• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Stress Kerja, dan Kepemimipinan terhadap Kinerja Karyawan Industri Jasa (Studi kasus di LKC DD Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Stress Kerja, dan Kepemimipinan terhadap Kinerja Karyawan Industri Jasa (Studi kasus di LKC DD Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI, STRESS KERJA, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN INDUSTRI JASA

(Studi kasus di LKC DD Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat)

Oleh

MUHAMMAD FIKRIADI PRADANA NIM: 108081000161

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : Muhammad Fikriadi Pradana b. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1991 c. Jenis kelamin : Pria

d. Agama : Islam

e. Status : Belum Menikah

f. Alamat : Jl. Ulujami Raya No.01 RT.01 RW.04 Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan

g. Telepon : 089602672545

h. Motto : Tahulah segala tentang sesuatu, dan tahulah sesuatu tentang segala.

i. E-mail : fikriadi.1991@gmail.com

II. Latar Belakang Pendidikan

a. SD : SD Negeri Ulujami 01 Pagi (1996-2002)

b. SMP : Mts Negeri 13 Jakarta (2002-2005)

c. SMA : SMA Negeri 90 Jakarta (2005-2008)

d. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)

III.Pengalaman Bekerja

a. Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT) di Baitul Maal wa Tamwil Bintaro 1 Agustus 2011 – 1 September 2011

b. Notulensi Loka Karya Pokok Persoalan Petani Indonesia di Cariu-Bogor

21 – 24 September 2012 IV.Pengalaman Organisasi

a. Pimpinan GPPI (Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia) Komisariat Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 – 2013

(7)

vi

c. Kordinator Acara Divisi Band Musik Festival Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta 2010

d. Steering Commitee FODEB (Forum Diskusi Ekonomi dan Bisnis) UIN Jakarta 2011 – Sekarang

e. Tim redaksi buletin INSPEKS (Informasi Seputar Ekonomi dan Sejarah) UIN Jakarta 2011 – Sekarang

V. Beasiswa

(8)

vii

Effect of Job Satisfaction, Organizatinal Commitment, Work Stress, and Leadership Against Employee Performance of Service Industry (Case Studies at LKC Dompet Dhuafa Ciputat and Gerai Sehat Ciputat)

by:

Muhammad Fikriadi ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of job satisfaction, organizational commitment, work stress, and leadership on the performance of employees of LKC Dhompet Dhuafa Ciputat and Gerai Sehat Ciputat. The population consists of 70 men and 54 total samples taken with the convenience sampling method. Method of data analysis used in this study include test research instrument, the classical assumption and hypothesis testing using multiple linear regression analysis.

The conclusion of this study showed that simultaneously job satisfaction, organizational commitment, work stress, and leadership were contributing significantly to the performance of employees. Partially, job satisfaction was not contributing significantly to performance of employees but organizational commitment, work stress, and leadership were contributing significantly to performance of employees

(9)

viii

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Stress Kerja, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Industri Jasa (Studi Kasus LKC Dompet Dhuafa Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat)

Oleh:

Muhammad Fikriadi ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja, dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan LKC Dompet Dhuafa Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 70 orang dan sampel yang diambil berjumlah 54 orang dengan metode convenience sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji instrumen penelitian, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja, dan kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan jika dilihat dari kontribusi masing-masing variabel, kepuasan kerja tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja karyawan tetapi komitmen organisasi, stress kerja, dan kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

(10)

ix

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan langit dan bumi lengkap dengan segala misterinya. Sembah sujud hamba kepada-Nya. Sungguh luar biasa ciptaan-Nya, akal dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, tanpanya manusia akan kehilangan makna yang dalam.

Shalawat dan salam selalu dihaturkan pada junjungan nabi Muhammad SAW, sebagai nabi yang memimpin revolusi sejarah umat manusia.

Alhamdulillah, Atas izin Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Stress Kerja, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Industri Jasa”. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, yang tiada hentinya membiayai, mendoakan, membimbing dan memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Semoga aku bisa sedikit membahagiakan kalian. Amin.

(11)

x

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lies Suzanawaty, SE., MSi selaku Pudek I, Ibu Yulianti, SE., MSi selaku Pudek II, Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB. Terima kasih banyak penulis ucapkan atas pendidikan dan pengajaran yang telah diberikan, semoga FEB lebih baik dan sempurna.

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori MA., BA. selaku ketua jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Sri Hidayati, S.Ag. M.Ed selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

7. Bapak dr. Adi Mawardi, MARS selaku direktur LKC, Ibu dr. Yeni Purnamasari selaku Manajer Peyanan Medik, mbak Ina Rochmawati selaku sekertaris lembaga, mbak Nasih Handayani selaku staf SDI dan seluruh karyawan LKC Ciputat yang telah mendukung dan membantu pelaksanaan penelitian ini.

8. Yang spesial bapakku dan pembimbingku, bapak St. Toga Tambunan, yang selalu mendidikku dan mendoakanku untuk menjadi manusia yang lebih baik.

9. Untuk kekasihku Lulu Hardianti yang selalu menjadi motivasiku dan menemaniku dengan penuh kasih sayang dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Misbah, Yoga, Prabawa, Ujang (Mochammad Ginanzar), Deni, Agus, Tyo, Hardian, Eqi, Gingga, Banek (Danes), Puja, Geo, Sigit, Abraham, Januar dan sahabat-sahabatku lainnya. Terima kasih banyak atas doa dan dukungan

(12)

xi

11.Zahri, Rizki, Ajo, Bachol, Tomi, Hana, Arvan, Imam, Maryadi, Ale, Wika, Aang, Jeanita, Asep, Budi, Aceh, Mirza, dan segala pengurus GPPI dari Pusat hingga Komisariat. Semoga kita bisa selalu menanamkan jiwa patriotik pada seluruh pemuda Indonesia.

12.Bung Mumu, Bung Jarot, juga Bapak Jend. (Purn) Tyasno Sudarto dan seluruh jajaran GRN. Semoga Indonesia bisa kembali pada gagasan Pancasila dan UUD45 (asli).

13.Ibu Nining Elitos, Bang Eka, Alm. Bang Beno, Bang Musri, Bang Parto, dan

kawan-kawan KASBI lainnya. Semoga apa yang kita perjuangkan menambah kuantitas hingga tercapainya Revolusi Klas Ploretariat.

14.Bung Samson, Bung Isma, dan kawan-kawan PAKRI lainnya. Semoga sastra pembebasan semakin tumbuh subur di bumi ini.

