nama

NIM

Jurusan

Alamat

Heni Pumingsih

18r2018300174

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

JL. Nangka Atas III RT 02103 Jatibening Baru, pondok Gede Bekasi

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing NIP

: Ahmad Bahtiar, M.Hum : 197601182009121002

Jurusan/Program

Studi

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (pGMI)

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi

ini

bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 6 April2016

(6)

i

ABSTRAK

Heni Purningsih NIM 1812018300174, “

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016 “. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Ahmad Bahtiar, M.Hum. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini tentang peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media gambar pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Yahya Bekasi tahun pelajaran 2015/2016. Secara umum tujuan dari penelitaian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media gambar pada siswa kelas I MI Yahya Bekasi. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I MI Yahya menggunakan media gambar. (2) Untuk mengetahui apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I MI Yahya. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan permasalahan yang muncul di dalam kelas. Penelitian ini dilakukukan dalam dua siklus. Setiap siklusnya dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), refleksi (reflecting). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca permulaan mengalami peningkatan. Saat pra siklus siswa yang nilainya diatas KKM sebanyak 37,04% dengan rata-rata nilai kelas 67,81, siklus I siswa yang nilainya diatas KKM sebanyak 70,37% dengan nilai rata-rata kelas 77,19, siklus II siswa yang nilainya diatas KKM sebanyak 96,30% dengan nilai rata-rata kelas 92,67. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa.
(7)

ii

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016 “

Salawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya serta sekalian umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Banyak hambatan yang penulis temui dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga kesulitan dapat teratasi. Penulis merasa bangga dan senang atas terselesaikannya skripsi ini. Kebanggaan dan kesenangan yang tidak akan tercapai tanpa dukungan yang tulus dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu baik dalam bentuk moral maupun materi dan kepada orang-orang yang telah berjasa memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., ketua prodi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ahmad Bahtiar, M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah dengan sabar membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang telah Bapak luangkan kepada penulis.

(8)

iii

5. Ketua Yayasan al Furqon yang telah memberikan semangat dan izinnya sehingga penulis dapat kuliah kuliah kembali menyelesaikan S1.

6. Ir. Hendra Sudrajat selaku Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Yahya, yang telah memberikan izinnya untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

7. Suamiku Wasroi dan anak-anakku tercinta (Nadya Dini Salimah, Fatah Abdurrahman, Nashrul Azmi, dan Bima Ramadhan) yang selalu mendoakan dan mendukung serta menjadi penyemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua, Ibu Maliha, yang telah memberikan dorongan dan semangatnya kepada penulis.

9. Seluruh guru dan staf Madrasah Ibtidaiyah Yahya yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tak ternilai harganya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Siti Daunah, S.Pd., sebagai kolaborator yang telah membantu penulis selama melakukan tindakan di kelas, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya 11.Rekan kuliah yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan perkuliahan, kalian semua merupakan saudara yang baru bagi penulis.

12.Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi, susunan kalimat, dan sistematika penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 6 April 2016

(9)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Kemampuan ... 5

2. Hakikat Membaca ... 6

a. Pengertian Membaca ... 6

b. Pengertian Membaca Permulaan ... 7

c. Tujuan Membaca Permulaan ... 9

d. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan di SD/MI .. 9

3. Hakikat Media Gambar ... 10

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 10

(10)

v

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 12

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 13

e. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar ... 15

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 16

C. Hipotesis Tindakan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 19

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 24

E. Tahapan Intervensi Data ... 24

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 28

G. Data dan Sumber Data ... 29

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

I. Teknik Pengumpulan Data ... 29

J. Analisis Data dan Interpretasi data ... 32

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 33

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 35

1. Gambaran Umum MI Yahya ... 35

2. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah yahya ... 35

3. Tujuan Sekolah ... 35

4. Data Tenaga Kependidikan dan Sekolah ... 36

5. Kondisi Awal Siswa Kelas 1 MI Yahya ... 38

B. Deskripsi data ... 39

C. Analisis Data ... 40

(11)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang baik merupakan hak setiap anak. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik, salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran yang terbaik sehingga siswa akan mendapat pengetahuan dan kematangan sikap. Pengetahuan dan kematangan sikap akan diperoleh jika peserta didik dapat belajar dengan baik.

Anak didik akan dapat belajar dengan baik jika proses pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan sangat berdampak pada hasil belajar anak didik. Proses pembelajaran yang terjadi sering membuat anak didik bosan, jenuh bahkan tidak ada semangat untuk belajar. Itu semua karena pendidik tidak mengaktifkan siswa, siswa hanya diajak untuk mendengarkan penjelasan guru, menghafalkan materi dan kegiatan lainnya yang membuat anak didik bosan. Pembelajaran seperti itu terjadi kareana proses pembelajarannya berpusat pada guru atau teacher center. Proses pembelajaran yang baik seharusnya berpusat pada siswa atau student center. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan menjadikan siswa aktif sehingga menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Kejenuhan anak untuk mengikuti proses pembelajaran juga bisa terjadi jika metode pembelajaran kurang bervariasi. Pendidik hanya menghadirkan beberapa metode saja yang mungkin sudah sering dilakukan, sehingga membuat anak didik menjadi bosan. Kurangnya variasi metode dalam pembelajaran akan berdampak pada motivasi dan hasil belajar siswa. Selain metode yang bervariasi penggunaan media yang tepat juga akan mempengaruhi proses pembelajaran siswa.

