• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Algoritma Backpropagation Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Penyakit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Algoritma Backpropagation Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Penyakit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ALGORITMA

BACKPROPAGATION

JARINGAN SYARAFTIRUANUNTUK

MENDETEKSIPENYAKITTANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis)

SKRIPSI

GINA AGNESIA

081401042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPLEMENTASI ALGORITMA BACKPROPAGATION JARINGAN SYARAFTIRUANUNTUKMENDETEKSI

PENYAKIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

GINA AGNESIA

081401042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI ALGORITMA BACKPROPAGATION

JARINGAN SYARAFTIRUANUNTUK MENDETEKSIPENYAKITTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

Kategori : SKRIPSI

Nama : GINA AGNESIA

Nomor Induk Mahasiswa : 081401042

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 15Mei 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Amer Sharif, S.Si, M.Kom Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

NIP. - NIP. 196203171991031001

Diketahui/Disetujui oleh Departemen Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA BACKPROPAGATION JARINGAN SYARAFTIRUANUNTUK MENDETEKSI

PENYAKITTANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 15 Mei 2012

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan kasih setiaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Implementasi Algoritma Backpropagation Jaringan SyarafTiruanUntukMendeteksiPenyakitTanaman Karet (Hevea brasiliensis) dalam waktu yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan baik berupa dukungan material dan spiritual dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer yang telah memberikan banyak bantuan, arahan, dan kesabaran dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Amer Sharif, S.Si, M.Kom selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak bantuan, arahan, dan kesabaran dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dian Rachmawati, S.Si, M.Kom selaku pembanding I yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, MIT selaku pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan bantuan selama penulis kuliah di S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

6. Dekan FMIPA Bapak Dr. Sutarman, M.Sc dan Pembantu Dekan FMIPA, Bapak/Ibu Dosen Pengajar beserta seluruh pegawai dan staf Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

7. Seluruh praktisi perkebunan karet yang telah membantu penulis selama wawancara.

(6)

9. Teman-teman mahasiswa S1 Ilmu Komputer stambuk 2008 khususnya Yeni Susanti br. Tarigan dan Yustina yang telah memberikan semangat dan bantuan selama penulis kuliah di S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

10. Teman-teman serta pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala dukungan dan bantuannya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sesuatu yang berguna bagi pembaca terutama teman-teman mahasiswa. Penulis juga meminta maaf atas segala kekurangan yang terdapat di dalam skripsi ini.

Medan, 15 Mei 2012

(7)

ABSTRAK

Pada skripsi ini, masalah yang diangkat adalah pendeteksian penyakit pada tanaman karet. Saat ini, hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, salah satunya adalah pendeteksian penyakit pada tanaman karet. Pendeteksian penyakit tanaman karet dapat dilakukan dengan menerapkan jaringan syaraf tiruan menggunakan algoritma backpropagation. Algoritma backpropagation merupakan salah satu metode pembelajaran jaringan syaraf tiruan yang membandingkan output yang diperoleh jaringan dengan target yang telah ditetapkan untuk menghitung error jaringan kemudian merambatkan error tersebut kelapisan sebelumnya untuk mendapatkan koreksi bobot yang akan menghasilkan output yang diharapkan. Penelitian ini menerapkan algoritma backpropagation dalam mengembangkan suatu jaringan syaraf tiruan untuk mendeteksi penyakit pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Gejala-gejala penyakit yang tampak pada tanaman karet digunakan sebagai input yang terdiri dari 7 variabel untuk tiap-tiap bagian tanaman yaitu akar, batang, bidang sadap, dan daun. Terdapat 3 target output yaitu: bagian tanaman terserang penyakit Akar putih atau terserang penyakit Jamur upas atau terserang penyakit Mouldy rot atau terserang penyakit Embun tepung; bagian tanaman sehat; dan bagian tanaman sakit. Pelatihan dalam penelitian ini menghasilkan bobot ideal dengan menggunakan 1 lapisan input, 2 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output dengan 104 neuron pada lapisan tersembunyi pertama, 5 neuron pada lapisan tersembunyi kedua, fungsi aktivasi lapisan tersembunyi pertama dan kedua adalah sigmoid bipolar, fungsi aktivasi lapisan output adalah linear, dan learning rate 0,01, pada 148.013 iterasi dengan error 1x10-5.

(8)

IMPLEMENTATION OF ARTIFICIAL NEURAL NETWORK USING BACKPROPAGATION ALGORITHM TO DETECT

THE DISEASES OF RUBBER TREE (Hevea brasiliensis)

ABSTRACT

In this paper, the problem that is raised is detection of diseases in rubber tree. Nowadays, almost every task can be done by computer, one of them is detection of diseases in rubber tree. Rubber tree diseases detection can be done by applying artificial neural network using backpropagation algorithm. Backpropagation algorithmis an artificial neural networklearning methodthat compares theoutputobtained from the networkwiththe targetwhich had been setfor calculating thenetworkerrorandpropagates theerrorto previous layertoobtain theweights correctionthat will generatethe expectedoutput. This researchapplied the backpropagationalgorithmto developan artificial neural network fordetecting thediseasesof rubber tree(Hevea brasiliensis).Visible disease symptoms in the rubber tree used as input consisted of 7variablesfor each part ofthe plantsuch as root, stem, tapping panel, and leaf. There were 3 outputs target such as: part of plant infected withWhite root disease orinfected withPinkdisease or infected withMouldy rot disease orinfected with Powdery mildew disease; healthypart of plant; and diseased part of plant. Trainingin this researchgeneratedideal weightsby usingone inputlayer, twohiddenlayers, andanoutputlayerwith 104neuronsinthe firsthidden layer, 5neuronsinthe second hiddenlayer, the activation function of the first and second hidden layer are sigmoid bipolar, the activation function of the output layer is linear, and0.01 oflearningrate, with148,013 ofiterations, and error rate of 1x10-5.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xiii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Metode Penelitian 5

1.7 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Landasan Teori 8

2.1 Jaringan Syaraf Tiruan 8

2.1.1 Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan 9

2.1.2 Komponen Jaringan Syaraf Tiruan 9

2.1.3 Manfaat dan Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 13

2.1.4 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan 14

2.1.5 Fungsi Aktivasi Jaringan Syaraf Tiruan 17

2.1.6 Bias dan Threshold 23

2.1.7 Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan 23

2.18 Aturan Pembelajaran Jaringan Syaraf Tiruan 24

2.2 Multilayer Perceptron 25

2.3 Backpropagation 28

2.3.1 Arsitektur Jaringan Backpropagation 29

2.3.2 Fungsi Aktivasi 30

2.3.3 Algoritma Backpropagation 31

2.3.4 Pemilihan Bobot dan Bias Awal 35

(10)

Bab 3 Analisis dan Perancangan 37

3.1 Analisis Sistem 37

3.1.1 Analisis Permasalahan 37

3.1.2 Analisis Input dan Output 38

3.1.3 Analisis Jaringan Backpropagation 42

3.1.3.1 Gambaran Proses pada Jaringan Backpropagation

Secara Umum 42

3.1.3.2 Arsitektur Jaringan 45

3.2 Perancangan Sistem 46

3.2.1 Perancangan Flowchart 46

3.2.2 Ilustrasi Proses Perhitungan pada Jaringan Backpropagation 51

3.2.3 Data Flow Diagram (DFD) 55

3.2.4 Membentuk Jaringan Bakpropagation dengan Matlab R2007b 61

3.2.5 Perancangan Struktur Sistem 61

3.2.6 Perancangan Antarmuka 65

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem 68

4.1 Implementasi Sistem 68

4.1.1 Pembelajaran Jaringan 68

4.1.2 Hasil Pelatihan Jaringan 69

4.2 Pengujian Sistem 85

4.3 Tampilan Antarmuka Sistem 87

4.3.1 Tampilan Form Utama 87

4.3.2 Tampilan Form Akar 88

4.3.3 Tampilan Form Batang 89

4.3.4 Tampilan Form BidSadap 90

4.3.5 Tampilan Form Daun 91

4.3.6 Tampilan Form DaftarPenyakit 92

4.3.7 Tampilan Form Keluar 92

4.3.8 Tampilan Form Hasil Pendeteksian Sistem 93

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 95

5.1 Kesimpulan 95

5.2 Saran 96

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Nama Tabel Halaman

3.1

Output dan Input untuk Bagian Akar Output dan Input untuk Bagian Batang Output dan Input untuk Bagian Bidang Sadap Output dan Input untuk Bagian Daun