15.Teman-teman UIN angkatan 2008 Jurusan Manajemen terutama Manajemen E, Manajemen SDM, terimakasih atas doa, bantuan dan motivasinya.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan berharap semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat menjadi manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyajian skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Wallahu alimun bidzatissudur, wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, 10 Juni 2013

(13)

xii

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

(14)

xiii

D. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Metode Penentuan Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 46

E. Operasional Variabel Penelitian ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

B. Analisis dan Pembahasan ... 65

1. Uji Kualitas Data ... 66

a. Uji Validitas ... 66

b. Uji Reliabilitas ... 68

2. Uji Asumsi Klasik ... 69

. a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Multikolineritas ... 71

c. Uji Heteroskedastisitas ... 73

3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74

4. Uji Hipotesis ... 75

a. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 76

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan Pemimpin dengan Manajer 27

2.2 Penelitian Sebelumnya 36

3.1 Definisi Operasional Variabel 53

4.1 Data Pelayanan Medis Gerai Sehat LKC 61

4.2 Data Pelayanan Aksi Layanan Sehat Dan Sigap Bencana 61

4.3 Hasil Uji Validitas 66

4.4 Hasil Uji Realibilitas 68

4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov 71 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas dengan Tol dan VIF 72 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas dengan Nilai

Pair-Wise Correlation 73

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi 76

4.9 Hasil Uji t 77

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Tiga Unsur Utama dalam Suatu Organisasi 5

2.1 Membangun Kepuasan Kerja SDM 18

2.2 Model Variabel Kinerja 30

2.3 Model Kerangka Berfikir 41

4.1 Struktur Organisasi LKC 62

4.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 63 4.3 Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 64 4.4 Persentase Responden Berdasarkan Posisi Kerja 65

4.5 Hasil Uji Normalitas dengan P Plot 70

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian 92

2 Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Kepuasan

Kerja 98

3 Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Komitmen

Organisasi 100

4 Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Stress Kerja 102 5 Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Kepemimpinan 104 6 Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Kinerja Karyawan 106 7 Output SPSS Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja 108 8 Output SPSS Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi 108 9 Output SPSS Uji Validitas Variabel Stress Kerja 109 10 Output SPSS Uji Validitas Variabel Kepemimpinan 109 11 Output SPSS Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan 110 12 Output SPSS Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja 110 13 Output SPSS Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Organisasi110 14 Output SPSS Uji Reliabilitas Variabel Stress Kerja 111 15 Output SPSS Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan 111 16 Output SPSS Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Karyawan 111

17 Output SPSS Uji Asumsi Klasik 112

18 Output SPSS Uji Hipotesis 114

20 SK No. 003/SK/LKC/IV/2013 115

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang hingga saat ini

terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan perekonomian negara.

Salah satu hal yang menjadi indikator meningkatnya perekonomian negara

adalah adanya peningkatan pendapatan negara. Untuk meningkatkan

pendapatan negara, salah satunya dibutuhkan kontribusi dari industri

sektor jasa sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Dr. Hj. Farida Jasfar

(Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta). Menurut beliau

kemajuan suatu negara dapat dilihat dari semakin tingginya kontribusi

yang diberikan sektor jasa terhadap pendapatan negaranya. Di Indonesia,

industri jasa belum terlihat memberikan kontribusi terhadap pendapatan

negara sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara lain seperti di

Eropa dan Amerika. Untuk pendapatan negara, Indonesia saat ini masih

bergantung pada sektor industri manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

Sebaliknya, di negara-negara Eropa dan Amerika sektor industri

jasa sudah cukup maju. Hal ini dikarenakan negara-negara di benua

tersebut sudah mengenal ilmu manajemen jasa sejak tahun 1970 yang

akhirnya berkembang menjadi industri jasa. Sejak itu industri sektor jasa

mengalami perkembangan pesat hingga saat ini walaupun di

(19)

2 perebutan pangsa pasar jasa. Penyebabnya karena adanya penawaran yang

berlebihan di tiap bidang sektor jasa seperti penerbangan, broker, hotel,

finansial, rumah sakit, hingga bisnis ritel. Kondisi ini berimplikasi pada

penawaran jasa yang lebih tinggi dari permintaannya. Apabila kondisi

tersebut terus terjadi maka harga dari jasa akan anjlok dan menyebabkan

terjadinya kebangkrutan di beberapa industri jasa. Oleh karenanya para

pelaku bisnis perlu untuk meninjau kembali rencana strategis mereka agar

disesuaikan dengan pangsa pasar yang semakin menurun akibat dari

meningkatnya pergolakan lingkungan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, di Indonesia, sektor ini

belum dikembangkan secara optimal. Sektor industri jasa masih perlu

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar mempunyai

manajemen jasa yang baik. Dari data yang disampaikan Prof. Dr. Hj.

Farida Jasfar (2011) diketahui bahwa kontribusi sektor jasa di Indonesia

hanya mencapai 40% dari total pendapatan negara, sedangkan di

negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat, kontribusi sektor jasa

pada pendapatan negara sudah sangat tinggi. Di Jepang kontribusi industri

sektor jasanya mencapai 90% dan di Amerika Serikat mencapai 85% dari

total pendapatan negaranya. Untuk bisa seperti Jepang dan Amerika,

Indonesia perlu melakukan pemberdayaan manajemen industri jasa secara

optimal guna meningkatnya pendapatan negara sekaligus sebagai upaya

(20)

3 Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam dan SDM

yang melimpah tentu akan memberikan banyak peluang dalam industri

jasanya. Peluang manajemen jasa yang masih sangat prospektif di

Indonesia adalah rumah sakit, pendidikan, hotel, dan biro perjalanan.

Sayangnya, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap industri

jasa masih rendah seperti kepercayaan terhadap rumah sakit domestik.

Sebagai contoh masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas

Indonesia lebih suka untuk berobat ke luar negeri seperti Singapura,

Australia, Malaysia, Jepang, hingga Belanda ketimbang berobat di negeri

sendiri. Namun tetap peluang sektor jasa di bidang kesehatan ini sangat

besar untuk terus dikembangkan. Demikian juga pada bidang lainnya

seperti pendidikan dan pariwisata. Rendahnya tingkat pendidikan anak

Indonesia memberi peluang lembaga pendidikan untuk memajukan

pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan peningkatan kualitas

manajemen pendidikan yang dipadukan dengan manajemen jasa yang

baik. Di bidang pariwisata potensi industri jasa juga sangat besar. Sebagai

negara yang mempunyai banyak pulau tentunya dapat dimanfaatkan untuk

memberdayakan usaha travel atau biro perjalanan. Demikian pula dengan

banyaknya tempat wisata seperti Bali, Jakarta, Raja Ampat, Lombok dan

lain-lain membuka peluang industri jasa pada pemenuhan kebutuhan turis

akan jasa penginapan dan panduan pariwisata.

Terlihat jelas bahwa peluang Indonesia untuk mengembangkan

(21)

4 laju perekonomian negara secara pesat jika saja dikelola dengan baik atau

memiliki manajemen jasa yang baik. Manajemen jasa yang baik akan

meningkatkan produktifitas. Tingkat produktifitas jasa dalam perusahaan

jasa menjadi cerminan gerak dari suatu perusahaan jasa.

Tidak seperti komoditi, bentuk jasa bisa berupa hal abstrak yang

hanya bisa dinikmati oleh konsumen itu sendiri, sehingga konsumen dalam

hal ini merupakan faktor penting dari ketidakpastian output yang akan dikendalikan. Selain itu jasa juga tidak dapat diproduksi di suatu tempat

dan kemudian dikirim ke tempat lain ataupun disimpan dalam

gudang/storage (kecuali jasa informasi). Jadi alur gerak produksi jasa berbeda dengan alur produksi komoditi.

Dalam suatu organisasi/perusahaan, dapat dirumuskan bahwa ada

tiga unsur utama penggerak perusahaan (Darsono dan Tjatjuk, 2011:38).

Tiga unsur tersebut adalah:

1. Sasaran kerja, sasaran kerja yaitu sasaran yang ingin dicapai suatu

organisasi; dalam organisasi bisnis (perusahaan) sasaran yang ingin

dicapai adalah laba, nilai tambah ekonomi, dan memaksimumkan nilai.

2. Alat kerja, untuk mencapai sasaran kerja dibutuhkan alat kerja yang

terdiri dari: modal, ilmu, teknologi, dan informasi. Alat kerja lazim

disebut input yang diproses oleh tenaga kerja menjadi output.

3. Tenaga kerja, untuk mencapai sasaran kerja dibutuhkan SDM sebagai

tenaga kerja yang mampu mengoperasikan alat kerja secara efektif,

(22)

5

Sumber: Darsono dan Tjatjuk, 2011:39

Gambar 1.1

Tiga Unsur Utama dalam Suatu Organisasi

Dari gambar diatas, dapat dilihat perbedaan arti tiap-tiap unsur

antara industri manufaktur dan jasa. Misalnya dari unsur sasaran kerja,

perusahaan manufaktur biasanya menggunakan bahan baku atau setengah

jadi sebagai sasaran kerjanya sedangkan sasaran kerja perusahaan jasa

adalah konsumen atau klien itu sendiri. Begitu juga alat kerja yang

digunakan perusahaan manufaktur yang biasanya berupa perkakas atau

mesin-mesin industrial yang berat, sedangkan industri jasa bisa

menjadikan ilmu pengetahuan atau bakat sebagai alat kerjanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, tenaga kerja/SDM dalam industri sektor

jasa menjadi sangat penting untuk menggerakkan kegiatan produksi

perusahaan karena alat kerja yang dipakai bisa menyatu dengan tenaga

kerjanya dan tenaga kerja itulah yang mengolah sasaran kerja secara

langsung menjadi sebuah aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Organisasi

Alat Kerja (Input)

Tenaga Kerja (SDM)

(23)

6 Dari uraian tersebut maka terlihat SDM adalah unsur yang paling pokok

mempengaruhi produktifitas pada setiap organisasi/perusahaan. Tanpa

adanya SDM yang professional, maka sasaran kerja tidak akan dapat

dicapai secanggih apapun alat kerjanya. Oleh karena itu, suatu perusahaan

harus memiliki strategi, kebijakan, dan program kerja yang sesuai dengan

kemampuan SDM untuk mengoperasikan alat kerja untuk mencapai

sasaran kerja (Darsono dan Tjatjuk, 2011:39).

Dilihat dalam gerak operasional perusahaan, industri jasa

melibatkan konsumen atau klien secara langsung karena menyangkut tolak

ukur pelayanan yang mampu memuaskan sang konsumen. Karena

konsumenlah yang langsung menilai ukuran kepuasan konsumen, maka

untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang berupa jasa, para

SDM/karyawan dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

agar terciptanya kepuasan konsumen. Dan kepuasan konsumen dapat

menjadi ukuran dari kinerja karyawan perusahaan jasa. Jadi kinerja

karyawan perusahaan jasa adalah faktor kunci perkembangan dari suatu

perusahaan jasa. Semakin tinggi kinerja yang dihasilkan karyawan maka

semakin tinggi pula laju perkembangan industri jasa yang akan berdampak

pada meningkatnya kontribusi industri jasa untuk pendapatan negara.

Kinerja karyawan tidak akan mengalami peningkatan secara

sendirinya, melainkan terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya.

Disini penulis mencoba mencari tahu apakah kinerja karyawan

(24)

7 stress kerja dan kepemimpinan dalam suatu perusahaan jasa. Dari jurnal

atau penelitian sebelumnya yang penulis jadikan salah satu referensi yaitu

Khan et. al. (2012) yang meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan intsitusi medis di Pakistan mengatakan bahwa kepuasan

kerja memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kinerja karyawan.

Semakin tinggi kepuasan kerja karyawan maka semakin tinggi kinerja

yang dicapai oleh karyawan. Tetapi menurut Tsai et. al. (2010) yang

meneliti kinerja karyawan industri jasa di bidang perhotelan kota Taipei

mengatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan tentang komitmen

organisasi, Tsai et. al. (2010) mengatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Dari

Tsai et. al. penulis ingin mengetahui pengaruhnya jika penelitian dilakukan

di industri jasa bidang rumah sakit. Hubungan positif antara kepuasan

kerja dan kinerja juga ditemukan oleh Cecilia Engko (2008) dengan

jurnalnya yang menggunakan self esteem dan self eficacy sebagai variabel intervening dimana penelitian mengambil sampel mahasiswa S2 UGM. Efektifitas kepemimpinan ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja menurut Oluseyi dan Ayo (2009) dengan penelitiannya

diberbagai macam industri di Nigeria. Dan dari Khan, Amjad, dan Kasmi

(2008) menjelaskan terdapat pengaruh positif yang signifikan antara stress

(25)

8 Oleh karena itu penulis mencoba melihat keseluruhan aspek

tersebut dengan konteks Indonesia pada industri jasa dengan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen

Organisasi, Stress Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Industri Jasa”. Pada penelitian ini penulis melakukan studi pada LKC Dompet Dhuafa Ciputat sebagai salah satu lembaga yang

bergerak dalam bidang jasa di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian yang telah penulis sajikan di atas,

maka penulis merumuskan masalah-masalah yang terkandung adalah

sebagai berikut:

1. Apakah kepuasan kerja memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan?

2. Apakah komitmen organisasi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan?

3. Apakah stress kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja karyawan?

4. Apakah kepemimpinan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan?

5. Apakah kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja dan

kepemimpinan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

(26)

9

C. Tujuan Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan yang berdasarkan

pada perumusan masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja pada kinerja karyawan.

2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi pada kinerja

karyawan.

3. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja pada kinerja karyawan.

4. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan pada kinerja karyawan.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi,

stress kerja dan kepemimpinan pada kinerja karyawan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis:

a. Penelitian ini dapat menjadi media penerapan pengetahuan yang

selama ini diperoleh penulis sejak duduk di bangku kuliah dan

untuk mengetahui bagaimana fakta di lapangan tentang kinerja

karyawan dalam industri jasa di Indonesia.

b. Penelitian ini sebagai syarat pengambilan gelar sarjana ekonomi

pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Akademisi):

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan dan

menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai

kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja, kepemimpinan

(27)

10 b. Sebagai salah satu referensi bagi kepentingan keilmuan dalam

mengatasi masalah yang sama atau terkait di masa yang akan

datang.

c. Sebagai sumbangan pemikiran yang berguna bagi pihak-pihak

yang membutuhkan terutama universitas.

3. Bagi LKC Dompet Dhuafa Ciputat (Praktisi):

a. Sebagai bahan pertimbangan pihak Manajemen Sumber Daya

Insani pada LKC Dompet Dhuafa Ciputat dalam mengambil

kebijakan yang menyangkut kinerja karyawan.

b. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut Umar (2010:13) dalam penelitian MSDM, terdapat dua

teori utama, yaitu teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan

teori Perilaku Keorganisasian (PO). Dalam penelitian ini penulis

mengkombinasi teori perilaku organisasi dan teori manajemen sumber

daya manusia sebagai variabel-variabel penelitian.

1. Perilaku Organisasi

Davis et. al. dalam Umar (2010:33) mendefinisikan perilaku

organisasi sebagai suatu telaah dan penerapan pengetahuan tentang

bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku

organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia.

Sedangkan menurut Thoha (2010:5) perilaku organisasi adalah suatu

studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu

organisasi atau suatu kelompok tertentu yang meliputi aspek yang

ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula

aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi.

Menurut Robbins dalam Umar (2010:34), permasalahan pokok

dalam perilaku organisasi dapat terbagi dua yaitu:

a. Permasalahan pokok individu dalam organisasi seperti karakteristik

(29)

12 kerja; kemampuan intelektual dan kesehatan fisik; kepribadian,

seperti stress, kesadaran diri dan sikap berbudaya; belajar; persepsi

seperti kepuasan kerja dan inisiatif pengambilan keputusan; nilai,

sikap, dan keputusan kerja; motivasi.

b. Permasalahan pokok kelompok dalam organisasi seperti interaksi

kelompok, perilaku kelompok, sumber daya anggota kelompok,

struktur kelompok, kondisi ekternal kelompok, proses kelompok,

tugas kelompok, pengambilan keputusan kelompok, tim kerja,

komunikasi, kepemimpinan, keleluasaan dan politik, konflik,

perundingan, dan perilaku antarkelompok.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam Umar (2010:20) dijelaskan definisi manajemen sumber

daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan

kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan

secara terpadu. Sedangkan Hasibuan (2012:10) mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Menurut Hasibuan (2012:14) manajemen sumber daya manusia

mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup

(30)

13 a. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang

efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, job requirement, dan job evaluation. b. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan

berdasarkan asas the right man in the right place and the right man in the right job.

c. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan

pemberhentian.

d. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada

masa akan datang.

e. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan

perkembangan perusahaan pada khususnya.

f. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan

kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan sejenis.

g. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.

h. Melaksanakan pendidikan, latihan , dan penilaian prestasi

karyawan.

i. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal. j. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.

3. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah hal yang sangat penting bagi karyawan

(31)

14 dikarenakan menurunnya kepuasan kerja karyawan. Contohnya adalah

karyawan pabrik yang tidak puas dengan kerja karena minimnya upah

yang diterima melakukan aksi mogok kerja dan menuntut kenaikan

UMP. Karena kepuasan kerja dianggap penting maka banyak pakar

manajemen yang mencoba merumuskan pengertian dari kepuasan

kerja.

Hasibuan (2012:202) menjelaskan kepuasan kerja adalah sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya yang

tercermin oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Sementara

Darsono dan Tjatjuk (2011:214) menjelaskan kepuasan kerja sebagai

seperangkat perasaan karyawan yang menyenangkan atau yang tidak

menyenangkan berdasarkan imbalan material dan imbalan psikologis

(non-material). Berbeda dengan di atas, pendapat Porter dalam Ardana (2009:23) mengenai kepuasan kerja yang dimaksud adalah selisih dari

sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada

dengan kondisi yang sesungguhnya ada (faktual) seseorang cenderung

semakin puas. Sedangkan Darsono dan Tjatjuk (2011:214)

berpendapat: “lingkungan eksternal di luar pekerjaan mempengaruhi

perasaan pekerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja itu merupakan bagian

dari kepuasan hidup pekerja. Jika pekerja hidupnya merasa puas,

artinya terjadi kepuasan kerja, karena kerja adalah basis kehidupan”.

Jadi kepuasan hidup pekerja juga merupakan indikator kepuasan kerja

(32)

15 Jadi kepuasan kerja diartikan sebagai suatu sikap dan perasaan

yang berkaitan atas selisih antara kinerja yang diberikan dibandingkan

dengan segala hal yang diterimanya baik berupa material maupun

non-material.

a. Faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja:

Banyak sekali pakar manajemen SDM yang mencoba

merumuskan faktor apa saja yang dapat menentukan kepuasan

kerja seorang karyawan. Robbins dalam Dasrsono dan Tjatjuk

menjelaskan (2011:216) bahwa faktor yang menentukan kepuasan

kerja adalah tipe kerja , rekan pekerja, tunjangan, diperlakukan

dengan hormat dan adil, keamanan kerja, peluang menyumbangkan

gagasan, upah, pengakuan terhadap kerja dan kesempatan untuk

maju. Menurut Hasibuan (2012:203) kepuasan kerja karyawan

dipengaruhi faktor-faktor yaitu balas jasa yang adil dan layak,

penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian, berat ringannya

pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang

menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam

kepemimpinannya, dam sifat pekerjaan yang monoton atau tidak.

Sedangkan Darsono dan Tjatjuk (2011:218) menyimpulkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, antara lain:

1) Sistem imbalan, yaitu besarnya upah, bonus, dan promosi

yang adil. Makin tinggi upah, bonus dan promosi yang adil,

(33)

16 konstan, artinya tidak ada faktor luar seperti konflik keluarga

dan konflik sosial, dan lain-lain.

2) Persepsi terhadap kualitas pengawasan, yaitu keyakinan yang

dimiliki pekerja bahwa pengawasnya benar-benar memiliki

keahlian yang dibutuhkan, dapat diteladani, dapat menerima

pendapat, mempunyai kemampuan berkomunikasi. Makin

tinggi kemampuan dan partisipasi pengawas, makin tinggi

kepuasan kerja karyawan.

3) Desentralisasi kerja, yaitu suatu tingkat di mana keputusan

(wewenang dan tanggung jawab) dapat didelegasikan kepada

bawahan. Makin terdesentralisasi kerja, makin tinggi

kepuasan kerja karyawan.

4) Stimulasi kerja dan sosial, yaitu karyawan akan lebih puas

jika diberikan beban kerja cukup tinggi dan bervariasi, karena

beban kerja yang rendah dan terus-menerus cenderung

membosankan dan tidak mempunyai tantangan. Makin tinggi

variasi dan beban kerja tinggi yang rasional, makin tinggi

kepuasan karyawan.

5) Kondisi kerja yang menyenangkan, yaitu tempat kerja yang

cahayanya cukup terang, temperatur cukup baik, udara segar

dapat melahirkan kepuasan kerja karyawan. Makin baik

kondisi lingkungan fisik pekerjaan, makin tinggi kepuasan

(34)

17 Menurut Darsono dan Tjatjuk (2011:221-222), manajemen

harus membangun kepuasan kerja SDM-nya melalui cara-cara

sebagai berikut:

1) Imbalan materiil yang layak untuk hidup, imbalan itu harus

dapat memenuhi kebutuhan makan-minum, perumahan,

kesehatan, dan pendidikan anak.

2) Memanusiakan SDM, mereka harus dijadikan subyek kerja

yang harus ditingkatkan keterampilan dan pengetahuannya.

3) Membangun sikap positif terhadap pekerjaan dan hari depan

yang lebih baik.

Cara-cara itu dapat disajikan dalam gambar 2.1:

Sumber: Darsono dan Tjatjuk, 2011:222

Gambar 2.1

Membangun Kepuasan Kerja SDM Kepuasan Kerja SDM

Manajemen berbasis

hubungan manusia

(35)

18 Keterangan gambar 2.1:

1) Jika kebutuhan primer SDM terpenuhi semangat kerja dan

produktifitas kerja mereka meningkat, dan sebaliknya.

2) Manajemen harus menempatkan SDM (buruh dan karyawan)

sebagai subjek, bukan sebagai alat produksi dan bukan sebagai

barang dagangan; kepentingan, pikiran, dan perasaan SDM

harus dijadikan dasar pengambilan keputusan merekrut,

mendidik dan melatih, menempatkan, dan memberhentikan

buruh dan karyawan.

3) Dengan diperlakukan manusiawi, SDM mempunyai harapan

hari depan yang lebih baik dalam pekerjaan sehingga

meningkatkan semangat dan produktifitas kerja sertia setia

kepada perusahaan.

Biasanya karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang

rendah terlihat dari sikapnya yang tidak biasa. Cara-cara karyawan

mengungkapkan ketidakpuasan kerja menurut Robbins (2001:154)

adalah sebagai berikut:

1) Eksit [exit]: perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi

2) Suara [voice]: aktif dan konstruktif memberikan saran dan solusi terhadap problem

(36)

19 4) Pengabaian [negelect]: membiarkan kondisi memburuk, datang terlambat, kemangkiran, pengurangan upaya dan tingkat

kekeliruan yang meningkat

4. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi termasuk hal terpenting dalam unsur

pembentukan kinerja, karena kinerja akan dihasilkan dari komitmen

karyawan untuk bekerja dalam organisasi. Karena komitmen organisasi

menjadi unsur terpenting dalam membentuk kinerja maka banyak pakar

manajemen yang menjelaskan tentang komitmen organisasi.

Mathis dan Jackson dalam Sopiah (2008:155) memberikan definisi

Organizational commitment is the degree to which employees believe in

and accept organizational goals and desire to remain with the organization”. Yang artinya komitmen organisasi adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan

tetap tinggal dan tidak akan meninggalkan organisasi.

Menurut Mowday dalam Sopiah (2008:155), komitmen

organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan

untuk menilai kecenderungan pegawai. Komitmen organisasional adalah

identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap

organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota-anggota

organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi

(37)

20 Mowday, Porter, dan Steers (1982:186) mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai: the relative strength of an individual's identification with and involvement in a particular organization. Definisi tersebut menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki arti lebih dari sekedar

loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan yang aktif dan keinginan

karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.

Luthans (2008:147) mengartikan komitmen organisasi sebagai :

a. A strong desire to remain a member of particular organization, keinginan yang kuat untuk mempertahankan seorang anggota dari

organisasi tertentu.

b. A willingness to exert high levels of effort on behalf of the organization, sebuah kemauan yang kuat untuk berusaha mempertahankan nama baik organisasi.

c. A definite belief in, and acceptance of, the values and goals of the organization, keyakinan dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Jadi komitmen organisasi diartikan sebagai sikap karyawan untuk

berorganisasi dengan menerima dan menjunjung tinggi nama baik

organisasi dan mengamalkan budaya-budaya yang terkandung dalam

organisasi.

a. Dimensi Komitmen Organisasi

Meyer dan Allen dalam Luthans (2008:148) mengemukakan

(38)

21 1) Komitmen afektif (affective commitment), yaitu perasaaan emosional pada organisasi yang memunculkan kemauan untuk

tetap tinggal dalam organisasi dan membina hubungan sosial serta

menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan

keterlibatannya dengan organisasi tersebut.

2) Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu perasaan berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk

bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan

organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan keterlibatan

diri di dalam organisasi. Hal ini mungkin disebabkan takut

kehilangan promosi atau keuntungan-keuntungan lainnya karena

lamanya bekerja.

3) Komitmen normatif (normative commitment), yaitu perasaan pekerja yang mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi

karena ia merasa harus dan itu adalah hal yang baik untuk

dilakukannya. Hal ini disebabkan kewajiban dan tanggung jawab

terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan norma, nilai

dan keyakinan karyawan terhadap organisasi.

5. Stress Kerja

Stress dalam bekerja merupakan kasus yang sudah dianggap biasa

dalam dunia bekerja. Karena setiap pekerjaan dari bawah hingga tingkat

manajemen atas pasti berpotensi munculnya stress kerja, baik karena

(39)

22 Menurut Umar (2010:44) stress didefinisikan sebagai suatu kondisi

ketegangan yang memengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi

seseorang pekerja. Terdapat hubungan langsung antara stress dan kinerja.

Menurut Higgins dalam Umar (2010:55), bila karyawan tidak memiliki

stress maka tantangan tidak ada dan akibatnya kinerja rendah. Semakin

tinggi tingkat stress karena tantangan kerja yang juga bertambah, maka

akan mengakibatkan kinerja juga bertambah. Tetapi jika stress sudah

maksimal, tantangan kerja yang bertambah tidak lagi dapat meningkatkan

kinerjanya, melainkan akan menurunkan kinerjanya. Jadi stress kerja

seorang karyawan harus berada dalam posisi standar maksimal kinerja

sesorang.

Menurut Mitchel, Luthans, Stoner, dan Freeman dalam Ogunjimi

et al (2009) kondisi yang memaksa karyawan untuk bekerja menyimpang

dari karyawan yang lain (karena stress kerja) disebabkan oleh: kondisi

keuangan yang lemah, peraturan organisasi, ketidakterlibatan dalam

pembuatan aturan, konflik, lemahnya suasana kerja, ketidakamanan

pekerjaan, perubahan dalam organisasi, kurangnya motivasi, dan lemahnya

kemampuan kerja. Dan menurut Siegrist dalam Ogunjimi et al (2009)

stress kerja dapat dihubungkan pada respon dari bahaya pada fisik dan

emosional yang terjadi ketika kapasitas dari pekerjaan tidak sesuai dengan

kemampuan karyawan, sumber daya atau kebutuhan kerja yang kurang,

(40)

23 Jadi stress kerja diartikan sebagai kondisi dimana seseorang

mengalami tekanan kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas kerja

seseorang sehingga orang itu mengalami gejala-gelaja fisik dan psikologis

yang menurunkan kinerjanya.

a. Model stress pekerjaan

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:353-355) stressor dibagi

menjadi empat tingkatan yaitu:

1) Tingkat individu, yaitu keamanan kerja yang berkaitan dengan

kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja.

2) Tingkat kelompok, disebabkan oleh dinamika kelompok dan

perilaku manajerial. Para manajer menciptakan stress pada para

karyawan dengan menunjukkan perilaku yang tidak konsisten,

gagal memberikan dukungan, menunjukkan kekurangpedulian,

memberikan arahan yang tidak memadai, menciptakan suatu

lingkungan dengan produktivitas yang tinggi, dan memfokuskan

pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan kinerja yang baik.

3) Tingkat organisasi, contohnya sebuah lingkungan dengan tekanan

yang tinggi yang menempatkan permintaan kerja yang terus

menerus pada para karyawan akan menyalakan respon stress.

4) Tingkat luar organisasi, contohnya konflik yang berkaitan dengan

penyeimbangan kehidupan kerier dan keluarga seseorang

(41)

24

b. Faktor penyebab stress dan solusinya

Menurut Hasibuan (2012:204) faktor-faktor yang membuat

stress kerja yaitu:

1) Beban kerja yang sulit dan berlebihan

2) Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar

3) Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai

4) Konflik antar pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja

5) Balas jasa yang terlalu rendah

6) Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.

Menurut Hasibuan (2012:204) prestasi kerja karyawan yang

stress pada umumnya akan menurun karena mereka mengalami

ketegangan pikiran dan berperilaku aneh, pemarah, dan menyendiri.

Untuk mengatasi stress dilakukan dengan pendekatan kejiwaan dan

konseling. Menurut Darsono dan Tjatjuk (2011:282) orang yang stress

membutuhkan konseling karena dalam konseling dapat membahas

masalah penyebab stress dan berusaha menyelesaikannya dengan baik.

Konseling membantu kesehatan mental orang yang mempunyai

masalah atau orang yang stress.

6. Kepemimpinan

Hingga saat ini pengertian kepemimpinan masih dianggap semu

dan rancu. Sebagaimana yang dikatakan Bennis dalam Yukl (2009:3)

bahwa konsep kepemimpinan selalu kabur atau kembali menjadi tidak

(42)

25 untuk menemukan dan menghentikan perkembangan istilah

kepemimpinan, tetapi tetap saja konsep ini tidak ada yang tuntas

mendefinisikannya. Sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan

asumsi bahwa kepemimpinan selalu berkaitan dengan proses yang

disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat

terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi

aktivitas dan hubungan di dalam perusahaan atau organisasi.

Hasibuan (2012:170) mendefinisikan kepemimpinan adalah cara

seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja

sama dan bekerja secara produktif untuk memcapai tujuan organisasi.

Sedangkan Chowdhury (2005:87) mendefinisikan kepemimpinan adalah

suatu proses pengaruh yang tidak bersifat memaksa, kepemimpinan

menghasilkan penerimaan atau komitmen pada sebagian anggota

organisasi untuk melaksanakan tindakan yang memberikan kontribusi bagi

efektifitas organisasi. Pengukuran efektifitas disini biasanya digunakan

sebagai suatu indikator dari kepemimpinan. Hemphill & Coons, dalam

Yukl (2009:4) juga mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku

individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran

bersama.

Pengertian kepemimpinan sering dikatakan rancu dengan

manajemen. Bernis dan Nanus dalam Munandar (2006:166) melihat

(43)

26

charge of or responsibility for, to conduct. Sedangkan leading, adalah influencing, guiding in direction, course, action, opinion. Hersey dan Blancart dalam Munandar (2006:166) mengatakan bahwa: In essence leadership is a broader concept than management. Namun menurut Davis dalam Munandar (2006:166): Leadership is part of management, but not all of it. A manager is required to plan and organize, for example, but all we ask of the leader is that he gets others to follow.

Jadi kepemimpinan diartikan sebagai kekuatan untuk

mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, mampu dan dapat

bekerja mengikuti sasaran dan tujuan manajemen yang telah ditentukan

sebelumnya dengan efisien, efektif, dan ekonomis.

a. Perbedaan antara pemimpin dan manajer

Dennis dalam Kreitner dan Kinicki (2005:301) menyebutkan

perbedaan antara pemimpin dan manajer adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Pemimpin dengan Manajer

Pemimpin Manajer

Melakukan inovasi Mengurus

Mengembangkan Mempertahankan

Memberikan inspirasi Mengendalikan

Memiliki pandangan jangka

panjang Memiliki pandangan jangka pendek

Menanyakan apa dan mengapa Menanyakan bagaimana dan kapan

Memunculkan Mengawali

Menentang status quo Menerima status quo

(44)

27

b. Efektivitas kepemimpinan

Menurut Umar (2010:38) kepemimpinan yang efektif

tergantung pada landasan manajerial yang kokoh. Dan terdapat lima

landasan kepemimpinan yang kokoh, yaitu cara berkomunikasi, cara

memberikan motivasi, kemampuan memimpin, kemampuan

mengambil keputusan, dan kekuasaan positif.

Sedangkan menurut Anoraga (2001:2) ukuran efektifitas

kepemimpinan adalah yang berkemampuan untuk mempengaruhi

orang lain, melalui komunikasi yang baik langsung maupun tidak

langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut

agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia

mengikuti segala kehendak pemimpin itu.

c. Variabel-variabel kunci kepemimpinan

Variabel-variabel kunci dalam teori kepemimpinan Yukl

(2009:13) dibagi tiga, yang pertama adalah karakteristik pemimpin

yang terdiri dari ciri pengikut (motivasi, kepribadian, nilai), keyakinan

dan optimisme, keterampilan dan keahlian, perilaku, integritas dan

etika, taktik pengaruh, dan sifat pengikut. Yang kedua adalah

karakteristik pengikut yang terdiri dari ciri pimpinan (kebutuhan, nilai,

konsep pribadi), keyakinan dan optimisme, keterampilan dan keahlian,

sifat dari pemimpinnya, kepercayaan pada pemimpin, komitmen dan

upaya tugas, dan kepuasan terhadap pemimpin dan pekerjaan. Dan

(45)

28 organisasi, besarnya unit organisasi, posisi kekuasaan dan wewenang,

struktur dan kerumitan tugas, kesaling tergantungan tugas, keadaan

lingkungan yang tidak menentu, dan ketergantungan eksternal.

7. Kinerja

Kinerja selalu dijadikan ukuran dari keberhasilan atas suatu

jabatan. Kesuksesan individu ataupun kerlompok yang bekerja juga dapat

diindikasikan dari kinerjanya. Maka kinerja adalah goal yang menjadi

kesuksesan suatu organisasi.

Kinerja menurut Ilyas (2002:65) adalah penampilan hasil karya

personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja

dapat berupa penampilan individu maupun kelompok.

Sulistiyani (2003:223) berpendapat bahwa kinerja seseorang

merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russell

dalam Sulistiyani (2003:223-224) menyatakan bahwa kinerja merupakan

catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Jadi kinerja diartikan sebagai segala kecakapan yang berpengaruh

pada hasil kerja di dalam suatu wewenang jabatan dan tanggung jawab

kerja yang dapat dipertanggungjawabkan pada suatu organisasi.

a. Klasifikasi Ukuran Kinerja

Wibowo (2012: 235) mengklasifikasikan beberapa tipe ukuran

(46)

29 1) Produktifitas, yaitu hubungan antara input dan output suatu proses

2) Kualitas, yaitu kualitas hasil kerja internal (cacat, susut, ditolak)

maupun eksternal (kepuasan pelanggan, frekuensi pemesanan

ulang)

3) Ketepatan Waktu, yaitu presentase pengiriman tepat waktu sesuai

yang dijanjikan

4) Cycle time, yaitu jumlah waktu yang diperlukan untuk naik dari

satu titik ke titik lain dalam suatu proses.

5) Pemanfaatan Sumber Daya, yaitu besarnya sumber daya yang

disediakan untuk digunakan semaksimal mungkin

6) Biaya, yaitu besarnya biaya yang ditanggung perusahaan terhadap

kinerjanya.

b. Model teori kinerja

Untuk mengetahui faktor apa saja yang memperngaruhi, maka

Gibson dalam Ilyas (2002:66) secara teoritis merumuskan tiga

variabel yang mempengaruhi kinerja yaitu variabel individu, variabel

organisasi, dan variabel psikologis. Variabel tersebut dapat dijelaskan

(47)

30 Gambar 2.2

Model Variabel Kinerja

c. Evaluasi kinerja

Menurut Ilyas (2002:87) penilaian kinerja merupakan suatu

evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan

membandingkannya dengan standar baku penampilan. Menurut Hall

dalam Ilyas (2002:87), penilaian kinerja merupakan proses yang

berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk

memperbaiki unjuk kerja dalam organisasi. Menurut Certo dalam Ilyas

(2002:87), penilaian kinerja adalah proses penelurusan kegiatan pribadi

personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan

terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Selanjutnya Ilyas

(48)

31 formal yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat pelaksanaan

pekerjaan atau unjuk kerja (performance appraisal) seorang personel

dan memberikan umpan balik untuk kesesuaian tingkat kinerja.

Jadi evaluasi kinerja adalah proses menilai dan meninjau kinerja

dari segala perpektif baik dari internal maupun eksternal yang

kemudian diberikan umpak balik positif dalam menanggapi kinerja

yang telah dihasilkan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja

Penilaian kinerja menurut Ilyas (2002:88) mencakup

faktor-faktor antara lain:

1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku

yang ditentukan oleh sistem pekerjaan.

2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang

personel dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah

ditetapkan untuk personel tersebut.

3) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel

mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk

mengembangkan dan mendorong yang bersangkutan untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

e. Faktor-faktor yang dievaluasi dalam evaluasi kinerja

Menurut Darsono dan Tjatjuk (2011:250) ada beberapa faktor

(49)

32 1) Kemampuan (Karakter Karyawan): Kemampuan individu atau tim

kerja yang didasarkan pada keterampilan dan pengetahuan.

2) Motivasi (Perilaku Karyawan): Semangat yang mendorong

individu atau tim melakukan kerja yang didasarkan pada kondisi

kerja yang kondusif, pengharapan hari depan yang lebih baik,

pengorban sumber daya.

3) Produktifitas (Output): Hasil kerja (output) yang didasarkan pada

kemampuan dan motivasi.

4) Profitabilitas (Laba): Laba sesuai dengan rencana yang didasarkan

pada luasnya pangsa pasar dan efisiensi biaya.

5) Nilai Perusahaan (Value): Sesuatu yang dijunjung tinggi berdasar hasil pengembalian atas investasi yang lebih besar dari biaya

modalnya.

6) Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab:

a) Tugas harus sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan orang

(tim) yang diberi tugas.

b) Wewenang atas: pendapatan (revenue), biaya (cost), laba (profit), atau investasi (investment)

c) Tanggungjawab: revenue center, cost center, profit center, atau investment center.

Materi yang dievaluasi dalam evaluasi kinerja menurut Darsono

dan Tjatjuk (2011:254) :

(50)

33 2) Tanggung jawab: pelaksanaan tugas, dedikasi, bertanggungjawab,

keberanian mengambil risiko, memelihara harta organisasi.

3) Ketaatan: disiplin, perintah dinas, ketentuan jam kerja, pelayanan,

sopan santun.

4) Kejujuran: keikhlasan melaksanakan tugas, penggunaan

wewenang, laporan hasil kerja.

5) Kerjasama: memahami hubungan tugas dengan bidang lain,

menghargai pendapat orang lain, penyeseuaian pendapat,

mempertimbangkan dan menerima usul, kemampuan kerjasama,

kesediaan menerima keputusan.

6) Prakarsa: inisiatif, inovasi metode kerja baru, memberikan saran

dan alternatif lain.

7) Kepemimpinan: penguasaan atas tugas, kemampuan mengambil

keputusan, komunikasi, penentuan prioritas, ketegasan, objektifitas,

panutan, koordinasi, dan memahami kemampuan bawahan.

Klasifikasi pengukuran kinerja yang bersifat pelayanan dari

Wibowo (2007:328) adalah:

1) Indikator produktivitas, yaitu indikator yang memfokuskan pada

jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan.

2) Rasio penggunaan, yaitu indikator yang menunjukkan jumlah jasa

(51)

34 3) Target waktu, yaitu indikator yang menunjukkan rata-rata waktu

yang diperlukan untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan.

4) Besarnya layanan, yaitu besar atau jumlah pekerjaan yang

diselesaikan.

5) Ketersediaan layanan, yaitu indikator yang menunjukkan seperti

jumlah sekolah juru rawat dibandingkan penduduk anak-anak.

Charles Garfield dalam Ilyas (2002:147) mengatakan terdapat

beberapa karakteristik spesifik individu dengan kinerja yang tinggi.

Karakteristik spesifik individu dengan kinerja tinggi tersebut adalah:

1) Orientasi pada kinerja tinggi, yaitu individu bekerja dengan

dorongan yang sangat kuat untuk mencapai tujuan dan sasaran

kerja mereka.

2) Percaya diri, yaitu individu mempunyai sikap mental positif yang

membuat mereka bertindak tanpa ragu-ragu.

3) Kontrol diri, yaitu individu mengembangkan sikap disiplin diri

yang ketat dan konsisten dalam pekerjaan mereka.

4) Kompetensi, yaitu individu berusaha mengembangkan spesifik

keahlian dalam bidang yang dia kuasai dengan baik.

5) Pesistensi, yaitu individu bersikap konsisten dan bekerja keras

(52)

35

f. Unsur yang dinilai untuk penetapan kinerja

Dari Umar (2010:212) sebagian besar kinerja diketahui melalui

apa yang perlu dan harus diukur dari perilaku kerja yang mencerminkan

unsur-unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan, yaitu aspek kondisi

lingkungan kerja fisik dan sosial, dan aspek kepribadian tenaga kerja.

Dari Sahlan Asnawi dalam Umar (2010:212) terdapat enam belas faktor

dalam penetapan ukuran tingginya kinerja:

1) Pengetahuan karyawan terhadap tugas yang dibebankan

2) Inisiatif karyawan terhadap penyelesaian tugas

3) Ketajaman persepsi karyawan terhadap bobot pekerjaan

4) Kemampuan pengambilan keputusan

5) Kualitas kerja yang mampu diselesaikan

6) Jumlah pekerjaan yang mampu diselesaikan sesuai jadwal

7) Kesehatan fisik untuk menyelesaikan kewajiban kerja

8) Kesadaran akan tugas yang dibebankan

9) Rasa percaya diri karyawan menyelesaikan pekerjaan

10)Rasa bahwa karyawan dapat dipercaya oleh orang lain

11)Persahabatan karyawan dengan kolega kerja

12)Sikap terhadap pengawasan atasan dan rekan sekerja

13)Stabilitas emosi karyawan dalam bekerja

14)Kemampuan karyawan dalam menyesuaikan diri

15)Kemampuan karyawan bekerja sama menyelesaikan masalah

(53)

36

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini adalah hasil modifikasi penelitian dari berbagai

jurnal penelitian asing maupun lokal yang berkaitan dengan kepuasan

kerja, komitmen organisasi, stress kerja, kepemimpinan dan kinerja.

Peneliti membaca penelitian sebelumnya dari jurnal-jurnal dalam tabel

berikut:

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya

No Nama peneliti Judul penelitian Variabel yang

digunakan Hasil penelitian

(54)

37

No Nama peneliti Judul penelitian Variabel yang

digunakan Hasil penelitian

stress kerja internal dengan kinerja.

5. Shadare Oluseyi

A. dan Hammed Pengaruh yang paling besar oleh kepemimpinan

(55)

38

No Nama peneliti Judul penelitian Variabel yang

digunakan Hasil penelitian

(2008) kepuasan kerja

terhadap kinerja kinerja, self esteem dan self efficacy berpengaruh efikasi diri dengan kinerja karyawan baik dengan

Stress kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

(56)

39

C. Kerangka Berfikir

Penulis memakai metode berfikir yang dipakai dalam penelitian

mengenai kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja,

kepemimpinan dan kinerja ini digambarkan pada bagan berikut:

Gambar 2.3 Model Kerangka Berfikir

Kesimpulan Uji Hipotesis

 Uji t  Uji F

Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

2. Uji Heteroskedastisitas 3. Uji Multikolinearitas

Kinerja

Uji Validitas dan Reliabilitas

Stress Kerja Komitmen Organisasi

(57)

40

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian (Sugiyono, 2009:93). Dari kerangka berfikir penulis

diatas maka penulis merumuskan beberapa hipotesis penelitian beserta

hubungan antar variabel sebagai berikut:

1. Kepuasan kerja menurut Cosier dan Dalton dalam Darsono dan Tjatjuk

(2011:220) ditentukan oleh penilaian individu terhadap imbalan yang

adil. Menurut Darsono dan Tjatjuk (2011:220) jika dalam individu

merasa terdapat ketidakadilan imbalan dalam dirinya maka akan

timbul ketegangan yang mengubah perilakunya seperti malas bekerja

dan hal lain yang menurunkan kinerja, begitu juga sebaliknya jika

imbalan yang diterima lebih besar dari yang ia harapkan maka ia akan

mengahasilkan kinerja yang tinggi. Begitu juga menurut Khan et. al.

(2012) yang meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan intsitusi medis di Pakistan mengatakan bahwa kepuasan

kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat

kinerja karyawan. Oleh karena itu penulis membuat hipotesis

mengenai kepuasan kerja sebagai berikut:

Ho1: Kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

Ha1: Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

(58)

41 2. Tentang komitmen organisasi menurut Tsai et. al. (2010) mengatakan

terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi

terhadap kinerja karyawan. Begitu pula penelitian Hairiyah (2012)

yang menyimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif

secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu penulis

membuat hipotesis mengenai komitmen organisasi sebagai berikut:

Ho2: Komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

Ha2: Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

3. Menurut Hasibuan (2012:204) prestasi kerja karyawan yang stress

pada umumnya akan menurun karena mereka mengalami ketegangan

pikiran dan berperilaku aneh, pemarah, dan menyendiri. Ogunjimi et.

al. (2009), Sun dan Chiou (2011), Khan Amjad Kasmi (2008), dan Dar

et. al. (2011) juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara stress kerja terhadap kinerja karyawan. Oleh karena

itu penulis membuat hipotesis mengenai stress kerja sebagai berikut:

Ho3: Stress kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja karyawan

Ha3: Stress kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja karyawan

4. Menurut Suhendra (2006:27) dalam fungsi-fungsi manajemen

(59)

42 efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan

lingkungan kerja yang sehat dan dinamis. Dalam penelitian Oluseyi

dan Ayo (2009) juga menyimpulkan bahwa kepemimpinan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh

karena itu penulis membuat hipotesis mengenai kepemimpinan sebagai

berikut:

Ho4: Kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

Ha4: Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja karyawan

5. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang penulis sajikan di

atas seperti Tsai et. al (2010), Khan et. al. (2012), Dar et. al. (2011)

dan lain-lain disimpulkan bahwa kinerja dipengaruhi secara signifikan

oleh variabel-variabel seperti kepuasan kerja, komitmen organisasi,

stress kerja, dan kepemimpinan. Oleh karena itu penulis membuat

hipotesis sebagai berikut:

Ho5: Kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja, dan

kepemimpinan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja karyawan

Ha5: Kepuasan kerja, komitmen organisasi, stress kerja, dan

kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

(60)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan melihat pengaruh kepuasan kerja, komitmen

organisasi, stress kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

industri jasa. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metodologi

kuantitatif dengan melakukan survei yang akan dilakukan pada salah satu

lembaga jasa di Indonesia, yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet

Dhuafa beserta Gerai Sehat Ciputat yang berlokasi di Jalan Ir. H. Djuanda

No. 95 Ciputat Tangerang sebagai objek penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan mulai tanggal 8 April 2013 hingga 10 Juni 2013.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Penelitian populasi

Populasi menurut Sugiyono (2009:115) adalah wilayah

generalisasi yang terjadi atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

yaitu seluruh pegawai kantor LKC Ciputat dan Gerai Sehat Ciputat

yang berada di bawah pimpinan manajer, atau direktur. Karena jumlah

populasi penelitian dirasa mampu untuk menjadi responden penelitian

(61)

44 yaitu 39 orang karyawan kantor dan 31 orang karyawan yang berada di

Gerai Sehat Ciputat. Jadi total populasi penelitian adalah sebanyak 70

orang responden.

2. Penelitian sampel

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2009:130) bila dalam

penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari

jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5

(independen+dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

Penulis mendapatkan sampel penelitian sebanyak 54 responden dari

minimal 50 responden maka sampel dalam penelitian ini dianggap

sudah representatif. Jadi secara teknis penulis memakai teknik

penyebaran kuesioner dengan convenience sampling, yang dalam Hamid (2010:18) berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi,

tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data primer

Untuk memperkuat hasil penelitian ini maka penulis

mengambil data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber asli yang berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

Gambar

Gambar 1.1 Tiga Unsur Utama dalam Suatu Organisasi
Gambar 2.1 Membangun Kepuasan Kerja SDM
Tabel 2.1 Perbedaan Pemimpin dengan Manajer
Gambar 2.2 Model Variabel Kinerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan budaya organisasi dan kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi komitmen organisasi (P < 0,05). Dalam penjabarannya

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan atas berkat dan karunia-Nya karena skripsi dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional, Komitmen Organisasi, Motivasi,

KOMITMEN ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN..

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan

keterlibatan kerja terhadap komitmen organisasi dan pada penelitian ini, analisis yang dilakukan adalah menguji pengaruh dari variabel kepuasan kerja (X1) terhadap

Ada hubungan yang sangat signifikan antara komitmen organisasi dan iklim organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta, artinya apabila komitmen

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL