• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Alokasi Anggaran Sektor Pendidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Alokasi Anggaran Sektor Pendidi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ALOKASI ANGGARAN SEKTOR PENDIDIKAN

Tugas Akhir Perkuliahan Seminar Manajemen Keuangan Sektor Publik, Program Magister Sains Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, 2013.2

Abstraksi

Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh oleh pengalokasian anggaran pada sektor pendidikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan pada pemerintah daerah di Indonesia. Alokasi anggaran pada sektor pendidikan dalam studi ini diproksikan dengan total belanja modal dan biaya operasional bidang pendidikan serta Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan.

Penelitian ini melakukan analisis terhadap data pada Pemerintah Kota Makassar dengan time series dari tahun 2000 sampai 2009. Metoda penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metoda analisis regresi linear berganda dengan Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan SPSS dalam melakukan pengolahan data.

Hasil pengujian secara empiris pada penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi anggaran untuk sektor pendidikan untuk belanja modal dan operasional terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Sedangkan alokasi pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan dalam struktur APBD terbukti tidak signifikan.

Kata kunci: anggaran pendidikan, belanja modal dan operasional, dana alokasi khusus, kualitas pendidikan, kinerja pemerintah daerah.

PENDAHULUAN

Memiliki sumber daya manusia yang unggul merupakan sebuah modal yang

paling utama dalam mengahadapi tantangan dan tuntutan zaman. Hal tersebut

harus menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia untuk dapat tampil minimal

1

Penelitian ini menggunakan data yang merupakan rangkaian data dari tugas akhir studi oleh Ahsani Paramita Ismail dari Universitas Hasanuddin (shani_paramita@yahoo.co.id).

2

(2)

sejajar dengan negara lain di era globalisasi sekarang ini dimana negara-negara

hidup dalam kompetisi yang sangat ketat. Berdasarkan data United Nations

Development Programme (UNDP) tahun 2013, Indonesia hanya memiliki

peringkat daya saing ke-121 dari 186 negara yang ada di seluruh dunia. Posisi

tersebut jauh di bawah negara-negara tetangga di Asia Tenggara, misalnya

Malaysia yang memiliki peringkat ke-64.

Dari kacamata Indeks Pembangunan Manusia (IPM), data dari UNDP

selama sepuluh tahun menunjukkan bahwa dari tahun 1990 sampai 2012 (diluar

data tahun 2001, 2002, 2003, dan 2004) sebenarnya manusia Indonesia terus

mengalami peningkatan kualitas tergambar dari peningkatan IPM dari tahun ke

tahun. Namun, bila kita perbandingkan dengan indeks pembangunan manusia

yang dimiliki oleh negara-negara lain, Indonesia masih jauh tertinggal. Oleh

karena itu, negara harus melakukan upaya khusus secara menyeluruh dan

tersinergi baik oleh pemerintah maupun oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari sisi

pemerintah, tentunya para pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting

dalam merumuskan kebijakan serta melakukan tugas dan tanggung jawab

pelayanannya dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di

daerahnya masing-masing.

Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dan Negara-Negara Asia (%)

Tahun Indonesia Jepang Australia

1990 47,9 83,7 88,0

2000 54,0 87,8 91,4

2005 57,5 89,6 92,7

2006 58,2 90,0 92,9

2007 59,5 90,3 93,1

2008 60,1 90,5 93,3

2009 61,1 90,4 93,4

2010 62,0 90,9 93,5

2011 62,4 91,0 93,6

2012 62,9 91,2 93,8

(3)

Wewenang pemerintah daerah melakukan perumusan kebijakan dan

melaksanakan usaha-usaha pelayanan dalam rangka meningkatkan kualitas

masyarakatnya terdukung oleh sistem penyelenggaraan pemerintahaan di

Indonesia sejak tahun 2001, pada saat dimulainya pelaksanaan otonomi daerah.

Kewenangan dalam wujud otonomi secara luas, nyata, dan bertanggung jawab

tersebut diberikan kepada pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang

telah direvisi melalui terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 yang memberikan

kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan

dan mengelola sendiri segala potensi dan sumber daya masing-masing sesuai

dengan kepentingan masyarakatnya. Hal tersebut menjadikan pemerintah daerah

memiliki peluang yang cukup besar dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Upaya peningkatan kualitas manusia yang dilakukan dengan pembangunan

sumber daya manusia secara fisik dan mental memiliki makna peningkatan

kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk

dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan negara. Menurut Todaro (2003),

peningkatan kapasitas dasar manusia terdiri atas unsur kecukupan (sustenance),

jati diri (selfsteem), dan kebebasan (freedom). Ketiga unsur tersebut tentunya

dapat diwujudkan melalui pemenuhan akan pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Dalam Paramita (2012) dijelaskan bahwa upaya peningkatan kualitas masyarakat

dapat dilakukan dengan pembangunan aspek fisik (kesehatan), aspek

intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta

aspek moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam

pembangunan akan dengan sendirinya meningkat.

Strategi yang dilakukan di Indonesia dalam rangka peningkatan kualitas

manusianya adalah dengan meningkatkan ketersediaan akses bagi setiap individu

untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Akses tersebut berupa jangkauan

yang dapat diperoleh oleh setiap individu dalam rangka menciptakan kehidupan

(4)

terdapatnya keterbatasan pemenuhan akses dari segi fisik maupun non-fisik.

Akses fisik berupa pemenuhan konsumsi atas barang, sedangkan akses non-fisik

yang dimaksudkan adalah jangkauan individu atas telekomunikasi, pendidikan,

kesehatan, dan lain sebagainya (Asri et al., 2013).

Pembangunan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas

pendidikan memegang peranan yang sangat fundamental. Hal tersebut

dikarenakan pendidikan merupakan proses dimana manusia menigkatkan ilmu,

pengetahuan, kemampuan dan keahlian, kreativitas dan daya berinovasi yang

kesemuanya itu adalah sarana dalam meningkatkan harkat dan martabat setiap

individu. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi investasi sumber daya yang sangat

strategis dalam rangka mengupayakan kemajuan sebuah bangsa. Eicher (2000)

mengungkapkan bahwa selain pendidikan menjadi hak hidup dasar manusia

(human right), pendidikan juga merupakan investasi yang sangat menguntungkan

untuk pembangunan individu dan masyarakat.

Sistem pendidikan yang berkesinambungan tanpa diskriminasi yang

memihak pada suatu golongan tertentu, pengalokasian anggaran belanja dan

operasional pendidikan, serta peningkatan investasi publik pada sektor pendidikan

dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat, merupakan

langkah yang efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas pendidikan secara

khusus, dan tentunya meningkatkan kualitas manusia Indonesia secara umum. Hal

tersebut penulis simpulkan karena salah satu ukuran keberhasilan pembangunan

sumber daya manusia yang digambarkan melalui Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) yang salah satu indikator utamanya adalah angka melek huruf penduduk

dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling).

Dengan berdasarkan ulasan tersebut diatas, maka penulis merasa perlu

untuk melakukan analisis secara empiris apakah jumlah alokasi anggaran

pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas pendidikan pada salah satu

sampel pemerintah daerah di Indonesia. Penulis kemudian memilih Pemerintah

(5)

merupakan salah satu pemerintahan daerah yang berada pada posisi menengah

sebagai representasi pemerintahan daerah baik di wilayah barat maupun timur

Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data secara time

series dari tahun 2000 hingga tahun 2009 (selama 10 tahun) untuk mengetahui

efek dari variabel-variabel penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui lebih

lanjut bagaimana anggaran dalam sektor pendidikan pemerintah daerah

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Penulis berharap hasil dari

penelitian ini dapat berkontribusi terhadap literatur dalam bidang akuntabilitas

keuangan dan kinerja pemerintah. Sehingga dalam perumusan kebijakan,

pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam rangka melakukan

pelayanan kepada masyarakat.

Dari hasil pengujian, penulis menemukan bahwa alokasi anggaran untuk

sektor pendidikan untuk belanja modal dan operasional terbukti berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hal

tersebut membuktikan betapa pentingya peranan kebijakan pemerintah daam

bentuk alokasi anggaran terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Sedangkan

alokasi pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan

dalam struktur APBD terbukti tidak signifikan. Ketidaksignifikan DAK tersebut

disiyalir karena adanya ketidakkonsistenan dalam penerimaan dana tersebut setiap

tahunnya.

Berikut ini penulis sampaikan kajian secara teoritis literatur yang berkaitan

dengan studi ini. Selanjutnya pada bagian metoda penelitian, peneliti deskripsikan

bagaimana pemerolehan data dana proses penganalisisannya. Pada bagian

berikutnya akan dipaparkan hasil dari pengujian secara statistik data dalam

penelitian ini. Dan terakhir, penulis menyampaikan kesimpulan dari hasil yang

penulis dapatkan berdasarkan analisis secara empiris serta beberapa keterbatasan

(6)

LITERATUR DAN HIPOTESIS

Pembangunan Manusia dan Kualitas Pendidikan

Owen (1987) dalam penelitian Meylina Asri mengungkapkan bahwa

pembangunan yang terpenting adalah pembangunan manusia, bukan

pembangunan benda karena return atau daya nilai balik riil dari pembangunan

manusia lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan benda. Menurut Asri et

al. (2013) paradigma pembagunan di Indonesia mengalami perkembangan dari

tahap ke tahap, sebagaimana berikut: pertama, paradigma pertumbuhan (growth

paradigm); kedua, pergeseran dari paradigma pertumbuhan menjadi paradigma

kesejahteraan (welfare paradigm); dan ketiga, paradigma pembangunan yang

berfokus pada manusia (people centered development paradigm).

Berdasarkan Human Development Report (2001) dari UNDP, pembangunan

manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk memperluas bagi masyarakat,

dalam artian bahwa individu diberikan lebih banyak pilihan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya.

Terdapat tiga faktor yang sangat krusial yang menjadi pilihan individu; memiliki

kehidupan yang lama dan sehat, memperoleh ilmu pengetahuan, dan memiliki

akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan standar hidup

yang layak. Apabila ketiganya tidak dapat terpenuhi, maka akan mengakibatkan

banyak dari pilihan lain yang tidak dapat dicapai, seperti kemerdekaan politik,

ekonomi, sosial, serta kesempatan memiliki tingkat produktivitas tinggi, serta

menikmati rasa terhormat dan hak-hak asasi manusia.

Indikator yang menggambarkan perkembangan pembangunan manusia

secara terukur dan representatif adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Index (Paramita, 2012). IPM pertama kali dikembangkan

oleh peraih nobel berkebangsaan India, Amartya Sen dan Mahbub ul Haq yang

merupakan seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale

(7)

kemudian diperkenalkan oleh UNDP sebagai alat ukur perkembangan kualitas

manusia pada tahun 1990.

IPM mencakup tiga komponen yang mendasar bagi manusia dan secara

operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan

upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup

(longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang

hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur

berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15

tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang

didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity).

Salah satu komponen penting dalam penghitungan IPM tersebut adalah

pengetahuan (knowledge) atau indeks pendidikan yang juga merupakan indikator

dalam perhitungan tingkat kualitas pendidikan yang diupayakan dalam

masyarakat. Penghitungan indeks pendidikan mencakup dua indikator yaitu angka

melek huruf (Adult Literacy Rate Index) dan jumlah rata-rata lama sekolah (Mean

Years Of Schooling Index). Penelitian ini menggunakan indikator angka melek

huruf manusia dewasa sebagai proksi kualitas pendidikan. Hal tersebut karena bila

dibandingkan dengan jumlah rata-rata lama sekolah, maka angka melek huruf

lebih mendekati sebagai benefit/impact atau dampak dari penyelenggaraan

pendidikan.

Alokasi Anggaran Pada Sektor Pendidikan

Dalam rangka menunjang pelaksanaan dan pengembangan pendidikan,

pemerintah kemudian mengalokasikan anggaran pada struktur anggaran tahunan

baik pemerintah pusat maupun daerah. Melalui pengaturan anggaran tersebut,

pemerintah dapat melakukan realisasi atas program-program yang merupakan

bagian dari tugas dan tanggung jawabnya. Anggaran sebagai instrumen kebijakan

tersebut mencakup sumber-sumber pendapatan daerah dan juga berbagai

pengeluaran pemerintah termasuk belanja bidang pendidikan, kesehatan dan

(8)

Investasi pemerintah dalam pendidikan dan kesehatan akan menyebabkan

peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi

(Paramita, 2012).

Daftar alokasi anggaran pemerintah daerah dikenal sebagai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan perwujudan

pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara. Dalam proses penyusunan APBD, pemerintah memperhatikan

adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh

pemerintah daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat

dalam perencanaan dan penganggaran Negara. Dalam struktur anggaran

pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran pada sektor

pendidikan terdapat dua jenis, yakni alokasi belanja modal dan operasional

pendidikan dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan.

(a) Belanja Modal dan Operasional Pendidikan

Menurut Mardiasmo (2002), pada era otonomi seperti sekarang ini,

seharusnya pemerintah daerah semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan

dasar masyarakat. Salah satu pelayanan dasar masyarakat adalah pelayanan

pendidikan, oleh karena itu alokasi belanja modal pada bidang pendidikan

memegang peranan penting guna peningkatan pelayanan ini. Sejalan dengan

peningkatan pelayanan tersebut (yang ditunjukkan dengan peningkatan belanja

modal) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan.

Halim (2001) menjelaskan bahwa belanja modal merupakan belanja yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya

pemeliharaan. Senada dengan itu, Dewi (2006) dan Syaiful (2008) juga

menjelaskan bahwa belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang

(9)

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau

menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Alokasi anggaran melalui belanja modal dan operasional pada bidang

pendidikan secara empiris banyak ditemukan berpengaruh positif terhadap

kualitas pembangunan manusia. Oktapriono (2008) menganalisis dampak

investasi pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan

manusia di kawasan timur Indonesia dan menemukan bahwa investasi pemerintah

pada sektor pendidikan dan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi

secara signifikan baik atau buruknya tingkat pembangunan manusia. Hasil

penelitian Nasution (2010) menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah Kota

Binjai, Sumatera Utara, pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di daerah tersebut.

Paramita (2012) menemukan bahwa variabel belanja modal dan operasional

pemeliharaan bidang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia. Dengan demikian maka penulis menduga;

H1: Belanja modal dan operasional bidang pendidikan pemerintah daerah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap angka melek huruf.

(b) Dana Alokasi Khusus Pendidikan

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan secara lebih lanjut dijelaskan

dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 Tahun 2005 bahwa Dana Alokasi

Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN dan bersifat

“Specific Grant”, yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus untuk sektor Pendidikan adalah alokasi dana khusus

dalam satu tahun dari pemerintah pusat untuk membantu mendanai kegiatan di

bidang pendidikan di daerah yang sesuai dengan prioritas nasional, dinyatakan

(10)

pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional, dan bertanggung gugat;

melibatkan masyarakat secara aktif; mendorong masyarakat untuk ikut mengawasi

kegiatan pendidikan secara langsung; dan menggerakkan perekonomian

masyarakat bawah.

Dana Alokasi Khusus ini apabila dikelola secara baik, dapat memperbaiki

mutu pendidikan, meningkatkan pelayanan, serta menyediakan tambahan sarana

dan prasarana pendidikan dan paling tidak mengurangi kerusakan infrastruktur

pendidikan yang ada di daerah. Hal ini sangat penting untuk menanggulangi

kemiskinan dan membangun manusia Indonesia menuju insan yang lebih berdaya

saing.

Sampai saat ini, belum banyak penelitian secara khusus tentang bagaimana

Dana Alokasi Khusus pemerintah pada bidang pendidikan memberi pengaruh

terhadap kualitas pendidikan. Christy & Adi (2009) melakukan penelitian

mengenai hubungan antara dana alokasi umum, belanja modal dan kualitas

pembangunan manusia di Jawa Tengah. Hasilnya menunjukkan bahwa dana

alokasi umum mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal, dan belanja

modal berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia. Dengan demikian,

penulis menduga;

H2: Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan pemerintah berpengaruh positif

dan signifikan terhadap angka melek huruf.

METODA PENELITIAN

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika

induktif atau statistika inferensial. statistika inferensial adalah statistika yang

melakukan analisis dan menyimpulkan serta membuat keputusan berdasarkan

hasil analisis yang telah dilakukan. Metoda ini berkenaan dengan permodelan data

dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya

(11)

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data jumlah alokasi anggaran

oleh pemerintah pada sektor pendidikan dan data angka melek huruf sebagai

proksi atas variabel kualitas pendidikan di daerah. Data alokasi anggaran untuk

pendidikan terdiri dari besaran belanja modal dan operasional oleh pemerintah

daerah setempat dan besaran Dana Alokasi Khusus oleh pemerintah pusat untuk

daerah tersebut.

Penelitian ini menggunakan data time series pada Pemerintah Kota

Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan selama sepuluh tahun, dari tahun 2000

sampai tahun 2009. Dengan jumlah keseluruhan data, maka secara statistik dapat

terpenuhi untuk dilakukan analisis untuk mengetahui efek dari variabel-variabel

independen terhadap kualitas pendidikan di pemerintah daerah.

Metoda analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metoda dengan analisis regresi berganda dengan teknik analisis Ordinary Least

Square. Berdasarkan Gujarati (2003) bahwa pada umumnya penelitian

perekonomian jarang terdapat reaksi yang ditimbulkan oleh suatu aksi secara

seketika. Namun, hal ini memerlukan selang waktu atau time lag (kelambanan).

Maka untuk melihat efek alokasi anggaran dan sumber daya pendidikan terhadap

kualitas pendidikan, penelitian ini menggunakan data time lag.

HASIL

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16

terhadap variabel dependen Angka Melek Huruf (Y) dan variabel independen

Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang Pendidikan (X1) dan DAK sektor

Pendidikan (X2) Kota Makassar dengan menggunakan data time series dari 2000

sampai 2009. Mengingat bahwa variabel independen tidak dapat langsung

mempengaruhi variabel dependen di tahun yang sama, maka digunakan “time lag

(12)

Tabel 2 Ringkasan Hasil Regresi Berganda

Variabel Penelitian Koefisien Regresi t-hitung Probabilitas

Konstanta 79,976 9,478 0,000

Lag ln(x1) 1,576 2,471 0,039

Lag ln(x2) 1,146 2,238 0,560

R-squared 0,723 F-hitung 7,439

Adjusted R-squared 0,501 N 10

Ket. * Signifikan pada α = 5%

Berdasarkan lampiran tabel di atas, diperoleh persamaan berikut :

Y = 79,976 + 1,576*LnX1(t-1) - 1,146*LnX2(t-1) + μ

Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)

(a) Koefisien Determinasi (R-Squared)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

Berdasarkan tabel hasil regresi diatas (tabel 2) dapat diketahui bahwa

koefisien determinasi (R²) sebesar 0,723. Artinya secara bersama-sama variabel

X1 (Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang Pendidikan) dan X2 (DAK

sektor Pendidikan) memberikan variasi penjelasan sebesar 72,3% terhadap Angka

Melek Huruf. Sedangkan 27,7% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model estimasi, atau disebabkan oleh disturbance error.

(13)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen X1

(Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang pendidikan) dan X2 (DAK sektor

Pendidikan) secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen

(Angka Melek Huruf), maka dilakukan Uji statistik. Didapatkan nilai dimana

F-hitung > F-tabel (7,439> 5,14). Artinya variabel independen secara bersama-sama

mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya

yaitu Angka Melek Huruf.

(c) Uji Signifikansi Parsial (Uji t-Statistik)

Uji t-statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Dalam regresi, pengaruh belanja modal dan biaya operasional bidang

pendidikan dan DAK sektor pendidikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota

Makassar, dengan α = 5% dan df = 6, maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,94.

Berdasarkan nilai t-tabel tersebut dan dengan asumsi t-statistik / t-hitung > t-tabel,

variabel independen belanja modal dan biaya operasional bidang pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap variabel Angka Melek Huruf (t-hitung = 2,471),

sementara variabel DAK sektor pendidikan tidak berpengaruh signifikan (t-hitung

= 2,238).

Pengujian Hipotesis

Belanja Modal dan Biaya Operasional Bidang Pendidikan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota

Makassar, hal ini terlihat pada nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,039 dan nilai

koefisien X1 sebesar 1,576. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama (H1)

terdukung.

Menurut peneliti, hal tersebut disebabkan karena pemerintah saat ini

memang sangat memprioritaskan sektor pendidikan dimana setiap tahunnya juga

pemerintah terus berupaya agar amanah konstitusi yaitu anggaran untuk

pendidikan minimal 20% dapat terealisasi secara baik. Besarnya perhatian

(14)

yang dikeluarkan pemerintah sampai sekarang ini. Juga dari makin banyaknya

realisasi program- program pendidikan seperti pendidikan gratis untuk Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, program beasiswa bagi siswa tidak

mampu yang juga terus berjalan hingga saat ini. Hasil ini mendukung apa yang

diungkapkan oleh Mardiasmo (2002) yang menyatakan bahwa peningkatan

belanja modal dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia.

Sedangkan untuk variabel Dana Alokasi Khusus sektor pendidikan

menunjukkan hasil yang berbeda. Meskipun mempunyai pengaruh yang positif

terhadap Angka Melek Huruf di Kota Makassar dengan nilai koefisien sebesar

1,146, namun variabel ini memiliki nilai probabilitas 0,560 dimana nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi (α = 5%), yang artinya tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis kedua (H2) tidak

terdukung. Menurut peneliti, Alokasi DAK yang tidak diperoleh Kota Makassar

selama beberapa tahun dalam periode penelitian turut mempengaruhi

ketidaksignifikanan ini.

Penggunaan DAK yang pada dasarnya merupakan kewenangan pemerintah

daerah karena DAK merupakan bagian dari APBD, namun pada kenyataannya

masih harus melalui berbagai regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat

seperti peraturan menteri keuangan, petunjuk teknis dan sebagainya. Hal tersebut

membuat pemerintah daerah cukup kesulitan untuk memenuhi aturan tersebut

tepat pada waktunya. Selain itu, Dana Alokasi Khusus ini hanya diberikan kepada

daerah yang memenuhi syarat/kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah

Hal-hal ini lah yang menyebabkan suatu daerah termasuk kota Makassar tidak

mendapatkan alokasi Dana Alokasi Khusus setiap tahunnya.

KESIMPULAN

Penelitian ini melakukan analisis mengenai pengaruh alokasi anggaran

pemerintah daerah (Belanja Modal dan Biaya Operasional) serta Dana Alokasi

Khusus (DAK) bidang pendidikan terhadap kualitas pendidikan di Kota Makassar

(15)

merupakan salah satu indikator utama dalam perhitungan Indeks Pembangunan

Manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut merupakan instrumen

yang menggambarkan sejauh mana tingkat pembangunan manusia pada sebuah

negara.

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini ditemukan bahwa variabel

Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang pendidikan mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota Makassar. Artinya,

setiap bertambahnya anggaran Belanja Modal dan Biaya Operasional bidang

pendidikan maka akan meningkatkan indeks/kualitas pendidikan. Hal ini telah

sesuai dengan teori dan berbagai penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa

sektor pendidikan memang merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

oleh pemerintah karena berperan penting dalam menunjang perolehan

pembangunan sumber daya manusia.

Variabel Dana Alokasi Khusus untuk sektor pendidikan memiliki pengaruh

yang positif namun tidak signifikan terhadap Angka Melek Huruf di Kota

Makassar. Hal ini disebabkan karena banyaknya regulasi yang mengatur

penggunaan DAK yang harus dipenuhi pemerintah di daerah, sehingga beberapa

kali dalam periode penelitian ini, Kota Makassar tidak memperoleh alokasi DAK

sehingga dampaknya terhadap kualitas pendidikan belum dapat terlihat dengan

baik.

Secara umum, variabel pengalokasian anggaran belanja modal dan

operasional dalam struktur APBD terbukti lebih berpengaruh terhadap kualitas

pendidikan dibandingkan dengan DAK. Hal ini dikarenakan pada penggunaan

anggaran DAK, harus selalu sesuai dengan tujuan dan instruksi dari pemerintah

pusat (pemerintah daerah hanya menjadi penerima pasif). Sedangkan pada

Realisasi APBD (Belanja Modal dan Biaya Operasional), pemerintah daerah lebih

memiliki kebebasan dalam menggunakan anggarannya sehingga dapat lebih

(16)

Untuk itu, berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai implikasi dari penelitian ini. Dampak anggaran

terhadap pembangunan sumber daya manusia akan lebih efektif jika pemerintah

kabupaten/kota dapat lebih memfokuskan alokasi belanjanya ke sektor

pendidikan, bukan hanya pada aspek pembangunan fisik saja tetapi sebaiknya

juga pada aspek peningkatan mutu dan kualitas. Selanjutnya, Pemerintah perlu

melakukan perbaikan atas regulasi, pengalokasian, pengkoordinasian misalnya

dengan penyederhanaan manajemen agar upaya untuk menyeimbangkan kualitas

dan kuantitas pelayanan publik di seluruh wilayah di Indonesia dapat terlaksana

dengan optimal.

Terakhir sebagai penutup, penulis mengungkapkan beberapa hal sebagai

keterbatasan penelitian ini. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih

terbatas pada lingkup anggaran, oleh karena itu disarankan kepada para peneliti

selanjutnya agar dapat menggunakan variabel lain yang berkaitan secara langsung

dan erat dengan pelaksanaan pelayanan pendidikan sehingga mendapatkan

analisis yang lebih menyeluruh. Penggunaan data yang dianalisis pada penelitian

ini hanya bersifat tunggal dari satu pemerintah daerah, semestinya untuk hasil

yang lebih baik menggunakan data panel dari beberapa pemerintah daerah,

sehingga layak untuk direpresentasikan pada seluruh pemerintahan daerah

se-Indonesia. Berkaitan dengan variabel dan metode penelitian yang digunakan perlu

dikaji lagi pengukurannya, sehingga studi lanjutan perlu dilakukan agar hasilnya

bisa lebih baik lagi.

REFERENSI

Asri, Meylina., Nikensari, Sri Indah., & Kuncara, Harya. 2013. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Maret 2013 Hal. 77-102.

(17)

Christy, Andrea Fhino dan Priyo, Hari Adi. 2009. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia. Makalah: Disampaikan dalam Konferensi Nasional UKWMS. Surabaya 10 Oktober 2009.

Dewi, Adha. 2006. Kajian Penerapan Akuntansi Biaya pada Anggaran Belanja Daerah kota Singkawang. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Eicher, Jean-Claude. 2000. The Financing of Education: An Economic Issue? European Journal of Education, Vol. 35 No. 1 March 2000, pp. 33-44.

Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc-Grawhill.

Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Makalah: Disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat.

Nasution, Abdul Aziz. 2010. Analisis Dampak Realisasi APBD terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Binjai [Skripsi]. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Oktapriono, A. 2008. Analisis Dampak Investasi Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pembangunan Manusia [Skripsi]. Bogor : Insititut Pertanian Bogor.

Paramita, Ahsani. 2012. Analisis Dampak Realisasi APBD Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar Periode 2000-2009 [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Syaiful. 2008. Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan. Jakarta

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi: Di Dunia Ketiga Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

UNDP. 2013. Human Development Report 2013. New York: Oxford University Press

(18)

TAHUN Ln (X1) Ln (X2) Ln (Y)

2000 18.971 0 4,5564

2001 20.780 0 4,539778

2002 21.444 0 4,550714

2003 21.719 0 4,552929

2004 22.116 21.311 4,557554

2005 22.184 0 4,567468

2006 23.392 21.731 4,569025

2007 26.451 21.639 4,572854

2008 26.916 22.920 4,570786

2009 26.880 23.202 4,571613

*

Gambar

Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dan Negara-Negara Asia (%)
Tabel 2 Ringkasan Hasil Regresi Berganda

Referensi

Dokumen terkait

Perhaps East Asia’s earliest effort to allow private sector involvement in common-user facilities occurred in 1987, when the Philippine Ports Authority established a 25-year

Jika lebih dari 3 prestasi yang diraih, baik prestasi yang diraih siswa secara perorangan maupun yang diraih oleh guru dalam kompetisi lokal maupun nasional; kedua, apa inovasi

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin

[r]

Mahasiswa mulai untuk membuat rendering dari sebuah model sederhana.

36. Seorang siswa rnelakukan percobaan tentang gerak pada turnbuhan dengan perlakuan seperti pada gambar berikut.. Setelah beberapa minggu, maka

Proses balik nama menjadi PT.Ozora Engineering n Developer..

Aspek makna nada adalah sikap pembicara kepada kawan bicara. Dalam karya sastra, nada berhubungan dengan sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna yang