• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Algoritma Kohonen Pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Dalam Pengenalan Pola Penyakit Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penggunaan Algoritma Kohonen Pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Dalam Pengenalan Pola Penyakit Paru"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA

JARINGAN SYARAF TIRUAN

BACKPROPAGATION

DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

T E S I S

ROSMELDA GINTING

117038032

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA

JARINGAN SYARAF TIRUAN

BACKPROPAGATION

DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika

ROSMELDA GINTING

117038032

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGESAHA

N

Judul Tesis : ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUANBACKPROPAGATIONDALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU Kategori : TESIS

Nama Mahasiswa : ROSMELDA GINTING Nomor Induk Mahasiswa : 117038032

Program Studi : MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr.Erna Budhiarti Nababan, M.IT Prof.Drs.Tulus,Vordipl.Math., M.Si.,Ph.D

Anggota Ketua

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S2 Teknik Informatika Ketua,

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA

JARINGAN SYARAF TIRUAN

BACKPROPAGATION

DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 28 Agustus 2013

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rosmelda Ginting

NIM : 117038032

Program Studi : Teknik Informatika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right)atas Tesis saya yang berjudul :

ANALISIS PENGGUNAAN ALGORITMA KOHONEN PADA

JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DALAM PENGENALAN POLA PENYAKIT PARU

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 28 Agustus 2013

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA

:

Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math.,M.Si., Ph.D

Anggota

:

1. Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Rosmelda Ginting, S.Si

Tempat dan Tanggal Lahir : Tiga panah, 21 September 1977 Alamat Rumah : Jl. Pintu Air IV No.65 Kwala Bekala

Medan Johor–Medan

Telepon : +6285270002028

E-mail : [email protected]

Instansi Tempat Bekerja : SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Alamat Kantor : Jl. Galang Lubuk Pakam

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 040528–Suka dame Tamat : 1990

SMP : SMP Negeri Tiga panah Tamat : 1993

SMA : SMA Negeri 1 Tiga panah Tamat : 1996

S1 : UKRIMYogyakarta Tamat : 2001

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis penulis yang berjudul : “Analisis Penggunaan Algoritma Kohonen Pada

Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Dalam Pengenalan Pola Penyakit Paru”

merupakan salah satu syarat akademik penulis sebagai mahasiswa S2, program studi

Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

(Fasilkom-TI), Universitas Sumatera Utara (USU), Medan dalam menyelesaikan jenjang

pendidikan S2.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc(CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua

Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika, Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan

Sekretaris Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika, M. Andri Budiman,

S.T,M.Com, M.E.M beserta seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan serta seluruh staff pegawai pada

Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara.

Prof. Dr. Tulus, selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis. Dan Dr. Erna Budhiarti

Nababan, M.IT, selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis.

Prof. Dr. Muhammad Zarlis, Prof. Dr. Opim Sitompul dan Prof. Dr. Herman

Mawengkang selaku pembanding yang telah banyak memberikan kritikan serta saran

(9)

Teristimewa kepada Suamiku Tercinta Harapenta Purba, dan kedua anakku

tersayang Ekky dan Gaby yang telah memberikan perhatian, pengertian, kasih

sayang dan motivasi kepada penulis dan terimakasih juga kepada kedua Orang

Tuaku (Alm) T. Ginting dan L. Br. Sitepu yang telah memberikan pendidikan

penulis sampai S1 sehinga dapat dilanjutkan ke S2, dan juga kedua mertuaku N.

Purba dan (Alm) R. Br. Ginting serta seluruh keluarga besar Ginting-Purba yang

telah memberikan doa dan dukungan. Ucapan terimaksih juga penulis ucapkan

kepada sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 Program Studi S2 Teknik

Informatika, yang telah memberikan semangat kepada penulis. Dan juga KepSek

SMK N.1 Lubuk Pakam Drs.Kiniken,M.Pd dan semua Guru dan Staff SMK N.1

Lubuk Pakam khususnya Sulistiani,ST, AtikaAzzakamal,S.Pd, dan Dwi

Kartika,S.Psi, yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Akhir kata penulis hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga

Tuhan memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, perhatian, serta kerjasamanya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

Medan, 28 Agustus 2013

(10)

ABSTRAK

Dalam penelitian ini penulis menggunakan algoritma Kohonen pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dalam pengenalan pola penyakit paru dalam mempercepat proses pembelajaran (training) yang signifikan dan klasifikasi yang akurat dalam mengenali pola suatu penyakit. Algoritma Backpropagation merupakan salah satu algoritma pembelajaransupervised learning, yaitu pembelajaran yang membutuhkan pengawasan dalam proses pembelajarannya. Pada supervised learning terdapat pasangan data input dan output yang dipakai untuk melatih Jaringan Syaraf Tiruan hingga diperoleh bobot penimbang (weight) yang diinginkan. Dalam penelitian ini, dalam pengenalan pola penyakit paru yaitu: Pneumonia dan TBC Paru-paru. Penulis menggunakan 2 data input yang sama dan data yang satu dilatih menggunakan algoritma backpropagation dimana pembobotannya secara random dan data yang kedua dilatih menggunakan algoritma backpropagation tapi pembobotannya menggunakan algoritma Kohonen. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dengan pembobotan menggunakan kohonen dan dilatih dengan algoritma backpropagationternyata dapat mempercepat proses pembelajaran (training) dalam mengenali suatu pola penyakit paru.

(11)

KOHONEN ALGORITHM ANALYSIS ON THE USE OF NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION FOR PATTERN RECOGNITION

OF PULMONARYDISEASE

ABSTRACT

In this study, the research eruses the Kohonen algorithm in neural network backpropagation for pattern recognition of pulmonary disease to increase the process of learning (training) for a significantandaccurate classification in recognizing patterns of a disease. Backpropagation algorithm is a supervised learning algorithm, a kind of learning that requires supervision in the learning process. In supervised learning, there are input and output data that are used totrain theartificial neural networkin obtaining the desired weight. In this study, for the pattern recognition of pulmonary disease: Pneumonia and Lung TBC, the researcher uses the same two input data. The first data is train edusing backpropagation algorithm with random weight and the second data is train educing backpropagation algorithm with Kohonen algorithm weight. From the results of research, using Kohonen algorithm weight and training with backpropagation algorithm are able to accelerate the process of learning (training) in recognizing a pattern of pulmonary disease compared to using backpropagation neural network only.

(12)

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI iv

LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS v

LEMBAR RIWAYAT HIDUP vi

LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH vii

LEMBAR ABSTRAK ix

LEMBAR ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

BAB I PENDAHULUAAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 5

2.1 Jaringan Syarat Tiruan 5

2.2.1 Fungsi Aktivasi 6

2.2.2Multi layer perceptron 7

2.2 AlgoritmaBackpropagation 9

2.2.1 Fase Propagasi Maju 10

2.2.2 Fase Propagasi Mundur 10

2.2.3 Fase Modifikasi Bobot 10

2.2.4 Prosedur Pelatihan 11

2.3 Algoritma Kohonen 15

(13)

2.5 Teori Penunjang Tentang Penyakit Paru 17

2.6 SmoothingGrafik 21

2.7 RisetTerkait 21

2.8 Perbedaan dengan Riset lain 23

2.9 Kontribusi Riset 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN 24

3.1 Pendahuluan 24

3.2 Proses Penelitian 24

3.2.1 Data yang Digunakan 24

3.2.2 Data Target/Output 31

3.2.3 Pelatihan Data 31

3.2.4 Pengujian Data 32

3.3 Analisis Data 33

3.3.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan 33

3.3.2 Perancangan Skema Sistem 37

3.3.3 AlgoritmaBackpropagation 37

3.3.4 Algoritma Kohonen 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42

4.1 Pendahuluan 42

4.2 HasilAnalisa 42

4.2.1 Pembobotan Awal 42

4.2.2 Pengisian Nilai Bias 45

4.2.3 InputData 45

4.2.4 TrainingData 46

4.2.5 Pengujian Data 47

4.3 Pembahasan dan Hasil 48

4.3.1 Analisis Pengaruh Bobot dan Bias Untuk Pengenalan Pola 48

4.3.1.1 Pengaruh Bobot 48

4.3.1.2 Pengaruh Bias 49

4.3.2 Pengujian Terhadap Program 49

(14)

4.3.2.2 Pengujian dengan algoritma Kohonen pada JST

Backpropagation 51

4.3.2.3 Hasil Pengujian Penggabungan Algoritma

Backpropagationdengan Algoritma Kohonen pada

JSTBackpropagation 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 58

5.1 Kesimpulan 58

5.2 Saran 58

(15)

DAFTAR TABEL Nomor Tabel Judul Halaman 2.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 4.1 4.2 Riset Terkait

Penilaian Kriteria Identitas Pasien Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Penilaian Kriteria Identitas Pasien Berdasarkan Kanker TBC

Penilaian Kriteria Identitas Pasien Berdasarkan Pneumonia

Penilaian Kriteria Identitas Pasien Berdasarkan Lingkungan dan Kebiasaan

Persentasi Bobot Data Target

Data untuk Pelatihan dan Data Target

Tabel Perbandingan NilaiErrorPada Algoritma

Backpropagation dan Algoritma Kohonen Dengan Bobot Awal : 0.5

Tabel Perbandingan NilaiErrorPada Algoritma

Backpropagationdan Algoritma Kohonen Dengan Bobot Awal : -0.5

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Node Sederhana 5

2.2 Fungsi Linear 6

2.3 FungsiTheshold 6

2.4 FungsiPiecewise Linear 7

2.5 Fungsi Sigmoid 7

2.6 Multi Layer Perceptron 8

2.7 Paru manusia 17

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 Skema sistem

Langkah-langkah Pelatihan JST Pelatihan Data

PolaOutputPengujian Data

Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Pengenalan Pola Perancangan Skema Sistem

Program saat dilakukan Pembobotan

Program saat dilakukan Pengisian Nilai Bias Program saat dilakukanInputData

Program saat dilakukan Pelatihan PolaOutputPelatihan

Hasil Pengujian dengan AlgoritmaBackpropagation Hasil Pengujian dengan AlgoritmaBackpropagation dalam bentuk grafik

Hasil Percobaan dengan Algoritma Kohonen Hasil Percobaan dengan Algoritma Kohonen dalam Bentuk Grafik

Hasil Percobaan dengan Penggabungan Algoritma Kohonen dengan AlgoritmaBackpropagation

(17)

ABSTRAK

Dalam penelitian ini penulis menggunakan algoritma Kohonen pada Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dalam pengenalan pola penyakit paru dalam mempercepat proses pembelajaran (training) yang signifikan dan klasifikasi yang akurat dalam mengenali pola suatu penyakit. Algoritma Backpropagation merupakan salah satu algoritma pembelajaransupervised learning, yaitu pembelajaran yang membutuhkan pengawasan dalam proses pembelajarannya. Pada supervised learning terdapat pasangan data input dan output yang dipakai untuk melatih Jaringan Syaraf Tiruan hingga diperoleh bobot penimbang (weight) yang diinginkan. Dalam penelitian ini, dalam pengenalan pola penyakit paru yaitu: Pneumonia dan TBC Paru-paru. Penulis menggunakan 2 data input yang sama dan data yang satu dilatih menggunakan algoritma backpropagation dimana pembobotannya secara random dan data yang kedua dilatih menggunakan algoritma backpropagation tapi pembobotannya menggunakan algoritma Kohonen. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dengan pembobotan menggunakan kohonen dan dilatih dengan algoritma backpropagationternyata dapat mempercepat proses pembelajaran (training) dalam mengenali suatu pola penyakit paru.

(18)

KOHONEN ALGORITHM ANALYSIS ON THE USE OF NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION FOR PATTERN RECOGNITION

OF PULMONARYDISEASE

ABSTRACT

In this study, the research eruses the Kohonen algorithm in neural network backpropagation for pattern recognition of pulmonary disease to increase the process of learning (training) for a significantandaccurate classification in recognizing patterns of a disease. Backpropagation algorithm is a supervised learning algorithm, a kind of learning that requires supervision in the learning process. In supervised learning, there are input and output data that are used totrain theartificial neural networkin obtaining the desired weight. In this study, for the pattern recognition of pulmonary disease: Pneumonia and Lung TBC, the researcher uses the same two input data. The first data is train edusing backpropagation algorithm with random weight and the second data is train educing backpropagation algorithm with Kohonen algorithm weight. From the results of research, using Kohonen algorithm weight and training with backpropagation algorithm are able to accelerate the process of learning (training) in recognizing a pattern of pulmonary disease compared to using backpropagation neural network only.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman banyak perubahan teknologi dan

informasi yang mengalami kemajuan yang pesat. Peranan komputer sangat penting

untuk membantu pekerjaan manusia sehari-hari dalam segala aspek bidang.

Pemakai mulanya menggunakan komputer sebagai mesin ketik yang dapat bekerja

lebih cepat, tepat maupun otomatis. Sejalan dengan perkembangan saat ini,

para ahli mencoba menggantikan komputer menjadi suatu alat bantu yang dapat

meniru cara kerja otak manusia, sehingga diharapkan suatu saat akan tercipta

komputer yang dapat menimbang dan mengambil keputusan sendiri. Hal inilah

yang mendorong lahirnya teknologiAI (Artificial Intelligence).

Salah satu teknik komputasi yang dikelompokkan dalam AI adalah

jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network). Jaringan syaraf tiruan

merupakan salah satu sistem pemrosesan yang dirancang dan dilatih untuk

memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh manusia dalam menyelesaikan

persoalan yang rumit dengan melakukan proses belajar melalui perubahan bobot

sinapsisnya. Jaringan syaraf mensimulasi struktur proses-proses otak (fungsi syaraf

biologis) dan kemudian membawanya kepada perangkat lunak kelas baru yang dapat

mengenali pola-pola yang kompleks serta belajar dari pengalaman-pengalaman masa

lalu.

Jaringan saraf tiruan Self Organizing Maps (SOM) atau disebut juga dengan

jaringan Kohonen telah banyak dimanfaatkan untuk pengenalan pola baik berupa

pola penyakit, citra, suara, dan lain-lain. Jaringan SOM sering pula digunakan untuk

ekstraksi ciri (feature) pada proses awal pengenalan pola. Ia mampu mereduksi

dimensi input pola ke jumlah yang lebih sedikit sehingga pemrosesan komputer

(20)

Beberapa penelitian telah melakukan penelitian tentang pengenalan pola,

diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini; Wahyono

(2009), melakukan penelitian tentang pelatihan dan pengujian data pola dan

didapatkan bahwa ternyata algoritma perceptron pun bisa digunakan dalam

pengenalan huruf yang masuk dalam ruang lingkup pengklasifikasian pola ; Setyo

Nugroho (2005), melakukan penelitian tentang Algoritma Quickprop dan metode

active learning dapat meningkatkan kecepatan training ; Ang Wie Siong dan

Resmana (1999), melakukan penelitian tentang Jaringan saraf tiruan ini mampu

mengenali citra bernoise, namun kurang dapat menangani pergeseran citra. Pada

input citra dengan pengecilan sekaligus pergeseran, justru jaringan dapat lebih

mengenali ; Sri Kusumadewi (2008), melakukan penelitian tentang Metode

Backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis

penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa lalu, dan dengan

menggunakan metode Backpropagation , target output yang diinginkan lebih

mendekati ketepatan dalam malakukan pengujian, karena terjadi penyesuaian nilai

bobot dan bias yang semakin baik pada proses pelatihan(training).

Berdasarkan penelitian yang ada tersebut, penulis mencoba untuk melakukan

penelitian menggunakan algoritma Kohonen yang meneliti tentang apakah algoritma

Kohonen pada jaringan syaraf tiruan backpropagation dapat mempercepat

mengenali pola suatu penyakit.

Penggunaan algoritma Kohonen pada jaringan syaraf tiruan backpropagation

diharapkan dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih baik pada proses pelatihan

(traning) yang dapat mempercepat dalam pengenalan pola suatu penyakit.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat ditarik dari penjelasan latar belakang dibuatnya

pengenalan pola, yaitu :

• Bagaimana algoritma Kohonen pada jaringan syaraf tiruanbackpropagation dapat mempercepat mengenali pola suatu penyakit.

(21)

1.3 Batasan Masalah

Rumusan masalah diatas, dibatasi dengan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mempercepat proses pembelajaran (training) dalam mengenali pola

suatu jenis penyakit Paru yaitu pada Pneumonia dan TBC Paru;

2. Algoritma yang digunakan dalam pengenalan pola adalah algoritma

Backpropagationdan algoritma Kohonen;

3. Aplikasi yang akan digunakan: bahasa pemrograman Visual Basic 2010.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisa algoritma kohonen pada Jaringan

syaraf tiruan backpropagation untuk mempercepat proses pembelajaran (training)

yang signifikan dan klasifikasi yang akurat dalam mengenali pola suatu penyakit.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui sejauh mana penggunaan algoritma kohonen pada Jaringan

Syaraf Tiruan Backpropagationmampu mengenali suatu pola penyakit.

2. Dapat mengaplikasikan algoritma Kohonen pada algoritma backpropagation

dalam pengenalan pola.

3. Dapat mengetahui lebih dalam tentang JST backpropagation dan algoritma

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan saraf tiruan merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia

yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia

dengan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah

proses perhitungan selama proses pembelajaran.

Adapun beberapa aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan ( ANN ) adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan pola

Jaringan syaraf tiruan sangat cocok digunakan untuk mengenali pola, misalnya

mengenali pola huruf, angka, sidik jari atau bahkan penyakit. Hal ini mirip dengan

cara kerja otak manusia ketika membedakan dan mengenali perubahan wajah setiap

orang yang pernah dilihatnya.

2.Signal Processing

Mengenali pola suatu signal atau noise dalam suatu perubahan nada suara misalnya.

Secara sederhana Jaringan syaraf tiruan terdiri dari module yang saling

keterkaitan secara sederhana yang disebut juga dengan Neuron dimana analogi dari

syaraf biologi pada otak.

(23)

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa Neural Network terdiri dari satuan-satuan

pemroses berupa neuron. Y sebagai output menerima input dari x1, x2, x3,…….xn

dengan bobot W1, W2, W3,……..Wn. Hasil penjumlahan seluruh impuls neuron

dibandingkan dengan nilai ambang tertentu melalui fungsi aktivasi f setiap neuron.

2.1.1 Fungsi Aktivasi

Fungsi aktivasi adalah salah satu parameter yang terpenting dalam jaringan syaraf

tiruan. fungsi ini tidak hanya menentukan keputusan garis, disamping nilai fungsi

aktivasi juga menunjukkan total signal dari node. Oleh karena pemilihan fungsi

aktivasi tidak dapat secara sembarangan dipilih sebab sangat besar berdampak pada

performan jaringan syaraf tiruan.

Ada beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam syaraf tiruan, antara lain :

a. Fungsi Linear

Fungsi linear (ditunjukkan oleh gambar 2.2) menyiapkan output tang

seimbang untuk total bobotoutput.

y = f(x) = x (2.1)

Gambar 2.2 Fungsi Linear

b. FungsiThreshold

Fungsi threshold memetakan bobot input dengan nilai biner [0,1] seperti

yang ditunjukkan dengan gambar 2.3 dimana :

Y

1

X 0

-1

-1

(24)

y=f(x)= 1 0

0 < 0 (2.2)

Gambar 2.3 FungsiTheshold

c. FungsiPiecewise Linear

Fungsi piecewise linear dapat juga ruang lingkup biner atau bipolar untuk

batas saturasioutput.fungsioutputdapat ditulis sebagai berikut :

= ( ) =

0.5 < 0.5

0.5 0.5

0.5 > 0.5

(2.3)

Gambar 2.4 FungsiPiecewise Linear

d. FungsiSigmoid

Ini type fungsi aktivasi yang mempunyai Garis S-shaped dan bentuk

distribusi perubahansigmois inputdimana mempunyai nilai interval [-∞, ∞]

= ( ) = (2.4)

Y

1

(25)

Gambar 2.5 Fungsi sigmoid

2.1.2 Multi Layer Perceptron

MLP juga dikenal setaraMultilayer Feedforward Neural Network (MLFNN) adalah

salah satu yang paling terkenal dan banyak digunakan sebagai type model ANN oleh

karena arsitektur dan perbandingan algoritma yang sederhana (Popescu et al., 2009).

Dapat juga digunakan sebagai fungsi pembangkit secara menyeluruh, bahkan cocok

digunakan untuk jenis aplikasi yang besar.

Gambar 2.6Multi layer Perceptron

(Popescu et al., 2009)

Multi layer perceptron tersusun oleh seperangkat sensor moder yang

dikelompokkan dalam tiga tingkatan lapisan yang terdiri dari lapisan modul

masukan, satu atau lebih perantara atau lapisan tersembunyi dari modul perhitungan

(26)

lapisan berurutan terhubung secara lengkap. hubungan antara modul berbatasan

lapisan relay sinyal keluaran dari satu lapisan ke berikutnya. Sebagai contoh, gambar

diatas mempunyai 4 vektor dimensi, diikuti oleh 3 lapisan tersembunyi dan yang

terakhir lapisan keluaran dimana terdiri dari 1 modul. jaringan ANN disebut dengan

sebagai jaringan 4-3-1.

Jaringan saraf tiruan juga memiliki sejumlah besar kelebihan dibandingkan

dengan metoda perhitungan lainnya (sistem pakar, statistik, dll), yaitu :

1. kemampuan mengakuisisi pengetahuan walaupun dalam kondisi adanya

gangguan dan ketidakpastian. Hal ini dikarenakan JST mampu melakukan

generalisasi, abstraksi, dan ekstrasi terhadap properti statistik dari data.

2. Kemampuan merepresentasikan pengetahuan secara fleksibel. JST dapat

menciptakan sendiri representasi melalui pengaturan diri sendiri atau

kemampuan belajar(self organizing).

3. Kemampuan mentolerir suatu distorsi (error/fault ). Dimana gangguan kecil

pada data dapat dianggap hanyanoise(guncangan) belaka.

4. Kemampuan memproses pengetahuan secara efisien karena memakai sistem

paralel, maka waktu yang diperlukan untuk mengoperasikannya menjadi

lebih singkat.

5. Kemampuan untuk memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran dari

pengalaman.

Walaupun dengan segudang kelebihan yang dimiliki, jaringan saraf tiruan

tetap mempunyai sejumlah keterbatasan. Misal : Kekurangmampuannya dalam

melakukan operasi-operasi numerik dengan presisi tinggi, operasi algoritma

aritmatik, operasi logika, dan operasi simbolis serta lamanya proses pelatihan yang

kadang-kadang membutuhkan waktu berhari-hari untuk jumlah data yang besar. Hal

itu terjadi karena sulitnya mengukur performansi sebenarnya dari jaringan saraf

tiruan itu sendiri.

Saat ini implementasi jaringan saraf tiruan sudah cukup luas digunakan mulai

(27)

2.2 AlgoritmaBackpropagation

Algoritma pelatihan Backpropagation Neural Network (BPNN) pertama kali

dirumuskan oleh Werbos dan dipopulerkan oleh Rumelhart & Mc.Clelland. Pada

supervised learning terdapat pasangan data input dan output yang dipakai untuk

melatih JST hingga diperoleh bobot penimbang(weight)yang diinginkan.

Pelatihan Backpropagation meliputi 3 fase:

i) fase propagsi maju (feedforward) pola pelatihan masukan. Pola

masukan dihitung maju mulai dari layer masukan hingga layer

keluaran dengan fungsi aktivasi yang ditentukan;

ii) fase propasi mundur(backpropagation)darierroryang terkait. Selisih

antara keluaran dan target merupakan kesalahn yang terjadi. Kesalahan

tersebut dipropagasi mundur, dimulai dari garis yang berhubungan

langsung dengan unit-unit dilayar keluaran;

iii) fase modifikasi bobot.

Ketiga tahapan tersebut diulangi terus-menerus sampai mendapatkan nilai

erroryang diinginkan. Setelahtrainingselesai dilakukan, hanya tahap pertama yang

diperlukan untuk memanfaatkan jaringan syaraf tiruan tersebut. Kemudian,

dilakukan pengujian terhadap jaringan yang telah dilatih. Pembelajaran algoritma

jaringan syaraf membutuhkan perambatan maju dan diikuti dengan perambatan

mundur.

