• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK (Interpretasi Hegemoni dan Intelektual Organik Antonio Gramsci pada Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK (Interpretasi Hegemoni dan Intelektual Organik Antonio Gramsci pada Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI IDEOLOGI PARTAI POLITIK

(Interpretasi Hegemoni dan Intelektual Organik Antonio Gramsci pada

Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang)

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memenuhi

Gelar Sarjana S-2

Program Studi Magister Sosiologi

Oleh :RahmatAbd Fatah NIM :201110270211014

MAGISTER SOSIOLOGI

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

TESIS ini dimulai dengan cinta, tentunya berawal dari cinta tertinggi kepada Allah SWT. Semoga cinta ini selalu bertaut dengan-Nya. Alhamdulillah Puji syukur Kepada Allah SWT, atas cintaNya berupa rahmat dan inayah yang terus mengalir indah disetiap denyut nadi dan dengan itu jugalah peneliti dapat menyelesaikan Tesis ini. Shalawat dan salam kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Kepada keluarga, para sahabat dan kepada orang-orang yang tetap teguh dan istiqomah memegang teguh ajaran Beliau hingga akhir zaman. Semoga kita terus-menerus mengintegrasikan keteladanan profetik itu dalam kehidupan ini. Karena saya, setidaknya meyakini kaidah sederhana bahwa, Generasi ummat hari ini tidak akan pernah menjadi lebih baik kecuali dengan apa yang menjadikan generasi awalnya baik.

(3)

sedang meneliti tentang gerakan politik kaum muda dengan konsern pada Ideologi dan praksis gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Namun dikarenakan dalam waktu bersamaan peneliti sedang diberi tugas oleh Tiem peneliti Dikti Hibah Pascasarjana UMM mengkaji PKS Kabupaten Malang, dengan alasan itulah peneliti mengembangkan menjadi Tesis yang berada dihadapan saudara ini.

Kemudian ada cinta dari Abba yang terus mengajarkan kesederhanaan dan optmisme, subhanallah itulah sumber mata air keteduhan sepanjang hidup, dan Mama. Bagai “pinang dibelah dua”dengan Mama kandung, adalah anugrah terindah yang Allah pilih untuk kami-Anak-anak Mama. Kesabaran, dan ketenangan mama adalah pelajaran berharga bagi kami. Serta adik-adik tersayang dari Mama. Kalian harus tumbuh dengan azam yang kuat dalam balutan ketauhidan, buatlah penyebab Allah turunkan pertolongan dan kesuksesan buat kalian. Bismillah....Allahuakbar...! Cinta itu juga datang dari Ayah dan Mama (Mertua) serta adik-adik, yang senantiasa menjadi sumber motivasi dan inspirasi untuk segera merampungkan penulisan tesis ini, kepada adiku Noh Hi.Abdul Fatah Jazakallah atas pengorbanan tulusnya untuk kaka (semoga lekas Wisuda Juga Adiku Tersayang) dan kedua ponakanku Kadrian Hi. Muhlis Fatah dan Suhud Saiyful Fatah, Semoga kalian (Ngoni) berdua bisa menjadi teladan bagi adik-adik kalian, jagalah slalu smangat dah harapan untuk terus belajar.

(4)

Jazakallah kepada Badan Pengurus Harian (BPH) dan REKTOR Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (Dr. Kasman Hi. Ahmad, S.Ag. M.Pd). Atas bantuan dan berbagai inspirasi yang peneliti dapat dari Bapa Rektor sebagai Pimpinan dan Tokoh Intelektual Muda Muhammadiyah Maluku Utara. Secara Khusus, peneliti menyampaikan Jazakallah kepada Dr. Saiful Deni, M.Si bersama Istri (Djamila Abbas, SE. MM) atas pendampingan, bantuan dan berbagai perhatiannya. Rasanya berdosa tanpa menyampaikan Jazakallah kepada Bapa Herman Oesman (Sosiolog Univ.Muhammadiyah Maluku Utara) atas berbagai perhatian dan inspirasi yang penulis peroleh dari beliau.

(5)

Pertahanan Kemanan Perspektif Hukum) Prof muda yang memiliki semangat menulis yang kuat.

Dr. Vina Salviana DS. M.Si (Dosen Sosiologi Klasik dan sekaligus Dosen Wali) dan karenanya, tentu secara khusus peneliti sangat berterimakasih. Berbagai target-target tulisan yang diberikan memaksakan peneliti harus melawan kantuk dan bosan. “daun otak beliau suda terisi dengan teori sosiologi” begitulah setidaknya sering teman-teman gambarkan sosok Bunda Vina (Panggilan saya pada beliau). Dari bunda Vina-lah peneliti dapat lebih mencintai Sosiologi dan karenya selalu terinspirasi untuk terus belajar terutama mendalami sosiologi. Dr. Wahyudi, M.Si (Dosen Sosiologi Kritis sekaligus pembimbing Tesis peneliti) terimaksih atas ruang dikusi dan kebijaksanaan memberikan pandanga-pandanga dalam penulisan Tesis ini. Dr. Trisulistyaningsih, M.Si (Dosen Sosiologi Kekuasaan sekaligus Pembimbing Peneliti). Pertanyaan-pertanyaan kritis dan argumentasi konstruktif dalam penulisan Tesis menjadikan peneliti selalu mendapat cakrawala baru di setiap pembimbingan. Bunda (begitulah peneliti memanggil beliau) adalah sosok dosen teoritis-metodologis yang ramah dan inspiratif.

(6)

terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan kritis disetiap pertemuan membuat kami harus lebih

sering menggunakan “pisau analisa” dalam melihat persoalan Negara dan Masyarakat.

Rasanya berdosa tanpa mengucapkan Jazakallah kepada para kiyadah (Pemimpin) PKS Kota Malang yang telah meluangkan waktu di tengah aktivitas mereka yang padat. Atas keramahan dan cinta dari merekalah peneliti dapat mengumpulkan berbagai data untuk penulisan tesis ini. Secara khusus peneliti sangat berhutang baik kepada Ustadz Saiful Rosyid, SE. M.Si (Ketua DPD PKS Kab.Malang) dari beliaulah peneliti dapat terhubung dengan para subjek penelitian Tesis ini Jazakallah Ustadz. Kepada Para guru-guruku (Murabbi) selama peneliti berproses di Malang Raya (2008-sekarang) Jazakallah Ustadz Tahmid, Lc dan Ustadz Yaser Arafat, ST. Tidaklah ucap dan sikap yang diberikan melainkan berbagai pengetahuan kebaikan dan keteladan yang menghujam kuat. Semoga menjadi amal kebaikan.

