• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security Sun Plaza Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security Sun Plaza Medan Tahun 2015"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGANTERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakt

OLEH :

NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY

SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015

Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)

ABSTRAK

Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik

purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee

(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat

shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).

Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.

(6)

ABSTRACT

The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.

The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.

The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).

It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus

diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,

dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Penguji atas pengarahan untuk kesempurnaan skripsi

ini.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan

(8)

4. IbuIsyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes.selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan

dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes.selaku Dosen Penguji skripsi yang

telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan

skripsi ini.

6. Bapak dr. Mohd. Arifin Siregar, MS. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani

perkuliahan.

7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Bapak J. Da Costa selaku Komandan Security PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan dan seluruh anggota security serta pihak manajamen Sun Plaza Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

9. Sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Aya, Utet, Lulu, Amita, Berkah,

Bayu, Hastri, Awil, Asih, Debi, Dita, Wiwid, Aa, dan Ita yang telah

mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dari awal kuliah

sampai sekarang serta mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman stambuk 2011 FKM USU khususnya Departemen KKK yang

tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah berjuang bersama-sama selama

(9)

yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan semangatnya kepada penulis

selama berkuliah di FKM USU.

11.Teman-teman kostan Sumarsono 16, Masnida Estate, dan Annisa-Indah

khususnya kepada Try Yudia Ramadhani, S.Ked. yang telah memberikan

dukungan dan semangatnya kepada penulis selama merantau di Medan.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada

kedua orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Erizon dan ibunda

Elwizaatas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi yang

diberikan dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada

abangda Ernestin Fithra, S.Kom dan Randy Adyatma, adinda Fadwa Dwi Putri,

kakak ipar Evi Hidayanti, S.Pd, dan keponakan tersayang Zafran Fithra Al-Hadziq

yang selalu mendoakan, mengingatkan dan menyemangati penulis. Terima kasih

juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Djalinus atas doa, dukungan dan

bimbingannya kepada penulis selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Indonesia.Aamiin.

Medan, April 2015

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... i

HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

ABSTRAK... iii

2.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan ... 19

2.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan ... 20

2.4.6 Pengukuran Kelelahan ... 21

2.5 Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan ... 25

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan ... 32

4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan ... 34

4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri ... 35

5.3 Hubungan Shift Kerja dengan Terjadinya Kelelahan ... 46

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran……… ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif……… 30

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Security

di Sun Plaza Medan Tahun 2015……… 38

Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada

Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada

Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift

Kerja dengan Kelelahan pada Security Sun Plaza

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi

(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erizka Yulinda

Tempat Lahir : Duri, Riau

Tanggal Lahir : 28 Juli 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Erizon

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Elwiza

Sukua Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/Taman tahun : SD Negeri 09 Duri Barat/2005

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Cendana Duri/2008

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Swasta Cendana Duri/2011

(15)

ABSTRAK

Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik

purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee

(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat

shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).

Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.

(16)

ABSTRACT

The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.

The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.

The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).

It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tingginya angka kriminal pada saat sekarang ini membuat masyarakat

merasa resah dan takut berada di tempat-tempat umum.Salah satu tempat umum

yang sangat banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah pusat perbelanjaan.Pada

saat berada di dalam pusat perbelanjaan, para pengunjung sangat mengharapkan

adanya pengamanan agar merasa nyaman dan terlindungi selama berada di

dalamnya.Orang yang ditugaskan sebagai penjaga keamanan ini biasa kita sebut

satpam (satuan pengamanan) atau security.Satuan Pengamanan (Satpam) atau

security adalah satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan

keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya (Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun

2007 Pasal 1 ayat 6).

Sebagai petugas keamanan, satpam atau security memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya

yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan

teknis lainnya. Selanjutnya fungsi satpam atau security adalah melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta

menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya

(Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 6 ayat 1 dan 2).

Dalam tugasnya untuk melakukan pengamanan dan perlindungan di

(18)

itu dibentuklah sistem shift kerja. Shift kerja adalah praktek kerja bagi perusahaan untuk memberikan jasa atau mempertahankan hasil produksi dalam waktu 24 jam

sehari yang biasanya hari kerja di bagi menjadi ‘shift’ yang ditetapkan pada periode waktu siang atau malam di berbagai kelompok pekerja sesuai dengan

tugas mereka (Parkes dalam Begani et.al. 2013).

Pada pengaturan waktu kerja, ada ketentuan tersendiri yaitu 7 jam 1 hari

dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40

jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Ketentuan waktu kerja

sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu

(Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 dan 3).

Dengan berlakunya sistem shift kerja pada security ini maka keamanan dapat dijamin selama 24 jam. Tetapi dibalik keamanan yang telah ditegakkan,

pekerja shift memiliki prevalensi lebih tinggi terhadap terjadinya kelelahan (Mohren et.al. dalam Ummul et.al. 2012).

Gejala fisik dari tahap awal kelelahan umum tampak sebagai perasaan

lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya kerja. Tanda-tanda non

spesifik lain biasanya dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo,

tangan tremor, nyeri otot, nafas terasa berat, nyeri dada, sesak napas, dan

gangguan tidur seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertasi

dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi (Harrianto,

2008).

Dalam studi penelitian yang dilakukan Askerstedt dikutip oleh Archer

(19)

pekerjaan mereka setelah waktu yang relatif singkat karena kelelahan kronis, 20%

dari pekerja dapat menerima efek dari shift kerja dan terus bekerja meskipun efek samping masih dirasakan, sedangkan sisanya 10% dari pekerja tidak mengalami

masalah dengan shift kerja.

Penelitian lainnya yang di lakukan oleh Villa (2013) pada perawat di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung menunjukkan bahwa kelelahan

kerja yang dialami perawat yaitu sangat lelah 8,5%, lelah 75,8%, dan kurang lelah

15,7% serta ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat. Selanjutnya, penelitian yang di lakukan oleh Begani et.al. (2013)

menerangkan bahwa efek kesehatan yang terjadi akibat shift kerja pada security di Kota Madang adalah gangguan tidur (52%), kelelahan (22%), stress (15%), dan

gangguan makan (11%) sehingga di dapatkan kesimpulan bahwa salah satu akibat

dari shift kerja adalah kelelahan.

Banyaknya pusat perbelanjaan di berbagai kota besar di Indonesia,

menandakan bahwa semakin banyak pula kebutuhan akan petugas keamanan

seperti satpam atau security. Salah satu kota besar yang memilki banyak pusat perbelanjaan adalah kota Medan. Kota Medan merupakan ibukota Sumatera Utara

yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Pusat perbelanjaan masih menjadi

daya tarik yang besar di kalangan masyarakat.Pusat perbelanjaan yang ada terdiri

dari pusat perbelanjaan tradisional dan pusat perbelanjaan metropolitan.Seperti

yang kita ketahui, ramainya pengunjung di pusat perbelanjaan membuat tingginya

peluang terjadinya tindakan kriminal.Hal ini membuat pengunjung merasa takut

(20)

perbelanjaan yang sangat membutuhkan adanya security adalah pusat perbelanjaan metropolitan atau yang biasa kita sebut plaza dan mall.Alasannya karena pada pusat perbelanjaan metropolitan ini, barang yang di jual memiliki

harga yang tinggi dan pengunjung yang datang lebih banyak masyarakat kalangan

atas sehingga untuk terjadinya perilaku kriminal sangat tinggi.

Salah satu pusat perbelanjaan metropolitan yang terletak di kota Medan

adalah SUN Plaza. SUN Plaza termasuk kedalam kategori mall terbesar di kota Medan yang terletak di pusat kota sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat.

SUN Plaza didirikan pada tanggal 1 Januari 2003 dan di buka pada tanggal 1

Januari 2004 yang di rancang dengan konsep mall keluarga.Sejak awal dibuka, SUN Plaza menjadi daya tarik warga Kota Medan.

Berbagai hal yang menyangkut tentang kenyamanan dan keamanan

pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola SUN Plaza.Maka dari itu,

manajemen SUN Plaza bekerjasama dengan perusahaan jasa security agar dapat melindungi pengunjung selama berada di SUN Plaza.Manajemen SUN Plaza bekerja sama dengan PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan sejak tanggal 30

November 2014. Keseluruhan anggota security berjumlah 113 orang dengan pembagian tugas yang berbeda.Adapun bagian yang dibentuk adalah Staf (Chief,

Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu (Regu 1, Regu 2, dan

Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan PKD (Patroli

Keamanan Dalam).

Adapun pembagian tugas dan waktu kerjanya yaitu Staff memiliki waktu

(21)

18.00-19.00 WIB. Sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur. Bagian Staff

terdiri dari Chief bertugas sebagai komandan security, Assistent Chief bertugas sebagai wakil komandan security, Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat, Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan pengawasan di luar

gedung, dan Pantup (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan

pengamanan di dalam gedung.

Bagian Regu yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3 memiliki 2 shift

yaitu shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB) dengan sistem 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam dan 2 hari libur. Pada saat shift pagi, bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi berdiri,

menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli. Pada saat shift pagi diberikan waktu istirahat yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Pada saat shift

malam bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi

berdiri, menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli pada pukul 20.00-22.00

WIB, sedangkan pukul 22.00-08.00 WIB memiliki tugas mengawasi

barang-barang yang masuk ke dalam SUN Plaza, menjaga pos kantor, dan patroli di

dalam gedung. Tugas menjaga pos kantor diserahkan kepada security wanita karena mereka tidak diizinkan untuk keluar kantor jika sudah di atas pukul 22.00

WIB. Pembagian tugas pada setiap orang berbeda karena ditentukan oleh

Komandan Regu masing-masing.

Bagian Middle terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C yang

memiliki tugas mengawasi pada saat waktu operasional SUN Plaza buka dan

(22)

10.00-22.00 WIB dengan waktu isitirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan

18.00-19.00 WIB serta pembagian sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur.

Selanjutnya bagian PKD (Patroli Keamanan Dalam) bertugas melakukan

pengamanan, pengawasan, dan patroli di area sekitar gedung SUN Plaza.Waktu

kerja dari pukul 10.00-22.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB

dan 18.00-19.00 WIB, serta sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur.

Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bagian Regu bekerja

di luar dan di dalam gedung SUN Plaza. Peneliti melihat ada 1 orang security

yang menjaga pintu masuk dan 2 orang security sedang patroli yang matanya merah, yang diakui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pintu masuk di lantai 1 disebabkan karena mengantuk. Selain itu keluhan

lainnya adalah pegal dari betis kaki sampai telapak kaki karena terlalu lama

berdiri. Selanjutnya peneliti menemui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pos bagian luar lantai 1, security tersebut mengaku merasa bosan dan mengantuk karena pekerjaan yang monoton selama menjaga

pos. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh para anggota security ini termasuk ke dalam gejala kelelahan secara umum. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti

ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan Tahun 2015.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang

diteliti adalah apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada

(23)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada

security SUN Plaza Medan. 1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis shift kerja pada security SUN Plaza Medan. 2. Untuk mengetahui terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan. 1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security

SUN Plaza Medan tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja security dalam mengetahui hubungan shift

kerja dengan terjadinya kelelahan.

2. Sebagai masukan untuk pihak perusahaan dalam mencegah terjadinya

kelelahan pada pekerja security.

3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

menerapkan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

4. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan,

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

waktu kerja meliputi:

1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik;

2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat;

3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,

siang, sore) dan malam hari.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10

jam.Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari

kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan

hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul

kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan

kecelakaan serta ketidakpuasan.

Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40

- 50 jam.Lebih dari itu, kemungkinan besar untuk timbulnya hal-hal yang negatif

bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Jumlah 40 jam

(25)

namun fakta menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam kerja seminggu adalah

fenonim yang berlaku dan semakin diterapkan dimanapun (Suma’mur, 2013).

2.2 Shift Kerja

2.2.1 Pengertian Shift Kerja

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Kroemer menyatakan

bahwa shift kerja dijalankan jika 2 karyawan atau lebih yang merupakan kelompok bekerja dalam urutan waktu dan pada tempat kerja yang sama. Sering

setiap shift kerja seorang karyawan diulang dengan pola yang sama. Secara individual, shift kerja berarti hadir pada suatu tempat kerja yang sama secara reguler pada waktu yang sama (yang disebut shift kerja ‘kontinyu’) atau dengan waktu yang berbeda-beda (yang disebut rotasi). Semakin berkembangnya

industrialisasi, model bekerja sepanjang hari yaitu selama 24 jam menjadi sangat

umum, yang dibagi menjadi 2 shift masing-masing siang dan malam 12 jam atau dibagi menjadi 3 shift , pagi, siang, dan malam masing-masing 8 jam.

Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011), shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah

kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang di maksud

dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian

(26)

2.2.2 Sistem Shift Kerja

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Grandjean, sistem

kerja shift yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3 periode, masing-masing selama 8 jam, termasuk istirahat. Pembagiannya adalah shift pagi, sore dan

malam. Shift kerja yang menggunakan pembagian dari jam 08.00 - 16.00, 16.00 - 24.00 dan 24.00 - 08.00 mempunyai beberapa kelebihan baik secara fisiologis

maupun sosial. Pada masing-masing shift, pekerja mempunyai satu kali kesempatan makan bersama-sama dengan keluarganya dan mempunyai

kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi shift pagi dan sore. Ada 2 persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengatur shift (shift rotation), yaitu:

1. Kehilangan tidur sedapat-dapatnya dikurangi dan hal ini akan

meminimalkan kelelahan;

2. Harus ada waktu yang cukup bagi kehidupan keluarga dan kontak sosial.

Menurut Winarsunu (2008) mengkategorikan tiga tipe sistem shift kerja, yaitu:

1. Sistem shift permanen

Setiap individu bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam.

2. Sistem rotasi shift cepat

Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari.

(27)

Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat, yaitu sistem 2-2-2 dan 2-2-3 yang disebut sistem Metropolitan dan

Continental. Sistem rotasi shift 2-2-2 yaitu rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode

shift kerja malam di beri libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula. Sistem rotasi 2-2-3 yaitu rotasi shift kerja di mana salah satu shift

dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir periode shift kerja diberi libur 2 hari.

3. Sistem rotasi shift lambat, merupakan kombinasi antara sistem shift

permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja dapat berbentuk mingguan, atau bulanan. Sistem ini menyebabkan circadian rhythm.

Menurut International Labour Organization (2012) sistem shift kerja terbagi 2 yaitu :

1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4 x 8 hours continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setia 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari.

2. Sistem 3 shift3 kelompok (3 x 8 hours semi continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift

5 hari.

(28)

Fish (2000) mengatakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu :

1. Efek Fisiologis

Efek fisiologis memiliki pengaruh terhadap :

a. Kualitas tidur yang terganggu. Tidur siang tidak seefektif tidur

malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat

untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain

adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil

kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas

kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu

daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari,

mengakibatkan tersisih dari masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan

pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantaun.

(29)

Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun.

Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap Keselamatan Kerja

Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian

menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift

malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak

terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana, 1989).

2.3 Irama Sirkadian (Circardian Rhythm)

Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin.Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari (circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24

jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara

teratur mengalami perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam,

tetapi adapula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun.

(30)

Winarsunu (2008) mengatakan bahwa manusia mempunyai ‘circardian rhythm’, yaitu fluktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24 jam. Dimana manusia berada pada 2 fase, di antaranya:

2. Fase ergotrophic

Pada siang hari manusia berada pada fase ergotrophic yaitu fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan.

3. Fase trophotropic

Pada malam hari manusia berada pada fase tropotropic yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energy atau penguatan kembali.

Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011) masing-masing orang

mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama

dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan dilakukan

oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :

a. Perubahan antara gelap dan terang.

b. Kontak sosial.

c. Jadwal kerja.

d. Adanya jam weker.

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh,

denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah-ubah

antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari

(31)

3.4Kelelahan

3.4.1Pengertian Kelelahan

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya

ketahanan tubuh untuk bekerja (Suma’mur, 2013).

Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menurunnya

motivasi, ambang rangsang meninggi, menurunnya kecermatan dan kecepatan

pemecahan persoalan.Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot

yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme,

misalnya asam laktat, karbon dioksida.Kelelahan diterapkan diberbagai macam

kondisi merupakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri

dan bersifat subjektif (Kodrat, 2009).

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya

efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh

untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam

kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda

seperti:

a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala

kesakitan yang amat sangat ketika otot menerima beban yang berlebihan.

b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ

visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada suatu

(32)

computer. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa

menimbulkan gejala yang sama.

c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan

secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (sebagai

contoh proses berpikir). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah

otak.

d. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja

yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat

menjemukan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan tantangan, tidak

memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi pekerja akan

rendah. Di sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun

lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan

kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang

terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam kegiatan yang

memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk mengembangkan kreativitas dan

mengatur irama kerjanya sendiri (Wignjosoebroto, 2000).

3.4.2Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat dua jenis kelelahan dalam otot, yaitu:

a. Kelelahan otot

Kelelahan otot ditandai oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada

(33)

bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi

serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 2013). Terdapat dua teori

tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat

terjadinya kelelahan.Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa

terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan

sisa metabolisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang,

sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab

sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia

hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi

mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf

sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.Rangsangan ini

menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi

potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya

frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi

otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan

demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan

semakin lelah kondisi ototnya (Kodrat, 2009).

b. Kelelahan umum

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja,

yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi

psikis-psikologis (Suma’mur, 2013). Perasaan adanya kelelahan secara

(34)

organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa

malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 2004). 2. Berdasarkan waktu terjadinya

Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:

a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau

seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap

hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada

sebelum memulai suatu pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas

akibat kelelahan kronis dapat dicirikan seperti:

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang

toleran atau anti sosial terhadap orang lain;

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan;

3. Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000).

3.4.3 Penyebab Kelelahan

Akar masalah kelelahan umum terjadi karena monotoninya pekerjaan,

intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak

tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi

semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik

(35)

yang menjadi sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2013).

3.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan dapat terjadi lebih cepat atau lebih berat dari

semestinya.Kejadian seperti ini muncul karena pekerja atau operator bekerja pada

peralatan atau tugas yang tuntutan bebannya hanya bertumpu pada satu bagian

(otot) tubuh saja yang berlangsung secara terus menerus.Konsep kelelahan ini di

sebut static load. Oleh karena menguras tenaga secara berlebihan pada suatu kelompok otot yang sama dan berlangsung dalam waktu yang panjang, static load

akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan menimbulkan rasa sakit pada bagian

(kelompok) otot yang terpapar tersebut. Jika pada kondisi static load ini pekerja juga harus menggunakan tenaga (kekuatan kerja) yang tinggi dan posisi kerjanya

tidak nyaman (awkward posture) maka kelompok otot yang berhubungan dengan aktivitas tersebut akan kelebihan beban (overloaded) dan aliran darah pada kelompok otot menjadi berkurang, dan situasi inilah yang menyebabkan cepatnya

kelelahan terjadi (Winarsunu, 2008).

Suma’mur (2013) menjelaskan keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi

fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibis) dan sistem penggerak

(aktivasi).Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu

menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan

untuk tidur.Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis

(36)

konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja,

berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan

seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem

antagonistis dimaksud.Apabila sistem pengahambat berada pada posisi lebih kuat

daripada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya,

manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, makan seseorang

berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja.

Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang

sebelumnya tidak dapat dijelaskan.Misalnya peristiwa seseorang yang lelah

tiba-tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau

terjadi tegangan emosi.Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan

dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat.Demikian pula pada peristiwa

monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem

penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi

penyebab timbulnya kelelahan.

3.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Macleod menyatakan

bahwa istirahat dengan waktu pendek tetapi sering dilakukan akan lebih efektif

dalam mengatasi kelelahan daripada istirahat yang waktunya panjang tetapi hanya

sekali atau jarang dilakukan. Upaya yang lainnya adalah mengatur intensitas dan

durasi penggunaan tenaga fisik dan mental sehari-hari, beban kerja harus merata

(37)

mengurangi kondisi lingkungan kerja yang ekstrim yang dapat menyebabkan

kelelahan kerja.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai

cara yang di tujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan

kondisi pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat

dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang

memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis, pemanfaatan

masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang

bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan

lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja

merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan

(Suma’mur, 2013).

3.4.6 Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator

yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Tarwaka et.al.

(2004),mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa

kelompok sebagai berikut:

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan

Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses

kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang

(38)

dipertimbangkan seperti, target poduksi, faktor sosial dan perilaku

psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan penolakan produk)

atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan,

tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2. Uji psikomotor (Psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah

satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu

reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada

suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan

badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya

perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata

stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal

tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor

daripada stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan

di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara

sebagai stimuli, yang alatnya dikenal sebagai Reaction Timer.

3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusio test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan

akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang

diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur

(39)

4. Uji beban kerja mental secara Fisiologis/Biomekanis

Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan

tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus

menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus

menghadapi beban kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan

keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tes

kesegaran jasmani diperlukan untuk memilih tenaga kerja yang diperlukan

pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum

kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah dalam meniliai pengaruh

pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau

cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani adalah tes

bangku Harvard (Harvard Step Test) yang saat ini telah mengalami modifikasi.

5. Pengukuran Kelelahan secara Subjektif

A. Subejctive Self Rating Test

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk

mengukur tingkat kelelahan subjektif.Kuesioner dengan 30 pertanyaan

tentang gejala kelelahan umum diambil dari International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health, yang dibuat sejak tahun 1967.Di sosialisasikan dan dimuat dalam prosiding

(40)

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang

pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik.

Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah

merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering

merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Hasil

akhir penilaian terdiri dari 4 tingkatan kelelahan yaitu tingkat kelelahan

rendah (30-52), tingkat kelelahan sedang (53-75), tingkat kelelahan tinggi

(76-98), dan tingkat kelelahan sangat tinggi (99-120).

B. Nordic Body Map

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat

keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi

metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja

pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan

pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini

menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang

sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai

atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana

saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat

(41)

3.5 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan

Menurut Grandjean yang dikutip oleh Winarsunu (2008) mengemukakan

bahwa pekerja shift malam umumnya mempunyai kesehatan yang kurang baik. Mereka biasanya menderita gangguan pencernaan dan merasa gelisah atau

gugup.Hal ini disebabkan oleh kronik dan kebiasaan makan dan minum yang

tidak sehat. Kelelahan kronik tersebut adalah antara lain kehilangan vitalitas,

perasaan depresi, perasaan mudah marah dan keletihan meskipun mereka sudah

tidur. Keadaan ini biasanya disertai dengan gangguan psikosomatik, antara lain

kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan pencernaan. Jadi

kegelisahan yang dialami pekerja shift malam adalah dari kelelahan kronik yang dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang tidak sehat yang menyebabkan

penyakit-penyakit pencernaan.

Pada kenyataannya, kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.

Sebabnya antara lain ialah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan.

Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding

dengan persyarafan simpatis pada malam hari.Padahal seharusnya untuk bekerja,

bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. Selain itu jumlah

jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif

jauh lebih besar dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti

kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan

tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan

lapar atau buang air kecil yang relatif banyak pada siang hari. Juga aktivitas dalam

(42)

padahal sangat penting artinya bagi tenaga kerja yang bekerja malam hari

(Suma’mur, 2013).

3.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Shift Kerja

Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)  Shift Malam (20.00-08.00 WIB)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan

rancangan cross sectional. Rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Faktor resiko dan faktor efek pada penelitian ini

adalah shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security di SUN Plaza Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SUN Plaza Medan, dari tanggal 22 Desember

2014 – 22 April 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh security PT Trisa Surya Mandiri Cabang Medan tahun 2015 yaitu sebanyak 113 orang, yang bagiannya

terdiri dari Staf (Chief, Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu

(Regu 1, Regu 2, dan Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan

PKD.

3.3.2 Sampel Penelitian

(44)

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang

diambil menjadi sampel yaitu:

1. Security yang menjalani shift kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift malam (20.00 – 08.00 WIB).

2. Anggota security yang berjenis kelamin laki-laki

Bagian yang terkena shift kerja adalah bagian Regu terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3, yang masing-masingnya berjumlah 21 orang. Dari 63 orang

security bagian Regu, ada 7 orang yang berjenis kelamin perempuan.Sehingga sampel yang diambil adalah sebanyak 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki.

3.4 Definisi Operasional

1. Shift kerja adalah pembagian waktu kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB).

2. Kelelahan adalah keadaan tubuh dan mental yang berbeda sehingga

berakibat kepada penurunan daya kerja. Kelelahan ini merupakan

kelelahan umum yang diukur dengan menggunakan kuesioner

(45)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner pengujian kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing yaitu melalukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi dari kuesioner.

2. Coding yaitu mengubah hasil kuesioner dalam bentuk kode.

3. Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk dikelompokkan jawaban dan mengkategorikan responden sesuai dengan

jumlah nilai jawaban yang di jawabnya.

4. Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer, yaitu menggunakan program SPSS.

(46)

3.7 Aspek Pengukuran

Pembagian shift kerja terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift

malam (20.00 - 08.00 WIB).Kode yang diberikan pada setiap shift yaitu shift pagi diberi kode 1 dan shift malam diberi kode 2.

Pengukuran kelelahan yang digunakan berupa kuesioner pengujian

kelelahan umum atau secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) diambil dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC Jepang).Kuesioner digunakan untuk mengukur kelelahan security berjumlah 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan umum terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10

pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran

kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada masing-masing pertanyaan yaitu tidak

pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering

merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4.Kemudian

langkah terakhir dari kuesioner subjektif ini yaitu menentukan tingkat kelelahan

dan upaya perbaikan, berikut klasifikasi tingkat kelelahan pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Sukjektif Tingkat

1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 53 - 75 Sedang Mungkin diperlukan adanya tindakan perbaikan

3 76 - 98 Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan

4 99 - 120 Sangat Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan sesegera mungkin

(47)

Pada analisis bivariat, tingkat kelelahan dikelompokkan menjadi 2 kategori

yaitu tingkat rendah/sedang dan tinggi.

3.8 Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara

tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi

frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan

antara variabel independen (shift kerja) dan variabel dependen (kelelahan) menggunakan uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen (shift kerja) dengan variabel dependen (kelelahan). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan

SUN Plaza merupakan pusat perbelanjaan menengah ke atas di kawasan

komersial strategis yang terletak di Jalan Kiai Haji Zainul Arifin No. 7, Kelurahan

Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara.

Didirikan di atas lahan seluas ± 29.000 m2 pada tanggal 1 Januari 2003, pusat

perbelanjaan ini berupa bangunan 6 lantai (termasuk Lower Ground dan Ground

Floor) yang dirancang dengan konsep mal keluarga. SUN Plaza dibuka secara

publik pada tanggal 1 Januari 2004.Letaknya yang sangat strategis membuat pusat

perbelanjaan ini ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta para wisatawan

dalam negeri maupun luar negeri.SUN Plaza berdekatan dengan Kantor Gubernur

Sumatera Utara, Mesjid Agung Medan, SMA Negeri 1 Medan, dan Apartemen

Cambridge.

4.2 Gambaran Umum PT Trisa Surya Mandiri 4.2.1 Profil PT Trisa Surya Mandiri

PT Trisa Surya Mandiri (TSM) adalah perusahaan berskala nasional yang

bergerak dibidang jasa tenaga pengamanan yang berdiri sejak tahun 2014.Dengan

dukungan sumber daya manusia yang berpengalaman.Kantor pusat PT. Trisa

Surya Mandiri bertempat di Jalan Moh.Kahfi I Jakarta Selatan.

Penempatan-penempatan PT Trisa Surya Mandiri berada di Jakarta, Bali, dan Medan. PT Trisa

Surya Mandiri bekerjasama dengan SUN Plaza Medan dalam pengadaan jasa

(49)

4.2.2 Visi PT Trisa Surya Mandiri

Selalu semangat menjadi yang terbaik dalam meningkatkan mutu kualitas

pelaksanaan kinerja TSM diseluruh area serta menjadi perusahaan yang

berkualitas.

4.2.3 Misi PT Trisa Surya Mandiri

Konsisten bersemangat dan bekerja keras untuk mencapai tingkat

kesempurnaan.

4.2.4 Motto PT Trisa Surya Mandiri 1. Semangat

2. Bekerja keras

3. Loyalitas

4. Tulus

4.2.5 Program Manajemen Security

Program manajemen security TSM melibatkan seluruh aspek operasional

security mulai perekrutan, pendidikan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengalaman pengamanan dan keahlian TSM dalam melaksanakan tugas menjalankan fungsi

security, membuat kenyamanan dan keamanan klien terjamin, sehingga klien memfokuskan diri dan berkonsentrasi untuk melakukan bisnis dan aktivitas

utamanya. Beberapa program yang dilakukan antara lain:

1. Recruitment security. 2. Seleksi dan Pelatihan.

3. Penertiban administrasi dan absensi.

(50)

5. Inspeksi rutin dan insidentil/mendadak.

Adapun manfaat dari program manajemen security PT Trisa Surya Mandiri bagi klien adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan mental dan fisik dari personil dalam bertugas lebih baik.

2. Personil selalu siap menghadapi gejolak apapun baik internal maupun

eksternal.

3. Penggantian personil dapat dilakukan sesuai dengan permintaan klien.

4. Mengurangi masalah peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan bagi

klien.

5. Sistem patroli dan monitoring man to man.

4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan

PT Trisa Surya Mandiri memberlakukan kriteria yang sangat ketat untuk

menjaring calon-calon personil security yang handal, professional, dan mempunyai naluri pengamanan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas di

lapangan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kapasitas security PT Trisa Surya Mandiri, maka pelatihan dan pembinaan akan dilakukan sepenuhnya oleh

team yang merupakan hasil kerja sama antara PT Trisa Surya Mandiri dengan TNI

dan POLRI, dimana pelatihan tersebut berlangsung selama 3 bulan dan melalu

proses seleksi yang ketat. Program pendidikan dan pelatihan untuk security PT Trisa Surya Mandiri meliputi:

1. Pelatihan dasar security.

(51)

3. Kewaspadaan terhadap ancaman.

4. Management security dan control.

5. Perencanaan security.

6. Bela diri untuk melumpuhkan.

7. Persatuan baris-berbaris.

8. Pengaturan, penjagaan, dan pengawaln serta sistem patroli.

4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri Adapun bagian-bagian dari security terdiri dari: 1. Staff, yang terdiri dari:

a. Chief bertugas sebagai kepala komandan security.

b. Assistan Chief bertugas sebagai wakil kepala komandan security.

c. Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan yang melakukan

pengawasan di luar gedung.

d. Pantub (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan yang

melakukan pengamanan di dalam gedung.

e. Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat dan

berkas-berkas yang menyangkut tentang kepentingan perusahaan.

2. Middle, yang terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C. Bagian Middle

memiliki tugas sebagai berikut:

a. Mengawasi pada saat waktu operasional mall buka dan tutup. b. Melakukan penjagaan di bagian dalam gedung mall.

(52)

3. Regu, yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3. Bagian Regu memiliki

tugas sebagai berikut:

Shift Pagi

a. Melakukan penjagaan di bagian pintu masuk di setiap lantai.

b. Melakukan patroli di dalam gedung mall.

c. Melakukaan penjagaan di pos-pos pada setiap lantai.

Shift Malam

1. Melakukan penjagaan dan pengaman serta patroli pada keseluruhan

gedung mall.

2. Mengawasi barang-barang yang masuk ke dalam mall.

4. PKD, yang bertugas sebagai pengawasan dan pengamanan di sekitar area

gedung. Bagian PKD mengatur kendaraan tamu yang masuk dan keluar serta

mengawasi tamu yang masuk dan keluar gedung mall. Security di bagian PKD ini mengenakan pakaian khusus dibandingkan dengan bagian yang lain.

Bagian PKD memakai helm dan baju security lengkap dengan tali pinggang dan atribut lainnya.

4.2.8 Waktu Kerja

Pembagian waktu kerja pada setiap bagian security berbeda-beda. Berikut waktu kerja security di PT Trisa Surya Mandiri sebagai berikut:

1. Hari kerja yang terdiri dari 4 hari dan libur 2 hari. Waktu kerja dimulai

dari pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB. Waktu istirahat di berikan 2

kali yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Bagian security

(53)

2. Hari kerja yang terdiri dari 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam, dan 2 hari libur. Waktu kerja pada saat shift pagi dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai 20.00 WIB dengan diberikan waktu istirahat sebanyak 2 kali yaitu

pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB , shift malam dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai 08.00 WIB dengan pembagian waktu istirahat

diatur oleh komandan regu (DanRu) masing-masing.

4.3 Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi menjadi 2

kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 25 sehingga dibuat menjadi ≤

25 tahun dan > 25 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan

median yang didapatkan yaitu 12 sehingga dibuat menjadi ≤ 12 minggu dan > 12

minggu, dan status pernikahan dibagi menjadi 2 kategori yaitu belum menikah

dan menikah. Maka karakteristik responden pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

(54)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa umur security terbanyak adalah kelompok umur ≤ 25 tahun yaitu 32 orang (57,1%) dan sisanya pada umur > 25

tahun yaitu 24 orang (43,9%). Pada masa kerja dapat diketahui bahwa banyak

security yang memiliki masa kerja ≤ 12 minggu yaitu 35 orang (62,5%) sedangkan masa kerja di >12 minggu sebanyak 21 orang (37,5%). Pada status

pernikahan dapat terlihat bahwa anggota security palingbanyak berstatus belum menikah yaitu sebanyak 31 orang (55,4%) sedangkan yang menikah berjumlah 25

orang (44,6%).

4.4 Hasil Univariat

4.4.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)

Tingkat kelelahan saat shift pagi pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

Tingkat Kelelahan N %

Rendah 19 33,9%

Sedang 36 64,5%

Tinggi 1 1,8%

Sangat Tinggi 0 0

Total 56 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tingkat kelelahan security pada saat shift

pagi (08.00-20.00 WIB) paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang

(64,5%) dan sisanya berada pada tingkat rendah yaitu 19 orang (33,9%) dan

(55)

4.4.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB)

Tingkat kelelahan saat shift malam pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada shift malam (20.00-08.00 WIB), tingkat kelelahan paling banyak yaitu tingkat sedang sebanyak 45

orang (80,4%) sedangkan sisanya pada tingkat tinggi yaitu 11 orang (19,6%).

4.5 Hasil Bivariat

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada 56 security bagian Regu diketahui bahwa semua security mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang berbeda-beda. Selanjutnya dilakukan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan tahun 2015.

Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift Kerja dengan Kelelahan pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015

(56)

Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa tingkat

kelelahan rendah/sedang pada shift pagi lebih banyak yaitu 55 orang (98,2%) sedangkan shift malam sebanyak 45 orang (80,4%). Pada tingkat kelelahan tinggi lebih banyak pada shift malam yaitu 11 orang (19,6%) sedangkan pada shift pagi sebanyak 1 orang (1,8%).

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Sukjektif
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Security di SUN Plaza Medan Tahun2015
Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015
Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift Kerja dengan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN

Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan pada perawat rawat inap di RSU Haji Medan. Jenis penelitian ini bersifat

Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti

KUESIONER HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MALAHAYATI MEDAN TAHUN 2015*. Nama/Ruangan

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN KELELAHAN SISTEM KERJA SHIFT DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA KARYAWAN MINI MARKET 24 JAM DI KECAMATAN SOKARAJA..

Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001 , Skripsi, FKM-USU, Medan.. Kepmenakertrans

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Riza (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelelahan kerja yang dialami perawat pada shift pagi dan shift malam, di