• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali."

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA

GURU

Studi Kasus pada Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali Yulianus Alei

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2012 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status kepegawaian dengan kinerja guru, 3) pemberian kompensasi dengan kinerja guru, 4) supervisi kepala sekolah, status kepegawaian, pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali khususnya di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2012. Jumlah populasi adalah seluruh guru SMPK Soverdi Tuban yang berjumlah 21 orang dan SMAK Soverdi Tuban berjumlah 21 orang, jumlah sampel 42 orang guru dengan rincian 21 orang guru SMPK Soverdi Tuban dan 21 orang guru SMAK Soverdi Tuban.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru digunakan teknik analisis korelasi product moment. Dari hasil uji noramalitas diketahui bahwa data status kepegawaian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji chi-square. Untuk menguji hipotesis pertama dan ketiga digunakan analisis korelasi product moment. Dan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik analisis korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru (rhitung = 0,358 >

rtabel0,304 dengan n =42 pada taraf kesalahan 5%), 2) tidak ada hubungan positif

dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru (χ²hitung = 0,382 <

χ²tabel = 3,841 pada taraf kesalahan 5%), 3) ada hubungan positif dan signifikan

antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru (rhitung = 0,412 > rtabel= 0,304

(2)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SUPERVISION, EMPLOYMENT STATUS, COMPENSATION AND TEACHER’S

PERFORMANCE

A Case Study on Teachers in Denpasar Soverdi Foundation, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Sanata Dharma University

2012

The research intends to fine out whether there are any positive and significant correlation between: 1) principal supervision and teacher’s performance; 2) employment status and teacher’s performance; 3) compensation and teacher’s performance; 4) principal supervision, employment status, compensation simultaneously and teacher’s performance.

The research was conducted at the Institution of Soverdi Denpasar, Kuta, Bali, especially in Junior High School and Senior High School Catholic Soverdi Tuban in January and February 2012. The population were 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban and 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban. The number of samples were 42 teachers, 21 teachers of Catholic Junior High School of Soverdi Tuban and 21 Catholic Senior High School teachers of Soverdi Tuban.

To find out if there is a positive and significant correlation between the principal supervision, to their employment status and compensation with the performance of teachers used product moment correlation analysis techniques. From the analysis, it is known that the data are not normally distributed. Therefore, to test the second hypothesis used chi-square test. To test the first hypothesis and the third used product moment correlation analysis. And to test the fourth hypothesis used multiple correlation analysis techniques.

The results show that: 1) there is a positive and significant correlation between supervision done by the school head teacher (rcount = 0.358 > 0.304 rtable with n = 42 at level 5% error); 2) there isn’t any positive and significant correlation between employment status and the performance of teachers (χ²count = 0.382 <

(3)

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA

SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN

KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU

(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Yulianus Alei

071334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA

SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN

KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU

(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Yulianus Alei

071334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhan ini kupersembahkan kepada:

(8)

v

MOTTO

“Vivat Deus Unus Trinus in Cordibus Nostris”…. ( St. Arnoldus Janssen)

“Salib adalah rejeki sehari-hari untuk seorang misionaris. Semua salib berasal dari Allah. Kita mau menanggung salib itu dengan gembira,

karena cinta kepada Yesus yang tersalib, dan untuk menyilih dosa kita”…( St. Yosef Freinademetz)

”A ku ini, Jangan Takut”( Yoh 6:20 )

“… N amun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan menyerang aku… .( Luk 18:5)

Per A spera A d A stra….( N ovis SVD angkatan 20 0 4)

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA

GURU

Studi Kasus pada Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali Yulianus Alei

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2012 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status kepegawaian dengan kinerja guru, 3) pemberian kompensasi dengan kinerja guru, 4) supervisi kepala sekolah, status kepegawaian, pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali khususnya di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2012. Jumlah populasi adalah seluruh guru SMPK Soverdi Tuban yang berjumlah 21 orang dan SMAK Soverdi Tuban berjumlah 21 orang, jumlah sampel 42 orang guru dengan rincian 21 orang guru SMPK Soverdi Tuban dan 21 orang guru SMAK Soverdi Tuban.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru digunakan teknik analisis korelasi product moment. Dari hasil uji noramalitas diketahui bahwa data status kepegawaian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji chi-square. Untuk menguji hipotesis pertama dan ketiga digunakan analisis korelasi product moment. Dan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik analisis korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru (rhitung = 0,358 >

rtabel0,304 dengan n =42 pada taraf kesalahan 5%), 2) tidak ada hubungan positif

dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru (χ²hitung = 0,382 <

χ²tabel = 3,841 pada taraf kesalahan 5%), 3) ada hubungan positif dan signifikan

antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru (rhitung = 0,412 > rtabel= 0,304

(12)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SUPERVISION, EMPLOYMENT STATUS, COMPENSATION AND TEACHER’S

PERFORMANCE

A Case Study on Teachers in Denpasar Soverdi Foundation, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Sanata Dharma University

2012

The research intends to fine out whether there are any positive and significant correlation between: 1) principal supervision and teacher’s performance; 2) employment status and teacher’s performance; 3) compensation and teacher’s performance; 4) principal supervision, employment status, compensation simultaneously and teacher’s performance.

The research was conducted at the Institution of Soverdi Denpasar, Kuta, Bali, especially in Junior High School and Senior High School Catholic Soverdi Tuban in January and February 2012. The population were 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban and 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban. The number of samples were 42 teachers, 21 teachers of Catholic Junior High School of Soverdi Tuban and 21 Catholic Senior High School teachers of Soverdi Tuban.

To find out if there is a positive and significant correlation between the principal supervision, to their employment status and compensation with the performance of teachers used product moment correlation analysis techniques. From the analysis, it is known that the data are not normally distributed. Therefore, to test the second hypothesis used chi-square test. To test the first hypothesis and the third used product moment correlation analysis. And to test the fourth hypothesis used multiple correlation analysis techniques.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Yang Maha Kudus yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide dan dukungannya. Oleh karena itu, penulis mau mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(14)

xi

5. Pater Rektor dan konfrater di komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya kepada penulis selama ini.

6. Pater Prefek (P. Hermanus Sigit Pawanta, SVD dan P. Martin Fatin, SVD) yang telah memberikan bimbingannya selama penulis menjadi Bruder Yunior di Komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta.

7. Pater Leondarus Piter Pungki Setiawan, SVD.,M.Pd selaku BPK Yayasan Soverdi Denpasar yang telah memberi ijin kepala penulis untuk melakukan penelitian di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban.

8. Konfrater di Komunitas Soverdi Bali Wacana yang telah menerima penulis dengan baik selama menggadakan penelitian.

9. Para guru dan karyawan SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMP Maria Immaculata Yoyakarta yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan try out

kuesioner penelitian.

11. Para guru SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden untuk keperluan try out kuesioner dalam penelitian ini.

(15)

xii

13. Para karyawan dan karyawati Soverdi Dharma Wacana, Yogyakarta (Mas Pur, Mas Geby, Pak Jum, Mbak Ning, Mbak Anjar dan Mbak Yati) yang selama ini telah mendukung penulis dengan pelayanan yang mereka berikan. 14. Teman-teman seperjuangan ( Nila, Lando, Endah, Umi, Br. Narto, MTB, Fr.

Kardi, BHK) angkatan PAK 2007 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi sederhana ini.

(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

(17)

xiv

A. Tinjauan Teoritik ... 9

1. Kinerja Guru ... 9

a. Pengertian Kinerja Guru ... 9

b. Kriteria Kinerja Guru ... 10

c. Indikator Kinerja Guru ... 14

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18

2. Supervisi Kepala Sekolah ... 19

a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah ... 19

b. Tujuan Supervisi Pendidikan ... 21

c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan ... 22

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ... 24

e. Teknik-teknik Supervisi ... 26

3. Status Kepegawaian ... 30

4. Pemberian Kompensasi ... 32

a. Pengertian Kompensasi... 32

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi ... 33

c. Bentuk-bentuk Kompensasi ... 34

d. Tujuan Pemberian Kompensasi ... 37

B. Hasil Kajian yang Relevan ... 38

C. Rasionalisisi/Kerangka Berpikir ... 40

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 40

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 40

(18)

xv

4. Hubungan Supervisi Kepela Sekolah, Status Kepegawaian dan

Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 41

D. Paradigma Penelitian... 42

E. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 45

D. Populasi ... 45

E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 66

A. Data Kelembagaan Sekolah ... 66

B. Visi dan Misi ... 67

C. Sejarah Perkembangan Sekolah dan Yayasan ... 68

D. Data Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan ... 79

E. Data Jumlah Siswa dan Siswi ... 81

F. Fasilitas Sekolah ... 82

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Data Penelitian ... 85

(19)

xvi

2. Status Kepegawaian ... 88

3. Pemberian Kompensasi ... 89

4. Kinerja Guru ... 90

B. Uji Persyaratan Analisis Data ... 100

1. Uji Normalitas ... 100

2. Uji Linieritas ... 101

C. Pengujian Hipotesis ... 102

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 103

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 105

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 106

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi... 109

D. Pembahasan ... 113

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 113

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 115

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 117

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 118

BAB VI PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Keterbatasan ... 122

C. Saran... 123

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionaliasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 48

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Pemberian Kompensasi ... 50

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Guru ... 51

Tabel 3.4 Skala Pengukuran (Skala Likert) ... 53

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah ... 57

Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas Pemberian Kompensasi ... 57

Tabel 3.7 Pedoman Memberiakan Interpertasi terhadap Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah SMPK Soverdi Tuban... 79

Tabel 4.2 Data Guru dan Karyawan SMPK Soverdi Tuban... 79

Tabel 4.3 Data Kepala Sekolah SMAK Soverdi Tuban ... 80

Tabel 4.4 Data Guru dan Karyawan SMAK Soverdi Tuban ... 80

Tabel 4.5 Data Jumlah Siswa SMPK Soverdi Tuban ... 81

Tabel 4.6 Data Jumlah Siswa SMAK Soverdi Tuban ... 81

Tabel 5.1 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah ... 86

Tabel 5.2 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Tujuan Supervisi . 86 Tabel 5.3 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Prinsip-prinsip ... 87

Tabel 5.4 Deskripsi Status Kepegawaian ... 88

Tabel 5.5 Deskripsi Pemberian Kompensasi ... 89

Tabel 5.6 Deskripsi Kinerja Guru ... 91

(21)

xviii

Tabel 5.8 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Sikap Guru dalam Proses

Pembelajaran ... 93

Tabel 5.9 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penguasaan Bahan Belajar ... 94

Tabel 5.10 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Kegiatan Belajar Mengajar ... 95

Tabel 5.11 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penggunaan Media ... 96

Tabel 5.12 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Evalusi Pembelajaran ... 97

Tabel 5.13 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Menutup Pembelajaran ... 98

Tabel 5.14 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Tindak Lanjut ... 99

Tabel 5.15 Hasil Uji Normalitas ... 100

Tabel 5.16 Hasil Uji Linieritas ... 102

Tabel 5.17 Hasil Uji Hipotesis Pertama dengan Korelasi Product Moment .. 103

Tabel 5.18 Hasil Uji Hipotesis Kedua dengan Chi-Square ... 105

Tabel 5.19 Hasil Uji Hipotesis Ketiga dengan Korelasi Product Moment .... 107

Tabel 5.20 Hasil Uji Hipotesis Keempat dengan Korelasi Ganda ... 109

Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Fhitung ... 110

Tabel 5.22 Rangkuman Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 111

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan di negara manapun di dunia ini, dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari asumsi bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-mata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalu proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia berkualitas yang akan berperan besar dalam proses pembanguanan bangsa dan negara. Oleh karena itu, peranan pendidikan demikian sangat penting sebagai kunci utama menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

(24)

Economic Forum (2000), indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negera di dunia (http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia)

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah masalah efektifitas, efesiensi dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut adalah masalah umum dalam dunia pendidikan di Indonesia. Adapun yang menjadi masalah khusus dalam pendidikan kita saat ini adalah rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan dan mahalnya pendidikan (http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang)

(25)

Edmons (dalam Sagala, 2005:13) tentang sekolah efektif menunjukan bahwa peranan kepala sekolah sangat penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada tingkat yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan kepala sekolah dan kemauanya untuk bekerja keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan keberhasilan sebuah sekolah. Untuk mengefektifkan pelaksanaan pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di sekolah, maka kepala sekolah harus memenuhi perannya. Ada tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu:

1. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan secara resmi oleh organisisi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan tampa perencanaan terlebih dahulu, tetapi direncanakan secara matang sebelumnya.

2. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuan profesi guru.

3. Supervisi pendidikan mempengaruh kemampuan guru yang pada gilirannya meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.

(26)

begitu banyak guru di Indonesia berstatus guru bantu dan guru honorer. Dengan status mereka yang hanya sebagi guru bantu dan guru honorer ini, akan berhubungan dengan totalitas mereka dalam mempersiapkan pembelajaran. Memang asumsi ini tidak seratus persen benar, tetap seorang guru tetap yayasan akan memiliki pandangan yang berbeda tentang kinerja mereka dibandingkan dengan guru yang diperbantukan dan guru honorer. Hal ini dikarenakan adanya rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah. Sedangkan guru honorer akan memiliki pandangan yang kurang positif mengingat mereka hanya dibayar karena bekerja, tampa adanya kepastian terhadap masa depan mereka di suatu lembaga atau yayasan tetentu. Sementara itu, guru negeri yang diperbantukan akan kurang optimal dalam meningkatakan kinerja mereka, mengingat stastus mereka dan gaji mereka dibayar oleh negara bukan oleh yayasan.

(27)

merasa dihargai dan dibutuhkan sehingga ia akan berusa terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya.

Dari berbagai latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI

KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN

(28)

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih fokus, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru di sekolah-sekolah yang ada di bawah Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali. Kinerja guru dalam penelitian ini dilihat dari aspek kompetensi profesional.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru?

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru?

(29)

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru.

E. Manfaat Penelitaian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Sekolah-sekolah milik Yayasan Soverdi Denpasar khususnya di Kabupaten Kuta, Bali.

(30)

2. Universitas Sanata Dharma

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan tambahan dan pengetahunan, khususnya bagai mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan.

3. Bagai Penulis

(31)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Kata kinerja menurut Poerwadarminta (1988:56) berarti sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan seseorang. Menurut Boentaran (dalam Cristianty, 2003:11) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja dari karyawan yang melakukan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai tugasnya. Kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang atau sekelompok orang selama melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi dimana mereka bekerja. Kinerja dalam bekerja adalah hasil yang dicapai oleh sesorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekrjaan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Nawawi (1996:34), kinerja merupakan prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan pekerjaannya yang dideligasikan dari atasan dengan efektif dan efisien.

(32)

pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Kriteria Kinerja Guru

Berdasarkan peraturan meteri pendidikan nasional RI no 16 tahun 2007, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangakan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional dan intelektual. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:

a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

(33)

f) Memfasilitasi pengembanagan potensi peserta didik untuk mengaktulaisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.

h) Melakukan peneilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2) Kompetensi kepribadaian

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki keperibadian ideal. Karena itu, keperibadian guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetansi yang berhubungan dengan pengembangan keperibadiaan (personal competencies), di antaranya:

a) Bertindak sesuai dengan norama agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia.

b) Menempilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagai peserta didik dan masyrakat.

(34)

d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.

e) Menjunjung kode etik profesi guru. 3) Kompetensi sosial

Guru di mata masyrakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyrakat, dalam rangka proses pembelajaran yang efektif. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyrakat dan makhluk sosial, diantaranya:

a) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluraga dan status sosial ekonomi.

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyrakat.

c) Beradaptasi di tempat tugas di selurauh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

(35)

4) Kompetensi profesional

Kompetenasi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:18). Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini adalah:

a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan

c) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarjankan.

d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metedologi dan strategi pembelajaran.

e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber.

f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. g) Kemampuan dalam menyusuan program pembelajaran. h) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,

misalnya paham akan adiministrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.

(36)

c. Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan penilaian kinerja guru.

Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: rencana pembelajaran (teaching plans dan materials) atau disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), prosedur pembelajaran (classroom procedure) dan hubungan antar pribadi (http://infopendidikankita.blogspot.com/2010/07/indikator-kinerja-guru-dan-penilaiannya.html).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kategori pembelajaran di kelas, yaitu:

1) Kemampuan merancangkan belajar mengajar

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasi bagan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang terdiri dari:

a) Pengembangan silabus

Unsur-unsur atau komponen yang ada dalam silabus adalah:

(37)

(2) Standar kompetensi (3) Kompetensi dasar (4) Materi pembelajaran (5) Kegiatan pembelajaran (6) Indikator

(7) Alokasi waktu

(8) Sumber pembelajaran

b) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus. Komponen-komponen dari rencan pelaksanaan pembelajaran adalah:

(1) Identitas RPP

(2) Standar kompetensi (SK) (3) Kompetensi dasar (KD) (4) Indikator

(5) Tujuan pembelajaran (6) Materi pembelajaran (7) Metode pembelajaran (8) Langkah-langkah kegiatan (9) Sumber belajar

(38)

2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaran pendidikan yang ditandai dengan adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menurut kemampuan guru. a) Pengelolaan kelas

Kemampuan menciptkan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenagkan adalah tuntutan bagai seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.

b) Penggunaan media dan sumber belajar

(39)

cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

c) Pengunaan metode pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Sukmadinta (1993:74), setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. 3) Kemampuan mengevaluasi

(40)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Menurut Simanjuntak (2005:13), kinerja seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah:

1) Kompentensi Individu

(41)

2) Dukungan organisisi

Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisiasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

3) Dukungan manajemen

Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial dari para manajer atau pemimpin, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompentensi kerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan mobilitas pegawai untuk bekerja secara optimal.

2. Supervisi Kepala Sekolah

a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi merupakan proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam Pidarta, 1992:2).

(42)

memperbaiki pengajaran termasuk mestimulir, menyelesaikan pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Sementara itu Neagley (dalam Pidarta, 1992:2) mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujauan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum dikatakan supervisi. Rumusan ini lebih operasional daripada rumusana pertama di atas. Supervisi di sini diartikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang-bidang instruksional, belajar dan kurikulum. Mereka bekerja untuk meningkatkan ketiga bidang dalam usaha mencapai tujuan sekolah.

(43)

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Menurut Rifai (1982:39), tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Membantu guru agar lebih mengerti atau menyadari tujuan-tujuan pendidikan di sekolah dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.

2) Membantu guru agar lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya dapat membantu para siswanya tersebut.

3) Untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di sekolah dan hubungan antar staf yang kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing. 4) Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan, serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya.

(44)

6) Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.

7) Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswanya dan merancankan tindakan-tindakan perbaikan.

8) Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau tidak wajar, baik dari sekolah maupun masyrakat.

c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan

Menurut Burton dan Bruechner (dalam Purwanto, 1987: 88) mengemukakan ada lima tipe supervisi, yaitu:

1) Supervisi sebagai inspeksi

Dalam admistrasi dan kepemimpinan yang otoraktis, supervisi berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-ornang yang bertugas/mempunyai tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi dan umum di negara kita meskipun sebenarnya tugas dan pelaksanaan sudah banyak mengalami perubahan.

2) Laissez faire

(45)

bekerja sekehendaknya tampa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dan dengan cara yang mereka kehendaki.

3) Corrective supervision

Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe kepengawasan yang bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal ini pendapatan dan inisiatif guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang penting, guru harus tunduk dan menuruti petunjuk-petunjuk yang dianggap baikoleh supervisor itu sendiri. Mungkin dalam hal-hal tertentu kepengawasan tipe korektif ini berguna dan sesuai, misalnya bagi guru yang mulai belajar dan mengajar. Akan tetapi, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya tipe korektif ini banyak kelemahannya. Tidak semua kepala sekolah atau supervisi cara-cara yang baik untuk seluruh mata pelajaran.

4) Supervisi sebagai latihan bimbingan

(46)

merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melihat (to train) dan memberi bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.

5) Kepengawasan yang demokratis

Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi bersifat demokratsi pula. Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada anggota sesuai dengan tingkat, keahlian dan kecakapannya masing-masing.

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Menurut Rifai (dalam Purwanto, 1987:129), untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

(47)

2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).

3) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya. 4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada

guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.

5) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas hubungan pribadi.

6) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.

7) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru.

8) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi.

9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.

10) Supervisi tidak terlau dapat cepat mengharapkan hasil dan tidak boleh lekas merasa kecewa.

(48)

Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan bersama-sama oleh supervisior dan orang-orang yang diawasi.

e. Teknik-teknik Supervisi

Untuk menolong guru berkembang terus menerus dalam jabatannya, banyak cara yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah. Cara-cara menolong tersebut dikenal dengan teknik-teknik supervisi. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar cara atau teknik-teknik supervisi menurut Purwanto (1987:133), dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Teknik perseorangan

Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam teknik supervisi perseorangan ini, adalah:

a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

(49)

sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki. b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru di suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati sorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya menggunakan alat atau media yang baru, audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery) dan sebagainya.

(50)

untuk mengatasinya. Di samping itu, kita pun harus menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah, sangat diperlukan. d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan

dengan pelaksanaan kurikulum sekolah Antara lain:

(1) Menysusun program semesteran

(2) Menysusn atau membuat program satuan pembelajaran (3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas (4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pembelajaran (5) Menggunakan media dan sumber dalam pembelajaran (6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang

ekstrakurikuler, study tour dan sebagainya. 2) Teknik kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam teknik supervisi kelompok ini adalah:

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)

(51)

dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti, hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelola keuagan. b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan.

(52)

tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktikan oleh guru-guru.

3. Status Kepegawaian

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungan dengan para guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan prasyarat kerja, penggajian serta keuntungan materi-materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

(53)

a. Guru negeri

Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu isntansi milik pemerintah, guru yang bekerja di instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.

b. Guru swasta

Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:

1) Guru Honorer

Guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut, tetapi belum mengajar penuh atau dengan kata lain sebagai guru bantu.

2) Guru Yayasan

Guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus guru tetap dari yayasan.

3) Guru Tidak Tetap Yayasan

Guru tidak tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi belum menjadi guru tetap.

(54)

1. Guru tetap adalah guru yang diperkerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan pendidikan.

2. Guru tetap pegawai negeri sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah/pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

3. Guru tetap non-PNS guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

4. Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainya yang menyelengarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

4. Pemberian Kompensasi

a. Pengertian Kompensasi

Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang ( Handoko, 1993:245).

(55)

Sedangakan mernurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:206) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima atas kerja yang telah mereka lakukan dalam suatu oraganisi dan berfungsi sebagai motivasi kerja.

Dari bergai defenisi kompensasi di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan atas usaha atau kerja yang telah mereka kerjakan dalam suatu organisisi dan berfungi sebagai motivasi kerja.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi

Menurut Ambar dan Rosidah (2003:211), faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi adalah:

1) Kebenaran dan keadilan

Kompensasi harus berdasarkan kondisi riil yang telah dikerjakan oleh pegawai, artinya disesuaikan dengan kemampuan, kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah ditunjukan pegawai kepada organisasi.

2) Dana organisasi

Kemampuan organisasi untuk memberikan kompensasi baik berupa financial maupun non financial, disesuaikan dengan dana yang tersedia.

3) Serikat kerja

(56)

karena serikat karyawan dapat merupakan simbol kekuatan dalam memperbai nasifnya.

4) Produktivitas kerja

Produktivitas pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi penilaian prestasi kerja, sedangkan prestasi kerjaa merupakan faktor yang diperhitungan dalam penetapan kompensasi.

5) Biaya hidup

Penyesuaian besarnya kompensasi dengan biaya hidup pegawai beserta keluarganya sehari-hari mendapatkan perhatian dalam penetapan kompensasi.

6) Pemerintah

Intervenasi pemerintah untuk menentukan besarnya kompensasi sangat besar.

c. Bentuk-bentuk Kompensasi

Dalam pemberian kompensasi antara organisasi yang satu dengan organisai yang lain jelas berbeda. Pemberian kompensasi kepada karyawan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing pihak dan kemampuan organisasi dalam menjalankan program tersebut. Bentuk-bentuk kompensasi menurut Simamora (2004:443) adalah sebagai berikut:

(57)

(1) Bayaran pokok (base pay) dalam bentuk gaji (salary)

dan upah (wage).

(2) Bayaran prestasi (merit pay)

(3) Bayaran Intensif (insentive pay) dalam bentuk bonus, komisi, pembagian laba, pembagian keuntungan dan pembagian saham.

(4) Bayaran tertangguh (deferred pay) dalam bentuk program tabungan dan anuitas pembelian saham.

b) Tidak langsung

(1) Program-program perlindungan, yaitu: asuransi kesehatan, asuransi jiwa, pensiun dan asuransi tenaga kerja.

(2) Biaya di luar jam kerja, yaitu: liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil.

(3) Fasilitas, yaitu : kendaraan, ruang kantor dan tempat parkir.

2) Non-Finansial a) Pekerjaan

(1) Tugas-tugas yang menarik (2) Tantangan

(58)

b) Lingkungan pekerjaan

(1) Kebijakan-kebijakan yang sehat (2) Supervisi yang kompeten

(3) Kerabat kerja yang menyenagkan (4) Lingkungan kerja yang nyaman

Menurut Sudarsono (1996:140), kompensasi yang diterima karyawan sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan dalam empat bentuk, yaitu:

1) Upah atau gaji dalam bentuk uang

Upah atau gaji terdiri dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan.

2) Tunjangan dalam bentuk natura seperti beras, gula, garam dan pakaian diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan menjaga gaji riil di masa inflasi.

3) Fringe benefits adalah bentuk jenis keuntungan di luar gaji yang diperoleh karyawan sehubungan dengan jabatannya. Bentuk-bentuk fringe benefits yaitu: dana pensiun, asuransi, upah yang dibayar pada hari libur, cuti, sakit, sarana olahraga dan rekreasi. 4) Kondisi lingkunga kerja yang mencakup lokasi dan jarak

(59)

d. Tujuan Pemberian Kompensasi

Dalam pemberian kompensasi hendaknya bersifat adil. Adil yang dimaksudkan di sini bahwa apa yang diterima sesuai dengan apa yang telah dilakukan. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:210), tujaun pemberian kompensasi adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi

Pemberian kompensasi diharapkan sesuai dengan apa yang telah dilakukan seorang guru dalam kerjanya sehingga dapat memenuhi kebutuhanh hidup sehaari-hari (basic needs). Sekarang ini masih banyak guru yang belum dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs) keluarganya, hal ini dikarenakan jumlah pemberian kompensasi yang tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh guru dengan kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhinya.

2) Mendorong produktivitas kerja

Produktivitas kerja dapat diartikan sebgai pencapaian akhir dalam suatu proses produksi dan lebih mengarah pada kuantitas. Dalam konteks penelitian ini, pencapaian hasil kerja lebih mengarah pada kinerja seorang guru.

3) Pengkaitan kompensasi dengan kesuksesan organisasi

(60)

dan diharapakan akan meningkatkan pendapatan sekolah. Maka kenyataan ini juga akan berdampak positif terhadap pemberian kompensasi kepada guru dan karyawannya.

4) Memikat pegawai dan menahan pegawai yang kompeten

Pemberian kompensasi yang adil diharapkan dapat membantu guru yang kompeten merasa nyaman untuk terus bekerja di suatu sekolah. Kompensasi yang diberikan hendaknya juga memperhatikan kompetensi guru dalam suatu organisasi, sehingga guru akan merasa lebih dihargai dan dibutuhkan dalam sekolah tersebut.

B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan

1. Christina Meliyana Wati

Christina Meliyana Wati dalam penelitian yang berjudul

”Pengaruh Suverpisi Kepala Sekolah dan Kompenasi terhadap

Kinerja Guru” studi kasus Guru-Guru di Sekolah Milik Yayasan Xaverius Khususnya di Kota Metro, Lampung.

(61)

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua mengunakan analisis kofisien korelasi sperman, sedangankan untuk menguji hipotesis ketiga mengunakan analisis kofisien korelasi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh supervisi kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja guru di Sekolah milik Yayasan Xaverian, khususnya kota Metro, Lampung terdapat pengaruh yang positif dan signifikan.

2. Roland Ricardo B

Roland Ricardo B dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Persepsi Guru Tentang Supervisi Akademik dengan Kinerja Guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara persepsi guru tentang supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

(62)

Untuk mengetahui hubungana antara persepsi guru tentang supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso Sukaraja dengan menggunakan Sparman’s rho. Kofesien korelasi yang didapat dalam penelitian ini adalah (r) = 0,355 dan P =0.018 atau P < 0,005. Hal ini menunjukan bahwa variabel persepsi guru tentang supervisi akademik berkorelasi positif dengan kinerja guru.

C. Rasionalisasi/Kerangka Berpikir

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru

Supervisi merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberikan rangsangan, bimbingan dan bantuan kepada guru sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini sejalan dengan fungasi kepala sekolah sebagai leader

dalam satuan pendidikan. Supervisi yang dilakukan secara terus menerus dan terprogram secara teratur akan meningkatkan kompentensi guru sehingga akan terbentuk guru yang profesional.

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru

(63)

yang lebih baik, misalnya pegawai tetap yayasan tentunya akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka bekerja, sehingga kinerja mereka diharapkan lebih baik. Sedangkan para guru PNS yang diperbantukan dan guru honorer cenderung tidak memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka bekerja, sehingga kinerja mereka cenderung kurang baik.

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru

Kompensasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan atas hasil kerja seseorang dalam organisasi. Pemberian kompensasi yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (basic needs) diharapkan memberikan kesejahteraan kepada para guru. Dan dengan terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs), para guru diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang baik dan terus mengembankan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Martoyo (1987:166), yang mengatakan bahwa : “suatu kempensasi jelas akan meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja”.

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian,

Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru

(64)

satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kinerja guru, masih ada banyak faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan kinerja guru.

Supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para gurunya tentunya akan membantu meningkatkan performa atau kineja mereka. Tetapi ternyata supervisi kepala sekolah saja belum cukup untuk meningkatkan kinerja guru, ternyata status kepegawaian guru juga memberi andil terhadap kinerja guru. Guru yang status kepegawaianya sudah mapan tentunya akan memiliki kinerja yang lebih baik dan sebaliknya guru yang status kepegawaianya belum jelas akan memiliki kinerja yang kurang. Dan ternyata kinerja guru tidak hanya berhubungan dengan supervisi kepala sekolah dan status kepegawaian saja, tetapi pemberian kompensasi yang adil dan sesuai ternyata juga berhubungan dengan kinerja guru. Sehingga pemberian kompensasi yang adil dan sesuai diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkain.

D. Paradigma Penelitian

Hubungan antara variabel penelitian dapat digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:

X1

Y X2

(65)

Ketrangan:

X1 : Variabel bebas supervisi kepala sekolah X2 : Variabel bebas status kepegawaian X3 : Variabel bebas pemberian kompensasi Y : Variabel terikat kinerja guru

E. Hipotesis Penelitian

Hipotensi yang dirumusakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawian dengan kinerja guru

3. Ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru

(66)

44

BAB III

METODE PENELITAIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seseorang individu atau suatu unit sosial secara mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba menyelidiki hubungan supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru. Kesimpuan yang ditarik dalam penelitian ini hanya berlaku pada obyek yang diteliti, yaitu guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah milik Yayasan Soverdi Denpasar Jl. Komplek Burung No.46 Tuban-Kuta, Badung,Bali.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di sekolah-sekolah (SMPK dan SMAK Soverdi Tuban) milik Yayasan Soverdi Denpasar Jl. Komplek Burung No.46 Tuban-Kuta, Badung, Bali.

2. Waktu Penelitian

(67)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Menurut Arikunto (2002:30) subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel melekat. Mereka berperan sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru yang ada di bawah Yayasan Soverdi Tuban, Denpasar, Bali.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek adalah :

a. Supervisi kepala sekolah b. Status kepegawaian c. Pemberian kompensasi d. Kinerja guru

D. Populasi Penelitian

(68)

dijadikan obyek untuk diteliti, atau dengan kata lain penelitian ini adalah penelitian populasi.

E. Variabel Penelitan dan Teknik Pengukurannya

1. Variabel Penelitaian

Variabel penelitian adalah obyek yang diteliti atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian ( Arikunto, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini ada empat, yaitu 3 (tiga) sebagai variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi (independent variable) dan 1 (satu) sebagai variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi (dependent variable). Adapun variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi (independent

variable).

1) Supervisi kepalas sekolah

(69)

2) Status kepegawaian guru

Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru berkaitan dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang ditempatinya. Ada empat macam status kepegawaian guru, yaitu pegawai negeri sipil, guru tetap yayasan, guru bantu dan guru honorer.

3) Pemberian kompensasi

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan atas usaha atau kerja yang telah mereka kerjakan dalam suatu organisisi dan berfungi sebagai motivasi kerja. b. Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi (dependent

variable).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja guru. Kinerja merupakan sesuatu yang diperlihatkan atau prestasi yang ditunjukkan pada periode tertentu. Dalam penelitian ini kineja guru hanya dilihat dari aspek kompetensi profesional.

(70)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah

(71)

f. Membantu guru

j. Supervisi bersifat preventif, korektif dan kooperatif

(72)
(73)

Tabel 3.3

(74)
(75)

pembelajaran yang akan dipelajari berikutnya

c. Memberikan

motivasi untuk selalu terus belajar.

2. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian

Untuk mengukur variabel supervisi kepala sekolah dan pemberian kompenasi menggunakan skala likert yang dimodifikasi menjadi 4 pilihan jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.4

Sedangkan untuk variabel status kepegawaian dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, apakah mereka guru tetap (PNS dan guru tetap yayasan) atau guru tidak tetap (guru tidak tetap yayasan dan guru honorer). Untuk memberi skor pada setiap item dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(76)

Untuk variabel kinerja guru dilakukan dengan observasi langsung oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan pemberlajaran di kelas, dengan kriteria sebagai berikut:

Kurang sekali : skor 1

Kurang : skor 2

Cukup : Skor 3

Baik : skor 4

Baik sekali : skor 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data adalah kuesioner, observasi dan dokumentasi.

1. Kuesioner

(77)

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pencatatan perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tampa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti (Anwar Sanusi, 2011:111). Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip data atau keterangan yang ada di Yayasan atau dengan memperlajarai data-data yang tertulis atau tercatat yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang gambaran umum Yayasan, sejarah, visi dan misi, fasilitas, guru atau staf pengajar dan sekolah-sekolah yang ada di bawah Yayasan.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

(78)

r = N

XY

(

X) (

Y)

{N

X

(

X) }{N

Y

(

Y) }

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N : Jumlah responden

∑ : Jumlah perkalian antara X dan Y

Untuk menentukan apakah instrumen itu valid atau tidak valid maka ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen dikatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen dikatakan tidak valid.

Pengujian validitas instrument atau kuesioner pada 30 responden di luar sampel penelitian. Responden di ambil dari guru-guru SMP Maria Immaculata Yogyakarta Jl. Brigjen Katamso No.4 Yogyakarta 55121.

Perhitungan validitas butir dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17,0 (data terlampir pada lampiran 4). Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan rtebel yaitu sebesar 0.361 pada taraf keyakinan

(79)

Tabel 3.5

Ringkasan Hasil Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah No. Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1. 0,677 0,361 Valid

demikian kedua puluh item soal dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Hasil pengukuran validitas variabel pemberian kompensasi diperoleh sebagai berikut.

Tabel 3.6

Ringkasan Hasil Uji Validitas Pemberian Kompensasi No. Item Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1. 0,641 0,361 Valid

2. 0,372 0,361 Valid

3. 0,727 0,361 Valid

(80)

5. 0,417 0,361 Valid

6. 0,408 0,361 Valid

7. 0,818 0,361 Valid

8. 0,791 0,361 Valid

9. 0,643 0,361 Valid

10. 0,362 0,361 Valid

11. 0,562 0,361 Valid

12. 0,591 0,361 Valid

13. 0,465 0,361 Valid

14. 0,641 0,361 Valid

Dari hasil pengukuran 14 item soal, dapat diketahui 14 item soal valid karena rhitunglebih besar dari rtabel. Dengan demikian ke 14 item soal dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik Arikunto (2002: 154). Teknik yang digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan rumus koefisien alpha cronbach sebagai berikut:

Keterangan:

: Reliabilitas Instrumen k : Banyaknya butir pertanyaan

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Pemberian Kompensasi
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan
Tabel 3.4 Skala Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

T erdapat kontribusi positif yang signifikan pelaksanaan supervisi dan kemampuan koordinasi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SLBN Dinas

Tenfapat hubungan yang positif antara pemberia supervisi Kepala Sekolah dengan kinetja guru SMU Negeri Kabupaten Langkat. Hal inf ditunjukkan oleh

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara kompetensi supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru Sekolah Dasar di

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2) memiliki hubungan yang positif dan

Penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara : (1) iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru, (2) supervisi

Abstrak. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Tingkat supervisi kepala madrasah, 2) Tingkat kinerja guru; 3) Kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru matematika Sekolah Menengah Kejuruan

Pembahasan tentang supervisi akademik kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja mengajar guru SD di kota Sukabumi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari