• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama. Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi rakyat (Rahmiana, 2002). Kebutuhan kedelai terus meningkat. Kebutuhan terhadap kedelai saat ini telah menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi dan konsumsi masyarakat sehingga berakibat pada kondisi kebutuhan impor komoditi kedelai (Rozi, dkk, 2006). Di satu sisi, fluktuasi demand – supply berdampak pada fluktasi harga dan kondisi ini berdampak negatif terhadap semua pihak, termasuk industri kecil – rumah tangga terutama pengrajin tahu - tempe yang jumlahnya tak sedikit (Krisdiana dan Heriyanto, 2000). Bahkan, fluktuasi ini juga berdampak tidak hanya di Indonesia tapi juga di semua negara. Oleh karena itu, tuntutan dan komitmen terhadap percepatan swasembada menjadi penting, terutama dikaitkan juga dengan kian meningkatnya permintaan terhadap susu kedelai dalam dua tahun terakhir.

Pada semester awal tahun 2008 terjadi lonjakan harga kedelai yang sangat drastis sehingga berpengaruh terhadap proses produksi kelompok pengrajin tahu – tempe secara nasional. Hal ini juga menimpa Jawa Tengah. Bahkan diberitakan akibat tingginya harga kedelai, ada sebanyak 1.766 unit usaha berbahan baku kedelai di Jawa Tengah gulung tikar. Akibatnya, ada sekitar 19.981 tenaga kerja kehilangan pekerjaan (Joglosemar, 31 januari 2008).

Dinas perindustrian Provinsi Jawa Tengah mencatat, jumlah industri tempe di Jawa Tengah sampai 30 Januari 2008 ada 17.144 unit usaha, tetapi akibat melambungnya harga kedelai, ada sekitar 1.371 industri tempe atau sekitar 8 persen tutup. Padahal, industri tempe mampu menyerap tenaga kerja 47.203 orang. Menurut Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, ironisnya bahwa sejak harga kedelai naik telah terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 16.049 orang atau sekitar 34%. Selain itu, yang masih bertahan juga terpaksa menurunkan kapasitas produksi. Total dari kapasitas produksi tempe di Jawa Tengah 48.000 ton dengan nilai Rp 153 juta, setelah terjadi kenaikan harga kedelai berkepanjangan, terjadi penurunan produksi 47% atau sekitar 22.560 ton.

(2)

2 dengan perbandingan 70% untuk kedelai dan 30% dengan singkong. Selain itu, bahan substitusi lainnya antara lain kacang tolo, koro dan benguk (ibid, 208).

Dari gambaran diatas bahwa kedelai adalah salah satu bahan pangan dan sumber gizi. Keterampilan mengolah kedelai menghasilkan aneka ragam makanan dan hasil olahan digemari dan diakui sebagai makanan tradisional yang bernilai gizi tinggi (Hermana 1985). Menurut Winarno (1985) bahwa kedelai merupakan sumber bahan pangan masa depan yang penting, karena memiliki daya guna yang luas, bergizi tinggi, dan menghasilkan zat-zat antioksidan. Di sisi lain, Krisdiana dan Heriyanto (2000) menegaskan bahwa preferensi penggunaan kedelai untuk berbagai industri pangan olahan relatif berbeda. Industri tahu menginginkan kedelai berukuran sedang hingga besar, berkadar pati tinggi, berwarna kuning, dan berkulit tipis. Industri susu kedelai membutuhkan kedelai berukuran kecil hingga besar, kadar pati tinggi, dan diharapkan baru dipanen. Oleh karena itu, industrialisasi berbasis kedelai menjadi salah satu aspek yang banyak dijumpai di Indonesia.

Industrialisasi tidak bisa terlepas dari tuntutan pengelolaan limbah. Oleh karena itu, beralasan jika Amurwaraharja (2003) menegaskan bahwa peningkatan volume dan keragaman limbah pada dasarnya adalah beban masyarakat karena berbagai dampak negatif yang mungkin timbul akibat keberadaan limbah yang tidak dikelola dan hal ini akhirnya akan dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan limbah harus dikelola oleh semua pihak, baik masyarakat dan pemerintah selaku pemegang otoritas pemerintahan. Salvato (1982) menegaskan beberapa aspek yang termasuk kegiatan pengelolaan limbah yaitu: pewadahan (storage), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan (transport), pengolahan (processing) dan juga pembuangan akhir (disposal).

Sinergi antara industrialiasasi yang ramah lingkungan dan manajemen pengelolaan limbah yang terpadu – sistematis saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting sebab sinergi ini akan memberikan manfaat secara makro, yaitu tidak hanya kelangsungan dari industrialisasi itu sendiri, termasuk skala industri rumah tangga dan usaha yang dilakukan secara mikro, tapi juga terjaganya lingkungan dari ancaman polusi. Oleh karena itu, beralasan jika Damayanti, et.al., (2004) menegaskan tentang pentingnya membangun industrialisasi yang berwasasan lingkungan, terutama dengan mengacu pada proses kegiatan penilaian terhadap resiko lingkungan akibat dari kegiatan atau hasil buangan industri untuk mendapatkan resiko terkecil. Upaya untuk membangun sinergi industrialisasi yang ramah lingkungan tidak hanya diprioritaskan di daerah perkotaan yang padat penduduk, tetapi juga di perdesaan. Selain itu, konsumen juga perlu ditumbuhkembangkan terhadap minat konsumsi produk yang ramah terhadap lingkungan yang kemudian ini dikenal dengan pro-environmental product (Pickett-Baker dan Ozaki (2008).

(3)

bisa memicu bencana bagi kesehatan, polusi udara, pencemaran air, dan hambatan bagi kegiatan kota (Tiwow, dkk., 2003).

Mayoritas limbah kota berbahan organik yang biodegradable (60-75%) yang berasal dari berbagai sumber. Jenis ini jika dibiarkan atau terlambat diolah akan membau. Biaya utama penanganan limbah kota diprediksi yaitu 50% untuk pengumpulan atau angkutan, 40% untuk pembuangan dan 10% untuk daur ulang sehingga biaya yang harus ditanggung setiap keluarga pertahun mencapai kisaran nilai yang tidak kecil. Mengolah limbah kota harus melibatkan semua lapisan masyarakat (Amron, 2007).

Pengelolaan limbah kota hingga tuntas, tidak saja memerlukan teknik pengolahan limbah berskala besar yang butuh padat modal, tetapi juga secara bersamaan butuh proses penerapan teknik pengolahan limbah berskala kecil yang bisa terdistribusi dalam jumlah banyak sehingga dapat mengurangi beban limbah secara terpusat dan menjadi sarana penting bagi pemeliharaan praktik budaya mengolah limbah secara lebih mandiri, yang akan menjadi basis ketahanan ekosistem pada saat unit berskala besar mengalami gangguan (Purwanto, 2002).

Penanganan limbah di perkotaan, termasuk Solo merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai kini menjadi tantangan terberat. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang pesat di kota, termasuk juga keberagaman industri kecil, termasuk industri pembuatan tahu - tempe, telah memicu jumlah limbah dan aspek persoalannya. Diperkirakan paling banyak hanya 60% - 70 % yang bisa terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab masalah kebersihan, misal Dinas Kebersihan. Limbah yang tak terangkut ditangani swadaya masyarakat atau tercecer dan secara sistematis terbuang ke mana saja. Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang menarik dikaji adalah limbah dari industri tahu - tempe karena kedua makanan ini adalah identik dengan makanan pokok rakyat di Indonesia sehingga penanganan limbahnya menjadi sangat menarik untuk dikaji. Sebagian besar industri tahu – tempe merupakan industri rumah tangga yang belum memiliki unit pengolahan limbah dan di sisi lain sebanyak 1,5 - 3 m3 limbah cair dihasilkan untuk setiap pengolahan satu kuintal kedelai sehingga persoalan ini dapat menjadi ancaman serius bagi lingkungan (Arsil dan Supriyanto, tanpa tahun).

(4)

4 2. Perumusan Masalah

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tuwaijri, Sulaeman A., Theodore E. Christensen, K.E. Hughes II. (2004), The relations among environmental disclosure, environmental performance, and economic performance: A simultaneous equation approach, Accounting, Organizations and Society, vol. 29, hal. 447-471.

Amine, L.S. (2003), An integrated micro and macro level discussion of global green issues, Journal of International Management, Vol. 9, No. 4, hal. 375-389.

Amron, M. (2007), Kajian lingkungan hidup dalam pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan infrastruktur pekerjaan umum, Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional “Pembangunan Wilayah Berbasis Lingkungan di Indonesia”, Dies UGM ke-58, Yogyakarta 27 Oktober.

Amurwaraharja, I.P. (2003), Analisis teknologi pengolahan sampah dengan proses Hirarki Analitik dan metoda valuasi kontingensi: Studi kasus di Jakarta Timur, Tesis, Program Pascasarjaan, IPB, Bogor.

Aoyagi-Usui, M., Vinken, H., dan Kuribayashi, A. (2003), Pro-environmental attitudes and behaviors: An international comparison, Human Ecology Review, Vol. 10, No. 1, hal. 23-31.

Arnould, E., Price, L. dan Zinkhan, G, (2002), Consumers, Boston: McGraw-Hill.

Arsil, P. dan Supriyanto (tanpa tahun), Pengolahan limbah cair dari industri kecil pengolahan tahu secara biofiltrasi menggunakan enceng gondok, Publikasi. Babin, B.J., dan Darden, W.R. (1995), Consumer self-regulation in a retail environment,

Journal of Retailling, 71, hal. 47-70.

Bank Indonesia (2005), Pola pembiayaan usaha kecil, Sentra produsen tahu – tempe, Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM, Jakarta.

Behrman, J.R., dan Wolfe, B.L. (1982), How does Mother’s schooling affect family health, nutrition, medical care usage and household sanitation? Journal of Econometrics, vol. 36, hal.185-204.

Bennet, D.E. (1997), Evaluation of environmental education program, New York : John Willey & Son.

Blanciforti. L., Green, R., dan Lane, S. (1981), Income and expenditure for relatively more versus relatively less nutritious food over the life cycle, American Journal of Agricultural Economics, vol. 63, hal. 255-260.

BPS (2006), Produksi Kedelai Tahun 2000 (Angka Tetap) - 2006 (Angka Ramalan III). Berita Resmi Statistik No.57 / IX / 1 Nopember 2006 (On-line). http://www.bps.go.id/releases/files/padi-01nop06.pdf?

Buce, R.C. (1987), Socioeconomic, demographic and psychological variables in demand analysis, dalam Raunikar R, Huang C-L, eds. Food demand analysis: Problems, issues and empirical evidence, Iowa University Press, Ames, Iowa, hal. 186-215.

Cooper, D.A., dan Emory, C.W. (1995), Business research methods, 4th Edition, Irwin. Cooper, D.P., dan Schindler, P.S. (2001), Business research methods, 7th Edition

Boston, McGraw Hill.

(6)

55

Damayanti, A. (2007), Pengelolaan limbah tahu dengan menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.), Tesis, Teknik Manajemen Lingkungan, ITS, Surabaya, http://digilib.its.ac.id/

Darsono, V. (2007), Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob, Jurnal Teknologi Industri, Vol. XI, No.1, Januari, hal. 9-20.

Dhahiyat, Y. dan Prawiroatmodjo, S. (1991), Kandungan limbah cair pabrik tahu dan pengolahannya dengan enceng gondok, Jakarta : Jurnal PSL-PTSI, vol. 11.

Diamantopoulos, A., Schlegelmilch, B.B., Sinkovics, R.R. dan Bohlen, G.M. (2003), Can socio-demographics still play a role in profiling green consumers? A review of the evidence and an empirical investigation, Journal of Business Research, Vol. 56, hal. 465-480.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah (2007), Pengelolaan limbah industri pangan, Departemen Perindustrian, Jakarta.

Djarwanti, Moertinah, S., dan Harihastuti, N. (2000), Penerapan IPAL Terpadu Industri Kecil Tahu di Adiwerna Kabupaten Tegal, Laporan Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang.

ElTayeb, T.K., Zailani, S. dan Jayaraman, K. (2010), The examination on the drivers for green purchasing adoption among EMS 14001 certified companies in Malaysia, Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 21, No. 2, hal. 206-225. Fatha, A. (2007), Pemanfaatan Seolit Aktif untuk menurunkan BOD dan COD limbah

tahu, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Semarang Gujarati, D., (2003), Basic econometrics, Boston, McGraw Hill International.

Gunawan, Endro (2005), Dampak perdagangan bebas terhadap daya saing dan profitabilitas usahatani kedelai di propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan periode 2002-2003, Tesis Program Pascasarjana UI, Jakarta.

Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham dan W.C. Black, (1998), Multivariate data analysis, 5th ed., Prentice Hall. Inc, New Jersey.

Herlambang dan Said (2001), Teknologi pengolahan limbah tahu-tempe dengan proses

biofilter anaerob dan aerob,

http://www.kelair.bppt.go.id/Sipta/Artikel/Limbahtt/html.

Hambali, (2003), Analisis Resiko Lingkungan (Studi Kasus Limbah Pabrik CPO PT Kresna Duta Agroindo Kabupaten Merangin, Jambi), Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.

Hermana, (1985), Pengolahan kedelai menjadi berbagai bahan makanan, Kedelai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Horton, S.C. (1991), Wife’s employment, food expenditure, and apparent nutrient intake: Evidence from Canada, American Journal of Agricultural Economics, vol. 73, hal. 784-794.

Hughes, S.B., Anderson, A., dan Golde, S. (2001), Corporate environmental disclosure: are they useful in determining environmental performance, Journal of Accounting and Public Policy, vol. 20, hal. 217-240.

Iwao S. (1993), The Japanese women, the traditional image and changing reality, The Free Press, a Division of Macmillan Inc, New York.

Joglosemar (2008), Air tanah Solo tidak layak konsumsi, Solo, 26 juni.

--- (2008), 1.766 unit usaha gulung tikar perajin tempe kolaps, 31 januari, Solo. Joharja, W. (2007), Analisis kebijakan industri kecil tahu dan tempe di Propinsi DKI

(7)

Kelly, A.C. (1981), Demographic impact on demand patterns in the low income setting, Economic Development and Cultural Change, vol. 30, hal. 1-16.

Kholil, (2006), Rekayasa model dinamik untuk pengelolaan samph berbasis zero waste: Studi kasus di Jakarta Selatan, Jurnal Teknik Lingkungan, Edisi Khusus, Agustus. Kotler, P. dan Armstrong, G. (1999), Principle of marketing, 8th edition, Prentice Hall,

New Jersey.

Krisdiana, R. (2007), Preferensi industri tahu dan tempe terhadap ukuran dan warna biji kedelai, Jurnal Iptek Tanaman Pangan, Vol. 2 No. 1, hal. 123-130.

Krisdiana, R. dan Heriyanto (2000), Penggunaan komoditas kedelai untuk industri produk olahan rumah tangga di pulau Jawa, Makalah Balitkabi No.2000-149. Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Denpasar, 23-24 Oktober.

Moertinah, S. dan Djarwanti, (2003), Penelitian Identifikasi Pencemaran Industri Kecil Tahu-Tempe di Kelurahan Debong Tengah Kota Tegal dan Konsep Pengendaliannya. Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang

Nasir, M. (2008), Limbah industri rumah tangga – sektor informal dan manajemen lingkungan: Kasus di Kecamatan Banjarsari, Solo, Laporan Penelitian Kerjasama Dinas Koperasi dan UKM Solo dengan FE – UMS Solo.

--- (2007), Produksi yang ramah lingkungan: Kasus di Kampung Batik Laweyan, Solo, Laporan Penelitian Kerjasama Disperindag Solo dengan FE - UMS Solo. Nazech, E.K.M. (2001), Study on Indonesia industrial sectors contribution to

sustainable development, Final Report United Nasional Industrial Development Organisation.

Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Jawa Tengah 2000.

Nurhasan dan Pramudyanto, BB., (2007), Penanganan air Limbah Pabrik Tahu, Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari).

Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pickett-Baker, J. dan Ozaki, R. (2008), Pro-environmental products: Marketing influence on consumer purchase decision, Journal of Consumer Marketing, Vol. 25, No. 5, hal. 281-293.

Purwanto, A.T., (2002), Analisa pengaruh implementasi ISO 14001 terhadap indikator kinerja lingkungan kuantitatif dan kualitatif menggunakan pengembangan model EPE ISO 14031, Tesis, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.

--- (2004), Manajemen lingkungan: dulu, sekarang dan masa depan, http://andietri.tripod.com/index.htm

Purwasasmita, M. (2005), Tuntaskan pengolahan sampah kota, Pikiran Rakyat, 2 april. Rahmiana, A.A (2002), Keragaan tanaman dan hasil kedelai yang ditanam pada

berbagai tingkat ketersediaan air pada beberapa fase pertumbuhan tanaman, Laporan teknis Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Rangkuti, S.S. (2000), Hukum lingkungan dan kebijaksanaan lingkungan nasional, Surabaya, Airlangga University Press.

(8)

57

Riani, E.S. dan Irwan (2005), Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi perairan Teluk Jakarta, Laporan Penelitian LPPM IPB – Pemda Provinsi DKI Jakarta.

Rozi, F., Heryanto, R. Krisdiana, Marwoto, dan T. Adisarwanto (2006), Eksistensi budidaya kedelai sebagai pilihan pola usaha tani petani, Laporan Teknis Balitkabi.

Said, N. I., dan Herlambang, A. (2003), Teknologi Pengolahan Limbah Tahu Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Salvato, J.A. (1982), Environmental Engineering And Sanitation, 3rd Edition, John Wiley and Sons, New York.

Schaltegger, S. dan Synnestvedt, T. (2001), The link between ‘green’ economic success: environmental management as the crucial trigger between environmental and economic performance, Journal of Environmental Management, 65, hal. 339-346. Siahaan, N.H.T. (2004), Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (edisi kedua),

Jakarta , Erlangga.

Sigit H. (1985), Income distribution and household characteristics, Bulletin of Indonesian Ekonomic Studies, vol. 21, hal. 51-68.

Sitorus, H. (2004), Kerusakan lingkungan oleh limbah industri adalah masalah itikad, e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara.

Setiyawan, A.S. (2007), Optimasasi efisiensi pengolahan efluen reaktor anaerobik bersekat dengan menggunakan rekayasa aliran pada wetland: Studi kasus limbah cair industri tahu, Skripsi Teknik Sipil, ITB, Bandung.

Slama, M.E., dan A. Taschian. (1985), Selected socioeconomic and demographic characteristics associated with purchasing involvement, Journal of Marketing, vol. 49, no. 1, hal. 72-82.

Soeryadi, H.D. (1991), Kesadaran pengusaha kecil dalam pengelolaan air limbah di Kotamadya Semarang, Jurnal Pusat Studi Lingkungan, Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia, Volume 11, No 2, UI-Press.

Sugiyono (2004), Statistik nonparametris untuk penelitian, Bandung: CV. Alfabeta.

Sukamto (2002), Analisis determinan perilaku pimpinan industri kecil tahu – tempe dalam mengolah air limbah di wilayah Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sukamto, Widjanarko, B., dan Endah, N. (2004), Analisis determinan perilaku pimpinan industri kecil tahu – tempe dalam mengolah air limbah di wilayah Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 2, No. 2, Oktober, hal. 67-71.

Sulardiono, E. (1997), Evaluasi beban pencemaran dan kualitas perairan pesisir Pantai Kotamadya Semarang, Tesis, Program Pascasarjana, IPB, Bogor

Sumodiningrat, G (1993), Pengantar ekonometrika, Yogyakarta, BPFE.

Suparto, W. (2003), Penyelesaian sengketa lingkungan (Environmental disputes resolution), Surabaya, Airlangga Press.

(9)

Tiwow, C., D. Widjajanto; Darjamuni; E. Hartman; E.Mahajoeno; E. Irwansyah; dan Nurhasanan (2003), Pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya mengatasi problem sampah di perkotaan, Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana – Doktor, IPB – Bogor, April.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Usman, R. (2003), Hukum lingkungan nasional, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Van Berkel, R., (2001), Cleaner production for achieving eco-efficiency in Australian industry, Curtin University of Technology, Perth.

Verma K.., Milledge, V., dan Wiest, D., (2001), Measurement of corporate environmental performance: Role of the regulatory enforcement policies in the oil and gas industry, Advances in Public Interest Accounting, Volume 8, hal. 215-238. Wenas, R.I.F, Sunaryo, dan Styasmi, S. (2002), Comperative study on characteristics of tannery, "kerupuk kulit", "tahu-tempe" and tapioca waste water and the altemative of treatment, Environmental Technology. Ad. Manag, Seminar, Bandung, January 9-10, p. Pos 5-1 - pos 5-8.

Wibisono, G. (1995), Sistem pengelolaan dan pengolahan limbah domestik, Jurnal Science, vol. 27, hal. 25-34.

Wibowo, A.S. (2007), Pengelolaan dan penataan prasarana air limbah permukiman di kawasan pesisir Kabupaten Bojonegoro: Studi kasus permukiman masyarakat pesisi Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Bojonegoro, Tesis, Teknik Rekayasan Pengendalian Lingkungan, ITS, Surabaya, http://digilib.its.ac.id/

Widanarko, S. (2006), Pengolahan limbah industri tahu – tempe dan penerapannya, Laporan Penelitian, Universitas Indonesia, Jakarta. http://www.digilib.ui.edu/ Widiarto, N. (2009), Beban pencemaran non point sources sungai Bengawan Solo

tinggi, Makalah, http://www.lptp.or.id/articles-detail.php?id=8&topic=1257941932

Winarno, F.G., (1985), Pengolahan kedelai menjadi minyak dan bahan-bahan industri, Kedelai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

(10)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF

TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN

PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

Oleh :

M. Nasir, SE, M.M. Drs. Fatkhurohman, M.M.

DIBIAYAI DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL RI

DENGAN SURAT PERJANJIAN NOMOR: 089/SP2H/PP/DP2M/III/2010 TERTANGGAL 01 MARET 2010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OKTOBER 2010

(11)
(12)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….. i

Halaman Pengesahan ………... ii

Halaman Daftar Isi ………... iii

Halaman Daftar Tabel ……….. iv

Halaman Daftar Gambar ……….. v

Bab I Pendahuluan ………... 1

1. Latar Belakang ………. 1

2. Perumusan Masalah ………. 4

Bab II Tinjauan Pustaka ………... 5

1. Industri Berbasis Kedelai ………. 5

2. Isu Manajemen Lingkungan ………. 8

3. Industrialisasi dan Kepedulian Lingkungan ………. 9

4. Manajemen Lingkungan ………... 13

5. Penelitian Sebelumnya ………. 15

Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 18

1. Tujuan Penelitian ………. 18

2. Manfaat Penelitian ………... 18

3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian ……….. 19

Bab IV Metodologi Penelitian ………. 20

1. Definisi Operasional dan Hipotesa ………... 20

2. Lokasi Penelitian ……….. 22

3. Populasi dan Sampel ……… 22

4. Skala Pengukuran dan Variabel ………... 22

5. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data ………. 23

6. Metode Analisis ………... 23

Bab V Hasil dan Pembahasan ……….. 25

1. Profil Lokasi Penelitian ……… 25

2. Temuan Lapangan ……… 28

3. Identifikasi Responden ………. 34

4. Matrik Tingkat Resiko ………. 39

5. Hasil Analisis ………... 46

6. Pembahasan ……….. 48

Bab VI Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran ……….. 52

1. Kesimpulan ……….. 52

2. Saran ………. 52

3. Keterbatasan ………. 53

Daftar Pustaka ……….. 54

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan kedelai dan komoditas strategis lainnya ……… 5

Tabel 2.2 Produksi beberapa komoditas pangan penting tahun 2000-2005 …………. 6

Tabel 2.3 Rasio ketergantungan impor setiap komoditas pangan tahun 2004 ………. 6

Tabel 2.4 Pola konsumsi di Indonesia tahun 2002-2005 ………. 7

Tabel 5.1 Sumber pencemaran dari peternakan di DAS Bengawan Solo ……… 25

Tabel 5.2 Sumber pencemaran dari pertanian di DAS Bengawan Solo ……….. 26

Tabel 5.3 Sumber pencemaran dari pemukiman di DAS Bengawan Solo ………….. 27

Tabel 5.4 Sumber pencemaran dari industri kecil di DAS Bengawan Solo ………… 27

Tabel 5.5 Identifikasi responden ……….. 35

Tabel 5.6 Karakteristik responden (umur usaha) ..………... 35

Tabel 5.7 Karakteristik responden (usia pengusaha) ………... 36

Tabel 5.8 Karakteristik responden (identifikasi pengusaha) ……… 36

Tabel 5.9 Karakteristik responden (bentuk kepengusahaan) ………... 37

Tabel 5.10 Karakteristik responden (tingkat pendidikan) ……… 37

Tabel 5.11 Karakteristik responden (jumlah pekerja) …..……… 37

Tabel 5.12 Karakteristik responden (jumlah anggota keluarga) ……….. 38

Tabel 5.13 Karakteristik responden (konsumsi kedelai per hari) ……… 38

Tabel 5.14 Potensi resiko dari industri tahu – tempe ………... 42

(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model pengendalian input-output manajemen lingkungan ……….. 10

Gambar 2.2 Interaksi manajemen lingkungan ………. 15

Gambar 4.1 Model penelitian ………... 24

Gambar 5.1 Potret pencemaran di DAS Bengawan Solo ………. 28

Gambar 5.2 Alur pembuatan tempe ………. 39

(15)

RINGKASAN

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

Oleh:

M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Penanganan limbah di perkotaan merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang

sampai kini menjadi tantangan berat. Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang

menarik dikaji yaitu limbah dari industri tahu - tempe karena kedua makanan ini identik

dengan makanan pokok rakyat. Myoritas industri tahu – tempe adalah industri rumah

tangga yang belum memiliki unit pengolah limbah. Rumusan masalah kajian ini yaitu:

“bagaimana identifikasi perilaku pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri tahu

– tempe di Solo”. Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang mempengaruhi kepedulian

pengusaha kecil tahu-tempe di Solo dalam membuang limbah hasil produksi, sedangkan

manfaat penelitian ini: teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian

mereka dalam membuang limbah.

Penelitian ini menguji dua faktor yaitu internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap

perilaku membuang limbah hasil produksi dari kasus industri tahu-tempe di Solo. Untuk

mendukung generalisasi hasil penelitian maka untuk industri tahu difokuskan di daerah

Krajan, Mojosongo, Kecamatan Jebres (sentra industri tahu di Solo) dan untuk industri

skala rumah tangga pembuatan tempe diambil 10 pengusaha untuk setiap kecamatan di

Solo sehingga total 80 responden. Istrumen penelitian memakai kuesioner dengan lima

poin tingkatan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Riset ini memakai

regresi model log-linear. Dari hasil regresi, variabel faktor internal yang diwakili

sub-variabel pekerjaan (X3), kepribadian (X5) dan biaya (X6) signifikan pada α = 1%, dan

sub-variabel pendidikan (X1) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel status sosial (X2)

dan tingkat pendapatan (X4) ternyata tidak signifikan. Variabel faktor eksternal yang

diwakili sub-variabel green cunsomer (X8) dan sikap terhadap stimulus (X10) signifikan

pada α = 1% dan sub-variabel lingkungan sosial (X11) signifikan pada α = 5%, dan

sub-variabel regulasi (X7) dan pengalaman (X9) tidak signifikan. F-statistics menunjukan

(16)

3

independent-nya, dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar model dalam penelitian ini.

Nilai R2 yang mencapai 0.61 menunjukan hasil cukup memuaskan.

Kesimpulan penelitian ini bahwa temuan hasil analisis menunjukan adanya kontradiksi

antara satu variabel dan variabel yang lain. Keterbatasan penelitian ini: obyek kajian

cenderung memiliki tipikal perilaku yang cenderung sama yaitu pengusaha tahu - tempe

dengan kecenderungan membuang limbah ke areal rumah, selokan atau saluran air di

sekitar kawasan. Oleh karena itu, hal ini cenderung tidak ada perbedaan dalam melihat

persoalan tentang perilaku karena semuanya dianggap hal yang jamak untuk dilakukan.

Saran penelitian bahwa adanya kontradiksi dari sejumlah variabel yang diperoleh dari

hasil analisis menunjukan perlunya eksplorasi lebih lanjut dari penelitian ini, termasuk

pembentukan terhadap model kesadaran kolektif dari pengusaha industri tahu – tempe

(17)

SUMMARY

A MODEL OF BUILDING COLLECTIVE INTEREST IN THE MANAGEMENT OF TOFU AND SOYBEAN CAKE SMALL-INDUSTRIAL ENTREPRENEURS

IN SOLO

by:

M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Solving waste in urban is one of the serious problems. Among several of wastes, tofu

and soybean cake waste is one of the interesting phenomena to analyze because the two

meals are identical with people’s staple foods. A majority of the tofu and soybean cake

industry is a household industry that does not have waste processing. The problem

statement is how to identify waste disposal by a tofu and soybean cake industry in Solo.

The study aims at examining the factors influencing the tofu and soybean cake small

entrepreneurs’ concern in disposing waste of production. The research is useful for the

identification of the factors influencing their concern in disposing waste.

The study examines internal and internal factors influencing the behavior attitude in

disposing tofu and soybean cake waste of industry in Solo. For generalization, the focus

of tofu and soybean cake is on Krajan area, Mojosongo, Jebres District (industrial centre

in solo); and tofu and soybean cake household industry used a sample of 10

entrepreneurs for each district in Solo; therefore, there were 80 respondents. This

research use a questionnaire with a 5-point range from very unapproved to very

approved. It used a regression of log-linear model. From the regression, an internal

variable factor reflected by a work sub-variable (X3), personality (X5), and cost are

significant at α = 1%, and an education sub-variable is significant at α = 5%, and social

status sub-variable (X2) and income are not really significant. An internal variable factor

represented by a green-consumer sub-variable (X8) and attitude in stimulus (X10) are

significant at α = 1%, and a socio-environment sub-variable (X11) is significant at α =

5%, and a regulation sub-variable (X7) and an experience one (X9) are not significant.

F-statistics showed a significant at α = 1%. The Value of R2 = 0, 61) showed Y variable

influenced by the independent variable, and the others are influenced by other factors

(18)

5 It could be concluded that there is a contradiction between one variable and another.

The study is limited to the object of analysis with the same intention, that is, the tofu

and soybean cake industry and intention to dispose waste in a surrounding area. Thus, it

tends not to be different from examining a problem of attitude because all are

considered as normal. It is recommended that because of the difference, it needs to

explore a further research, including building a collective interest of the tofu and

soybean cake related to an environment management.

(19)

RINGKASAN DAN SUMMARY LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

No Kontrak: 089/SP2H/PP/DP2M/III/2010 Tertanggal 1 Maret 2010

Oleh: M. Nasir, SE, MM Drs. Fatkhurohman, MM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

(20)

2

RINGKASAN

MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU – TEMPE DI SOLO

Oleh:

M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Penanganan limbah di perkotaan merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang

sampai kini menjadi tantangan berat. Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang

menarik dikaji yaitu limbah dari industri tahu - tempe karena kedua makanan ini identik

dengan makanan pokok rakyat. Myoritas industri tahu – tempe adalah industri rumah

tangga yang belum memiliki unit pengolah limbah. Rumusan masalah kajian ini yaitu:

“bagaimana identifikasi perilaku pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri tahu

– tempe di Solo”. Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang mempengaruhi kepedulian

pengusaha kecil tahu-tempe di Solo dalam membuang limbah hasil produksi, sedangkan

manfaat penelitian ini: teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian

mereka dalam membuang limbah.

Penelitian ini menguji dua faktor yaitu internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap

perilaku membuang limbah hasil produksi dari kasus industri tahu-tempe di Solo. Untuk

mendukung generalisasi hasil penelitian maka untuk industri tahu difokuskan di daerah

Krajan, Mojosongo, Kecamatan Jebres (sentra industri tahu di Solo) dan untuk industri

skala rumah tangga pembuatan tempe diambil 10 pengusaha untuk setiap kecamatan di

Solo sehingga total 80 responden. Istrumen penelitian memakai kuesioner dengan lima

poin tingkatan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Riset ini memakai

regresi model log-linear. Dari hasil regresi, variabel faktor internal yang diwakili

sub-variabel pekerjaan (X3), kepribadian (X5) dan biaya (X6) signifikan pada α = 1%, dan

sub-variabel pendidikan (X1) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel status sosial (X2)

dan tingkat pendapatan (X4) ternyata tidak signifikan. Variabel faktor eksternal yang

diwakili sub-variabel green cunsomer (X8) dan sikap terhadap stimulus (X10) signifikan

pada α = 1% dan sub-variabel lingkungan sosial (X11) signifikan pada α = 5%, dan

sub-variabel regulasi (X7) dan pengalaman (X9) tidak signifikan. F-statistics menunjukan

(21)

independent-nya, dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar model dalam penelitian ini.

Nilai R2 yang mencapai 0.61 menunjukan hasil cukup memuaskan.

Kesimpulan penelitian ini bahwa temuan hasil analisis menunjukan adanya kontradiksi

antara satu variabel dan variabel yang lain. Keterbatasan penelitian ini: obyek kajian

cenderung memiliki tipikal perilaku yang cenderung sama yaitu pengusaha tahu - tempe

dengan kecenderungan membuang limbah ke areal rumah, selokan atau saluran air di

sekitar kawasan. Oleh karena itu, hal ini cenderung tidak ada perbedaan dalam melihat

persoalan tentang perilaku karena semuanya dianggap hal yang jamak untuk dilakukan.

Saran penelitian bahwa adanya kontradiksi dari sejumlah variabel yang diperoleh dari

hasil analisis menunjukan perlunya eksplorasi lebih lanjut dari penelitian ini, termasuk

pembentukan terhadap model kesadaran kolektif dari pengusaha industri tahu – tempe

(22)

4

SUMMARY

A MODEL OF BUILDING COLLECTIVE INTEREST IN THE MANAGEMENT OF TOFU AND SOYBEAN CAKE SMALL-INDUSTRIAL ENTREPRENEURS

IN SOLO

by:

M. Nasir, SE, MM dan Drs. Fatkhurohman, MM

Solving waste in urban is one of the serious problems. Among several of wastes, tofu

and soybean cake waste is one of the interesting phenomena to analyze because the two

meals are identical with people’s staple foods. A majority of the tofu and soybean cake

industry is a household industry that does not have waste processing. The problem

statement is how to identify waste disposal by a tofu and soybean cake industry in Solo.

The study aims at examining the factors influencing the tofu and soybean cake small

entrepreneurs’ concern in disposing waste of production. The research is useful for the

identification of the factors influencing their concern in disposing waste.

The study examines internal and internal factors influencing the behavior attitude in

disposing tofu and soybean cake waste of industry in Solo. For generalization, the focus

of tofu and soybean cake is on Krajan area, Mojosongo, Jebres District (industrial centre

in solo); and tofu and soybean cake household industry used a sample of 10

entrepreneurs for each district in Solo; therefore, there were 80 respondents. This

research use a questionnaire with a 5-point range from very unapproved to very

approved. It used a regression of log-linear model. From the regression, an internal

variable factor reflected by a work sub-variable (X3), personality (X5), and cost are

significant at α = 1%, and an education sub-variable is significant at α = 5%, and social

status sub-variable (X2) and income are not really significant. An internal variable factor

represented by a green-consumer sub-variable (X8) and attitude in stimulus (X10) are

significant at α = 1%, and a socio-environment sub-variable (X11) is significant at α =

5%, and a regulation sub-variable (X7) and an experience one (X9) are not significant.

F-statistics showed a significant at α = 1%. The Value of R2 = 0, 61) showed Y variable

influenced by the independent variable, and the others are influenced by other factors

(23)

It could be concluded that there is a contradiction between one variable and another.

The study is limited to the object of analysis with the same intention, that is, the tofu

and soybean cake industry and intention to dispose waste in a surrounding area. Thus, it

tends not to be different from examining a problem of attitude because all are

considered as normal. It is recommended that because of the difference, it needs to

explore a further research, including building a collective interest of the tofu and

soybean cake related to an environment management.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data kinerja keuangan yang dihitung berdasarkan laporan laba rugi dapat diperoleh berdasarkan informasi pada laporan keuangan yang sudah

Kecamatan Bukit Batu merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis Sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) Peraturan

Yang dimaksud dalam hal tertentu yaitu apabila penimbunan di tempat penimbunan sementara tidak dapat dilakukan seperti kongesti, kendala teknis penimbunan,

Proses penempatan terhadap karyawan yang dilaksanakan suatu organisasi sangat penting, karena jika sesuai dengan kriteria, prosedur, dan faktor-faktor yang dipertimbangkan

Dengan demikian sangat dibutuhkan cara atau media yang harus diinformasikan kepada para siswa tentang teknik pembuatan presentasi yang interaktif dan lebih menarik salah satunya

• #da juga orang batak sakit karena tarhirim +is $ seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. arena janji tersebut

Banyak penelitian yang telah dilakukan pada anak maupun orang dewasa yang menemukan adanya hubungan dari masalah mental emosional dengan kelebihan berat badan. Britz et al.,

Berdasarkan definisi unit analisis tersebut, maka penulis melakukan pengumpulan data pada PT.TRAVALINK INDONESIA Tour & Travel yang berhubungan dengan laporan