HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGANTERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH :
NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN SHIFTKERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN
TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakt
OLEH :
NIM : 111000088 ERIZKA YULINDA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY
SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, April 2015
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.
Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik
purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee
(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat
shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).
Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.
ABSTRACT
The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.
The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.
The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).
It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN TERJADINYA KELELAHAN PADA SECURITY SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus
diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,
dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara sekaligus Dosen Penguji atas pengarahan untuk kesempurnaan skripsi
ini.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan
4. IbuIsyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes.selaku Dosen Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan
dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes.selaku Dosen Penguji skripsi yang
telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Bapak dr. Mohd. Arifin Siregar, MS. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani
perkuliahan.
7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Bapak J. Da Costa selaku Komandan Security PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan dan seluruh anggota security serta pihak manajamen Sun Plaza Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
9. Sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Aya, Utet, Lulu, Amita, Berkah,
Bayu, Hastri, Awil, Asih, Debi, Dita, Wiwid, Aa, dan Ita yang telah
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dari awal kuliah
sampai sekarang serta mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Teman-teman stambuk 2011 FKM USU khususnya Departemen KKK yang
tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah berjuang bersama-sama selama
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan semangatnya kepada penulis
selama berkuliah di FKM USU.
11.Teman-teman kostan Sumarsono 16, Masnida Estate, dan Annisa-Indah
khususnya kepada Try Yudia Ramadhani, S.Ked. yang telah memberikan
dukungan dan semangatnya kepada penulis selama merantau di Medan.
Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada
kedua orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Erizon dan ibunda
Elwizaatas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi yang
diberikan dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada
abangda Ernestin Fithra, S.Kom dan Randy Adyatma, adinda Fadwa Dwi Putri,
kakak ipar Evi Hidayanti, S.Pd, dan keponakan tersayang Zafran Fithra Al-Hadziq
yang selalu mendoakan, mengingatkan dan menyemangati penulis. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Djalinus atas doa, dukungan dan
bimbingannya kepada penulis selama ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Indonesia.Aamiin.
Medan, April 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN... i
HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii
ABSTRAK... iii
2.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan ... 19
2.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan ... 20
2.4.6 Pengukuran Kelelahan ... 21
2.5 Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan ... 25
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan ... 32
4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan ... 34
4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri ... 35
5.3 Hubungan Shift Kerja dengan Terjadinya Kelelahan ... 46
BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 48
6.2 Saran……… ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif……… 30
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Security
di Sun Plaza Medan Tahun 2015……… 38
Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada
Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada
Security SUN Plaza Medan tahun 2015………. 39 Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift
Kerja dengan Kelelahan pada Security Sun Plaza
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Erizka Yulinda
Tempat Lahir : Duri, Riau
Tanggal Lahir : 28 Juli 1993
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Nama Ayah : Erizon
Suku Bangsa Ayah : Minang
Nama Ibu : Elwiza
Sukua Bangsa Ibu : Minang
Pendidikan Formal
1. SD/Taman tahun : SD Negeri 09 Duri Barat/2005
2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Cendana Duri/2008
3. SLTA/Tamat tahun : SMA Swasta Cendana Duri/2011
ABSTRAK
Tingginya angka kriminal menyebabkan kebutuhan pelayanan keamanan meningkat khususnya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Kebutuhan akan keamanan selama 24 jam mengharuskan pihak pelayanan keamanan untuk membentuk shift kerja yang dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja security. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015”.
Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 56 dari 113 populasi dengan teknik
purposive sampling, jenis shift kerja yang di jalani yaitu 2 hari pagi, 2 hari malam, dan 2 hari libur. Kelelahan diukur pada setiap shift dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Committee
(IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Hasil penelitian yang didapatkan, saat shift pagi tingkat kelelahan paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang (64.5%), sedangkan tingkat rendah sebanyak 19 orang (33.9%) dan tingkat tinggi hanya 1 orang (1.8%). Saat
shiftmalam paling banyak pada tingkat sedang yaitu 45 orang (80.4%), sedangkan tingkat tinggi sebanyak 11 orang (19.6%). Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan (p=0.002).
Di sarankan kepada pekerja security pada saat shift malam, agar menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan jangan dijadikan beban pada pekerjaan melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Selain itu, memanfaatkan waktu siang untuk tidur dan istirahat sebaik-baiknya. Perusahaan juga disarankan dapat melakukan sosialisi tentang beban kerja khususnya beban psikologi dan cara mengatasinya serta mengatur waktu kerja dan istirahat anggota security agar tidak menimbulkan kelelahan pada saat shift malam.
ABSTRACT
The high rate of crime causes demand for security services increased especially at public places, such as shopping centers. Demand for 24-hour safety requiresthe security workers have to make a work shift that can causethem feel exhausted.Therefore, the study was done, about “The correlation of Work Shift to fatigue occurrenceof SUN Plaza Medan Security Workers in 2015”.
The study method is analytical survey with cross sectional design. The sample which is takenare 56 of 113 populations withpurposive sampling, types of shift are 2 days for the morning shift, 2 days for the night shift, and 2 days off. The fatigue is measured in every shift by usingfatiguequestionnaire subjectively with the scale of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) andcategorized into low, medium,high and very high level.
The study result which is found is the fatigue level for the morning shift, the most is at medium level which is 36 people (64.5%),low level which are 19 people (33.9%) and the high level is only 1 person (1.8%). On the night shift, the most is at medium level which is 45 people (80.4%) while the higher level whichare 11 people (19.6%). In chi square test results got that there is a correlation between the work shift and the fatigue occurence cause (p=0.002).
It is advisable to security workers who work for the night shift, in order to realize that the responsibility which is given to them is not the workloadof job but as an obligation which has to be done. In addition, utilize day time for sleeping and take a rest well. The company also suggested conduct socialization about the workload especially psychological burden and the way to overcome it as well as arranging the time of working and resting to security workers in order not to cause the fatigue on night shift.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Tingginya angka kriminal pada saat sekarang ini membuat masyarakat
merasa resah dan takut berada di tempat-tempat umum.Salah satu tempat umum
yang sangat banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah pusat perbelanjaan.Pada
saat berada di dalam pusat perbelanjaan, para pengunjung sangat mengharapkan
adanya pengamanan agar merasa nyaman dan terlindungi selama berada di
dalamnya.Orang yang ditugaskan sebagai penjaga keamanan ini biasa kita sebut
satpam (satuan pengamanan) atau security.Satuan Pengamanan (Satpam) atau
security adalah satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya (Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun
2007 Pasal 1 ayat 6).
Sebagai petugas keamanan, satpam atau security memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya
yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan
teknis lainnya. Selanjutnya fungsi satpam atau security adalah melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta
menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya
(Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 6 ayat 1 dan 2).
Dalam tugasnya untuk melakukan pengamanan dan perlindungan di
itu dibentuklah sistem shift kerja. Shift kerja adalah praktek kerja bagi perusahaan untuk memberikan jasa atau mempertahankan hasil produksi dalam waktu 24 jam
sehari yang biasanya hari kerja di bagi menjadi ‘shift’ yang ditetapkan pada periode waktu siang atau malam di berbagai kelompok pekerja sesuai dengan
tugas mereka (Parkes dalam Begani et.al. 2013).
Pada pengaturan waktu kerja, ada ketentuan tersendiri yaitu 7 jam 1 hari
dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40
jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Ketentuan waktu kerja
sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu
(Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 dan 3).
Dengan berlakunya sistem shift kerja pada security ini maka keamanan dapat dijamin selama 24 jam. Tetapi dibalik keamanan yang telah ditegakkan,
pekerja shift memiliki prevalensi lebih tinggi terhadap terjadinya kelelahan (Mohren et.al. dalam Ummul et.al. 2012).
Gejala fisik dari tahap awal kelelahan umum tampak sebagai perasaan
lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya kerja. Tanda-tanda non
spesifik lain biasanya dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo,
tangan tremor, nyeri otot, nafas terasa berat, nyeri dada, sesak napas, dan
gangguan tidur seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertasi
dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi (Harrianto,
2008).
Dalam studi penelitian yang dilakukan Askerstedt dikutip oleh Archer
pekerjaan mereka setelah waktu yang relatif singkat karena kelelahan kronis, 20%
dari pekerja dapat menerima efek dari shift kerja dan terus bekerja meskipun efek samping masih dirasakan, sedangkan sisanya 10% dari pekerja tidak mengalami
masalah dengan shift kerja.
Penelitian lainnya yang di lakukan oleh Villa (2013) pada perawat di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung menunjukkan bahwa kelelahan
kerja yang dialami perawat yaitu sangat lelah 8,5%, lelah 75,8%, dan kurang lelah
15,7% serta ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat. Selanjutnya, penelitian yang di lakukan oleh Begani et.al. (2013)
menerangkan bahwa efek kesehatan yang terjadi akibat shift kerja pada security di Kota Madang adalah gangguan tidur (52%), kelelahan (22%), stress (15%), dan
gangguan makan (11%) sehingga di dapatkan kesimpulan bahwa salah satu akibat
dari shift kerja adalah kelelahan.
Banyaknya pusat perbelanjaan di berbagai kota besar di Indonesia,
menandakan bahwa semakin banyak pula kebutuhan akan petugas keamanan
seperti satpam atau security. Salah satu kota besar yang memilki banyak pusat perbelanjaan adalah kota Medan. Kota Medan merupakan ibukota Sumatera Utara
yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Pusat perbelanjaan masih menjadi
daya tarik yang besar di kalangan masyarakat.Pusat perbelanjaan yang ada terdiri
dari pusat perbelanjaan tradisional dan pusat perbelanjaan metropolitan.Seperti
yang kita ketahui, ramainya pengunjung di pusat perbelanjaan membuat tingginya
peluang terjadinya tindakan kriminal.Hal ini membuat pengunjung merasa takut
perbelanjaan yang sangat membutuhkan adanya security adalah pusat perbelanjaan metropolitan atau yang biasa kita sebut plaza dan mall.Alasannya karena pada pusat perbelanjaan metropolitan ini, barang yang di jual memiliki
harga yang tinggi dan pengunjung yang datang lebih banyak masyarakat kalangan
atas sehingga untuk terjadinya perilaku kriminal sangat tinggi.
Salah satu pusat perbelanjaan metropolitan yang terletak di kota Medan
adalah SUN Plaza. SUN Plaza termasuk kedalam kategori mall terbesar di kota Medan yang terletak di pusat kota sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat.
SUN Plaza didirikan pada tanggal 1 Januari 2003 dan di buka pada tanggal 1
Januari 2004 yang di rancang dengan konsep mall keluarga.Sejak awal dibuka, SUN Plaza menjadi daya tarik warga Kota Medan.
Berbagai hal yang menyangkut tentang kenyamanan dan keamanan
pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola SUN Plaza.Maka dari itu,
manajemen SUN Plaza bekerjasama dengan perusahaan jasa security agar dapat melindungi pengunjung selama berada di SUN Plaza.Manajemen SUN Plaza bekerja sama dengan PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan sejak tanggal 30
November 2014. Keseluruhan anggota security berjumlah 113 orang dengan pembagian tugas yang berbeda.Adapun bagian yang dibentuk adalah Staf (Chief,
Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu (Regu 1, Regu 2, dan
Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan PKD (Patroli
Keamanan Dalam).
Adapun pembagian tugas dan waktu kerjanya yaitu Staff memiliki waktu
18.00-19.00 WIB. Sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur. Bagian Staff
terdiri dari Chief bertugas sebagai komandan security, Assistent Chief bertugas sebagai wakil komandan security, Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat, Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan pengawasan di luar
gedung, dan Pantup (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan
pengamanan di dalam gedung.
Bagian Regu yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3 memiliki 2 shift
yaitu shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB) dengan sistem 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam dan 2 hari libur. Pada saat shift pagi, bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi berdiri,
menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli. Pada saat shift pagi diberikan waktu istirahat yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Pada saat shift
malam bagian Regu bertugas menjaga pintu masuk di setiap lantai dalam posisi
berdiri, menjaga pos-pos, dan berkeliling atau patroli pada pukul 20.00-22.00
WIB, sedangkan pukul 22.00-08.00 WIB memiliki tugas mengawasi
barang-barang yang masuk ke dalam SUN Plaza, menjaga pos kantor, dan patroli di
dalam gedung. Tugas menjaga pos kantor diserahkan kepada security wanita karena mereka tidak diizinkan untuk keluar kantor jika sudah di atas pukul 22.00
WIB. Pembagian tugas pada setiap orang berbeda karena ditentukan oleh
Komandan Regu masing-masing.
Bagian Middle terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C yang
memiliki tugas mengawasi pada saat waktu operasional SUN Plaza buka dan
10.00-22.00 WIB dengan waktu isitirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan
18.00-19.00 WIB serta pembagian sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur.
Selanjutnya bagian PKD (Patroli Keamanan Dalam) bertugas melakukan
pengamanan, pengawasan, dan patroli di area sekitar gedung SUN Plaza.Waktu
kerja dari pukul 10.00-22.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB
dan 18.00-19.00 WIB, serta sistem kerja yaitu 4 hari kerja dan 2 hari libur.
Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bagian Regu bekerja
di luar dan di dalam gedung SUN Plaza. Peneliti melihat ada 1 orang security
yang menjaga pintu masuk dan 2 orang security sedang patroli yang matanya merah, yang diakui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pintu masuk di lantai 1 disebabkan karena mengantuk. Selain itu keluhan
lainnya adalah pegal dari betis kaki sampai telapak kaki karena terlalu lama
berdiri. Selanjutnya peneliti menemui salah satu anggota security Regu 2 yang sedang bertugas menjaga pos bagian luar lantai 1, security tersebut mengaku merasa bosan dan mengantuk karena pekerjaan yang monoton selama menjaga
pos. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh para anggota security ini termasuk ke dalam gejala kelelahan secara umum. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan Tahun 2015.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang
diteliti adalah apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada
security SUN Plaza Medan. 1.3.2Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis shift kerja pada security SUN Plaza Medan. 2. Untuk mengetahui terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan. 1.4 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security
SUN Plaza Medan tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja security dalam mengetahui hubungan shift
kerja dengan terjadinya kelelahan.
2. Sebagai masukan untuk pihak perusahaan dalam mencegah terjadinya
kelelahan pada pekerja security.
3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menerapkan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
4. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan,
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal
waktu kerja meliputi:
1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik;
2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat;
3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,
siang, sore) dan malam hari.
Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10
jam.Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan
hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul
kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan
kecelakaan serta ketidakpuasan.
Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40
- 50 jam.Lebih dari itu, kemungkinan besar untuk timbulnya hal-hal yang negatif
bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Jumlah 40 jam
namun fakta menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam kerja seminggu adalah
fenonim yang berlaku dan semakin diterapkan dimanapun (Suma’mur, 2013).
2.2 Shift Kerja
2.2.1 Pengertian Shift Kerja
Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Kroemer menyatakan
bahwa shift kerja dijalankan jika 2 karyawan atau lebih yang merupakan kelompok bekerja dalam urutan waktu dan pada tempat kerja yang sama. Sering
setiap shift kerja seorang karyawan diulang dengan pola yang sama. Secara individual, shift kerja berarti hadir pada suatu tempat kerja yang sama secara reguler pada waktu yang sama (yang disebut shift kerja ‘kontinyu’) atau dengan waktu yang berbeda-beda (yang disebut rotasi). Semakin berkembangnya
industrialisasi, model bekerja sepanjang hari yaitu selama 24 jam menjadi sangat
umum, yang dibagi menjadi 2 shift masing-masing siang dan malam 12 jam atau dibagi menjadi 3 shift , pagi, siang, dan malam masing-masing 8 jam.
Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011), shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah
kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang di maksud
dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian
2.2.2 Sistem Shift Kerja
Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Grandjean, sistem
kerja shift yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3 periode, masing-masing selama 8 jam, termasuk istirahat. Pembagiannya adalah shift pagi, sore dan
malam. Shift kerja yang menggunakan pembagian dari jam 08.00 - 16.00, 16.00 - 24.00 dan 24.00 - 08.00 mempunyai beberapa kelebihan baik secara fisiologis
maupun sosial. Pada masing-masing shift, pekerja mempunyai satu kali kesempatan makan bersama-sama dengan keluarganya dan mempunyai
kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi shift pagi dan sore. Ada 2 persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengatur shift (shift rotation), yaitu:
1. Kehilangan tidur sedapat-dapatnya dikurangi dan hal ini akan
meminimalkan kelelahan;
2. Harus ada waktu yang cukup bagi kehidupan keluarga dan kontak sosial.
Menurut Winarsunu (2008) mengkategorikan tiga tipe sistem shift kerja, yaitu:
1. Sistem shift permanen
Setiap individu bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam.
2. Sistem rotasi shift cepat
Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari.
Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat, yaitu sistem 2-2-2 dan 2-2-3 yang disebut sistem Metropolitan dan
Continental. Sistem rotasi shift 2-2-2 yaitu rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode
shift kerja malam di beri libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula. Sistem rotasi 2-2-3 yaitu rotasi shift kerja di mana salah satu shift
dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir periode shift kerja diberi libur 2 hari.
3. Sistem rotasi shift lambat, merupakan kombinasi antara sistem shift
permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja dapat berbentuk mingguan, atau bulanan. Sistem ini menyebabkan circadian rhythm.
Menurut International Labour Organization (2012) sistem shift kerja terbagi 2 yaitu :
1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4 x 8 hours continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setia 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari.
2. Sistem 3 shift3 kelompok (3 x 8 hours semi continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift
5 hari.
Fish (2000) mengatakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu :
1. Efek Fisiologis
Efek fisiologis memiliki pengaruh terhadap :
a. Kualitas tidur yang terganggu. Tidur siang tidak seefektif tidur
malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat
untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah.
c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain
adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas
kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu
daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari,
mengakibatkan tersisih dari masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantaun.
Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun.
Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.
5. Efek terhadap Keselamatan Kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak
terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana, 1989).
2.3 Irama Sirkadian (Circardian Rhythm)
Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin.Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari (circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24
jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara
teratur mengalami perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam,
tetapi adapula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun.
Winarsunu (2008) mengatakan bahwa manusia mempunyai ‘circardian rhythm’, yaitu fluktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama 24 jam. Dimana manusia berada pada 2 fase, di antaranya:
2. Fase ergotrophic
Pada siang hari manusia berada pada fase ergotrophic yaitu fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan.
3. Fase trophotropic
Pada malam hari manusia berada pada fase tropotropic yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energy atau penguatan kembali.
Menurut Kuswadji yang dikutip oleh Putra (2011) masing-masing orang
mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama
dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan dilakukan
oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :
a. Perubahan antara gelap dan terang.
b. Kontak sosial.
c. Jadwal kerja.
d. Adanya jam weker.
Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh,
denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah-ubah
antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari
3.4Kelelahan
3.4.1Pengertian Kelelahan
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya
ketahanan tubuh untuk bekerja (Suma’mur, 2013).
Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menurunnya
motivasi, ambang rangsang meninggi, menurunnya kecermatan dan kecepatan
pemecahan persoalan.Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot
yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme,
misalnya asam laktat, karbon dioksida.Kelelahan diterapkan diberbagai macam
kondisi merupakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri
dan bersifat subjektif (Kodrat, 2009).
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya
efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam
kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda
seperti:
a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala
kesakitan yang amat sangat ketika otot menerima beban yang berlebihan.
b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada suatu
computer. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa
menimbulkan gejala yang sama.
c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan
secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (sebagai
contoh proses berpikir). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah
otak.
d. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat
menjemukan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan tantangan, tidak
memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi pekerja akan
rendah. Di sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun
lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan
kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang
terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam kegiatan yang
memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk mengembangkan kreativitas dan
mengatur irama kerjanya sendiri (Wignjosoebroto, 2000).
3.4.2Jenis Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Berdasarkan proses dalam otot
Terdapat dua jenis kelelahan dalam otot, yaitu:
a. Kelelahan otot
Kelelahan otot ditandai oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada
bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi
serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 2013). Terdapat dua teori
tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat
terjadinya kelelahan.Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa
terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan
sisa metabolisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang,
sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab
sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia
hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi
mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf
sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.Rangsangan ini
menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi
potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya
frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan
demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan
semakin lelah kondisi ototnya (Kodrat, 2009).
b. Kelelahan umum
Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja,
yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi
psikis-psikologis (Suma’mur, 2013). Perasaan adanya kelelahan secara
organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa
malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 2004). 2. Berdasarkan waktu terjadinya
Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:
a. Kelelahan Akut
Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap
hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada
sebelum memulai suatu pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas
akibat kelelahan kronis dapat dicirikan seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang
toleran atau anti sosial terhadap orang lain;
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan;
3. Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000).
3.4.3 Penyebab Kelelahan
Akar masalah kelelahan umum terjadi karena monotoninya pekerjaan,
intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak
tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi
semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik
yang menjadi sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan
mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2013).
3.4.4 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan dapat terjadi lebih cepat atau lebih berat dari
semestinya.Kejadian seperti ini muncul karena pekerja atau operator bekerja pada
peralatan atau tugas yang tuntutan bebannya hanya bertumpu pada satu bagian
(otot) tubuh saja yang berlangsung secara terus menerus.Konsep kelelahan ini di
sebut static load. Oleh karena menguras tenaga secara berlebihan pada suatu kelompok otot yang sama dan berlangsung dalam waktu yang panjang, static load
akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan menimbulkan rasa sakit pada bagian
(kelompok) otot yang terpapar tersebut. Jika pada kondisi static load ini pekerja juga harus menggunakan tenaga (kekuatan kerja) yang tinggi dan posisi kerjanya
tidak nyaman (awkward posture) maka kelompok otot yang berhubungan dengan aktivitas tersebut akan kelebihan beban (overloaded) dan aliran darah pada kelompok otot menjadi berkurang, dan situasi inilah yang menyebabkan cepatnya
kelelahan terjadi (Winarsunu, 2008).
Suma’mur (2013) menjelaskan keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi
fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibis) dan sistem penggerak
(aktivasi).Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu
menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan
untuk tidur.Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis
konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja,
berkelahi, melarikan diri dan lain-lain.Maka berdasarkan konsep tersebut, keadaan
seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem
antagonistis dimaksud.Apabila sistem pengahambat berada pada posisi lebih kuat
daripada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya,
manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, makan seseorang
berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja.
Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan.Misalnya peristiwa seseorang yang lelah
tiba-tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau
terjadi tegangan emosi.Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan
dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat.Demikian pula pada peristiwa
monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem
penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi
penyebab timbulnya kelelahan.
3.4.5 Cara Mengatasi Kelelahan
Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Macleod menyatakan
bahwa istirahat dengan waktu pendek tetapi sering dilakukan akan lebih efektif
dalam mengatasi kelelahan daripada istirahat yang waktunya panjang tetapi hanya
sekali atau jarang dilakukan. Upaya yang lainnya adalah mengatur intensitas dan
durasi penggunaan tenaga fisik dan mental sehari-hari, beban kerja harus merata
mengurangi kondisi lingkungan kerja yang ekstrim yang dapat menyebabkan
kelelahan kerja.
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai
cara yang di tujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan
kondisi pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat
dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang
memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis, pemanfaatan
masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang
bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolaan
lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja
merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan
(Suma’mur, 2013).
3.4.6 Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Menurut Tarwaka et.al.
(2004),mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa
kelompok sebagai berikut:
1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan
Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses
kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang
dipertimbangkan seperti, target poduksi, faktor sosial dan perilaku
psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan penolakan produk)
atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan,
tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.
2. Uji psikomotor (Psychomotor test)
Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah
satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada
suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi
dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan
badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya
perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata
stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal
tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor
daripada stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan
di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara
sebagai stimuli, yang alatnya dikenal sebagai Reaction Timer.
3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusio test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan
akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang
diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur
4. Uji beban kerja mental secara Fisiologis/Biomekanis
Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan
tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus
menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus
menghadapi beban kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan
keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tes
kesegaran jasmani diperlukan untuk memilih tenaga kerja yang diperlukan
pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum
kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah dalam meniliai pengaruh
pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau
cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani adalah tes
bangku Harvard (Harvard Step Test) yang saat ini telah mengalami modifikasi.
5. Pengukuran Kelelahan secara Subjektif
A. Subejctive Self Rating Test
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee
(IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif.Kuesioner dengan 30 pertanyaan
tentang gejala kelelahan umum diambil dari International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health, yang dibuat sejak tahun 1967.Di sosialisasikan dan dimuat dalam prosiding
10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang
pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik.
Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah
merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering
merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Hasil
akhir penilaian terdiri dari 4 tingkatan kelelahan yaitu tingkat kelelahan
rendah (30-52), tingkat kelelahan sedang (53-75), tingkat kelelahan tinggi
(76-98), dan tingkat kelelahan sangat tinggi (99-120).
B. Nordic Body Map
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat
keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi
metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja
pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan
pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini
menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang
sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai
atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana
saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat
3.5 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan
Menurut Grandjean yang dikutip oleh Winarsunu (2008) mengemukakan
bahwa pekerja shift malam umumnya mempunyai kesehatan yang kurang baik. Mereka biasanya menderita gangguan pencernaan dan merasa gelisah atau
gugup.Hal ini disebabkan oleh kronik dan kebiasaan makan dan minum yang
tidak sehat. Kelelahan kronik tersebut adalah antara lain kehilangan vitalitas,
perasaan depresi, perasaan mudah marah dan keletihan meskipun mereka sudah
tidur. Keadaan ini biasanya disertai dengan gangguan psikosomatik, antara lain
kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan pencernaan. Jadi
kegelisahan yang dialami pekerja shift malam adalah dari kelelahan kronik yang dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang tidak sehat yang menyebabkan
penyakit-penyakit pencernaan.
Pada kenyataannya, kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
Sebabnya antara lain ialah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan.
Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding
dengan persyarafan simpatis pada malam hari.Padahal seharusnya untuk bekerja,
bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. Selain itu jumlah
jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif
jauh lebih besar dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti
kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan
tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan
lapar atau buang air kecil yang relatif banyak pada siang hari. Juga aktivitas dalam
padahal sangat penting artinya bagi tenaga kerja yang bekerja malam hari
(Suma’mur, 2013).
3.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Shift Kerja
Shift Pagi (08.00-20.00 WIB) Shift Malam (20.00-08.00 WIB)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan
rancangan cross sectional. Rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Faktor resiko dan faktor efek pada penelitian ini
adalah shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security di SUN Plaza Medan Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SUN Plaza Medan, dari tanggal 22 Desember
2014 – 22 April 2015.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh security PT Trisa Surya Mandiri Cabang Medan tahun 2015 yaitu sebanyak 113 orang, yang bagiannya
terdiri dari Staf (Chief, Assistant Chief, Administrasi, Panwas, dan Pantub), Regu
(Regu 1, Regu 2, dan Regu 3), Middle (Middle A, Middle B, dan Middle C), dan
PKD.
3.3.2 Sampel Penelitian
berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang
diambil menjadi sampel yaitu:
1. Security yang menjalani shift kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift malam (20.00 – 08.00 WIB).
2. Anggota security yang berjenis kelamin laki-laki
Bagian yang terkena shift kerja adalah bagian Regu terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3, yang masing-masingnya berjumlah 21 orang. Dari 63 orang
security bagian Regu, ada 7 orang yang berjenis kelamin perempuan.Sehingga sampel yang diambil adalah sebanyak 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki.
3.4 Definisi Operasional
1. Shift kerja adalah pembagian waktu kerja yang terdiri dari shift pagi (08.00-20.00 WIB) dan shift malam (20.00-08.00 WIB).
2. Kelelahan adalah keadaan tubuh dan mental yang berbeda sehingga
berakibat kepada penurunan daya kerja. Kelelahan ini merupakan
kelelahan umum yang diukur dengan menggunakan kuesioner
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner pengujian kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari PT Trisa Surya Mandiri cabang Medan.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing yaitu melalukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi dari kuesioner.
2. Coding yaitu mengubah hasil kuesioner dalam bentuk kode.
3. Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk dikelompokkan jawaban dan mengkategorikan responden sesuai dengan
jumlah nilai jawaban yang di jawabnya.
4. Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer, yaitu menggunakan program SPSS.
3.7 Aspek Pengukuran
Pembagian shift kerja terdiri dari shift pagi (08.00 - 20.00 WIB) dan shift
malam (20.00 - 08.00 WIB).Kode yang diberikan pada setiap shift yaitu shift pagi diberi kode 1 dan shift malam diberi kode 2.
Pengukuran kelelahan yang digunakan berupa kuesioner pengujian
kelelahan umum atau secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) diambil dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC Jepang).Kuesioner digunakan untuk mengukur kelelahan security berjumlah 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan umum terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10
pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran
kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada masing-masing pertanyaan yaitu tidak
pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering
merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4.Kemudian
langkah terakhir dari kuesioner subjektif ini yaitu menentukan tingkat kelelahan
dan upaya perbaikan, berikut klasifikasi tingkat kelelahan pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Sukjektif Tingkat
1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan
2 53 - 75 Sedang Mungkin diperlukan adanya tindakan perbaikan
3 76 - 98 Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan
4 99 - 120 Sangat Tinggi Diperlukan adanya tindakan perbaikan sesegera mungkin
Pada analisis bivariat, tingkat kelelahan dikelompokkan menjadi 2 kategori
yaitu tingkat rendah/sedang dan tinggi.
3.8 Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara
tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan
antara variabel independen (shift kerja) dan variabel dependen (kelelahan) menggunakan uji Chi Square dengan membandingkan nilai a sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen (shift kerja) dengan variabel dependen (kelelahan). Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum SUN Plaza Medan
SUN Plaza merupakan pusat perbelanjaan menengah ke atas di kawasan
komersial strategis yang terletak di Jalan Kiai Haji Zainul Arifin No. 7, Kelurahan
Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara.
Didirikan di atas lahan seluas ± 29.000 m2 pada tanggal 1 Januari 2003, pusat
perbelanjaan ini berupa bangunan 6 lantai (termasuk Lower Ground dan Ground
Floor) yang dirancang dengan konsep mal keluarga. SUN Plaza dibuka secara
publik pada tanggal 1 Januari 2004.Letaknya yang sangat strategis membuat pusat
perbelanjaan ini ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta para wisatawan
dalam negeri maupun luar negeri.SUN Plaza berdekatan dengan Kantor Gubernur
Sumatera Utara, Mesjid Agung Medan, SMA Negeri 1 Medan, dan Apartemen
Cambridge.
4.2 Gambaran Umum PT Trisa Surya Mandiri 4.2.1 Profil PT Trisa Surya Mandiri
PT Trisa Surya Mandiri (TSM) adalah perusahaan berskala nasional yang
bergerak dibidang jasa tenaga pengamanan yang berdiri sejak tahun 2014.Dengan
dukungan sumber daya manusia yang berpengalaman.Kantor pusat PT. Trisa
Surya Mandiri bertempat di Jalan Moh.Kahfi I Jakarta Selatan.
Penempatan-penempatan PT Trisa Surya Mandiri berada di Jakarta, Bali, dan Medan. PT Trisa
Surya Mandiri bekerjasama dengan SUN Plaza Medan dalam pengadaan jasa
4.2.2 Visi PT Trisa Surya Mandiri
Selalu semangat menjadi yang terbaik dalam meningkatkan mutu kualitas
pelaksanaan kinerja TSM diseluruh area serta menjadi perusahaan yang
berkualitas.
4.2.3 Misi PT Trisa Surya Mandiri
Konsisten bersemangat dan bekerja keras untuk mencapai tingkat
kesempurnaan.
4.2.4 Motto PT Trisa Surya Mandiri 1. Semangat
2. Bekerja keras
3. Loyalitas
4. Tulus
4.2.5 Program Manajemen Security
Program manajemen security TSM melibatkan seluruh aspek operasional
security mulai perekrutan, pendidikan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengalaman pengamanan dan keahlian TSM dalam melaksanakan tugas menjalankan fungsi
security, membuat kenyamanan dan keamanan klien terjamin, sehingga klien memfokuskan diri dan berkonsentrasi untuk melakukan bisnis dan aktivitas
utamanya. Beberapa program yang dilakukan antara lain:
1. Recruitment security. 2. Seleksi dan Pelatihan.
3. Penertiban administrasi dan absensi.
5. Inspeksi rutin dan insidentil/mendadak.
Adapun manfaat dari program manajemen security PT Trisa Surya Mandiri bagi klien adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan mental dan fisik dari personil dalam bertugas lebih baik.
2. Personil selalu siap menghadapi gejolak apapun baik internal maupun
eksternal.
3. Penggantian personil dapat dilakukan sesuai dengan permintaan klien.
4. Mengurangi masalah peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan bagi
klien.
5. Sistem patroli dan monitoring man to man.
4.2.6 Sistem Perekrutan dan Program Pelatihan
PT Trisa Surya Mandiri memberlakukan kriteria yang sangat ketat untuk
menjaring calon-calon personil security yang handal, professional, dan mempunyai naluri pengamanan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kapasitas security PT Trisa Surya Mandiri, maka pelatihan dan pembinaan akan dilakukan sepenuhnya oleh
team yang merupakan hasil kerja sama antara PT Trisa Surya Mandiri dengan TNI
dan POLRI, dimana pelatihan tersebut berlangsung selama 3 bulan dan melalu
proses seleksi yang ketat. Program pendidikan dan pelatihan untuk security PT Trisa Surya Mandiri meliputi:
1. Pelatihan dasar security.
3. Kewaspadaan terhadap ancaman.
4. Management security dan control.
5. Perencanaan security.
6. Bela diri untuk melumpuhkan.
7. Persatuan baris-berbaris.
8. Pengaturan, penjagaan, dan pengawaln serta sistem patroli.
4.2.7 Bagian dan Tugas Security PT Trisa Surya Mandiri Adapun bagian-bagian dari security terdiri dari: 1. Staff, yang terdiri dari:
a. Chief bertugas sebagai kepala komandan security.
b. Assistan Chief bertugas sebagai wakil kepala komandan security.
c. Panwas (Pengawasan) bertugas sebagai komandan yang melakukan
pengawasan di luar gedung.
d. Pantub (Pengamanan Tertutup) bertugas sebagai komandan yang
melakukan pengamanan di dalam gedung.
e. Administrasi bertugas sebagai pengurus surat menyurat dan
berkas-berkas yang menyangkut tentang kepentingan perusahaan.
2. Middle, yang terdiri dari Middle A, Middle B, dan Middle C. Bagian Middle
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengawasi pada saat waktu operasional mall buka dan tutup. b. Melakukan penjagaan di bagian dalam gedung mall.
3. Regu, yang terdiri dari Regu 1, Regu 2, dan Regu 3. Bagian Regu memiliki
tugas sebagai berikut:
Shift Pagi
a. Melakukan penjagaan di bagian pintu masuk di setiap lantai.
b. Melakukan patroli di dalam gedung mall.
c. Melakukaan penjagaan di pos-pos pada setiap lantai.
Shift Malam
1. Melakukan penjagaan dan pengaman serta patroli pada keseluruhan
gedung mall.
2. Mengawasi barang-barang yang masuk ke dalam mall.
4. PKD, yang bertugas sebagai pengawasan dan pengamanan di sekitar area
gedung. Bagian PKD mengatur kendaraan tamu yang masuk dan keluar serta
mengawasi tamu yang masuk dan keluar gedung mall. Security di bagian PKD ini mengenakan pakaian khusus dibandingkan dengan bagian yang lain.
Bagian PKD memakai helm dan baju security lengkap dengan tali pinggang dan atribut lainnya.
4.2.8 Waktu Kerja
Pembagian waktu kerja pada setiap bagian security berbeda-beda. Berikut waktu kerja security di PT Trisa Surya Mandiri sebagai berikut:
1. Hari kerja yang terdiri dari 4 hari dan libur 2 hari. Waktu kerja dimulai
dari pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB. Waktu istirahat di berikan 2
kali yaitu pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB. Bagian security
2. Hari kerja yang terdiri dari 2 hari shift pagi, 2 hari shift malam, dan 2 hari libur. Waktu kerja pada saat shift pagi dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai 20.00 WIB dengan diberikan waktu istirahat sebanyak 2 kali yaitu
pukul 12.00-13.00 WIB dan 18.00-19.00 WIB , shift malam dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai 08.00 WIB dengan pembagian waktu istirahat
diatur oleh komandan regu (DanRu) masing-masing.
4.3 Karakteristik Responden
Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi menjadi 2
kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 25 sehingga dibuat menjadi ≤
25 tahun dan > 25 tahun, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan
median yang didapatkan yaitu 12 sehingga dibuat menjadi ≤ 12 minggu dan > 12
minggu, dan status pernikahan dibagi menjadi 2 kategori yaitu belum menikah
dan menikah. Maka karakteristik responden pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa umur security terbanyak adalah kelompok umur ≤ 25 tahun yaitu 32 orang (57,1%) dan sisanya pada umur > 25
tahun yaitu 24 orang (43,9%). Pada masa kerja dapat diketahui bahwa banyak
security yang memiliki masa kerja ≤ 12 minggu yaitu 35 orang (62,5%) sedangkan masa kerja di >12 minggu sebanyak 21 orang (37,5%). Pada status
pernikahan dapat terlihat bahwa anggota security palingbanyak berstatus belum menikah yaitu sebanyak 31 orang (55,4%) sedangkan yang menikah berjumlah 25
orang (44,6%).
4.4 Hasil Univariat
4.4.1 Kelelahan saat Shift Pagi (08.00-20.00 WIB)
Tingkat kelelahan saat shift pagi pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan saat Shift Pagi pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015
Tingkat Kelelahan N %
Rendah 19 33,9%
Sedang 36 64,5%
Tinggi 1 1,8%
Sangat Tinggi 0 0
Total 56 100%
Berdasarkan tabel di atas, bahwa tingkat kelelahan security pada saat shift
pagi (08.00-20.00 WIB) paling banyak pada tingkat sedang yaitu 36 orang
(64,5%) dan sisanya berada pada tingkat rendah yaitu 19 orang (33,9%) dan
4.4.2 Kelelahan saat Shift Malam (20.00-08.00 WIB)
Tingkat kelelahan saat shift malam pada security SUN Plaza Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan saat Shift Malam pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada shift malam (20.00-08.00 WIB), tingkat kelelahan paling banyak yaitu tingkat sedang sebanyak 45
orang (80,4%) sedangkan sisanya pada tingkat tinggi yaitu 11 orang (19,6%).
4.5 Hasil Bivariat
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada 56 security bagian Regu diketahui bahwa semua security mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang berbeda-beda. Selanjutnya dilakukan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan pada security SUN Plaza Medan tahun 2015.
Tabel 4.4 Distribusi Kelelahan dan Hasil Uji Chi Square Shift Kerja dengan Kelelahan pada Security SUN Plaza Medan Tahun 2015
Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa tingkat
kelelahan rendah/sedang pada shift pagi lebih banyak yaitu 55 orang (98,2%) sedangkan shift malam sebanyak 45 orang (80,4%). Pada tingkat kelelahan tinggi lebih banyak pada shift malam yaitu 11 orang (19,6%) sedangkan pada shift pagi sebanyak 1 orang (1,8%).