• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN TERHADAP HAK BERSERIKAT DAN BERKUMPUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN TERHADAP HAK BERSERIKAT DAN BERKUMPUL"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia yang merupakan negara Hukum sebagaimana yang di gagas oleh founding

father yang dirumuskan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945 (disingkat UUD 1945) bahwa Indonesia adalah negara Hukum (Rechtstaat)1. Bukan negara yang berdasarkan atas kekuasaan (matchstaat) semata2.dan Indonesia adalah Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya.

Seiring dengan berjalannya waktu dan dinamika perkembangan ketatanegaraan di Indonesia, Rumusan Negara Hukum dipertegas pasca Undang-undang Dasar 1945 diamandemen sebanyak 4 (empat) kali dalam kurun waktu tahun 1999-2002 , sebagai salah satu dari tuntutan reformasi 1998 yang merupakan kehendak rakyat yang menghendaki adanya perubahan total, fundamental, menyeluruh, dan sinergis dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara3 dan adanya pengaturan mengenai hak-hak asasi manusia (HAM) dan beberapa perjanjian internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diratifikasi serta adanya undang-undang yang mengatur tentang HAM. Sebagaimana didalam

1

Istilah rechtstaat pertama kali digunakan oleh Rudolf van Gnes (1816-1895), seorang guru besar di Berlin-Jerman pada awal abad ke 19 sebagai konsepsi baru dari ide rule of law. Istilah ini terdapat dalam bukunya yang berjudul “Englishce verwaltunngerechte” pada tahun 1857 dimana ia menggunakan istilah Rechtstaat untuk pemerintah negara Ingris.

2

dalam konsepsi Negara Hukum (rechtstaat) utuh yang established penulis lebih memilih sepakat dengan pernyataan mantan hakim konstitusi kita yaitu prof. A.Mukhtie fadjar, SH, MSI) yang mengutip pendapat dari Satjipto Rahardjo bahwa Indonesia memang belum secara utuh menjadi negara hukum yang artinya adalah negara Hukum Indonesia merupkan suatu bangunan yang belum selesai dan masih dalam proses pembentukan yang intensif. Lihat tulisan beliau dalam tipe negara hukum. Bayu Media, malang 2004 dan Reformasi Konstitusi dalam masa transisi paradigmatik, In-TRANS, Malang 2003. Hal .56.

3

(2)

rumusan UUD 1945 pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah

negara hukum”4

.

Penegasan ini sekaligus memberikan sebuah bentuk komitmen negara bahwa dalam segala proses pengambilan kebijakan dan pengelolaan negara di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara harus berlandaskan hukum. Sebagaimana satjipto Raharjo yang menyatakan bahwa bangunan yang kemudian bernama “Negara Hukum” merupakan salah

satu prestasi peradaban manusia yang pantas untuk dicatat. Secara subtantif beliau mengemukakan esensinya terletak pada memanusiakan proses-proses penyelesaian persoalan dalam masyarakat5.

Seperti diuraikan dalam penjelasan autenteik naskah Undang-undang Dasar 1945, kandungan pemikiran yang terdapat didalam pembukaan UUD 1945 itu mencakup empat empat pokok pikiran, yaitu: pertama, Negara Indonesia adalah negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi segala faham golongan dan paham perseorangan. Kedua, bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Ketiga, bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Keempat, bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab6.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU 12 tahun tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan, materi muatan yang harus diatur melalui undang-undang adalah:

a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

4

Amandemen UUD 1945 ketiga pada tahun 2001 5

Lihat tulisan satjipto raharjo dalam tulisan lain negara hukum,lain Negara Peraturan, di www.indo-News.com/suara pembaruan daily .

6

(3)

b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;

d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Hak asasi manusia adalah hak-hak kodrati yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, maka meskipun setiap orang terlahir dengan warna kulit , jenis kelamin , bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut. Inilah sifat universal dari hak-hak tersebut. Selain bersifat universal, hak-hak itu juga tidak dapat dicabut (inalianable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap meiliki hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk insani7

Setiap orang/individu memiliki sikap dasar dan kecenderungan untuk selalu hidup berkelompok, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial,8 Sebagai makhluk sosial, manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa melakukan interaksi dengan orang lain. Karakter dasar sebagai makhluk sosial akan mendorong setiap manusia selalu memilik ikatan atau terhimpun dalam suatu organisasi atau perkumpulan, baik yang dibentuk secara teratur ataupun perkumpulan yang yang bersifat terbuka dan longgar. Melalui ikatan dalam suatu oragnisasi, individu akan dapat mengekpresikan dirinya dan menjalin hubungan timbal balik

7

Rhona K.M.Smith (et.al.,).2008, hukum hak asasi manusia, PUSHAM UII , yogyakarta, hal. 39 8

(4)

ataupun bersama-sama melakukan upaya melakukan berbagai kegiatan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga masyarakat9.

Pada mulanya, prinsip kebebasan atau kemerdekaan berserikat ditentukan dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (pra reformasi) yang berbunyi, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Pasal 28 asli ini sama sekali belum memberikan jaminan konstitusional secara tegas dan langsung, melainkan hanya menyatakan akan ditetapkan dengan undang-undang. Namun, setelah reformasi, melalui Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 2000, jaminan konstitusional dimaksud tegas ditentukan dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Dengan demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas

memberikan jaminan kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom

of expression), tidak hanya bagi setiap warga negara Indonesia, tetapi juga bagi setiap orang

yang artinya termasuk juga orang asing yang berada di Indonesia.

Dinamika hubungan Organisasi kemasyarakatan dengan negara mengalami pasang surut, terkadang harmonis tetapi tidak jarang Organisasi kemasyarakatan dikekang kebebasannya dan diintervensikan oleh kekuasaan, sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru. Di sisi lain, kemunculan Organisasi Kemasyarakatan yang begitu semarak saat ini di tengah masyarakat dengan segala kompleksitas menyangkut legalitas pendirian, pengelolaan organisasi dan keuangan, hubungan dengan Organisasi Kemasyarakatan lain maupun dengan negara, serta semakin banyaknya organisasi kemasyarakatan asing di Indonesia menuntut

9

(5)

adanya aturan hukum yang lebih baik. Sebenarnya konstitusi negara telah menjamin kebebasan warga negara untuk berserikat dan berkumpul, melakukan kegiatan bersama untuk menyampaikan aspirasi yang tetap dalam tertib hukum negara melalui berbagai wadah keorganisasian atau perkumpulan ataupun ikatan10.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dan legislasi keberadaan Organisasi Kemasyarakatan seperti tersebut diatas diatur dalam pasal 28, pasal 28C ayat (2), dan pasal 28E ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang No 8 tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan peraturan pelaksananya yakni Peraturan Pemerintah (PP) No 18 Tahun 1986 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan dalam perundang-undangan lain yang terkait seperti Staatsblad 1870-64 Tentang Perkumpulan, Undang-Undang 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan jo. Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang perubahan Undang-Undang 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, Undang-Undang No 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Akan tetapi, kondisi lapangan yang terjadi kebebasan tanpa batas yang menimbulkan fenomena anarkisme dalam masyarakat selama 10 tahun terakhir ini. Anarkisme ini sering dibiarkan oleh aparat kepolisian atau setidaknya karena kelemahan yang bersifat melembaga yang dalam menghadapi berbagai demonstrasi atau aksi yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan untuk menolak kebijakan pemerintah. Hal tersebut dinilai banyak pihak karena Undang-Undang tentang organisasi kemasyarakatan ( lembar negara Republik Indonesia tahun 1985 Nomor 44) yang ada saat ini dianggap tidak mampu menutup celah dinamika organisasi kemasyarakatan yang begitu intens tersebut. Selan itu, banyaknya Lembaga Swadaya masyarakat (disingkat LSM) asing yang beroperasi secara

10

(6)

illegal di Indonesia, dari sekitar 150 LSM asing yang ada di Indonesia , sekitar 50 bermasalah11

Organisasi Kemasyarakatan asing yang merupakan salah satu dari sekian kelemahan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan yang tidak menyinggung sama sekali mengenai hal terebut, pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kemudian menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Organisasi Kemasyarakatan berdasarkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 02B/DPR RI/II/2010-2011 tentang Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Tahun 2011. RUU Tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan terdaftar dalam no urut 29 ( duapuluh sembilan) dan pada tanggal 2 juli 2013 telah disahkan melalu mekanisme pemungutan suara (votting)12.

Penyempurnaan Undang-Undang dan peraturan hukum yang berkaitan dengan Organisasi Kemasyarakatan sangat diperlukan demi kepentingan umum dan memberikan perlindungan bagi Organisasi Kemasyarakatan itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan Leon E. Irush, undang-undang perlu ada didalam masyarakat yang terbuka untuk menjamin dan melindungi kebebasan berpendapat, berkumpul, berserikat dan berkumpul secara damai bagi seluruh warga negara. Pada saat yang bersamaan, juga harus ada hukum yang melindungi publik dari kemungkinan penyalahgunaan organisasi kemasyarakatan. Pengaturan organisasi

11Zulkarmedi Siregar,”Pro kontra RUU organisasi kemasyarakatan”, suatu tulisan yang terdapat didalam

majalah forum keadilan Edisi No.33 tahun XX/19-25 desember 2011.

(7)

kemasyarakatan harus mencerminkan keseimbangan antara hak-hak individual untuk melaksanakan kebebasan dan kebutuhan perlindungan kepentingan umum.13

Organisasi Kemasyarakatan sebagai wadah bagi masyarakat untuk berseikat dan berkumpul merupakan salah satu hak asasi manusia yang terdapat didalam instrument-instrument Hak asasi Manusia (HAM), dimana kebebasan untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat dikenal sebagai tiga kebebasan dasar yang merupakan bagian dari konsep hak-hak asasi manusia, dalam rumpun hak sipil dan politik.14

Organisasi kemasyarakatan menjadi sarana untuk menyalurkan pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat Warga negara Republik Indonesia dan dinilai memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka menjamin pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin keberhasilan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus menjamin tercapainya tujuan nasional.

Akan tetapi keberadaan organisasi masyarakat dengan Undang-Undang tentang Organisasi kemasyarakatan yang diterbitkan oleh rezim Orde Baru pada tahun 1985 melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Paling kurang ada tiga substansi pengaturan organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pertama, kewajiban bagi setiap ormas berideologikan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Kedua, kewenangan pembinaan atas setiap ormas yang menjadi otoritas pemerintah, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri. Ketiga, adanya kewenangan pemerintah membekukan kepengurusan, dan bahkan

13

Leon E. Irish, Robert kushen and karla W.Simon, 2004, Guidelines for laws affecting civic organization. Open society Institute, internasional center for Not-for- profit law, new york , hal.10

14

(8)

membubarkan ormas, jika dinilai tidak berasaskan Pancasila dan dianggap tidak turut memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dan Secara substansi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tidak mungkin dipertahankan karena Undang-Undang tersebut didesain sebagai instrumen rezim otoriter Soeharto untuk membungkam kebebasan berserikat dan mengontrol kehidupan masyarakat, termasuk cara pandang dan ideologi suatu kelompok masyarakat. Melalui Undang-Undang yang sama, rezim Soeharto bahkan dapat membungkam musuh-musuh politiknya yang dianggap mengancam kelangsungan kekuasaan Orde Baru.

Berdasarkan hasil penelitian Mod.Mahfud M.D yang memberi kesimpulan bahwa suatu proses dan konfigurasi politik rezim tertentu akan sangat signifikan pengaruhnya terhadap suatu produk hukum yang kemudian dilahirkan. Dalam negara yang konfigurasi politiknya demokratis, produk hukumnya berkarakter responsif atau populistik, sedangkan di negara yang konfigurasi politiknya otoriter makaproduk hukumnya berkarakter ortodoks atau konservatif atau elistis15.

Naskah Akademik Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan mengkonfirmasi kerancuan pengertian ormas yang ternyata bersumber dari ketidakjelasan norma, sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Definisi Organisasi Kemasyarakatan dalam Undang-Undang tersebut mencakup semua organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat, baik berdasarkan keanggotaan ataupun tanpa anggota. Akan tetapi karena tidak diikuti kejelasan norma, maka seringkali ditafsirkan hanya mengatur organisasi berdasarkan keanggotaan. Tetapi konstruksi Organisasi kemasyarakatan yang diformulasikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan masih digunakan bahkan nyaris sama dengan apa yang termuat

15

(9)

dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan .16

Pembuatan Hukum dan peraturan perundang-undangan yang merupakan produk politik yang sehingga karakter isi setiap produk hukum akan sangat ditentukan atau diwarnai oleh imbangan yang melahirkannya,17 sehingga dari segi akademis sangat lemah dan minimal dalam pertimbangan hukumnya, maka dari itu perlu dirancang dengan baik naskah akademis yang melatar belakangi suatu Undang-undang.

Undang-Undang no 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan yang menempatkan yayasan dan perkumpulan dalam satu kelompok pengertian (Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11)18, maka akan timbul kerancuan. Yayasan merupakan bentuk organisasi (berbadan hukum) yang tidak berbasiskan anggota dan sudah diatur dalam undang-undang tersendiri (UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana diubah oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan ). Tentu tidak tepat jika koridor pengaturannya diletakkan secara bersamaan dan dinaungi oleh Undang-Undang Ormas yang menyertakan juga organisasi (berbadan hukum) yang berbasiskan anggota, dalam hal ini Perkumpulan yang juga (masih) diatur dalam aturan khusus (yaitu Staatsblad 1870 Nomor 64 tentang Perkumpulan-Perkumpulan Berbadan Hukum). Dengan kata lain, sesungguhnya organisasi yang berbadan hukum telah diatur dalam

16

Pengertian Ormas berdasarkan Pasal 1 UU 8/1985 yaitu organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

17

Moh mahfud M.D,2011, Membangun Poltik Hukum Menegakkan Konstitusi, jakarta 18

Pasal 9 mengatur tentang pendirian ormas yaitu oleh 3 orang warga Negara Indonesia atau lebi, kecuali

(10)

undang-undang tersendiri. Keberadaan Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 justru menyempitkan amanat UUD 1945 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul hanya menjadi “ormas”.

Pasca pengesahan dan sebelum di sahkan dinilai kurang memiliki keurgenan oleh banyak organisasi-organisasi, karena undang-undang ini merupakan instrumen negara merasuk ke wilayah yang paling privat dari kebebasan berserikat, berkumpul, dan berorganisasi, karena dalam UU tersebut, negara menjadi penentu dapat tidaknya seseorang untuk berserikat. Termasuk penentu keberlangsungan organisasi dengan penyeragaman ideologi, kontrol, kewajiban pelaporan, dll. Negara dimungkinkan mengatur pada batas-batas yang tidak mengurangi hakikat jaminan kebebasan berserikat tersebut, misalnya hanya pada soal administrasi badan hukum, sehingga kepentingan publik juga dapat dilindungi. Pada saat yang bersamaan, negara juga dapat menyusun kebijakan kriminal untuk mengkriminalisasi organisasi yang melakukan tindak kejahatan.19

Berdasarkan pada latar belakang sebagaimana paparan penulis di atas. Maka Penulis mencoba mengangkatnya dalam bentuk satu kajian penelitian dengan judul, “ASPEK

POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2013 TENTANG

ORGANISASI KEMASYARAKATAN TERHADAP HAK KEBEBASAN

BERPENDAPAT, BERSERIKAT DAN BERKUMPUL”

B.Rumusan Masalah

Dari uraian yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini, maka Penulis menegaskan akan perlunya penelitian ini dengan mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut:

19

(11)

1. Bagaimana aspek Politik Hukum Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan?

2. Bagaimana Implikasi yuridis Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan terhadap hak kebebasan berpendapat,berserikat dan berkumpul?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai aspek politik hukum terkait Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyarakatan.

2. Mengkaji implikasi yuridis Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai wadah hak kebebasan berpendapat,berkumpul dan berserikat.

D.Manfaat Penelitian

Sementara manfaat dari penelitian ini, secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagaimana berikut ini:

a. Bagi mahasiswa memberikan tambahan pengetahuan dalam politik hukum khususnya kaitannya antara politik hukum dengan UU organisasi kemasyarakatan dalam menjamin dan sebagai wadah hak kebebasan berpendapat,berkumpul dan berserikat. b. Bagi masyarakat, Hasil penelitian ini diharapkan mapu meningkatkan pengetahuan

dan memberikan wacana baru bagi masyarakat terkait hukum positif yang mengatur tentang organisasi kemasyarakatan agar masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia.

(12)

juga sebagai penulisan tugas akhir yang merupakan syarat agar dapat memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan

Penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi teoritis tentang Hukum Tata Negara terhadap diskursus Undang-Undang organisasi kemasyarakatan khususnya yang berkaitan dengan politik hukum dan hak asasi manusia, mengingat kajian mengenai politik hukum selama ini masih sangat minim dilakukan oleh peneliti-peneliti hukum.

F. Metode Penulisan

Metode penelitian adalah usaha untuk menghimpun,menganalisa, serta mengadakan konstruksi baik secara metodologis, sistematis dan konsisten guna untuk menemukan fakta-rakta yang diamatinya. Sementara itu menurut C.F.G.Sunaryati Hartono,20 mengemukakan bahwa metode penelitian ialah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan berfikir yang logis-analitis (Logika), berdasarkan dalil-dalil,rumus-rumus dan teori-teori suatu ilmu(atau beberapa cabang ilmu) tertentu. Rangkaian dari kegiatan semua itu adalah untuk melakukan pengujian kebenaran (atau mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu

1. Metode pedekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Undang-Undang (Statute

approach) untuk menganalisa permasalahan mengenai aspek politik hukum

(13)

Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai wadah hak kebebasan berpendapat, berkumpul dan berserikat. Yaitu pendekatan yang dilakukan untuk menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumenasi untuk memecahkan isu yang dihadapi.21

Selain itu, pendekatan dalam penulisan hukum disini didukung dengan pendekatan historis (historical approach). Yang dilakukkan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi.22

2. Jenis bahan hukum

Dalam proses pengumpulan bahan hukum, penulis menggunakan tiga bahan, yaitu: a. Bahan Hukum primer, dalam hal ini adalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia

1945, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan juga peraturan-peraturan lain yang terkait dengan fokus penulisan dalam skripsi ini.

b. Bahan Hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh dari buku/tekstual, artikel ilmiah internet, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, serta Simposium yang dilakukan pakar terkait dengan pembahasan23 yakni tentang organisasi kemasyarakatan serta hak-hak kebebasan berpendapat,berserikat dan berkumpul.

21

Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, kencana prenada media group , jakarta, hal 93 22

Ibid

23

(14)

c. Bahan Hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bahan-bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus besar bahasa Indonesia, kamus Hukum, ensiklopedia, dan lain-lain

3. Teknik pengumpulan bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah model studi kepustakaan

(library research) dan studi internet, yang dimaksud adalah pengkajian informasi tertulis

mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif,24 yakni penulisan yang didasari pada data-data yang dijadikan obyek penelitin, seperti buku-buku pustaka, artikel ilmiah internet, majalah, surat kabar, buletin tentang segala permasalahan yang relevan dengan skripsi ini yang akan disusun dan dikaji secara komprehensif.

4. Analisa Bahan Hukum.

Tahap analisa bahan hukum yaitu menguraikan bahan hukum dalam bentuk kalimat yang terbaik dan benar, sedangkan analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik content analisys yaitu analisa kritis dari isi pasal yang merujuk pada segala aturan organisasi kemasyarakatan dan hak kebebasan bependapat, berkumpul dan berserikat dalam undang-undang Organisasi Kemasyarakatan yang akan penulis kaji sesuai pada judul yang bersangkutan dengan tema pembahasan dan juga menganalisa secara mendalam dan seksama literatur-literatur maupun data-data yang diperoleh sehingga penulisan skripsi ini terarah sesuai tujuan studi analisis yang dimaksud secara normatif.

(15)

G.Rencana Sistematika Penulisan

Penulisan Hukum ini dibagi dalam 4 (empat ) Bab, yang mana akan dibagi kembali menjadi sub bab di dalam Bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan yang mendasari pemilihan judul penelitian, tujuan, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Dalam subbab metode penelitian diuraikan tetang tipe penelitian, metode pendekatan yang dipilih penulis, jenis dan, teknik pengumpulan data serta analisa bahan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan permasalahan Organisasi Kemasyarakatan serta permasalahan aspek Politik hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 terhadap hak kebebasan berpendapat, berserikat dan berkumpul, antara lain : Negara Hukum, konsep politik Hukum, Aspek Politik Hukum dalam pengambilan kebijakan hukum, Hak kebebasan berpendapat, berserikat dan berkumpul, dan Organisasi kemasyarakatan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(16)

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab penutup ada 2(dua) subbab yang perlu dimasukkan didalamnya yaitu kesimpulan dan saran. Pada dasarnya yang disampakan penulis dalam bab ini merupakan hasil analissa Bab III. Kesimpulan/ringkasan jawaban harus sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Sedangkan saran merupakan rekomendasi dari penulis terhadap pihak-pihak yang berkepentingan atas permasalahan yang dikaji/ diteliti.

(17)
(18)

POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN TERHADAP HAK BERSERIKAT

DAN BERKUMPUL

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

OLEH:

KASYFUL QULUB

NIM : 201010110311219

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(19)

POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN TERHADAP HAK BERSERIKAT

DAN BERKUMPUL

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang hukum

OLEH:

KASYFUL QULUB

NIM : 201010110311219

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(20)
(21)
(22)
(23)

Motto

“Bagiku bukan besarnya tindakan yang menjamin keberhasilan,

tapi besarnya kesungguhan untuk bekerja dalam kesederhanaan

yang jujur”

“Sukses

tidaklah secara ajain jatuh dari langit, sukses selalu

merupakan hasil tindakan konkret dan sikap mental positif”

“bila kegagalan adalah hujan dan keberhasilan adalah matahari,

maka butuh keduanya untuk dapat melihat dan menikmati

indahnya pelangi”

“impi

an indah untuk mewujudkan revolusi tanpa penindasan

manusia atas manusia lain, revolusi tanpa penindasan bangsa atas

(24)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah hirabbil alamin, puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang memberikan rahmat dan karunianya yang tidak terhingga kepada hambanya sehingga penulisan tugas akhir ini terselesaikan. Dan tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi menyempurna agama dan akhlaq manusia Rasullulah Muhammad SAW sebagai yang telah memberikan pencerahan kepada ummat manusia dengan risalah yang tidak tertandingi nilainya.

Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan sebuah proses yang cukup berharga bagi penulis karena banyak pelajaran yang didapatkan dari seluruh aktivitas penyelesaiannya. Dan tentunya skripsi ini memungkinkan terdapat kelemahan dan perdebatan, maka penulis menyampaikan harapan untuk kritik dan saran untuk membangun khazanah serta pengembangan akademik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Pada civitas akademis Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (FH-UMM) yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal dan informal bagi penulis dalam pengembangan diri. Khususnya :

(25)

yang tidak ternilai harganya, yang menjadi cambuk penyemangat bagi penulis dalam menuntut ilmu, dan sejujurnya dari lubuk hati yang paling dalam penulis masih belum bisa untuk membalas itu semua, kecuali secirca doa “jazaakumullah biahsan il-jaza’ “amin….!!!

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Muhadjir Efendy.MAP selaku motivator dan inspirator dalam penyelsaian tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dan Dosen pembimbing II yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas akhir ini serta dengan kesabarannya membimbing dan memberi solusi serta sebagai sumber inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Ibu Catur Wido Haruni, S.H., M.Si.,M.Hum. Selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran konstruktif serta membuka wawasan pemikiran bagi penulis.

5. Seluruh dosen, pejabat laboratorium dan para staff Tata usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak pernah lelah membakar api semangat dan sedikit banyak telah membantu kelancaran serta selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

(26)

juga, Hasan iskandar yang pesonanya terhambur di mana-mana, Balian Sofian Sauri dua orang yang sudah bergabung menjadi satu, Bang Ryan yang bapaknya Komisariat, Harvad Kurniawan yang telah mendapatkan tulang rusuknya katanya sih (piss), Fahmi sebagai Ketua Jamaah, Indra yang katanya Anggun (anak Gunung), Hanif yang gerakannya lewat bawah tanah broo, Hasan noy yang pesona yang terhambur dimana-mana, Buat Trio Rusuh Tasya, Rizqi, Nadya plus pawangnnya Gerry saya juga bingung kontribusinya apa tapi ya bolehlah di masukkan. Dan yang lainnya yang tak mungkin saya sebutkan semua di sini yang Telah memberikan saya banyak Motivasi selama berproses bersama Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang Komisariat Hukum UMM.

7. Kepada teman-teman angkatan 2010, harmawan hatta, fadel Muhammad, eka mozaldi, risky wiyardi, wahyu bakti, muharto, mujadihidin agung, fany, danang dan lainna yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu. 8. Kepada teman seperjuangan saya dari awal penulis di malang sampai saat

di selesaikannya skripsi ini antara lain, Ammar, Fauzan, syauqi mubarok, lukman syafitrah, lukman ari, sofyan hasan ode, inu fadlulghani dan lainnya yang tak cukup beberapa halaman saja untuk menyebutkan namanya.

9. Mbak mifta choirin nisa sebagai lawan berdiskusi, teman berlomba-lomba dalam mencari kebenaran, yang terus memotivasi saya hingga selesainya tugas akhir ini.

(27)

semoga tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua dan atas segala kekhilafan dan kesalahan yang penulisan saya mohon maaf.

Billahitaufiq wal hidayah.

Wa Billahi Fosabilil Haq Fastabihul Khairaat.

Malang 10 Novermber 2014 Penulis

(28)

DAFTAR ISI

C. Aspek Politik Hukum Pengambilan Kebijakan Hukum ... 27

D.Organisasi Kemasyarakatan ... 31

D.1. Pengerian Organisasi ... 31

D.2. Hakikat Organisasi Kemasyarakatan ... 31

E.Tinajuan Umum Hak Asasi Manusia ... 35

(29)

E.2. Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul ... 37

E.3. Pembatasan Kebebasan Berkumpul dan Berserikat ... 37

E.4.Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul Dalam Pasal 28 UUD 1945 ... 40

BAB III PEMBAHASAN A. Politik Hukum Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan ... 47

A.1. Kepentingan Pengaturan Organisasi Masyarakat Dalam Sebuah Undang-Undang ... 47

1. Kajian Filosofis atas Kepentingan pengaturan Organisasi Kemasyarakatan Dalam Undang-Undang ... 55

2. Landasan Sosiologis Kepentingan pengaturan Organisasi Kemasyarakatan Dalam Undang-Undang ... 61

3.Landasan Yuridis atas Undang Kepentingan pengaturan Organisasi Kemasyarakatan Dalam Undang-Undang. ... 63

A.2. Pengaturan Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-Undang No 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan ... 66

A.2. Politik Hukum Undang-Undang No 17 Tahun 2013: Ideologi Organisasi Kemasyarakatan, Legalitas Organisasi Kemasyarakatan, Pendanaan Organisasi Kemasyarakatan, Penjatuhan sanksi, Pembekuan atau Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan ... 70

1. Ideologi Organisasi Kemasyarakatan ... 70

2. Legalitas Organisasi kemasyarakatan ... 75

3. Pendanaan Organisasi Kemasyarakatan ... 79

4.Penjatuhan sanksi, Pembekuan atau Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan ... 83

(30)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ... 97 Saran ... 99

(31)

DAFTAR LAMIRAN

1. Surat Tugas

2. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Literature Buku

A.Mukhtie Fadjar, 2003, Reformasi Konstitusi dalam masa transisi

paradigmatik, intrans, Malang

Amiroeddin Syarif, 1997, Perundang-undangan Dasar, jenis dan Thnik

Membuatnya, Rineka Cipta, Jakarta

Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manulang, 2007, Pengantar Ke

Filsafat Hukum, Cet I, Jakarta, Kencana Prenada Media,

Alexis de Tocqueville, 2005, Tentang Revolusi, Demokrasi, dan Masyarakat, disunting oleh John Stone dan Sthepen Mennel, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta:

Arbi Sanit. Ormas dan Politik. 1995, Cet.I. Jakarta: Lembaga Studi Informasi Pembangunan,

Bagir Manan, 1995, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, LPPM, Bandung: Unisba,.

Bambang Sutiyoso dan Sri Puspitasari, 2005, “Aspek-aspek perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia,” UII press

Dahlan Thaib dkk, 2003. dalam Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta ,

.G.F. Sunaryati Hartono, 1991, Politik hukum, menuju Satu Sistem Hukum

Nasional, Alumni, Bandung,

Henry Simarmata, 2007 Kovenan HAM Internasional: Pandangan Umum

mengenai Signifikasi dan Perkembangan, Jurnal HAM2007 (Jakarta:

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,

Hessel Nogi S Tangkilisan, 2005, Manajemen publik, jakarta: PT Grasindo, Hestu Cipto Handoyo,2002, Hukum Tata Negara, penerbit Universitas

atmaja, Yogyakarta

Imam syaukani,2004, dasar-dasar politik hukum,jakarta,

Inu Kencana syafiie , 2004 Birokrasi Pemerintah Indonesia , CV. Mandar Maju, Bandung,

(33)

Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca

Reformasi, Gramedia, Jakarta,.

_______2006, konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, jakarta.

_______, 1998Agenda Pembangunan Hukum Nasional di Abad Globalisasi, Jakarta: Balai Pustaka,

K.C.Wheare, konstitusi-konstitusi Modern, London Oxford University press, London

Komisi hukum nasional (KHN),2012, arah pembangunan Hukum nasional,

dalam kajian legislasi & opini, jakarta.

Leon E. Irish, Robert kushen and karla W.Simon, , 2004, Guidelines for laws affecting civic organization. Open society Institute, internasional center for Not-for- profit law, new york

Moh mahfud M.D,2011, membangun poltik hukum menegakkan konstitusi, jakarta

_______, 2001, politik Hukum Di Indonesia, pustaka LP3ES Indonesia. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar

Bakti, Jakarta

Mohammad Charis Zubair, 2002, Dimensi Etis dan Estetik Ilmu

Pengetahuan, LESFI, Yogyakarta

Muhammad Tahir Azhary, 1992. Negara Hukum : Suatu Studi tentang

Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari SegiHukum Islam, Implementasi

pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Jakarta: Bulan

Bintang,

Musdah Mulia, 2001, Negara Islam Pemikiran Politik Husayn Haykal, Jakarta: Paramadina,.

Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, kencana prenada media group , Jakarta

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: PT. Bina Ilmu,

(34)

Robert A. Dahl, 1989, Democracy and Its Critics, New Haven & London: Yale University Press, ,

Satya Arinanto. Hak Asasi Manusia dalam Transaksi Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, cetakan ketiga, 2008.

Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum¸Cet V, Citra Aditya Bhakti, Bandung, Soerjono Soekanto,1977, Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta,

Sondang P. siagian, 2006, filsafat administrasi , jakarta, gunung mulia Sri soemartri,2000, perubahan pertama UUD 1945 dah hak asasi manusia,

dalam kumpulan makalah yang berkaitan dengan hak asasi manusia ; jakarta : mahkamah agung RI,

_______,

Sudargo Gautama, 1983, Pengertian Tentang Negara Hukum, (Bandung: Penerbit Alumni,

Hartono Sunaryati, 1976, Apakah The Rule of Law, Alumni: Bandung, , _________ , 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

Alumni: Bandung,

Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana

Padmo Wahyono, 1986, “Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum”, Cet.II, Ghalia Indonesia, jakarta.

Triwulan , 2006, “Pengantar Ilmu Hukum,” Prestasi Pustaka, Jakarta

Jurnal , Makalah, Internet, dan Surat Kabar.

Bagus taruno Legowo, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia : Dasar Negara Republik Indonesia, di

sampaikan pada latihan kader 2 Himpunan mahasiswa Islam di cabang ponorogo, pada 16 maret 2014.

Hendardi, Prospek dan Tantangan Implementasi ICCPR, Jurnal HAM 2007, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol. 4, 2007),

Jimly Asshiddiqie, hak konstitusional perempuan dan tantangan

penegakannya, Disampaikan pada acara Dialog Publik dan

(35)

James A. Donald, “Natural Law and Natural Rights”, http://jim.com/rights.html, diunduh tanggal 2 februari 2014

Perempuan “Perempuan dan Konstitusi di Era Otonomi Daerah: Tantangan dan Penyikapan Bersama”. Jakarta, 27 Nopember 2007.

satjipto raharjo dalam tulisan lain negara hukum,lain Negara Peraturan, di pembaruan daily

DPR R.I ., Naskah akademis Rancangan Undang-Undang tentang Organisasi kemasyarakatan tahun 2011, Bab I pendahuluan

Zulkarmedi Siregar,”Pro kontra RUU organisasi kemasyarakatan”, suatu tulisan yang terdapat didalam majalah forum keadilan Edisi No.33 tahun XX/19-25 desember 2011

Syamsuddin Haris (Profesor Riset LIPI) dalam tulisan “ urgensi Undang-undang Organisasi kemasyarakatan, kompas 13 Maret 2013.

Sri Soemantri, Negara Kekeluargaan Dalam Pandangan Pancasila, makalah SESKOAD ABRI, tanpa tahun 1976,

Sri Utari. “Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul. Suatu Kajian terhadap Pengaturan tentang Partai Politik diIndonesia).” Disertasi Doktor Universitas Indonesia, 2004.

Padmo Wahyono,” Menyelisik Proses Terbentuknya Peraturan

Perundang-undangan,” dalam forum Keadilan, Nomor 29, april 1991,

Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang dasar Republik Indonesia 1945

UU No. 27 Tahun 2009 tentang Majlis permusyawaratan rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Pertimbangan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 2009 nomor 123)

Undang-Undang No 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi kemasyarakatan Undang-Undang No 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyarakatan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Referensi

Dokumen terkait

2.3 Untuk setiap Pengiriman, Perusahaan harus melengkapi Kontraktor dengan seluruh rincian Pengangkutan yang setidaknya menyampaikan informasi sebagai berikut: (i) Pelabuhan

Intervensi pembedahan diindikasikan dan dilakukan berdasarkan etiologi tertentu, termasuk diantaranya bedah saraf pada sindroma Horner yang terkait aneurisma, dan  juga

Tabel 11 juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki efek kognitif yang

Determinan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan Sumberasih Tahun 2013 yaitu umur ibu ketika hamil, LILA ibu, dan keterpaparan ibu terhadap asap rokok

Dari karakterisasi zeolit hasil sintesis menggunakan spektroskopi inframerah dapat disimpulkan bahwa perbandingan volume reaktan (natrium silikat dan natrium aluminat ) 60/40,.. cm

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari teladan menunjukkan bahwa metode Improved Runge Kutta Nystrom (IRKN) cenderung lebih akurat dibandingkan metode Accelerated Runge-Kutta

Dari hasil analisis data, maka dapat diketahui bahwa dari persepsi kontraktor terhadap stabilitasrantai pasok dinding beton pracetak terdapat 5 variabel dengan risiko

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH