• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Penggunaan Algoritma Nguyen Widrow Dalam Backpropagation Pada Penyakit Ginjal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Penggunaan Algoritma Nguyen Widrow Dalam Backpropagation Pada Penyakit Ginjal"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA NGUYEN WIDROW

DALAM BACK PROPAGATION PADA PENYAKIT GINJAL

TESIS

ROMANUS DAMANIK

117038011

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA NGUYEN WIDROW

DALAM BACK PROPAGATION PADA PENYAKIT GINJAL

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh

ijazah

Magister Teknik Informatika

ROMANUS DAMANIK

117038011

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul Tesis : ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA

NGUYEN WIDROW DALAM

BACKPROPAGATION PADA PENYAKIT GINJAL

Kategori : TESIS

Nama Mahasiswa : ROMANUS DAMANIK

Nomor Induk Mahasiswa : 117038011

Program Studi : MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Zakarias Situmorang Prof. Dr. Muhammad Zarlis

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S2 Teknik Informatika Ketua,

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA NGUYEN WIDROW

DALAM BACKPROPAGATION PADA PENYAKIT GINJAL

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 06 Desember 2013

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Romanus Damanik

NIM : 117038011

Program Studi : Teknik Informatika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty

Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA NGUYEN WIDROW DALAM BACKPROPAGATION PADA PENYAKIT GINJAL

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,

memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan Tesis

saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 06 Desember 2013

(6)

Telah diuji pada

Tanggal: 06 Desember 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr.Muhammad Zarlis

Anggota

: 1. Dr. Zakarias Situmorang

2. Prof. Dr.Herman Mawengkang

3. Prof. Dr.Tulus

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Romanus Damanik, S.Kom

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandar Hanopan, 15 Februari 1979

Alamat Rumah : Perumahan Griya Mekatani Blok-2B - Marendal

Handphone : 081264870561 / 081265362951

E-mail

Instansi Tempat Bekerja : AMIK MBP MEDAN

Alamat Kantor : Jl. Letjend. Jamin Ginting P. Bulan - Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Taman Harapan Medan TAMAT: 1986 SLTP : SMP PGRI 4 Medan TAMAT: 1995 SLTA : SMA YP. Timbul Jaya 1 Medan TAMAT: 1998 S1 : STMIK Sisingamangaraja XII TAMAT: 2007 Jurusan Sistem Informasi

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis penulis yang berjudul : “Analisa Penggunaan Algoritma Nguyen Widrow

Dalam Backpropagation Pada Penyakit Ginjal” merupakan salah satu syarat akademik

penulis sebagai mahasiswa S2, program studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu

Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI), Universitas Sumatera Utara

(USU), Medan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S2.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc(CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua

Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika, Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan

Sekretaris Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika, M. Andri Budiman, S.T,

M.Com, M.E.M beserta seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan serta seluruh staff pegawai pada Program

Studi S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara.

Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis dan Dr. Zakarias

Situmorang, selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan serta motivasi kepada penulis.

Prof. Dr. Tulus, Prof. Dr. Herman Mawengkang dan Ibu Dr. Erna B. Nababan,

M.IT selaku pembanding yang telah banyak memberikan kritikan serta saran kepada

penulis.

Secara khusus untuk Istriku Tercinta dan Tersayang Friska Erdiana Purba,

(9)

perhatian, pengertian, kasih sayang dan motivasi kepada penulis dan juga ucapan

terimakasih kepada kedua Orang Tuaku Josep Pius Damanik dan Normalina Saragih

yang telah banyak memberikan doa dan perhatiannya kepada penulis. Ucapan

terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2011 Program Studi

S2 Teknik Informatika, yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga Tuhan

memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

perhatian, serta kerjasamanya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Medan, 06 Desember 2013

ROMANUS DAMANIK

(10)

ABSTRAK

Pada penelitian ini penulis menggunakan algoritma Nguyen Widrow didalam Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation untuk pengenalan (recognition) gejala atau pola penyakit ginjal dan mempercepat mekanisme pembelajaran (training) berdasarkan gejala atau pola penyakit ginjal. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation

merupakan algoritma pembelajaran yang bersifat supervisi (supervised learning), yaitu pembelajaran yang membutuhkan pengawasan untuk pembelajarannya. didalam Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation terdapat data masukan (input) dan data keluaran (output) yang dipakai dalam pelatihan (training) sehingga diperoleh bobot (weight) yaitu dari unit masukan (Input) ke layer tersembunyi (Hidden Layer)

dan dari layer tersembunyi (hidden layer) ke layer keluaran (Output). Pada penelitian ini, pengenalan pola penyakit ginjal terdapat 30 (tiga puluh) gejala dan 10 (sepuluh) macam penyakit ginjal. Data masukan (input) secara acak (random) dan data dilatih

(training) menggunakan algoritma backpropagation yang pembobotannya

menggunakan Nguyen Widrow. Dari penelitian yang dilakukan, keunggulan dari Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation secara acak lebih cepat dalam melakukan pelatihan (training) sedangkan dalam hal pengenalan (recognition) gejala atau pola penyakit ginjal algoritma Nguyen Widrow jauh lebih baik.

(11)

ANALISYS OF USE OF NGUYEN WIDROW ALGORITHM ON BACKPROPAGATION FOR IDENTIFICATION OF

KIDNEY DISEASE ABSTRACT

In this research, the writer implementing Nguyen Widrow Algorithm on neural network backpropagation on recognizing the sympthoms or pattern of kidney diseases and accelerating on the process of training based on the patterns of kidney diseases. Neural network backpropagation is supervised learning, training process that needs supervision. In neural network backpropagation there are input and output that use on trainig process to get weight of input unit to the hidden layer and from hidden layer to output layer. In this research of recognition of pattern of kidney diseases there are 30 (thirty) patterns and 10 (ten) diseases of kidney. The data for input inserted randomly and whole data trained by using neural network where to calculate the weight of each data calculated by Nguyen Widrow. Based on the research organized by writer, the result of training using neural network backpropagation is faster than using Nguyen Widrow, on the other hand, the result of recognition by using nguyen Widrow is better than neural network backpropagation.

(12)

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBARPERSETUJUAN ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI iv

LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS v

LEMBAR RIWAYAT HIDUP vi

LEMBARUCAPANTERIMAKASIH vii

LEMBARABSTRAK ix

LEMBARABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 6

2.1 Ginjal 4

2.2 Jaringan Syaraf Biologi 4

2.3 Jaringan Syaraf Tiruan (Neural Network) 6

2.3.1 Arsitektur Jaringan Syaraf 7

2.3.2 Keuntungan Menggunakan Komputasi dengan JST 8

2.4 Algoritma Umum Jaringan Syaraf Tiruan 9

2.5 Sejarah Jaringan Syaraf Tiruan 11

(13)

2.6.1 Pelatihan dengan Supervisi 13

2.6.2 Pelatihan Tanpa Supervisi 14

2.7 Algoritma Backpropagation 14

2.7.1 Fase Propagasi Maju 15

2.7.2 Fase Propagasi Mundur 16

2.7.3 Fase Modifikasi Bobot 16

2.7.4 Prosedur Pelatihan 16

2.8 Inisialisasi Pembobotan 20

BAB III METODE PENELITIAN 34

3.1 Data Yang Digunakan 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 56

4.1 Analisis 56

4.2 Pembahasan 57

4.2.1 Implementasi Pembelajaran (Training)

(14)

e. Percobaan Kedua dengan Inisialisasi Nguyen Widrow 71

f. Percobaan Ketiga dengan Inisialisasi Nguyen Widrow 72

g. Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan

Nguyen Widrow Percobaan Pertama 74

h. Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan Nguyen

Widrow Percobaan Kedua 74

i. Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan Nguyen

Widrow Percobaan Ketiga 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76

5.1 Kesimpulan 76

5.2 Saran 76

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.1

Perbedaan Jaringan Syaraf Biologis dengan JST Gejala-Gejala Penyakit Ginjal

Nama-Nama Penyakit Ginjal Pendefenisian Input

Tabel Pendefenisian Keluaran (Output)

Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi

Hasil Training Percobaan Pertama Inisialisasi Acak ) Bobot-bobot Dari Layer Tersembunyi Ke LayerOutput

Hasil Training Percobaan Kedua Inisialisasi Acak Hasil Training Percobaan Ketiga Inisialisasi Acak Hasil Training Percobaan Pertama Algoritma Nguyen Widrow

Hasil Training Percobaan Kedua Algoritma Nguyen Widrow

Hasil Training Percobaan Ketiga Algoritma Nguyen Widrow

Perbandingan Hasil Training Percobaan Pertama Perbandingan Hasil Training Percobaan Kedua Perbandingan Hasil Training Percobaan Ketiga Hasil Recognition Percobaan Pertama

Hasil Recognition Percobaan Kedua Hasil Recognition Percobaan Ketiga

Hasil Recognition Percobaan Pertama Nguen Widrow Hasil Recognition Percobaan Kedua Nguen Widrow Hasil Recognition Percobaan Ketiga Nguen Widrow Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan Nguyen WidrowPercobaan Pertama

Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan Nguyen WidrowPercobaan Kedua

Perbandingan Recognition Inisialisasi Acak dengan Nguyen WidrowPercobaan Ketiga

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Susunan Neuron Biologis 5

2.2 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Lapisan Tunggal 6 2.3 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Banyak Lapisan 6

2.4 Fungsi aktivasi: Undak Biner Hard Limit 7

2.5 Fungsi aktivasi: Undak Biner Threshold 7

2.6 Jaringan dengan 3 unit hidden layer 22

3.1 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation 30

3.2 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation

(Lanjutan)

31

3.3 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation

(Lanjutan)

32

3.4 Flowchart Pengujian Backpropagation 33

3.5 Arsitektur Jaringan 35

4.1 Tampilan Menu Utama Aplikasi 57

4.2 Tampilan Proses Training Gejala Penyakit Gagal Ginjal Akut

58

4.3 Tampilan Proses Training Gejala Penyakit Kanker Ginjal 59 4.4 Tampilan Hasil Recognition Gagal Ginjal Akut 65 4.5 Tampilan Hasil Recognition Gagal Ginjal Akut

Percobaan Pertama

67

4.6 Tampilan Hasil Recognition Gagal Ginjal Akut Percobaan Ketiga

68

(17)

ABSTRAK

Pada penelitian ini penulis menggunakan algoritma Nguyen Widrow didalam Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation untuk pengenalan (recognition) gejala atau pola penyakit ginjal dan mempercepat mekanisme pembelajaran (training) berdasarkan gejala atau pola penyakit ginjal. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation

merupakan algoritma pembelajaran yang bersifat supervisi (supervised learning), yaitu pembelajaran yang membutuhkan pengawasan untuk pembelajarannya. didalam Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation terdapat data masukan (input) dan data keluaran (output) yang dipakai dalam pelatihan (training) sehingga diperoleh bobot (weight) yaitu dari unit masukan (Input) ke layer tersembunyi (Hidden Layer)

dan dari layer tersembunyi (hidden layer) ke layer keluaran (Output). Pada penelitian ini, pengenalan pola penyakit ginjal terdapat 30 (tiga puluh) gejala dan 10 (sepuluh) macam penyakit ginjal. Data masukan (input) secara acak (random) dan data dilatih

(training) menggunakan algoritma backpropagation yang pembobotannya

menggunakan Nguyen Widrow. Dari penelitian yang dilakukan, keunggulan dari Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Backpropagation secara acak lebih cepat dalam melakukan pelatihan (training) sedangkan dalam hal pengenalan (recognition) gejala atau pola penyakit ginjal algoritma Nguyen Widrow jauh lebih baik.

(18)

ANALISYS OF USE OF NGUYEN WIDROW ALGORITHM ON BACKPROPAGATION FOR IDENTIFICATION OF

KIDNEY DISEASE ABSTRACT

In this research, the writer implementing Nguyen Widrow Algorithm on neural network backpropagation on recognizing the sympthoms or pattern of kidney diseases and accelerating on the process of training based on the patterns of kidney diseases. Neural network backpropagation is supervised learning, training process that needs supervision. In neural network backpropagation there are input and output that use on trainig process to get weight of input unit to the hidden layer and from hidden layer to output layer. In this research of recognition of pattern of kidney diseases there are 30 (thirty) patterns and 10 (ten) diseases of kidney. The data for input inserted randomly and whole data trained by using neural network where to calculate the weight of each data calculated by Nguyen Widrow. Based on the research organized by writer, the result of training using neural network backpropagation is faster than using Nguyen Widrow, on the other hand, the result of recognition by using nguyen Widrow is better than neural network backpropagation.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi informatika dan teknologi komputer saat ini berkembang sangat pesat,

seiring banyaknya penemuan-penemuan perangkat lunak (software) dan perangkat

keras (hardware) komputer, ditambah lagi dengan diciptakannya peralatan-peralatan

telekomunikasi yang canggih seperti telepon pintar (smartphone) yang dapat

digabungkan dengan teknologi komputer dan menghasilkan suatu kekuatan baru di

bidang teknologi informatika dan komputer.

Saat ini juga para ahli komputer mencoba menggantikan komputer menjadi

suatu alat yang dapat meniru kepintaran manusia (otak manusia), yang diharapkan

akan tercipta komputer yang dapat mengambil keputusan sendiri seperti layaknya

manusia. Hal inilah yang mendorong lahirnya teknologi kecerdasan buatan (Artificial

Intelligence).

Salah satu teknik komputasi yang dikelompokkan dalam teknologi

kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) adalah jaringan syaraf tiruan (Artificial

Neural Network). Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan

yang dirancang dan dilatih untuk memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh

manusia dalam menyelesaikan persoalan yang rumit dengan melakukan proses

belajar. Jaringan syaraf buatan mensimulasikan struktur proses pada otak manusia

yaitu fungsi syaraf biologis dan kemudian membawanya kepada perangkat lunak

kelas baru yang dapat mengenali pola yang kompleks serta belajar dari

pengalaman-pengalaman masa lalu.

Jaringan Saraf Tiruan (JST) Backpropagation telah banyak dimanfaatkan

untuk pengenalan pola penyakit, pencitraan dan suara. Beberapa penelitian tentang

pengenalan pola telah banyak dilakukan diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti berikut ini; Wahyono (2009) yang melakukan penelitian tentang

(20)

pun bisa digunakan dalam pengenalan huruf yang masuk dalam ruang lingkup

pengklasifikasian pola; Setyo Nugroho (2005) yang melakukan penelitian tentang

Algoritma Quickprop dan metode Active Learning dapat meningkatkan kecepatan

training; Ang Wie Siong dan Resmana (1999), melakukan penelitian tentang Jaringan

saraf tiruan ini mampu mengenali citra bernoise, namun kurang dapat menangani

pergeseran citra. Pada input citra dengan pengecilan sekaligus pergeseran, justru

jaringan dapat lebih mengenali; Sri Kusumadewi (2008), melakukan penelitian

tentang Metode Backpropagation yang dapat digunakan untuk melakukan

pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa

lalu, dan dengan menggunakan metode Backpropagation, target hasil (output) yang

diinginkan lebih mendekati ketepatan dalam malakukan pengujian, karena terjadi

penyesuaian nilai bobot dan bias yang semakin baik pada proses pelatihan (traning).

Berdasarkan penelitian yang ada tersebut, penulis mencoba untuk melakukan

penelitian menggunakan algoritma Nguyen Widrow yang meneliti tentang apakah

algoritma tersebut pada jaringan syaraf tiruan (JST) Backpropagation dapat

mempercepat mengenali pola penyakit yang dalam hal ini adalah penyakit ginjal dan

diharapkan penggunaan algoritma Nguyen Widrow dapat menghasilkan hasil yang

jauh lebih baik dibandingkan dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan

pembobotan secara acak.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat ditarik dari penjelasan latar belakang dibuatnya

pengenalan pola, yaitu bagaimana mempercepat proses pembelajaran dan pengenalan

gejala penyakit ginjal dengan mengunakan Backpropragation

1.3 Batasan Masalah

Rumusan masalah diatas, dibatasi dengan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mempercepat proses pembelajaran (training) dalam mengenali gejala penyakit

(21)

2. Pengenalan penyakit ginjal dilakukan berdasarkan analisa gejala yang dialami oleh

penderita.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menggunakan algoritma Nguyen Widrow dalam

mengenali penyakit ginjal.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui sejauh mana penggunaan algoritma Nguyen Widrow pada

Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation mampu mengenali suatu pola penyakit.

2. Mempermudah pengenalan penyakit ginjal.

3. Menambah wawasan penulis dalam penggunaan jaringan syaraf tiruan dalam

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Ginjal

Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan

sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian

luar rongga perut, yang merupakan rongga terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya

disebelah kanan dan kiri tulang belakang. Bentuk ginjal seperti biji kacang dengan

panjang 6 sampai 7,5 cm dengan ketebalan 1,5 – 2,5 cm.

Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi

garam dalam darah, mengatur keseimbangan asam basa darah serta mengatur ekskresi

bahan buangan dan kelebihan garam. Apabila ginjal gagal dalam menjalankan

fungsinya ini, maka akan terjadi gangguan pada keseimbangan air dan metabolisme

dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan zat-zat berbahaya

dalam darah yang dapat mengganggu kerja organ lain yang menyebabkan penderita

memerlukan pengobatan segera.

2.2 Jaringan Syaraf Biologi

Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan

yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

sinapsis. Neuron bekerja berdasarkan impuls/sinyal yang diberikan pada neuron.

Neuron meneruskannya pada neuron lain. Diperkirakan manusia memiliki 1012 neuron dan 6x1018

Jumlah dan kemampuan neuron berkembang seiring dengan pertumbuhan fisik

manusia, terutama pada umur 0-2 tahun. Pada 2 tahun pertama umur manusia,

terbentuk 1 juta sinapsis per detiknya.

sinapsis. Dengan jumlah yang begitu banyak, otak mampu mengenali pola,

melakukan perhitungan, dan mengontrol organ-organ tubuh dengan kecepatan yang

(23)

Gambar 2.1 Susunan Neuron Biologis [Puspitaningrum, 2006]

Berikut ini adalah perbedaan terminologis antara jaringan syaraf biologis dan

tiruan seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan Jaringan Syaraf Biologis dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Neuron memiliki 3 komponen penting yaitu dendrit, soma dan axon. Dendrit

menerima sinyal dari neuron lain. Sinyal/tersebut berupa impuls elektrik yang dikirim

melalui celah sinaptik melalui proses kimiawi. Sinyal tersebut dimodifikasi

(diperkuat/diperlemah) di celah sinaptik. Berikutnya, soma menjumlahkan semua

sinyal-sinyal yang masuk. Kalau jumlahan tersebut cukup kuat dan melebihi batas

ambang (threshold), maka sinyal tersebut akan diteruskan ke sel lain melalui axon.

Frekuensi penerusan sinyal berbeda-bedaantara satu sel dengan yang lain. Neuron

(24)

mengenali sinyal input yang agak berbeda dari yang pernah kita terima sebelumnya.

Sebagai contoh, manusia sering dapat mengenali seseorang yang wajahnya pernah

dilihat dari foto, atau dapat mengenali seseorang yang wajahnya agak berbeda karena

sudah lama tidak dijumpainya. Kedua, otak manusia tetap mampu bekerja meskipun

beberapa neuronnya tidak mampu bekerja dengan baik. Jika sebuah neuron rusak,

neuron lain kadang-kadang dapat dilatih untuk menggantikan fungsi sel yang rusak

tersebut.

2.3 Jaringan Syaraf Tiruan (Neural Network (NN))

Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah suatu metode pembelajaran yang diinspirasi dari

jaringan sistem pembelajaran biologis yang terjadi dari jaringan sel syaraf (neuron)

yang terhubung satu dengan yang lainnya.

Berikut adalah beberapa definisi JST :

1. JST adalah suatu teknik pemrosesan informasi berbasis komputer yang

mensimulasikan dan memodelkan sistem syaraf biologis.

2. Suatu model matematik yang mengandung sejumlah besar elemen pemroses yang

diorganisasikan dalam lapisan-lapisan.

3. Suatu sistem komputasi yang dibuat dari sejumlah elemen pemroses yang

sederhana dan saling diinterkoneksikan untuk memproses informasi melalui

masukan dari luar dan mampu inresponsi keadaan yang dinamis.

4. JST adalah suatu teknologi komputasi yang berbasis hanya pada model syaraf

biologis dan mencoba mensimulasikan tingkah laku dan kerja model syaraf.

5. JST adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan

jaringan syaraf biologi. JST dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari

jaringan syaraf biologi, dengan asumsi bahwa :

a. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron).

b. Sinyal dikirirnkan diantara neuron-neuron melalui

penghubung-penghubung.

c. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau

(25)

d. Untuk menentukan output, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi

(biasanyabukan fungsi linier) yang dikenakan pada jumlahan input yang

diterima. Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas

ambang.

2.3.1 Arsitektur Jaringan Syaraf

Ada beberapa arsitektur jaringan syaraf (Silvia, 2007), antara lain:

a. Jaringan dengan Lapisan Tunggal (Single Layer Network)

Pada jaringan ini, sekumpulan masukan neuron dihubungkan langsung dengan

sekumpulan keluarannya. Sinyal mengalir searah dari layar (lapisan) masukan

sampai layar (lapisan) keluaran. Setiap simpul dihubungkan dengan simpul

lainnya yang berada diatasnya dan dibawahnya, tetapi tidak dengan simpul yang

berada pada lapisan yang sama.

Model yang masuk kategori ini antara lain : ADALINE, Hopfield, Perceptron,

LVQ, dan lain-lain. Pada gambar berikut diperlihatkan arsitektur jaringan layar

tunggal dengan n buah masukan (x1, x2,..., xn) dan m buah keluaran (y1, y2,...,

ym)

Gambar 2.2 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Lapisan Tunggal [Puspitorini, 2008]

b. Jaringan dengan Banyak Lapisan (Multiple Layer Network)

Jaringan dengan banyak lapisan memiliki 1 atau lebih lapisan yang terletak

diantara lapisan input dan lapisan output. Seperti terlihat gambar dibawah ada

(26)

dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan lebih sulit dari pada

jaringan lapisan tunggal, tentu saja dengan pembelajaran yang lebih rumit.

Namun demikian, pada banyak kasus, pembelajaran pada jaringan dengan banyak

lapisan ini lebih sukses dalam menyelesaikan masalah. Model yang termasuk

kategori ini antara lain : MADALINE, Backpropagation.

Pada Gambar 2.3 diperlihatkan jaringan dengan n buah unit masukan (x1, x2,...,

xn), sebuah layar tersembunyi yang terdiri dari m buah unit (z1,z2,...,zm) dan 1

buah unit keluaran.

Gambar 2.3 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Banyak Lapisan [Puspitorini, 2008]

c. Jaringan Reccurent

Model jaringan reccurent (reccurent network) mirip dengan jaringan layar

tunggal ataupun jamak. Hanya saja, ada simpul keluaran yanng memberikan

sinyal pada unit masukan (sering disebut feedback loop). Dengan kata lain sinyal

mengalir dua arah, yaitu maju dan mundur. Contoh : Hopfield network, Jordan

network, Elmal network.

2.3.2 Keuntungan Menggunakan Komputasi dengan JST

Kemampuan dan proses komputasi pada JST memberikan keuntungan-keuntungan

sebagai berikut :

1. JST bersifat adaptif terhadap perubahan parameter yang mempengaruhi

(27)

adaptif dan melaksanakan tugas berbasis pada data yang diberikan saat

pelatihan.

2. JST memiliki kekebalan atau toleran terhadap kesalahan. Artinya, JST tetap

berfungsi walaupun ada ketidak-lengkapan data yang dimasukkan. JST

mempunyai kemampuan mengisi bagian masukan yangkurang lengkap

sedemikian rupa sehingga tetap diperoleh keluaran yang lengkap.

3. JST dapat dilatih memberikan keputusan dengan memberikan set pelatihan

sebelumnya untuk mencapai target tertentu, sehingga JST mampu

membangun dan memberikan jawaban sesuai dengan informasi yang diterima

pada proses pelatihan.