Keterangan Diagram Konteks Keterangan DFD Pelatihan Level 1 Keterangan DFD Pengujian Level 1

Jumlah Epoch Hasil Pelatihan Dengan 1 Lapisan Tersembunyi

Jumlah Epoch Hasil Pelatihan Dengan 2 Lapisan Tersembunyi

Hasil Pelatihan untuk Bagian Akar Hasil Pelatihan untuk Bagian Batang Hasil Pelatihan untuk Bagian Bidang Sadap Hasil Pelatihan untuk Bagian Daun

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Nama Gambar Halaman

2.1

Struktur neuron jaringan syaraf tiruan

Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan tunggal Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan banyak lapisan Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan

kompetitif

Fungsi aktivasi: Undak Biner (hard limit) Fungsi aktivasi: Undak Biner (threshold) Fungsi aktivasi: Bipolar (symetrichard limit) Fungsi aktivasi: Bipolar (threshold)

Fungsi aktivasi: Linear (identitas) Fungsi aktivasi: Saturating Linear

Fungsi aktivasi: Symetric Saturating Linear Fungsi aktivasi: Sigmoid Biner

Fungsi aktivasi: Sigmoid Bipolar Arsitektur jaringan perceptron

Arsitektur jaringan lapis banyak (multilayer)

Arsitektur jaringan backpropagation dengan satu lapisan tersembunyi

Fungsi aktivasi sigmoid bipolar

Gambaran proses pembelajaran jaringan backpropagation Gambaran proses pengujian jaringan backpropagation Arsitektur jaringan backpropagation dengan dua lapisan tersembunyi

Flowchart pelatihan jaringan Flowchart pengujian jaringan

Ilustrasi tahap feedforward pada jaringan Ilustrasi tahap backpropagation pada jaringan Diagram konteks

DFD pelatihan level 1 DFD pengujian level 1 Struktur sistem

Rancangan form Utama

Rancangan form Akar, Batang, BidSadap, dan Daun Rancangan form DaftarPenyakit

Rancangan form Keluar

(13)

4.5 4.6 4.7 4.8 4.9

4.10 4.11

Tampilan form BidSadap Tampilan form Daun

Tampilan form DaftarPenyakit Tampilan form Keluar

Tampilan hasil pendeteksian sistem jika akar terserang penyakit Akar putih

Tampilan hasil pendeteksian sistem jika akar sakit Tampilan hasil pendeteksian sistem jika akar sehat

90 91 92 92

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Nama Lampiran Halaman

A B

C D

Listing Program

Penyakit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) dan Pengendaliannya

Kuisioner Surat Izin Riset

A-1 B-1

(15)

ABSTRAK

Pada skripsi ini, masalah yang diangkat adalah pendeteksian penyakit pada tanaman karet. Saat ini, hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, salah satunya adalah pendeteksian penyakit pada tanaman karet. Pendeteksian penyakit tanaman karet dapat dilakukan dengan menerapkan jaringan syaraf tiruan menggunakan algoritma backpropagation. Algoritma backpropagation merupakan salah satu metode pembelajaran jaringan syaraf tiruan yang membandingkan output yang diperoleh jaringan dengan target yang telah ditetapkan untuk menghitung error jaringan kemudian merambatkan error tersebut kelapisan sebelumnya untuk mendapatkan koreksi bobot yang akan menghasilkan output yang diharapkan. Penelitian ini menerapkan algoritma backpropagation dalam mengembangkan suatu jaringan syaraf tiruan untuk mendeteksi penyakit pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Gejala-gejala penyakit yang tampak pada tanaman karet digunakan sebagai input yang terdiri dari 7 variabel untuk tiap-tiap bagian tanaman yaitu akar, batang, bidang sadap, dan daun. Terdapat 3 target output yaitu: bagian tanaman terserang penyakit Akar putih atau terserang penyakit Jamur upas atau terserang penyakit Mouldy rot atau terserang penyakit Embun tepung; bagian tanaman sehat; dan bagian tanaman sakit. Pelatihan dalam penelitian ini menghasilkan bobot ideal dengan menggunakan 1 lapisan input, 2 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output dengan 104 neuron pada lapisan tersembunyi pertama, 5 neuron pada lapisan tersembunyi kedua, fungsi aktivasi lapisan tersembunyi pertama dan kedua adalah sigmoid bipolar, fungsi aktivasi lapisan output adalah linear, dan learning rate 0,01, pada 148.013 iterasi dengan error 1x10-5.

(16)

IMPLEMENTATION OF ARTIFICIAL NEURAL NETWORK USING BACKPROPAGATION ALGORITHM TO DETECT

THE DISEASES OF RUBBER TREE (Hevea brasiliensis)

ABSTRACT

In this paper, the problem that is raised is detection of diseases in rubber tree. Nowadays, almost every task can be done by computer, one of them is detection of diseases in rubber tree. Rubber tree diseases detection can be done by applying artificial neural network using backpropagation algorithm. Backpropagation algorithmis an artificial neural networklearning methodthat compares theoutputobtained from the networkwiththe targetwhich had been setfor calculating thenetworkerrorandpropagates theerrorto previous layertoobtain theweights correctionthat will generatethe expectedoutput. This researchapplied the backpropagationalgorithmto developan artificial neural network fordetecting thediseasesof rubber tree(Hevea brasiliensis).Visible disease symptoms in the rubber tree used as input consisted of 7variablesfor each part ofthe plantsuch as root, stem, tapping panel, and leaf. There were 3 outputs target such as: part of plant infected withWhite root disease orinfected withPinkdisease or infected withMouldy rot disease orinfected with Powdery mildew disease; healthypart of plant; and diseased part of plant. Trainingin this researchgeneratedideal weightsby usingone inputlayer, twohiddenlayers, andanoutputlayerwith 104neuronsinthe firsthidden layer, 5neuronsinthe second hiddenlayer, the activation function of the first and second hidden layer are sigmoid bipolar, the activation function of the output layer is linear, and0.01 oflearningrate, with148,013 ofiterations, and error rate of 1x10-5.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Otak manusia merupakan pusat kecerdasan dan pengendali aktivitas manusia yang

memiliki kemampuan luar biasa. Otak mempunyai struktur yang menakjubkan karena

kemampuannya membentuk sendiri aturan-aturan atau pola berdasarkan pengalaman

yang diterima [14].

Jaringan saraf tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan informasi yang

didesain dengan menirukan cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan suatu

masalah dengan melakukan proses belajar melalui perubahan bobot sinapsisnya.

Jaringan saraf mampu mengenali kegiatan dengan berbasis pada data masa lalu. Data

masa lalu akan dipelajari oleh jaringan saraf tiruan sehingga mempunyai kemampuan

untuk memberi keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari [15].

Jaringan saraf tiruan juga dikenal sebagai kotak hitam (black box technology)

atau tidak transparan (opaque) karena tidak dapat menerangkan bagaimana suatu hasil

didapatkan. Hal inilah yang membuat jaringan saraf tiruan mampu digunakan untuk

menyelesaikan persoalan yang tidak terstruktur dan sulit didefinisikan. Kenyataan

inilah yang menyebabkan jaringan saraf tiruan telah meluas dipakai sebagai alat bantu

memecahkan masalah pada berbagai bidang dan disiplin ilmu [3].

Backpropagation merupakan salah satu metode pembelajaran jaringan syaraf

(18)

ditetapkan untuk menghitung error jaringan kemudian merambatkan error tersebut

kelapisan sebelumnya untuk mendapatkan koreksi bobot yang akan menghasilkan

output yang diharapkan.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman yang berasal dari

Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Karet alam

merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup

internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak

menunjang perekonomian negara. Karet dapat diolah menjadi aneka jenis barang yang

sangat luas [11] seperti ban, sepatu karet, sabuk pengangkut, kabel, pembungkus

logam, dan benang karet. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar.

Dalam susunan taksonomi tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari

genus Hevea dan spesies Hevea brasiliensis. Produktivitas tanaman karet dipengaruhi

oleh faktor kondisi lingkungan yang disebut faktor-faktor produksi alami seperti letak

daerah terhadap lintang, besarnya curah hujan, suhu harian rata-rata, ketinggian

tempat dari permukaan laut, intensitas sinar matahari, derajat keasaman tanah,

topografi tanah, dan kemiringan atau turun naiknya lahan [10]. Sedangkan

faktor-faktor yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya tanaman karet adalah hama,

penyakit, dan gulma.

Penyakit yang menyerang tanaman karet sangat merugikan petani karet karena

mengganggu tumbuh kembangnya tanaman karet sehingga dapat mengakibatkan

penurunan jumlah produksi lateks bahkan dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan

tanaman karet mati. Oleh karena itu, petani karet harus selalu melakukan pemeriksaan

tanaman untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit pada tanaman karet. Hal ini

bertujuan agar petani dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian untuk

(19)

Dengan kemampuan jaringan syaraf tiruan yang menirukan kemampuan otak

manusia dalam mengolah pola-pola inputan yang diberikan untuk menghasilkan

keluaran atau kesimpulan yang ditarik berdasarkan pengalamannya selama proses

pembelajaran, jaringan syaraf tiruan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

mendeteksi penyakit tanaman karet.

Mencermati hal-hal di atas, penulis terdorong untuk mengangkat judul

Implementasi Algoritma Backpropagation Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Mendeteksi

Penyakit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis), yang diharapkan dapat membantu

petani karet untuk mendeteksi penyakit tanaman karet (Hevea brasiliensis).

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana membantu

petani karet mendeteksi penyakit pada tanaman karet (Hevea brasiliensis) dengan

merancang aplikasi komputer yang menerapkan algoritma backpropagation jaringan

syaraf tiruan sebagai alat bantu untuk mendeteksi penyakit tanaman karet (Hevea

brasiliensis).

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah yang menjadi acuan dalam pengerjaan skripsi ini adalah:

1. Perancangan aplikasi untuk mendeteksi penyakit tanaman karet (Hevea

brasiliensis) pada 4 bagian tanaman yang berbeda yaitu akar, batang, bidang sadap,

(20)

2. Input dari aplikasi merupakan gejala dari masing-masing penyakit. Input dan

output dari tiap bagian tanaman yang dideteksi:

a. Akar

Input, terdiri dari 7 variabel yaitu ada tidaknya miselium (benang-benang jamur)

berwarna putih pada akar, daun berwarna hijau pucat/kuning pucat, daun

berguguran, akar tanaman busuk, bunga/buah/daun muda muncul lebih awal dari

waktunya, tepi/ujung daun terlipat/menggulung, dan ujung ranting

mati/kering.Output: Akar sehat, Akar sakit, atau Akar terserang penyakit Akar

putih.

b. Batang

Input terdiri dari 7 variabel yaitu ada tidaknya miselium (benang-benang jamur)

putih/kerak berwarna merah jambu pada batang/pangkal/bagian atas

percabangan, kulit mengeluarkan lateks berwarna cokelat/cokelat kehitaman,

kulit membusuk, bagian kayu di bawah kulit menghitam/rusak, terdapat

garis-garis hitam pada kulit, kulit kering dan pecah-pecah, dan kulit berwarna hitam.

Output: Batang sehat, Batang sakit, atau Batang terserang penyakit Jamur upas.

c. Bidang Sadap

Input terdiri dari 7 variabel yaitu ada tidaknya selaput tipis (lapisan jamur)

berwarna putih/kelabu dekat alur sadap, kulit pulihan di atas bidang sadap

bebercak hitam/putih, terdapat luka-luka/pecah-pecah pada kulit, kulit dekat

bidang sadap berwarna hitam kecokelatan, kulit membusuk, terdapat cekungan

hitam sejajar alur sadap, dan terdapat garis berwarna hitam pada kulit.

Output: Bidang sadap sehat, Bidang sadap sakit, atau Bidang sadap terserang

penyakit Mouldy rot.

d. Daun

Input terdiri dari 7 variabel yaitu ada tidaknya bercak-bercak putih/kuning

seperti tepung halus di bawah permukaan daun, daun bebercak cokelat/hitam,

tunas mengeriput agak berlendir, daun muda berguguran, bunga berguguran,

daun muda lemas/keriput, dan daun muda berwarna hitam.

Ouput: Daun Sehat, Daun Sakit, atau Daun terserang penyakit Embun tepung

(Oidium heveae).

(21)

4. Pembuatan aplikasi menggunakan 1 lapisan input, 2 lapisan tersembunyi, dan 1

lapisan output.

5. Fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan tersembunyi ke-1 dan lapisan

tersembunyi ke-2adalah sigmoid bipolar dan pada lapisan output digunakan fungsi

aktivasi linear.

6. Maximum epoch yang digunakan dalam pelatihan jaringan adalah 500.000 epoch.

7. Pembuatanaplikasi pada penelitian ini menggunakan Matlab R2007b.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu aplikasi yang dapat dipergunakan sebagai

alat bantu untuk mendeteksi penyakit tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang terjadi

di lapangan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Membantu pengelola perkebunan dan petani karetmendeteksi penyakit tanaman

karet (Hevea brasiliensis) yang terjadi di lapangan dengan melihat

gejala-gejalanya.

2. Membantu peneliti dan mahasiswa untuk mengerti dan memahami algoritma

(22)

1.6 Metode Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi pustaka dengan membaca buku-buku, hasil-hasil

penelitian ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, maupun artikel-artikel yang relevan dengan

penelitian.

2. Observasi dan Pengumpulan Data

Tahap observasi dan pengumpulan data dilakukan bersamaan yaitu melakukan

pengamatan pada objek penelitian bersamaan dengan pengumpulan data dengan

wawancara pada pakar di lapangan untuk mengetahui bagaimana mendeteksi gejala

awal penyakit tanaman karet.

3. Analisis data

Pada tahap ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kriteria-kriteria tiap

variabel sebagai indikator penentu penyakit tanaman karet.

4. Perancangan Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan perancangan aplikasi dengan membuat flowchart

program,Data Flow Diagram (DFD), struktur sistem, dan antarmuka aplikasi.

5. Implementasi Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan penerapan rancangan aplikasi yang ada dalam

suatuprogram.

6. Pengujian Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi yang telah dibuat untuk mengetahui

ada atau tidaknya kesalahan dan memperbaiki kesalahan yang ada.

7. Penyusunan Laporan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan skripsi sebagai dokumentasi

(23)

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan judul, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penelitian.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori mengenai jaringan syaraf tiruan dan algoritma

backpropagation yang berkaitan dengan implementasi algoritma backpropagation

jaringan syaraf tiruanuntuk mendeteksi penyakit tanaman karet (Hevea brasiliensis).

BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini berisi analisis dan perancangan sistem untuk mendeteksi penyakit tanaman

karet (Hevea brasiliensis). Pada bagian analisis sistem berisi uraian mengenai analisis

input dan output dan analisis jaringan backpropagation. Pada bagian perancangan

sistem berisi tentang perancanganflowchart, Data Flow Diagram (DFD), struktur

sistem, dan antarmuka sistem.

BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini membahas bagaimana mengimplementasikan sistem yang telah dirancang ke

dalam bahasa pemrograman Matlab R2007b kemudian dilanjutkan dengan pengujian

sistem yang telah dibangun.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari uraian bab-bab sebelumnya dan

(24)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan saraf tiruan bisa dibayangkan seperti otak buatan di dalam cerita-cerita fiksi

ilmiah. Otak buatan ini dapat berpikir seperti manusia, dan juga sepandai manusia

dalam menyimpulkan sesuatu dari potongan-potongan informasi yang diterima.

Khayalan manusia tersebut mendorong para peneliti untuk mewujudkannya.

Komputer diusahakan agar bisa berpikir sama seperti cara berpikir manusia. Caranya

adalah dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah jaringan

saraf biologis [13].

Jaringan saraf biologis merupakan kumpulan sel-sel saraf (neuron). Neuron

mempunyai tugas mengolah informasi yang bekerja berdasarkan impuls/sinyal yang

diberikan pada neuron. Komponen-komponen utama neuron dikelompokkan menjadi

tiga yaitu dendrit bertugas menerima informasi, badan sel (soma) berfungsi sebagai

tempat pengolahan informasi, dan akson (neurit) berfungsi mengirimkan

impuls-impluls ke sel saraf lainnya. Impuls dikirimkan melalui sinapsis-sinapsis. Sinapsis

merupakan koneksi antara neuron yang satu dengan neuron lainnya.

Pengembangan jaringansaraf tiruanpada awalnyatermotivasi

olehpenelitiansistem sarafbiologisyangterdiri darijaringanneuron-neuron yang saling

(25)

2.1.1 Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki

karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi [15]. Menurut Kusumadewi

[7],jaringan saraf tiruanadalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang

selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia

tersebut.

JST merupakan suatu model kecerdasan yang diilhami dari struktur otak

manusia dan kemudian diimplementasikan menggunakan program komputer yang

mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran

berlangsung [2].

Jaringan syaraf tiruan akan mentransformasikan informasi dalam bentuk bobot

dari satu neuron ke neuron yang lainnya, informasi tersebut akan diproses oleh suatu

fungsi perambatan dan semua bobot input/masukan yang datang dijumlahkan

kemudian dibandingkan dengan suatu nilai ambang tertentu melalui fungsi aktivasi

setiap neuron. Bila nilai melampaui nilai ambang maka neuron akan diaktifkan dan

informasi keluaran diteruskan ke neuron yang tersambung dengannya [8].

2.1.2 Komponen Jaringan Syaraf Tiruan

Dalam meniru sistem jaringan biologis maka sistem jaringan saraf tiruan memiliki 3

karakteristik utama, yaitu:

1. Arsitektur jaringan: merupakan pola keterhubungan antara neuron.

Keterhubungan neuron-neuron inilah yang membentuk suatu jaringan.

2. Algoritma jaringan: merupakan metode untuk menentukan bobot hubungan.

3. Fungsi aktivasi: merupakan fungsi untuk menentukan nilai keluaran

(26)

Seperti halnya otak manusia, jaringan syaraf tiruan juga terdiri dari beberapa

neuron [7]. Neuron adalah unit pemrosesan informasi yang menjadi dasar dalam

pengoperasian jaringan syaraf tiruan [15]. Neuron terdiri dari tiga elemen pembentuk:

1. Himpunan unit-unit yang dihubungkan dengan jalur koneksi. Jalur-jalur

tersebut memiliki bobot/kekuatan yang berbeda-beda. Bobot yang bernilai

positif akan memperkuat sinyal dan yang bernilai negatif akan

memperlemah sinyal yang dibawanya.

2. Suatu unit penjumlahan yang akan menjumlahkan input-input sinyal yang

sudah dikalikan dengan bobotnya.

3. Fungsi aktivasi yang akan menentukan apakah sinyal dari input neuron akan

diteruskan ke neuron lain atau tidak.

Neuron buatan (artificial neuron) dirancang untuk menirukan karakteristik

neuron biologis [2].

Gambar 2.1 Neuron buatan sederhana

Keterangan:

x1, x2, ..., xn = input berupa sinyal yang masuk kedalam sinapsis neuron

wk1, wk2, ... , wkn = bobot penghubung sinapsis yang menyimpan pola pembelajaran

Bobot sinapsis

Fungsi Penjumlahan

uk

Input

. . .

xn

x1

x2

. . .

wk1

wk2

(27)

∑ = blok penjumlahan

uk = output

Dari gambar 2.1 terlihat serangkaian input yang dilakukan pada suatu neuron

buatan. Setiap sinyal dikalikan dengan bobot (weight), sebelum masuk ke blok

penjumlahan yang kurang lebih bersesuaian dengan badan sel syaraf biologis, fungsi

ini menjumlahkan semua input terboboti (perkalian semua input dengan bobotnya)

secara aljabar dan menghasilkan sebuah output (keluaran). Dalam unit keluaran,

variabel x dimasukkan ke dalam suatu fungsi f tertentu untuk menghasilkan keluaran

akhir.

Gambar 2.2 Struktur neuron jaringan syaraf tiruan

Keterangan:

∑ = fungsi penjumlahan

Jaringan syaraf tiruan terdiri dari neuron-neuron, dan ada hubungan antara

neuron-neuron tersebut. Neuron-neuron tersebut akan mentransformasikan informasi

yang diterima melalui sambungan keluar menuju neuron-neuron yang lain. Pada

jaringan syaraf, hubungan ini dikenal dengan nama bobot. Informasi tersebut disimpan

pada suatu nilai tertentu pada bobot tersebut. Informasi (disebut dengan input) akan

dikirimkan ke neuron dengan bobot kedatangan tertentu. Input ini akan diproses oleh

suatu fungsi perambatan yang akan menjumlahkan nilai-nilai semua bobot yang bobot Output ke

neuro-neuron

yang lain bobot

Input dari neuro-neuron

yang lain

Fungsi aktivasi

(28)

datang. Hasil penjumlahan ini kemudian akan dibandingkan dengan suatu nilai

ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktivasi setiap neuron. Apabila input

tersebut melewati suatu nilai ambang tertentu, maka neuron tersebut akan diaktifkan,

tapi kalau tidak, maka neuron tersebut tidak akan diaktifkan. Apabila neuron tersebut

diaktifkan, maka neuron tersebut akan mengirimkan output melalui bobot-bobot

outputnya ke semua neuron yang berhubungan dengannya. Demikian seterusnya.

Pada jaringan syaraf, neuron-neuron akan dikumpulkan dalam lapisan-lapisan

(layer) yang disebut dengan lapisan neuron (neuron layers). Biasanya neuron-neuron

pada satu lapisan akan dihubungkan dengan lapisan-lapisan sebelum dan sesudahnya

(kecuali lapisan input dan lapisan output). Informasi yang diberikan pada jaringan

syaraf akan dirambatkan lapisan ke lapisan, mulai dari lapisan input sampai ke lapisan

output melalui lapisan yang lainnya, yang sering dikenal dengan nama lapisan

tersembunyi (hidden layer). Tergantung pada algoritma pembelajarannya [6].

Jaringan saraf tiruan bekerja berdasarkan asumsi awal yang diberikan sebagai

titik tolak pembanding pada proses selanjutnya. Proses belajar pada jaringan saraf

tiruan ditunjukkan dengan perubahan bobot penghubung antar-sel jaringan saraf [4].

Ciri utama yang dimiliki oleh jaringan saraf tiruan adalah kemampuannya

untuk belajar. Belajar (learning) pada JST dapat diartikan sebagai proses penyesuaian

parameter pembobot karena keluaran yang diinginkan tergantung pada harga

pembobot interkoneksi yang dimiliki oleh sel. Proses belajar akan dihentikan jika nilai

kesalahan atau error sudah dianggap cukup kecil untuk semua pasangan data latihan.

Jaringan yang sedang melakukan proses belajar disebut berada dalam tahap latihan

(training) [17].

Kemampuan JST untuk belajar dan memperbaiki dirinya telah menghasilkan

banyak algoritma atau aturan belajar alternatif yang dapat digunakan, dari sekian

banyak aturan yang ada, yang paling sering digunakan adalah aturan belajar

backpropagation yang termasuk kategori supervised learning yang dapat digunakan

(29)

2.1.3 Manfaat dan Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan

Dengan tingkat kemampuan yang sangat baik, beberapa aplikasi jaringan saraf tiruan

sangat cocok untuk diterapkan pada:

1. Klasifikasi, memilih suatu input data ke dalam satu kategori tertentu yang

ditetapkan

2. Asosiasi, menggambarkan suatu objek secara keseluruhan hanya dengan

sebuah bagian dari objek lain

3. Self organizing, kemampuan untuk mengolah data-data input tanpa harus

memiliki data sebagai target

4. Optimasi, menemukan suatu jawaban atau solusi yang paling baik sehingga

seringkali dengan meminimalisasikan suatu fungsi biaya (optimizer)

Berikut ini beberapa aplikasi jaringan syaraf tiruan [14]:

1. Detektor virus komputer

Jaringan saraf tiruan digunakan untuk mendeteksi dan mengoreksi virus

komputer. Contohnya, program anti virus IBM yang selain mendeteksi juga

mengeradikasi virus-virus baru secara otomatis. Virus baru yang ditemukan

kemudian digunakan sebagai set pelatihan untuk versi antivirus berikutnya yang

jauh lebih cerdas. Jaringan saraf yang digunakan adalah propagasi balik.

2. Pendeteksian kanker kulit

Jaringan saraf tiruan digunakan untuk mendiagnosis malignant melanoma.

3. Pengidentifikasian pola-pola data pasar saham

Jaringan saraf digunakan untuk memproses informasi dari basis data yang besar

untuk mencari pola dan kecenderungan. Hasil pengolahan ini digunakan dalam

keputusan investasi.

4. Pendeteksi bom

Jaringan saraf tiruan dilatih untuk mengenali bentuk-bentuk bom dalam

tampilan sinyal-sinyal spektrograf yang mengindikasikan muatan nitrogen tinggi

(30)

5. Pengontrol gerakan dan penglihatan robot

Jaringan saraf tiruan digunakan untuk koordinasi mata-tangan robot memegang

objek melalui pelatihan robot.

6. Pendukung pengolahan bahasa alami

Pada pengenalan suara, jaringan saraf tiruan melalui pelatihan menyimpan

informasi-informasi bagian-bagian pembicaraan untuk nantinya dicocokkan

secara cepat dengan pola-pola input.

7. Pendukung Decision Support System (DSS)

Optimasi: jaringan saraf tiruan dapat digunakan untuk menentukan solusi

optimal dari masalah-masalah yang melibatkan banyak parameter, misalnya

masalah TSP (Traveling Salesperson Problem). Alokasi sumber daya: alokasi

ditentukan berdasarkan data historis. Sistem hibrid: sistem yang melakukan

analisis statistikal standar pada kumpulan data yang telah diseleksi oleh jaringan

saraf tiruan. Basis data cerdas (intelligent databases): tujuan dari basis data

cerdas adalah untuk menangani informasi dan pembuatan keputusan dengan cara

yang lebih mirip manusia. Jaringan saraf berperan penting dalam penemuan

pola-pola data, menemukan pendekatan yang cocok, dan perkiraan terbaik.

2.1.4 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

Penyusunan neuron pada lapisan-lapisan dan pola koneksinya dalam dan antarlapisan

disebut arsitektur jaringan [9]. Dalam menentukan jumlah dari lapisan, unit input tidak

terhitung sebagai lapisan karena unit tersebut tidak melakukan proses komputasi. Atau

bisa dikatakan bahwa jumlah lapisan pada jaringan ditentukan berdasarkan lapisan

yang berisikan bobot antar koneksi dari kumpulan neuron-neuron.

Beberapa arsitektur jaringan syaraf tiruan, yaitu:

1. Jaringan dengan lapisan tunggal (single layer network)

(31)

bobot-akan mengolahnya menjadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi.

Pada Gambar 2.3, neuron-neuron pada lapisan input terhubung langsung dengan

neuron-neuron pada lapisan output.

Gambar 2.3 Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan tunggal

Keterangan:

X1, Xi,..., Xn = neuron-neuron pada lapisan input

Y1, Yj,..., Ym = neuron-neuron pada lapisan output

w11,..., wnm = bobot dari lapisan input ke lapisan output

2. Jaringan dengan banyak lapisan (multilayer network)

Jaringan dengan banyak lapisan memiliki satu atau lebih lapisan yang terletak di

antara lapisan input dan lapisan output. Lapisan tersebut disebut lapisan

tersembunyi (hidden layer). Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat

menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit daripada lapisan dengan lapisan

W1m W11

Wi1

Wn1

W1j

Wij

Wnj

Wim

Wnm

X1

Xi

Xn

Y1

Yj

(32)

tunggal, tentu saja dengan pembelajaran yang lebih rumit. Namun demikian,

pada banyak kasus, pembelajaran pada jaringan dengan banyak lapisan ini lebih

sukses dalam menyelesaikan masalah.

Gambar 2.4 Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan banyak lapisan

Keterangan:

X1, Xi,..., Xn = neuron-neuron pada lapisan input

Z1, Zj,..., Zp = neuron-neuron pada lapisan tersembunyi

Y1, Yk,..., Ym = neuron-neuron pada lapisan output

v11,..., vnp = bobot dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

w11,..., wpm = bobot dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

3. Jaringan dengan lapisan kompetitif (competitive layer network)

Hubungan antarneuron pada lapisan kompetitif ini tidak diperlihatkan pada

diagram arsitektur seperti jaringan yang lain. Pada jaringan kompetitif neuron

(33)

saling berkompetisi sehingga hanya satu diantaranya yang aktif, prinsip ini

disebut winner-takes-all atau yang menanglah yang mengambil bagiannya.

Gambar 2.5 Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan kompetitif

Keterangan:

A1, Ai,Aj, Am = neuron-neuron

-� = bobot antara neuron yang satu dengan neuron yang lainnya 1 = bobot pada neuron ke neuron itu sendiri

2.1.5 Fungsi Aktivasi Jaringan Syaraf Tiruan

Dalam jaringan syaraf tiruan, fungsi aktivasi dipakai untuk menentukan keluaran

suatu neuron. Ada beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam jaringan

syaraf tiruan, antara lain:

1. Fungsi Undak Biner (Hard Limit)

Jaringan dengan lapisan tunggal sering menggunakan fungsi undak (step

function) untuk mengkonversikan input dari suatu variabel yang bernilai kontinu

ke suatu output biner (0 atau 1). A1

1

Am

1

Aj Ai

-ɛ -ɛ

1 1

(34)

Fungsi undak biner (hard limit) dirumuskan sebagai:

Gambar 2.6 Fungsi aktivasi: Undak Biner (hard limit)

2. Fungsi Undak Biner (Threshold)

Fungsi undak biner dengan menggunakan nilai ambang sering juga disebut

dengan nama fungsi nilai ambang (threshold) atau fungsi Heaviside.

Fungsi undak biner (dengan nilai ambang �) dirumuskan sebagai:

Gambar 2.7 Fungsi aktivasi: Undak Biner (threshold)

3. Fungsi Bipolar (Symetric Hard Limit)

Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner, hanya saja 0

1 y

x

θ

y = 0, jika x<� 1, jika x≥ � y =

0, jika x≤ 0

1, jika x>0

0 1 y

(35)

Fungsi Symetric Hard Limit dirumuskan sebagai:

Gambar 2.8 Fungsi aktivasi: Bipolar (symetric hard limit)

4. Fungsi Bipolar (dengan threshold)

Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi undak biner dengan

threshold, hanya saja output yang dihasilkan berupa 1, 0 atau –1.

Fungsi bipolar (dengan nilai ambang�) dirumuskan sebagai:

Gambar 2.9 Fungsi aktivasi: Bipolar (threshold)

5. Fungsi Linear (identitas)

Fungsi linear memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya. 0

1 y

x

- 1

0 1 y

x

- 1

θ

y = 0, jika x= 0 1, jika x>0

-1, jika x< 0

(36)

Fungsi linear dirumuskan sebagai:

y = x

Gambar 2.10 Fungsi aktivasi: Linear (identitas)

6. FungsiSaturating Linear

Fungsi ini akan bernilai 0 jika inputnya kurang dari –½, dan akan bernilai 1

jika inputnya lebih dari ½. Sedangkan jika nilai input terletak antara –½ dan ½,

maka outpunya akan bernilai sama dengan nilai input ditambah ½.

Fungsi saturating linear dirumuskan sebagai:

Gambar 2.11 Fungsi aktivasi: Saturating Linear 0

1 y

x

- 0,5 0,5

y = x+0,5; jika −0,5≤x≤0,5 1; jika x≥ 0,5

0; jika x≤ −0,5

0 1 y

x

- 1

(37)

7. Fungsi Symetric Saturating Linear

Fungsi ini akan bernilai -1 jika inputnya kurang dari –1, dan akan bernilai 1

jika inputnya lebih dari 1. Sedangkan jika nilai input terletak antara –1 dan 1,

maka outpunya akan bernilai sama dengan nilai inputnya.

Fungsi symetric saturating linear dirumuskan sebagai:

Gambar 2.12 Fungsi aktivasi: Symetric Saturating Linear

8. Fungsi Sigmoid Biner

Fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih dengan menggunakan

metode backpropagation. Fungsi sigmoid biner memiliki nilai pada range 0

sampai 1. Oleh karena itu, fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf

yang membutuhkan nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1.

Namun, fungsi ini bisa juga digunakan oleh jaringan syaraf yang nilai

outputnya 0 atau 1.

Fungsi sigmoid biner dirumuskan sebagai:

y = �(�)= 1 1+ �−�

dengan �′(�) = �(�)[1− �(�)]

y = x; jika 1x1 1; jika x≥1

-1; jika x≤ −1

1

0 1 x

y

- 1

(38)

Gambar 2.13 Fungsi aktivasi: Sigmoid Biner

9. Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi sigmoid bipolar hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, hanya saja

output dari fungsi ini memiliki range antara 1 sampai –1.

Fungsi sigmoid bipolar dirumuskan sebagai:

y = �(�)= 2

1 + �−� − 1 dengan �′(�) =[1+�(�)][1−�(�)]

2

Gambar 2.14 Fungsi aktivasi: Sigmoid Bipolar 10. Fungsi Hyperbolic Tangent

Memiliki range antara –1 sampai 1. Untuk fungsi hyperbolic tangent,

dirumuskan sebagai:

y = �(�)= �

−�

�� + −�atauy = �(�)=

1 −�−� 1 + �−�

(39)

2.1.6 Bias dan Threshold

Kadang-kadang dalam jaringan ditambahkan sebuah unit masukan yang nilainya

selalu sama dengan 1. Unit yang sedemikian disebut bias. Bias dapat dipandang

sebagai input yang nilainya sama dengan 1. Bias berfungsi mengubah nilai

thresholdmenjadi sama dengan 0 [15].

2.1.7 Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan

Sebelum digunakan, JST dilatih untuk mengenal fungsi pemetaan. Pelatihan

merupakan proses belajar JST yang dilakukan dengan menyesuaikan bobot

interkoneksi jaringan [10]. Proses belajar JST diklasifikasikan menjadi dua:

1. Belajar dengan pengawasan (supervised learning)

Jaringan memberikan tanggapan dengan mendapatkan target tertentu. Sebelum

jaringan mengubah sendiri bobotnya untuk mencapai target, bobot interkoneksi

diinisialisasi. Proses belajar JST dengan pengawasan adalah proses belajar

dengan memberikan latihan untuk mencapai suatu target keluaran yang

ditentukan. JST mendapatkan latihan untuk mengenal pola-pola tertentu.

Dengan memberikan target keluaran, perubahan masukan akan diadaptasi oleh

keluaran dengan mengubah bobot interkoneksinya mengikuti algoritma belajar

yang ditentukan. Set pelatihan dipilih dari fungsi keluaran maksimum setiap

keadaan parameter yang diubah. Dengan menginisialisasi bobot tiap sel, JST

akan mencari errorterkecil, sehingga bentuk fungsi keluaran mendekati target

yang diinginkan. Berdasarkan proses belajar yang dilakukan, kita perlu

memperhatikan beberapa hal dalam menyusun set pelatihan, yaitu:

1) Pemberian urutan pola yang akan diajarkan

2) Kriteria perhitungan error

(40)

4) Jumlah iterasi yang harus dilalui

5) Inisialisasi bobot dan parameter awal

Pelatihan dilakukan dengan memberikan pasangan pola-pola masukan dan

keluaran. Salah satu contoh JST yang menggunakan pembelajaran dengan

pengawasan adalah jaringan bakpropagation.

2. Belajar tanpa pengawasan (unsupervised learning)

Pada belajar tanpa pengawasan jaringan tidak mendapatkan target, sehingga JST

mengatur bobot interkoneksi sendiri. JST akan mengklasifikasikan contoh

pola-pola masukan yang tersedia ke dalam kelompok yang berbeda-beda. Menurut

[6], selama proses pembelajaran, nilai bobot disusun dalam suatu range tertentu

tergantung pada nilai input yang diberikan. Tujuan pembelajaran ini adalah

mengelompokkan unit-unit yang hampir sama dalam suatu area tertentu.

Hal yang ingin dicapai dengan melatih/mengajari jaringan saraf tiruan adalah

untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan memorisasi dan generalisasi. Yang

dimaksud kemampuan memorisasi adalah kemampuan untuk memanggil kembali

secara sempurna sebuah pola yang telah dipelajari. Kemampuan generalisasi adalah

kemampuan jaringan saraf tiruan untuk menghasilkan respon yang bisa diterima

terhadap pola-pola input yang serupa (namun tidak identik) dengan pola-pola yang

sebelumnya telah dipelajari. Hal ini sangat bermanfaat bila pada suatu saat ke dalam

jaringan saraf tiruan itu diinputkan informasi baru yang belum pernah dipelajari, maka

jaringan saraf tiruan itu masih tetap dapat memberikan tanggapan yang baik,

memberikan keluaran yang paling mendekati [14].

2.1.8 Aturan Pembelajaran Jaringan Syaraf Tiruan

Aturan pembelajaran adalah aturan kerja secara umum dari teknik/algoritma jaringan

(41)

1. Aturan Pengkoreksian Error

Prinsip dasar dari aturan pembelajaran pengkoreksian erroradalah memodifikasi

bobot-bobot koneksi dengan menggunakan sinyal kesalahan (output

target-output aktual) untuk mengurangi kesalahan secara bertahap.

2. Aturan Pembelajaran Boltzmann

Aturan pembelajaran boltzmann juga dapat dikatakan sebagai kasus lain dari

pembelajaran pengkoreksian error. Bedanya, kesalahan (error) diukur bukan

sebagai perbedaan langsung antara output aktual dengan output yang diinginkan,

melainkan perbedaan antara korelasi output-output dari 2 buah neuron dalam

kondisi operasi clamped dan free-running. Pada clamped, neuron-neuron visibel

ditahan pada keadaan-keadaan tertentu. Pada free-running, baik neuron visibel

maupun hiddendapat beroperasi dengan bebas.

3. Aturan Hebbian

Kekuatan koneksi antara 2 buah neuron akan meningkat jika kedua neuron

memiliki tingkah laku yang sama (keduanya memiliki aktivasi positif atau

keduanya memiliki aktivasi negatif).

4. Aturan Pembelajaran Kompetitif

Unit-unit output pada aturan pembelajaran kompetitif ini harus saling bersaing

untuk beraktivasi. Jadi hanya satu unit ouput yang aktif pada satu waktu

(winner-take-all). Bobot-bobotnya diatur setelah satu node pemenang terpilih.

2.2Multilayer Perceptron

Perceptron merupakan algoritma pembelajaran yang menjadi dasar algoritma

backpropagation. Arsitektur perceptron belajar mengenali pola dengan metode

pembelajaran terbimbing [4]. Perceptron memiliki jaringan lapis tunggal [2]. Jaringan

terdiri dari beberapa unit masukan (ditambah sebuah bias), dan memiliki sebuah unit

keluaran. Fungsi aktivasi bukan merupakan fungsi biner (atau bipolar), tetapi memiliki

(42)

Gambar 2.15 Arsitektur jaringan perceptron

Keterangan:

x1, x2,..., xn = sinyal-sinyal input

w1, w2,..., wn = bobot-bobot sinapsis ∑ xw + b = fungsi penjumlahan F(y_in) = fungsi aktivasi

y = sinyal output

Arsitektur jaringan dengan banyak lapisan (multilayer) merupakan perluasan

dari arsitektur lapisan tunggal (single layer). Jaringan dengan banyak lapisan memiliki

1 atau lebih lapisan yang terletak diantara lapisan input dan lapisan output (memiliki 1

atau lebih lapisan tersembunyi) [6]. Jumlah lapisan menentukan jumlah matriks bobot

[9].

Fungsi Penjumlahan

. . .

Bobot sinapsis

w1

w 2

w n

y y_in

F(y_in)

. .

x1

x2

xn

Input

(43)

Gambar 2.16 Arsitektur jaringan lapis banyak (multilayer)

Keterangan:

X1, Xi,..., Xn = neuron-neuron pada lapisan input

Z1, Zj,..., Zp = neuron-neuron pada lapisan tersembunyi

Y1, Yk,..., Ym = neuron-neuron pada lapisan output

v11,..., vnp = bobot dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

w11,..., wpm = bobot dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

Perceptron multilapis adalah jaringan saraf tiruan umpan maju (feedforward

neural network) dan merupakan jaringan yang pembelajarannya terawasi sehingga ke

dalam jaringan perlu dimasukkan contoh-contoh respon untuk dikenali. Seperti halnya

teknik jaringan saraf lainnya yang memiliki jenis pembelajaran terawasi, perceptron

multilapis belajar mentransformasikan data input sedemikian rupa sehingga

menghasilkan keluaran/ respon seperti yang diingini [13].

Jaringan dengan perceptron lapis banyak dengan metode back-propogation

(Backpropogation Multi Layer Perceptron) merupakan satu jenis JST yang sering

digunakan dalam berbagai aplikasi [16].

(44)

2.3 Backpropagation

Metode backpropagation (propagasi balik) merupakan metode pembelajaran lanjut

yang dikembangkan dari aturan perceptron. Hal yang ditiru dari perceptron adalah

tahapan dalam algoritma jaringan. Metode ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

feedforward yang diambil dari perceptron dan tahap backpropagationerror [13].

Arsitektur jaringan backpropagation merupakan jaringan lapis banyak (multilayer).

Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan

biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah

bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya.

Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai

bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan error ini, tahap

perambatan maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu [6].

Menurut Haykin [3], backpropagation adalah sebuah teknik spesifik untuk

implementasi penurunan gradien bobot pada multilayer perceptron.

Training sebuah jaringan dengan backpropagation meliputi tahap berikut:

feedforward untuk training pola input, backpropagation untuk asosiasi error, dan

(45)

2.3.1 Arsitektur Jaringan Backpropagation

Gambar 2.17 Arsitektur Jaringan Backpropagation dengan Satu Lapisan Tersembunyi

Keterangan:

X1, Xi..., Xn = unit input

Z1, Zj...,Zp = unit lapisan tersembunyi (hidden layer)

Y1, Yk...,Ym = unit output

v11,...,vnp = bobot dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

W11,...,wpm = bobot dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

1 = bias

v01,v0j,...,v0p = bias dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

w01, w0k,...,w0m = bias dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

Selama feedforward setiap unit input menerima sinyal input dan mengirimkan

sinyal tersebut ke tiap unit tersembunyi. Tiap unit tersembunyi kemudian menghitung

aktivasinya dan mengirim sinyal tersebut (zj) ke tiap unit output. Tiap unit output (Yk)

menghitung aktivasinya (yk) untuk membentuk respon dari net untuk pola input yang

diberikan.

Selama training, tiap unit output membandingkan aktivasi yang telah dihitung

yk dengan nilai target tkuntuk medeterminasi asosiasi eror untuk pola dan unit tersebut.

(46)

Berdasarkan eror ini, faktor δk(k = 1,...,m) dihitung. δkdigunakan untuk distribusi

erortersebut pada unit output Ykkembali ke semua unit pada lapisan sebelumnya

(unit-unit tersembunyi yang terhubung ke Yk). Ini juga digunakan (nantinya) untuk

meng-updatebobot-bobot diantara lapisan output dan lapisan tersembunyi. Dengan cara yang

sama, faktor δj (j = 1,...,p) dihitung untuk tiap unit tersembunyi Zj. Tidak perlu

merambatkan eror kembali ke lapisan input, tetapi δj digunakan untuk

meng-update-bobot-bobot diantara lapisan tersembunyi dan lapisan input.

Setelah semua faktor δ dideterminasi, bobot-bobot untuk semua lapisan

disesuaikan secara simultan. Penyesuaian ke bobot wjk (dari unit tersembunyi Zjke

unit ouput Yk) didasarkan pada faktor δk dan aktivasi zj dari unit tersembunyi.

Penyesuaian bobot ke vij(dari unit input Xi ke unit tersembunyi Zj) didasarkan pada

faktor δj dan aktivasi xidari unit input.

2.3.2 Fungsi Aktivasi

Dalam backpropagation, fungsi aktivasi yang dipakai harus memenuhi syarat yaitu:

kontinu, terdiferensial dengan mudah, dan merupakan fungsi yang tidak turun. Salah

satu fungsi yang memenuhi syarat tersebut sehingga sering dipakai adalah fungsi

sigmoid bipolar yang memiliki range (-1,1).

y = �(�)= 2

1 + �−� − 1

dengan �′(�) =[1+�(�)][1−�(�)] 2

Fungsi sigmoid memiliki nilai maksimum = 1. Maka untuk pola yang targetnya lebih

besar dari 1, pola masukan dan keluaran harus terlebih dahulu ditransformasi sehingga

semua polanya memiliki range yang sama seperti fungsi sigmoid yang dipakai.

Alternatif lain adalah menggunakan fungsi aktivasi sigmoid hanya pada layar yang

bukan layar keluaran. Pada layar keluaran fungsi aktivasi yang dipakai adalah fungsi

(47)

Gambar 2.18 Fungsi aktivasi sigmoid bipolar

2.3.3 Algoritma Backpropagation

Algoritma pelatihan jaringan backpropagation:

1. Langkah 0 : Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil

2. Langkah 1 :Selama kondisi berhenti tidak terpenuhi (bernilai salah),

kerjakan langkah-langkah berikut:

a. Untuk tiap-tiap pasangan pelatihan, lakukan:

Feedforward:

1) Tiap-tiap unit input (Xi, i = 1,2,3,…,n) menerima sinyal xi dan

meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada

diatasnya (lapisan tersembunyi).

2) Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j = 1,2,3,..,p) menjumlahkan

sinyal-sinyal input berbobot:

�_��= �0+ ∑�=1�� ...(2.1)

dimana v0 =bias dan v = bobot.

Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya:

zj = �(�_��) ...(2.2)

dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit lapisan atasnya

(unit-unit output).

3) Tiap-tiap unit output (Yk, k=1,2,3,…,m) menjumlahkan

(48)

�_�� = �0+ ∑�=1�� (2.3)

dimana w0 = bias dan v = bobot.

Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya:

yk = �(�_��) (2.4)

Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit di lapisan sisanya

(unit-unit output).

b. Untuk tiap-tiap pasangan pelatihan, lakukan:

Backpropagation:

1. Tiap-tiap unit output (Yk,k = 1,2,3,…,m) menerima target pola

yang berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung

informasi erornya

δk = (tk – Yk) �’ (�_��) ...(2.5)

dimana t = target output.

Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan

untuk memperoleh nilai wjk):

Δwjk = αδkzj ...(2.6)

dimana α = learning rate

Hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki nilai w0k):

Δw0k = αδk...(2.7)

Kirimkanδkini ke unit-unit yang ada di lapisan bawahnya.

2. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,…,p) menjumlahkandelta

inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan diatasnya): �_��= ∑�=1�� ...(2.8)

Kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk

(49)

Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan

untuk memperbaiki nilai vij):

Δvij = αδjxi ...(2.10)

Hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki nilai vij)

Δv0j = αδj ...(2.11)

c. Perbaharui bobot dan biasnya:

1. Tiap-tiap unit output (Yk, k=1,2,3,…m) memperbaiki bias dan

bobotnya (j = 0,1,2,…,p):

wjk(baru) = wjk(lama) + Δwjk (bobot) ... (2.12)

w0k(baru) = w0k(lama) + Δw0k(bias)... (2.13)

2. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,…p) memperbaiki bias dan

bobotnya (i = 0,1,2,…,n):

vij(baru) = vij(lama) + Δvij (bobot) ...(2.14)

v0j(baru) = v0j(lama) + Δv0j(bias) ...(2.15)

d. Tes kondisi berhenti.

Setelah algoritma pelatihan jaringan backpropagationdilakukan dan diperoleh

output yang paling mendekati target maka bobot dan bias akhir dari hasil pelatihan

disimpan kemudian dilakukan proses pengujian dengan algoritma pengujian. Pada

algoritma pengujian yang digunakan hanyalah tahap umpan maju (feedforward) saja.

Algoritma pengujian jaringan backpropagation:

0. Langkah 0: Inisialisasi bobot. Bobot ini diambil dari bobot-bobot terakhir yang

diperoleh dari algoritma pelatihan.

1. Langkah 1: untuk setiap vektor input, lakukan langkah ke-2 sampai ke-4.

2. Langkah 2: setiap unit input xi(dari unit ke-1 sampai unit ke-n pada lapisan

input; i=1,...,n) menerima sinyal input pengujian xike semua unit pada lapisan di

(50)

3. Langkah 3: Setiap unit di lapisan tersembunyi zj(dari unit ke-1 sampai unit ke-p;

i=1,...,p) menghitung sinyal outputnya dengan menerapkan fungsi aktivasi

terhadap penjumlahan sinyal-sinyal input xi. Sinyal output dari lapisan

tersembunyi kemudian dikirim ke semua unit pada lapisan di atasnya.

�_��= �0+ ∑�=1��

Zj = �(�_��)

4. Langkah 4: Setiap unit output yk(dari unit ke-1 sampai unit ke-m; j=1,...,p;

k=1,...,m) menghitung sinyal outputnya dengan menerapkan fungsi aktivasi

terhadap penjumlahan sinyal-sinyal input bagi lapisan ini, yaitu sinyal-sinyal

input zjdari lapisan tersembunyi.

�_�� = �0+ ∑�=1��

Yk = �(�_���)

5. Langkah 5:Menentukan nilai keluaran berdasarkan threshold(nilai ambang)

yang telah ditetapkan (merupakan langkah tambahan). Dalam penelitian ini

digunakan thresholddan output:

if Yk< -0,5 then Yk= -1,

elseif-0,5≤Yk≤ 0,5 then Yk= 0,

else Yk= 1

Siklus dari satu kali pola pelatihan disebut epoch. Dalam penelitian bayaknya

epochmaksimal pada jaringan bisa diatur sebagai batasan pelatihan dimana pelatihan

jaringan boleh dihentikan.

Keterangan:

1. Xi (i = 1,2,...,n) : unit input

2. xi : sinyal input

3. Zj (j = 1,2,...,p) : unit tersembunyi

4. zj : sinyal dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

(51)

7. voj : bias dari lapisan input ke lapisan tersembunyi

8. w0k : bias dari lapisan tersembunyi ke lapisan output

9. tk :target output

10. δk : informasi error yang diperoleh pada lapisan output

yang akan dirambatkan ke lapisan tersembunyi

11. δj : informasi error yang diperoleh pada lapisan

tersembunyi

12. α : laju pemahaman(learning rate)

2.3.4 Pemilihan Bobot dan Bias Awal

Bobot awal akan mempengaruhi apakah jaringan mencapai titik minimum lokal atau

global, dan seberapa cepat konvergensinya. Bobot yang menghasilkan nilai turunan

aktivasi yang kecil sedapat mungkin dihindari karena akan menyebabkan perubahan

bobot menjadi sangat kecil. Demikian pula bobot awal tidak boleh terlalu besar karena

nilai turunan aktivasinya menjadi sangat kecil juga. Oleh karena itu dalam standar

backpropagation, bobot dan bias diisi dengan bilangan acak kecil [15].

Nguyen dan Windrow mengusulkan cara membuat inisialisasi bobot dan bias

ke unit tersembunyi sehingga menghasilkan iterasi lebih cepat.

Dimana: n = jumlah unit masukan

p = jumlah unit tersembunyi

� = faktor skala = 0.7 ���

Algoritma Nguyen Windrow untuk setiap unit tersembunyi (j = 1,...,p) adalah sebagai

berikut:

1. Inisialisasi semua bobot dengan (vji(lama)) dengan bilangan acak dalam

interval [-0.5, 0.5]

2. Hitung || vj|| = ��21+ �22+ … + ���2

3. Bobot yang dipakai sebagai inisialisasi = vji =

(52)

4. Bias yang dipakai sebagai inisialisasi = vj0= bilangan acak antara −� dan �

2.3.5 Lapisan Tersembunyi

Hasil teoritis yang didapat menunjukkan bahwa jaringan dengan sebuah layar

tersembunyi sudah cukup bagi backpropagation untuk mengenali sembarangan

perkawanan antara masukan dan target dengan tingkat ketelitian yang ditentukan.

Akan tetapi penambahan jumlah layar tersembunyi kadangkala membuat pelatihan

lebih mudah [15].

Menurut Diyah [14], tidak ada aturan yang pasti untuk mengetahui seberapa

banyak lapisan tersembunyi yang sebenarnya diperlukan. Ada 2 ide yang bisa dipakai.

Pertama adalah dengan menerapkan jaringan yang besar kemudian memangkas yang

tidak perlu, atau sebaliknya, bergerak dari jaringan yang kecil kemudian bergerak

melakukan penambahan yang dipandang perlu.

1. Dari jaringan besar ke kecil

Arsitektur jaringan dibangun berdasarkan data, membentuk jaringan yang besar

dan kemudian memangkas node-node dan koneksi-koneksi sampai menjadi

jaringan terkecil yang bisa melakukan aplikasi.

2. Dari jaringan kecil ke besar

Dimulai dari pembangunan sebuah jaringan kecil kemudian secara bertahap

(53)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap input, output, dan jaringan yang akan

dibangun menjadi sebuah sistem yang berguna untuk mendeteksi penyakit tanaman

karet (Hevea brasiliensis).

3.1.1 Analisis Permasalahan

Pendeteksian penyakit merupakan salah satu permasalahan yang menerapkan metode

klasifikasi pola input ke dalam satu kategori output dari beberapa kategori output yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam permasalahan pendeteksian penyakit, input adalah berupa gejala dari

suatu penyakit dan output berupa pernyataan keadaan apakah objek yang dideteksi

menderita suatu penyakit atau tidak. Pendeteksian penyakit ini bertujuan untuk

menentukan apakah objek yang dideteksi menderita suatu penyakit atau tidak

(54)

3.1.2 Analisis Input dan Output

Input yang digunakan dalam sistem merupakan gejala-gejala yang tampak pada

tanaman yang akan di deteksi. Gejala-gejala tersebut akan di masukkan ke dalam

sistem berupa angka 0 dan 1. Di dalam sistem akan tersedia form yang harus diisi user

yang terdiri dari pernyataan kondisi yang terlihat pada tanaman, jika pernyataan yang

tersedia benar maka user harus mengisi kotak kosong yang tersedia dengan angka 1

dan jika pernyataan yang tersedia tidak benar maka userharus mengisi kotak kosong

dengan angka 0. Dengan demikian variabel input berupa angka 0 dan 1 merupakan

representasi dari ada tidaknya gejala-gejala penyakit yang tampak pada tanaman.

Menurut PS [12],berikut ini adalah gejala-gejala pada tanaman karet yang

terserang penyakit:

a. Akar putih:

1) pada akar tanaman tampak benang-benang jamur putih dan agak tebal

2) daun-daun tanaman menjadi pucat kuning

3) tepi ujung daun terlipat ke dalam

4) daun-daun gugur

5) ujung rantingnya mati

6) adakalanya tanaman yang sakit membentuk daun-daun muda atau bunga dan

buah pada waktu yang lebih awal

7) akar tanaman yang sakit membusuk

b. Jamur upas:

1) pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang putih

seperti sutera atau lapisan kerak berwarna merah/merah tua

2) bagian tanaman yang terserang akan mengeluarkan lateks berwarna cokelat

kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman

3) kulit tanaman yang terserang akan membusuk

(55)

6) kulit kering dan terkelupas

7) kulit menghitam

c. Mouldy rot:

1) tampak selaput tipis berwarna putih (kelabu) pada bidang sadap di dekat alur

sadap

2) bila lapisan kelabu dikerok akan tampak bintik-bintik berwarna cokelat atau

hitam

3) kulit rusak

4) bagian yang sakit tampak berwarna hitam kecokelatan

5) kulit membusuk

6) terdapat cekungan berwarna hitam

7) kulit menghitam

d. Embun tepung (Oidium heveae):

1) dibawah permukaan daun terdapat bercak-bercak bundar berwarna putih

seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang hifa dan spora jamur

2) daun berbercak

3) daun keriput seperti berlendir

4) daun dan tangkainya gugur

5) bunga berguguran

6) daun muda lemas dan keriput

7) daun muda berwarna hitam

Gejala-gejala penyakit yang tampak pada tanaman digunakan sebagai variabel

input pada sistem. Terdapat masing-masing 7 variabel input untuk keempat bagian

tanaman yaitu akar, batang, bidang sadap dan daun. Dengan tiga target output yaitu -1

(sakit), 0 (sehat), dan 1 (terserang penyakit Akar putih atau Jamur Upas atau Mouldy

Gambar

Gambar 2.3  Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan lapisan tunggal
Gambar 2.4  Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan banyak lapisan
Gambar 2.9  Fungsi aktivasi: Bipolar (threshold)
Gambar 2.11  Fungsi aktivasi: Saturating Linear
+7

Referensi

Dokumen terkait

Determinan atau faktor-faktor penentu pengungkapan tanggungjawab sosial yang diuji pada penelitian tersebut adalah faktor represi sipil dan politik suatu negara,

Dari hasil analisis menganai permasalahan dan tantangan birokrasi yang telah dijumpai di Indonesia maka untuk dapat mewujudkan birokrasi pemerintah yang efisien dan

Judul yang dipilih oleh Tim peneliti untuk Hibah Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Kemenristekdikti 2017 ini adalah “Rencana Kontinjensi Pengurangan Risiko Bencana

Tujuan umum dari penelitian ini untuk memaparkan perilaku belajar matematika siswa Sekolah Luar Biasa Tunagrahita Mampu Didik Bagaskara Sragen. Tujuan khusus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kesalahan-kesalahan gramatika yang dilakukan para mahasiswa dalam mempelajari business english correspondence dan

Tidak hanya orang tua memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen anak-anak mereka, tetapi anak-anak telah ditemukan untuk memainkan peran berpengaruh dalam

Hasil dari penelitian oleh Titi Legiati (2012) faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah dukungan suami dengan OR:15,711, artinya bahwa

Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang telah terkumpul secara sistematis dan terperinci sehingga data tersebut mudah di fahami dan temuanya dapat di