(13)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar harus mengembangkan empat keterampilan, yaitu keterampilan berbicara, membaca, menulis, menyimak atau mendengar.Keterampilan membaca sangat penting, karena dengan membaca siswa akan dapat mengerti ilmu yang sedang dipelajarinya. Kemampuan membaca merupakan keterampilan bagi siswa yang harus dikuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dan proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan membaca.

Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berbahasa yang selalu digandengkan dengan menyimak. Seseorang yang memiliki kemampuan membaca dan menyimak yang baik maka memudahkannya untuk dapat menyampaikan pesan atau ide kepada orang lain, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.1

Berdasarkan hasil pengamatan dan proses pembelajaran di kelas, bahwa secara umum siswa kelas 1 MI Yahya banyak yang belum memiliki kemampuan dalam membaca permulaan. Siswa mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan membaca. Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca permulaan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Dari hasil pengamatan kurangnya kemampuan siswa dalam membaca permulaan karena penggunaan metode yang digunakan belum tepat. Sudah beberapa metode digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, namun belum ada peningkatan secara signifikan. Siswa masih mengalami kesulitan untuk meningkatkan kemampuan membacanya.

1

(14)

3

Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca juga terlihat dari penggunaan media yang kurang beragam, sehingga kurangnya motivasi siswa dalam membaca. Guru masih banyak memanfaatkan media buku, papan tulis dan media lain yang kurang menarik perhatian siswa. Biasanya guru langsung mengajak siswa membaca menggunakan buku atau tulisan yang ada di papan tulis.

Selain metode dan media yang digunakan belum tepat, kurangnya kemampuan siswa dalam membaca juga terjadi karena kurangnya kerjasama orang tua dengan pihak sekolah. Orang tua biasanya menyerahkan sepenuhnya proses pembelajaran anaknya kepada sekolah. Hal ini terjadi karena orang tua merasa anaknya sudah bersekolah di sekolah fullday sehingga tanggung jawab pendidikan diserahkan sepenuhnya ke sekolah.

Kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 MI Yahya masih belum sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan, yaitu 75. Dari data yang diperoleh hanya 8 siswa dari 27 yang sudah dapat membaca sesuai indikator siswa kelas satu, 10 siswa membacanya masih terbata-bata, 7 siswa belum sesuai dengan indikator yang diharapkan.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 1 MI Yahya, peneliti akan menggunakan media gambar. Gambar merupakan media yang dapat dipergunakan untuk berbagai permainan yang dapat membuat anak didik senang melakukannya. Gambar juga merupakan sarana atau media untuk merangsang motivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan, karena dengan gambar-gambar yang yang beragam siswa akan termotivasi untuk membaca.

B.

IdentifikasiArea dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang di atas yang menjadi masalah dalam penelitan tersebut adalah:

1. Rendahnya kemampuan siswa kelas 1 MI Yahya dalam membaca permulaan 2. Kurangnya motivasi siswa dalam membaca permulaan

3. Penggunaan metode yang masih belum tepat

(15)

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Dari identifikasi masalah diatas, yang menjadi masalah dalam penelitaian adalah “Rendahnya kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 MI Yahya”. Dari masalah tersebut peneliti akan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 MI Yahya Islamic Fullday School Pondok Gede bekasi.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimana penggunaan media gambar untuk peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi.

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca menggunakan media gambar pada siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Islamic Fullday School jalan Kemang Sari I nomor 74A, Jati bening Baru, Pondok Gede, Bekasi.

F.

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran membaca permulaan.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

(16)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pengertian Kemampuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup1. Menurut Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, ”kemampuan, perihal mampu, kesanggupan, kecakapan, kekuatan, untuk mencapai cita-citanya”.2

Menurut Robbins, “kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu, 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara mental, kemampuan fisik (physical intelectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik”.3

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan itu dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia dapat melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Kemampuan awal inilah yang akan menjadikan siswa dapat mengembangkan kemampuan lebih luas lagi.

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia

2

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Edisi ketiga

3

(17)

2. Hakikat Membaca

a. Pengertian Membaca

Menurut Hodgson seperti dikutip oleh Isah Cahyani, dkk menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata atau bahasa tulis”.4 Suatu proses yang menuntut kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Menurut Novi Resmini, dkk “membaca adalah proses bahasa: anak yang akan belajar membaca harus memahami hubungan antara membaca dan bahasanya.”5

Proses karena salah satu langkahnya yang esensial adalah dengan bahasa yang dilisankan. Siswa difokuskan pada kata-kata tunggal dan huruf-huruf dalam kata kemudian membunyikannya.

Menurut Anderson dalam H.G. Tarigan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.6 Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code) yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi

4

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (UPI Press: 2007) Cet. 1, h. 98

5

Novi Resmini, Yayah Churiyah, Nenden Sundori, Membaca dan Menulis di SD Teori dan pengajaran, (UPI Press: 2006) Cet. 1, h.2

6

(18)

7

terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Menurut H.G. Tarigan “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.”7

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan membaca merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi, yang kemudian informasi tersebut disampaikan kembali dalam bentuk lisan maupun tulisan. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca selain memperoleh informasi tetapi berfungsi juga untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian sejak kelas awal SD, anak perlu mendapat latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan.

b. Pengertian Membaca Permulaan

Pada awal persekolahan murid-murid kelas 1 SD/MI dikenalkan membaca permulaan, untuk pertama kalinya para murid baru diperkenalkan dengan lambang-lambang tulis yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Sasaran utamanya adalah agar murid-murid kelas 1 Sd/MI memiliki kemampuan membaca pada tingkat dasar. Kemampuan dasar inilah yang akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain.