4. JST mempunyai struktur paralel dan terdistribusi. Artinya, komputasi dapat

dilakukan oleh lebih dari satu elemen pemroses yang bekerja secara simultan.

5. JST mampu mengklasiflkasi pola masukan dan pola keluaran. Melalui proses

penyesuaian, pola keluaran dihubungkan dengan masukan yang diberikan

oleh JST.

6. JST mengurangi derau, sehingga dihasilkan keluaran yang lebih bersih.

7. JST dapat dimanfaatkan pada proses optimisasi penyelesaian suatu masalah.

8. JST dapat digunakan pada proses pengendalian sistem agar masukan

memperoleh tanggapan yang diinginkan.

2.4 Algoritma Umum Jaringan Syaraf Tiruan

Algoritma pembelajaran/pelatihan jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut:

Dimasukkan n contoh pelatihan ke dalam jaringan saraf tiruan.

Lakukan :

1. Inisialisasi bobot-bobot jaringan. Set i = 1.

2. Masukkan contoh ke-i (dari sekumpulan contoh pembelajaran yang terdapat

dalam set pelatihan) ke dalam jaringan pada lapisan input.

3. Cari tingkat aktivasi unit-unit output menggunakan algoritma aplikasi.

If kinerja jaringan memenuhi standar yang ditentukan

(28)

then exit.

4. Update bobot-bobot dengan menggunakan aturan pembelajaran jaringan.

If i=n, then reset i = 1.

Else i = i - 1.

Ke langkah 2.

Algoritma aplikasi/inferensi jaringan saraf tiruan :

Dimasukkan sebuah contoh pelatihan ke dalam jaringan saraf tiruan. Lakukan:

1. Masukkan kasus ke dalam jaringan pada lapisan input.

2. Hitung tingkat aktivasi node-node jaringan.

3. Untuk jaringan koneksi umpan maju, jika tingkat aktivasi dari semua unit

output-nya telah dikalkulasi, maka exit. Untuk jaringan koneksi balik, jika

tingkat aktivasi dari semua unit output menjadi konstan atau mendekati

konstan, maka exit. J jika tidak, kembali ke langkah 2. Jika jaringannya tidak

stabil, maka exit dan fail.

Fungsi aktivasi

Ada beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam jaringan saraf tiruan,

antara lain (Puspitorini, 2008):

a. Fungsi Undak Biner Hard Limit

Jaringan dengan lapisan tunggal sering menggunakan fungsi undak (step function)

untuk mengkonversikan input dari suatu variabel yang bernilai kontinu ke suatu

output biner (0 atau 1).

Fungsi undak biner hard limit dirumuskan sebagai berikut:

y = �0 �����< 0

1 ����� ≥0

(29)

b. Fungsi Undak Biner Threshold

Fungsi undak biner dengan menggunakan nilai ambang sering juga disebut

dengan nama fungsi nilai ambang (threshold) atau fungsi Heaviside. Fungsi

undak biner (dengan nilai ambang θ) dirumuskan sebagai berikut:

y = �0 �����< 0

1 ����� ≥0

Sumber: Puspitorini, 2008

Gambar 2.5 Fungsi aktivasi: Undak Biner Threshold [Puspitorini, 2008]

2.5 Sejarah Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan sederhana pertama kali diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts

di tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa kombinasi beberapa neuron

sederhana menjadi sebuah sistem neural akan meningkatkan kemampuan

komputasinya. Bobot dalam jaringan yang diusulkan oleh McCulloch dan Pitts diatur

untuk melakukan fungsi logika sederhana. Fungsi aktivasi yang dipakai adalah fungsi

threshold. Tahun 1958, Rosenblatt memperkenalkan dan mulai mengembangkan

model jaringan yang disebut Perceptron. Metode pelatihan diperkenalkan untuk

mengoptimalkan hasil iterasinya.

Widrow dan Hoff (1960) mengembangkan perceptron dengan

memperkenalkan aturan pelatihan jaringan, yang dikenal sebagai aturan delta (atau

sering disebut kuadrat rata-rata terkecil). Aturan ini akan mengubah bobot perceptron

apabila keluaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diinginkan. Apa

yang dilakukan peneliti terdahulu hanya menggunakan jaringan dengan layer tunggal

(single layer). Rumelhart (1986) mengembangkan perceptron menjadi

Backpropagation, yang memungkinkan jaringan diproses melalui beberapa layer.

Selain itu, beberapa model jaringan syaraf tiruan lain juga dikembangkan oleh

(30)

sejak tahun 1990an adalah aplikasi model-model jaringan syaraf tiruan untuk

menyelesaikan berbagai masalah di dunia nyata.

Jaringan Syaraf Tiruan ditentukan oleh tiga hal :

1. Pola hubungan antar neuron (disebut arsitektur jaringan)

2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode

learning/training).

3. Fungsi aktivasi

2.6 Paradigma Pembelajaran

Berdasarkan cara memodifikasi bobotnya, ada 2 macam pelatihan yang dikenal yaitu

dengan supervisi (supervised) dan tanpa supervisi (unsupervised). Dalam pelatihan

dengan supervisi, terdapat sejumlah pasangan data (masukan-target keluaran) yang

dipakai untuk melatih jaringan hingga diperoleh bobot yang diinginkan. Pasangan data

tersebut berfungsi sebagai "guru" untuk melatih jaringan hingga diperoleh bentuk

yang terbaik. "Guru" akan memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem

harus mengubah dirinya untuk meningkatkan unjuk kerjanya. Pada setiap kali

pelatihan, suatu input diberikan ke jaringan. Jaringan akan memproses dan

mengeluarkan keluaran. Selisih antara keluaran jaringan dengan target (keluaran yang

diinginkan) merupakan kesalahan yang terjadi. Jaringan akan memodifikasi bobot

sesuai dengan kesalahan tersebut. Jaringan perceptron, ADALINE dan

Backpropagation merupakan model-model yang menggunakan pelatihan dengan

supervisi. Sebaliknya, dalam pelatihan tanpa supervisi (unsupervised learning) tidak

ada "guru" yang akan mengarahkan proses pelatihan. Dalam pelatihannya, perubahan

bobot jaringan dilakukan berdasarkan parameter tertentu dan jaringan dimodifikasi

menurut ukuran parameter tersebut.

Sebagai contoh, dalam model jaringan kompetitif, jaringan terdiri dari 2 layar,

yaitu layar input dan layar kompetisi. Layar input menerima data eksternal. Layar

kompetitif berisi neuron-neuron yang saling berkompetisi agar memperoleh

kesempatan untuk merespon sifat-sifat yangada dalam data masukan. Neuron yang

(31)

neuron pemenang akan dimodifikasi sehingga lebih menyerupai data masukan.

Sebagai ilustrasi, pelatihan dengan supervisi dapat diandaikan sebagai skripsi yang

dibimbing oleh seorang dosen. Pada setiap kali pengumpulan berkas skripsi, dosen

akan mengkritik, mengarahkan dan meminta perbaikan agar kualitas skripsi

meningkat. Sebaliknya, Dalam pelatihan tanpa supervisi dapat dibayangkan sebagai

skripsi tanpa dosen pembimbing. Mahasiswa mengerjakan skripsi sebaik-baiknya

berdasarkan ukuran tertentu (misal dibandingkan dengan skripsi yang sudah ada

sebelumnya atau dibandingkan dengan hasil skripsi temannya). Berdasarkan hasil

yang pernah dilaporkan, model pelatihan dengan supervisi lebih banyak digunakan

dan terbukti cocok dipakai dalam berbagai aplikasi. Akan tetapi kelemahan utama

pelatihan dengan supervisi adalah dalam hal pertumbuhan waktu komputasinya yang

berorde eksponensial. Ini berarti untuk data pelatihan yang cukup banyak, prosesnya

menjadi sangat lambat.

