• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI PADA REMAJAYANG ORANGTUANYA MENGALAMI PERCERAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESILIENSI PADA REMAJAYANG ORANGTUANYA MENGALAMI PERCERAIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

RESILIENSI PADA REMAJA

YANG ORANGTUANYA MENGALAMI PERCERAIAN

SKRIPSI

Oleh :

Gayuh Yustia Nurkharis Maningtyas

07810089

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

RESILIENSI PADA REMAJA

YANG ORANGTUANYA MENGALAMI PERCERAIAN

SKRIPSI

Oleh :

Gayuh Yustia Nurkharis Maningtyas

07810089

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Berbulan-bulan menyusun skripsi ini banyak membawa kenangan baik suka maupun duka bagi penulis. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bapak Yudi Suharsono, M.Si dan Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Salis Yuniardi, M. Psi selaku dosen wali dan Bapak Zainul, M. Psi selaku dosen wali pengganti yang telah memberikan dukungan dan arahan pada penulis. 4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmunya

kepada penulis.

5. Kedua orangtua penulis tercinta, ayah Anang Wahyono, SH dan ibunda Tutin Srisayekti, S.Pd yang tak pernah lelah mendoakan anaknya ini dan tak henti-hentinya memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Adik penulis, Ismi Yustisi yang selalu memberikan dukungan agar skripsi ini

dapat segera selesai.

(7)

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, “GPRS family” yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan membantu penulis hingga selesainya skripsi ini, yaitu : Nina, Icha, Nisa, Ratih, Gian, Ilham, Ali, dan terimakasih teristimewa untuk

Ardy yang selama ini rela terseret dalam keluh kesah penulis dengan hati lapang. 9. Teman-teman kelas B angkatan 2007 seperti Panca, Dyah, Febbri, I’in, Dian,

Ririf, Firdyan, Romo, Ade, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 10.Teman-teman Sanggar Seni Bellbaba dan UKM Komunitas Teater Universitas

Muhammadiyah Malang yang sudah seperti saudara sendiri.

11.Teman-teman di Lab.Psikologi UMM yang memberikan dukungan pada penulis. 12.Kakak-kakak yang telah memberi banyak bantuan dan masukan pada penulis,

yaitu Kak Tia, Kak Indah, Mas Tommy, Mas Nadhif, Mbak Citra, Mbak Erma, Mbak Lastri, Mbak Nyun, Mbak Ida, Mbak Nora, serta teman-teman Genk Richo. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

membertikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa tugas akhir yang sederhana ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritikan dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan karya sederhana ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 25 April 2011 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

2. Ciri-ciri masa remaja………... 14

(9)

4. Teori perkembangan remaja……… 16

C. Perceraian 1. Pengertian perceraian……….. 18

2. Faktor-faktor penyebab perceraian………... 18

3. Dampak perceraian……….. 20

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian……… 24

B. Batasan Istilah………... 24

C. Subjek Penelitian………... 26

D. Metode Pengumpulan Data………... 26

E. Prosedur Penelitian……… 27

F. Teknik Analisa Data……….. 29

G. Metode Keabsahan……… 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. 31

B. Analisa Data……….. 43

C. Pembahasan………... 63

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan……… 68

B. Saran……….. 68

DAFTAR PUSTAKA……… 70

(10)

DAFTAR TABEL

Tebel 1. Identitas Subjek ……… 31

Tabel 2. Faktor-faktor Resiliensi I Am, I Have, I Can pada Subjek 1……… 44

Tabel 3. Faktor-faktor Resiliensi I Am, I Have, I Can pada Subjek 2……… 49

Tabel 4. Faktor-faktor Resiliensi I Am, I Have, I Can pada Subjek 3……… 53

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Tahapan Resiliensi pada subjekTH.……….. 47

Skama 2. Tahapan Resiliensi pada subjek EB……… 51

Skema 3. Tahapan Resiliensi pada subjek NN……… 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat kesediaan menjadi subjek penelitian……… 72

Lampiran 2. Guide interview………. 76

Lampiran 3. Hasil Wawancara……….. 82

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Silvia. (2008). Resiliensi. Diperoleh dari http://rumahbelajarpsikologi. com/index.php/resiliensi.html

Demi Prestasi Sang Buah Hati. (2010, 24 September). Diperoleh dari

http://www.kickandy.com/theshow/1/1/1954/read/DEMI-PRESTASI-SANG-BUAH-HATI-

Desmita. (2004). Psikologi perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Emery, E.R & Kelly, B.J. (2003). Children’s adjustment following divorce: Risk and resilience Perspectives. Journal Family Relations, 52, 358.

Goode, William. (1983). Sosiologi keluarga. Jakarta : PT Bina Aksara Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga

Henderson, N & Milstein, M. (2003). Resiliency in school. California : Corwin Press Joesoef, Budinah. (1991). Dilema perceraian. Jakarta : Arcan

Kasus Perceraian di Malang Tertinggi. (2010, 21 Juni). Diperoleh dari http://www.malang-post.com/index.php?option=com_content&view

=article&id=13506:capai-6716-kasus-perceraian-di-malang-tertinggi& catid=66:merto-raya&Itemid=97

Matthews, W. D. (1995). Family resiliency. Article from North Carolina Cooperative Exstension A & T University

Moleong, Lexy. (2006). Metode penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Monks, F.J, Knoers, A.M.P, Haditono, S. (2002). Psikologi perkembangan

pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : UGM Press

Rifai, Melly. (1987). Psikologi perkembangan remaja dari kehidupan sosial. Jakarta: PT Bina Aksara

Su’adah. (2005). Sosiologi keluarga. Malang : UMM Press Santrock, John. (2002). Life-span development. Jakarta : Erlangga ____________(2003). Adolescence. Jakarta : Erlangga

(14)

Sepuluh Persen Perkawinan Berakahir Perceraian. (2008, 15 Juli). Diperoleh dari http://nasional.kompas.com/read/2008/07/15/19574987/Sepuluh.Persen.Per kawinan.Berakhir.Perceraian

Soesilowindradini. (1995). Psikologi perkembangan (masa remaja). Surabaya : Usaha Nasional

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, fenomena kawin-cerai sudah menjadi hal yang biasa terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya. Perkawinan yang dulu dianggap suatu hal yang sangat sakral, saat ini pandangan tersebut mulai luntur seiring dengan perubahan pola pikir manusia di abad modern. Padahal, akibat adanya suatu perceraian adalah terjadinya multi peran dalam suatu keluarga, yang dalam hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap anak mereka.

Dalam www.kompas.com (2008, 15 Juli) disebutkan bahwa sepuluh dari seratus perkawinan di Indonesia berakhir dengan perceraian. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Perceraian ini terjadi karena berbagai penyebab, mulai dari cemburu, poligami, bahkan perceraian karena perbedaan pandangan politik yang jumlahnya semakin meningkat. Dirjen Bimas Islam Departemen Agama mengungkapkan bahwa tingginya angka perceraian di Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini, yakni terhitung mulai tahun 2006 memang sangat memprihatinkan. Menurutnya, penyebab perceraian tersebut antara lain karena ketidakharmonisan rumah tangga mencapai 46.723 kasus, faktor ekonomi 24.252 kasus, krisis keluarga 4.916 kasus, cemburu 4.708 kasus, poligami 879 kasus, kawin paksa 1.692 kasus, kawin bawah umur 284 kasus, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 916 kasus. Suami atau isteri dihukum lalu kawin lagi 153 kasus, cacat biologis (tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis) 581 kasus, perbedaan politik 157 kasus, gangguan pihak keluarga 9.071 kasus, dan tidak ada lagi kecocokan (selingkuh) sebanyak 54.138 kasus.

(16)

2

perceraian sebanyak 6.716 kasus. Sedangkan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kelas II Kabupaten Malang mengungkapkan bahwa kasus perceraian di Kabupaten Malang tercatat hingga Desember 2009 mengalami peningkatan hingga 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan semakin banyaknya kasus perceraian yang ada, secara tidak langsung akan semakin banyak pula anak-anak maupun remaja yang menjadi korban atas perceraian orangtuanya tersebut, tentunya jika pasangan yang bercerai tersebut telah memiliki anak. Bukan hanya permasalahan mengenai pembagian harta dan sebagainya yang mungkin bisa muncul, namun juga mengenai hak asuh anak dan yang tidak kalah penting adalah mengenai bagaimana cara pasangan bercerai tersebut membesarkan anak mereka nantinya dengan kondisi keluarga yang tidak utuh.

Menurut Sudarsono (1990), keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak. Oleh karena itu keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan remaja. Keluarga adalah lingkungan terdekat untuk membesarkan dan mendewasakan anak. Dalam lingkungan keluarga, tugas pembinaan dan pembentukan kondisi yang berdampak positif bagi perkembangan mental remaja sebagian besar menjadi tanggung jawab kedua orangtua. Kondisi intern keluarga yang negatif akan merusak perkembangan mental remaja.

(17)

3

Dengan kata lain, si anak berarti akan tinggal dan berada dalam pengasuhan ibunya meski tidak menutup kemungkinan ia akan tetap bisa bertemu dengan ayahnya walaupun tidak berada satu rumah.

Mereka yang sudah remaja pada saat orangtua mereka bercerai, lebih cenderung mengingat konflik dan stres yang mengitari perceraian itu sepuluh tahun kemudian, pada tahun-tahun awal masa dewasa mereka. Mereka juga nampak kecewa karena tidak dapat tumbuh dalam suatu keluarga yang utuh. Dalam sebuah studi, para remaja yang mengalami perceraian orangtua mereka selama masa remaja cenderung lebih mudah terperangkap kedalam masalah obat-obatan daripada para remaja yang tinggal dalam keluarga yang tetap utuh dalam sebuah pernikahan (Needle & Doherty seperti yang disebut Santrock, 2002). Begitu pula dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wallerstein dan Kelly (seperti yang disebut Emery dan Kelly, 2003) menunjukkan bahwa sebagian remaja yang orangtuanya bercerai cenderung terjerumus dalam hal-hal negatif karena adanya kecemasan dan depresi akibat perceraian orang tua.

Dalam www.smallcrab.com (Juli, 2008) juga disebutkan bahwa dewasa ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas dan mengalami depresi akibat perceraian orangtua. Fakta yang ada menyebutkan bahwa lebih dari empat puluh persen remaja di kota-kota besar mengalami depresi dan terjerumus dalam pergaulan bebas seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, free sex, dan lain sebagainya. Tidak sedikit di antara mereka juga merasa malu, murung, dan sedih berkepanjangan akibat perceraian orangtua. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah karena mereka kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Padahal pada dasarnya orangtua merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter anak. Orangtua merupakan contoh, panutan, dan teladan bagi perkembangan anak di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi.

(18)

4

tidak putus asa dan merasa malu atas keadaan dirinya. Perceraian atau perpisahan orangtua bukanlah satu hal yang dapat menghambat cita-cita ataupun keberhasilan dalam hidup. Bagi sebagian orang, keadaan itu justru dijadikan penyemangat atau motivasi dalam mencapai kesuksesan.

Salah satu contoh pemuda Indonesia yang sukses meski orangtuanya bercerai adalah Frans Kurniawan dan Fernando Kurniawan. Mereka adalah atlit bulutangkis yang mengharumkan nama bangsa. Ibunya yang bernama Halimah adalah seorang perempuan single parent yang harus hijrah dari Palembang ke Jakarta, setelah perceraian dengan sang suami. Halimah kemudian memutuskan untuk membuka usaha sendiri dengan berjualan pempek khas palembang, sementara dua anaknya Frans Kurniawan dan Fernando Kurniawan kemudian dititipkan di rumah sang nenek. Ketertarikan kedua kakak beradik ini pada olahraga ini dimulai saat ia menonton acara olahraga bulu tangkis di televisi. Berawal dari ketertarikan dan didukung dengan upaya keras sang ibu mencari biaya awal sebagai atlet. Hingga pada akhirnya kini Frans dan Fernando bisa meraih prestasi demi prestasi di bidang bulu tangkis, baik di tingkat nasional maupun dunia. Keberhasilan keluarga ini sudah memperlihatkan pada kita, bahwa dengan perjuangan dan kasih sayang, seorang ibu single parent pun, bisa mencetak kedua anaknya menjadi atlit bulutangkis yang mengharumkan bangsa (www.kickandy.com, Desember, 2010).

Sebelum sampai kepada hal di atas, tentunya ada fase-fase yang dilalui remaja pasca perceraian orangtua. Menurut Joesoef (1991), berapapun usia anak ketika orangtua mereka bercerai, mereka akan menjadi tertekan. Meski pada umumnya, semakin dewasa usia anak ketika orangtua bercerai, penderitaan atau kesedihan yang mereka rasakan akan lebih kecil jika dibanding dengan anak yang belum dewasa.

(19)

5

sedih berkepanjangan ataupun putus asa. Mereka dapat dengan bijak menerima kondisi tersebut. Remaja seperti itu adalah mereka yang mempunyai resiliensi.

Menurut Matthews (1995), resiliensi yaitu kemampuan seseorang untuk bangkit kembali dari tekanan hidup, belajar dan mencari element positif dari lingkungannya, untuk membantu kesuksesan proses beradaptasi dengan segala keadaan dan mengembangan seluruh kemampuannya, walau berada dalam kondisi hidup tertekan, baik secara eksternal atau internal. Orang yang resilien menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih dari cukup ketika rnenghadapi kesulitan. Sebaliknya, remaja yang putus asa dan melakukan hal-hal negatif akibat perceraian kedua orangtua adalah remaja yang tidak mempunyai resiliensi. Mereka tidak berhasil keluar dari masalah atau keterpurukan tersebut dengan cara-cara positif. Meski mungkin melalui hal-hal negatif remaja tersebut remaja itu dapat bangkit dari keterpurukan, namun mereka tidak belajar dan mencari element positif dari lingkungannya. Padahal, masih banyak remaja-remaja lain yang berasal dari keluarga bercerai dan mampu mengatasi masalah dengan bijak seperti yang telah disebutkan di atas.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul Resiliensi pada Remaja yang Orangtuanya Mengalami Perceraian.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Faktor-faktor apa saja yang dimiliki remaja untuk dapat resilien setelah perceraian orangtua?

2. Bagaimana proses resiliensi pada remaja yang orangtuanya mengalami perceraian?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dimiliki remaja untuk dapat

(20)

6

2. Untuk mengetahui proses resiliensi pada remaja yang orangtuanya mengalami perceraian.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan sosial.

2. Secara Praktis

Referensi

Dokumen terkait

 Tremor pada Parkinson tidak terkait dengan aktifitas sedangkan esensial tremor terjadi postural dan terkait aktifitas seperti membawa secangkir teh.Penting untuk membedakan

tertentu yang nyata, yaitu lingkungan sosial tempat dan waktu bahasa yang digunakan oleh sastra itu hidup dan berlaku.Bahasa dipandang sebagai sesuatu yang

Menurut Neville, penggunaan silica fume dengan jumlah yang rendah (dibawah 5% dari berat semen) tidak menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dari beton karena

Dengan memanfaatkan penyedot debu portebel sebagai mesin utama penghisapnya ditunjang dengan motor DC sebagai motor penggerak roda belakang alat ini, servo

Larutan putih telur dibuat dengan konsentrasi 30% dan 10%, dimasukkan konsentrasi putih telur masing-masing sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi dimulai dari konsentrasi

Gambar 2 a, Tanaman seledri sehat; b, Tanaman seledri yang terserang Meloidogyne menunjukkan gejala menguningnya daun, kerdil, dan pertumbuhan tanaman tidak merata; c,

Komisaris. c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal tidak ada anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering