• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Laboratorium Virtual Pada Konsep Listrik Dinamis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Laboratorium Virtual Pada Konsep Listrik Dinamis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL PADA KONSEP

LISTRIK DINAMIS

Muchamad Haikal Al Fajri1, Fathiah Alatas1, Daryono2

1

Program Studi Pendidikan Fisika, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2

SMAN 8 kota Tangerang Selatan

Email koresponden: ekal.alfajri@gmail.com, fathiahalatas@uinjkt.ac.id, dar.smail66@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual yang dapat meningkatkan hasil belajar pada materi listrik dinamis kelas X SMA Negeri 5 Tangerang Selatan. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 2 siklus, tiap siklus yang dilaksan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-6 SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, lembar observasi, tes, dan LKS pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan uji N-Gain dan analisis deskriptif kualitatif. Data analisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas X-6 SMA N 5 Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media laboratorium virtual meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai N-Gain pada siklus I sebesar 0,59 berubah menjadi 0,82 pada siklus 2.

Kata Kunci: media laboratorium virtual;listrik dinamis;hasil belajar

Abstract

The purpose of this action research is to determine the characteristics and capabilities of learning by using media virtual laboratory that can improve learning outcomes in a dynamic electrical material grade X SMAN 5 Tangerang. Research is a form of class action consisted of two cycles, each cycle dilaksan consists of four stages: planning, implementation, observation and reflection. As the subject of this research is class X-6 SMAN 5 Tangerang City. Data collection techniques used were interviews, tests, observation sheet, LKS learning and training evaluation sheet. Data were analyzed using the test N-Gain, non-test data analysis and descriptive qualitative analysis. Data analysis of the cognitive learning outcome-6 class X SMAN 5 Tangerang City stated that learning to use the virtual laboratory media improve student learning outcomes in a dynamic electrical material. Buoyed by the increase in the value of N-Gain in the first cycle of 0.59 to 0.82 change in cycle 2.

Keywords: virtual eksperiment media; learning outcome; dynamic electricity

PENDAHULUAN

Peranan dunia pendidikan menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan suatu sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam penguasaan sains dan teknologi sehingga dapat memecahkan berbagai permasalahan yang ada. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menuntut guru untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas pembelajaran sehingga para siswa tidak merasa bosan dan diharapkan lebih memahami materi yang disampaikan (Retna Wuryaningsih dan Suharno, 2014).

(2)

ajaran 2015/2016 di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan dapat di katakan siswa dalam mata pelajaran fisika masih tergolong kategori rendah, hal tersebut dapat dilihat dari nilai ujian tengah semester yang umumnya masih di bawah KKM. Pembelajaran di kelas guru sering melakukan demonstrasi pada proses pembelajaran, namun dikarenakan keterbatasan alat, sehingga demonstrasi hanya dilakukan oleh guru yang mengakibatkan siswa hanya dapat melihat demonstrasi yang dilakukan oleh guru, yang mengakibatkan siswa cenderung pasif, tidak berkonsentrasi dan memiliki minat yang rendah dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti, sekolah ini memiliki ruang laboratorium fisika sendiri, namun di karenakan keterbatasan alat dan bahan serta ruangan yang sedang di renovasi maka kegiatan praktikum dilakukan diruang terbuka dan sedikit menggunakan alat praktikum, sehingga tidak semua siswa dapat melakukan sendiri kegiatan praktikum. Menurut Rustaman, dalam melaksanakan kegiatan praktikum, tentu saja diperlukan sarana penunjang yang akan menjadikan kegiatan praktikum berjalan dengan baik. Sarana penunjang yang dimaksud adalah ruangan yang disebut sebagai laboratorium dan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan praktikum (Nuryani, 2005).

Mengatasi masalah yang ditemukan tersebut, maka salah satu usaha yang dapat dilakukan inovasi teknologi komunikasi pendidikan dalam mendayagunaan media, berupa penyajian praktikum secara virtual yang dioperasikan dengan komputer serta mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan siswa berada dalam laboratorium sebenarnya sehingga akan memberikan arti tersendiri bagi proses pembelajaran untuk memberikan peningkatan secara signifikan dan pengalaman belajar yang efektif. Media pembelajaran interaktif yang dimaksud adalah

media laboratorium virtual (Eko Sumargo dan Leny Yuanita, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Deni Holden Simbolon tahun 2015 dimana terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual diperoleh dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction). Model inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual lebih baik dari model direct instruction dalam meningkatkan gain hasil belajar siswa.

Laboratorium virtual adalah salah satu bentuk laboratorium dengan kegiatan pengamatan atau eksperimen dengan menggunakan software yang dijalankan oleh sebuah komputer, semua peralatan yang diperlukan oleh sebuah laboratorium terdapat di dalam software tersebut. Simulasi komputer memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar fisika secara dinamis dan interaktif. Simulasi yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada laboratorium sebenarnya ini disebut dengan laboratorium virtual.

Babateen menyatakan bahwa virtual experiment atau laboratorium virtual dapat didefinisikan sebagai pembelajaran virtual dan lingkungan belajar yang mensimulasikan atau menggambarkan laboratorium secara nyata. Laboratorium virtual menyediakan kepada siswa alat-alat, bahan, dan perlengkapan laboratorium dalam komputer untuk menampilkan eksperimen secara subjektif di mana saja dan kapan saja (Huda Mohammad Babateen, 2011).

Multimedia pembelajaran dalam bentuk

(3)

diperoleh adalah proses pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih interaktif, eksperimen dapat dilakukan lebih cepat, kualitas belajar dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Selain itu, penggunaan laboratorium virtual lebih menghemat biaya, aman, bersih, dan eksperimen dapat dilakukan di kelas dan tidak memerlukan ruangan laboratorium khusus.

Laboratorium virtual memiliki keunggulan. Keunggulan itu antara lain adalah bisa menjelaskan konsep abstrak yang tidak bisa dijelaskan melalui penyampaian verbal. Laboratorium virtual bisa menjadi tempat melakukan eksperimen yang tidak bisa dilakukan di dalam laboratorium konvensional (Ariani, dkk 2010). Dengan penerapan pembelajaran menggunakan media laboratorium virtual diharapkan pembelajaran akan lebih menyenangkan, bermakna dan siswa dapat mengerti konsep-konsep fisika.Laboratorium visual yang digunakan dengan media simulasi Phet. Dimana telah dilakukan oleh Retna Wuryaningsih dan Suharno mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Fisika berbasis teknologi menggunakan media simulasi PhET ini, siswa lebih menikmati proses pembelajaran dan hasilnya menunjukkan ada peningkatan yang cukup baik. PhET (Physics Education Technology) merupakan salah satu contoh media pembelajaran berupa virtual lab yang dikembangkan oleh University of Colorado Amerika Serikat dapat diakses di http://phet.colorado.edu. Simulasi phet untuk membantu siswa memahami konsep-konsep secara visual.

Pembelajaran fisika tidak akan terpisahkan dari kegiatan praktikum. Selain membangkitkan motivasi belajar siswa, kegiatan praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen dan menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Selain itu, dalam pembelajaran fisika menuntut banyak dilakukan

eksperimen agar pembentukan konsep dalam diri siswa menjadi kuat dan tahan lama. Tetapi tidak semua konsep fisika dapat dieksperimenkan secara nyata di laboratorium, karena keterbatasan sarana dan juga konsep fisika yang bersifat abstrak.

Listrik dinamis adalah salah satu materi yang terdapat dalam fisika yang memiliki konsep yang abstrak dan membutuhkan praktikum dalam mempelajarinya. Berdasarkan observasi yang di lakukan peneliti, pada materi listrik dinamis siswa masih dapat dikatakan katagori rendah, hal tersebut di buktikan berdasarkan nilai hasil ulangan pada tahun ajaran 2014/2015, banyak siswa masih berada di bawah KKM. Oleh karena itu, bagaimanakah pembelajaran menggunakan media laboratorium virtual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis.

Listrik dinamis berkaitan dengan muatan listrik dalamkeadaan bergerak. Arus listik adalah gerakan muatan (q) atau perpindahan jumlah muatan dalam sebuah penghantar atau konduktor selama selang waktu (t).Arus ini bergerak dari potensialtinggi ke potensial rendah, dari kutub positif ke kutubnegatif, dari anoda ke katoda. Arah arus listrik ini berlawananarah dengan arus elektron. Muatan listrik dapatberpindah apabila terjadi beda potensial. Beda potensialdihasilkan oleh sumber listrik, misalnya baterai atauakumulator. Setiap sumber listrik selalu mempunyai duakutub, yaitu kutub positif (+) dan kutub negatif (–) (Douglas, 2001).

METODE

(4)

adalah Model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut model Kemmis dan Mc Taggart, penelitian tindakan kelas ini berupa siklus yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan akan tercapai. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dalam tiap siklus sebanyak dua pertemuan. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah kelas X-6, sejumlah 40 siswa di sekolah SMA Negeri Kota Tangerang Selatan yang tercatat pada tahun ajaran 2015/2016. Hasil intervensi yang di harapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa, dengan keberhasilan ketuntasan belajar mencapai 80% dengan nilai KKM 76 setelah siswa mengalami pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual pada materi listrik dinamis.

Data yang diperoleh berupa wawancara guru pembelajaran untuk observasi pendahuluan (penelitian pendahuluan), lembar observasi aktivitas guru dan siswa mengajar untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran guru (ketika diterapkan media laboratorium virtual), tes hasil belajar (pretest&posttest) siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah di beri tindakan, Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memberi petunjuk kepada siswa mengenai alur praktikum pembelajaran, dan nilai latihan soal pada tahap evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa pada setiap pertemuan.

Analisis data tes hasil belajar menggunakan N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium. Lembar observasi untuk menilai tindakan guru dan aktifitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan model skala Likert yang berbentuk ratting-scale.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian dilaksanakan di kelas X-6 yang berjumlah 40 siswa, yang terdiri dari 19 siswa dan 21 siswi. Ada dua siklus dalam penelitian ini dimana masing-masing siklus dilakukan dua kali pertemuan. Tiap pertemuan dilaksanakan selama 2 × 45 menit yaitu dilakasanakan pada tanggal 5 dan 12 Mei 2016. Indikator pembelajaran pada konsep listrik dinamis pada siklus I diantaranya (1). Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar, (2). Menjelaskan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana (satu

loop), (3). Menjelaskan tegangan yang tertera pada alat listrik, (4) Mampu menghitung energi dan daya yang terpakai pada alat listrik. Pembelajaran siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan yang berdurasi 4 × 45 menit pada hari Rabu dan kamis, 18 dan 19 Mei 2016. Indokator pembelajaran pada siklus II diantaranya (1) siswa dapat mendeskripsikan hukum I kirchoff, (2) mendeskripsikan hukum II Kirchoff, (3) energi listrik pada alat-alat listrik dan (4) daya yang digunakan pada alat-alat listrik.

1. SIKLUS 1

a. Tahap perencanaan

(5)

media laboratorium virtual, 4) Membuat lembar kerja siswa (LKS) dengan menerapkan media laboratorium virtual pada sub konsep listrik dinamis, 5) Membuat instrumen tes yang digunakan untuk pretest dan posttest. Pada siklus I ini soal tes adalah berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 soal, 6) Pembuatan lembar observasi tindakan guru dan aktifitas siswa, 7) Pembuatan soal latihan (hasil evaluasi).

[image:5.595.41.287.304.399.2]

Hasil pretest dan posttest siklus I pada konsep listrik dinamis dengan menggunakan media laboratorium virtual disajikan pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Data Statistik Pretest-Posttest Siklus I Data Statistik Pretest Posttest

Rata-rata 35,63 74,25

Nilai minimum 10 60

Nilai maksimum 60 90

Medium 37,5 75

Modus 40 75

Standar Deviasi (SD) 9,49 8,29

Tabel 1 terlihat bahwa nilai rata-rata

posttest lebih besar dari pada nilai pretest. Hal tersebut berarti terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus tersebut, namun pada siklus I hanya 15 orang yang mencapai nilai KKM dengan presentase keberhasilan sebesar 37,5 % dan ada 25 siswa dengan presentase 62,5 % yang belum mencapai nilai KKM. Hasil nilai rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 0,59 dengan kategori sedang. Siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori tinggi adalah 22,5% sedangkan siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori sedang adalah 72,5% dan siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori rendah adalah 5%. Hasil perhitungan nilai LKS pada siklus I nilai rata-rata yang diperolah pertemuan pertama sebesar 80 dan pertmuan kedua sebesar 80.

Hasil observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pada

pertemuan I memiliki presentase sebesar 54,79 % kategorinya kurang dan pertemuan II memiliki presentase sebesar 64,3% dengan kategori cukup.

Hasil observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan I memiliki presentase sebesar 43,43 % dengan kategori gagal dan pada pertemuan II memiliki presentase sebesar 57,9 % dengan kategori kurang. Selain itu, berdasarkan catatan observer diperoleh kekurangan-kekurangan dalam kelas diantaranya adalah sebagai berikut: a) Suasana di kelas masih terdengar sangat ribut ketika proses praktikum dilakukan; b) Siswa masih belum paham mengenai langkah-langkah

melakukan praktikum menggunakan

laboratorium virtual; c) Waktu mengerjakan LKS, presentasi, pengambilan kesimpulan yang terlalu lama; d) Siswa masih belum bekerjasama secara optimal untuk mengerjakan LKS; e) Banyak siswa yang bertanya mengenai jawaban LKS; d) Pada saat presentasi banyak siswa yang tidak mendengarkan kelompok yang sedang presentasi.

(6)
[image:6.595.41.287.162.256.2]

Hasil pretest dan posttest siklus II pada konsep listrik dinamis dengan menggunakan media laboratorium virtual disajikan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 Data Statistik Pretest-Posttest Siklus II Data Statistik Pretest Posttest

Rata-rata 36,63 89,13

Nilai minimum 10 80

Nilai maksimum 55 100

Medium 35 90

Modus 30, 35, dan 55 80

Standar Deviasi (SD) 12,37 8,23

Tabel 1 terlihat bahwa nilai rata-rata

posttest lebih besar dari pada nilai pretest. Hal tersebut berarti terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus tersebut, namun pada siklus II seluruh siswa telah mencapai nilai KKM dengan presentase keberhasilan sebesar 100 %. Hasil nilai rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 0,829 dengan kategori tinggi. Siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori tinggi adalah 85% , siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori sedang adalah 15% dan siswa yang memperoleh N-Gain dengan kategori rendah adalah 0%.

Hasil observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pada pertemuan I memiliki presentase sebesar 54,79 % kategorinya kurang dan pertemuan II memiliki presentase sebesar 64,3% dengan kategori cukup.Hasil perhitungan nilai LKS pada siklus II nilai rata-rata yang diperolah pertemuan pertama sebesar 83 dan pertmuan kedua sebesar 85.

Hasil observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II pada pertemuan I memiliki presentase sebesar 86,8 % kategorinya sangat baik dan pertemuan II

memiliki presentase sebesar 97,3% dengan kategori sangat baik.

Hasil observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan I memiliki presentase sebesar 67,39 % dengan kategori cukup dan pada pertemuan II memiliki presentase sebesar 79,68 % dengan kategori baik. Selain itu, berdasarkan catatan observer diperoleh dalam kelas diantaranya adalah sebagai berikut: a) Suasana di kelas terlihat sangat kondusif, di karenakan siswa sangat aktif ketika proses praktikum berlangsung; b) kerja sama antar anggota kelompok sudah berjalan dengan baik; c) ketepatan waktu dalam praktikum, mengerjakan LKS, presentasi, pengambilan kesimpulan sangat baik; d) siswa sangat aktif bertanya kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil praktikumnya di depan kelas.

Hasil refleksi pada siklus II mendeskripsikan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan media laboratorium virtual cukup membantu siswa dan membuat siswa aktif dalam prses pembelajaran, hal ini ditandai dengan: a) Rata-rata skor pretest sebesar 36,63 dan rata-rata skor posttest sebesar 89,13 dengan nilai N-Gain sebesar 0,82 dengan kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan; b) Pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu sebanyak 40 orang dengan presentase mencapai 100%dan hal ini sudah memenuhi indikator ketuntasan belajar yang di rencanakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 80%, sehingga siklus III tidak perlu di adakan.

Pembahasan

(7)

menggunakan media laboratorium virtual dari setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal ini berdasarkan dari hasil

pretest dan posttest ataupun lembar observasi. Peningkatan juga terlihat pada kompetensi guru dalam proses pembelajaran seperti ditunjukkan pada tabel observasi tindakan guru selama proses pembelajaran.

Tes hasil belajar siswa kelas X-6 yang berjumlah 40 siswa pada siklus I memiliki rata-rata nilai pretest sebesar 35,63 dan rata-rata nilai

posttest sebesar 74,25 dengan nilai N-Gain sebesar 0,59 dengan kategori sedang. Pada siklus I sebanyak 15 siswa dengan presentase sebesar 37,5 % sudah memenuhi indikator pencapaian KKM, namun sebanyak 25 siswa dengan presentase 62,5 % belum memenuhi indikator pencapaian KKM. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar pada siklus pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu 80%.

Lembar observasi tindakan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual pada siklus I selama pembelajaran pada pertemuan I tergolong kurang dengan presentase 54,79 % dan pada pertemuan II tergolong cukup dengan presentase 64,3%. Selain itu berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium pada siklus I pertemuan I tergolong gagal dengan presentase 43,43% dan pada pertemuan II tergolong kurang dengan presentase 57,9%. Pada siklus I ini observer memberikan catatan kecil kepada peneliti bahwa Suasana di kelas masih terdengar sangat ribut ketika proses praktikum dilakukan, siswa masih belum paham mengenai langkah-langkah melakukan praktikum menggunakan laboratorium virtual,waktu mengerjakan LKS, presentasi, pengambilan kesimpulan yang terlalu lama, siswa masih belum bekerjasama secara optimal untuk mengerjakan LKS, banyak siswa yang bertanya mengenai jawaban LKS, dan pada

saat presentasi banyak siswa yang tidak mendengarkan kelompok yang sedang presentasi.

Untuk mengatasi dan memperbaiki hal tersebut, peneliti lebih perhatianterhadap suasana kelas, lebih menjelaskan penggunaan

LKS, mengatur pembagian waktu,

memperhatikan kondisi siswa dalam setiap kelompok, memberikan penjelasan mengenai soal yang dianggap sulit dan memberikan

reward kepada siswa dan kelompok yang aktif dalam proses presentasi dan mendengarkan presentasi.

Perbaikan siklus I telah dilakukan untuk siklus II, diperoleh peningkatan hasil belajar dengan rata-rata pretest sebesar 36,63 dan rata-rata posttest sebesar 89,13 dengan nilai N-gain sebesar 0,829 dengan kategori tinggi. Sebanyak 40 siswa sudah memenuhi indikator pencapaian KKM dengan presentase 100 %. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar pada siklus II sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu 80%. Berdasarkan nilai N-Gain pada siklus I (0,59) dengan kategori sedang dan siklus II (0,829) dengan kategori tinggi selisih sebesar 0,239, hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan antara dari siklus I ke siklus II.

Peningkatan ini juga di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko Sumargo dan Leny Yuanita dalam penelitiannya yang

berjudul “penerapan Media Laboratorium

Virtual (PhET) pada materi laju reaksi dengan

model pengajaran langsung” bahwa hasil belajar

(8)

memudahkan siswa untuk memahami pelajaran, sebesar 56,14% siswa mengatakan PhET memudahkan untuk menyelesaikan soal-soal dan tugas yang diberikan oleh guru, sebesar 89,47% siswamengatakan PhET membuat siswa lebih termotivasiuntuk mempelajari pelajaran dan 82,46% siswamengatakan baik jika digunakan untuk matapelajaran lain (eko Sumargo, 2014).

Peningkatan dan keberhasilan yang terjadi pada siklus II di sebabkan oleh tindakan peneliti untuk memaksimalkan semua aspek. Berdasarkan lembar observasi siklus II, aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan I tergolong sangat baik dengan presentase 86,8 % dan pada pertemuan II tergolong sangat baik dengan presentase 97,3%. Selain itu berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium pada siklus II pertemuan I tergolong cukup dengan presentase 67,39% dan pada pertemuan II tergolong baik dengan presentase 79,68%. Pencapaian ini diperoleh dengan peneliti lebih memperhatikan suasana kelas, lebih menjelaskan penggunaan

LKS, mengatur pembagian waktu,

memperhatikan kondisi siswa dalam setiap kelompok, memberikan penjelasan mengenai soal yang dianggap sulit dan memberikan

reward kepada siswa dan kelompok yang aktif dalam proses presentasi dan mendengarkan presentasi. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Heri Purnomo (2011) yang berjudul,

“Laboratorium Virtual Sebagai Alternatif

Kegiatan Laboratorium Kovensional Di

Perguruan Tinggi”, yang menyatakan bahwa

bahwa dengan penggunaan laboratorium virtual,

dalam hal ini adalah virtual experiment, dosen dapat mengajar mata kuliah praktikum secara lebih mudah karena tidak perlu mempersiapkan alat dan program praktikum yang dibuat dapat diakses semua mahasiswa secara mudah dengan internet sehingga mahasiswa dapat belajar mandiri.

SIMPULAN

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas X-6 SMA N 5 Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media laboratorium virtual meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai N-Gain pada siklus I sebesar 0,59 berubah menjadi 0,82.

Beberapa saran antara lain 1) perlu dilakukan penelitian pada materi pembelajaran fisika lainnya yang berpotensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 2) proses pembelajaran dengan menggunakan media ini, hendaknya perlu kontrol dan bimbingan yang lebih dari guru. Agar kerja kelompok ketika mengerjakan LKS dan alur pembelajaran yang telah disusun dapat terlaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, dkk. 2010. “Pembelajaran Multimedia

di Sekolah”. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Babateen, Huda Mohammad. 2011. The role of Virtual Laboratories in Science Education,

IPCSI, Vol.12, IACSIT Press Singapore.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Purnomo, Heri. 2011. Laboratorium Virtuil sebagai Alternatif Kegiatan Laboratorium Konvensional di Perguruan Tinggi,

ORBITH, Vol. 7, No. 3.

Rustaman, Nuryani Y, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UniversitasNegeri Malang

(9)

Unesa Journal of Chemical Education.Vol.3 No.1.

Wuryaningsih, Retna dan Suharno. 2014. PenerapanPembelajaran Fisikan Dengan Media Simulasi Phet Pada Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMPN Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Data Statistik Pretest-Posttest Siklus I
Tabel 2 Data Statistik Pretest-Posttest Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Objektif kajian pula adalah pertama, membangunkan sistem panel lantai yang lebih kukuh; kedua, menyiasat dan mendapatkan ciri-ciri kekukuhan skru penyambung panel lantai

 Guru dan peserta didik menghubungkan kisah orang yang selamat dari musibah dengan keberadaan

34 Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan tes hasil belajar matematika pada sampel yang dipilih yaitu tes hasil belajar siswa. kelas X MA

Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah secara permanen oleh pimpinan entitas dan tidak lagi memenuhi definisi aset tetap maka harus

“ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara- saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu

pemantauan secara rutin setiap hari saat kegiatan usaha soto sedang berjalan, sehingga pemilik bisa langsung menanggapi keinginan dari pelanggan baik dalam penyajian

Analisa data kuantitatif dilakukan dengan menghitung rata-rata proporsi jumlah resep yang terlayani oleh instalasi rawat jalan IFRS X Purwokerto dibandingkan dengan

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa atlet silat dalam penelitian ini adalah atlet yang berprestasi dan berada pada tingkat minimal sudah berpengalaman/ memiliki