2.6.1 Pelatihan Dengan Supervisi

Jaringan memberikan tanggapan dengan mendapatkan target tertentu. Sebelum

jaringan mengubah sendiri bobotnya untuk mencapai target, bobot interkoneksi

diinisialisasi. Proses belajar JST dengan pengawasan adalah proses belajar dengan

memberikan latihan untuk mencapai suatu target keluaran yang ditentukan. JST

mendapatkan latihan untuk mengenal pola-pola tertentu. Dengan memberikan target

keluaran, perubahan masukan akan diadaptasi oleh keluaran dengan mengubah bobot

interkoneksinya mengikuti algoritma belajar yang ditentukan. Set pelatihan dipilih

dari fungsi keluaran maksimum setiap keadaan parameter yang diubah. Dengan

menginisialisasi bobot tiap sel, JST akan mencari error terkecil, sehingga bentuk

fungsi keluaran mendekati target yang diinginkan. Berdasarkan proses belajar yang

dilakukan, kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam menyusun set pelatihan,

yaitu:

a. Pemberian urutan pola yang akan diajarkan

b. Kriteria perhitungan error

(32)

d. Jumlah iterasi yang harus dilalui

e. Inisialisasi bobot dan parameter awal

Pelatihan dilakukan dengan memberikan pasangan pola-pola masukan dan

keluaran. Untuk keperluan pengendalian, pasangan pola tidak mengikuti rumusan

tertentu. JST harus dapat mengadaptasi masukan yang acak supaya keluaran tetap

mengikuti target. Lebih lanjut, proses pelatihan dilakukan dengan memberikan pola

yang menggunakan masukan acak dan bobot interkoneksi yang besar. Dengan

pemberian bobot yang besar, perbedaan target dan keluaran berkurang lebih cepat,

sehingga proses adaptasi akan lebih cepat pula. Salah satu proses belajar dengan

pengawasan adalah proses belajar menggunakan algoritma propagasi balik. Proses

belajar jaringan umpan balik dituliskan dalam bentuk algoritma propagasi balik yang

dikenal sebagai JPB. Jaringan Propagasi Balik (JPB) kadang-kadang dikenal sebagai

Multilayer Perceptron (MLP). Anda dapat menggunakan algoritma propagasi balik

untuk melatih jaringan lapis banyak.

2.6.2 Pelatihan Tanpa Supervisi

Pada pelatihan tanpa supervisi, jaringan tidak mendapatkan target, sehingga JST

mengatur bobot interkoneksi sendiri. Belajar tanpa pengawasan kadang-kadang diacu

sebagai Self-Organizing Learning, yakni belajar mengklasifikasikan tanpa dilatih.

Pada proses belajar tanpa pengawasan, JST akan mengklasifikasikan contoh pola-pola

masukan yang tersedia ke dalam kelompok yang berbeda-beda. Contoh JST dengan

belajar tanpa pengawasan adalah jaringan Kohonen.

2.7 Algoritma Backpropagation

Algoritma pelatihan Backpropagation Neural Network (BPNN) pertama kali

dirumuskan oleh Werbos dan dipopulerkan oleh Rumelhart & Mc. Clelland. Pada

supervised learning terdapat pasangan data input dan output yang dipakai untuk

(33)

Pelatihan Backpropagation meliputi 3 fase:

a. fase propagsi maju (feedforward) pola pelatihan masukan. Pola masukan

dihitung maju mulai dari layer masukan hingga layer keluaran dengan fungsi

aktivasi yang ditentukan;

b. fase propasi mundur (Backpropagation) dari error yang terkait. Selisih antara

keluaran dan target merupakan kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut

dipropagasi mundur, dimulai dari garis yang berhubungan langsung dengan

unit-unit dilayar keluaran;

c. fase modifikasi bobot.

Ketiga tahapan tersebut diulangi terus-menerus sampai mendapatkan nilai error

yang diinginkan. Setelah training selesai dilakukan, hanya tahap pertama yang

diperlukan untuk memanfaatkan jaringan syaraf tiruan tersebut. Kemudian, dilakukan

pengujian terhadap jaringan yang telah dilatih. Pembelajaran algoritma jaringan syaraf

membutuhkan perambatan maju dan diikuti dengan perambatan mundur.

2.7.1 Fase Propagasi Maju

Selama propagasi maju, sinyal masukan (x1) dipropagasikan ke layer tersembunyi

menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari unit tersembuyi (Z1)

tersebut selanjutnya dipropagasi maju lagi ke layer tersembunyi berikutnya dengan

fungsi aktivasi yang telah ditentukan. Dan seterusnya hingga menghasilkan keluaran

jaringan (yk

Berikutnya, keluaran jaringan (y ).

k) dibandingkan dengan target yang harus

dicapai (tk). Selisih (tk-yk)adalah kesalahan yang terjadi. Jika kesalahan ini lebih kecil

dari batas toleransi yang ditentukan, maka iterasi dihentikan. Jika kesalahan masih

lebih besar dari batas toleransi, maka bobot setiap garis dari jaringan akan

(34)

2.7.2 Fase Propagasi Mundur

Berdasarkan kesalahan t

k – yk dihitung faktor δk (k= 1, ..., m) yang dipakai untuk

mendistribusikan kesalahan di unit Y

k ke semua unit tersembunyi yang terhubung

langsung dengan Y

k. δk

Dengan cara yang sama, dihitung faktor δ

juga dipakai untuk mengubah bobot garis yang berhubungan

langsung dengan unit keluaran.

j di setiap layer tersembunyi sebagai

dasar perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di layer di

bawahnya. Dan seterusnya hingga semua faktor δ di unit tersembunyi yang terhubung

langsung dengan unit masukan dihitung.

2.7.3 Fase Modifikasi Bobot

Setelah semua faktor δ dihitung, bobot semua garis dimodifikasi bersamaan.

Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor δ neuron di layer atasnya. Sebagai

contoh, perubahan bobot garis yang menuju ke layer keluaran didasarkan atas yang

ada di unit keluaran

Ketiga fase tersebut diulang-ulang hingga kondisi penghentian dipenuhi.

Umumnya kondisi penghentian yang sering dipakai adalah jumlah interasi atau

kesalahan. Iterasi akan dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan sudah melebihi

jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan, atau jika kesalahan yang terjadi sudah lebih

kecil dari batas toleransi yang ditetapkan.

2.7.4 Prosedur Pelatihan

Langkah 0 : Inisialisasi bobot keterhubungan antara neuron dengan menggunakan bilangan acak kecil (-0.5 sampai +0.5).

Langkah 1 : Kerjakan langkah 2 sampai langkah 9 selama kondisi berhenti yang ditentukan tidak dipenuhi.

(35)

Propagasi maju

Langkah 3 : Setiap unit masukan (xi, i = 1,…., n) menerima sinyal masukan xi

Langkah 4 : Setiap unit tersembunyi (xi, I = 1,…….,p) jumlahkan bobot sinyal masukannya :

,

dan menyebarkannya ke seluruh unit pada lapisan tersembunyi

voj = bias pada unit tersembunyi j aplikasikan fungsi aktivasinya

untuk menghilangkan sinyal keluarannya, zj = f (z_inj

Langkah 5 : tiap unit keluaran (yk, k = 1,…….m) jumlahkan bobot sinyal masukannya :

), dan

kirimkan sinyal ini keseluruh unit pada lapisan diatasnya (unit

keluaran)

wok = bias pada unit keluaran k dan aplikasikan fungsi aktivasinya

untuk menghitung sinyal keluarannya, yk = f(y_ink)

Propagasi balik

Langkah 6 : tiap unit keluaran (yk, k = 1,…..,m) menerima pola target yang

saling berhubungan pada masukan pola pelatihan, hitung kesalahan

informasinya,

hitung koreksi bobotnya (digunakan untuk mempengaruhi

wjk

nantinya),

hitung koreksi biasnya (digunakan untuk mempengaruhi wok

(36)

dan kirimkan δk ke unit-unit pada lapisan dibawahnya,

Langkah 7 : Setiap unit lapisan tersembunyi (zj, j = 1,…..p) jumlah hasil

perubahan masukannya (dari unit-unit lapisan diatasnya),

kalikan dengan turunan fungsi aktivasinya untuk menghitung informasi kesalahannya,

hitung koreksi bobotnya (digunakan untuk memperbaharui voj

………...(2.7)

nanti)

hitung koreksi bias

Langkah 8 : Update bobot dan bias pada hubungan antar lapisan

Langkah 9 : Tes kondisi terhenti

Backpropagation secara garis besar terdiri dari dua fase, fase maju dan fase

mundur. Selama fase maju algoritma ini memetakan nilai masukan untuk

mendapatkan keluaran yang diharapkan. untuk menghasilkan keluaran pola maka

didapatkan dari rekapitulasi bobot masukan dan dipetakan untuk fungsi aktivasi

jaringan. keluaran dapat dihitung sebagai berikut :

(37)

����.�= (∑�−1�����) +��……….(2.12)

: bobot yang dihubungkan dari unit I ke unit j

net,j

θ

: jaringan keluaran untuk j unit

j

Di dalam fase mundur, pola keluaran (aktual output) kemudian dibandingkan dengan

keluaran yang dikehendaki dan sinyal error dihitung untuk masing – masing output.

sinyal-sinyal kemudian merambat mundur dari lapisan output ke masing-masing unit

dalam lapisan lapisan transisi memberikan kontribusi langsung ke output, dan bobot

disesuaikan iterasi selama proses pembelajaran, kemudian error diperkecil selama

descent direction. fungsi error pada output neuron digambarkan sebagai berikut : : bias untuk j unit

� =1

2∑��=1(��− ��)2……… (2.13)

dimana,

n : angka pada modul keluaran didalam lapisan output

tk

o

: keluaran yang dikendaki dari keluaran unit k

k : keluaran jaringan dari keluaran unit k

Keuntungan dari metode yaitu :

1. Back-Propagation sangat luas digunakan dalam paradigma jaringan saraf, dan

berhasil diaplikasikan dalam berbagai bidang. Misalnya : pengenalan pola militer,

diagnosa kedokteran, klasifikasi gambar, menerjemahkan kode, dan dalam

deteksi jenis penyakit Ginjal.

2. Back-Propagation dapat digunakan untuk dua atau lebih lapisan dengan bobot

dan menggunakan aturan pengalaman belajar.

(38)

4. Dapat memisahkan pola yang terpisah secara linear maupun pola yang terpisah

tidak linear. Terpisah linear adalah Dipisahkan 1 garis linear 2 pola tersebut.

Adapun kelemahannya yaitu : Waktunya Konvergen, karena pelatihan

memerlukan ratusan atau ribuan contoh dalam kumpulan pelatihan, dan mungkin

membutuhkan waktu komputasi sepanjang hari (atau lebih) untuk menyelesaikan

pelatihan.

2.8 Inisialisasi Pembobotan Nguyen Widrow

Bobot dan Bias yang didapat dengan metode Nguyen Widrow sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai bobot awal random (berada dalam

interval -1 sampai dengan 1) jika digunakan metode Nguyen Widrow sebagai

pembobotan awal maka jumlah bobotnya akan disesuaikan. Sehingga bobot awal

dapat bertambah maupun berkurang dari nilai awal. Dengan pembobotan awal

menggunakan Metode Nguyen Widrow maka jumlah node pada hidden layer akan

menentukan besar bias yang akan digunakan dari input layer menuju hidden layer.

Bobot dan Bias yang didapat dengan metode Nguyen Widrow sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain.

1.

Jumlah node pada input layer juga memberikan pengaruh pada nilai bobot dan bias

yang dihasilkan dengan metode Nguyen Widrow. Jumlah node pada input layer

adalah tergantung jumlah dari input dari data yang diteliti.

Jumlah node pada Input layer

2.

Jumlah node pada hidden layer sangat berpengaruh dalam menentukan nilai bobot

dan bias. Untuk mendapatkan jumlah node yang tepat dilakukan secara trial error

dengan interval jumlah node hidden layer adalah antara 1sampai dengan 18node.

Jumlah node pada hidden layer

Jika jumlah node pada hidden layer semakin besar maka faktor skala juga akan

makin besar. Jika faktor skala besar maka nilai bobot juga akan bertambah dan

(39)

Penambahan bias pada pembelajaran dengan metode back propagation akan

meningkatkan jumlah keluaran (sinyal keluaran) dari sebuah lapisan.

3.

Nilai awal yang digunakan dalam metode Nguyen Widrow dapat bertambah atau

berkurang. Nilai awal yang dimaksut adalah nilai yang berada pada interval -0,5 -

0,5. Hal ini disebabkan karena metode Nguyen Widrow akan menyesuaikan untuk

pengenalan pola.

Nilai awal yang digunakan

Untuk mendapatkan bias dari input layer menuju hidden layer yang akan

digunakan maka terlebih dahulu dicari faktor skala.

β = faktor skala = (0.7(p)

Untuk Jumlah Hidden layer = 1 maka faktor skalanya adalah:

1/n

Jumlah Hidden layer = 2 maka faktor skalanya adalah: = 0,7

Sebagai contoh jaringan dengan sebuah 3 unit layer tersembunyi dibangun

untuk mengenali fungsi logika XOR dengan 2 masukan X1 dan X2. Iterasi untuk

(40)

Gambar 2.6 Jaringan dengan 3 unit hidden layer

Bobot-bobot diberikan nilai acak dengan range -1 sampai dengan 1. Misal

bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi

Langkah 0

) seperti pada Tabel 3.2 dan

bobot-bobot dari layer tersembunyi ke layeroutput seperti pada Tabel 3.3.

Untuk algoritma Backpropagasi Inisialisasi Standard: semua bobot dengan

bilangan acak kecil.

Tabel 3.2 Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi)

Z1 Z2 Z3

X1 0.2 0.3 -0.1

X2 0.3 0.1 -0.1

V10 1

1

W10

V30 V20

Z1

V11

X1

W11

V21

V31

V12

W12

V22

X2 Z2 Y1

V32

W12

(41)

1 -0.3 0.3 0.3

Tabel 3.3 Bobot-bobot dari layer tersembunyi ke layeroutput

Y

Z1 0.5

Z2 -0.3

Z3 -0.4

1 -0.1

Untuk algoritma Backpropagasi Inisialisasi Nguyen Widrow: hitung semua bobot

dengan faktor skala Hitung faktor skala (ß) = 0.7(p)1/n

β = 0,7 √3 = 1,21

Jadi bias yang dipakai adalah faktor skala yang merupakan bilangan acak antara -1,21

hingga 1,21

‖�1‖ = ��112 +�212 = �0.22 + 0.32 = 0.36

‖�2‖ = ��122 +�222= �0.32 + 0.12 = 0.32

‖�3‖ = ��132 +�232= �−0.12 + (−0.1)2 = 0.14

Persamaan berikut merupakan bobot yang dipakai sebagai insialisasi dengan rumus:

(42)

‖�11‖ =1||.21∗00.36||.2 = 0.67

‖�12‖ =1||.21∗00.32||.3 = 1.13

‖�13‖ =1.||21∗−00.14||.1 = 0.86

‖�21‖ =1||.21∗00.36||.3 = 1

‖�22‖ =1||.21∗00.32||.1 = 0.38

‖�23‖ =1.21∗||0.(14−0||.1) = 0.86

Tabel 3.4 Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi)

Z1 Z2 Z3

X1 (1,21*0,2)/0,36

= 0,67

(1,21*0,3)/0,32

= 1,13

(1,21*-0,1)/0.14

= 0.86

X2 (1,21*0,3)/0,36

= 1

(1,21*0,1)/0,32

= 0,38

(1,21*-0,1)/0.14

= 0.86

Untuk perhitungan bobot-bobot dari layer tersembunyi ke layer output sama dengan

standard yaitu secara acak bilangan yang kecil

Langkah 1

Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2 sampai dengan 8

Langkah 2

Untuk setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 3 sampai dengan 8

(43)

Langkah 3

Tiap unit masukkan menerima sinyal dan meneruskan ke unit tersembunyi

Langkah 4

Hitung semua keluaran di unit tersembunyi (Zj

Untuk pola pertama (X

(44)

Langkah 5

Hitung semua jaringan di unit keluaran (yk)

�_��� = ��0+� ���

Fase II : Propagasi Maju

Langkah 6

)=(0-0,44)*0,44*(1-0,44) = -0,11

(45)

Langkah 7

Hitung factor δ unit tersembunyi berdasarkan kesalahan di setiap unit tersembunyi zj

Faktor kesalahan δ unit tersembunyi (j=1,2,3,…,p)

δ_��� = �δ��

�=1

δ_���11.�11= (−0,11). 0,5 = −0,055

δ_���21.�12 = (−0,11). (−0,3) = 0,033

δ_���31.�13 = (−0,11). (−0,4) = 0,044

δj = δ_netj f’(z_netj) = δ_net zj (1-zj

δ

)

1 = δ_net1 z1 (1-z1

δ

) = (-0.055).0,55.(1-(0,55)) = -0,01

2 = δ_net2 z2 (1-z2

δ

) = (0.033).0,67.(1-(0,67)) = 0,01

3 = δ_net3 z3 (1-z3) = (0.044).0,52.(1-(0,52)) = 0,01

Δvji = α δjxi

Δv10 = α δ1 = 0,2*(-0,01)*1 = -0,002

Δv20 = α δ2 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

Δv30 = α δ3 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

(46)

Δv21 = α δ2x1 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

Δv31 = α δ3x1 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

Δv12 = α δ1x2 = 0,2*(-0,01)*1 = -0,002

Δv22 = α δ2x2 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

Δv32 = α δ3x2 = 0,2*(0,01)*1 = 0,002

Fase III : Perubahan Bobot

Langkah 8

Perubahan bobot garis yang menuju unit keluaran

wkj (baru) = wkj (lama) + Δwkj

w10 (baru) = w10 (lama) + Δw10 = -0,1-0,022 = -0,122

w11 (baru) = w11 (lama) + Δw11 = 0,5-0,01 = 0,49

w12 (baru) = w12 (lama) + Δw12 = -0,3-0,01 = 0,31

w13 (baru) = w13 (lama) + Δw13 = -0,4-0,01 = 0,41

Vji (baru) = vji (lama) + Δvji

V10 (baru) = v10 (lama) + Δv10 = -0,3-0,002 = -0,302

V20 (baru) = v20 (lama) + Δv20 = 0,3+0,002 = 0,302

V30 (baru) = v30 (lama) + Δv30 = 0,3+0,002 = 0,302

V11 (baru) = v11 (lama) + Δv11 = 0,2-0,002 = 0,198

(47)

V31 (baru) = v31 (lama) + Δv31 = -0,1+0,002 = -0,098

V12 (baru) = v12 (lama) + Δv12 = 0,3-0,002 = 0,298

V22 (baru) = v22 (lama) + Δv22 =0,1+0,002 = 0,102

V32 (baru) = v32 (lama) + Δv32 =-0,1+0,002 = -0,098

Untuk pola yang kedua, X1=1, X2

Fase I: Propagasi Maju

=0 dan t=1

Langkah 3

Tiap unit masukkan menerima sinyal dan meneruskan ke unit tersembunyi

Langkah 4

Hitung semua keluaran di unit tersembunyi (Zj):

(48)

�2 =������2�=1 +1−�_���2 = 1 +1�,� = 0,67

Hitung semua jaringan di unit keluaran (yk)

�_��� =��0+� ���

Fase II : Propagasi Maju

(49)

Δw13 = α δ1 (z3

Langkah 7

) = 0,2 * (-0,11) * (0,52) = -0,01

Hitung factor δ unit tersembunyi berdasarkan error di setiap unit tersembunyi zj

(j=1,2,3,…,p)

δ_��� = �δ��

�=1

δ_���11∗ �11 = (−0,11)∗0,5 =−0,055

δ_���2 = δ1 ∗ �12 = (−0,11) ∗(−0,3) = 0,033

δ_���3 = δ1 ∗ �13 = (−0,11) ∗(−0,4) = 0,044

Faktor errorδ unit tersembunyi

δj = δ_netj f’(z_netj) = δ_net zj (1-zj

δ

)

1 = δ_net z1 (1-z1

δ

) = (-0.055) * 0,55 * (1-(0,55)) = -0,01

2 = δ_net z2 (1-z2

δ

) = (0.033) * 0,67 * (1-(0,67)) = 0,01

3 = δ_net z3 (1-z3) = (0.044) * 0,52 * (1-(0,52)) = 0,01

Δvji = α δjxi

Δv10 = α δ1 = 0,2 * (-0,01)*1 = -0,002

Δv20 = α δ2 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

Δv30 = α δ3 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

(50)

Δv21 = α δ2x1 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

Δv31 = α δ3x1 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

Δv12 = α δ1x2 = 0,2 * (-0,01)*1 = -0,002

Δv22 = α δ2x2 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

Δv32 = α δ3x2 = 0,2 * (0,01)*1 = 0,002

Fase III : Perubahan Bobot

Langkah 8

Perubahan bobot garis yang menuju unit keluaran

(51)

V21 (baru) = v21 (lama) + Δv21

V

= 0,3+0,002 = 0,302

31 (baru) = v31 (lama) + Δv31

V

= -0,1+0,002 = -0,098

12 (baru) = v12 (lama) + Δv12

V

= 0,3-0,002 = 0,298

22 (baru) = v22 (lama) + Δv22

V

= 0,1+0,002 = 0,102

32 (baru) = v32 (lama) + Δv32

Lanjutkan dengan pola yang lainnya:

= -0,1+0,002 = -0,098

Pola ke 2 X1=1, X2=0, t=1

Pola ke 3 X1=0, X2=1, t=1

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Data Yang Digunakan

Berikut ini adalah data gejala-gejala yang diderita oleh pasien yang mengalami

penyakit ginjal, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Gejala-Gejala Penyakit Ginjal

No Nama Gejala

1 Berkurangnya rasa, terutama di tangan

2 Darah pada urine (hematuria)

3 Demam

4 Desakan untuk kencing

5 Kejang

6 Kencing di malan hari (nokturia)

7 Menggigil

8 Mual

9 Mudah lelah

10 Muntah

(53)

12 Nanah pada urine (hematuria)

13 Nyeri pada tulang pinggul

14 Nyeri di daerah kandung kemih

15 Nyeri di daerah ginjal

16 Nyeri ketika kencing (disuria)

17 Nyeri perut

18 Nyeri punggung di bagian bawah

19 Nyeri yang hilang timbul

20 Pembengkakan organ tubuh tertentu

21 Pembengkakan yang menyeluruh

22 Penurunan berat badan

23 Perubahan mental/suasana hati

24 Rambut dan kuku menjadi rapuh

25 Ruam kulit/kulit kemerahan

26 Sering kencing

27 Syok dan kaget

28 Tekanan darah tinggi/hipertensi

29 Temor tangan

30 Volume air kencing berkurang

(54)

Berikut ini adalah daftar nama penyakit ginjal yang diderita oleh pasien

penyakit ginjal, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Nama Penyakit Ginjal

No Nama Penyakit Ginjal

1 Gagal Ginjal Akut

2 Kanker Ginjal

3 Pielonefritis

4 Sindrom Nefrotik

5 Kejang

6 Hidronefrosis

7 Kanker Kandung Kemih

8 Ginjal Polkista

9 Nefritis Tububinter Stisialis

10 Sistisis

Sumber: Lubis, Abdul Rahim, dr., SpPD.KGH, 2013

3.2 Pendefinisian Input dan Output

Data gejala-gejala yang dialami oleh pasien penyakit ginjal selanjutnya akan diolah

oleh jaringan. Agar data dapat dikenali oleh jaringan maka data harus

direpresentasikan ke dalam bentuk numerik antara 0 sampai dengan 1, baik variabel

(55)

keluaran yang merupakan prediksi panyakit ginjal. Hal ini dikarenakan jaringan

menggunakan fungsi aktivasi logsig yang range-nya dari 0 sampai 1. Nilai-nilai yang

digunakan diperoleh berdasarkan kategori dari masing-masing variabel selain itu juga

untuk memudahkan mengingat dalam pendefinisiannya.

3.2.1 Masukan (Input)

Adapun yang menjadi masukan (input) adalah gejala penyakit ginjal (X), seperti

terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Pendefenisian Input

No Gejala (X)

X1 Berkurangnya rasa, terutama di tangan

X2 Darah pada urine (hematuria)

X3 Demam

X4 Desakan untuk kencing

X5 Kejang

X6 Kencing di malan hari (nokturia)

X7 Menggigil

X8 Mual

X9 Mudah lelah

X10 Muntah

(56)

X12 Nanah pada urine (hematuria)

X13 Nyeri pada tulang pinggul

X14 Nyeri di daerah kandung kemih

X15 Nyeri di daerah ginjal

X16 Nyeri ketika kencing (disuria)

X17 Nyeri perut

X18 Nyeri punggung di bagian bawah

X19 Nyeri yang hilang timbul

X20 Pembengkakan organ tubuh tertentu

X21 Pembengkakan yang menyeluruh

X22 Penurunan berat badan

X23 Perubahan mental/suasana hati

X24 Rambut dan kuku menjadi rapuh

X25 Ruam kulit/kulit kemerahan

X26 Sering kencing

X27 Syok dan kaget

X28 Tekanan darah tinggi/hipertensi

X29 Temor tangan

X30 Volume air kencing berkurang

(57)

3.2.2 Keluaran (Output)

Adapun yang menjadi hasil (output) adalah pengenalan terhadap penyakit ginjal

berdasarkan gejala penyakit, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Tabel Pendefenisian Keluaran (Output)

Nama Penyakit (Y)

Y1 Gagal Ginjal Akut

Y2 Kanker Ginjal

Y3 Pielonefritis

Y4 Sindrom Nefrotik

Y5 Kejang

Y6 Hidronefrosis

Y7 Kanker Kandung Kemih

Y8 Ginjal Polkista

Y9 Nefritis Tububinter Stisialis

Y10 Sistisis

(58)

3.3 Algoritma

Berikut ini adalah langkah-langka penyelesaian masalah atau algoritma yang penulis

gunakan dalam bentuk diagram alir (Flowchart).

a.FlowchartPelatihan Backpropagation

Adapun Flowchart dari Pelatihan Backpropagation adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation

Start

Parameter Jaringan,Vektor Input

A Nguyen Widrow ?

Inisialisasi Bobot dengan

Faktor Skala (ß)ß = 0 7(p)1/n

Yes No

(59)

Gambar 3.2 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation (Lanjutan)

Setiap input meneruskan ke hidden layer

Jalankan fungsi aktifasi untuk menghitung output

����=��0+� ���

Hitung input bobotnya

Hitung komponen perubahan bobot

δ

Hitung komponen Bias

w =αδ

Setiap neuron hidden menjumlahkan input dari neuron diatasnya

= m k jk

j w

in

_ δ

δ

A

Propagasi Maju

Hitung komponen error

δ ( ) f’( )

Propagasi Mundur

(60)

Gambar 3.3 Flowchart Algoritma Pelatihan Backpropagation (Lanjutan)

Keterangan Flowchart :

1. Mulai

2. Masukkan bobot awal

3. Setiap masukan meneruskan ke hidden layer

Hitung komponen error )

Hitung komponen koreksi errornya (untuk mengubah vij)

Hitung komponen koreksi errornya (untuk mengubah v0j)

Hitung semua perubahan bobot menuju ke unit keluaran

(61)

4. Kerjakan fungsi aktifasi untuk menghitung output

5. Kerjakan untuk menghitung komponen error

6. Kerjakan untuk menghitung komponen perubahan bobot

7. Kerjakan untuk menghitung komponen bias

8. Kerjakan untuk setiap neuron hidden menjumlahkan input dari neuron diatasnya

9. Kerjakan untuk menghitung komponen errornya

10. Kerjakan untuk menghitung koreksi error untuk mengubah V

11. Kerjakan untuk menghitung koreksi error untuk mengubah V

ij

12. Kerjakan untuk menghitung semua perubahan bobot menuju ke unit keluaran

oj

13. Kerjakan untuk menghitung semua perubahan bobot menuju ke unit keluaran

14. Selesai

b.FlowchartPengujian Backpropagation

Adapun proses dari algoritma Pengujian Backpropagation adalah seperti pada Gambar

3.4.

Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Backpropagation

Start

Vektor Input

Setiap Unit pada Output Layer menghitung output

�����=��0+� ����� �

Setiap Unit pada HiddenLayer

menghitung output

(62)

3.4 Arsitektur Jaringan

Berikut ini adalah gambar arsitektur jaringan (network) yang penulis gunakan dalam

menganalisa data masukan (input) (X), layer tersembunyi (hidden layer) (Z) dan

keluaran (output) (Y), dimana pada gambar tersebut terdapat 30 (tiga puluh) masukan

(input) dan 3 (tiga) layer tersembunyi (hidden layer) dan 10 (sepuluh) unit keluaran

(output). Dimana V adalah bobot hidden layer ke input layer dan W adalah bobot

(63)

Z1

(64)

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis

Pada tesis ini dibahas analisis penggunaan algoritma Nguyen Widrow dalam jaringan

syaraf tiruan Backpropagation untuk memprediksi seseorang terkena penyakit ginjal

berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien. Agar data dapat dikenali oleh

jaringan maka data harus direpresentasikan ke dalam bentuk numerik antara 0 sampai

dengan 1, baik variabel maupun isinya yang merupakan masukan gejala penyakit

ginjal beserta kategori dan keluaran yang merupakan prediksi panyakit ginjal.

Bobot-bobot diberikan nilai acak dengan range -1 sampai dengan 1. Misal

bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi

Misalkan untuk pola yang pertama nilai, X

) seperti pada Tabel 3.5

1=1, X2=0, X3=1, X4=0, X5=0, X6=1,

X7=0, X8=0, X9=0, X10=0, X11=0, X12=0, X13=0, X14=1, X15=0, X16=1, X17=0,

X18=0, X19=0, X20=0, X21=1, X22=1, X23=0, X24=0, X25=0, X26=0, X27=0, X28=1,

X29=0, X30=1, dan t=1

Langkah 0

Untuk algoritma Backpropagasi Inisialisasi Standard: semua bobot dengan

bilangan acak kecil.

Tabel 3.5 Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi

)

Z1 Z2 Z3

X1 0.2 0.3 0.1

X2 0.3 0.1 0.1

(65)

X4 0.3 0.1 0.3

X5 0.1 0.1 0.5

X6 0.2 0.5 0.3

X7 0.2 0.5 0.5

X8 0.3 0.1 0.3

X9 0.3 0.1 0.1

X10 0.2 0.5 0.3

X11 0.5 0.5 0.5

X12 0.2 0.5 0.3

X13 0.6 0.3 0.5

X14 0.1 0.5 0.3

X15 0.1 0.3 0.5

X16 0.1 0.1 0.7

X17 0.4 0.5 0.3

X18 0.2 0.5 0.2

X19 0.1 0.1 0.1

X20 0.7 0.6 0.4

X21 0.1 0.1 0.7

X22 0.1 0.1 0.5

X23 0.2 0.5 0.3

X24 0.2 0.5 0.3

X25 0.5 0.2 0.2

Gambar

Tabel 3.2 Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi)
Tabel 3.3 Bobot-bobot dari layer tersembunyi ke layer output
Tabel 3.4 Bobot dari layer input (Xi) ke layer tersembunyi (Zi)
Tabel 3.1 Gejala-Gejala Penyakit Ginjal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis menggunakan algoritma Kohonen pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dalam pengenalan pola penyakit paru dalam mempercepat proses

Penelitian ini menggunakan jaringan syaraf tiruan propagasi balik (backpropagation) sebagai metode pelatihan untuk teknik prediksi yang akan dikembangkan, karena

Menurut [2], dapat disimpulkan bahwa Nguyen-Widrow merupakan salah satu metode yang dapat menginisialisasi bobot-bobot awal jaringan saraf tiruan Backpropagation

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang diperoleh yaitu bagaimana membangun sistem jaringan syaraf tiruan backpropagation yang dapat digunakan

Software Matlab mempunyai beberapa perintah yang dapat digunakan untuk membuat jaringan syaraf tiruan backpropagation. newff digunakan untuk membentuk jaringan syaraf

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MENGIDENTIFIKASI GEJALA PADA PENYAKIT.. HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan jaringan syaraf tiruan metode backpropagation fungsi pelatihan training

training data suara hasil ekstraksi feature digunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation. Adapun perubahan bobotnya menggunakan algoritma Levenberg-Marquadt.