2.2.1 Fase Propagasi Maju

Selama propagasi maju, sinyal masukan (x1) dipropagasikan ke layer tersembunyi

menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari unit tersembuyi (Z1)

tersebut selanjutnya dipropagasi maju lagi ke layer tersembunyi berikutnya dengan

fungsi aktivasi yang telah ditentukan. Dan seterusnya hingga menghasilkan keluaran

jaringan (yk).

Berikutnya, keluaran jaringan (yk) dibandingkan dengan target yang harus dicapai

(tk). Selisih (tk-yk)adalah kesalahan yang terjadi. Jika kesalahan ini lebih kecil dari

(28)

besar dari batas toleransi, maka bobot setiap garis dari jaringan akan dimodifikasi

untuk mengurangi kesalahan.

2.2.2 Fase Propagasi Mundur Berdasarkan kesalahan t

k – yk dihitung faktor δk (k= 1, ..., m) yang dipakai untuk

mendistribusikan kesalahan di unit Y

k ke semua unit tersembunyi yang terhubung

langsung dengan Y

k. δkjuga dipakai untuk mengubah bobot garis yang berhubungan

langsung dengan unit keluaran.

Dengan cara yang sama, dihitung faktor δ

jdi setiap layer tersembunyi sebagai dasar

perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di layer di

bawahnya. Dan seterusnya hingga semua faktor δ di unit tersembunyi yang

terhubung langsung dengan unit masukan dihitung.

2.2.3 Fase Modifikasi Bobot

Setelah semua faktor δ dihitung, bobot semua garis dimodifikasi bersamaan.

Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor δ neuron di layer atasnya.

Sebagai contoh, perubahan bobot garis yang menuju ke layer keluaran didasarkan

atas yang ada di unit keluaran

Ketiga fase tersebut diulang-ulang hingga kondisi penghentian dipenuhi.

Umumnya kondisi penghentian yang sering dipakai adalah jumlah interasi atau

kesalahan. Iterasi akan dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan sudah melebihi

jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan, atau jika kesalahan yang terjadi sudah

lebih kecil dari batas toleransi yang ditetapkan.

2.2.4 Prosedur Pelatihan

Seperti halnya jaringan syaraf yang lain, pada jaringan feedfoward (umpan maju)

pelatihan dilakukan dalam rangka perhitungan bobot sehingga pada akhir pelatihan

akan diperoleh bobot-bobot yang baik. Selama proses pelatihan, bobot-bobot diatur

secara iteratif untuk meminimumkan error (kesalahan) yang terjadi. Error

(kesalahan) dihitung berdasarkan rata-rata kuadrat kesalahan (MSE). Rata-rata

(29)

Sebagian besar pelatihan untuk jaringan feedfoward (umpan maju) menggunakan

gradien dari fungsi aktivasi untuk menentukan bagaimana mengatur bobot-bobot

dalam rangka meminimumkan kinerja. Gradien ini ditentukan dengan menggunakan

suatu teknik yang disebut backpropagation.

Pada dasarnya, algoritma pelatihan standar backpropagation akan

menggerakkan bobot dengan arah gradien negatif. Prinsip dasar dari algoritma

backpropagation adalah memperbaiki bobot-bobot jaringan dengan arah yang

membuat fungsi aktivasi menjadi turun dengan cepat.

Langkah-langkah yang dilakukan pada prosedur pelatihan adalah:

Langkah 0 : Inisialisasi bobot keterhubungan antara neuron dengan menggunakan bilangan acak kecil (-0.5 sampai +0.5).

Langkah 1 : Kerjakan langkah 2 sampai langkah 9 selama kondisi berhenti yang ditentukan tidak dipenuhi.

Langkah 2 : Kerjakan langkah 3 sampai langkah 8 untuk setiap pasangan pelatihan.

Propagasi maju

Langkah 3 : Setiap unit masukan (xi, i = 1,…., n) menerima sinyal masukan xi,

dan menyebarkannya ke seluruh unit pada lapisan tersembunyi

Langkah 4 : Setiap unit tersembunyi (xi, I = 1,…….,p) jumlahkan bobot sinyal masukannya :

(2.5)

voj = bias pada unit tersembunyi j aplikasikan fungsi aktivasinya

untuk menghilangkan sinyal keluarannya, zj = f (z_inj), dan

kirimkan sinyal ini keseluruh unit pada lapisan diatasnya (unit

keluaran)

Langkah 5 : tiap unit keluaran (yk, k = 1,…….m) jumlahkan bobot sinyal masukannya : (2.6)

= + = n i ij i j

j vo xv

in z 1 _

= + = p j jk j k

k wo z w

in y

1

(30)

wok= bias pada unit keluaran k dan aplikasikan fungsi aktivasinya

untuk menghitung sinyal keluarannya,yk= f(y_ink)

Propagasi balik

Langkah 6 : tiap unit keluaran (yk, k = 1,…..,m) menerima pola target yang

saling berhubungan pada masukan pola pelatihan, hitung kesalahan

informasinya,

(2.7)

hitung koreksi bobotnya (digunakan untuk mempengaruhi wjk

nantinya),

(2.8)

hitung koreksi biasnya (digunakan untuk mempengaruhi wok

nantinya)

(2.9)

dan kirimkan δkke unit-unit pada lapisan dibawahnya,

Langkah 7 : Setiap unit lapisan tersembunyi (zj, j = 1,…..p) jumlah hasil

perubahan masukannya (dari unit-unit lapisan diatasnya),

(2.10)

kalikan dengan turunan fungsi aktivasinya untuk menghitung

informasi kesalahannya,

(2.11)

(2.12)

hitung koreksi bias

(2.13)

Langkah 8 : Update bobot dan bias pada hubungan antar lapisan

(2.14)

(2.15)

Langkah 9 : Tes kondisi terhenti ) _ ( ' )

( k k k

k = ty f y in

δ

j k

jk z

w =αδ

k k

wo =αδ

=

=

m k jk k j

w

in

1

_

δ

δ

) _ ( '

_ j j

j δ in f z in

δ =

i j

ij x

v =αδ

j j

vo = αδ

jk jk

jk baru w lama w

w ( )= ( )+∆

ij ij

ij baru v lama v

(31)

Backpropagation secara garis besar terdiri dari dua fase, fase maju dan fase

mundur. Selama fase maju algoritma ini memetakan nilai masukan untuk

mendapatkan keluaran yang diharapkan. untuk menghasilkan keluaran pola maka

didapatkan dari rekapitulasi bobot masukan dan dipetakan untuk fungsi aktivasi

jaringan. keluaran dapat dihitung sebagai berikut :

= (2.16)

di mana,

. = ( ) + (2.17)

dimana,

oj :inputdari j unit

wij : bobot yang dihubungkan dari unit i ke unit j

anet,j : jaringan keluaran untuk j unit θj : bias untuk j unit

Di dalam fase mundur, pola keluaran (aktualoutput) kemudian dibandingkan dengan

keluaran yang dikehendaki dan sinyal error dihitung untuk masing–masingoutput.

Sinyal-sinyal kemudian merambat mundur dari lapisanoutputke masing-masing unit

dalam lapisan lapisan transisi memberikan kontribusi langsung ke output, dan bobot

disesuaikan iterasi selama proses pembelajaran, kemudian error diperkecil selama

descent direction. fungsierrorpadaoutputneuron digambarkan sebagai berikut :

= ( ) (2.18)

dimana,

n : angka pada modul keluaran didalam lapisanoutput

tk : keluaran yang dikendaki dari keluaran unit k

ok : keluaran jaringan dari keluaran unit k

Parameter α merupakan laju pemahaman yang menentukan kecepatan iterasi. Nilai

α terletak antara 0 dan 1 (0≤a≤ 1). Semakin besar harga α , semakin sedikit iterasi

yang dipakai. Akan tetapi jika hargaα terlalu besar, maka akan merusak pola yang

sudah benar sehingga pemahaman menjadi lambat. Satu siklus pelatihan yang

melibatkan semua pola disebut epoch.

(32)

mencapai minimum global (atau mungkin lokal saja) terhadap nilai error

(kesalahan) dan cepat tidaknya proses pelatihan menuju kekonvergenan. Apabila

bobot awal terlalu besar maka input (masukan) ke setiap lapisan tersembunyi atau

lapisan output (keluaran) akan jatuh pada daerah dimana turunan fungsi sigmoidnya

akan sangat kecil. Apabila bobot awal terlalu kecil, maka input (masukan) ke setiap

lapisan tersembunyi atau lapisan output (keluaran) akan sangat kecil. Hal ini akan

menyebabkan proses pelatihan berjalan sangat lambat. Biasanya bobot awal

diinisialisasi secara random dengan nilai antara -0.5 sampai 0.5. Setelah pelatihan

selesai dilakukan, jaringan dapat dipakai untuk pengenalan pola.

Keuntungan dari metodebackpropagationyaitu :

1. Back-Propagation sangat luas digunakan dalam paradigma jaringan saraf, dan

berhasil diaplikasikan dalam berbagai bidang. Misalnya : pengenalan pola

militer, diagnosa kedokteran, klasifikasi gambar, menerjemahkan kode, dan

dalam deteksi jenis penyakit paru.

2. Back-Propagation dapat digunakan untuk dua atau lebih lapisan dengan bobot

dan menggunakan aturan pengalaman belajar.

3. Pembelajaran dan penyesuaian prosedur didasari konsep yang relatif sederhana.

4. Dapat memisahkan pola yang terpisah secara linear maupun pola yang terpisah

tidak linear. Terpisah linear adalah dipisahkan 1 garis linear 2 pola tersebut.

Adapun kelemahannya yaitu : Waktunya Konvergen, karena pelatihan

memerlukan ratusan atau ribuan contoh dalam kumpulan pelatihan, dan mungkin

membutuhkan waktu komputasi sepanjang hari (atau lebih) untuk menyelesaikan

pelatihan.

2.3 Algoritma Kohonen

Kohonen Map atau dapat disebut Self Organizing Maps (SOM) diperkenalkan

pertama kali oleh Prof. Teuvo Kohonen dari Finlandia pada tahun 1982 (Kohonen,

1982). Jaringan Kohonen telah banyak dimanfaatkan untuk pengenalan pola baik

berupa pola/citra, suara, dan lain-lain. Jaringan SOM sering pula digunakan untuk

ekstraksi ciri (feature) pada proses awal pengenalan pola. Ia mampu mereduksi

dimensi input pola ke jumlah yang lebih sedikit sehingga pemrosesan komputer

(33)

Prinsip kerja dari algoritma SOM adalah pengurangan node-node

tetangganya (neighbor), sehingga pada akhirnya hanya ada satu node output yang

terpilih (winner node). Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan inisialisasi

bobot untuk tiap-tiap node dengan nilai random. Setelah diberikan bobot random,

maka jaringan diberi input sejumlah dimensi node/neuron input. Setelah input

diterima jaringan, maka jaringan mulai melakukan perhitungan jarak vektor yang

didapatkan dengan menjumlah selisih/jarak antara vektorinputdengan vektor bobot.

Secara matematis dirumuskan :

dj=

=

1

0

n

i

(xI(t) -wij(t))2 (2.19)

Langkah-langkah Algoritma Kohonen

Berikut merupakan langkah-langkah algoritma Kohonen :

Langkah 0 : Inisialisasi bobot : Wij

Set parameter-parameter tetangga

Set parameterlearning rate

Langkah 1 : Kerjakan jika kondisi berhenti bernilaiFALSE

a. Untuk setiap vektorinputx, kerjakan :

• Untuk setiap j, hitung :

boboti=∑i(Wij–Xi)2 (2.20)

• Bandingkan boboti untuk mencari bobot terkecil

• Untuk boboti terkecil, ambil Wij (lama) untuk

mendapatkan :

Wij(baru) = Wij(lama) + α (xi–Wij(lama)) (2.21)

b. Perbaikilearning rate

(baru) = 0,5 * α (2.22)

c. Kurangi radius ketetanggaan pada waktu-waktu tertentu,

dengan cara meng-update nilai boboti

(34)

2.4 Normalisasi Data

Dalam proses pembelajaran (training), jaringan membutuhkan data training yaitu

data yang di-input-kan. Pada proses yang menggunakan derajat keanggotaan yang

berada pada interval yang lebih kecil yaitu [0.1 , 0.9], untuk itu perlu dilakukan

normalisasi data agar terbentuk data yang berada diantara 0 dan 1. Salah satu rumus

yang dapat digunakan dalam proses normalisasi data tersebut adalah persamaan

berikut :

(xmax-xmin)(x-a)

Xbaru= + xmin (2.23)

(b-a) Dimana :

xbaru : dataactualyang telah dinormalisasi

xmax : nilai maksimum dataactual

xmin : nilai minimum dataactual

a : data terkecil

b : data terbesar

2.5. Teori Penunjang Tentang Penyakit Paru

(Sumber : http://paru-paru.com/jenis-jenis-penyakit-paru-paru/)

Jenis-jenis penyakit paru-paru sangatlah beragam. Namun, hampir semuanya

berbahaya, sebab penyakit ini menyerang organ terpenting dalam tubuh manusia.

Anda sebaiknya menjaga kesehatan paru-paru karena sebanyak 12 jenis penyakit

[image:34.595.235.393.580.711.2]

siap menderanya.

(35)

Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi sebagai

tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida di dalam

darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan batuan

haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah O2 di dalam darah diikat oleh

hemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh.

Berikut ini jenis-jenis penyakit paru-paru yang perlu diketahui berdasarkan pada

buku karangan Steve Parker yang berjudul “Ensiklopedia Tubuh Manusia”.

1. Pneumonia (radang paru-paru)

Salah satu jenis-jenis penyakit paru-paru yang berbahaya adalah pneumonia atau

disebut juga dengan radang paru-paru. Pneumonia dapat timbul di berbagai daerah di

paru-paru. Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau potongan besar paru-paru.

Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang mempengaruhi area yang luas dan

terus-menerus dari lobus paru-paru.

Selain itu, ada juga yang disebut bronkopneumonia yang menyerang seberkas

jaringan di salah satu paru-paru atau keduanya.

2. Penyakit Legionnaries

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah legionnaries. Penyakit paru-paru yang

satu ini disebabkan bakteri legionella pneumophilia. Bentuk infeksinya mirip dengan

pneumonia.

Penyebab penyakit legionnaries adalah bakteri legionella, sebuah bakteri

berbentuk batang yang ditemukan di sebagian besar sumber air. Mereka dapat

berlipat ganda sangat cepat. Mereka terdapat di sistem pipa ledeng atau di mana pun

yang air bisa menggenang.

Penyakit Legionnaire pertama kali dijelaskan pada 1976 setelah terjadi

wabah penyakit yang mirip penumonia berat pada veteran perang di sebuah konvensi

(36)

3. Efusi pleura

Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru

disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau pleura

dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru mengembang dan

berkontraksi dengan halus dalam dinding dada. Infeksi seperti pneumonia dan

tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa kanker dapat menimbulkan pengumpulan

cairan di antara pleura. Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang menekan paru-paru.

4. Tuberkulosis (TB)

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah Tuberkulosis atau disingkat TB

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi yang menyerang jaringan

paru-paru. Penyebab seseorang mengidap TB adalah bakteri mycobacterium tuberculosis.

Sebagian besar orang memiliki mikroba TB di dalam tubuhnya, tapi mikroba ini

hanya menyebabkan penyakit di beberapa orang saja, biasanya jika imunitas atau

kekebalan tubuh orang itu menurun.

5. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang disebut

pleura. Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura tertembus dan

udara masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru mengempis. Membran

pleura dipisahkan oleh lapisan cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan

mereka. Keseimbangan tekanan antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan

paru-paru memungkinkan paru-paru “terisap” ke dalam dinding dada.

Pada pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura. Keseimbangan tekanan

pun berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih banyak udara yang masuk ke

dalam rongga tapi tidak dapat keluar, tekanan di sekitar paru-paru semakin tinggi

yang dapat mengancam jiwa.

Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang membesar secara

abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi paru-paru, seperti asma.

(37)

6. Asma

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah Asma. Asma merupakan penyakit

radang paru-paru yang menimbulkan serangan sesak napas dan mengi yang

berulang. Asma merupakan salah satu kelainan paru-paru paling banyak dan

bervariasi, menyerang satu dari empat anak di beberapa daerah.

Otot dinding saluran udara berkontraksi seperti kejang, menyebabkan saluran udara

menyempit, sehingga terjadi serangan sesak napas. Penyempitan diperburuk oleh

sekresi lendir yang berlebihan. Sebagian besar kasus terjadi di masa kanak-kanak

dan biasanya berkaitan dengan penyakit yang didasari oleh alergi seperti eksema dan

keduanya mempunyai faktor penyakit turunan.

7. Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mempunyai karakteristik keterbatasan jalan

napas yang tidak sepenuhnya reversibel. PPOK adalah kelainan jangka panjang di

mana terjadi kerusakan jaringan paru-paru secara progresif dengan sesak napas yang

semakin berat. PPOK terutama meliputi bronkitis kronis dan emfisema, dua kelainan

yang biasanya terjadi bersamaan.

8. Bronkitis Kronis

Peradangan kronis saluran udara paru-paru biasanya disebabkan oleh rokok. Jarang

sekali, infeksi akut yang berulang menimbulkan bronkitis kronis. Pada bronkitis

kronis, bronkus, saluran udara utama menuju paru-paru, meradang, membengkak,

dan menyempit akibat iritasi oleh asap tembakau, infeksi berulang, atau paparan

lama terhadap zat polutan. Saluran udara yang meradang mulai menghasilkan dahak

berlebihan, awalnya menyebabkan batuk mengganggu di waktu lembap dan dingin,

lalu berlanjut sepanjang tahun.

9. Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan

pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan

oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita

(38)

10. Penyakit Paru Akibat Kerja

Asbestosis, silikosis, dan pneumokoniosis disebabkan oleh menghirup partikel yang

mengiritasi dan membuat peradangan jaringan paru-paru, mengarah ke timbulnya

fibrosis. Orang yang berisiko tinggi menderita penyakit paru-paru akibat pekerjaan,

adalah para pekerja yang terpapar partikel beracun selama bertahun-tahun, misalnya

para pekerja tambang.

Pada penyakit paru-paru akibat kerja, terdapat penebalan perlahan (fibrosis) jaringan

paru-paru, yang akhirnya menimbulkan pembentukan jaringan parut ireversibel.

11. Silikosis

Silikosis adalah salah satu penyakit paru akibat lingkungan kerja. Penyakit ini

merupakan suatu pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi partikel-partikel

kristal silika bebas.

Silika adalah sejenis bahan yang banyak digunakan dalam bangunan dan perusahaan

konstruksi. Silika dalam bentuk padat tidak berbahaya, tetapi bentuk butiran debu

sangat tidak baik untuk paru-paru. Yang termasuk silika bebas adalah kuarsa,

tridimit, dan kristobalit.

12. Asbestosis

Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan banyaknya zat asbes yang terhirup

paru-paru, sehingga menyebabkan kerusakan berat. Pada beberapa kasus asbestosis,

bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit kanker paru-paru. Kanker paru-paru

sendiri adalah keberadaan tumor ganas di paru-paru. Kanker paru-paru adalah kanker

paling umum di dunia dan lebih dari satu juta kasus baru ditemukan setiap tahun.

Namun pada penelitian ini hanya menggunakan 3 jenis penyakit paru saja, yaitu:

Tuberkulosis (TB) paru atau TBC Paru-paru,danPneumonia (radang paru-paru).

2.6 Smoothing Grafik

Proses smoothing grafik dilakukan untuk mendapatkan hasil grafik yang lebih baik.

(39)

telah terbentuk dari titik puncak grafik tersebut, kemudian akan ditarik garis linear

dari titik awal dan titik akhir sehingga dapat menghasilkan grafik yang lebih baik.

2.7 Riset Terkait

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa riset terkait yang

dijadikan acuan yang membuat penelitian berjalan lancer. Adapun riset-riset terkait

[image:39.595.108.526.242.755.2]

tersebut adalah:

Tabel 2.1 Riset terkait

No Judul Riset Nama Peneliti Dan Tahun Algoritma/ Metode Yang Digunakan Hasil Penelitian 1 Pengenalan huruf berbasis jaringan syaraf tiruan menggunakan algoritma perceptron

Wahyono, 2009 Algoritma Perceptron/meto de Binerisasi

Dalam pelatihan dan pengujian data pola didapatkan bahwa ternyata algoritma perceptron pun bisa digunakan dalam pengenalan huruf yang masuk dalam ruang lingkup pengklasifikas ian pola. 2 Penerapan Algoritma Quickprop pada Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Wajah Manusia

Setyo Nugroho, 2005

Algoritma

Quickprop/metod e active learning

Algoritma Quickprop dan metode active

learning dapat meningkatkan kecepatantraining. 3 Pengenalan Citra Objek Sederhana Dengan Menggunaka n Metode Jaringan Saraf Tiruan Som Ang Wie Siong1,

Resmana2,1999

Metode Jaringan Saraf Tiruan SOM

Jaringan saraf tiruan ini mampu mengenali citra ber-noise, namun

kurang dapat

(40)

Tiruan dengan Metode Backpropagat ion Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi

08 melakukan pendeteksian

suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa lalu, dan dengan

menggunakan metode

Backpropagation, target output yang diinginkan lebih mendekati ketepatan dalam malakukan pengujian, karena terjadi

penyesuaian nilai bobot dan bias yang semakin baik pada proses pelatihan(traning).

5 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk

Mendeteksi Posisi Wajah Manusia pada Citra Digital

Setyo Nugroho1, Agus Harjoko2, 2009

Algoritma

Quickprop Dan Metode Active Learning

Jaringan syaraf tiruan dengan jenis multi layerperceptron dapat digunakan untuk melakukan deteksi wajah pada citra digital. Untuk training dengan jumlah data yang besar, algoritma

Quickprop memberikan

peningkatan kecepatan

training yang signifikan.

2.8 Perbedaan Dengan Riset Yang Lain

Dalam Penelitian ini, untuk mempercepat proses pembelajaran (training) yang

signifikan dan klasifikasi yang akurat dalam mengenali pola suatu penyakit paru

menggunakan Algoritma Kohonen pada Jaringan syaraf Tiruan dimana bobot yang

digunakan dihitung menggunakan algoritma Kohonen dan hasilnya dimasukkan ke

JSTbackpropagation.

9 Kontribusi Riset

Dalam penelitian ini, algoritma yang akan digunakan dalam mempercepat proses

pembelajaran dan klasifikasi yang akurat adalah algoritma Kohonen, diharapkan dari

penelitian ini akan didapatkan metode yang lebih efektif dalam meningkatkan

kecepatan training di dalam pengenalan pola penyakit secara otomatis pada jaringan

(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Salah satu syarat suatu penelitian adalah mempunyai metode atau algoritma yang

dipakai dalam penelitiannya. Sebelum menguraikan algoritma yang dipakai dalam

penelitian ini, lebih baiknya dijelaskan apa arti penelitian itu sendiri. Penelitian

merupakan upaya pemecahan suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah

tertentu, teori dan rancangan, serta dilakukan secara sistematis.

Dan di dalam penelitian ini akan membahas tentang algoritma Jaringan Saraf

Tiruan Self Organizing Maps (SOM) atau Kohonen pada Jaringan Syaraf Tiruan

Backpropagation dan hal ini digunakan untuk pengenalan pola penyakit paru.

3.2 Proses penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka ada beberapa hal yang perlu

dilakukan sehingga target yang diharapkan dapat tercapai.

3.2.1 Data yang Digunakan

Data yang digunakan adalah data sekunder dari gejala umum Pneumonia atau

radang paru-paru dan TBC Paru-paru atau Tuberkulosis paru-paru yang diambil dari

Sumber: R. Kurniawan dan S. Hartati, Jurnal:"Sistem Pendukung Keputusan Klinis

", internet dan buku-buku yang mendukung tanpa menggunakan proses uji

mikroskopis, foto thoraks atau rontgen.

Dalam penelitian ini, penulis juga membutuhkan data input dalam proses JST

backpropagation.Data tersebut akan digunakan sebagai data pelatihan dan juga data

(42)

1. Banyaknya data yang digunakan 30 sampel data;

2. Data yang digunakan menggunakan aturan:

 Terdiri dari 3dataset (data kriteria Umur dan jenis kelamin, data kriteria gejala penyakit dan data kriteria lingkungan dan kebiasaan);

 Setiap dataset terdiri dari jumlah data yang berbeda;

 Pelatihan menggunakan 2 algoritma, yaitu: algoritma JST Backpropagationdan algoritma Kohonen.

 Pelatihan Algoritma JST Backpropagation melakukan pemrosesan data secara random dan dilakukan dengan batas awal dan batas akhir sesuai

dengan dataset yang digunakan, sedangkan algoritma Kohonen

digunakan untuk pembobotan awal dan hasil pembobotan tersebut

dimasukkan ke algoritma Backpropagation untuk mendapatkan hasil

[image:42.595.140.540.375.629.2]

pelatihan;

Gambar 3.1. Skema Sistem

PEMBOBOTAN

METODE ALGORITMA KOHONEN METODE SECARA RANDOM

DATABASE

(43)

Data input yang digunakan :

I. Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

II. Berdasarkan gejala penyakit

III. Berdasarkan lingkungan dan kebiasaan

I. Dataset berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Dalam penilaian ini yang menjadi tolak ukur adalah dari segi umur dan jenis kelamin

pasien, keduanya berpengaruh langsung pada jenis penyakit pasien. Untuk penilaian

pasien dengan umur yang lebih tua memiliki tingkat rentan lebih tinggi dibandingkan

dengan umur pasien yang relative lebih muda. Berdasarkan jenis kelamin pasien,

dimana kasus laki-laki lebih sering terjangkit kanker paru lebih besar dari pada

pasien berjenis kelamin wanita. Umur dan jenis kelamin pasien dijadikan bagian dari

inputan jaringan syaraf buatan yang akan menentukan pola penyakit kanker paru,

[image:43.595.137.489.411.582.2]

bentuk penilaian secara spesifik dapat disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penilaian Kriteria identitas pasien berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Identitas pasien Skala/Ket Penilaian

Umur/Usia < 20 Thn 0,06

20–35 thn 0.07

36–50 thn 0.08

51–65 thn 0.09

> 65 thn 1

Jenis Kelamin Pria 0.1

Wanita 0.05

Sumber: R. Kurniawan dan S. Hartati, Jurnal:"Sistem Pendukung Keputusan Klinis "

II. Penilaian kriteria gejala penyakit

Dalam penilaian kriteria gejala penyakit yang menjadi perhatian utama dalam

menentukan pola penyakit paru yaitu gejala utama dari penyakit paru, penilaian

(44)
[image:44.595.107.522.119.720.2]

Tabel 3.2. Penilaian Kriteria identitas pasien berdasarkan Pneumonia (radang paru-paru)

Gejala Penyakit Skala/Net Penilaian

Batuk Tidak Batuk 0

Ringan (< 25 ml / 24 Jam) 0.007

Sedang (25 -250 ml / 24 Jam) 0.008

Berat (250-600 ml / 24 Jam) 0.009

Masif ( >600 ml / 24 Jam 0.01

Batuk yang di sertai sulit bernafas Tidak Batuk 0

Ringan (< 25 ml / 24 Jam) 0.008

Sedang (25 -250 ml / 24 Jam) 0.009

Berat (250-600 ml / 24 Jam) 0.01

Masif ( >600 ml / 24 Jam) 0.02

Hasil Rontgen dada menunjukkan

ada bagian yang berwarna

putih-putih di bagian kiri atau kanan paru

Ya 0.08

Tidak 0

Terdeteksi ada bakteri atau jamur

pada pengujian sampel dahak

(sputum)

Ya 0.07

Tidak 0

Hasil tes darah menunjukkan

peningkatan sel darah putih dengan

dominasi netrofil untuk pneumonia

yang disebabkan infeksi bakteri

Ya 0.06

Tidak 0

Kesulitan bernapas disertai gejala

sianosis sentral

Ya 0.02

Tidak 0

Sulit Minum Ya 0.01

Tidak 0

Terdengar napas yang kasar, dan

jika diperiksa dengan stetoskop

akan terdengar suara yang lemah.

Ya 0.01

Tidak 0

(45)
[image:45.595.101.512.109.498.2]

Tabel 3.3. Penilaian Kriteria identitas pasien berdasarkan TBC Paru

Gejala Penyakit Skala/Net Penilaian

Batuk Darah Tidak batuk 0

Ringan 0.05

Sedang 0.06

Berat 0.07

Masif 0.08

Demam Ya 0.2

Tidak 0

Sesaknafas Ya 0.05

Tidak 0

Sakit dada persisten Ya 0.02

Tidak 0

Suara serak/Perau Ya 0.01

Tidak 0

Ujung jari membesar dan terasa sakit Ya 0.01

Tidak 0

Berat badan menurun dan kehilangan nafsu

makan

Ya 0.02

Tidak 0

Sumber: R.Kurniawan dan S. Hartati, Jurnal:"Sistem Pendukung Keputusan Klinis "

III. Penilaian Kriteria Lingkungan dan Kebiasaan

Penilaian kriteria lingkungan dan kebiasaan pasien diperoleh dari faktor resiko

(46)
[image:46.595.108.457.104.277.2]

Tabel 3.4. Penilaian Kriteria identitas pasien berdasarkan Lingkungan dan Kebiasaan

Lingkungan dan

Kebiasaan

Skala Nilai

Perokok Ya 0.1

Tidak 0

Lokasi T T dekat Pabrik,

atau daerah polusi tinggi

Ya 0.1

0

Riwayat anggota keluarga

penderita penyakit paru

Ya 0.1

Tidak 0

Sumber: R. Kurniawan dan S. Hartati, Jurnal:"Sistem Pendukung Keputusan Klinis "

Secara ringkas data input perancangan data dengan jaringan syaraf tiruan untuk data

pelatihan dan pengujian, digunakan 20 variabel input yaitu:

X1:Jenis kelamin

X2:Umur

X3:Batuk darah

X4: Demam

X5: Sesak Nafas

X6: Sakit dada persisten

X7: Suara serak/Parau

X8: Ujung jari membesar dan terasa sakit

X9: Berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan

X10: Perokok

X11: Tinggal daerah polusi tinggi

X12: Faktor Keturunan

X13: Batuk

X14: Batuk yang disertai sulit bernafas

X15:Hasil Rontgen dada menunjukkan ada bagian yang berwarna putih-putih

di bagian kiri atau kanan paru

X16 : Terdeteksi ada bakteri atau jamur pada pengujian sampel dahak

(47)

X17 : Hasil tes darah menunjukkan peningkatan sel darah putih dengan

dominasi netrofil untuk pneumonia yang disebabkan infeksi bakteri

X18:Kesulitan bernapas disertai gejala sianosis sentral

X19:Sulit Minum

X20:Terdengar napas yang kasar, dan jika diperiksa dengan stetoskop akan

terdengar suara yang lemah.

Data dikonversi menjadi angka nominal untuk memudahkan perhitungan algoritma.

Pada setiap gejala penyakit mempunyai selang nilai berbeda-beda, dan ada sebagian

gejala lainnya hanya diberi nilai 1 untuk nilai ya (ada gejala), dan 0 untuk nilai tidak

(tidak ada gejala). Percobaan dilakukan 2 kali, yaitu dengan algoritma

[image:47.595.114.461.344.441.2]

Backpropagationdan algoritma Kohonen pada JSTBackpropagation.

Gambar 3.2. Langkah-langkah pelatihan JST

Untuk setiap penilaian kriteria akan di berikan bobot sesuai dengan keinginan

sipembuat. Di sini untuk kriteria penilaian identitas pasien karena tidak terlalu

signifikan mempengaruhi diagnosa maka diberikan bobot 20%, penilaian gejala

penyakit diberikan bobot 50% penilaian diberikan bobot lebih tinggi karena

dianggap sangat mempengaruhi diagnosa secara signifikan, penilaian lingkungan dan

kebiasaan pasien diberikan bobot 30% ,dan bentuk represenasi bobot sistem ini

disajikan pada tabel 3.5.

Datainput JST

Backpropagation

(48)
[image:48.595.155.421.97.192.2]

Tabel 3.5. Persentasi Bobot

Data set Bobot

Umur dan jenis kelamin 20 %

Gejala penyakit 50 %

Lingkungan dan kebiasaan 30 %

3.2.2 Data Target/Output

Adapun data target/output adalah 1 menunjukkan Pola penyakit dikenali, sedangkan

0 menunjukkan Pola penyakit tidak dikenali. Data target/output dapat dilihat pada

[image:48.595.159.466.346.409.2]

tabel 3.7

Tabel 3.6. Data Target

No Keterangan Bobot

1 Pola penyakit dikenali 1

2 Pola penyakit tidak dikenali 0

3.2.3 Pelatihan Data

Tahap pelatihan merupakan tahap dimana sistem akan mempelajari pola mencapai

target. Pola yang ditemukan akan digunakan untuk prediksi. Agar sistem dapat

menemukan pola untuk mencapai target yang diinginkan maka sistem harus dilatih

dengan bobot dan bias yang berbeda. Dalam tahap pelatihan harus dicari nilaierror

yang sekecil mungkin agar hasil prediksi yang diperoleh menjadi akurat. Kesalahan

pada tahap pelatihan data akan menyebabkan hasil diperoleh jauh dari yang

(49)
[image:49.595.101.526.113.287.2]

Tabel 3.7. Data untuk Pelatihan dan Data Target

NO DATA PELATIHAN TARGET

1 Kriteria berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Pola Penyakit dikenali 2 Kriteria Identitas berdasarkan Gejala Pneumonia

(radang paru-paru)

3 Kriteria Identitas berdasarkan TBC Paru-paru

atau Tuberkulosis paru-paru Pola Penyakit tidak

dikenali 4 Kriteria Identitas berdasarkan Gejala

Lingkungan dan Kebiasaan

Gambar 3.3. Pelatihan Data

3.2.4. Pengujian Data

Setelah sistem dilatih maka langkah selanjutnya akan dilakukan pengujian terhadap

sistem. Jika tahap pelatihan telah dilakukan dengan baik maka sistem akan cepat

menemukan target pada saat proses pengujian dilakukan. Pengujian terhadap sistem

bertujuan untuk menguji sistem apakah sudah mampu menghasilkan data sesuai

[image:49.595.104.541.129.545.2]
(50)
[image:50.595.111.527.82.366.2]

Gambar 3.4 PolaOutputPengujian Data

3.3 Analisis Data

Variabel yang digunakan dalam pengenalan pola penyakit paru pada penelitian ini

terdiri dari 20 variabelinput dan 1 variabel target/output. Variabel-variabel tersebut

diambil dari data sekunder dari gejala umum penyakit Pneumonia atau radang

paru-paru dan TBC Paru-paru-paru atau Tuberkulosis paru-paru-paru-paru yang diambil dari Sumber: R.

Kurniawan dan S. Hartati, Jurnal: "Sistem Pendukung Keputusan Klinis ", internet

dan buku-buku yang mendukung tanpa menggunakan proses uji mikroskopis, foto

thoraksataurontgen.

3.3.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

Pada permasalahan ini arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan yang digunakan adalah

Jaringan Syaraf Tiruan dengan banyak lapisan (multilayer) dengan algoritma

Backpropagation, yang terdiri dari:

a. Lapisan masukan (input) dengan 20 simpul (x1,x2, …., x20).

b. Lapisan tersembunyi (Hidden) dengan jumlah simpul ditentukan oleh

pengguna (Z1, Zn).

(51)

v12

v32

v22

v42

W11

w21

INPUT HIDDEN LAYER OUTPUT

.

.

.

.

[image:51.595.154.492.79.439.2]

.

Gambar 3.5. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Pengenalan Pola

Keterangan :

1. X = 20

Jumlah neuroninput: X1, X2, …, X20

2. Z = 2

Jumlah hidden layer : jumlah hidden layer (Z) bergantung pada jumlah input

neuron. Akan tetapi umumnya jumlah hidden layer yang dipakai adalah 1

(satu) atau 2 (dua) saja, menambah jumlah hidden layer dapat menyebabkan

meningkatnyaoverfittingdan waktu eksekusi.

3. Y = 1

Jumlah neuron output : umumnya aplikasi jaringan syaraf tiruan untuk

memperediksi memakai 1 (satu)outputneuron saja, yaitu : Y.

4. Fungsi aktivasi : fungsi aktivasi yang digunakan untuk menentukan output

dari neuron yang diproses. Teknik yang dipakai untuk menentukan fungsi

X1

X2

X3

X4

X20

Y

Z2

(52)

aktivasi yang baik adalah percobaan. Kriteria penentu yang dipakai untuk

menentukan fungsi aktivasi adalah kemampuannya untuk mempercepat fase

pembelajaran dan meningkatkan keakuratan dari jaringan syaraf. Fungsi

aktivasi yang umumnya digunakan adalah sigmoid.

5. Learning rate(α) = 0,01

Laju Pembelajaran/learning rate(α) : belum ada aturan yang pasti mengenai

laju pembelajaran. Tetapi nilai α yang terlalu besar menyebabkan

meningkatnya kecepatan dalam menemukan nilai performansi error yang

diinginkan, namun memungkinkan untuk terjadi overshoot. Sebaliknya nilai

α yang terlalu kecil menyebabkan pelatihan yang lambat. Secara umum, nilai

optimal dari α tergantung dari masalah yang sedang diselesaikan. Seperti

yang telah diketahui bahwa backpropagation berdasarkan pada penurunan

error. Penurunan error ini merupakan metode yang cukup efisien untuk

mendapatkan nilai bobot yang menghasilkanerror minimum.

6. Error maximum = 0,001

Perhitunganerror : untuk membandingkan hasiloutput dengan target output

untuk setiap inputan diperlukan perhitungan nilaierror. Perhitunganerrorini

selain dapat menentukan bahwa hasil benar atau salah, juga dapat

menentukan derajat kebenaran atau kesalahan. Fungsi error yang umumnya

digunakan adalah Mean Square Error (MSE). MSE merupakan rata-rata

kuadrat dari selisih antara output jaringan dengan output target. Mean

Absolute Error (MAE) merupakan perhitungan error yang biasa digunakan

karena merupakan hasil absolute dari selisih antara nilai hasil sistem dengan

nilai aktual, tujuan utamanya adalah untuk memperoleh nilai error yang

sekecil-kecilnya dengan secara iterative mengganti nilai bobot yang

terhubung pada semua neuron. Untuk mengatahui seberapa banyak bobot

harus diganti, setiap iterasi memerlukan perhitungan error yang berasosiasi

(53)

Rumus dari MSE dan MAE adalah sebagai berikut :

− = m n n

MAE | c d |

m n n MSE =

cd

2

) (

7. Jumlah DataTraining = 30

8. Epoch Maximum = 1500

9. Momentum = 1

Tujuan menggunakan momentum pada JST dalam perubahan perhitungan perubahan

bobot adalah untuk melancarkan pelatihan dan mencegah agar bobot tidak berhenti

disebuah nilai yang belum optimal.

Jaringan saraf yang akan dibangun adalah algoritma propagasi balik

(Backpropagation) dengan fungsi aktivasi Sigmoid. Fungsi akti

Gambar

Gambar 2.1 Node sederhana
Gambar 2.2 Fungsi Linear
Gambar 2.4 Fungsi Piecewise Linear
Gambar 2.5 Fungsi sigmoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma backpropagation merupakan salah satu metode pembelajaran jaringan syaraf tiruan yang membandingkan output yang diperoleh jaringan dengan target yang telah ditetapkan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimpelementasikan jaringan syaraf tiruan SOM Kohonen dalam pengenalan telapak kaki bayi serta mengetahui

Aplikasi pengenalan pola plat nomor kendaraan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation dapat berjalan dengan baik. Kendala yang sering muncul adalah

Berdasarkan kinerja jaringan syaraf tiruan backpropagation dengan 3 hidden layer , 1 output , learning rate 0,7 dan target error 1000 dalam mendeteksi penyakit

Aplikasi pengenalan pola plat nomor kendaraan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation dapat berjalan dengan baik. Kendala yang sering muncul adalah pencarian

Implementasi yang dilakukan adalah menggabungkan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation untuk meramalkan jumlah kasus penyakit, sedangkan algoritma genetika

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MENGIDENTIFIKASI GEJALA PADA PENYAKIT.. HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE

Proses penelitian Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Tulisan Tangan Menggunakan Logika Fuzzy Dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation ini dilaksanakan dalam waktu