HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA
SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN
KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU
(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Yulianus Alei
071334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA
SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN
KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU
(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Yulianus Alei
071334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhan ini kupersembahkan kepada:
Allah Tritunggal Maha Kudus, Seluruh Anggota Serikat Sabda Allah (SVD) khususnya Provinsi SVD Jawa,
Komunitas SVD Dharma Wacana Yogyakarta
Keluarga Besarku, khususnya Almarhum Bapak Tercinta Stefanus Kumis di Kampung Serinjuk, Desa Semoncol, Kecamatan Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat,
Keponakanku yang terkasih Lia, Arum, Dwi dan Neli,
v MOTTO
“Vivat Deus Unus Trinus in Cordibus Nostris”…. ( St. Arnoldus Janssen)
“Salib adalah rejeki sehari-hari untuk seorang misionaris. Semua salib berasal dari Allah. Kita mau menanggung salib itu dengan gembira,
karena cinta kepada Yesus yang tersalib, dan untuk menyilih dosa kita”…( St. Yosef Freinademetz)
”A ku ini, Jangan Takut”( Yoh 6:20 )
“… N amun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan menyerang aku… .( Luk 18:5)
Per A spera A d A stra….( N ovis SVD angkatan 20 0 4)
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA
GURU
Studi Kasus pada Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali
Yulianus Alei Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status kepegawaian dengan kinerja guru, 3) pemberian kompensasi dengan kinerja guru, 4) supervisi kepala sekolah, status kepegawaian, pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali khususnya di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2012. Jumlah populasi adalah seluruh guru SMPK Soverdi Tuban yang berjumlah 21 orang dan SMAK Soverdi Tuban berjumlah 21 orang, jumlah sampel 42 orang guru dengan rincian 21 orang guru SMPK Soverdi Tuban dan 21 orang guru SMAK Soverdi Tuban.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru digunakan teknik analisis korelasi product moment. Dari hasil uji noramalitas diketahui bahwa data status kepegawaian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji chi-square. Untuk menguji hipotesis pertama dan ketiga digunakan analisis korelasi product moment. Dan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik analisis korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru (rhitung = 0,358 >
rtabel0,304 dengan n =42 pada taraf kesalahan 5%), 2) tidak ada hubungan positif
dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru (χ²hitung = 0,382 < χ²tabel = 3,841 pada taraf kesalahan 5%), 3) ada hubungan positif dan signifikan
antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru (rhitung = 0,412 > rtabel= 0,304
ix ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SUPERVISION, EMPLOYMENT STATUS, COMPENSATION AND TEACHER’S
PERFORMANCE
A Case Study on Teachers in Denpasar Soverdi Foundation, Tuka, Kuta, Bali
Yulianus Alei Sanata Dharma University
2012
The research intends to fine out whether there are any positive and significant correlation between: 1) principal supervision and teacher’s performance; 2) employment status and teacher’s performance; 3) compensation and teacher’s performance; 4) principal supervision, employment status, compensation simultaneously and teacher’s performance.
The research was conducted at the Institution of Soverdi Denpasar, Kuta, Bali, especially in Junior High School and Senior High School Catholic Soverdi Tuban in January and February 2012. The population were 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban and 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban. The number of samples were 42 teachers, 21 teachers of Catholic Junior High School of Soverdi Tuban and 21 Catholic Senior High School teachers of Soverdi Tuban.
To find out if there is a positive and significant correlation between the principal supervision, to their employment status and compensation with the performance of teachers used product moment correlation analysis techniques. From the analysis, it is known that the data are not normally distributed. Therefore, to test the second hypothesis used chi-square test. To test the first hypothesis and the third used product moment correlation analysis. And to test the fourth hypothesis used multiple correlation analysis techniques.
The results show that: 1) there is a positive and significant correlation between supervision done by the school head teacher (rcount = 0.358 > 0.304 rtable with n =
42 at level 5% error); 2) there isn’t any positive and significant correlation between employment status and the performance of teachers (χ²count = 0.382 < χ²table = 3.841 at the level of error 5%); 3) there is a positive and significant
correlation between compensation and the performance of teachers (rcount = 0.412
> rtable = 0.304 with n = 42 at level 5% error); 4) there is a positive and significant
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Yang Maha
Kudus yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak
yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide dan dukungannya. Oleh
karena itu, penulis mau mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
4. Pater Provinsial SVD Jawa, P. Felix Kadek Sunartha, SVD dan P. Martin
Anggut, SVD (mantan provinsial SVD Jawa) yang telah memberikan
xi
5. Pater Rektor dan konfrater di komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta
yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya kepada penulis selama
ini.
6. Pater Prefek (P. Hermanus Sigit Pawanta, SVD dan P. Martin Fatin, SVD)
yang telah memberikan bimbingannya selama penulis menjadi Bruder Yunior
di Komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta.
7. Pater Leondarus Piter Pungki Setiawan, SVD.,M.Pd selaku BPK Yayasan
Soverdi Denpasar yang telah memberi ijin kepala penulis untuk melakukan
penelitian di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban.
8. Konfrater di Komunitas Soverdi Bali Wacana yang telah menerima penulis
dengan baik selama menggadakan penelitian.
9. Para guru dan karyawan SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMP Maria Immaculata
Yoyakarta yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan try out
kuesioner penelitian.
11. Para guru SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
responden untuk keperluan try out kuesioner dalam penelitian ini.
12. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selama ini telah membantu
xii
13. Para karyawan dan karyawati Soverdi Dharma Wacana, Yogyakarta (Mas
Pur, Mas Geby, Pak Jum, Mbak Ning, Mbak Anjar dan Mbak Yati) yang
selama ini telah mendukung penulis dengan pelayanan yang mereka berikan.
14. Teman-teman seperjuangan ( Nila, Lando, Endah, Umi, Br. Narto, MTB, Fr.
Kardi, BHK) angkatan PAK 2007 dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi
sederhana ini.
Yogyakarta, Maret 2012
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
xiv
A. Tinjauan Teoritik ... 9
1. Kinerja Guru ... 9
a. Pengertian Kinerja Guru ... 9
b. Kriteria Kinerja Guru ... 10
c. Indikator Kinerja Guru ... 14
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18
2. Supervisi Kepala Sekolah ... 19
a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah ... 19
b. Tujuan Supervisi Pendidikan ... 21
c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan ... 22
d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ... 24
e. Teknik-teknik Supervisi ... 26
3. Status Kepegawaian ... 30
4. Pemberian Kompensasi ... 32
a. Pengertian Kompensasi... 32
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi ... 33
c. Bentuk-bentuk Kompensasi ... 34
d. Tujuan Pemberian Kompensasi ... 37
B. Hasil Kajian yang Relevan ... 38
C. Rasionalisisi/Kerangka Berpikir ... 40
1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 40
2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 40
xv
4. Hubungan Supervisi Kepela Sekolah, Status Kepegawaian dan
Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 41
D. Paradigma Penelitian... 42
E. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 45
D. Populasi ... 45
E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya ... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 55
H. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 66
A. Data Kelembagaan Sekolah ... 66
B. Visi dan Misi ... 67
C. Sejarah Perkembangan Sekolah dan Yayasan ... 68
D. Data Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan ... 79
E. Data Jumlah Siswa dan Siswi ... 81
F. Fasilitas Sekolah ... 82
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Deskripsi Data Penelitian ... 85
xvi
2. Status Kepegawaian ... 88
3. Pemberian Kompensasi ... 89
4. Kinerja Guru ... 90
B. Uji Persyaratan Analisis Data ... 100
1. Uji Normalitas ... 100
2. Uji Linieritas ... 101
C. Pengujian Hipotesis ... 102
1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 103
2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 105
3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 106
4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi... 109
D. Pembahasan ... 113
1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 113
2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 115
3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 117
4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 118
BAB VI PENUTUP ... 121
A. Kesimpulan ... 121
B. Keterbatasan ... 122
C. Saran... 123
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionaliasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 48
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Pemberian Kompensasi ... 50
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Guru ... 51
Tabel 3.4 Skala Pengukuran (Skala Likert) ... 53
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah ... 57
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas Pemberian Kompensasi ... 57
Tabel 3.7 Pedoman Memberiakan Interpertasi terhadap Koefisien Korelasi ... 63
Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah SMPK Soverdi Tuban... 79
Tabel 4.2 Data Guru dan Karyawan SMPK Soverdi Tuban... 79
Tabel 4.3 Data Kepala Sekolah SMAK Soverdi Tuban ... 80
Tabel 4.4 Data Guru dan Karyawan SMAK Soverdi Tuban ... 80
Tabel 4.5 Data Jumlah Siswa SMPK Soverdi Tuban ... 81
Tabel 4.6 Data Jumlah Siswa SMAK Soverdi Tuban ... 81
Tabel 5.1 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah ... 86
Tabel 5.2 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Tujuan Supervisi . 86 Tabel 5.3 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Prinsip-prinsip ... 87
Tabel 5.4 Deskripsi Status Kepegawaian ... 88
Tabel 5.5 Deskripsi Pemberian Kompensasi ... 89
Tabel 5.6 Deskripsi Kinerja Guru ... 91
xviii
Tabel 5.8 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Sikap Guru dalam Proses
Pembelajaran ... 93
Tabel 5.9 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penguasaan Bahan Belajar ... 94
Tabel 5.10 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Kegiatan Belajar Mengajar ... 95
Tabel 5.11 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penggunaan Media ... 96
Tabel 5.12 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Evalusi Pembelajaran ... 97
Tabel 5.13 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Menutup Pembelajaran ... 98
Tabel 5.14 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Tindak Lanjut ... 99
Tabel 5.15 Hasil Uji Normalitas ... 100
Tabel 5.16 Hasil Uji Linieritas ... 102
Tabel 5.17 Hasil Uji Hipotesis Pertama dengan Korelasi Product Moment .. 103
Tabel 5.18 Hasil Uji Hipotesis Kedua dengan Chi-Square ... 105
Tabel 5.19 Hasil Uji Hipotesis Ketiga dengan Korelasi Product Moment .... 107
Tabel 5.20 Hasil Uji Hipotesis Keempat dengan Korelasi Ganda ... 109
Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Fhitung ... 110
Tabel 5.22 Rangkuman Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 111
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian dan Kuesioner Penelitian ... 128
Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 142
Lampiran 3 Kategori Kecenderungan Variabel dan Distribusi Frekuensi .... 147
Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 159
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 163
Lampiran 6 Chi-Square, Korelasi Product Moment dan Korelasi Ganda ... 166
Lampiran 7 Perhitungan Manual Sumbangan Relatif dan Efektif ... 171
Lampiran 8 Tabel r, Chi-Square dan Tabel F ... 179
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan di negara manapun
di dunia ini, dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal
ini tentunya tidak terlepas dari asumsi bahwa proses pendidikan
merupakan suatu proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-mata
bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalu proses pendidikan akan
terbentuk sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia berkualitas
yang akan berperan besar dalam proses pembanguanan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, peranan pendidikan demikian sangat penting sebagai
kunci utama menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Faktanya, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat
memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000)
tentang peringkat indeks pengembangan manusia Indonesia (human
development index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di
antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),
ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sementara itu menurut
survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.
Economic Forum (2000), indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.
Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negera di dunia
(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia)
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya
adalah masalah efektifitas, efesiensi dan standarisasi pengajaran. Hal
tersebut adalah masalah umum dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Adapun yang menjadi masalah khusus dalam pendidikan kita saat ini
adalah rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya
kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan
pemerataan pendidikan dan mahalnya pendidikan
(http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang)
Dalam konstruksi budaya masyrakat Indonesia, guru merupakan
salah satu elemen yang sentral di dalam proses pembelajaran, sehingga
keberhasilan dan kegagalan peserta didik selalu dihubungkan dengan
kualitas guru. Kualitas guru tentunya tidak terlepas dari etos kerja dan
pengawasan dari kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai leader dalam
satuan pendididikan, memiliki tanggung jawab sebagai pengarah bagi para
guru di bawah kepimpinnya untuk menciptakan suasana mengajar dan
Edmons (dalam Sagala, 2005:13) tentang sekolah efektif
menunjukan bahwa peranan kepala sekolah sangat penting untuk
menjadikan sebuah sekolah pada tingkat yang efektif. Asumsinya adalah
bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik,
artinya kemampuan kepala sekolah dan kemauanya untuk bekerja keras
dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi
jaminan keberhasilan sebuah sekolah. Untuk mengefektifkan pelaksanaan
pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya
yang ada di sekolah, maka kepala sekolah harus memenuhi perannya. Ada
tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu:
1. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan
secara resmi oleh organisisi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan
tampa perencanaan terlebih dahulu, tetapi direncanakan secara matang
sebelumnya.
2. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap
kemampuan profesi guru.
3. Supervisi pendidikan mempengaruh kemampuan guru yang pada
gilirannya meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga
tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.
Selain supervisi kepala sekolah terhadap para gurunya, ada satu hal
yang diduga berhubungan dengan kinerja atau kualitas seorang guru yaitu,
begitu banyak guru di Indonesia berstatus guru bantu dan guru honorer.
Dengan status mereka yang hanya sebagi guru bantu dan guru honorer ini,
akan berhubungan dengan totalitas mereka dalam mempersiapkan
pembelajaran. Memang asumsi ini tidak seratus persen benar, tetap
seorang guru tetap yayasan akan memiliki pandangan yang berbeda
tentang kinerja mereka dibandingkan dengan guru yang diperbantukan dan
guru honorer. Hal ini dikarenakan adanya rasa memiliki dan tanggung
jawab terhadap perkembangan sekolah. Sedangkan guru honorer akan
memiliki pandangan yang kurang positif mengingat mereka hanya dibayar
karena bekerja, tampa adanya kepastian terhadap masa depan mereka di
suatu lembaga atau yayasan tetentu. Sementara itu, guru negeri yang
diperbantukan akan kurang optimal dalam meningkatakan kinerja mereka,
mengingat stastus mereka dan gaji mereka dibayar oleh negara bukan oleh
yayasan.
Selain supervisi kepala sekolah dan status kepegawai di atas ada
satu variabel lagi yang memiliki hubungan dengan kinerja guru, yaitu
pemberian kompensasi. Menurut Streers dan Porter ( dalam T. Aritonang,
2005:4) bahwa tinggi rendahnya kinerja bekerja berkaitan erat dengan
sistem pemberian kompensasi yang diterapkan oleh lembaga/organisasi
tempat mereka bekerja. Artinya pemberian kompensasi memiliki
hubungan dengan kinerja seorang guru. Pemberian kompensasi yang
merasa dihargai dan dibutuhkan sehingga ia akan berusa terus menerus
untuk meningkatkan kinerjanya.
Dari berbagai latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI
KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat
lebih fokus, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada supervisi
kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan
kinerja guru di sekolah-sekolah yang ada di bawah Yayasan Soverdi
Denpasar, Tuban, Kuta, Bali. Kinerja guru dalam penelitian ini dilihat dari
aspek kompetensi profesional.
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala
sekolah dengan kinerja guru?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawaian
dengan kinerja guru?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian
kompensasi dengan kinerja guru?
4. Apak ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala
sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
status kepegawaian dengan kinerja guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
pemberian kompensasi dengan kinerja guru.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian
kompensasi dengan kinerja guru.
E. Manfaat Penelitaian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, antara lain:
1. Sekolah-sekolah milik Yayasan Soverdi Denpasar khususnya di
Kabupaten Kuta, Bali.
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi
pihak sekolah, khususnya mengenai pentingnya supervisi kepala
sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan
2. Universitas Sanata Dharma
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan
tambahan dan pengetahunan, khususnya bagai mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan dan Keguruan.
3. Bagai Penulis
Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui bagaimana hubungan
supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian
kompensasi dengan kinerja guru di Yayasan Soverdi Denpasar Jl.
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Kata kinerja menurut Poerwadarminta (1988:56) berarti
sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan seseorang.
Menurut Boentaran (dalam Cristianty, 2003:11) prestasi kerja
adalah suatu hasil kerja dari karyawan yang melakukan pekerjaan
dalam waktu tertentu sesuai tugasnya. Kinerja dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai seseorang atau sekelompok orang
selama melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi
dimana mereka bekerja. Kinerja dalam bekerja adalah hasil yang
dicapai oleh sesorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekrjaan
yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Nawawi (1996:34), kinerja merupakan
prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam
melaksanakan pekerjaannya yang dideligasikan dari atasan dengan
efektif dan efisien.
Dari berbagai penjelasasan mengenai pengertian kinerja di
atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan
pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila
tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b. Kriteria Kinerja Guru
Berdasarkan peraturan meteri pendidikan nasional RI no 16
tahun 2007, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru, dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangakan
secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu:
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai
aspek seperti moral, emosional dan intelektual. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh guru, berkenaan dengan aspek-aspek
yang diamati, yaitu:
a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual
b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
bidang pengembangan yang diampu.
d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang
f) Memfasilitasi pengembanagan potensi peserta didik untuk
mengaktulaisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
peserta didik.
h) Melakukan peneilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
i) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
2) Kompetensi kepribadaian
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki
keperibadian ideal. Karena itu, keperibadian guru sering
dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai seorang model,
guru harus mempunyai kompetansi yang berhubungan dengan
pengembangan keperibadiaan (personal competencies), di
antaranya:
a) Bertindak sesuai dengan norama agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional Indonesia.
b) Menempilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia dan teladan bagai peserta didik dan masyrakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.
e) Menjunjung kode etik profesi guru.
3) Kompetensi sosial
Guru di mata masyrakat dan siswa merupakan panutan yang
perlu dicontoh dan merupakan teladan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan
masyrakat, dalam rangka proses pembelajaran yang efektif.
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai
anggota masyrakat dan makhluk sosial, diantaranya:
a) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluraga dan status sosial ekonomi.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan
masyrakat.
c) Beradaptasi di tempat tugas di selurauh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d) Bekomunaikasi dengan komunikasi profesi sendiri dan
4) Kompetensi profesional
Kompetenasi profesional yaitu kemampuan yang harus
dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran (Sanjaya, 2006:18). Beberapa kemampuan yang
berhubungan dengan kompetensi ini adalah:
a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan
b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan
c) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai
dengan bidang studi yang diajarjankan.
d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metedologi
dan strategi pembelajaran.
e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media
dan sumber.
f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
g) Kemampuan dalam menyusuan program pembelajaran.
h) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,
misalnya paham akan adiministrasi sekolah, bimbingan dan
penyuluhan.
i) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir
c. Indikator Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan penilaian kinerja guru.
Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher
performance assment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh
Depdiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat
penilaian kemampuan guru, meliputi: rencana pembelajaran
(teaching plans dan materials) atau disebut dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), prosedur pembelajaran
(classroom procedure) dan hubungan antar pribadi
(http://infopendidikankita.blogspot.com/2010/07/indikator-kinerja-guru-dan-penilaiannya.html).
Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan
terhadap tiga kategori pembelajaran di kelas, yaitu:
1) Kemampuan merancangkan belajar mengajar
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap
yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasi bagan
ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, yang terdiri dari:
a) Pengembangan silabus
Unsur-unsur atau komponen yang ada dalam silabus
adalah:
(2) Standar kompetensi
(3) Kompetensi dasar
(4) Materi pembelajaran
(5) Kegiatan pembelajaran
(6) Indikator
(7) Alokasi waktu
(8) Sumber pembelajaran
b) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan penjabaran
lebih rinci dan spesifik dari silabus. Komponen-komponen
dari rencan pelaksanaan pembelajaran adalah:
(1) Identitas RPP
(2) Standar kompetensi (SK)
(3) Kompetensi dasar (KD)
(4) Indikator
(5) Tujuan pembelajaran
(6) Materi pembelajaran
(7) Metode pembelajaran
(8) Langkah-langkah kegiatan
(9) Sumber belajar
2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaran
pendidikan yang ditandai dengan adanya kegiatan pengelolaan
kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan
metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara
optimal dalam pelaksanaannya menurut kemampuan guru.
a) Pengelolaan kelas
Kemampuan menciptkan suasana kondusif di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenagkan
adalah tuntutan bagai seorang guru dalam pengelolaan
kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan
disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket
kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,
melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran dan melakukan pengaturan tempat duduk
siswa.
b) Penggunaan media dan sumber belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang
perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah
menggunakan media dan sumber belajar. Kemampuan
menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya
cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi
kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan
objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
c) Pengunaan metode pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan
Sukmadinta (1993:74), setiap metode pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai
sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun
yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai.
3) Kemampuan mengevaluasi
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjuk
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran
dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap
ini seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan
alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi/penilian hasil belajar adalah melalui penilaian acuan
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut Simanjuntak (2005:13), kinerja seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah:
1) Kompentensi Individu
Kompentensi individu adalah kemampuan dan keterampilan
melakukan pekerjannya. Kompentensi setiap orang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokan
dalam dua golongan, yaitu: pertama, kemampuan dan
keterampilan kerja. Kedua, motivasi dan etos kerja. Secara
psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge
+ skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata
(IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerajaan
sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari
investasi sumber daya manusia (human investment). Semakin
lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan
pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompentensinya
melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi
2) Dukungan organisisi
Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan
organisiasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana
dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan
lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.
3) Dukungan manajemen
Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan
manajerial dari para manajer atau pemimpin, baik dengan
membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman
dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompentensi
kerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan
mobilitas pegawai untuk bekerja secara optimal.
2. Supervisi Kepala Sekolah
a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi merupakan proses yang digunakan oleh
personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek
tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para
personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan
tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam Pidarta, 1992:2).
Sedangkan menurut Carter (dalam Soetopo dan Soemanto,
1984:39) supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas
memperbaiki pengajaran termasuk mestimulir, menyelesaikan
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode
mengajar dan evaluasi pengajaran.
Sementara itu Neagley (dalam Pidarta, 1992:2)
mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang
bertujauan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan
kurikulum dikatakan supervisi. Rumusan ini lebih operasional
daripada rumusana pertama di atas. Supervisi di sini diartikan
bantuan, pengarahan, dan bimbingan kepada guru-guru dalam
bidang-bidang instruksional, belajar dan kurikulum. Mereka
bekerja untuk meningkatkan ketiga bidang dalam usaha mencapai
tujuan sekolah.
Dari berbagi definisi di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa supervisi adalah segala usaha dan upaya yang
dilakukan oleh petugas-petugas sekolah, dalam hal ini kepala
sekolah dalam usaha membantu guru dan petugas lainnya
memperbaiki situasi pembelajaran sehingga kemampuan mereka
lebih berkembang dan kompeten sesuai dengan profesi mereka.
Dan pada akhirnya proses pembelajaran dapat berjalan dengan
b. Tujuan Supervisi Pendidikan
Menurut Rifai (1982:39), tujuan supervisi pendidikan
adalah sebagai berikut:
1) Membantu guru agar lebih mengerti atau menyadari
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah dan fungsi sekolah dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan.
2) Membantu guru agar lebih menyadari dan mengerti kebutuhan
dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya dapat
membantu para siswanya tersebut.
3) Untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara
yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan
profesional di sekolah dan hubungan antar staf yang kooperatif
untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.
4) Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan
memanfaatkan, serta mengembangkan kemampuan itu dengan
memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan
kemampuannya.
5) Membantu guru meningkatkan penampilannya di depan kelas,
baik dari segi kemampuan pengetahuan, keterampilan, maupun
6) Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat
menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan
kemampuannya secara maksimal.
7) Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswanya dan
merancankan tindakan-tindakan perbaikan.
8) Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas
atau tidak wajar, baik dari sekolah maupun masyrakat.
c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan
Menurut Burton dan Bruechner (dalam Purwanto, 1987: 88)
mengemukakan ada lima tipe supervisi, yaitu:
1) Supervisi sebagai inspeksi
Dalam admistrasi dan kepemimpinan yang otoraktis, supervisi
berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi
semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan
guru atau bawahan. Orang-ornang yang bertugas/mempunyai
tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah
ini masih berlaku resmi dan umum di negara kita meskipun
sebenarnya tugas dan pelaksanaan sudah banyak mengalami
perubahan.
2) Laissez faire
Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya
merupakan kepengawasan yang tidak konstruktif.
bekerja sekehendaknya tampa diberi petunjuk dan bimbingan.
Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang
mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dan
dengan cara yang mereka kehendaki.
3) Corrective supervision
Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi,
tipe kepengawasan yang bersifat otoriter. Di dalam tindakan
kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala
sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut
pendapatnya sendiri. Dalam hal ini pendapatan dan inisiatif
guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang
penting, guru harus tunduk dan menuruti petunjuk-petunjuk
yang dianggap baikoleh supervisor itu sendiri. Mungkin dalam
hal-hal tertentu kepengawasan tipe korektif ini berguna dan
sesuai, misalnya bagi guru yang mulai belajar dan mengajar.
Akan tetapi, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya
tipe korektif ini banyak kelemahannya. Tidak semua kepala
sekolah atau supervisi cara-cara yang baik untuk seluruh mata
pelajaran.
4) Supervisi sebagai latihan bimbingan
Dibandingakan dengan tipe-tipe supervisi yang telah
dibicarakan di atas, tipe ini lebih baik. Tipe supervisi ini
merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan
pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru
pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di
sekolah guru. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan
selanjutnya ialah untuk melihat (to train) dan memberi
bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut dalam tugas
pekerjaannya sebagai guru.
5) Kepengawasan yang demokratis
Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau
supervisi bersifat demokratsi pula. Supervisi merupakan
kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat
ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh
seorang petugas, melainkan pekerjaan bersama yang
dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh
supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada anggota sesuai
dengan tingkat, keahlian dan kecakapannya masing-masing.
d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Rifai (dalam Purwanto, 1987:129), untuk
menjalankan tindakan-tindakan supervisi, kepala sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada
yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan
2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang
sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).
3) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada
guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
5) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan
atas hubungan pribadi.
6) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap
dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.
7) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat
menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari
guru-guru.
8) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat,
kedudukan atau kekuasaan pribadi.
9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan
kekurangan.
10)Supervisi tidak terlau dapat cepat mengharapkan hasil dan tidak
boleh lekas merasa kecewa.
11)Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan
kooperatif. Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai
timbul hal-hal negatif; mengusahakan/memenuhi syarat-syarat
sebelum terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan. Korektif
Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan
bersama-sama oleh supervisior dan orang-orang yang diawasi.
e. Teknik-teknik Supervisi
Untuk menolong guru berkembang terus menerus dalam
jabatannya, banyak cara yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah.
Cara-cara menolong tersebut dikenal dengan teknik-teknik
supervisi. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan
tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan.
Secara garis besar cara atau teknik-teknik supervisi menurut
Purwanto (1987:133), dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu:
1) Teknik perseorangan
Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam
teknik supervisi perseorangan ini, adalah:
a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kunjungan
sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor
(kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau
mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya
untuk mengobservasi begaimana guru mengajar, apakah
sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan
atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru di suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk
melihat/mengamati sorang guru yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata
pelajaran tertentu. Misalnya menggunakan alat atau media
yang baru, audio-visual aids, cara mengajar dengan metode
tertentu, misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi
panel, fish bowl, metode penemuan (discovery) dan
sebagainya.
c) Membina guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi
siswa dan atau mengatasi masalah yang dihadai siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa. Misalnya yang lamban dalam
belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siwa yang
nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan
kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Meskipun
diberbagai sekolah mungkin telah dibentuk bagian
bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering
timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau
untuk mengatasinya. Di samping itu, kita pun harus
menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah
pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan
supervisor, terutama kepala sekolah, sangat diperlukan.
d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan kurikulum sekolah
Antara lain:
(1) Menysusun program semesteran
(2) Menysusn atau membuat program satuan pembelajaran
(3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
(4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pembelajaran
(5) Menggunakan media dan sumber dalam pembelajaran
(6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour dan sebagainya.
2) Teknik kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah supervisi yang dilakukan
secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dalam teknik supervisi kelompok ini adalah:
a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan
tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya.
Termasuk di dalam perencanaan itu antara lain mengadakan
dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan
dalam rangka kegiatan supervisi seperti, hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana
sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelola keuagan.
b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya
untuk sekolah lanjutan). Untuk SD dapat pula dibentuk
kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata
pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok
yang telah terbentuk diprogramkan untuk mengadakan
pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan
proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi,
supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan
pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun
saran-saran yang diperlukan.
c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervise kelompok yang dilakukan melalui
penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya
penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran
tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada umumnya
diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala
sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran,
agar dapat dipraktikan oleh guru-guru.
3. Status Kepegawaian
Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang
bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan)
yang dipergunakan dalam hubungan dengan para guru berarti martabat
atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat
pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan
mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan prasyarat kerja,
penggajian serta keuntungan materi-materi lainnya yang diberikan
kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya
lainnya.
Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru berkaitan
dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang ditempatinya.
a. Guru negeri
Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu
isntansi milik pemerintah, guru yang bekerja di instansi swasta
tetapi tetap digaji oleh negara.
b. Guru swasta
Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu
dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta
digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
1) Guru Honorer
Guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh
yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan atau
lembaga tersebut, tetapi belum mengajar penuh atau dengan
kata lain sebagai guru bantu.
2) Guru Yayasan
Guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah
berstatus guru tetap dari yayasan.
3) Guru Tidak Tetap Yayasan
Guru tidak tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji
oleh yayasan tetapi belum menjadi guru tetap.
Sedangan menurut Undang-Undang Guru dan dosen tahun
1. Guru tetap adalah guru yang diperkerjakan secara permanen oleh
pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya
yang menyelenggarakan pendidikan.
2. Guru tetap pegawai negeri sipil adalah guru tetap yang diangkat
sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah/pemerintah daerah
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
3. Guru tetap non-PNS guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau
badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan,
berdasarkan perjanjian kerja.
4. Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh
pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainya
yang menyelengarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian
kerja.
4. Pemberian Kompensasi
a. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan
pembayaran finansial sebagai balas jasa yang dilaksanakan dan
sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan
datang ( Handoko, 1993:245).
Silalahi (2002:293) mendefinisikan kompensasi sebagai apa
yang diterima karyawan dari organisisi sebagai pengganti untuk
Sedangakan mernurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:206)
kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima atas kerja yang
telah mereka lakukan dalam suatu oraganisi dan berfungsi sebagai
motivasi kerja.
Dari bergai defenisi kompensasi di atas dapat disimpulkan
bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan
atas usaha atau kerja yang telah mereka kerjakan dalam suatu
organisisi dan berfungi sebagai motivasi kerja.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Ambar dan Rosidah (2003:211), faktor-faktor
yang mempengaruhi kompensasi adalah:
1) Kebenaran dan keadilan
Kompensasi harus berdasarkan kondisi riil yang telah
dikerjakan oleh pegawai, artinya disesuaikan dengan
kemampuan, kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah
ditunjukan pegawai kepada organisasi.
2) Dana organisasi
Kemampuan organisasi untuk memberikan kompensasi baik
berupa financial maupun non financial, disesuaikan dengan
dana yang tersedia.
3) Serikat kerja
Para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat kerja, dapat
karena serikat karyawan dapat merupakan simbol kekuatan
dalam memperbai nasifnya.
4) Produktivitas kerja
Produktivitas pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi
penilaian prestasi kerja, sedangkan prestasi kerjaa merupakan
faktor yang diperhitungan dalam penetapan kompensasi.
5) Biaya hidup
Penyesuaian besarnya kompensasi dengan biaya hidup
pegawai beserta keluarganya sehari-hari mendapatkan
perhatian dalam penetapan kompensasi.
6) Pemerintah
Intervenasi pemerintah untuk menentukan besarnya
kompensasi sangat besar.
c. Bentuk-bentuk Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi antara organisasi yang satu
dengan organisai yang lain jelas berbeda. Pemberian kompensasi
kepada karyawan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing
pihak dan kemampuan organisasi dalam menjalankan program
tersebut. Bentuk-bentuk kompensasi menurut Simamora
(2004:443) adalah sebagai berikut:
1) Finasial
(1) Bayaran pokok (base pay) dalam bentuk gaji (salary)
dan upah (wage).
(2) Bayaran prestasi (merit pay)
(3) Bayaran Intensif (insentive pay) dalam bentuk bonus,
komisi, pembagian laba, pembagian keuntungan dan
pembagian saham.
(4) Bayaran tertangguh (deferred pay) dalam bentuk
program tabungan dan anuitas pembelian saham.
b) Tidak langsung
(1) Program-program perlindungan, yaitu: asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, pensiun dan asuransi tenaga
kerja.
(2) Biaya di luar jam kerja, yaitu: liburan, hari besar, cuti
tahunan dan cuti hamil.
(3) Fasilitas, yaitu : kendaraan, ruang kantor dan tempat
parkir.
2) Non-Finansial
a) Pekerjaan
(1) Tugas-tugas yang menarik
(2) Tantangan
(3) Tanggung jawab
(4) Pengakuan
b) Lingkungan pekerjaan
(1) Kebijakan-kebijakan yang sehat
(2) Supervisi yang kompeten
(3) Kerabat kerja yang menyenagkan
(4) Lingkungan kerja yang nyaman
Menurut Sudarsono (1996:140), kompensasi yang diterima
karyawan sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan
dalam empat bentuk, yaitu:
1) Upah atau gaji dalam bentuk uang
Upah atau gaji terdiri dari gaji pokok ditambah tunjangan
keluarga dan tunjangan jabatan.
2) Tunjangan dalam bentuk natura seperti beras, gula, garam dan
pakaian diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan
menjaga gaji riil di masa inflasi.
3) Fringe benefits adalah bentuk jenis keuntungan di luar gaji yang
diperoleh karyawan sehubungan dengan jabatannya.
Bentuk-bentuk fringe benefits yaitu: dana pensiun, asuransi, upah yang
dibayar pada hari libur, cuti, sakit, sarana olahraga dan rekreasi.
4) Kondisi lingkunga kerja yang mencakup lokasi dan jarak
perusahaan dari tempat tinggal, kebersihan, mutu tempat kerja
d. Tujuan Pemberian Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi hendaknya bersifat adil. Adil
yang dimaksudkan di sini bahwa apa yang diterima sesuai dengan
apa yang telah dilakukan. Menurut Sulistiyani dan Rosidah
(2003:210), tujaun pemberian kompensasi adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi
Pemberian kompensasi diharapkan sesuai dengan apa yang telah
dilakukan seorang guru dalam kerjanya sehingga dapat
memenuhi kebutuhanh hidup sehaari-hari (basic needs).
Sekarang ini masih banyak guru yang belum dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs) keluarganya, hal ini
dikarenakan jumlah pemberian kompensasi yang tidak sesuai
dengan apa yang telah dilakukan oleh guru dengan kebutuhan
ekonomi yang harus dipenuhinya.
2) Mendorong produktivitas kerja
Produktivitas kerja dapat diartikan sebgai pencapaian akhir
dalam suatu proses produksi dan lebih mengarah pada kuantitas.
Dalam konteks penelitian ini, pencapaian hasil kerja lebih
mengarah pada kinerja seorang guru.
3) Pengkaitan kompensasi dengan kesuksesan organisasi
Organisasi dalam penelitian ini adalah sebuah sekolah. Semakin
tinggi kepercayaan masyrakat terhadap mutu suatu sekolah akan
dan diharapakan akan meningkatkan pendapatan sekolah. Maka
kenyataan ini juga akan berdampak positif terhadap pemberian
kompensasi kepada guru dan karyawannya.
4) Memikat pegawai dan menahan pegawai yang kompeten
Pemberian kompensasi yang adil diharapkan dapat membantu
guru yang kompeten merasa nyaman untuk terus bekerja di
suatu sekolah. Kompensasi yang diberikan hendaknya juga
memperhatikan kompetensi guru dalam suatu organisasi,
sehingga guru akan merasa lebih dihargai dan dibutuhkan dalam
sekolah tersebut.
B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan
1. Christina Meliyana Wati
Christina Meliyana Wati dalam penelitian yang berjudul
”Pengaruh Suverpisi Kepala Sekolah dan Kompenasi terhadap
Kinerja Guru” studi kasus Guru-Guru di Sekolah Milik Yayasan
Xaverius Khususnya di Kota Metro, Lampung.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang positif dan
signifikan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru, pengaruh
yang positif dan signifikan kompenasi terhadap kinerja guru dan
pengaruh yang positif dan signifikan supervisi kepala sekolah dan
kompenasi terhadap kinerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua mengunakan analisis
kofisien korelasi sperman, sedangankan untuk menguji hipotesis
ketiga mengunakan analisis kofisien korelasi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengaruh supervisi kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja
guru di Sekolah milik Yayasan Xaverian, khususnya kota Metro,
Lampung terdapat pengaruh yang positif dan signifikan.
2. Roland Ricardo B
Roland Ricardo B dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Persepsi Guru Tentang Supervisi Akademik dengan
Kinerja Guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang supervisi
akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara persepsi guru
tentang supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso
Sokaraja.
Subyek dari penelitian adalah semua guru SMA Yos Sudarso
Sukaraja yang berjumlah 35 orang. Pengumpulan data dengan
penyebaran skala persepsi guru tentang supervisi akademik dan
dokumentasi DP3 (Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan) yang
Untuk mengetahui hubungana antara persepsi guru tentang
supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso
Sukaraja dengan menggunakan Sparman’s rho. Kofesien korelasi
yang didapat dalam penelitian ini adalah (r) = 0,355 dan P =0.018 atau
P < 0,005. Hal ini menunjukan bahwa variabel persepsi guru tentang
supervisi akademik berkorelasi positif dengan kinerja guru.
C. Rasionalisasi/Kerangka Berpikir
1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru
Supervisi merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah
yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberikan rangsangan,
bimbingan dan bantuan kepada guru sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Hal ini sejalan dengan fungasi kepala sekolah sebagai leader
dalam satuan pendidikan. Supervisi yang dilakukan secara terus
menerus dan terprogram secara teratur akan meningkatkan
kompentensi guru sehingga akan terbentuk guru yang profesional.
2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru
Status atau kedudukan guru berarti martabat atau pengahargaan
yang diberikan kepada mereka. Dalam hal ini martabat bagi guru
berarti tingkat pengakuan yang diberikan kepada mereka atas
kemampuan mereka dalam menjalankan tugas-tugasnnya dan
yang lebih baik, misalnya pegawai tetap yayasan tentunya akan
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka
bekerja, sehingga kinerja mereka diharapkan lebih baik. Sedangkan
para guru PNS yang diperbantukan dan guru honorer cenderung tidak
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka
bekerja, sehingga kinerja mereka cenderung kurang baik.
3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru
Kompensasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan atas
hasil kerja seseorang dalam organisasi. Pemberian kompensasi yang
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (basic needs)
diharapkan memberikan kesejahteraan kepada para guru. Dan dengan
terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs), para guru
diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang baik dan terus
mengembankan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Martoyo (1987:166), yang mengatakan bahwa : “suatu
kempensasi jelas akan meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja”.
4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian,
Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru
Supervisi kepala sekolah, status kepegawaian guru dan
pemberian kompensasi pada dasarnya memang memiliki hubungan
dengan kinerja guru. Namun supervisi kepala sekolah, status
satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kinerja guru, masih ada
banyak faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan kinerja guru.
Supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para
gurunya tentunya akan membantu meningkatkan performa atau kineja
mereka. Tetapi ternyata supervisi kepala sekolah saja belum cukup
untuk meningkatkan kinerja guru, ternyata status kepegawaian guru
juga memberi andil terhadap kinerja guru. Guru yang status
kepegawaianya sudah mapan tentunya akan memiliki kinerja yang
lebih baik dan sebaliknya guru yang status kepegawaianya belum jelas
akan memiliki kinerja yang kurang. Dan ternyata kinerja guru tidak
hanya berhubungan dengan supervisi kepala sekolah dan status
kepegawaian saja, tetapi pemberian kompensasi yang adil dan sesuai
ternyata juga berhubungan dengan kinerja guru. Sehingga pemberian
kompensasi yang adil dan sesuai diharapkan mampu meningkatkan
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkain.
D. Paradigma Penelitian
Hubungan antara variabel penelitian dapat digambarkan dalam
paradigma sebagai berikut:
X1
Y X2