Menurut Solchan T.W., dkk “Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna”.8

Dalam tahap ini anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang bunyi tanpa diikuti pemahaman terhadap lambang-lambang-lambang-lambang bunyi tersebut.

7

Henry Guntur Tarigan, Ibid 8

(19)

Masih menurut Solchan T.W., dkk “Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana”.9

Kemampuan pada tahap ini yaitu kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna dan disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.

Membaca permulaan dalam Depdikbud adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa, keterampilan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya.

Menurut Akhadiah dalam Zuchdi dan Budiasih, Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading ti learn).10

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, membaca permulaan adalah kemampuan membaca dasar yang harus dikuasai oleh siswa sejak dini. Membaca permulaan merupakan tahapan proses membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Kemampuan membaca permulaan berkaitan langsung dengan seluruh proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan belajar siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan membaca siswa itu sendiri.

9 ibid 10

(20)

9

c. Tujuan Membaca Permulaan

Standar kompetensi aspek membaca di kelas 1 sekolah dasar adalah siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:

1) Membiasakan sikap membaca yang benar 2) Membaca nyaring

3) Membaca bersuara (lancar) 4) Membacakan penggalan cerita

Menurut Henry Guntur Tarigan Keterampilan membaca nyaring yang harus dikuasai siswa kelas 1 adalah:

1) Mempergunakan ucapan yang tepat

2) Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata)

3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami

4) Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik

5) Menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti: titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).11

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan mempunyai tujuan yaitu siswa diharapkan dapat membaca dengan lancar, lafal dan intonasinya tepat, serta memiliki sikap membaca yang benar.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan di SD/MI

Menurut Solchan T.W., dkk “pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas 1 SD dapat dibedakan menjadi 2 tahapan, yakni

11

(21)

belajar membaca tanpa buku, dan belajar membaca dengan menggunakan buku”.12

Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku:

Menurut Solchan T.W., dkk ada beberapa langkah dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu:

1) Menunjukkan gambar 2) Menceritakan gambar

3) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri

4) Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar

5) Membaca tulisan bergambar 6) Membaca tulisan tanpa gambar

7) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata atau kalimat dengan bantuan kartu13

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membaca permulaan ada tahapan dan langkah-langkah yang harus diikuti untuk mempermudah siswa dalam belajar membaca. Langkah-langkah ini bisa dijadikan panduan guru dalam mengajarkan siswa belajar membaca permulaan.

3. Hakikat Media Gambar a. Pengertian Media

Media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu pembelajaran, penggunaan media akan menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

12

Tatat Hartati, Ernalis, dan Yayah Churiah, Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia di Kelas rendah (Bandung:UPI Press, 2006), cet.1. h. 158

13

(22)

11

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”.14

Menurut Heinich dan kawan-kawan dalam Arsyad mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber belajar dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.15

Menurut Hindun “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran”.16

Menurut Atwi Suparman seperti dikutip oleh Pupuh Fathurrohman, dkk mendefinisikan “media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan”.17

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, media adalah alat yang dijadikan perantara oleh si pemberi informasi sehingga mudah diterima dan dimengerti oleh si penerima, sehingga si penerima memperoleh pengetahuan yang diharapkan.

b. Manfaat Media Pendidikan dalam Proses Pembelajaran

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan saja) 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti

obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerak yang terlalu

14

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), cet. 14, h. 3

15

Ibid, h. 4

16

Hindun, of cid, h.92

17

(23)

lambat atau terlalu cepat, kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat ditampilkan lagi, obje yang terlalu komplek, konsep yang terlalu luas.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, karena media pendidika berguna untuk: menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

4) Memberikan perangsang yang sama 5) Mempersamakan pengalaman 6) Memberikan persepsi yang sama18

Menurut Levie dan Letz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi media visual merupaka inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. (b) fungsiafektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. (c) fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan. (d) fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengaitkannya kembali.19

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah:

1) Menarik perhatian siswa

2) Menggugah emosi dan sikap siswa (memotivasi siswa) 3) Memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran

4) Siswa lebih memahami isi pelajaran

5) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

18

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), cet. 14, h. 17

19

(24)

13

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual, dan media audiovisual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, contonya seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Media audiovisual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi dua, yaitu media dengan daya liput luas dan serentak dan media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.

Dilihat dari bahan pembuatannya media dibagi menjadi dua, yang pertama media sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dengan harga yang murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit. Kedua media kompleks, yaitu media dengan bahan yang sulit didapat, alat tidak mudah dibuat dan harga relatif mahal.

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Dalam memilih media pembelajaran diperlukan kriteria-kriteria agar media yang digunakan tepat sesuai sasaran. Sehingga media yang dipilih benar-benar sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk. jika guru akan menggunakan media pengajaran dengan cara memanfaatkan media yang telah ada, maka dapat merujuk pada kriteria berikut:

1) Apakah topik yang akan dibahas dalam media tersebut dapat menarik minat anak didik untuk belajar?

2) Apakah materi yang terkandung dalam media tersebut penting dan berguna abgi anak didik?

(25)

4) Apakah materi yang disajikan otentik dan aktual, ataukah informasi yang sudah lama diketahu dan peristiwanya telah terjadi?

5) Apakah fakta dan konsepnya terjamin kecermatannya atau ada suatu hal yang masih diragukan?

6) Apakah format penyajiannya berdasarkan tata urutan belajar yang logis?

7) Apakah pandangannya objektif dan tidak mengandung unsur pripaganda atau hasutan terhadap anak didik?

8) Apakah narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat standar kualitas teknis?

9) Apakah bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol dan ilustrasi sesuai dengan tingkat kematangan berfikir anak didik?

10)Apakah sudah diuji kesahihannya (validitas)?20

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, mengemukakan rumusan pemilihan media dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih dipahami siswa.

3) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.

4) Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.

5) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.21

Dari kriteria-kriteria pemilihan media pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria-kriteria dalam pemilihan media adalah sebagai berikut:

20

Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, op.cit., h. 70

21

(26)

15

1) Media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (sesuai dengan tujuan instruksional)

2) Media harus mendukung bahan pelajaran

3) Media harus mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru pada saat mengajar dan praktis penggunaannya

4) Guru dapat menggunakan media tersebut

5) Media yang dipilih sesuai dengan taraf berfikir siswa e. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Media gambar merupakan media visual. Menurut Arief S. Sadiman, dkk media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia menggunakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.22

Kelebihan Media gambar:

1) Sifatnya kongkrit. Gambar lebig realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata

2) Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dihadirkan di kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Dengan gambar dapat mengatasi hal-hal tersebut

3) Media gambar dapat mengatasi keter batasan pengamatan kita 4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan

untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman.

5) Murah harganya dan mudah didapat serta mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus

Kelemahan media gambar:

1) Gambar hanya menekankan indera mata

2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran

22

(27)

3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar23

Dari teori di atas bahwa media gambar memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan kelebihan dan kekurangan inilah kita sebagai guru harus bisa memilih gambar yang tepat untuk dijadikan media pembelajaran. Gambar yang dipilih tentunya gambar yang seminimal mungkin memiliki kelemahan atau kekurangan, sehingga gambar tersebut bisa efektif untuk dijadikan media pembelajaran.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

1) Autentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

2) Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

3) Ukuran relatif

Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya.

4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan

5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya siswa sering kali lebih baik.

6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.24

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih gambar yang akan dijadikan media pembelajaran harus memenuhi syarat-syarat. Sehingga gambar tersebut layak dijadikan sebagai media pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitan yang akan dilakukan oleh peneliti, mengacu pada penilitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti-peniliti sebelumnya. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Irma

23

Ibid., h. 31

24

(28)

17

Febriani, dengan judul skripsi “Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Siswa Kelas II Sekolah Dasar” (Kelas 2 SD Negeri Cilumber Kabupaten Bandung Barat).

Hasil penelitian tersebut adalah bahwa penggunaan media gambar terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa pada siklus 1, nilai kemampuan membaca siswa dengan kategori “baik”, yaitu 55%, sedangkan pada siklus 2 nilai kemampuan membaca siswa dengan kategori baik naik menjadi 100%.25

Selain penelitian yang dilakukan oleh Irma Febriani, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Adi Ogi Shogirin dengan judul skripsi “Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Berbicara pada Siswa Kelas V MI Raudhatul Islamiyah Batuceper, Tangerang Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Hasil penelitiannya adalah bahwa penggunaan media gambar yang tepat terbukti efektif meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Berdasarkan penelitian , dapat diketahui bahwa pada siklus I dari 30 siswa hanya 50% yang dapat menjawab pertanyaan berdasarkan gambar. Pada siklus II terjadi perubahan nilai menjadi 70% di kelompok yang menggunakan media gambar, pada siklus III siswa dapat mencapai 80%. Setelah melalui rangkaian siklus, kurang lebih 50% yang sudah mencapai target KKM.26

Menurut Mulyadi dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar (Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Senden kecamatan Selo Kabupaten Boyolali tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif, guru dapat meningkatkan

25

Irma Febriani, Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Siswa Kelas II Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014

26

(29)

proses pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa tingkat ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 43,75%, siklus II sebesar 68,75%, siklus III sebesar 87,5%.27

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti Irma Febriani terletak pada subyek penelitian dan kelas yang diteliti. Penulis melakukan penelitian pada kelas 1, sedangkan peneliti di atas melakukan penelitian pada kelas 2.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan Adi Ogi Shogirin terletak pada kemampuan yang akan ditingkatkan kepada siswa. Penulis melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, sedangkan peneliti di atas menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti Mulyadi terletak pada model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Peneliti Mulyadi menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, sedangkan penulis menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 1 MI Yahya Islamic Fullday School Pondok Gede Bekasi”.

27

(30)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Yahya Islamic

Fullday School Jl. Kemang Sari 1 No 74A Pondok Gede Bekasi, di kelas 1

dengan jumlah siswa 27 siswa. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Agustus sampai November 2015, semester ganjil tahun pelajaran

[image:30.595.122.513.211.603.2]

2015/2016.

Tabel 1

Perincian Waktu Penelitian

KEGIATAN

BULAN

AGUS SEP OKT NOV DES

Persiapan √ √

Kegiatan Penelitian √ √

Analisis Data √ √ √

Laporan Penelitian √

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Penelitian

Tindakan Kelas (Clasroom Action Reseach). Menurut Arikunto “penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama.1

Menurut Wiriaatmadja “penelitian tindakan kelas adalah

bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik

1

(31)

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka

dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran

mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.2

Menurut Sanford, “PTK merupakan suatu kegiatan siklus yang

bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta,

koseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, enemuan fakta tambahan, dan

evaluasi.3

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang

aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan

kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktik pembelajaran.

Berdasarkan model penelitian di atas, peneliti berkeinginan untuk

mengkaji dan merefleksikan penggunaan media gambar untuk

meningkatkan kemampuan membaca siswa. Dalam hal ini peneliti

memilih pokok bahasan membaca permulaan. Diharapkan, setelah

penelitian ini dilaksanakan masalah kurangnya kemampuan membaca

permulaan dapat diatasi.

Penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat

langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Keempat langkah tersebut saling berkaitan, dan dalam penelitian tindakan

kelas keempat langkah tersebut sering disebut satu siklus.

Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti

laksanakan sesuai prosedur yang meliputi empat langkah, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti bersama dengan kolaborator menyusun

rancangan tindakan yang akan dilakukan di dalam pelaksanaan

penelitian. Peneliti juga menyiapkan materi atau bahan ajar, rencana

2 Ibid

3

[image:31.595.119.514.160.638.2]
(32)

21

pengajaran yang mencakup RPP, media pembelajaran, serta instrumen

atau evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan semua tindakan yang telah

dirancang pada tahap sebelumya dan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya agar tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapka. Adapun

kegiatan pelaksanaan tindakan pada tahap ini seperti melaksanakan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP dan menggunakan media

yang telah ditentukan. Tahap ini merupakan realisasi dari tahap

perencanaan.

Pada tahapan ini peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian

minimal melalui dua siklus. Jika dalam dua siklus belum mencapai hasil

yang diinginkan, maka akan dilakukan siklus berikutnya sampai

mencapai apa yang diharapkan. Target pencapaian yang diharapkan dari

penelitian ini adalah 80% dari siswa kelas 1 MI Yahya mencapai nilai

KKM, nilai KKM pelajaran Bahasa Indonesia kelas 1 yaitu 75. Jika

target ini sudah tercapai maka penelitian dianggap selesai dan tidak

dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

3. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan dilakukan pada setiap siklus, dan bertujuan

untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas peneliti yang menjadi

indikator keberhasilan selama pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini

peneliti mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan,

dari hasil data tersebut memberikan pengaruh pada penyusunan

peencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya.

Ada beberapa hal yang dijadikan objek pengamatan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Pelaksanaan skenario yang telah dirancang bersama antara peneliti

dan kolaborator. Kesesuaian antara skenario dengan pelaksanaan

tindakan - tindakan menjadi fokus pada tahap pengamatan. Ketidak

(33)

kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan akan menjadi

pertimbangan dalam pelaksanaan tindakan tahap selanjutnya yang

tentunya harus lebih baik.

b. Aktivitas siswa dalam mengikuti dan melakukan proses pelaksanaan

tindakan. Dalam hal ini yang diamati adalah keaktifan siswa dan

antusias siswa. Kedua objek pengamatan di atas diukur dengan

menggunakan data kualitatif.

c. Hasil tes yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan

yang berupa data kuantitatif. Data tersebut berfungsi untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum mengikuti tahapan

pembelajaran dan setelah melakukan suatu tahapan pembelajaran.

Diantara tes yang dilakukan adalah pree tes, post tes, dan LKS.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang

terkumpul pada saat melakukan tahap tindakan. Berdasarkan data yang

telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi. Hasil refleksi tesebut

digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya

mencapai tujuan yang diinginkan. Dari hasil refleksi inilah ditentukan

apakah penelitian dilanjutkan atau disudahi karena target telah

(34)

23

Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus.

Adapun rancangan siklus penelitianya dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan 1

Rancangan Siklus Penelitian

Bagan di atas menggambarkan bahwa penelitian ini dilaksanakan minimal 2

siklus. Jika pada siklus ke 2 target yang telah ditetapkan tercapai maka

penelitian dihentikan, dan jika target belum tercapai maka ditindaklanjuti

dengan siklus selanjutnya.

Perencanaan

Pengamatan Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan

Siklus II Pelaksanaan

Perencanaan Refleksi

Refleksi

(35)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 MI Yahya Islamic

Fullday School, dengan jumlah siswa 27 siswa, dengan komposisi 12

siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian dilakuan pada semester

ganjil tahun pelajaran 2015/2016

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana

sekaligus pelaksana kegiatan. Pada penelitian ini peneliti membuat

perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan penelitian, mengumpulkan

data penelitian, menganalisis dan melaporkan hasil penelitian tersebut.

Pada tahap pengamatan, peneliti sebagai observer dalam mengamati proses

pembelajaran dan penelitian yang berlangsung.

Pelaksanaan penelitian dibantu oleh patner kerja (wali kelas 1)

yang berperan sebagai kolaborator dan observer, yang membantu

merumuskan rancangan pembelajaran, mengamati proses pembelajaran

yang berkaitan dengan aktivitas guru maupun aktivitas siswa, memberikan

masukan masukan dan saran untuk perbaikan pada perencanaan dan

pelaksanaan siklus berikutnya. Selain itu kolaborator juga membantu

dalam melakukan refleksi pada setiap akhir dari pelaksanaan siklus.

E. Tahapan Intervensi Data

Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan di

kelas, identifikasi penyebabnya, rancangan dan rencana alternatif

penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan dalam siklus

penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah

dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus satu maka peneliti akan

melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus dua. Jika data yang

diperoleh belum mencapai target yang ditentukan dan memerlukan

penyempurnaan, begitu selanjutnya, sampai hasil di akhir tindakan

(36)

25

ditetapkan tercapai. Secara lebih rinci tahapan kegiatan pada siklus dalam

[image:36.595.122.517.188.753.2]

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Tahapan Pelaksanaan Siklus I

SIKLUS

1

NO TAHAP PERENCANAAN

1 Mengkondisikan kelas sesuai dengan yang direncanakan

dalam RPP, yaitu membagi kelas menjadi beberapa

kelompok dengan cara acak dan dilakukan dengan cara

yang menyenangkan.

2 Membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP

yang di dalamnya tercermin penggunaan media gambar

untuk membaca permulaan.

3 Mendiskusikan perencanaan pembelajaran (RPP) kepada

dosen pembimbing dan mitra (kolaborator)

4 Menyiapkan materi ajar

5 Menyiapkan media gambar

6 Mengembangkan format evaluasi dan format observasi

TAHAP PELAKSANAAN/TINDAKAN

1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Guru melakukan appersepsi dengan mengaitkan

pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan

bacaan yang sesuai dengan materi ajar

3 Melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan media gambar. Media gambar tersebut

(37)

menyusun kartu tersebut sesuai gambar. Siswa diajak

membaca kalimat yang terdapat dalam kartu-kartu

gambar secara bersama-sama dengan bimbingan guru.

Selanjutnya siswa secara bergantian mebaca kata yang

terdapat dalam kartu gambar, guru menilai kemampuan

membaca siswa. Untuk lebih menguatkan kemampuan

siswa, siswa diminta mengerjakan soal (LKS menarik

gambar dengan kata yang sesuai).

4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menanyakan kalimat dalam bacaan yang masih sulit

dibaca

TAHAP OBSERVASI

Observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan kelas dan dilakukan oleh peneliti dan rekan

kolaborator. Obyek observasi adalah guru, siswa, dan proses

yang terjadi. Kejadian selama pelaksanaan pembelajaran baik

hal yang positif maupun negatif, yang menjadi kelebihan

maupun kekurangan tercatat secara rinci.

TAHAP REFLEKSI

Melakukan analisa terhadap semua data yang telah terkumpul

dari hasil observasi, hasil pree tes dan post tes. Menentukan

keberhasilan dan kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada

siklus satu sebagai landasan dalam merancang skenario

pembelajaran pada siklus selanjutnya.

[image:37.595.122.518.108.679.2]
(38)

27

SIKLUS

II

NO TAHAP PERENCANAAN

1 Memperbaiki kekurangan dan kelemahan-kelemahan

yang terjadi pada siklus pertama

2 Membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP

yang di dalamnya tercermin penggunaan media gambar

untuk membaca permulaan.

3 Mendiskusikan perencanaan pembelajaran (RPP) kepada

dosen pembimbing dan mitra (kolaborator)

4 Menyiapkan materi ajar

5 Menyiapkan media gambar

6 Mengembangkan format evaluasi dan format observasi

TAHAP TINDAKAN

1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Guru melakukan appersepsi dengan mengaitkan

pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan

bacaan yang sesuai dengan materi ajar

3 Guru membagikan gambar, siswa diajak membaca

bersama-sama kalimat yang terdapat gambar tersebut

dengan bimbingan guru. Siswa diminta secara bergantian

membaca kalimat-kalimat tersebut, guru menilai

kemampuan membaca siswa. Untuk lebih meningkatkan

kemampuan membaca, siswa diminta menjawab

pertanyaan sesuai bacaan menggunakan LKS.

(39)

menanyakan kalimat dalam bacaan yang masih sulit

dibaca

TAHAP OBSERVASI

Observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan kelas dan dilakukan oleh peneliti dan rekan

kolaborator. Obyek observasi adalah guru, siswa, dan proses

yang terjadi. Kejadian selama pelaksanaan pembelajaran baik

hal yang positif maupun negatif, yang menjadi kelebihan

maupun kekurangan tercatat secara rinci.

TAHAP REFLEKSI

Melakukan analisa terhadap semua data yang telah terkumpul

dari hasil observasi, hasil pree tes dan post tes. Menentukan

keberhasilan dan kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada

siklus dua sebagai landasan apakah penelitian disudahi karena

telah mencapai target atau lanjut ke siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi yang diharapkan sesuai dengan tujuan ini yaitu,

peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media

gambar. Selain itu hasil dari penelitian juga diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa.

Target pencapaian hasil tindakan yang diharapkan peneliti adalah

jika 80% dari seluruh siswa kelas I mencapai target KKM, yaitu 75 dan

rata-rata kelasnya diatas nilai KKM. Selagi nilai siswa belum mencapai

target tersebut, maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan siklus

berikutnya. Selain target tersebut, keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dan aktivitas guru dalam pelaksanaan rencana pembelajaran

[image:39.595.122.516.109.596.2]
(40)

29

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini didapat dari:

1. Data kualitatif didapatkan dari hasil observasi proses pembelajaran

yang berupa lembar observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru

2. Data kuantitatif didapatkan dari nilai tes pada setiap siklus.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Tes Membaca

Tes membaca ini dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Adapun kriteria penilaian dalam keterampilan membaca ini

adalah sebagai berikut; pertama, kelancaran; kedua, lafal/intonasi, ketiga,

suara. Penskoran tiga kriteria penilaian tes kemampuan membaca dengan

cara mengkategorikan ke dalam kategori baik (skor 3), kurang baik (skor

2), tidak baik (skor 1).

2. Lembar observasi

Lembar observasi adalah salah satu alat yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data tersebut dengan cara

melakukan pengamatan selama kegiatan penelitian berlangsung. Lembar

observasi ini berisi poin-poin tentang aktivitas atau kejadian yang

digambarkan akan terjadi selama kegiatan berlangsung. Adapun yang

menjadi pengamatan dalam lembar observasi ini adalah aktivitas peneliti

dan siswa.

I. Teknik Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknis analisis data, yaitu

peneliti memberi uraian hasil penelitian. Menganalisis data adalah suatu

proses mengolah dan mengintrepetasi data dengan tujuan untuk

mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga

memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.. Data

yang didapat berupa hasil belajar siswa dalam hal ini kemampuan membaca

permulaan dan hasil lembar observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru

(41)

Berikut adalah teknik analisis data dalam penelitian ini:

1. Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap

siklus dengan analisis deskriptif yaitu analisis yang menggunakan

paparan sederhana. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

terhadap aktivitas siswa dan aktivitas peneliti.

Berikut penulis tampilkan pedoman observasi siswa dan observasi guru

[image:41.595.121.511.200.636.2]

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Pedoman Observasi Kegiatan Siswa No Kegiatan dalam Pembelajaran Hasil Pengamatan

SB B K SK

1 Siswa tertarik (merespon positif) terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru

2 Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan 3 Siswa berani bertanya pada guru 4 Siswa mampu menjawab pertanyaan

dari guru

5 Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru 6 Siswa memanfaatkan media yang

diberikan oleh guru

7 Siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

Jumlah Skor Rata-rata

Kriteria Penilaian:

Hasil pengamatan diisi dengan tanda ceklis (√)

SB : Sangat baik, dengan skor 4

B : Baik, dengan skor 3

(42)

31

SK : Sangat Kurang, dengan skor 1

Rata-rata = Jumlah Skor

[image:42.595.122.510.118.749.2]

7

Tabel 4

Pedoman Kegiatan Guru

No Aspek yang Dinilai Hasil Pengamatan

SB B K SK

1 Kegiatan Awal Pembelajaran a. Mengkondisikan siswa ke

arah pembelajaran yang kondusif

b. Memberikan motivasi c. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

d. Melakukan apersepsi 2 Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami

b. Memberikan kesempatan untuk bertanya

c. Mengarahkan siswa dalam menggunakan media gambar untuk membaca permulaan

d. Membimbing siswa dalam menggunakan media gambar

e. Memberikan tes akhir 3 Kegiatan Akhir

a. Mengevaluasi hasil siswa dalam membaca permulaan b. Memberikan balikan pada

siswa

(43)

Jumlah Skor Rata-rata

Kriteria Penilaian SB : Sangat Baik, skor 4 B : Baik, skor 3

K : Kurang, skor 2

SK : Sangat Kurang, skor 1 Rata-rata = Jumlah skor

12

2. Menganalisis kemampuan membaca permulaan siswa

Pada bagian sebelumnya di Bab II halaman 9, menurut Henry

Guntur tarigan telah dijelaskan tentang keterampilan membaca nyaring

yang harus dikuasai siswa kelas II. Berdasarkan hal itu maka, berikut

[image:43.595.122.517.115.755.2]

adalah teknik penilaian dari kemampuan membaca siswa:

Tabel 5

Teknik Penilaian Kemampuan Membaca

No Aspek yang dinilai Skor Skor Maksimal

1 Kelancaran

a. Lancar

b. Kurang lancar

c. Tidak lancar

3

2

1

3

2 Lafal/intonasi

a. Baik/tepat

b. Cukup/kurang tepat

c. Kurang/tidak tepat

3

2

1

3

3 Suara

a. Nyaring dan jelas

b. Kurang nyaring

c. Tidak nyaring

3

2

1

3

(44)

33

Kriteria penilaian untuk pengamatan form pengamatan di atas adalah

sebagai berikut:

1) Kelancaran

3 = Lancar (tidak terbata-bata)

2 = Kurang lancar (terbata-bata)

1 = Tidak lancar

2) Lafal/intonasi

3 = Tepat, lafal/intonasi bersih tidak ada pengaruh bahasa daerah

2 = Kurang tepat, banyak salah, ada pengaruh bahasa daerah

1 = Tidak tepat

3) Suara

2 = Volume suara nyaring, dan jelas terdengar

2 = Volume suara kurang nyaring sehingga kurang jelas

1 = Volume suara tidak nyaring sehingga terdengar tidak jelas

Untuk mendapatkan nilai dengan skala 0-100, maka peneliti

menggunakan perhitungan penskoran nilai hasil belajar Bahasa Indonesia

siswa pada materi membaca permulaan sebagai berikut:

Nilai Hasil Belajar = perolehan skor total x skor ideal (100)

Skor maksimal (9)

Hasil pengolahan data ini kemudian dikategorikan dengan cara

mengkonversi nilai angka menjadi data kualitatif. Berikut adalah tabel hasil

(45)
[image:45.595.122.518.165.595.2]

Tabel 6

Tabel Konversi Nilai Hasil Tes Membaca Siswa menjadi Data

Kualitatif

Nilai Siswa Kategori

85-100 Sangat Baik

70-84 Baik

55-69 Cukup

46-54 Rendah

0-45 Sangat Rendah

3. Membuat persentase pencapaian KKM

4. Menentukan nilai rata-rata kelas

5. Menentukan keberhasilan proses pembelajaran

J. Analisis Data dan Interpretasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif

dan data kuantitatif. Proses analisa data yang berkaitan dengan data

kualitatif dilakukan selama proses penelitian berlangsung bersamaan

dengan pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data dalam

satu siklus.4 Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan

peneliti dan kolaborator yang disajikan dalam bentuk tabel.

Analisa data yang bersifat kuantitatif diolah secara statistik

deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

4

(46)

35

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi.5

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil

yang diharapkan belum mencapai kriteria yang diharapkan yaitu 80%

siswa mencapai KKM, maka akan ditindaklanjuti sebagai rencana

perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila setelah melakukan analisis dan

refleksi pada siklus I, indikator keberhasilan belum tercapai maka

penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Jika pada siklus II belum

mencapai target maka penelitian dilanjutkan dengan siklus-siklus

berikutnya.

