Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Fikes UMM Didik Mahasiswa Uni Emirat Arab
Tanggal: 2011-05-04
N. Rajendran, Vice President MEU
Sejumlah 40 mahasiswaMiddle East University (MEU), Dubai, Uni Emirat Arab akan menjadi bagian dari mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UMM. Mereka adalah lulusan D3 Keperawatan yang melanjutkan ke jenjang Sarjana dan Profesi Keperawatan. Hal ini dipastikan setelah Vice President MEU, N. Rajendran, menemui Asisten Rektor Bidang Kerjasama Luar Negeri UMM Suparto, Rabu (5/05).
Rajendran mengatakan ketertarikan berkolaborasi dengan UMM merupakan keputusan yang sudah dipertimbangkan secara matang. Pihaknya sudah menjelajahi beberapa kampus di Indonesia, baik secara langsung maupun
berkomunikasi melalui website dan kontak person, dan akhirnya memilih UMM.
“Awalnya kami meminta sebanyak mungkin mahasiswa kami bisa studi lanjut di UMM, tetapi rupanya tidak semua bisa diterima. Kami bisa memaklumi untuk saat ini, tetapi ke depan semoga bisa ditingkatkan jumlah kuotanya,” kata Rajendran. Sedianya dia akan mengirim 100 orang ke UMM.
Suparto menjelaskan, minat MEU ke UMM sudah lama dikemukakan oleh Radjedran, tetapi baru kali ini bisa direalisasi. Rencananya, September mendatang perkuliahan bisa dimulai di Dubai. Oleh karena seluruh mahasiswanya adalah WNI yang bekerja sebagai asisten perawat di Kuwait, maka perkuliahan dilaksanakan di Dubai dengan supervisi dari UMM. Pada liburan tahunan, sepanjang sebulan penuh, mereka akan dikirim ke UMM untuk mengikuti kuliah intensif dengan dosen-dosen dari UMM.
“Mereka memiliki jatah libur sebulan penuh dalam satu tahun yang akan dimanfaatkan untuk tatap muka dengan dosen UMM,” terang Suparto.
Setelah memperoleh ijasah Sarjana dan Profesi Keperawatan dari UMM, nantinya para asisten perawat bisa diangkat sebagai perawat. “Tentu saja gajinya jauh lebih besar dari sekarang. Oleh karena itu mereka sangat antusias mengikuti perkuliahan ini,” ujar Radjedran yang juga dosen Keperawatan ini.
Di MEU Dubai, jurusan Kesehatan merupakan jurusan yang paling kuat dan favorit. Kampus ini menggunakan dua bahasa pengantar, yakni Inggris dan Arab. Radjedran menyayangkan tenaga kerja migran di sektor profesional asal Indonesia masih kalah jumlahnya dengan Filipina. Selain itu, warga Filipina lebih mudah beradaptasi karena sudah menguasai bahasa Inggris. Untuk itulah dia berharap dengan program ini tenaga profesional Indonesia lebih berkembang.
“Harus diakui, perawat asal Indonesia lebih terampil dan ramah dalam melayani. Itu modal penting untuk bisa diterima di negara-negara Timur Tengah,” lanjut Radjedran.
Kepercayaan pihak asing ini merupakan poin tersendiri bagi UMM. Sebelumnya, UMM juga menerima 30 mahasiswa asal Amerika Serikat yang tergabung dalam relawan Peace Corps. Dari Australia, setiap semester, program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (Acicis) juga mengirim mahasiswa asal Australia, New Zealand dan Inggris ke UMM. Sedangkan dari kawasan ASEAN antara lain Singapura mendaftarkan 10 mahasiswa di Pascasarjana, dan Thailand mengirim 21 mahasiswa di Program S1 berbagai jurusan.
Ditambah dengan mahasiswa asal Timor Leste yang jumlahnya mencapai puluhan tiap tahun, menambah semaraknya mahasiswa asing di UMM. (nas)