(7)

Alhadad, Muliansyah, Suyatno, David saidi, Siswanto, Kadi, Abdul Rasid Kamal (Cido), Adhar (Ben), dan masi banyak lagi yang tidak bisa disebut satupersatu dalam kata pengantar ini, Jazakallah atas kebersamaan dan berbagai inspirasinya.

Malang, 08 Desember 2013

(8)

DAFTAR ISI 2.1. Gagasan-gasasan Ideologi Politik Antonio Gramsci 2.1.1. Membaca Gramsci dalam pemikiran Karl Marx... 14

2.1.2. Hegemoni Politik Antonio Gramsci... 22

2.1.3. Ideologi Politik Antonio Gramsci... 27

2.1.4. Intelektual Organik Antonio Gramsci ... 30

2.2. Ideologi dan Partai Politik... 36

2.3.Dialektika Ideologi Partai Politik di Indonesia... 38

2.4.Politik Islam di Indonesia... 47

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Paradigma, pendekatan dan jenis penelitian... 54

3.2.Subyekdan informan Penelitian ... ... 55

3.3.LokasiPenelitian... ... 58

3.4 Sumber Data... ... 59

3.5.TeknikPengumpulan Data... ... 60

3.6.Analisis dan interpretasi data ... ... 62

(9)

BAB IV :HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Malang... 67

4.2. Ideologi Partai Keadilan Sejahtera... 71

4.3.Hasil dan AnalisisData 4.3.1. Konstruksi, Dekonstruksi dan Rekonstruksi hegemoni Partai keadilan sejahtera (PKS)... 80

4.3.1.1. Ideologi PKS Sebagai Basis Hegemoni... 88

4.3.1.2. Hegemoni PKS padaMihwar Tanzhimi(Doktrinasi Dokmatis Gerakan sebagai Basis Hegemoni PKS)... 94

4.3.1.2.1. Membentuk Kepribadian Muslim... 94

4.3.1.2.2. Pembentukan Kepribadian Jama’ah... 97

4.3.1.2.3. Proses Rekruitmen Kader... 99

4.4.1.3. Hegemoni PKS padaMihwar Sya’bi(Hegemoni Pada Masyarakat)...103

4.4.1.3.1. Argumentasi Transformasi Sosial Kader... 103

4.4.1.3.2. Hegemoni Simbolik penampilan Islam(al-Mazhar Al-Islami)... 107

4.4.1.3.3. Kebijakan Sosial Partai keadilan Sejahtera Kota Malang... 109

4.4.1.4. Hegemoni Politik PKS padaMihwar Muassasi(Kelembagaan politik)... 111

4.4.1.4.1. Performa elektoral PKS di arena Politik Lokal Kota Malang... 111

4.4.1.4.1. Komunikasi Politik PKS di arena Politik Lokal Kota Malang...120

4.4. Proses kaderisasi dan Dinamika Ideologi Politik DPD PKS Kota Malang...122

4.5. Diskusi Teori Dan Analisa Kritis... 130

4.6. TemuanPenelitian Dan RekonstruksiIdeologiPolitik PKS Kota Malang ... 143

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...158

B. Saran...160

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ikhtisar Informan Dan Subyek Penelitian... Tabel 2: Perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera pada pemilihan umum

legislatif Indonesia 1999, 2004 dan 2009...

Tabel 3: Nama dan periode Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS)... Tabel 4: Ikhtisar Fase Dekonstruksi PKS... Tabel 5: Perbandingan perolehan suara PK/PKS pada Pemilu DPRD Kota

Malang, tahun 1999, 2004 dan 2009... Tabel 6: Distribusi kursi DPRD Kota Malang pada Pemilu 2009... Tabel 7: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPRD Kota Malang, 2009. Tabel 8: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPRD Provinsi Jawa Timur,

2009...

Tabel 9: Perolehan suara untuk PKS pada Pemilu DPR RI, 2009... Tabel 10: Perolehan suara PKS pada tingkat kelurahan; Pemilu DPRD Kota

Malang tahun 2009... Tabel 11: Hasil Pilkada Kota Malang, 2008... Tabel 12: Kemerosotan kinerja elektoral parpol-parpol besar, Pemilu DPRD

Kota Malang 2004-2009... Tabel 13: Perbandingan suara untuk parpol berlatarbelakang sekuler dengan parpol berlatarbelakang Islam, Pemilu DPRD Kota Malang 1999, 2004, 2009...

Tabel 14. Defenisi dan Tujuan dalam jenjang Kaderisasi Tarbiyah

(11)
(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Peta ideolgi partai politik peserta pemilu 2009...

Gambar 2: Kontinum Ideologi Partai Politik di Indonesia...

Gambar 3: Tipologi parpol Anies Baswedan...

Gambar 4: Tipologi parpol Mark Hargopian...

Gambar 5: Komponen Analisis Data Model interaktif Miles dan Huberman....

Gambar 6:Tahapan analisa dan interpretasi data...

Gambar 7. Lingkar Kerja Hegemoni PKS Kota Malang...

Gambar 8. Falsafah Dasar Perjuangan PKS...

Gambar 9: Proses pembentukan identitas Jama’ah Tarbiyah/PKS...

Gambar 10: Model Rekruitmen Kader PKS Kota Malang...

Gambar 11: Logika dukungan PKS di arena Politik lokal Kota Malang...

Gambar 12: Mixing ideologi Politik PKS Kota Malang...

Gambar 13: Konstruksi Ideologi Politik PKS Kota Malang ...

Gambar 14. Rekonstruksi Ideologi Politik PKS Kota Malang...

Gambar 13: Sistem Kerja Kontinum Ideologi PKS Kota Malang...

(13)

DAFTAR ISTILAH

‘Amal jama’iy: Beraktiftas atau berjuang secara bersama-sama dalam kerangka jemaah.

Ahlul halli wal ’aqdi: Majelis Permusyawaratan. Fungsi yang diemban oleh Majelis Syura PKS.

Aqidah:Keyakinan dasar. Tercermin antara lain dalam kalimat syahadat.

Ashalah: Murni, sesuai dengan Al Qur-an dan Hadits sebagai rujukan asli. Sesuai dengan yang semestinya.

Daurah:Training keislaman dalam konteks kaderisasi.

Fikrah: Pemikiran, pola pikir, atau paradigma. Biasa digunakan untuk menyebut suatu kelompok dengan pemikiran Islam tertentu.

Halaqah: Kelompok pengajian kaderisasi untuk para Kader Pendukung, yaitu Kader Pemula (Tamhidi) dan Kader Muda (Muayyid). Biasanya beranggotakan 8-12 orang mutarabbi yang dikelola/dipimpin oleh seorangmurabbi.

Harakah: Gerakan. Biasa digunakan untuk menyebut gerakan atau jemaah Islam.

Hujjah:Argumentasi.

Husnuzh Zhan:Prasangka baik. ‘Iqab:Hukuman atau sanksi.

Ijtihad: Berpendapat dengan metodologi tertentu tentang hal-hal yang tidak diatur secara jelas dan rinci dalam Al Qur-an dan Hadits.

Ikhwah atau ikhwan: Saudara laki-laki. Di komunitas Jemaah Tarbiyah/PKS biasa digunakan untuk menyebut sesama kader. Untuk kader perempuan digunakan sebutan akhwat. Dalam sapaan digunakan Akhi atau Akhi untuk laki-laki, danUkhtiuntuk perempuan.

(14)

Iqab:Hukuman atau sanksi atas kesalahan yang dilakukan. Islahul hukumah:Langkah-langkah memperbaiki pemerintahan. Istisyarah:Konsultasi.

Kafalah: Bantuan finansial. Biasanya diberikan kepada kader yang mendapatkan tugas dakwah yang menyita waktu sehingga yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhan nafkahnya.

Khilafatau masalahkhilafiyah:Perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal yang tidak diatur dengan jelas dalam Al Qur-an maupun Hadits Nabu Muhammad.

Khusnuzh zhan:Berprasangka baik.

Liqa: Pertemuan. Istilah yang digunakan untuk menyebut secara umum pertemuan kelompok pengajian kaderisasi PKS, yaitu halaqah dan usrah.

Ma’nawiyah:Berhubungan dengan kondisi ruhani seseorang. Maisyah:Sumber nafkah/penghasilan.

Maktab Siyasi:Sekretariat jemaah untuk urusan-urusan politik. Manhaj:Metodologi.

Marhalah:Tahapan dakwah atau jenjangtarbiyah.

Maslahah dakwah:Pertimbangan kebaikan atau kemanfaatan bagi dakwah. Maslahat dakwah: Pertimbangan untuk mengambil sebuah pilihan tertentu

karena mengandung manfaat atau kebaikan bagi dakwah dan jemaah.

Mihwar Mu’asasi:Tahapan dakwah kelembagaan politik negara. Mihwar Sya’bi:Tahapan dakwah membina basis masyarakat. Mihwar Tanzhimi:Tahapan dakwah kaderisasi

Mihwar:Orbit atau tahapan dakwah.

(15)

Mudawalah:Perdebatan. Mumayyizah:Ciri khas.

Murabbi:Guru atau ustadz. Kader yang menjalankan peran mengelolahalaqah Murraqib ‘Am: Pengawas umum. Sebutan untuk pimpinan tertinggi Jemaah

Tarbiyah, khususnya dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP), atauMajlis Riqabah ‘Ammah(MRA).

Mursyid:Guru spiritual.

Mutaba’ah: Evaluasi amalan sehari-hari kader berdasarkan kriteria standar yang telah ditetapkan untuk masing-masing jenjang.

Mutaba’ah: Monitoring dan evaluasi. Biasa digunakan antara lain dalam konteks monitoring dan evaluasi sejauh mana para kader melaksanakan ibadah sehari-hari sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk masing-masing jenjang.

Mutarrabbi:Binaan atau murid. Kader yang menjadi anggotahalaqah. Muwajih:Pengisi materi atau penceramah; orang yang menyampaikantaujih. Muwashaffat: Kriteria kader. Disusun spesifik untuk tiap jenjang keanggotaan,

masing-masing dengan indikator-indikator yang terinci.

Nizham Asasi:Konstitusi. Anggaran Dasar. Qadhayya:Masalah, kesulitan.

Qarar:Keputusan.

Qath’i:Dalil syariat yang bersifat jelas dan tegas. QiyadahatauQa’id:Pemimpin.

Rasmul bayan: Kumpulan materi tarbiyah dalam bentuk skema/bagan berbahasa Arab.

Sam’an wa tha’atan:Dengar dan taat. Sikap prajurit yang dianggap merupakan sikap ideal seorang kader Jemaah Tarbiyah.

(16)

Tadarruj:Bertahap, berjenjang. Merupakan salah satu karakteristiktarbiyah. Ta’limat:Instruksi yang disampaikan melalui struktur partai secaratop down. Tafahum:Saling memahami.

Tafaruq: Mengalokasi seluruh waktu untuk mengelola urusan-urusan jemaah atau partai.

Tanzhim:Struktur.

Tanzhim nukhbawi:Organisasi kader.

Tanzhim ‘alami:Struktur di tingkat internasional.

Taqwim: Proses evaluasi pencapaian kriteria tarbiyah dan kenaikan jenjang kader. Melibatkan murabbi atau naqib sebagai muqawwim, yaitu pihak yang mengevaluasi, dan mutarrabbi atau anggota usrah sebagai muqawwam, yaitu pihak yang dievaluasi.

Tarbawi:Hal-hal yang terkait dengan pembinaan kader. Taujih:Arahan. Ceramah.

Tsaqafah:Wawasan.

Tsiqah:Rasa percaya.Trust. Ukhuwwah:Persaudaraan. Ulil ‘amri:Pemimpin. Uslub:Strategi atau cara.

Usrah: Kelompok pengajian kaderisasi untuk para Kader Inti. Dikelola dan dipimin oleh seorangnaqib.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Gramsci. 2013, Prison Notebooks:Catatan-catatn dari Penjara. Pusataka Pelajar. Yogyakarta.

A.Pozzolini. 2006,Pijar-pijar Pemikiran Gramsci. Resist Book. Yogyakarta

Andi Arief dan Neza Patria. 2009. Antonio Gramsci: Negara dan hegemoni. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Anis Matta.HM. 2006, ”Dari Gerakan Ke Negara: Sebuah Rekonstruksi Negara Madinah yang dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan. Fitrah Rabbani.Cipinang Jakarta Timur

.2004,”Mencari Pahlawan Indonesia”The Tarbawi Center. Jakarta

.2006,“Mengusung Peradaban Yangberkeimanan”Media Qalbau. Bandung Al Qaradawi, Yusuf.Dr. 2007,Tarbiyah Politik Hasan Albana ; Refleksi gerakan Dakwah di

Kencah Politik.Terjemah;M.lili Nur. Arah Press. Jakarta

Abdul Hamid Al-Bilali.2010, Problem dan solusi Kaderisasi: Halaqah Tarbawiyah Menjawab Masalah. Era Adicitra. Solo

Atian. Ahmad. 2010. Menuju Kemenangan Dakwah kampus. Era Adicitra. Solo

Cahyadi Takariawan. 2010.Tegar di jalan dakwah: Bekal Kader Dakwah di Mihwar Daulah. Era Adicitra. Solo

2010. Menyongsong Mihwar Daulah: Menyiapkan kader-kader Dakwah menjadi pemimpin Negara. Era Adicitra. Solo

Bill Moyer. 2006. Membangun Perlawanan Rakyat.Pustaka Kendi. Yogyakarta Budiarjo, Miriam. 2008.Dasar-dasar Ilmu Politik, PT.Gramedia.Jakarta

Bungin, Burhan, 2001, “ Metodologi Penelitian Sosial (Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif)“ , Airlangga University Press, Surabaya.

Eclof, Stefan. 2003 “Power and Political Culture in Soharto’s Indonesia “ The Indonesian Democratic Party (PDI) and decline Of the order (1986-1998). First ublished By Nias Press Nordic Institute Of Asian Studies Denmark

Firmanzah, 2007.Marketing Politik.Jakarta: Yayasan obor indonesia

(18)

Gatut Saksono, 2009. Neoliberalisme Vs Sosialisme; Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan. Forkoma PMKRI. Yogyakarta

G.W.F Hegel, 2012.Filsafat Sejarah G.W.F. HegelPenerjemah; Cuk Ananta Wijaya, cet.III. Jokjakarta; Pustaka Pelajar

Georg Ritzer-Douglas J.Goodman.2010. Teori sosiologi modern. Edisi 6.cet.6. Jakarta; Kencana prenada Media Group

Hasan Al-Bana. 2012, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin I. Era Intermedia. Solo Jawa Tengah.

2012, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin II. Era Intermedia. Solo Jawa Tengah.

Habermas, Jurgen 2006.Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. (Penerjemah; Nurhadi)Yogyakarta, Kreasi Wacana.

Hidayat Wahyu R, 2007. Malang Kota Kita;Catatan Problematika Kota Malang.Malang; Umm Press.

Imdadun Rahmat.M. 2008 “Ideolgi Politik PKS:Dari MasjidKampus Ke Gedung Parlemen”. LKIS, Yogyakarta

Imam Subhan (Editor).2003. Siasat Gerakan Kota: Jalan Untuk Masyarakat Baru. Labda.Yoyakarta

Jasiman, 2012. Rijalud Daulah: Mempersiapkan Pejabat Publik Yang Merakyat. Era Adicitra. Solo

Jum’ah Amin. 2008. Blue Print Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin: Ats-Tsawabit Wal-Mutaghayyirat, konsep Permanen dan Fleksibel Dakwah Ikhwan. Al-I’Tishom.

Jakarta

Koirudin, 2005.Menuju Partai Advokasi. Yogyakarta: Pustaka bangsa

Kuper, Adam and Kuper, 2000,Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali Press

Muhammad Abduh,2005.Islam: Ilmu pengetahuan dan Masyarakat Madani. Radjagrafindo Persada. Jakarta

2005. Memperbaharui Komitmen Dakwah. Jakarta

Muhammad Abed Al-Jabiri.2003, Syura: Tradisi-Partkularitas-Universalitas. LKIS. Yogyakarta.

(19)

Majelis Pertimbangan Pusat PKS.2007. Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera; Terwujudnya Masyarakat Madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Jakarta.

Miles and Huberman, 1992,Analisis Data Kualitatif,Universitas Indonesia Press, Jakarta. Moleong, J.Lexy, 2000,Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Margaret M.Poloma.2000 “Sosiologi Kontemporer” Rajawali Press. Jakarta

Magnis S,Franz.2001,.Etika Politik.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Muhtadi Burhanudin, 2012Dilema PKS; Suara Dan Syariah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Muhidin M.Dahlan (Editor). 2000,Sosialisme Religius Suatu jalan keempat. Kreasi Wacana. Yogyakarta

Nugroho, Heru. 2001.Negara, Pasar, Dan Keadilan Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Athaillah.A. 2006. Rasyid Ridha: Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar.

Erlangga. Jakarta

Roger Simon, 2004.Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta:Insist Press Sudono Syueb, 2005.Paradoks Politik.Java Pustaka. Surabaya

Suiyanto, 2007. Manual Kerja Perubahan Sosial Untuk Pemula: LKIS. Yogyakarta Suharto, Edi.Phd. 2007.kebijakan sosial sebagai kebijakan public.Bandung: Alfa Beta.

. 2005. membangun masyarakat Memberdayakan Rakyat;kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial & pekerjaan sosial. Bandung: Pt.Refika Aditama.

Salim, Hairus, at. 1999.Tujuh Mesin pendulang suara. Jokjakarta: LKIS

Wahyudi.2008, Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. UMM Press. Malang Wibowo, Suanryo Hadi (ed)(2005). Republik Tanpa Ruang Publik. Yogyakarta:

(20)
(21)
(22)
(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Ideologi bagi partai politik adalah jiwa, yang darinya epistemologi, ontologi

dan aksiologi dibangun bagi tegaknya eksistensi sebuah partai politik. Ideologi

mengandung makna sebagai ide dan sistem keyakinan dasar atau cara memandang

dunia yang membimbing partai politik tidak hanya dalam memilih metode, tetapi

juga cara-cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistomologis. Karena itulah,

dalam interprtasi Gramsci, ideologi bukanlah sesuatu yang hanya ada di kepala dan

di luar aktifitas politik atau aktifitas praktis manusia lainnya. Sebaliknya, ideologi

mempunyai eksistensi materialnya dalam berbagai aktifitas praktis tersebut. Ia

memberikan berbagai aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral manusia.

Oleh karena itu, ideologi merupakan pedoman atau aturan yang mengatur manusia

dalam bertindak untuk mencapai orientasi politik maupun ekonomi.

Secara subyektif,PK dan PKS berjuang dengan dasar akidah, asas dan

moralitas islam untuk mencapai tujuan terwujudnya masyarakat madani yang adil,

sejahtera dan bermartabat. PKS memandang ideologi adalah sistem kepercayaan atau

tatanilai yang diperjuangkan dan dijabarkan para pemeluknya dalam totalitas

kehidupan. Dimensi “ide” dari ideologi memberikan bingkai konsepsi bagi

pemahaman, arah perjuangan dan dasar pergerakan bangsa. Sementara dimensi

keyakinan memunculkan komitmen, militansi dan fanatisme positif yang memicu

gairah dan darah perjuangan, sekaligus memompa api semangat rela berkorban.

(24)

2

hampadalam aspek emosional dan spritual sehingga teralienasi dan kehilangan

identitasnya yang sejati, mengalami disiorentasi dan kegersangan hidup (Platform

PKS, DPP 2007).

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebelumnya Partai keadilan (PK) adalah

partai yang lahir dari sebuah gerakan keagamaan melalui perkaderan yang berjenjang

dan ketat dengan sistem tarbiyah, sebuah proses perkaderan yang sebagian besar

mengadopsi gerakan transnasional Ikhwanul Muslimin Mesir. Dari sisi kepartaian,

Partai keadilan (PK) dan PKS (2004) menyajikan sosok partai anak mudah terdidik

yang berkeadaban, properubahan, partai yang bersih dan peduli serta partai yeng

terorganisir dengan sangat baik. Agenda-agenda islamisme PK masih terjaga sebagai

“hiden agenda”. Citra ini diperkuat oleh kesan publik bahwa PK adalah partai

dakwah, yakni partai yang didirikan oleh anak-anak mudah yang berkarakter dengan

adab dan akhlak islami, sehingga dimata masyarakat PK adalah partai “harapan baru”

bukan untuk meraih kekuasaan, jauh dari orientasi material, sosok kesederhanaan

kader-kader PK dan PKS (2004) menjadi harapan baru perubahan, menggantikan

partai yang penuh intrik, perebutan kekuasaan, politik uang, dan penghianatan pada

konstituen.

Dengan demikian, Ideologi baik secara teoritik maupun secara empirik

merupakan bagian penting untuk melihat perbedaan antara partai politik yang satu

dengan partai politik yang lain. Ideologi merupakan magnet electoral partai,

branding partai, sumbu utama untuk mempersatukan cita-cita. Ideologi merupakan

faktor yang menggerakan sumbu utama partai. Namun demikian ideologi tidaklah

(25)

3

yang berbeda, ideologi bahkan berkontradiksi dalam dirinya sendiri (contradictio in

terminus).

Kontradiksi ideologi ini jugalah yang kerap terjadi dan kemudian mengemuka

saat partai keadilan sejahtera (PKS) menuju babak baru logika demokrasi elektoral

pada tahun 2009 dan jelang 2014 sebagai partai terbuka. Perubahan yang terjadi saat

pasca 2009 dan jelang 2014 bukan saja soal perubahan konstitusi namun juga sikap,

perilaku dan orientasi politik. FathuddinJa’far, MA mengatakan,

life style para qiyadah (lebih tepat para elite dan tokoh) PKS harus dirubah dari sederhana menjadi perlente, berlimpah dan bergelimang harta fasilitas hidup, serta sangat borjuis. Tidak sedikitpun menampakkan sebagai pemimpin partai dakwah. Dalam mengadakan acara-acara resmi PKS, seperti yang kita lihat pada Mukernas Bali 2008 dan MUNAS ke-2 di Ritz Carlton itu, harus dengan menampilkan kemewahan.

Di antara ungkapan yang selalu mereka gunakan untuk meyakinkan para kader partai dalam masalah ini ialah: Menyesuaikan diri. Sebab itu, dalam taujihat (pengarahan-pengarahan) DPP atau DPW dan sebagainya terhadap para kader intinya, sering menyetir cerita onta Nabi Saw adalah yang paling bagus atau mahal, kesuksesan bisnis Abdurrahman Bin Auf dan semua yang terkait dengan kekayaaan dunia lainnya.

Hal ini sangat kontra dengan saat dakwah dimulai tahun 80an dan sampai akhir 90an. Cerita yang diangkat saat itu adalah terkait keikhlasan, kesederhanaan dan keteguhan iman dan akhlak para Sahabat Rasul Saw. dan kehebatan tokoh-tokoh dakwah Ikhwanul Muslimin lainnya. Ada istilah yang dipopulerkan Ust. Hilmi di tahun 80an yakni, tidak perlu memiliki, cukup menikmati saja.(Membaca Aliran Politik PKS Pasca Ritz Carlton/http://www.eramuslim.com/).

Konflik yang dapat terlihat kemudian di permukaan adalah antara kubu

harakah (pergerakan) dan Hizb (partai).Burhanudin Muhtadi, (2012: 220)

mengatakan Seabagai partai yang lahir dari rahim gerakan dakwah, tarik menarik

antara kubu harakah (pergerakan) dan Hizb (partai) memang tak terhindarkan,

pilihan menjadi partai bukan tanpa resiko. PKS adalah partai yang ditopang basis

(26)

4

islam konservatif. Pilihan menjadi partai politik kadangkala memaksa PKS untuk

bermain dalam dunia abu-abu yang penuh kompromi, negosiasi dan godaan

kekuasaan. Tak semua kader menikmati langgam politik seperti itu, terbukti dengan

kritik-kritik keras sesepuh partai seperti Abu Ridho, Mashadi, Daud Rasyid dan Ihsan

Tanjung terhadap arah perjalanan PKS dewasa ini

Salah satu kajian yang cukup komprehensif tentang PKS dilakukan oleh salah

seorang deklaratornya, Yon Machmudi (dalam Arif Mnandar, 2013:2). Ia

menegaskan, realitapolitik Indonesia kontemporersertapengalamangerakan Islam

politik di masalaludan di Negara–negara lain, mendorong PKS

mengambilpendekatan yang realistikdanpragmatis,

dengankeyakinanbahwasikapradikalatauseculartidakakanmembawakeberhasilan.

Sementara Firman Noor (2013:2) menempatkan PKS

dalamkategori”fundamentalismemoderat”,untukmenggambarkankarakteristik yang

melekatpada PKS yang membedakannyadarikelompokataupartai lain,

yaituadanyadua ”kekuatan” yang salingtarik–menarikdalamdiri PKS:

”fundamentalisme”dan”moderatisme”.

Ahmad-Norma Permata (2008:193) kemudian menyimpulkanadanyakonflik

diinternal PKS antaraunsuridealis, yang diwakiliolehparaaktifispartai

(mungkinlebihtepataktifis Jemaah Tarbiyah) denganunsurrealis, yang

diwakiliolehparapolitisi PKS.Pemegangotoritas PKS di pusat yang

berperansebagaipenyeimbangmenunjukkanperubahankecenderungandarimendukungk

elompokidealismenjadimendukungkelompokrealis.Iajugamengatakan, diPKS

(27)

5

on the ground yang idealis, party in public office yang realis,dan party central office

yang menjadi mediator bagikeduakelompoktersebut.

Arief Munandar (disertasi. 2011:8-9) menemukan bahwa perubahan dari

sebuah gerakan keagamaan “bawah tanah” menjadi partai politik adalah hal yang

problematik bagi Jemaah Tarbiyah/PKS dan kader–kadernya karena beberapa alasan.

Pertama, tidak semua kalangan muslim menerima demokrasi dan multi–

partai untuk mengekspresikan nilai-nilai Islam dalam mengelola negara. Perbedaan

pandangan tersebut, dengan berbagai variasi, juga terdapat di Jemaah Tarbiyah/PKS.

Kedua, perubahan Jemaah Tarbiyah menjadi PKS menuntut perubahan paradigma

dan perilaku yang sangat mendasar, baik secara individual, maupun organisasional.

Doktrin “sirriyah al–tanzim wa alamiyyah al–dakwah”, atau “struktur yang bersifat

rahasia dan dakwah yang bersifat terbuka”, kini perlu diuji kembali (Machmudi,

2008: 72).

Ketiga, di satu sisi, kelompok kader dengan pendidikan tinggi (sarjana atau

lebih) cukup dominan di tengah keberagaman strata sosial-ekonomi, jenis dan tingkat

pendidikan, maupun afiliasi keagamaan para kader PKS. Kelompok ini cenderung

kritis dalam merespon berbagai hal. Di sisi lain, para kader dibesarkan dalam tradisi

pengkaderan berjenjang yang ketat, di mana ketaatan kader terhadap keputusan

jemaah adalah norma sosial yang sudah mapan. Dengan demikian, seolah terdapat

kontradiksi antara daya kritis para kader di satu sisi, dengan sistem kaderisasi yang

mengedepankan ketaatan di sisi lain.

Keempat, para aktor kunci di PKS menyadari bahwa kemampuan mereka

mewarnai PKS tergantung dari posisi objektif mereka dalam ranah yang ditentukan

(28)

6

kesadaran itu, para aktor, baik secara individu maupun berkelompok, melakukan

berbagai tindakan dan strategi yang secara langsung maupun tidak langsung

meningkatkan dinamika – friksi, konflik, faksionalisasi – di tubuh PKS. Kelima,

berbagai manuver politik yang oleh sebagian kalangan internal PKS dinilai sangat

pragmatis pasca Pemilu 2004, serta mulai terakumulasinya “kue” sumberdaya politik

secara masif, memperkuat, dinamika internal tersebut.

Dinamika internal tersebut semakin memanas ketika muncul berbagai

kontroversi dalam PKS. Kontroversi tersebut diantaranya adalah:

1. Munculnya blog bernama PKS Watch pada tahun 2010 yang mengkritik

kebijakan-kebijakan PKS dan menuai reaksi keras dari simpatisan PKS, yang

kemudian mendorong terbentuknya blog PKSWatch Watch. Situs ini bukanlah

situs resmi PKS. Namun belakangan situs ini tidak kembali muncul ke publik

karena merasa adanya perbedaan pandangan dengan PKS (Blog yang

BikinWarga PKS 'Murka' AkhirnyaDitutup". Eramuslim, 21 Juni 2010).

2. Forum Kader Peduli, berdiri pada September 2008 dan berpusat di Masjid Al

Hikmah Mampang Prapatan, tempat PKS pertama kali dideklarasikan. Tokoh

penting yang jadi pentolan di forum ini antara lain Yusuf Supendi, salah satu

deklarator Partai Keadilan. Namun di balik Yusuf, ada lagi tokoh yang lebih

berpengaruh yakni Syamsul Balda, mantan wakil presiden Partai Keadilan.

Forum ini ditujukan untuk "membeberkan" "borok" para petinggi PKS saat itu

(PuncakKemarahanFaksiKeadilanPadaKesejahteraan". Detik.com, 24 Maret

2011)

3. Partai Terbuka. PKS menggelar musyawarah kerja nasional 2008 mereka di

Hotel Inna Grand Beach, Sanur, Denpasar, Bali, pada 1 Februari 2008.

Sebagian elite partai mendeklarasikan PKS sebagai partai terbuka, yang

berarti PKS akan menerima calon non-Muslim bertanding atas tiket partai

tersebut. Namun, pernyataan tersebut memicu konflik internal antara

kalangan petinggi partai. Ketua Dewan Syariah Pusat, Surahman Hidayat

menyatakan mendukung langkah tersebut ('PKS Terbuka Bukan Ikut-ikutan'".

(29)

habis-7

habisan oleh salah satu pendiri PK, Yusuf Supendi. Ia menuding Ketua

Majelis Syura, Hilmi Aminuddin, dan sekretaris jenderal saat itu, Anis Matta

(kini presiden) sebagai kalangan yang menginginkan PKS sebagai sebuah

partai terbuka (Pendiri PKS Serang Anis Matta". Padang Ekspres, 4 Februari

2013) dan dalam Mukernas ke-2 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 16 Juni

2010, dibahas pula kemungkinan non-Muslim duduk di kepengurusan

partai.(Andri Haryanto. "Munas II PKS Bahas Kemungkinan Non Muslim

Jadi Pengurus Partai". Detik.com, 16 Juni 2010)

4. Tertangkap kamera membuka gambar porno saat sidang paripurna (Arifinto:

Pendiri Partai dan Anggota Majelis Syuro)

5. Kasus Impor Daging. Pada 30 Januari 2013, presiden PKS dan anggota DPR,

Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor

daging sapi di Kementerian Pertanian, di mana menterinya, Suswono,

merupakan kader PKS.Kasus ini turut menyeret Ahmad Fathanah, seorang

teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga seorang kader PKS, tetapi

kemudian segera dibantah oleh Anis Matta, saat itu sekretaris jenderal dan

kemudian naik ke posisi presiden partai. Bantahan ini diulangi lagi oleh

Fathanah sendiri di hadapan pengadilan. Luthfi menjadi politikus PKS

pertama yang menjadi tersangka KPK(Ahmad Toriq, (Luthfi Hasan, Politikus

PKS Pertama yang Jadi Tersangka KPK". Detik.com, 30 Januari 2013).

Berbagai persoalan tersebut di atas mejadikan PKS bagai biduan yang dinanti

dalam setiap berita politik tanah air. Topiknya pun tidak jauh-jauh dari badai,

prahara, kasus-kasus dugaan, dan segala yang berkaitan atau nyerempet dikit ke

partai Islam terbesar di Indonesia saat ini (Yusuf Anwar, 1001 Kesalahan PKS. 25

Juni 2013 Politik.kompasiana.com).meskipun terjadi prahara bahkan seperti yang

diistilahkan Yusuf Anwar sebagai 1001 kesalahan PKS. Petinggi PKS tidak

kehilangan cara untuk bisa keluar dan merubah prahara menjadi berkah (Ahmad

Farhan Faris, PKS JabarCiptakan 'PraharajadiBerkah' 20 Aril 2013 Inilah.com )

(30)

8

...peristiwa besar ini akan menjadi hentakan sejarah yang akan membangunkan macan tidur PKS. Saya yakin Allah SWT mengirimkan isyarat besar bahwa ini adalah momentum pembenahan diri dan kebangkitan PKS...Saya tahu ini bukan hari-hari yang mudah yang akan kita lalui. Tapi kita pasti bisa melaluinya, Insya Allah...Asalkan kita mengetahui tiga syarat utama untuk melaluinya. Yang pertama adalah memohon eprtolongan pada Allah SWT. kedua adalah kebersamaan kita semuanya. Ukhuwah, persaudaraan, soliditas, itu yang harus kita jaga. Kita pasti bisa melalui ini dengan bergandengan tangan. Kalau kita saling bersatu, kalau kita menyatukan diri atas nama cinta pada Allah SWT dan cinta pada negeri kita, Indonesia. Yang ketiga adalah kerjasama. Hari ini, saya akan katakan pada semuanya dan juga seluruh kader PKS, saya ingin mengatakan hari ini berlaku ayat Allah SWT. Lambung mereka tak bersahabat dengan tempat tidur. Tak ada lagi waktu tidur sejak hari ini, saudara-saudara sekalian. Kita akan memulai hari ini, Insya Allah, sebagai momentum kebangkitan kita semuanya...Misi utama kita dalam periode permulaan kebangkitan adalah mengubah cobaan dan musibah ini menjadi rahmat dan karunia. Kita bisa memulainya, melakukannya, karena pada permulaan kita mendirikan partai ini, jumlah kita sedikit. Tenaga kita sedikit. orang-orang kita sedikit. Tapi melalui kerja keras, Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kesempatan pada partai ini untuk terus berkembang. Dan itu sebabnya, saya juga percaya bahwa Insya Allah dengan pertolongan Allah SWT dan dengan kebersamaan kita, tak ada satupun kekuatan di negeri ini dan dunia ini yang bisa

menghancurkan gerakan ini. Insya Allah...”. (Pidato Lengkap Perdana Presiden PKS Anis Matta. 2 Januari 2013 Islamedia.com):

Sementara padaRapimnas di Semarang, 18-20 April 2013 yang

jugamenjadipuncakperayaanmiladatauulangtahun ke-15 PKS,. Anis Matta dalam

orasinya Kembali membakar semangat kader PKS dengan mengatkan:

(31)

9

Indonesia yang akan membawa Indonesia menjadi negara demokrasi yang matang dan dewasa, yang adil dan sejahtera. Apakah kita siap untuk melakukan misi itu? Apakah kita siap untuk melakukan misi itu? Apakah kita siap untuk melakukan misi itu?”

Dari uraian di atas dapat terlihat dengan jelas betapa PKS sejak kelahirannya

memiliki kekuatan hegemoni dan dominasi yang sangat efektif sebagai religius

doktrinasi pencitraan pada kader dan konstituennya melalui hubungan

murabbi-mutarabbi (Guru-murid) melalui proses tarbiyah yang berjenjang dan budaya

organisasi yang sami’na wathana pada keputusan kiyadah (elit PKS). Dalam

interpretasi Gramsci,bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan

terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasaan dan persuasive. Dalam

catatannya terhadap karya Machiavelli, The Prince (Sang Penguasa), Gramsci

menggunakan centaur mitologi yunani, yaitu setengah binatang dan setengah

manusia, sebagai symbol dari “ Perspektif ganda” suatu tindakan politik – kekuataan

dan konsesus, otoritas dan hegomoni, kekerasaan dan kesopanan. Hegemoni

bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan

persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis.

Hegemoni dan dominasi untuk memperkuat kualitas kader tarbiyah bukan

saja terjadi dalam internal tarbiyah antara dewan syuro dan kader PKS tetapi mulai

merambah dua organisasi terkemuka di indonesia NU (Nahdlatul Ulama) dan

Muhammadiyah. Teologi gerakan tarbiyah yang lebih mirip dalam sifat modernis dan

kemurnian dengan teologi Muhammadiyah, menjadikan tarbiyah dan

Muhammadiyah mengalami persinggungan yang sangat tajam, banyak analisis sudah

menduga bahwa kader-kader PKS sedang berusaha merebut kader dan

pimpinanMuhammadiyah dari dalam (Robert Pringle, understanding Islam in

(32)

10

Nasher (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) lalu mengelurkan buku “ Manifestasi

Gerakan Tarbiyah; Mana sikap Muhammadiyah? Begitupun dengan NU. Wakil

Sekretaris Jenderal PBNU Adnan Anwar meminta supaya warga NU berhati-hati

kepada manuver politik simbolik seperti yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera

(PKS).Adnan mengatakan hal itu dalam menanggapi Presiden PKS, Anis Matta yang

berziarah dan tahlilan ke makam Sunan Kalijaga pekan ini. Adnan menambahkan,

politikus PKS itu melakukan amalan warga NU, tujuannya hanya meraih simpati dan

mendulang suara di saat citra PKS rusak. Karena partai yang mengaku islami tersebut

dilanda skandal korupsi yang melibatkan presiden partainya. Ia mengatakan “Itu

politik pengelabuan!” tegas Adnan di gedung PBNU, (Jakarta, Rabu, 3/4 2013. NU

Online).

Dari uraian di atas, peneliti mendapat gambaran bahwa fenomena gerakan

tarbiyah akan menjadi kekuatan yang sangat ampuh bagi PKS untuk mendapatkan

kader kualitas dan pemilih kualitas, namun bersamaan dengan itu akan memunculkan

resistensi yang mendalam baik oleh internal kader sendiri maupun eksternal kader,

dimana ranah politik Kota Malang memiliki kultur NU mayoritas maupun kultur

Muhammadiyah yang sudah sejak lama ada. Kaena itu tantangannya adalah sejauh

mana PKS Kota Malang mampu mengintegrasikan teologi tarbiyah dengan logika

demokrasi elektoral dalam ranah politik lokal Kota Malang.

Pendapat diatas, diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh saiful

Rosyid (Tesis. 2013) tentang kepemimpinan politik PKS Kota Malang bahwa;

“proses kaderisasikepemimpinanpolitikbelumdapatberjalandenganbaik, terutamadisebabkanolehgagalnyatransformasidoktirin“Jama’ahadalahpartaid anpartaibagiandariJama’ah”Sebagaibentuktransformasigerakantarbiyahdala mpolitikpraktis.

(33)

11

mplikasipadastruktur yang

tertutupdanbelummembukaruangketerlibatanmasyarakatluasdalam proses kaderisasikepemimpinanpolitik di PKS Kota Malang terutamadisebabkandominannya proses tarbiyahketimbang proses politik. Hasilpenelitianinimerekomendasikan agar PKS Kota Malang melakukandemokratisasi,

dandesakralisasistrukturuntukmeningkatkanposisiobjektifnya di arena politiklokal Kota Malang”

Persoalan antara logika demokrasi elektoral dan logika tarbiyah dalam arena

politik lokal Kota Malang antara kader yang berorientasi politik dan yang murni

tarbiyah belum bisa diintegrasikan dengan baik. Akibatnya program-program yang

berkaitan dengan peningkatan kapasitas politik, seperti komunikasi politik di lokal

kota malang tidak berjalan dengan baik, selain itu persoalan yang kerap terjadi di

DPD PKS Kota Malang adalah antara peluang dan kapasitas. Bahwa peluang

seringkali datang begitu cepat dan karena itu tidak berbanding dengan kapasitas yang

dimiliki oleh kader dalam ranah politik, akibatnya proses komunikasi politik yang

harusnya lebih terbuka dan menjangkau semua segmentasi pemilih dan berbagai

kelompok yang berbeda menjadi terhambat, sekaligus menjadikan PKS dalam arena

politik lokal Kota Malang menjadi lebih tertutup karena lebih dominan dalam proses

tarbiyah dan tidak mengimbangi kader dengan kapasitas politik yang memadai

(Saiful Rosyid, Tesis.2013)

“semua partai yang membawa ideologi tertentu pasti akan menemukan fakta

(34)

12

Anis Matta (dalam kata pengantar Dilema PKS Burhanudin Muhtadi, (2012: xxv).

Dari uraian diatasdapatdipahamibahwa,

parpoladalahsumbuhbagihadirnyakebijakan-kebijakan fundamental,

sebagaifungsipembuatkebijakan.Partaipolitiktidakterbatasuntukmengisiposisi

legislative (di tingkatnasional, provinsi,

dandaerah).Parpoljugamenjadisaluranterpentingdalampengisianposisipemimpintertin

ggieksekutif.Khususnyauntuktingkatlokal,

parpolmasihakanmenjadijalurterpilihdalamkandidasikepaladaerah. Karenaitu,

landasanideologi yang

bertransformasidalamberbagaikebijakanpartaipolitikmenjadisangaturgenuntukdikemb

angkanmenjadimodel ideologi dan praksis ideologi yang memanusiakan.

Berangkat dari pandangan di atas, maka penelitian tentang REKONSTRUKSI

IDEOLOGI PARTAI POLITIK; (Interpretasi Hegemoni dan Intelektual organik

Antonio Gramscipada Partai Keadilan Sejahtera di arena politik lokal Kota Malang

menjadi sangat penting dalam rangka “penajaman” kapasitas politik dan transformasi

politik dalam arena politik lokal Kota Malang.

1.2.Rumusan Masalah

Dari rangkaiandialektikaideologi tersebut diatas. Secara umumpermasalahan

yang

kemudianmenjadisangatpentinguntukdijawabadalahBagaimanaRekonstruksiIdeolog

ipolitikPartai Keadilan Sejahtera terhadapTarbiyah dan logika Demokrasi

(35)

13

ini dilakukan untuk melakukan rekonstruksi terhadap Ideologi politik PKS dengan

interpretasi hegemoni dan intelektual organik Gramsci?

1.3. Tujuan Penelitian

Berangkatdarirumusanmasalahtersebut,

penelitianinisecaraumumbertujuanuntukme-rekonstruksiIdeologipolitikPKSterhadap

tarbiyah dan Logika Demokrasi elektoralpada Partai Keadilan Sejahtera di arena

Politik Lokal Kota Malang dengan interpretasi hegemoni dan intelektual organik

Gramsci.

1.4. ManfaatPenelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Konstribusiteoritikdaripenelitianiniadalahadanya pengembangan konsep

transformasipolitikideologidalammembangunhubungan yang dialogis,

berkesinambungandanmemanusiakandengankonstituen.

b. Dapat menambah kajian sebagai literatur ilmiah yang berkaitan dengan

transformasi ideologi partai politik dalam sosiologi politik.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secarapraktispenelitianinibermanfaat untuk:

a. Dapat dijadikan bahan masukan bagi partai politik dan kader-kadernya

dalam transformasi ideologi politik

b. Dapat dijadikan bahan masukan bagi masyarakat dan konstituen untuk

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis tanggapan 10 mahasiswa tentang materi kualitas hand out hasil penelitian pewarisan obesitas dalam keluarga sebagai bahan ajar mata kuliah Genetika

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai mempengaruhi perekonomian daerah

Az írásbeli fordulóban legeredményesebb elméleti feladatmegoldó: Turi Soma , ELTE Apáczai Csere János Gyakorlógimn., Budapest A számítási feladatok legjobb

Dari uraian di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Kegunaan secara teoretis (Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan adalah dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth, dengan tujuan untuk

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan menggunakan symbol, gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan

(7) Sanksi diskualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dikenakan kepada calon kepala desa oleh bupati/wali kota berdasarkan rekomendasi dari panitia pemilihan