[image:46.595.117.517.211.723.2]

Penelitian ini dihentikan apabila didapati bahwa penggunaan media

gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan, yaitu 80%

siswa mencapai nilai KKM (75). Atau dengan kata lain kemampuan

membaca permulaan siswa mengalami peningkatan dari pembelajaran

sebelumnya. Selain kemampuan membaca siswa yang meningkat, hasil

observasi dan motivasi siswa juga menjadi target dalam penelitian ini.

Kriteria Ketuntasan Minimal diuraikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 7

Kriteria Ketuntasan Minimal

KOMPETENSI DASAR

DAN INDIKATOR

Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Penetapan Ketuntasan

Kompleksitas Daya

Dukung

Intake Jml

3. Memahami teks pendek

dengan membaca nyaring

3.1 Membaca nyaring suku

kata dan kata dengan lafal

75 74 76 75

5

(47)

yang tepat

3.2 Membaca nyaring kalimat

sederhana dengan lafal dan

intonasi yang tepat

76 75 74 75

(48)

37

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Sekolah

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Yahya Bekasi

Madrasah Ibtidaiyah Yahya satu-satunya sekolah MI yang melakukan waktu pembelajaran Full Day School di kota Bekasi. MI Yahya didirikan pada tahun 2002 yang beralamatkan di Jalan Kemangsari I No. 74A Jatibening Baru, Pondok Gede – Bekasi. Yang menjabat sebagai kepala MI Yahya adalah Ir. Hendra Sudrajat. Beliau adalah seorang kepala sekolah yang sangat peduli dengan pendidikan di lingkungan sekitar. Beliau menyadari betul akan pentingnya pendidikan terutama pendidikan agama dan akhlakul karimah. 2. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Yahya

a. Visi

Menjadi madrasah yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan landasan aqidah Islam”

b. Misi

1) Menghadirkan suasana belajar yang kondusif dan islami.

2) Menumbuhkembangkan potensi siswa sehingga memiliki keterampilan hidup.

3) Membangun sikap disiplin, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia pada setiap keadaan.

4) Meluaskan wawasan siswa dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

5) Membangun citra diri yang baik. 3. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah MI Yahya adalah:

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sikap dan praktik serta amaliah keagamaan Islam warga madrasah.

(49)

c. Menumbuhkan kepedulian dan kesadaran warga madrasah terhadap keamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan madrasah.

d. Mengoptimalkankuantitas dan kualitas sarana/prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

e. Menerapkan manajemen pengendalian mutu madrasah, sehingga meningkatkan kinerja madrasah secara keseluruhan

4. Data Tenaga Kependidikan

Pendidik (guru) merupakan hal yang paling penting dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya guru pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan mutu pendidikan MI Yahya, maka pendidikan guru minimal S – 1. Untuk itu bagi guru yang lulusan SLTA sederajat dan DII, dianjurkan menempuh pendidikan kembali sampai bergelar Sarjana Pendidikan.

5. Kondisi Awal Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya

Siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya berjumlah 27 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Secara keseluruhan prestasi siswa kelas 1 baik, seluruh siswa dapat bersatu dan kompak. Proses pembelajaran di kelas 1 sudah berjalan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan keaktifan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Jika siswa belum jelas dengan pelajaran yang disampaikan guru maka siswa tidak segan untuk bertanya.

Pembelajaran yang sudah berjalan baik tersebut kurang didukung dengan media pembelajaran. Siswa kelas 1 sangat memerlukan media pembelajaran terutama untuk pembelajaran membaca permulaan. Kurang dimanfaatkannya media pembelajaran membuat siswa sulit memahami materi membaca dan kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan membaca permulaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perolehan nilai awal sebelum diadakan tindakan.

B.

Deskripsi Data

(50)

39

membuat siswa kurang tertarik untuk belajar Bahasa Indonesia, sedangkan siswa kelas 1 sangat memerlukan media untuk memahami materi. Kondisi inilah yang mengakibatkan hasil belajar Bahasa Indonesia terutama membaca permulaan kurang memuaskan.

[image:50.612.126.532.195.589.2]

Penulis telah melakukan tes awal membaca permulaan sebelum menggunakan media gambar. Pembelajaran tersebut dilakukan pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2015 dan penulis sebut dengan kegiatan penelitian awal (pra siklus). Hasil dari tes tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan Sebelum Menggunakan Media Gambar (Pra Siklus)

No Kategori Hasil Membaca Permulaan

Jumlah Siswa Keteranga

Gambar

Tabel 1 Perincian Waktu Penelitian
gambar untuk
Tabel 2
gambar secara bersama-sama dengan bimbingan guru.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan: (a) langkah pembelajaran dengan metode inkuiri pada pokok bahasan aturan perkalian

[r]

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)

Borneo, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa penyediaan data inventory bertujuan untuk memudahkan administrasi gudang dalam melakukan proses input

Berdasarkan uji Mann Whitney diketahui bahwa U = 0.500 dengan p = 0.005 (p < 0.01) artinya ada perbedaan yang sangat signifikan antara perubahan optimisme kelompok

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai faktor pembentuk budaya keselamatan yang terdiri dari komitmen manajemen, peraturan dan prosedur,

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis ingin menyajikan perancangan home page âe-phonebookâ dengan menggunakan Microsoft FrontPage 2000 dan Internet Data Connector (IDC), dan MS

Pendekatan modifikasi alat ukur digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti telah lebih dahulu memilih konstruk teoretis yang relevan dengan konstruk kebahagiaan pada